Konsep dan Aplikasi Sistem Informasi

Konsep dan Aplikasi Sistem Informasi
(Penerapan dan Perkembangan E-Government di Indonesia)

Nama

: I Putu Erza Rustyawan

Kelas

: AF 133

NIM

: 130030498

Mat.kul

: Konsep dan Aplikasi Sistem Informasi

Tahun ajaran
2013/2014


KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
sederhana ini dengan lancar.
Penyusunan makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah konsep dan aplikasi sistem
informasi. Selain itu, penulis juga ingin memberikan wawasan kepada semua pihak yang
berkenan membaca makalah ini mengenai e-government serta penerapannya di Indonesia,
sehingga makalah ini dapat dijadikan sebuah referensi.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca yang budiman. Dalam
penyusunan tugas ini penulis sadar jauh dari kesempurnaan oleh sebab itu kritik dan saran yang
membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan tugas-tugas selanjutnya.
Denpasar, 22 april 2014

Penulis

Daftar isi

Kata pengantar
Daftar isi

BAB.I Pendahuluan
1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan
BAB.II Pembahasan
1. Definisi E-Government
2. Penerapan E-Government di Indonesia
BAB.III Penutup
1. Simpulan
Daftar ustaka

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Departemen Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia adalah merupakan salah satu
institusi pemerintah yang bertanggung jawab untuk mewujudkan hal tersebut melalui salah satu
programnya yakni e-government . apa sih e-government itu? Dan apa manfaatnya? Bagaimana
implementansi e-government di Indonesia? Makalah ini mencoba membahas hal tersebut secara
mendalam.
Tentunya dalam dunia yang sudah mengglobal ini, kemajuan teknologi diperlukan dan

dimanfaatkan dalam segala bidang. Salah satu bidang yang terkena sentuhan teknologi informasi
adalah pelayanan pemerintah kepada publik. Artinya dalam era teknologi informasi ini, informasi
telah dihubungkan oleh dengan sebuah gerbang / “gateway” yang terintegrasi.
Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya
secara luas, membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan dan pendayagunaan informasi
dalam volume yang besar secara cepat dan akurat. Selain itu pemanfaatan teknologi komunikasi
dan informasi dalam proses pemerintahan (e-government) akan meningkatkan efisiensi,
efektifitas, transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan.

1.2. RUMUSAN MASALAH
Electronic Government merupakan bentuk dari implementasi penggunaan teknologi
informasi bagi pelayanan pemerintah kepada publik. Yaitu bagaimana pemerintah memberikan
informasi kepada pemangku kepentingan melalui sebuah portal web. Perbedaan pemahaman,
cara pandang dan tindakan atas E-Gov telah menimbulkan distorsi serta penyimpangan atas
maksud pembuatan E-Gov itu sendiri.
Kondisi memprihatinkan ini terjadi di berbagai tingkatan birokrasi, baik dari tingkat staf
paling bawah hingga ke tingkat paling tinggi. Begitu pula dalam berbagai praktek bisnis di
lingkungan swasta. Lemahnya pemanfaatan e-gov di lingkungan birokrasi yang saling terkait
dengan masih terbatasnya aplikasi di dunia bisnis telah menyebabkan lambatnya pelaksanaan
program e-gov.

Mencermati realitas dan latar belakang masalah diatas, dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1. Bagaimana definisi dari e-government?
2. Bagaimana implementasi penerapan e-government di Indonesia?
1.3. TUJUAN
Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan makalah ini adalah:
1. Agar kita semakin memahami manfaat e-government serta penerapannya di Indonesia
sendiri.
2. Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah Konsep dan Aplikasi
Sistem Informasi.

BAB.II
PEMBAHASAN
2.1. DEFENISI E-GOVERNMENT
E-government adalah tentang penyampaian informasi pemerintah dan penyelenggaraan
pelayanan secara online melalui internet atau alat digital lainnya. Sedangkan menurut Holmes
(2000),

E-Gov


didefinisikan

sebagai

“Kegunaan

Teknologi

Informasi

untuk

memberikan/menyajikan pelayanan kepada publik dengan lebih nyaman, berorientasi pada
konsumen, mengefektifkan biaya, dan secara keseluruhan merupakan cara yang lebih baik dari
sebelumnya. Sedangkan penulis lain (Fang, 2002; Seifert and Bonham, 2004) mendefinikan Egovernment merupakan sebuah cara bagaimana pemerintah menggunakan teknologi informasi
khususnya aplikasi internet berbasis web, untuk menyediakan akses yang mudah terhadap
informasi pemerintah dan menyediakan pelayanan publik, juga untuk meningkatkan kualitas
pelayanan pemerintahan, serta melakukan transformasi hubungan antara pejabat publik dengan
penduduk dan juga bisnis. Dari berbagai definisi ini, umumnya pemerintah-pemerintah di dunia
yang mengimplementasikan E-Gov menggunakan definisi dari Bank Dunia[2], yaitu

pemanfaatan Teknologi Informasi (seperti Wide Area Network, Internet, Mobile Computing)
oleh agen pemerintah yang mampu mentransformasi hubungan dengan penduduk, bisnis serta
unit pemerintah lainnya.

2.2. PENERAPAN E-GOVERNMENT DI INDONESIA
E-Gov di Indonesia mulai dilirik sejak tahun 2001 yaitu sejak munculnya Instruksi Presiden No.
6 Tahun 2001 tgl. 24 April 2001 tentang Telematika (Telekomunikasi, Media dan Informatika)
yang menyatakan bahwa aparat pemerintah harus menggunakan teknologi telematika untuk
mendukung good governance dan mempercepat proses demokrasi. Namun dalam perjalanannya
inisiatif pemerintah pusat ini tidak mendapat dukungan serta respon dari segenap pemangku
kepentingan pemerintah yaitu ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi yang belum
maksimal.
Berdasarkan data yang ada, pelaksanaan E-Government di Indonesia sebagian besar barulah pada
tahap publikasi situs oleh pemerintah atau baru pada tahap pemberian informasi, dalam tahapan
Layne & Lee baru masuk dalam Cataloguing. Data Maret 2002 menunjukkan 369 kantor
pemerintahan telah membuka situs mereka. Akan tetapi 24% dari situs tersebut gagal untuk
mempertahankan kelangsungan waktu operasi karena anggaran yang terbatas. Saat ini hanya 85
situs yang beroperasi dengan pilihan yang lengkap. (Jakarta Post, 15 Januari 2003). Indikator
lainnya adalah penestrasi internet baru mencapai 1,9 juta penduduk atau 7,6 persen dari total
populasi Indonesia pada tahun 2001. Pada tahun 2002 dengan 667.000 jumlah pelanggan internet

dan 4.500.000 pengguna komputer dan telepon, persentasi penggunaan internet di Indonesia
sangatlah rendah. (Sumber: Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia/APJII).
Pada tahun 2003, di era Presiden Megawati Soekarno Putri, Pemerintah mengeluarkan suatu
kebijakan yang lebih fokus terhadap pelaksanaan E-Gov, melalui Instruksi Presiden yaitu Inpres
Nomor 3 tahun 2003. Inpres ini berisi tentang Strategi Pengembangan E-gov yang juga sudah
dilengkapi dengan berbagai Panduan tentang e-gov seperti: Panduan Pembangunan Infrastruktur
Portal Pemerintah; Panduan Manajemen Sistem Dokumen Elektronik Pemerintah; Pedoman
tentang Penyelenggaraan Situs Web Pemda; dan lain-lain.
Demikian pula berbagai panduan telah dihasilkan oleh Depkominfo pada tahun 2004 yang pada
dasarnya telah menjadi acuan bagi penyelenggaraan e-gov di pusat dan daerah. Dalam Inpres ini,
Presiden dengan tegas memerintahkan kepada seluruh Menteri, Gubernur, Walikota dan Bupati
untuk membangun E-government dengan berkoordinasi dengan Menteri Komunikasi &
Informasi.

Di lihat dari pelaksanaan aplikasi e-gov setelah keluarnya Inpres ini maka dapat dikatakan bahwa
perkembangan pelaksanaan implementasi E-Gov masih jauh dari harapan. Data dari Depkominfo
(2005) menunjukkan bahwa hingga akhir tahun 2005 lalu Indonesia baru memiliki:
1.
2.
3.

4.

564 domain go.id;
295 website pemerintah pusat dan pemda;
226 website telah mulai memberikan layanan publik melalui website;
198 website pemda masih dikelola secara aktif.

Beberapa pemerintah daerah memperlihatkan kemajuan cukup berarti. Bahkan Pemkot Surabaya
sudah mulai memanfaatkan e-gov untuk proses pengadaan barang dan jasa (e-procurement).
Beberapa pemda lain juga berprestasi baik dalam pelaksanaan e-gov seperti: Pemprov DKI
Jakarta, Pemprov DI Yogyakarta, Pemprov Jawa Timur, Pemprov Sulawesi Utara, Pemkot
Yogyakarta, Pemkot Bogor, Pemkot Tarakan, Pemkab Kebumen, Pemkab. Kutai Timur, Pemkab.
Kutai Kartanegara, Pemkab Bantul, Pemkab Malang.
Sementara itu dari sisi infrastruktur, layanan telepon tetap masih di bawah 8 juta satuan
sambungan dan jumlah warung telekomunikasi (Wartel) dan warung Internet (Warnet) yang terus
menurun karena tidak sehatnya persaingan bisnis. Telepon seluler menurut data Depkominfo
tersebut telah mencapai 24 juta ss. Meski kepadatan telepon tetap di beberapa kota besar bisa
mencapai 11%-25%, kepadatan telepon di beberapa wilayah yang relatif tertinggal baru
mencapai 0,2%. Jangkauan pelayanan telekomunikasi dalam bentuk akses telepon baru mencapai
65% desa dari total sekitar 67.800 desa yang ada di seluruh tanah air. Jumlah telepon umum yang

tersedia hingga saat ini masih jauh dari target 3% dari total sambungan seperti ditargetkan dalam
penyusunan

Program

Pembangunan

Jangka

Panjang

II

dahulu.

Sementara itu jumlah pelanggan dan pengguna Internet masih tergolong rendah jika
dibandingkan dengan total penduduk Indonesia. Hingga akhir 2004 berbagai data yang
dikompilasi Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) memberikan jumlah pelanggan
Internet masih pada kisaran 1,9 juta, sementara pengguna baru berjumlah 9 juta orang.
Rendahnya penetrasi Internet ini jelas bukan suatu kondisi yang baik untuk mengurangi lebarnya

kesenjangan digital (digital divide) yang telah disepakati pemerintah Indonesia dalam berbagai
pertemuan Internasional untuk dikurangi.

BAB.III
PENUTUP

3.1

SIMPULAN

sebuah faktor yang secara tidak langsung membuat pemerintah mau tidak mau harus
mengimplementasikan e-government adalah karena permintaan IMF, dimana IMF menghendaki
standard government financial systems tersendiri bagi semua pemerintah yang mendapatkan
bantuan IMF.
Namun kembali lagi adanya beberapa kendala yang mendasar maka Meneyebabkan
implementasi E-government tidak seperti yang diharapkan. Penyebab rendahnya implementasi
E-Gov adalah:
1.

Rendahnya Political Will dari pemerintah itu sendiri.


Terkait dengan Political Will ini, dapat dilihat dari tingkat prioritas pemerintah yang
mengeluarkan kebijakan E-Gov hanya dengan Instruksi Presiden. Dalam negara, kita mengenal
tata aturan perundangan, dimana Inpres menempati posisi dibawah UUD, UU, PERPU dan
Kepres. Implementasi E-Gov, tidak hanya akan merubah sistem pelayanan kepada publik, tetapi
yang lebih fundamental adalah perubahan budaya birokrasi di pemerintahan, yang tentunya
perubahan budaya ini akan berdampak dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Inilah
yang menjadi permasalahan, Kebijakan Publik berdasarkan Inpres akan dinomor duakan jika
berhadapan dengan aturan yang lebih tinggi lainnya, misalnya UU.
2.

Paradigma Lama dalam Aparatur Birokrasi di Indonesia

Teknologi informasi khususnya web dan email hanyalah sebatas alat bantu untuk memudahkan
kita dalam menyelesaikan pekerjaan saja. Namun yang paling utama dalam implementasi egovernment adalah perubahan paradigma, dari Government Centric menuju Customer Centric.
Perubahan tersebut akan menyebabkan perubahan pada layanan-layanan yang diberikan,
sehingga merujuk sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan publik.
Salah satu indikator kegagalan implementasi E-Gov adalah ketidakmampuan aparat birokrasi
menjaga web portal untuk selalu up date. Paradigma proyek masih tertanam dalam kepala para

aparat tersebut, sehingga implementasi E-Gov sesuai dengan Inpres No.3 tahun 2007 dianggap
sebagai proyek tanpa memikirkan pemanfaatan jangka panjangnya. Akibatnya menciptakan
ketergantungan terhadap ”rekanan tertentu”, yang pada akhirnya akan menjadikan implementasi
E-Gov tidak ada bedanya dengan proyek lainnya. Dan jika hal ini terjadi maka tujuan E-Gov
yaitu terkait transformasi hubungan antara pemerintah dengan penduduk, swasta (bisnis) dan
juga unit pemerintah lainnya tidak akan tercapai, dan malah akan membuka ladang KKN baru
bagi birokrat di pemerintahan.
3.

Ketersediaan sumber daya

Disadari maupun tidak ternyata dukungan sarana dan prasarana turut mensukseskan
implementasi E-Gov. Dengan tingkat penggunaan Internet yang hanya sebesar 4% dari total
penduduk Indonesia, maka Kebijakan ini tidak akan efektif jika tidak dibarengi dengan kebijakan
lainnya, yaitu kebijakan pemberiaan akses informasi sampai level desa dan juga kebijakan untuk
meningkatkan pengetahuan bagi penduduk.

DAFTAR PUSTAKA
http://wahyuindria.blogspot.com/2013/05/sejarah-e-government.html
http://baity92.blogspot.com/2012/05/perkembangan-e-government-di-indonesia.html
Anggono, Bambang Dwi, Kesejajaran ABG E-government, 2007