Essay tentang Kebijakan Moneter dan

Essay tentang Kebijakan Moneter

Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Ketenagakerjaan
Kebijakan moneter adalah kebijakan yang meliputi lamgkah-langkah pemerintah yang
dilaksanakan oleh Bank Indonesia sebagai Bank Sentral untuk memengaruhi (mengubah)
penawaran uang dalam perekonomian atau mengubah tingkat bunga, dengan maksud untuk
memengaruhi pengeluaran agregat. Salah satu pengeluaran agregat adalah penanaman modal
(investasi) oleh perusahaan-perusahaan, tingkat bunga yang tinggi akan mengurangi
penanaman modal dan jika tingkat bunga rendah akan menambah penanaman modal. Jadi
tujuan akhir kebijakan moneter adalah menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah yang
salah satunya tercermin dari tingkat inflasi yang rendah dan stabil. Untuk mencapai tujuan itu
Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI 7DRR sebagai instrumen kebijakan
utama untuk mempengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir pencapaian
inflasi. Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI 7DRR sampai dengan pencapaian
sasaran inflasi tersebut sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag).
Berdasarkan tinjauan kebijakan moneter maret 2017, Perekonomian Indonesia pada
triwulan I 2017 dibandingkan triwulan sebelumnya diperkirakan tumbuh relatif tetap kuat
didorong oleh investasi yang meningkat, konsumsi yang masih tinggi dan kinerja ekspor yang
membaik. Investasi nonbangunan diperkirakan akan terus membaik tercermin dari
berlanjutnya penjualan alat berat yang meningkat, serta penjualan semen yang mulai tumbuh
positif. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap tinggi sebagaimana

terindikasi dari penjualan ritel yang tumbuh stabil dan ekspektasi konsumen yang positif.
Sementara itu, kontribusi Pemerintah terhadap konsumsi dan investasi cenderung membaik.
Dari sisi eksternal, kinerja ekspor juga diperkirakan tetap meningkat seiring dengan kenaikan
harga komoditas. Dengan perkembangan tersebut, untuk keseluruhan tahun 2017,
perekonomian Indonesia diperkirakan dapat tumbuh pada kisaran 5,0-5,4% (yoy).
Nilai tukar rupiah tetap menguat pada Februari 2017 sejalan dengan stabilitas
makroekonomi yang tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian keuangan global.
Secara rata-rata, rupiah mengalami apresiasi sebesar 0,17% (mtm) menjadi Rp13.338 per
dolar AS. Inflasi pada Februari 2017 tetap terkendali. Inflasi IHK bulan Februari 2017
tercatat sebesar 0,23% (mtm), lebih rendah dari bulan lalu yang sebesar 0,97% (mtm). Inflasi
bulan Februari terutama disumbang oleh peningkatan kelompok administered prices dan
kelompok inti, sementara kelompok volatile food tercatat mengalami deflasi.

Kebijakan moneter adalah alat yang digunakan untuk mengontrol ekonomi riil.
Ekonomi riil itu sendiri bisa diartikan yang secara langsung menghasilkan output. Output itu
biasanya berupa barang dan jasa. Perdagangan, industri, pertanian, pariwisata itu semua
masuk sektor real. Karena mereka secara langsung berproduksi dan mempekerjakan SDM
dan membayar upah. Kontrasnya sektor riil adalah sektor moneter, output sektor moneter
adalah modal. Dengan kata lain, hal itu mempengaruhi segala macam keputusan ekonomi dan
keuangan yang dibuat oleh orang-orang di negeri ini . Lebih khusus lagi , kebijakan moneter

mempengaruhi kinerja dari faktor-faktor krisis ekonomi seperti inflasi , output dan
kesempatan kerja dan juga harga barang , harga aset , nilai tukar , konsumsi dan keputusan
investasi. Tingginya suku bunga akan menyedot dana tersedia ke dalam aset-aset seperti SBI,
yang berarti bahwa lebih sedikit dana tersedia untuk investasi. Tingginya suku bunga juga
akan menyebabkan masyarakat merelokasi pendapatan ke dalam aset-aset simpanan dan
menahan tingkat konsumsi. Lebih rendahnya tingkat investasi, konsumsi dan pengikisan nilai
aset yang terjadi akibat inflasi akan menyebabkan tertekannya permintaan agregat
masyarakat, sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat. Money supply

shock

menyebabkan kenaikan output bergerak pada arah yang negatif. Hal ini terjadi karena uang
beredar tidak lagi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, namun justru menimbulkan
inflasi. Christiano and Eichenbaum (1992) menemukan fakta bahwa money supply shock
menyebabkan tingkat suku bunga dan pertumbuhan ekonomi bergerak pada arah yang tidak
diinginkan. Selanjutnya, tingginya tingkat inflasi sangat berpengaruh terhadap kenaikan
output di Indonesia. Hal ini karena inflasi berpengaruh terhadap keputusan konsumsi
masyarakat, pemerintah maupun bisnis. Dimana konsumsi adalah salah satu komponen
penyusun permintaan agregat. Sehingga bila inflasi naik, maka akan menurunkan daya beli
masyarakat. Ketika secara agregat tingkat konsumsi berkurang, maka output juga akan

berkurang. Bila output yang dihasilkan menjadi berkurang maka sistem ketenagakerjaan juga
akan berkurang. Bila pergeseran agregat demand ini terus berlanjut dan menyebabkan sektor
bisnis menjadi lemah, maka akan menyebabkan perekonomian mengalami resesi.