Sistem Dunia dan Kolonialisme docx

SISTEM DUNIA DAN
KOLONIALISME

Disusun Oleh :
1. Ahmad Idham Aziz
2. Cahyani
3. Hanifan Fissilmi
4. Khadafi Fajirin
5. Yoriesta Afnenda Ramizal

Universitas Al Azhar Indonesia
Program Studi Ilmu Hubungan
Internasional
T.A. 2013/2014

SISTEM DUNIA DAN
KOLONIALISME

Disusun Oleh :
1. Ahmad Idham Aziz
2. Cahyani

3. Hanifan Fissilmi
4. Khadafi Fajirin
5. Yoriesta Afnenda Ramizal

Universitas Al Azhar Indonesia
Program Studi Ilmu Hubungan
Internasional
T.A. 2013/2014
i

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dimana, makalah ini dibuat untuk
memenuhi persyaratan tugas dalam mata kuliah Pengantar Antropologi. Tidak
lupa pula, kami ucapkan terimakasih kepada dosen dari mata kuliah Pengantar
Antropologi yang telah memberikan arahan kepada kami untuk dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Serta, kepada teman-teman dari kelas HI
I3 A yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna, sehingga kami harap mohon kritik
dan saran terhadap makalah ini. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi

para pembaca makalah ini. Sekian dan terimakasih.

ii

DAFTAR ISI
Halaman Judul.....................................................................................................i
Kata Pengantar...................................................................................................ii
Daftar Isi.............................................................................................................iii
Bab I (Pendahuluan)...........................................................................................1
1.1.Latar Belakang Masalah................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3. Tujuan...........................................................................................................1
Bab II (Isi)..........................................................................................................2
2.1. Sejarah Sistem Dunia................................................................................2-5
2.2. Revolusi Industri dan Kolonialisme.........................................................6-13
2.3. Neoliberalisme.......................................................................................13-15
2.4. Sistem Dunia Saat Ini............................................................................15-24
Bab III (Kesimpulan).........................................................................................25
Daftar Pustaka...................................................................................................26


iii

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dalam mengurus dunia ini, seringkali kita temui banyak sistem di
dalamnya. Sistem yang ingin kita pakai tentu sistem yang menguntungkan bagi
kita. Namun, seringkali sistem dijadikan sebagai salah satu senjata untuk
memenuhi kebutuhan kita tanpa memikirkan kerugian yang dialami oleh orang
lain. Sistem ini terus berkembang dan menjadi salah satu budaya yang turun
temurun. Kolonialisme adalah bentuk penjajahan terhadap bangsa lain, guna
memperoleh keuntungan bagi kehidupan bangsanya sendiri. Namun, dilain sisi
dapat merugikan bangsa lain. Inilah yang menjadi salah satu permasalahan,
dimana orang-orang yang mengalami penjajahan mengalami suatu penindasan.
Itulah yang terjadi pada zaman dahulu, tapi bagaimana dengan zaman sekarang.
Apakah kolonialisme sudah tidak dilakukan lagi atau masih merajalela dengan
wujud yang lain.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana sejarah sistem dunia?

2. Bagaimana revolusi industri dan kolonialisme?
3. Apa yang dimaksud dengan neoliberalisme?
4. Bagaimana sistem dunia saat ini?
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui sejarah sistem dunia guna menjadi pembelajaran untuk masa
kini dan masa depan
2. Untuk memahami revolusi industri dan kolonialisme
3. Untuk memahami neoliberalisme
4. Untuk menggetahui sistem dunia saat ini

1

Bab 2
2.1. Sejarah Sistem Dunia
Sistem dunia mengacu pada pembagian antar regional dan transnasional
tenaga kerja yang membagi dunia ke dalam negara-negara inti, negara-negara
semi pinggiran, dan negara-negara pinggiran. Negara-negara inti fokus pada
keterampilan yang lebih tinggi, produksi padat modal, dan seluruh dunia berfokus
pada low-skill, produksi dan ekstraksi bahan baku padat karya. Ini terus

memperkuat dominasi negara-negara inti. Meskipun demikian, sistem yang
dinamis sebagian sebagai akibat dari revolusi dalam teknologi transportasi, dan
masing-masing negara dapat memperoleh atau kehilangan inti (semi-pinggiran /
pinggiran) Status dari waktu ke waktu. Untuk sementara waktu, beberapa negara
menjadi hegemon dunia. Selama beberapa abad terakhir, sebagai sistem dunia
telah diperpanjang geografis dan intensif ekonomi, status ini telah lulus dari
Belanda, ke Inggris dan yang paling baru-baru ini, ke Amerika Serikat.
Immanuel Wallerstein telah mengembangkan versi paling terkenal dari
analisis sistem dunia. Dimulai pada tahun 1970. Wallerstein menelusuri
munculnya ekonomi kapitalis dunia dari abad ke-16 (1450-1640) dan munculnya
kapitalisme. Dalam pandangan Wallerstein adalah kontingen (tidak terhindarkan)
hasil dari krisis yang berlarut-larut feodalisme (1290-1450). Eropa Barat
dimanfaatkan keuntungan dan memperoleh kontrol atas sebagian besar dunia
ekonomi, memimpin pengembangan dan penyebaran industrialisasi dan ekonomi
kapitalis, secara tidak langsung mengakibatkan pembangunan tidak merata.
Proyek Wallerstein sering disalahpahami sebagai “teori” sistem dunia.
Sebuah istilah yang ia tolak secara konsisten. Untuk Wallerstein, analisis sistem
dunia adalah di atas semua mode analisis yang bertujuan untuk mengatasi struktur
pengetahuan yang diwarisi dari abad ke-19. Ini termasuk khususnya perpecahan
dalam ilmu-ilmu sosial, dan di antara ilmu-ilmu sosial dan sejarah.

Untuk Wallerstein, maka analisis sistem dunia adalah "gerakan
pengetahuan" yang berusaha untuk membedakan "totalitas apa yang telah diarak
di bawah label dari ilmu manusia dan memang jauh melampaui". Kita harus
menciptakan bahasa baru, Wallerstein menegaskan, untuk mengatasi ilusi tiga
arena seharusnya khas masyarakat / ekonomi / politik. Struktur trinitas ini
pengetahuan didasarkan pada yang lain, bahkan lebih megah, arsitektur modernis.
Pemindah tanganan dunia biofisik (termasuk dalam tubuh) dari orang-orang
sosial. Apakah kita akan dapat membenarkan sesuatu yang disebut ilmu sosial di
abad kedua puluh satu sebagai suatu bidang pengetahuan yang terpisah?

2

Wariasan Pemikiran
Perspektif yang dirumuskan Wallerstain lahir dengan cara mengambil
intisari dan menyerap pola pikir dari dua tradisi pemikiran yang terdahulu ada,
yakni pola pikir pembangunan negara dunia ketiga neo marxis dan ajaran Annales
Perancis. Perumusan teori Wallerstain mengambil berbagai konsep yang dimiliki
oleh teori dependensi seperti ketimpangan nilai tukar, eksploitasi negara pinggiran
oleh negara central dan konsep pasar dunia.
Ajaran Annales lahir sebagai proses melawan kenyataan bahwa

spesialisasi yang berlebihan dalam disiplin ilmu sosial yang ada pada dunia
akademik konvensional. Ajaran annals mengembangkan berbagai ajaran sebagai
berikut :
1. Braudel mencoba mengembangkan apa yang disebut “ketololan sejarah dan
sejarah Global”. Sejarah hendaknya membahas apa yang diamati sebagai suatu
peristiwa yang tidak lepas dan selalu terkaitdalambeberapa konteks totalitas
kekuatan sosial.
2. Perlu melakukan sintesis anatara sejarah dan ilmu sosial melalui analisa yang
mendasarkan diri pada kecenderungan jangka panjang.
3. Keharusan untuk melakukan perubahan orientasi kajian dalam sejarah dari
model periode kesejarahan menuju analisa kesejarahan denganm orientasi
permasalahan.
Metodelogi
Bagi Wallerstain, perspektif system dunia bukan merupakan teori, tetapi
sebuah proses melawan kecendrungan terbentuknya struktur pemahaman dan
pengkajian ilmu sosial sejak dari lahirnya pada pertengahan abad ke 19.
1. Pembagian disiplin dalam Ilmu Sosial.
Pembagian disiplin ini meliputi Antropologi, ilmu politik, sosiologi, ekonomi,
geografi, psikologi, dan sejarah.
2. Sejarah dan Ilmu Sosial

Menurut pemahaman tradisional sejarah diartikan sebagai ilmu untuk
menjelaskan suatu peristiwa yang benar-benar terjadi dimasa lampau.

3

3. Masyarakat atau Sistem sejarah
Kajian ilmu sosial tradisional menganggap bahwa manusia akan selalu
terorganisir dalam suatu kesatuan yang disebut masyarakat yang didalamnya
terdiri dariberbagai kerangka kerja yang di dalamnya manusia hidup dalam
kehidupannya.
4. Batasan kapitalisme.
Ilmu sosial memberikan batasan tentang kapitalisme sebagai system yang
mendasarkan diri pada persaingan bebas, persaingan antara produsen bebas, untuk
menggunakan tenaga kerja dan juga tidak terikat untuk menghasilkan produk yang
dikehendaki. Bebas dengan kata lain mengandung pengertian ada dan tersedianya
penjualan dan pembelian di pasar.
5. Gerak Maju
Ilmu sosial tradisional memperlakukan sejarah manusia sebagai suatu gerakan
maju dan sebagai suatu perubahan yang tidakmungkin dihindari. Namun demikian
Warrlerstain berkeinginan untuk menghilangkan anggapan bahwa gerak maju

sebagai lintasan yang pasti dilalui dan dicapai, dan memperlakukan sejarah
sejarah manusia memiliki baerbagai kemungkinan.
Negara Semi Pinggiran
Kritikan terhadap dwi kutub melahirkan konsep tri kutub. Hal ini
disebabkan karena ada banyak negara yang tidak termasuk negara pinggiran dan
juga tidak termasuk pada negara sentral, sehingga muncul lah negara yang semi
pinggiran.
Ada dua alasan utama mengapa ekonomi kapitalis dunia memerlukan
kategori semi pinggiran. Pertama, polarisasi system dunia hanya dua kutub yang
hanya sangat sedikit yang memiliki status tinggi dan harus berhadapan sangat
banyak yang memiliki status rendah sehingga dengan mudah menyebabkan
disintegrasi system dunia, sehingga diperlukan kategori menengah. Kedua, untuk
membentuk iklim dan daerah ekonomi baru yang diperlukan pemilikmodal untuk
memindahkan modal-modalnya dari tempat yang tidak lagi efisien ketempat yang
dapat memberikan laba optimum. Tempat baru inilah yang disebut sebagai negara
semi pinggiran.
Ada dua karakteristik negara semi pinggiran, pertama negara tersebut
memiliki posisi tawar menawar perdagangan yang berbeda dengan yang dimiliki
oleh negara pinggiran.
4


Kedua negara semi pinggiran memiliki kepentingan langsung untuk
mengatur dan mengawasi pertumbuhan pasar dalam negeri.
Dari Pinggiran ke Semi Penggiran
Ilmuan Sosial mengkaji masalah pembangunan khusunya pembangunan
negara Dunia Ketiga berminat untuk menetahui proses dan factor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya perubahan posisi suatu negara dari negara pinggiran ke
negara semi pinggiran. Jawabannya terletak pada berhasil tidaknya negara
pinggiran melaksanakan salah satu atau kombinasi dari tiga alternatif
pembangunan yang berupa strategi menangkap dan memanfaatkan kesempatan,
strategi promosi dengan undangan, atau strategi berdiri di kaki sendiri.
Dari Semi Pinggiran ke Sentral
Kunci utama untuk menjebol batas semi pinggiran dan bergerak maju
menduduki posisi sentral terletak pada kemampuan negara semi pinggiran untuk
menciptakan dan menyediakan luas pasar yang dipandang cukup besar untuk
melegitimasikan secara rasional penggunaan teknologi maju dan karena itu negara
semi pinggiran memiliki kemampuan menghasilkan barang dengan harga yang
lebih murah dari harga sebelumnya yang terdapat pada pasar dunia.
Negara Sosialis Semi Pinggiran
Wallerstain mengatakan adanya kepemilikan negara dalam suatu sistem

ekonomi dunia tidak berarti adanya ekonomi sosialis. Kepemilikan negara
bukanlah sosialis melainkan bentuk baru dari merkantilismeklasik. Menurutnya
Pemerintahan sosialis jika kemudian hari muncul maka tidak seperti Uni Soviet,
Cina atau Chili. Produksi diperlukan berdasarkan pertimbangan dan digunakan
untuk kebutuhan pemakaian, bukan didasarkan pada pertimbangan mencari laba.
Menurut Wallerstain negara sosialis sekarang hanyalah negara semi pinggiran
yang berusaha untuk mencapai posisi negara sentral dalam system ekonomi dunia.
Implikasi Kebijaksanaan
Dengan mendasarkan pada asumsi bahwa tujuan yang hendak dicapai
adalah tatanan dunia yang berkeadilan ekonomi politik atau dunia yang
demokratis Wallerstain berpendapat bahwa gerakan populis berskala nasional
perlu diganti dengan perjuangan kelas berkala dunia. Untuk menjelaskan
persoalan ini Ia menegaskan bahwa pembangunan nasional mungkin dapat
dikatakan sebagai kebijaksanaan yang tidak sehat bahkan merusak, yang pertama,
impian tersebut tidak akan pernah dapat terealisasikan bagi kebanyakan negara
apapun strategi yang hendak dan telah digunakan.
5

Kedua, cita-cita pembangunan nasional yang telah mampu diwujudkan
oleh sedikit negara berakibat pada perubahan radikal dan global terhadap lokasi
produksi dunia dan lebih dari itu perwujudan cita-cita pembangunan nasional
tersebut terjadi atas beban biaya yang harus ditanggung oleh bagian dunia lain
yang tidak berhasil melakukan hal serupa.
Perspektif Dependensi dan System Dunia
Pada awal perumusannya, perspektif sistem dunia banyak mengambil dan
menggunakan konsep dan kategori teori yang dikembangkan oleh teori
dependensi, sehingga banyak ilmuan sosial yang memberlakukan kedua perspektif
tersebut secara tidak berbeda, namun ketika perspektif system dunia berkembang
lebih jauh, ilmuan sosial mulai menyadari dan melihat perbedaan yang ada
diantara kedua perspektif pembangunan tersebut.
Pertama, unit analisa yang digunakan dalam perspektif sistem dunia adalah
sistem dunia itu sendiri, tidak seperti teori dependensi yang memfokuskan
analisanya pada tingkat nasional. Perspektif sistem dunia menganjurkan dengan
tegas bahwa dunia ini harus dijadikan unit analisa dalam ilmu sosial. Wallerstein
berpendapat bahwa setiap penjelasan sejarah harus beranjak dari sudut pandang
sistem dunia, dan setiap peristiwa sejarah hendaknya dijelaskan dengan
menganalisa akibat-akibatnya bagi sistem dunia secara total dan bagianbagiannya.
2.2. Revolusi Industri dan Kolonialisme
Revolusi Industri merupakan periode antara tahun 1750-1850 di mana
terjadinya perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, pertambangan,
teknologi, dan lain-lain serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi
sosial, ekonomi, dan budaya di dunia. Revolusi Industri dimulai dari Inggris dan
kemudian menyebar ke seluruh Eropa Barat, Amerika Utara, Jepang, dan akhirnya
ke seluruh dunia.
Revolusi Industri menandai terjadinya titik balik besar dalam sejarah
dunia, hampir setiap aspek kehidupan sehari-hari dipengaruhi oleh Revolusi
Industri, khususnya dalam hal peningkatan pertumbuhan penduduk dan
pendapatan rata-rata yang berkelanjutan dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Selama dua abad setelah Revolusi Industri, rata-rata pendapatan perkapita negaranegara di dunia meningkat lebih dari enam kali lipat.

6

Seperti yang dinyatakan oleh pemenang Hadiah Nobel, Robert Emerson
Lucas, bahwa: "Untuk pertama kalinya dalam sejarah, standar hidup rakyat biasa
mengalami pertumbuhan yang berkelanjutan. Perilaku ekonomi yang seperti ini
tidak pernah terjadi sebelumnya".1
Revolusi Industri dimulai pada akhir abad ke-18, dimana terjadinya
peralihan dalam penggunaan tenaga kerja di Inggris yang sebelumnya
menggunakan tenaga hewan dan manusia digantikan oleh penggunaan mesin yang
berbasis manufaktur. Seperti yang terjadi juga pada tahun 1924 dimana Stalin
berencana mengindustrialisasikan Uni Soviet dan kolektivitasnya, akan tetapi
mayoritas petani menolak kebijakan ini.2
Periode awal dimulai dengan
dilakukannya mekanisame terhadap industri tekstil, pengembangan teknik
pembuatan besi dan peningkatan penggunaan batubara. Ekspansi perdagangan
turut dikembangkan dengan dibangunnya terusan perbaikan jalan raya dan rel
kereta api.3 Adanya peralihan dari perekonomian yang berbasis pertanian ke
perekonomian yang berbasis manufaktur menyebabkan terjadinya perpindahan
penduduk besar-besaran dari desa ke kota, dan pada akhirnya menyebabkan
membengkaknya populasi di kota-kota besar di Inggris.
Istilah "Revolusi Industri" diperkenalkan oleh Friedrich Engels dan LouisAuguste Blanqui di pertengahan abad ke-19. Faktor yang melatarbelakangi
terjadinya Revolusi Industri adalah terjadinya revolusi ilmu pengetahuan pada
abad ke 16 dengan munculnya para ilmuwan seperti Francis Bacon, René
Descartes, Galileo Galilei serta adanya pengembangan riset dan penelitian dengan
pendirian lembaga riset seperti The Royal Improving Knowledge, The Royal
Society of England, dan The French Academy of Science. Adapula faktor dari
dalam seperti ketahanan politik dalam negeri, perkembangan kegiatan wiraswasta,
jajahan Inggris yang luas dan kaya akan sumber daya alam.
Sebab-sebab timbulnya Revolusi Industri
Revolusi Industri untuk kali pertamanya muncul di Inggris. Adapun faktorfaktornya yang menyebabkannya adalah sebagai berikut:
1. Situasi politik yang stabil. Adanya Revolusi Agung tahun 1688 yang
mengharuskan raja bersumpah setia kepada Bill of Right sehingga raja
tunduk kepada undang-undang dan hanya menarik pajak berdasarkan atas
persejutuan parlemen.

1 Lucas, Robert E., Jr. 2002. Lectures on Economic Growth. Cambridge: Harvard University
Press.
2 Zazuli Mohammad. 60 Tokoh Dunia Sepanjang Masa. (Jakarta: Narasi, 2009).
3Joseph E Inikori. Africans and the Industrial Revolution in England, Cambridge University
Press.
7

2. Inggris kaya bahan tambang, seperti batu bara, biji besi, timah, dan kaolin.
Di samping itu, wol juga yang sangat menunjang industri tekstil.
3. Adanya penemuan baru di bidang teknologi yang dapat mempermudah
cara kerja dan meningkatkan hasil produksi, misalnya alat-alat pemintal,
mesin tenun, mesin uap, dan sebagainya.
4. Kemakmuran Inggris akibat majunya pelayaran dan perdagangan sehingga
dapat menyediakan modal yang besar untuk bidang usaha. Di samping itu,
di Inggris juga tersedia bahan mentah yang cukup karena Inggris
mempunyai banyak daerah jajahan yang menghasilkan bahan mentah
tersebut.
5. Pemerintah memberikan perlindungan hukum terhadap hasil-hasil
penemuan baru (hak paten) sehingga mendorong kegiatan penelitian
ilmiah. Lebih-lebih setelah dibentuknya lembaga ilmiah Royal Society for
Improving Natural Knowledge maka perkembangan teknologi dan industri
bertambah maju.
6. Arus urbanisasi yang besar akibat Revolusi Agraria di pedesaan
mendorong pemerintah Inggris untuk membuka industri yang lebih banyak
agar dapat menampung mereka.
Tahap Perkembangan Industri
Pada akhir abad Pertengahan kota-kota di Eropa berkembang sebagai pusat
kerajinan dan perdagangan. Warga kota (kaum Borjuis) yang merupakan warga
berjiwa bebas menjadi tulang punggung perekonomian kota. Mereka bersaing
secara bebas untuk kemajuan dalam perekonomian. Pertumbuhan kerajinan
menjadi industri melalui beberapa tahapan, seperti berikut.
1. Sistem Domestik:
Tahap ini dapat disebut sebagai tahap kerajinan rumah (home industri).
Para pekerja bekerja di rumah masing-masing dengan alat yang mereka miliki
sendiri. Bahkan, kerajinan diperoleh dari pengusaha yang setelah selesai
dikerjakan disetorkan kepadanya. Upah diperoleh berdasarkan jumlah barang
yang dikerjakan. Dengan cara kerja yang demikian, majikan yang memiliki
usaha hanya membayar tenaga kerja atas dasar prestasi atau hasil. Para
majikan tidak direpotkan soal tempat kerja dan gaji.
2. Manufaktur:
Setelah kerajinan industri makin berkembang diperlukan tempat khusus
untuk bekerja agar majikan dapat mengawasi dengan baik cara mengerjakan
dan mutu produksinya. Sebuah manufaktur (pabrik) dengan puluhan tenaga

kerja didirikan dan biasanya berada di bagian belakang rumah majikan.
Rumah bagian tengah untuk tempat tinggal dan bagian depan sebagai toko
untuk menjual produknya. Hubungan majikan dengan pekerja (buruh) lebih
akrab karena tempat kerjanya jadi satu dan jumlah buruhnya masih sedikit.
Barang-barang yang dibuat kadang-kadang juga masih berdasarkan pesanan.
8

3. Sistem pabrik:
Tahap sistem pabrik sudah merupakan industri yang menggunakan mesin.
Tempatnya di daerah industri yang telah ditentukan, bisa di dalam atau di luar
kota. Tempat tersebut untuk untuk tempat kerja, sedangkan majikan tinggal di
tempat lain. Demikian juga toko tempat pemasaran hasil industri diadakah di
tempat lain. Jumlah tenaganya kerjanya (buruhnya) sudah puluhan, bahkan
ratusan. Barang-barang produksinya dibuat untuk dipasarkan.
Akibat Revolusi Industri
Revolusi Industri mengubah Inggris menjadi negara industri yang maju
dan modern. Di Inggris muncul pusat-pusat industri, seperti Lancashire,
Manchester, Liverpool, dan Birmingham. Seperti halnya revolusi yang lain,
Revolusi Industri juga membawa akibat yang lebih luas dalam bidang ekonomi,
sosial dan politik, baik di negeri Inggris sendiri maupun di negara-negara lain.
I.) Akibat di bidang ekonomi :
1. Barang melimpah dan harga murah
Revolusi Industri telah menimbulkan peningkatan usaha industri dan
pabrik secara besar-besaran melalui proses mekanisasi. Dengan demikian, dalam
waktu singkat dapat menghasilkan barang-barang yang melimpah. Produksi
barang menjadi berlipat ganda sehingga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
yang lebih luas. Akibat pembuatan barang menjadi cepat, mudah, serta dalam
jumlah yang banyak sehingga harga menjadi lebih murah.
2. Perusahaan kecil gulung tikar
Dengan penggunaan mesin-mesin maka biaya produksi menjadi relatif
kecil sehingga harga barang-barang pun relatif lebih murah. Hal ini membawa
akibat perusahaan tradisional terancam dan gulung tikar karena tidak mampu
bersaing.
3. Perdagangan makin berkembang
Berkat peralatan komunikasi yang modern, cepat dan murah, produksi
lokal berubah menjadi produksi internasional. Pelayaran dan perdagangan
internasional makin berkembang pesat.
4. Transportasi semakin lancar

Adanya penemuan di berbagai sarana dan prasarana transportasi yang
makin sempurna dan lancar. Dengan demikian, dinamika kehidupan masyarakat
makin meningkat.
9

II.) Akibat di bidang sosial :
1. Berkembangnya urbanisasi
Berkembangnya industrialisasi telah memunculkan kota-kota dan pusatpusat keramaian yang baru. Karena kota dengan kegiatan industrinya menjanjikan
kehidupan yang lebih layak maka banyak petani desa pergi ke kota untuk
mendapatkan pekerjaan. Hal ini mengakibatkan terabaikannya usaha kegiatan
pertanian.
2. Upah buruh rendah
Akibat makin meningkatnya arus urbanisasi ke kota-kota industri maka
jumlah tenaga kerja makin melimpah. Sementara itu, pabrik-pabrik banyak yang
menggunakan tenaga mesin. Dengan demikian, upah tenaga kerja menjadi murah.
Selain itu, jaminan sosial pun berkurang sehingga kehidupan mereka menjadi
susah. Bahkan para pengusaha banyak memilih tenaga buruh wanita dan anakanak yang upahnya lebih murah.
3. Munculnya golongan pengusaha dan golongan buruh
Di dalam kegiatan industrialisasi dikenal adanya kelompok pekerja
(buruh) dan kelompok pengusaha (majikan) yang memiliki industri atau pabrik.
Dengan demikian, dalam masyarakat timbul golongan baru, yakni golongan
pengusaha (kaum kapitalis) yang hidup penuh kemewahan dan golongan buruh
yang hidup dalam kemiskinan.
4. Adanya kesenjangan antara majikan dan buruh
Dengan munculnya golongan pengusaha yang hidup mewah di satu pihak,
sedangkan di pihak lain adanya golongan buruh yang hidup menderita,
menimbulkan kesenjangan antara pengusaha dan buruh. Kondisi seperti ini, sering
menimbulkan ketegangan-ketegangan yang diikuti dengan pemogokan kerja
untuk menuntut perbaikan nasib. Hal ini menimbulkan kebencian terhadap sistem
ekonomi kapitalis, sehingga kaum buruh condong kepada paham sosialis.
5. Munculnya revolusi sosial
Pada tahun 1820-an terjadi huru hara yang ditimbulkan oleh penduduk kota
yang miskin dengan didukung oleh kaum buruh. Gerakan sosial ini menuntut

adanya perbaikan nasib rakyat dan buruh. Akibatnya, pemerintah mengeluarkan
undang-undang yang menjamin perbaikan nasib kaum buruh dan orang miskin.
Undang-undang tersebut, antara lain sebagai berikut:
10

1. Tahun 1832 dikeluarkan Reform Bill atau Undang-Undang Pembaharuan

Pemilihan. Menurut undang-undang ini, kaum buruh mendapatkan hakhak perwakilan di dalam parlemen.
2. Tahun 1833 dikeluarkan Factory Act atau Undang-Undang Pabrik.

Menurut undang-undang ini, kaum buruh mendapatkan jaminan sosial. Di
samping itu, undang-undang juga berisi larangan pengunaan tenaga kerja
anak-anak dan wanita di daerah tambang di bawah tanah.
3. Tahun 1834 dikeluarkan Poor Law Act atau Undang-Undang Fakir Miskin.
Oleh karena itu, didirikan pusat-pusat penampungan dan perawatan para
fakir miskin sehingga tidak berkeliaran.
4. Makin kuatnya sifat individualisme dan menipisnya rasa solidaritas.
Dengan adanya Revolusi Industri sifat individualitas makin kuat karena
terpengaruh oleh sistem ekonomi industri yang serba uang. Sebaliknya,
makin menipisnya rasa solidaritas dan kekeluargaan.
III.) Akibat di bidang politik :
1. Munculnya gerakan sosialis
Kaum buruh yang diperlakukan tidak adil oleh kaum pengusaha mulai
bergerak menyusun kekuatan untuk memperbaiki nasib mereka. Mereka kemudian
membentuk organisasi yang lazim disebut gerakan sosialis. Gerakan sosialis
dimotivasi oleh pemikiran Thomas Marus yang menulis buku Otopia. Tokoh yang
paling populer di dalam pemikiran dan penggerak paham sosialis adalah Karl
Marx dengan bukunya Das Kapital.
2. Munculnya partai politik
Dalam upaya memperjuangkan nasibnya maka kaum buruh terus
menggalang persatuan. Apalagi dengan makin kuatnya kedudukan kaum buruh di
parlemen mendorong dibentuknya suatu wadah perjuangan politik, yakni Partai
Buruh. Partai ini berhaluan sosialis. Di pihak pengusaha mengabungkan diri ke
dalam Partai Liberal.

3. Munculnya imperialisme modern

Kaum pengusaha/kapitalis umumnya mempunyai pengaruh yang kuat
dalam pemerintahan untuk melakukan imperialisme demi kelangsungan
industrialisasinya. Dengan demikian, lahirlah imperialisme modern, yaitu
perluasan daerah-daerah sebagai tempat pemasaran hasil industri, mencari bahan
mentah, penanaman modal yang surplus, dan tempat mendapatkan tenaga buruh
yang murah. Dalam hal ini, Inggris yang menjadi pelopornya.
11

Kolonialisme
Kolonialisme adalah pengembangan kekuasaan sebuah negara atas
wilayah dan manusia di luar batas negaranya, seringkali untuk mencari dominasi
ekonomi dari sumber daya, tenaga kerja, dan pasar wilayah tersebut. Istilah ini
juga menunjuk kepada kepercayaan bahwa moral dari pengkoloni lebih hebat
ketimbang yang dikolonikan.
Pendukung dari kolonialisme berpendapat bahwa hukum kolonial
menguntungkan negara yang dikolonikan dengan mengembangkan infrastruktur
ekonomi dan politik yang dibutuhkan untuk pemodernisasian dan demokrasi.
Mereka menunjuk ke bekas koloni seperti Amerika Serikat, Australia, Selandia
Baru, Hong Kong dan Singapura sebagai contoh sukses pasca-kolonialisme.
Peneori ketergantungan seperti Andre Gunder Frank, berpendapat bahwa
kolonialisme sebenarnya menuju ke pemindahan kekayaan dari daerah yang
dikolonisasi ke daerah pengkolonisasi, dan menghambat kesuksesan
pengembangan ekonomi.
Pengkritik post-kolonialisme seperti Franz Fanon berpendapat bahwa
kolonialisme merusak politik, psikologi, dan moral negara terkolonisasi.Penulis
dan politikus India Arundhati Roy berkata bahwa perdebatan antara pro dan
kontra dari kolonialisme/ imperialisme adalah seperti "mendebatkan pro dan
kontra pemerkosaan". Lihat juga neokolonialisme sebagai kelanjutan dari
dominasi dan eksploitasi dari negara yang sama dengan cara yang berbeda (dan
sering kali dengan tujuan yang sama).
Definisi
Collins English Dictionary mendefinisikan kolonialisme sebagai
"kebijakan dan praktek kekuatan dalam memperluas kontrol atas masyarakat
lemah atau daerah." The Merriam-Webster Dictionary menawarkan empat
definisi, termasuk "karakteristik sesuatu koloni" dan "kontrol oleh satu kekuatan
di daerah yang bergantung atau orang-orang ". The Encyclopedia 2.006 Stanford
Filsafat "menggunakan istilah 'kolonialisme' untuk menggambarkan proses

penyelesaian Eropa dan kontrol politik atas seluruh dunia, termasuk Amerika,
Australia, dan sebagian Afrika dan Asia." Ini membahas perbedaan antara
kolonialisme dan imperialisme dan menyatakan bahwa "mengingat kesulitan
konsisten membedakan antara dua istilah, entri ini akan menggunakan
kolonialisme sebagai suatu konsep umum yang mengacu pada proyek dominasi
politik Eropa dari keenam belas hingga abad kedua puluh yang berakhir dengan
gerakan-gerakan pembebasan nasional dari tahun 1960-an ".
12

Dalam pengantarnya untuk Jürgen Osterhammel yang Kolonialisme:
Sebuah Tinjauan Teoritis, Roger Tignor mengatakan, "Untuk Osterhammel, esensi
kolonialisme adalah adanya koloni, yang secara definisi diatur berbeda dari
wilayah lain seperti protektorat atau bola informal pengaruh." Dalam buku
tersebut, Osterhammel bertanya, "Bagaimana bisa 'kolonialisme' didefinisikan
secara independen dari 'koloni?'" Ia menempel pada definisi tiga-kalimat:
Kolonialisme adalah hubungan antara mayoritas (atau paksa diimpor) adat dan
minoritas penyerbu asing. Keputusan fundamental yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat terjajah yang dibuat dan dilaksanakan oleh penguasa kolonial demi
kepentingan yang sering didefinisikan dalam sebuah metropolis yang jauh.
Menolak kompromi budaya dengan penduduk terjajah, penjajah yakin superioritas
mereka sendiri dan mandat mereka dihabiskan untuk memerintah.
2.3. Neoliberalisme

Neoliberalisme adalah sebuah pola pemikiran politik (ideologi) barat yang
mengutamakan pertumbuhan ekonomi diatas segala-gala nya.neoliberalisme
sebagai perwujudan baru paham liberalisme yang berarti Neo ‘baru’ dapat
dikatakan telah menguasai sistem perekonomian dunia.
Dalam pemikiran neoliberal, peraturan-peraturan ekonomi harus
menguasai sector-sektor yang lain, bukan sebaliknya. Apa saja yang menghalangi
perkembangan sektor ekonomi harus dihilangkan termasuk peraturan-peraturan
dan undang-undang pemerintah. Akibatnya, Negara terhambat dalam menjamin
kesejahteraan rakyat, kesehatan, kedaulatan nasional dan melestarikan lingkungan
hidup jika dianggap bahwa kebijakan-kebijakan itu terhambat pertumbuhan
ekonomi.
Neoliberalisme bertujuan untuk mengembalikan kepercayaan pada
kekuasaan pasar atau perdagangan bebas (pasar bebas) dengan pembenaran
mengacu pada kebebasan. Perdagangan bebas (pasar bebas) dapat didefinisikan
sebagai tidak adanya hambatan buatan. Bentuk hambatan tersebut seperti :
tarif/bea cukai, kuota yang membatasi banyak unit yang dapat diimpor untuk
membatasi jumlah barang tersebut di pasar dan menaikkan harga, subsidi yang
dihasilkan dari pajak sebagai bantuan pemerintah untuk produsen lokal.

Dari hambatan inilah para penganut neoliberalisme merasa tidak efisien
nya ekonomi karena masyarakat tidak dapat mengambil keuntungan dari
produktivitas Negara lain. Mereka merasa bahwa pihak yang paling
menguntungkan adalah produsen dan pemerintah. Produsen mendapatkan proteksi
dari hambatan perdagangan, sementara pemerintah mendapatkan penghasilan dari
bea-bea. Namun ada beberapa argumentasi yang menyatakan bahwa adanya

13

hambatan perdagangan antara lain untuk perlindungan terhadap industry dan
tenaga kerja lokal. Alasannya untuk melindungi konsumen dari produk-produk
yang dirasa tidak patut dikonsumsi.
Pokok-pokok pemikiran neoliberialisme:
-

-

-

Kekuasaan pasar
Membebaskan usaha “bebas “ atau usaha swasta dari ikatan apapun yang
diterapkan pemerintah (negara) tak peduli seberapa besar kerusakan social
yang diakibatkanya. Menurunkan upah dengan cara melucuti buruh dari
serikat buruhnya dan menghapuskan hak-hak buruh yang telah
dimenangkan dalam bertahun-tahun lamanya. Tidak ada lagi kontrol harga.
Secara keseluruhan, kebebasan total bagi pergerakan kapital, barang dan
jasa.
Memangkas pembelanjaan publik untuk layanan sosial seperti pendidikan
dan layanan kesehatan. Mengurangi jaringan pengamanan bagi kaum
miskin, dan bahkan biaya perawatan jalanan, atau pertolongan pada
masyarakat dengan mengurangi peran pemerintah. Tentunya, mereka tidak
menentang subsidi dan kuntungan pajak bagi bisnis besar.
Deregulasi
Mengurangi regulasi pemerintah terhadapa segala hal yang dapat menekan
profit, termasuk perlindungan lingkungan hidup dan keamanan tempat
kerja.

Dampak neoliberalisme
Perdagangan internasional sering dibatasi oleh berbagai pihak negara,
biaya tambahan yang diterapkan pada barang ekspor-impor dan juga regulasi non
tariff pada pada barang impor. Secara teori, semua hambatan inilah yang ditolak
oleh perdagangan bebas. Namun kenyataanya, perjanjian-perjanjian perdagangan
yang didukung oleh penganut perdagangan bebas ini malah menimbulkan
hambatan baru. Perjanjian-perjanjian tersebut sering di kritik karena melindungi
kepentingan perusahaan-perusahaan besar.

Contohnya pada pola kasus upah pekerja, dalam pemahaman
neoliberalisme pemerintah tidak berhak ikut campur dalam penentuan gaji pekerja
atau masalah pekerja semua menjadi tanggungan pengusaha/pemilik modal.
Dalam hal ini, para pekerja tidak mendapatkan perlindungan dari negara untuk
mendapatkan hak-hak nya. Tentu para pekerja menjadi sangat lemah posisi nya
ketika pengusaha memberikan upah yang tidak layak dan menerima dengan
terpaksa karena takut dipecat jika pekerja menolak. Dan jelas para pekerja
menjadi tidak berdaya karena tidak adanya perlindungan dari negara.
14

Salah satu dampak positive dari neoliberalisme adalah pelaksanaan
privatisasi yaitu pemindahan kepemilikan perusahaan sektor publik ke sektor
swasta. Privatisasi ini menimbulkan banyak manfaat bagi perusahaan diantaranya,
perusahaan akan banyak memperoleh tambahan modal untuk pengembangan
usaha dan perusahaan lebih diawasi sehingga kinerjanya akan lebih bagus.
2.4. Sistem Dunia Saat Ini
Latar Belakang Muncul Sistem Dunia Modernisasi
Sejarah politik global kontemporer terkadang sangat minim
pengembangannya di dunia akademik, khususnya studi hubungan internasional.
Ketika melihat fenomena, teoritisi dan praktisi cenderung melihat unsur-unsur
empiris, variabel-varibel terkini, dan kebijakan-kebijakan semata yang sama
sekali melupakan corak dan pola masa lalu atau konteks historis yang melekat
pada setiap unit analisis.
Realisme misalnya, lebih tertarik menunjukkan adanya perimbangan
kekuasaan yang dianggap dapat mejaga kestabilan interaksi antar-negara. Dengan
menekankan penjunjungan tinggi terhadap kedaulatan, Realisme selalu
memandang sifat negara yang satu kesatuan (unitary actor) guna menciptakan
kedudukan yang sama rata dengan kedaulatan negara lain.
Pandangan ini tidak lain terbentuk kala ketika ide untuk menciptakan suatu
pemerintahan dunia ala Wodrow Wilson (LBB), telah gagal menghentikan Perang
Dunia II. Ide yang muncul daripara pemikir Realisme dalam hal ini, tidak melihat
pola yang lebih besar yang terjadi ratusan tahun sebelumnya. Realisme hadir
dalam konteks mengkritik pemikiran utopia,guna menegaskan sifat dunia (yang
terdiri dari negara-bangsa) yang anarki. Negara-bangsa,adalah entitas paling
tinggi yang tidak dapat disubordinasikan oleh badan manapun.
Demikian pula ide-ide teoritisi liberal-institusional yang hadir guna ‚memenuhi‛
kebutuhan globalisasi yang sarat akan perputaran komoditi dan kapital yang
semakin takterbataskan garis kedaulatan. Atau pemikiran konstruktivisme yang
menjadi penengah dengan mengajukan konsep ‘konstruksi’ sebagai penentu apakah interaksi
bersifat zero sum ataukah positive sum .Dalam hal ini mereka tidaklah sepenuhnya
‘ahistoris’, karena bagaimanapun juga dalam teori selalu ada unsur sejarah yang

melekat. Seperti siklus perang-damai sejak The Peloponnesian War yang menjadi
tumpuan analisa realisme. Seperti juga siklus campur tangan negara, yang
tergambar dalam debat Smithian, Keynesian, danneo-klasikal dalam pemikiran
liberal-institusional.
Namun satu hal yang terjadi bahwa teorisasi-teorisasi tersebut enggan
mempertanyakan kapitalisme dan sistem negara itu sendiri yang melekat pada
tatanan atau sistem dunia.
Dengan merujuk pada teori sistem dunia para ahli menunjukkan bahwa
15

hampir selalu mirip dan bersifat siklis di setiap fenomena global
yang terjadi. Historis yangdimaksud para pemikir ini tentu historis dalam
pemaknaan yang sangat luas bahkansebelum tatanan negara-bangsa terbentuk.
Menurut mereka, pembentukkan perilaku negara-bangsa masa kini tidak
lepas dari lahirnya kapitalisme dan lahirnya sistem tatanan
negara-bangsa. Dimulai dari konflik, krisis, hingga perang, tidak lain adalah hasil
kreasi dua struktur ini. Dan kedua struktur inilah yang kemudian membentuk
struktur histori yang sangat berpola.
Permasalahan Sistem Dunia Saat Ini Menurut Para Ahli
Para ahli yang membahas sistem dunia yang terkenal yaitu Immanuel
Wallerstein dengan bukunya yang berjudul ‘World System Analysis’ dan ‘The
Modern World System’ serta Samir Amin, dalam bukunya ‘Eurocentrism’.
Kedua buku ini akan diulas dengan memulai pada pembahasan sejarah menurut
analisa sistem dunia yang terdeskripsi dalam sejarah peralihan feodalisme ke
kapitalisme di Eropa pada abad ke-16, yang akan menunjukkan pola krisis.
Kemudian pembahasan akan terfokus pada sistem dunia apa yang sebenarnya ada
dalam pemikiran Wallerstein dan Amin.
Dengan merujuk pada analisis sistem dunia, Wallerstein berpijak pada
gagasan bahwa dunia tidaklah sesederhana tatanan negara-bangsa, dimana kita
semua menjadi warga di salah satu teritorinya. Dunia yang ia maksud adalah
sesuatu yang lebih besar,yakni dunia sistem, dunia struktur, dan dunia sejarah
dimana akan selalu ada pola didalamnya.
Gagasan tentang pola, dan struktur dan sejarah ini tidak lepas dari kritik
Wallerstein mengenai pengkotak-kotakan displin ilmu dalam menggapai
penjelasan komprehensif fenomena dunia. Wallerstein menganggap pengkotakkotakan tersebut hanyaakan membuat akademisi tidak bisa melihat dan
menjelaskan secara komprehensif struktur kontrol apa yang ada dan menetukan
pola fenomena global.
Dengan adanya ilmu sosial sebagai penghubung sentral, maka dengan
mudah akademisi melihat struktur yang melandasi fenomena global. Unsur ilmu
sosial ini tidak lain adalah relasi pemenuhan kebutuhan yang tercermin dalam
relasi ekonomi-politik.Relasi sosial dalam ekonomi-politik tidak lain merupakan
buah pemikiran Karl Marxyang melihat adanya eksploitasi atas dasar akumulasi

kapital. Dengan mengacu padapemikiran ini, Wallerstein menggabungkannya
dengan pemikiran Fernand Braudel mengenai siklus repetitif finansialisasi
kapitalisme.
Pola yang inginditunjukkan Wallerstein dengan demikian, adalah pola
dimana akumulasi kapital dengancara eksploitatif akan memuncak pada suatu titik
kulminasinya. Titik kulminasi tersebutmenurut Wallerstein merupakan titik
destruktif yang menjadi bumerang terhadap sistem kapitalisme global.Secara lebih
16

mendetail, sistem ekonomi-politik kapitalisme dengan sendirinya akan kontra
terhadap dirinya sendiri (kontradiktif), dan kembali terstimulasi setelah masa
kontra tersebut selesai.
Wallerstein dan para pengikut Braudel melihat masa kontra diri
kapitalisme tersebut dalam fenomena krisis ekonomi. Krisis ekonomi sejatinya
adalah ketikakapitalisme semakin abstrak dalam akumulasi kapitalnya (karena
bergerak dalam logikafinansialisasi), dimana nilai riil ekonomi dan komoditi jauh
di bawah komoditas virtual(seperti saham dan obligasi). Fenomena ini yang
menurut Braudelian akan terus berlanjut selama kapitalisme masih menjadi pucuk
sistem ekonomi dunia. Dimana krisis akan terus dipakai dalam upaya
merevitalisasi kembali sistem akumulasi kapital tanpa henti.
Munculnya saham tidak lain merupakan upaya mempermudah akumulasi
kapitaldengan mengabaikan kondisi nilai riil komoditi yang ada pada saat itu,
sehingga dengan mudah pula terjadi transaksi perdagangan. Krisis dimulai ketika
tenggat penukaran uang virtual tersebut habis, dan tidak ada komoditi dengan nilai
riil yang dapat menggantikan besarnya nilai uang virtual yang notabene ‘abstrak’
tersebut.Dengan kata lain, antara nilai riil dan nilai virtual menjadi penyebab
adanya krisis.
Nikolai Kondratiev dan Joseph Schumpeter dengan jelas mengatakan
bahwa krisis adalah siklus dan dibutuhkan dalam sistem kapitalisme. Dengan
adanya krisis, kapitalisme dapat terus berinovasi (tentu sesuai kebutuhan yang
muncul akibat krisis).Perkembangan kapitalisme sedianya tidak bisa dilepaskan
dari kelahiran sistem negara-bangsa. Pasca-perjanjian Westphalia yang
mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun di Eropa. Perjanjian ini setidaknya
menghasilkan apa yang disebut tatanan negara-bangsa dimana teritorial bataskedaulatan dijunjung guna menghindarkan dunia dari perang yang berkepanjang.
Dari semangat kedaulatan inilah terjadi begitu banyak revolusi, yang salahsatunya
adalah revolusi industri di Inggris dilanjutkan revolusi Perancis.
Melalui dua revolusi ini, kekuasaan imperialisme dilawan guna mencapai
apa yang disebut Adam Smith sebagai kebebasan individualistik dalam
mengumpulkan kapital, dan apa yang disebu tLafayette kebebasan liberal.Dengan
merujuk pada lahirnya kapitalisme dan tatanan negara-bangsa, maka sistemdunia
pun terbentuklah. Dengan krisis sebagai fenomena pengontrol pola-pola
historis,Wallerstein dan Amin menyajikan Analisis Sistem Dunia sebagai alat
untuk menjelaskan berbagai fenomena global yang terjadi.

Bagaimana secara lebih detail kapitalisme dan sistem tatanan negarabangsa dapatmenjadi Sistem Dunia? Wallerstein dan Amin memilih untuk kembali
pada historisasinya yang membawa kajian mereka ke dunia Eropa tepat sesudah
masa pencerahan selesai terjadi.
Amin dalam bukunya ‘Eurocentrism’ melihat bahwa modernitas tidak dapat
dilepaskan dari proses berpisahnya unsur keagamaan dengan unsur politik,
pendidikan,dan sebagainya yang berkenaan dengan pengaturan relasi sosial.
17

Modernitas yang dihasilkan dari proses revolusioner ini bersifat kulural
dan menjamah hingga kehidupanmasyarakat. Kapitalisme oleh karenanya, tidak
bisa dilepaskan dari proses modernisasi ini.Oleh karena dimensi kultural menjadi
argumen utama Amin, Eropa pada saat zaman pencerahan mempunyai semangat
untuk membentuk tatanan di luar unsur keagamaan, yang mana menegaskan
bahwa manusia otonom dan dapat berdiri sendiritanpa bantuan Tuhan. Dengan ide
keotonoman ini, ide untuk mengembalikan kekuasaan kedalam berbagai entitas
semakin kuat.
Wallerstein dalam ‘The Modern World System’ , mendeskripsikan Eropa
yang pada saat itu mengalami krisis agrikultur dimana hasil panentidak lagi
mampu mencukupi kebutuhan. Oleh karenanya Eropa mulai menerapkan
sistemyang mengutamakan jual-beli demi keuntungan.
Teori dalam Sistem Dunia Global
Teori
Sistem
Dunia
(World
Sistem
Theory)
Teori sistem dunia muncul sebagai kritik atas teori modernisasi dan teori
dependensi. Immanuel Wallerstein memandang bahwa dunia adalah sebuah sistem
kapitalis yang mencakup seluruh Negara di dunia tanpa kecuali. Sehingga,
integrasi yang terjadi lebih banyak dikarenakan pasar (ekonomi) daripada
kepentingan politik. Dimana ada dua atau lebih Negara interdependensi yang
saling bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan seperti. Juga, terdapat satu atau
dua persaingan politik untuk mendominasi yang dilakukan untuk menghindari
hanya ada satu Negara sentral yang muncul ke permukaan selamanya.
“a world-system is a social system, one that has boundaries, structures, member
groups, rules of legitimating, and coherence. Its life is made up of the conflicting
forces which hold it together by tension and tear it apart as each group seeks
eternally to remold it to its advantage. It has the characteristics of an organism,
in that is has a lifespan over which its characteristics change in some respects
and remain stable in others… Life within it is largely self-contained, and the
dynamics of its development are largely internal” 4
Menurut Wallerstein, sistem dunia kapitalis dibagi ke dalam tiga jenis,
yaitu negara core atau pusat, semi-periferi atau setengah pinggiran, dan negara
4 Wallerstein,I. (1970s). The Modern World System. New York: The Academic Press
18

periferi atau pinggiran. Perbedaan bagi ketiga jenis negara ini adalah kekuatan
ekonomi dan politik dari masing-masing kelompok. Kelompok negara-negara
kuat (pusat) mengambil keuntungan yang paling banyak, karena kelompok ini
dapat memanipulasi sistem dunia sampai batas-batas tertentu dengan kekuatan
dominasi yang dimilikinya. Kemudian negara setengah pinggiran mengambil
keuntungan dari negara-negara pinggiran yang merupakan pihak yang paling
dieksploitir.
Penekanan pada teori ini adalah, Negara-negara di dunia bisa naik dan
juga bisa turun kelas. Negara pusat bisa saja menjadi Negara semi pinggiran,
Negara semi pinggiran bisa menjadi Negara pusat atau Negara pinggiran, dan
Negara pinggiran bisa menjadi Negara semi pinggiran. Hal ini terbukti pada
Perang Dunia II, Inggris dan Belanda yang sebelumnya menjadi Negara pusat
turun kelas digantikan Amerika Serikat pasca kehancuran dahsyat di Eropa.
Wallerstein merumuskan tiga strategi bagi terjadinya proses kenaikan
kelas, yaitu:
1. Kenaikan kelas terjadi dengan merebut kesempatan yang datang. Sebagai misal
negara pinggiran tidak lagi dapat mengimpor barang-barang industri oleh karena
mahal sedangkan komiditi primer mereka murah sekali, maka negara pinggiran
mengambil tindakan yang berani untuk melakukan industrialisasi substitusi impor.
Dengan ini ada kemungkinan negara dapat naik kelas dari negara pinggiran
menjadi negara setengah pinggiran.
2. Kenaikan kelas terjadi melalui undangan. Hal ini terjadi karena perusahaanperusahaan industri raksasa di negara-negara pusat perlu melakukan ekspansi ke
luar dan kemudian lahir apa yang disebut dengan MNC (Multinational
Corporation). Akibat dari perkembangan ini, maka muncullah industri-industri di
negara-negara pinggiran yang diundang oleh oleh perusahaan-perusahaan MNC
untuk bekerjasama. Melalui proses ini maka posisi negara pinggiran dapat
meningkat menjadi setengah pinggiran.
3. Kenaikan kelas terjadi karena negara menjalankan kebijakan untuk
memandirikan negaranya. Sebagai misal saat ini dilakukan oleh Peru dan Chile
yang dengan berani melepaskan dirinya dari eksploitasi negara-negara yang lebih
maju dengan cara menasionalisasikan perusahaan-perusahaan asing. Namun
demikian, semuanya ini tergantung pada kondisi sistem dunia yang ada, apakah
pada saat negara tersebut mencoba memandirikan dirinya, peluang dari sistem
dunia memang ada. Jika tidak, mungkin dapat saja gagal.
Teori Siklus Panjang (Long Cycle of World Politics)
Teori ini tidak jauh-jauh dari teori stabilitas hegemoni. Dimana yang dititik
beratkan adalah tatanan kekuasaan yang didominasi oleh satu Negara dan Negara
tersebut tetap mempertahankan kekuasaannya. Siklus panjang mengizinkan
terjadinya eksploitasi hati-hati dimana setelah Perang Dunia II, muncul Negara
dengan hegemoninya dan menguasai sistem dunia. Amerika Serikat dinilai telah
berhasil menggulingkan rezim yang dulunya berkuasa sebelum Perang Dunia II,
yaitu Inggris dan Belanda.

Menurut George Modelski dalam bukunya Long Cycle of World Politics
(1987) peperangan adalah produk alami dari siklus panjang atau yang lebih luas
lagi, siklus sistem global. Modelski percaya bahwa masyarakat internasional
adalah komunitas anarkis. Sehingga, perang tidak lain adalah keputusan sistemik
yang menekankan pergerakan sistem pada interval yang teratur yang merupakan
bagian hidup dari pemerintahan global dan tatanan social. Karena politik dunia
19

bukanlah sistem acak, hit or miss, menang atau kalah, tergantung pada
keberuntungan atau kekuatan pada kontestan, anarki tidak hanya berperan sampai
di situ saja.
Pada kenyataannya, setiap periode di dunia pernah dipegang oleh hanya
satu negara berkuasa seperti pada abad ke-16 yang dipegang oleh Bangsa
Portugis, abad ke-17 oleh Belanda, abad ke-18 dan ke-19 yang dipegang oleh
Inggris, dan dunia yang dipegang oleh Amerika Serikat pasca Perang Dunia II
sampai sekarang. Akan tetapi, Modelski tidak pernah mengklasifikasikan salah
satu Negara sebagai kekuatan dunia.
Saat ini, dunia terbagi atas 3 kelas dan setiap kelas berusaha menjadi kelas
tertinggi dimana kelas tertinggi juga berusaha agar tetap bisa berada di posisi
tersebut. Namun, hal yang tidak mungkin adalah semua Negara hanya berada pada
satu kelas, yaitu Negara pusat. Sehingga, dimunculkan hegemoni atau kekuasaan
satu Negara saja untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan oleh sebagian
pihak yang menilai rezim mereka harus dipertahankan.
Teori sistem dunia bertumpu pada sistem kapitalisme atau ekonomi,
sedangkan long cycle theory menekankan bahwa setiap hegemoni memiliki satu
aspek kuat yang sedang berkembang dan melingkupi seluruh Negara di dunia,
sedangkan aspek hegemoni yang berkembang saat ini adalah aspek ekonomi yang
bercabang ke aspek politik dan aspek-aspek yang lainnya. Untuk mempertahankan
hegemoninya, sebuah Negara hegemon harus memiliki aspek-aspek geografis
yang mapan misalnya Negara tetangga sebagai aliansi yang bisa diandalkan, letak
geografis yang strategis dan bukan Negara yang land locked, kekuatan militer
yang mendukung, serta aspek-aspek geopolitik yang lainnya.
Kedua teori ini saling mendukung satu sama lain.
Untuk menjalankan sebuah negara, dibutuhkan pemerintah atau
pemerintahan. Pemerintahan memerlukan sebuah sistem yang disebut sistem
pemerintahan. Sistem pemerintahan diperlukan untuk menjaga kestabilan negara.
Secara luas, sistem pemerintahan merupakan suatu tatanan atau struktur
pemerintahan negara yang bertitik tolak dari hubungan antarsemua organ negara,
termasuk hubungan pemerintahan pusat dan bagian di tingkat lokal.
Sementara itu, dalam definisi sempit, sistem pemerintahan adalah suatu
tatanan atau struktur pemerintahan yang bertitik tolak dari hubungan sebagian
organ negara di tingkat pusat, khususnya antara eksekutif dan legislatif. Tiap

negara menggunakan sistem pemerintahan yang berbeda dengan negara lain. Hal
ini dipengaruhi oleh kondisi di nega