Analisis Pengaruh Dewan Pengawas Syariah dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Islamic Social Reporting pada Perbankan Syariah di Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengungkapan (Disclosure)
2.1.1.1 Pengertian Pengungkapan (Disclosure)
Evans (2003:82) berpendapat bahwa pengungkapan berarti
“Menyampaikan informasi dalam laporan keuangan, termasuk laporan
keuangan

itu

sendiri,

catatan

atas

laporan


keuangan,

dan

pengungkapan tambahan yang berkaitan dengan laporan keuangan”.
Pengungkapan menurut Evans (2003:82) hanya terbatas pada hal hal yang menyangkut pelaporan keuangan, tidak termasuk dengan
penyataan umum atau private yang dibuat untuk manajemen atau
informasi yang disampaikan di luar lingkup pelaporan keuangan.
2.1.1.2 Pengguna Pengungkapan
Hendriksen (1992:829) menyatakan bahwa pihak yang biasanya
menerima informasi dan pengungkapan laporan keuangan adalah :
1. Pemegang saham, investor dan kreditor
Seperti yang dinyatakan oleh FASB adalah:
“Pelaporan keuangan harus memberikan informasi yang berguna
bagi investor potensial dan kreditor serta pengguna lainnya dalam
rangka pengambilan keputusan investasi rasional, kredit dan
keputusan sejenis lainnya”
2. Pihak lainnya

Universitas Sumatera Utara


Pengungkapan juga dibuat untuk pihak lain seperti karyawan,
pelanggan, pemerintah, dan masyarakat umum, tetapi mereka hanya
dilihat sebagai penerima sekunder dari laporan tahunan dan bentukbentuk pengungkapan lainnya
2.1.1.3 Tujuan Pengungkapan
Menurut

Belkaoui

(dalam

Indah

Fitri

2004:13)

tujuan

pengungkapan dalam pelaporan keuangan yaitu:

1. mendeskripsikan item-item yang diakui dalam laporan keuangan
dan menyediakan pengukuran-pengukuran yang relevan atau itemitem tersebut selain pengukuran dalam laporan keuangan
2. mendeskripsikan

unrecognized

items

dan

menyediakan

pengukuran yang berguna atas item-item tersebut
3. menyediakan informasi untuk membantu para investor dan
kreditor dalam menilai resiko-resiko dan item-item yang potensial
untuk di recognized dan unrecognized
4. menyediakan

informasi


penting

yang

memungkinkan

para

pengguna laporan keuangan untuk melakukan perbandingan antar
perusahaan maupun antar tahun
5. menyediakan informasi mengenai arus masuk atau keluar dimana
yang akan datang
6. membantu investor dalam menetapkan return dan investasinya
2.1.1.4 Jenis dan Tingkat Pengungkapan

Universitas Sumatera Utara

Menurut Darrough (1993:161) mengemukakan ada dua jenis
pengungkapan dalam hubungannya dengan persyaratan standar yaitu:
1. Mandated Disclosure (Pengungkapan Wajib) merupakan

pengungkapan yang diwajibkan peraturan pemerintah artinya
pengungkapan yang sesuai Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
yang berlaku. Jika perusahaan tidak bersedia untuk mengungkapkan
secara sukarela maka pengungkapan wajib akan memaksa
perusahaan untuk mengungkapkannya
2. Voluntary Disclosure (Pengungkapan Sukarela) merupakan
pengungkapan yang tidak diwajibkan peraturan, dimana perusahaan
bebas memilih jenis informasi yang akan diungkapkan yang
sekiranya dapat mendukung dalam pengambilan keputusan.
Pengungkapan ini berupa butir-butir yang dilakukan secara sukarela
oleh perusahaan tanpa diharuskan sesuai peraturan yang berlaku
(Standar Akuntansi Keuangan)
Pengungkapan dalam pengertian terluas berarti penyampaian
(release)

informasi.

Hendriksen

(1992:834)


membagi

tingkat

pengungkapan menjadi tiga konsep pengungkapan yang bergantung
pada peraturan yang dianggap paling diinginkan. Tiga konsep
pengungkapan tersebut adalah:
1. Adequate disclosure (Pengungkapan cukup) adalah pengungkapan
minimum yang dinyatakan oleh peraturan yang berlaku, dimana
angka-angka yang disajikan dapat diinterpretasikan dengan benar

Universitas Sumatera Utara

oleh investor. Konsep yang sering digunakan adalah Adequate
Disclosure
2. Fair Disclosure (Pengungkapan wajar) adalah pengungkapan yang
secara tidak langsung merupakan tujuan etis agar memberikan
perlakuan yang sama kepada semua pemakai laporan dengan
menyediakan informasi yang layak terhadap pembaca potensial

3. Full Disclosure (Pengungkapan penuh) adalah pengungkapan yang
mengimplikasikan penyajian dari seluruh informasi yang relevan.
Pengungkapan

ini

sering

dianggap

berlebihan

Hendriksen

berpendapat terlalu banyak informasi akan mebahayakan, karena
penyajian atas informasi tidak penting yang rinci akan mengaburkan
informasi yang signifikan dan membuat laporan sulit untuk
diinterpretasikan.
2.1.2 Corporate Social Responbility
The World Bussiness Council for Sustainabel Development (WBCSD)

dalam mendefinisikan CSR sebagai komitmen berkesinambungan dari
kalangan bisnis untuk berperilaku dan bertindak etis dan memberi kontribusi
dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kualitas hidup
para karyawan beserta keluarganya, dan juga meningkatkan kualitas hidup
setempat dan masyarakat luas.
Sedangkan Bowen (1953:165) dengan bukunya yang berjudul “ Social
Responsibility of the Businessman” mendefinisikan CSR sebagai:
“Kewajiban dari seorang pebisnis untuk mengikuti tema tindakan yang

Universitas Sumatera Utara

diinginkan dari tujuan dan nilai masyarakat”. Bapepam LK (Lembaga
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan) No. KEP 134/BL/2006
menyatakan :
“Laporan tahunan wajib memuat uraian singkat mengenai penerapan tata
kelola perusahaan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan dalam periode
laporan keuangan tahunan terakhir”.
Uraian dimaksud sekurang-kurangnya memuat hal : (dalam poin ke 18)
uraian mengenai aktivitas sosial dan biaya yang dikeluarkan berkaitan
dengan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat dan

lingkungan.
Di

Indonesia

adapun Undang-Undang

yang

mengatur

mengenai

pengungkapan tanggung jawab sosial diatur dalam Undang-Undang No. 40
tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pengertian tanggung jawab sosial
dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 adalah, “Tanggung Jawab Sosial
dan Lingkungan adalah komitemen perseroan untuk berperan serta dalam
pembangunan

ekonomi


berkelanjutan

guna

meningkatkan

kualitas

kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri,
komunitas setempat, maupun masyarakat pada umumnya”.
Dalam Undang-Undang juga disebutkan bahwa salah satu laporan yang
harus dimuat dalam laporan adalah pelaksanaan tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Pasal 74 Undang-Undang No. 40 tahun 2007, menyatakan
bahwa perusahaan yang melakukan kegiatan usahanya dibidang dan atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan kegiatan CSR. Selain

Universitas Sumatera Utara

dalam Undang -Undang No.40 tahun 2007, peraturan tanggung jawab sosial

juga disebutkan dalam Pasal 15 (b) Undang-Undang No. 25 tahun 2007
tentang penanaman modal, yang menyatakan bahwa setiap penanaman
modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
Putra

(2009:85)

dalam

penelitiannya

analisis

faktor-faktor

yang

mempengaruhi pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) serta
hubungan pengungkapan tanggung jawab sosial dengan reaksi investor
membuat kesimpulan berdasarkan peneliti-peneliti sebelumnya bahwa
secara garis besar manfaat CSR adalah :
1. mempertahankan

dan

mendongkrak

reputasi

serta

citra

merek

perusahaan
2. mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial
3. mereduksi resiko bisnis perusahaan
4. melebarkan akses sumber daya bagi operasional perusahaan
5. membuka peluang pasar yang lebih besar
6. mereduksi biaya, misalnya terkait dengan pembuangan limbah
7. memperbaiki hubungan dengan Stakeholders
8. memperbaiki hubungan dengan Regulator
9. meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan
10. peluang mendapatkan penghargaan
Hal tersebut menunjukkan bahwa manfaat CSR yang dibangun
berdasarkan visi tanggung jawab sosial perusahaan bisa didapatkan oleh
kedua belah pihak dan juga sejalan dengan prinsip kemasyarakatan bersama

Universitas Sumatera Utara

yang dikembangkan melalui berbagai program kegiatan Corporate Social
Responsibility (CSR).
2.1.3 ISR (Islamic Social Reporting)
2.1.3.1 Pengertian Islamic Social Reporting (ISR)
Adanya konsep tangung jawab sosial dalam Islam maka akan
meningkat pula keinginan untuk membuat pelaporan ataupun
pengungkapan sosial yang bersifat syariah. Hanya saja sampai saat ini
belum ada standar pelaporan tanggung jawab social secara syariah yang
bisa

dijadikan

patokan

standar

secara

internasional.

AAOIFI

(Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institutions) sebagai organisasi yang mengembangkan akuntansi dan
auditing bagi lembaga keuangan syariah di tingkat dunia yang sudah
mengeluarkan standar mengenai kerangka dasar dan laporan keuangan
syariah, akan tetapi standar tersebut tidak dapat dijadikan sebagai suatu
standar atas pengungkapan tanggung jawab sosial secara syariah karena
tidak menyebutkan keseluruhan item – item terkait pelaporan tanggung
jawab sosial yang harus diungkapkan oleh perusahaan. Salah satu cara
untuk menilai pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan secara
syariah yaitu dengan menggunakan indeks Islamic Social Reporting
(ISR).

Haniffa

(2002:132)

berpendapat

bahwa

ISR

adalah

“perpanjangan pelaporan sosial yang tidak hanya berupa keinginan
besar dari seluruh masyarakat terhadap peranan perusahaan dalam
ekonomi melainkan berkaitan dengan perspektif spiritual”.

Universitas Sumatera Utara

ISR juga bertujuan meningkatkan transparansi dari aktifitas bisnis
dengan menyediakan informasi yang relevan dalam memenuhi
kebutuhan spiritual dari pengguna laporan perusahaan yang muslim.
Selain itu indeks ISR juga menekankan pada keadilan sosial terkait
pelaporan mengenai lingkungan, kepentingan minoritas dan karyawan.
ISR adalah kumpulan indeks pelaporan tanggung jawab sosial yang
sudah ditetapkan oleh AAOFII yang sesuai dengan syariah dan
kemudian dikembangkan oleh masing-masing peneliti selanjutnya.
2.1.3.2 Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR)
Pengungkapan dalam Islamic Social Reporting menggunakan
indeks ISR. Indeks ISR adalah item-item pengungkapan yang
digunakan sebagai indikator dalam pelaporan kinerja sosial institusi
bisnis syariah. Indeks ISR untuk entitas Islam mengungkapkan hal-hal
yang berkaitan dengan prinsip Islam seperti transaksi yang terbebas dari
unsur riba, spekulasi gharar, pengungkapan zakat, status kepatuhan
syariah dan aspek-aspek sosial seperti shadaqah, wakaf qardhul hasan,
serta pengungkapan peribadahan di lingkungan perusahaan.
Haniffa (2002:133) membuat lima tema pengungkapan Indeks ISR,
yaitu Tema Pendanaan dan Investasi, Tema Produk dan Jasa, Tema
Karyawan, Tema Masyarakat, dan Tema Lingkungan Hidup. Kemudian
dikembangkan oleh Othman et al. (2009:9) dengan menambahkan satu
tema pengungkapan yaitu tema Tata Kelola Perusahaan. Setiap tema

Universitas Sumatera Utara

pengungkapan memiliki sub-tema sebagai indikator pengungkapan
tema tersebut. Berikut enam tema pengungkapan dalam indeks ISR.
1. Pendanaan dan Investasi, meliputi:
a. Riba (interest-free)
Riba berasal dari bahasa Arab yang berarti tambahan (AlZiyadah), berkembang (An-Nuwuw), meningkat (Al-Irtifa’), dan
membesar (Al-‘uluw). dalam Nurhayati dan Wasilah (2011:84)
memaparkan mengenai masalah riba sebagai setiap penambahan
yang diambil tanpa adanya suatu penyeimbang atau pengganti
(‘iwad) yang dibenarkan syariah. Hal yang dimaksud transaksi
pengganti atau penyeimbang yaitu transaksi bisnis atau komersil
yang melegitimasi adanya penambahan secara adil, seperti jual
beli, sewa menyewa, atau bagi hasil proyek dimana dalam
transaksi tersebut ada faktor penyeimbang berupa ikhtiar/usaha,
risiko dan biaya.
b. Gharar (ketidakpastian)
Terjadi ketika terdapat incomplete information antara kedua
belah pihak yang bertransaksi dalam hal kuantitas, kualitas,
harga, waktu penyerahan dan akad. Salah satu contoh dari
transaksi gharar adalah transaksi lease and purchase (sewabeli) karena adanya ketidakpastian dalam akad diikrarkan antara
kedua pihak.
c. Zakat

Universitas Sumatera Utara

Zakat merupakan kewajiban bagi seluruh umat Muslim atas
harta benda yang dimiliki ketika telah mencapai nisab. Zakat
tidaklah sama dengan donasi, sumbangan, dan shadaqah. Zakat
memiliki aturan yang jelas mengenai harta yang harus
dizakatkan,

batasan

harta

yang

terkena

zakat,

cara

perhitungannya, dan siapa saja yang boleh menerima zakat
sesuai apa yang telah diatur oleh Allah SWT.
d. Kebijakan

atas

keterlambatan

pembayaran

piutang

dan

penghapusan piutang tak tertagih
Penangguhan atau penghapusan utang ditawarkan kepada orang
dermawan dimana penangguhan harus dilakukan dengan adanya
penyelidikan terlebih dahulu kepada pihak debitur terkait
ketidakmampuannya dalam pembayaran piutang. Jika pihak
yang bersangkutan kaya raya maka pembayaran piutang dapat
dicicil. Penangguhan atau penghapusan utang merupakan suatu
bentuk sikap tolong menolong yang dianjurkan di dalam Islam
sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Quran surat AlBaqarah ayat 280 sebagai berikut:
“Dan jika (orang berutang) dalam kesulitan, maka berilah
tangguh hingga dia berkelapangan. Dan menyedekahkan
(sebagian atau semua utang) itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.”
e. Current Value Balance Sheet (CVBS)

Universitas Sumatera Utara

Metode CBVS digunakan untuk mengatasi kelemahan dari
metode historical cost yang kurang cocok dengan perhitungan
zakat yang mengharuskan perhitungan kekayaan dengan nilai
sekarang. Nilai kini dalam neraca akan dijadikan sebagai
pedoman untuk menentukan berapa jumlah zakat yang
dikeluarkan. Nilai kini dapat diperoleh dari estimasi nilai ratarata transaksi yang terjadi atau transaksi yang akan terjadi
apabila aset tersebut diperjualbelikan oleh perusahaan. Dalam
ekonomi Islam, current value balance sheet sudah seharusnya
dimasukkan sebagai bagian dari persyaratan pelaporan operasi
perusahaan. PSAK Indonesia masih diberlakukan nilai historis
atas nilai-nilai akun pada neraca. Salah satu aspek yang
mengandung nilai historis adalah pengukuran setelah pengakuan
aset tidak berwujud. Dalam PSAK No 19 (revisi 2000)
disebutkan bahwa entitas hanya dapat menggunakan model
harga perolehan dalam mengukur aset tidak berwujud. Oleh
karena itu, klasifikasi current value balance sheet tidak relevan
untuk dijadikan kriteria dalam pengungkapan penelitian ini.
f. Value Added Statement
Value Added Statement menurut Harahap (2008:35) berfungsi
untuk memberikan informasi tentang nilai tambah yang
diperoleh perusahaan dalam periode tertentu dan kepada pihak
mana nilai tambah itu disalurkan. Value Added Statement

Universitas Sumatera Utara

merupakan pernyataan yang melaporkan perhitungan nilai
tambah

beserta

pemanfaatannya

oleh

para

pemangku

kepentingan perusahaan. Istilah Value Added Statement
diartikan sebagai laporan pertambahan nilai.
2. Produk dan Jasa
a. Produk yang ramah lingkungan (green product)
Produk ramah lingkungan adalah produk yang berasal dari
bahan yang tidak mencemari lingkungan dan kemasannya juga
dapat dimanfaatkan sehingga tidak menjadi sampah. Selain itu
proses produksinya juga tidak banyak mengeluarkan limbah.
Setiap perusahaan di seluruh dunia diharapkan menghasilkan
produk ataupun jasa yang ramah lingkungan sebagai suatu
bentuk partisipasi dalam menjaga dan memelihara lingkungan
yang kian mengalami kerusakan.
b. Status kehalalan produk
Pentingnya status kehalalan status produk merupakan suatu
kewajiban yang harus diungkapkan oleh perusahaan dalam
laporan tahunannya kepada seluruh konsumen dan dianjurkan
dalam Islam sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-quran
surat Al-Baqarah ayat 168 sebagai berikut:
“Hai sekalian manusia! Makanlah yang halal lagi baik dari apa
yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-

Universitas Sumatera Utara

langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagimu.”
Status kehalalan suatu produk diketahui setelah mendapat
sertifikat kehalalan produk dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).
c. Kualitas dan Keamanan suatu produk
Setelah produk dinyatakan halal, hal lain yang juga penting
untuk perusahaan dalam mengungkapkan produknya adalah
mengenai kualitas dan keamanan produk. Produk yang
berkualitas dan aman akan meningkatkan kepercayaan dan
loyalitas konsumen terhadap suatu perusahaan.
d. Keluhan konsumen / indikator yang tidak terpenuhi dalam suatu
peraturan
Pengungkapan selanjutnya adalah mengenai keluhan konsumen
atau pelayanan pelanggan. Suatu perusahaan diharapkan tidak
hanya berfokus pada produk yang dihasilkan (product-oriented)
melainkan memberikan pelayanan terhadap konsumen yang
memuaskan (consumer-oriented) dengan menyediakan pusat
layanan keluhan konsumen setelah proses jual beli.
3. Karyawan
Othman et al. (2010:138) memaparkan bahwa masyarakat Islam
ingin mengetahui apakah karyawan-karyawan perusahaan telah
diperlakukan secara adil dan wajar melalui informasi-informasi
yang diungkapkan, seperti upah, karakteristik pekerjaan, jam kerja

Universitas Sumatera Utara

per hari, libur tahunan, jaminan kesehatan dan kesejahteraan,
kebijakan terkait waktu dan tempat ibadah, pendidikan dan
pelatihan karyawan, tunjangan untuk karyawan, kesetaraan hak, dan
lingkungan kerja. Beberapa aspek lainnya adalah kebijakan
remunerasi untuk karyawan, kesamaan peluang karir bagi seluruh
karyawan baik maupun wanita, kesehatan dan keselamatan kerja
karyawan, keterlibatan karyawan dalam beberapa kebijakan
perusahaan, karyawan dari kelompok khusus seperti cacat fisik atau
korban narkoba, tempat ibadah yang memadai, serta waktu atau
kegiatan keagamaan untuk karyawan. Selain itu, juga ditambahkan
beberapa aspek pengungkapan berupa kesejahteraan karyawan dan
jumlah karyawan yang dipekerjakan.
4. Masyarakat
Pengungkapan tema masyarakat yang digunakan dalam penelitian
ini adalah shadaqah/donasi, wakaf, qardul hasaan, sukarelawan dari
pihak karyawan, pemberian beasiswa, pemberdayaan kerja bagi
siswa yang lulus sekolah/kuliah berupa magang atau praktik kerja
lapangan, pengembangan dalam kepemudaan, peningkatan kualitas
hidup masyarakat kelas bawah, kepedulian terhadap anak-anak,
kegiatan amal/bantuan/kegiatan sosial lain, dan mensponsori
berbagai macam kegiatan seperti kesehatan, hiburan, olahraga,
budaya, pendidikan dan agama. Perusahaan memberikan bantuan
dan kontribusi kepada masyarakat dengan tujuan semata-mata untuk

Universitas Sumatera Utara

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan membantu menyelesaikan
permasalahan sosial di masyarakat seperti membantu memberantas
buta aksara, memberikan beasiswa, dan lain-lain.
5. Lingkungan
Konsep yang mendasari tema lingkungan dalam penelitian ini
adalah mizan, i’tidal, khilafah, dan akhirah. Konsep tersebut
menekankan

pada

prinsip

keseimbangan,

kesederhaan,

dan

tanggung jawab dalam menjaga lingkungan. Oleh karena itu,
informasi-informasi yang berhubungan dengan penggunaan sumber
daya dan program-program yang digunakan untuk melindungi
lingkungan harus diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan
Othman et al. (2010:138). Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT
dalam Al-Quran surat Ar-Rum ayat 41 sebagai berikut:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut akibat ulah tangan
manusia, supaya Allah menghendaki agar mereka merasakan
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke
jalan yang benar).”
Dalam penelitian ini menggunakan beberapa item pengungkapan
yang berhubungan dengan tema lingkungan yaitu konservasi
lingkungan,

perlindungan

terhadap

margasatwa,

kegiatan

mengurangi efek pemanasan global dengan meminimalisasi polusi,
pengelolaan limbah, pengelolaan air bersih, pendidikan mengenai
lingkungan, pemanfaatan limbah sekitar perusahaan yang diolah

Universitas Sumatera Utara

kembali menjadi suatu produk baru, pernyataan verifikasi
independen atau audit lingkungan, dan sistem manajemen
lingkungan.
6. Tata Kelola Perusahaan
Konsep yang mendasari tema ini adalah konsep khilafa. Tema tata
kelola perusahaan dalam ISR tidak bisa dipisahkan dari perusahaan
guna memastikan pengawasan pada aspek syariah perusahaan.
Secara formal, tata kelola perusahaan dapat didefinisikan sebagai
sistem hak, proses, dan kontrol secara keseluruhan yang ditetapkan
secara internal dan eksternal atas manajemen sebuah entitas bisnis
dengan

tujuan

untuk

melindungi

kepentingan-kepentingan

stakeholder. Informasi yang diungkapkan dalam tema tata kelola
perusahaan adalah status kepatuhan terhadap syariah, rincian nama
dan profil direksi, DPS dan komisaris, laporan kinerja komisaris,
DPS dan direksi, kebijakan remunerasi komisaris, DPS dan direksi,
laporan pendapatan dan penggunaan dana non halal, laporan perkara
hukum, struktur kepemilikan saham, kebijakan anti korupsi, dan
anti terorisme.
2.1.4 Shari’ah Governance Structure
Tata kelola perusahaan, terutama dalam paradigma Islam merupakan
hal yang sangat penting karena memiliki kecenderungan sebagai pendorong
kejujuran, integritas, keterbukaan, akuntabilitas dan tanggung jawab
diantara seluruh stakeholders dalam sebuah organisasi. Disamping itu,

Universitas Sumatera Utara

shari’ah governance merupakan hal yang sangat esensial pada institusi
keuangan Islam dalam membangun dan memelihara kepercayaan pemegang
saham serta stakeholder lainnya bahwa seluruh transaksi, praktek dan
kegiatan yang dijalankan perusahaan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Sejumlah bank Islam membentuk lembaga khusus pengawasan untuk
membatasi perbedaan kepentingan antara investor Islam dengan pengelolaan
bank syariah. Shari’ah Supervisory Board (SSB) berfungsi untuk
meyakinkan investor bahwa bank-bank Islam patuh pada hukum dan
prinsip-prinsip syariah. Permintaan akan adanya SSB muncul akibat
kebutuhan yang dirasakan untuk memastikan inovasi-inovasi yang terdapat
dalam praktik perbankan termasuk dalam akuntansi terhadap prinsip-prinsip
ortodoksi Islam Karim (1995:287). Namun hal ini tidak menjadikan sebuah
bank Islam wajib memliki SSB-nya sendiri. Meskipun, AAOIFI
mensyaratkan baik SSB maupun auditor keuangan dari bank Islam
melaporkan kepatuhan terhadap doktrin syariah AAOIFI. Standar AAOIFI
secara

eksplisit

menyatakan

bahwa

pengawasan

syariah

adalah

dimaksudkan untuk menyelidiki sampai sejauh mana institusi keuangan
telah menganut aturan dan prinsip-prinsip syariah dalam semua kegiatannya.
Literature yang ada menunjukkan terdapat dua sudut pandang yang
bertolak belakang: dampak internal dari mekanisme tata kelola pada
pengungkapan perusahaan mungkin menjadi pelengkap (complementary)
atau pengganti (subtitutive) Ho dan Wong (2001:143). Jika mekanisme tata
kelola perusahaan dianggap sebagai pelengkap (complementary) maka

Universitas Sumatera Utara

diharapkan dapat memperkuat pengendalian internal perusahaan dan
menyediakan paket pengawasan intensif bagi suatu perusahaan untuk
mengurangi perilaku oportunistik dan asimetri informasi Ho dan Wong
(2001:143).
Sudut pandang lainnya yaitu mekanisme tata kelola perusahaan
mungkin berdampak sebagai pengganti (substitutive) dan mungkin
menghasilkan pengungkapan yang lebih sedikit. Dimana terdapat tambahan
mekanisme tata kelola yang dimasukkan yang mengarah pada pengawasan
yang lebih baik, kebutuhan akan pengungkapan sebagai bentuk dari
pengawasan yang kemudian menurun. Bakar (2002:76) menyatakan bahwa
“kepatuhan syariah merupakan inti dari sebuah bank Islam dan bisnis
perbankannya”. Tingkat kepatuhan syariah oleh bank Islam akan bergantung
pada tingkat pengawasan di tempat dalam membatasi perbedaan
kepentingan antara para pelaku yang secara khusus tertarik pada kepatuhan
syariah yang dilakukan bank dan agen yang merupakan manajemen bank
Farook et al. (2011:121).
Karim (1990:38) mengklasifikasikan tiga jenis utama dari pemegang
saham bank-bank Islam: manajemen, investor Islam dan investor ekonomi.
Dari ketiga kategori tersebut, segmen yang paling tertarik terhadap
pelaksanaan kepatuhan bank akan hukum-hukum dan prinsip-prinsip Islam
adalah investor Islam. Semakin besar tingkat pengawas oleh investor Islam,
semakin besar kepatuhan bank Islam dalam melaksanakan hukum dan
prinsip Islam. Oleh karena itu, sejauh mana pengungkapan ISR dapat

Universitas Sumatera Utara

dikatakan bergantung pada tingkat pengawasan oleh kelompok investor
Islam. Dua faktor tingkat pengawasan yang diidentifikasikan: Dewan
Pengawas Syariah dan Ukuran Perusahaan.
2.1.4.1 Dewan Pengawas Syariah
Dewan pengawas syariah atau Shari’a Supervisory Board
(selanjutnya disebut SSB) berperan dalam hal memberikan keyakinan
kepada investor maupun stakeholder bahwa bank Islam dalam
menjalankan kegiatannya telah patuh pada hukum-hukum dan prinsipprinsip syariah seperti yang tercantum dalam Al-quran dan Hadits.
Meskipun keberadaan SSB dapat meningkatkan pengawasan yang lebih
tinggi sehingga pengungkapan ISR akan menjadi luas, sejauh mana
SSB akan mempengaruhi pengungkapan ISR juga bergantung pada
karakteristik mekanisme tata kelola masing-masing perusahaan. Oleh
karena itu, banyak faktor yang berhubungan dengan karakteristik SSB
mungkin menentukan seberapa efektif SSB dalam melakukan fungsinya
dan kemudian berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan ISR oleh
bank-bank syariah.
2.1.4.2 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan tingkat identifikasi besar atau
kecilnya suatu perusahaan. Menurut Hilmi dan Ali dalam Ira Robiah
(2008:30) ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi. Besar
kecilnya ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aktiva,
total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya.

Universitas Sumatera Utara

Semakin besar nilai item-item tersebut maka semakin besar pula ukuran
perusahaan itu. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang
ditanam, semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran
uang dan semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia
dikenal dalam masyarakat. Ukuran perusahaan merupakan salah satu
variabel yang banyak digunakan untuk menjelaskan mengenai variasi
pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan. Terdapat beberapa
penjelasan mengenai pengaruh ukuran perusahaan terhadap kualitas
pengungkapan.

Ada

dugaan

bahwa

perusahaan

kecil

akan

mengungkapkan lebih rendah kualitasnya dibandingkan perusahaan
besar. Hal ini karena ketiadaan sumber daya dan dana yang cukup besar
dalam laporan tahunan. Perusahaan yang berukuran lebih besar
cenderung memiliki 31 public demand akan informasi yang lebih besar
dibandingkan dengan perusahaan kecil Waryanti (2009:15).
2.2 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian sebelum ini telah mencoba untuk melihat faktor-faktor
yang mempengaruhi tingkat pengungkapan CSR ataupun pengungkapan ISR,
adapun penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No.
1.

Nama Peneliti
Khoiruddin
(2013)

Variabel
Independen:
- Ukuran Dewan
Pengawas Syariah
- Ukuran Dewan

Hasil Penelitian
Ukuran dewan komisaris
memiliki pengaruh positif
terhadap Islamic Social
Reporting, sedangkan ukuran

Universitas Sumatera Utara

Komisaris

2.

Dependen:
- Pengungkapan ISR
(Islamic Social
Reporting)
Swastiningrum Independen:
(2013)
- Ukuran Perusahaan
- Profitabilitas
- Leverage
- Tipe Kepemilikan
Dependen:
- Pengungkapan ISR
(Islamic Social
Reporting)

3.

4.

Raditya
(2012)

Dewi
(2012)

Independen:
- Ukuran Perusahaan
- Profitabilitas
- Sukuk
- Jenis Industri
- Umur Perusahaan
Dependen:
- Pengungkapan ISR
(Islamic Social
Reporting)
Independen:
- Profitabilitas
- Leverage
- Likudititas
- Ukuran Perusahaan
- Porsi kepemilikan
publik
Dependen:
- Pengungkapan ISR
(Islamic Social
Reporting)

dewan pengawas syariah
tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan terhadap
Islamic Social Reporting.

Ukuran perusahaan memiliki
pengaruh
positif
dan
signifikan terhadap ISR,
sedangkan profitabilitas dan
leverage memiliki pengaruh
positif tetapi tidak signifikan,
dan
tipe
kepemilikan
berpengaruh
berpengaruh
negatif dan tidak signifikan
terhadap
Islamic
Social
Reporting.
Ukuran perusahaan, dan
profitabilitas
berpengaruh
secara signifikan terhadap
perusahaan
untuk
pengungkapan ISR.

Ukuran perusahaan, dan
profitabilitas
berpengaruh
secara signifikan terhadap
perusahaan
untuk
pengungkapan
ISR,
sedangkan
Leverage,
likuiditas dan kepemilikan
publik
tidak
memiliki
pengaruh yang signifikan
terhadap ISR.

Khoiruddin (2013) mengidentifikasi ” Pengaruh Elemen Good Corporate
Governance Terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting pada Perbankan

Universitas Sumatera Utara

Syariah Indonesia”. Hasil analisis data yang dilakukan dapat disimpulkan ukuran
dewan pengawas syariah (X1) secara parsial tidak memiliki pengaruh terhadap
pengungkapan terhadap Islamic Social Reporting. Ukuran dewan komisaris (X2)
secara parsial ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh positif terhadap Islamic
Social Reporting, dan secara simultan ukuran dewan pengawas syariah dan ukuran
dewan komisaris berpengaruh positif terhadap Islamic Social Reporting.
Swastiningrum (2013) yang meneliti “Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage dan Tipe Kepemilikan Terhadap Pengungkapan Islamic
Social Reporting pada perbankan syariah 2010-2012 . Hasilnya menunjukkan
Ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap ISR,
sedangkan profitabilitas dan leverage memiliki pengaruh positif tetapi tidak
signifikan, dan tipe kepemilikan berpengaruh berpengaruh negatif dan tidak
signifikan terhadap Islamic Social Reporting pada perbankan syariah tahun 20102012.
Raditya (2012) menunjukkan “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Tingkat Pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR) pada Perusahaan yang
Masuk Daftar Efek Syariah”. Hasil analisis data yang dilakukan dapat
disimpulkan ukuran perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh secara signifikan
terhadap perusahaan untuk pengungkapan ISR sedangkan penerbitan sukuk, jenis
industri, umur perusahaan memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap
pengungkapan Islamic Social Reporting (ISR).
Dewi (2012) “Analisis Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Likuiditas,
Ukuran Perusahaan, dan Porsi Kepemilikan Publik atas Saham Terhadap

Universitas Sumatera Utara

Pengungkapan Islamic Social Reporting pada Perusahaan Jakarta Islamic Index”.
Hasil analisis data menunjukkan profitabilitas dan ukuran perusahaan mempunyai
pengaruh yang signifikan positif terhadap pengungkapan ISR. Sedangkan
leverage, likuiditas dan porsi kepemilikan publik atas saham perusahaan tidak
mempunyai pengaruh signifikan terhadap pengungkapan ISR.
2.4

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah pondasi utama dimana sepenuhnnya proyek

penelitian ditujukan, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antara variabel
masalah yang telah diidentifikasikan melalui wawancara, observasi, dan survey.
Kuncoro (2009:52). Kerangka konseptual merupakan kesimpulan sementara dari
tinjauan teoritis yang mencerminkan adanya hubungan antara variabel yang
diteliti. Dalam penelitian ini, variabel independen (X) yang digunakan adalah
Dewan pengawas syariah dan ukuran perusahaan sedangkan variabel dependen
(Y) pengungkapan Islamic Social Reporting.
Dewan pengawas syariah adalah dewan yang bertugas memberikan nasihat
dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan
prinsip syariah. (prasetyoningrum 2010:27) menyatakan bahwa keanggotaan DPS
seharusnya terdiri dari ahli syariah, yang sedikitnya banyak menguasai hukum
dagang positif dan cukup terbiasa dengan kontrak-kontrak bisnis. Tugas DPS
adalah mengawasi kegiatan bank agar sesuai dengan prinsip syariah. Jumlah
anggota DPS menurut ketentuan GCG yang ditetapkan UU No. 40 Tahun 2007
tentang perseroan terbatas yaitu sekurang-kurangnya sebanyak dua orang.
Semakin banyak anggota DPS maka diharapkan pengawasan terhadap bank

Universitas Sumatera Utara

menjadi lebih baik sehingga sesuai dengan prinsip syariah dan dapat
meningkatkan level pengungkapan.
Ukuran perusahaan bisa diukur dengan berbagai cara diantara lain
menggunakan total aktiva, jumlah karyawan, jumlah pemegang saham, aset tetap,
penjualan perusahaan ataupun modal dari perusahaan tersebut. Dalam penelitian
ini ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan total aktiva. Susmantoro
(2008:27) menyatakan bahwa total aset yang dimiliki perusahaan memiliki
pengaruh positif terhadap tingkat disclosure. Semakin besar aset yang dimiliki
perusahaan maka semakin tinggi tingkat disclosure perusahaan. Berdasarkan
peneliti-peneliti sebelumnya disimpulkan bahwa perusahaan yang berukuran besar
cenderung memiliki pengungkapan informasi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan perusahaan yang berukuran lebih kecil karena dengan ukuran perusahaan
yang besar maka tanggung jawab perusahaan akan kesejahteraan masyarakat dan
lingkungan sekitarnya akan semakin diperhatikan. Selain itu perusahaan yang
berukuran besar dianggap lebih mempunyai kemampuan untuk memberikan
pengungkapan yang lebih luas. Hubungan lainnya antara ukuran perusahaan
dengan tingkat pengungkapan adalah semakin besar perusahaan maka semakin
banyak pihak analis di bursa saham yang tertarik untuk menganalisa kinerja
perusahaan tersebut, sehingga dibutuhkan pengungkapan yang lebih banyak.
Berdasarkan teori tersebut maka dapat digambarkan kerangka konseptual
sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

Dewan Pengawas
Syariah
(X1)

Ukuran Perusahaan
(X2)

Pengungkapan
Islamic Social
Reporting (ISR)
(Y)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.5

Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan hipotesisnya sebagai
berikut :
H1: Dewan Pengawas Syariah dan Ukuran Perusahaan pada perbankan syariah di
Indonesia berpengaruh terhadap pengungkapan ISR baik secara simultan maupun
parsial.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

PENGARUH UKURAN DEWAN KOMISARIS, PROFITABILITAS, DAN UKURAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING (StudiEmpiris di PerbankanSyariah di Indonesia Periode 2012-2015)

1 9 74

PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA Pengungkapan Islamic Social Reporting Pada Bank Syariah Di Indonesia.

0 1 13

PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING PADA BANK SYARIAH DI INDONESIA Pengungkapan Islamic Social Reporting Pada Bank Syariah Di Indonesia.

0 3 15

Pengaruh Profitabilitas, Umur Perusahaan, Ukuran Dewan Komisaris, dan Ukuran Dewan Pengawas Syariah terhadap Pengungkapan Islamic Social Reporting.

2 10 18

Analisis Pengaruh Dewan Pengawas Syariah dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Islamic Social Reporting pada Perbankan Syariah di Indonesia

0 0 14

Analisis Pengaruh Dewan Pengawas Syariah dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Islamic Social Reporting pada Perbankan Syariah di Indonesia

0 0 4

Analisis Pengaruh Dewan Pengawas Syariah dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Islamic Social Reporting pada Perbankan Syariah di Indonesia

0 0 7

Analisis Pengaruh Dewan Pengawas Syariah dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Islamic Social Reporting pada Perbankan Syariah di Indonesia

0 0 2

Analisis Pengaruh Dewan Pengawas Syariah dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Islamic Social Reporting pada Perbankan Syariah di Indonesia

0 0 11

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE, LIKUIDITAS DAN UKURAN DEWAN PENGAWAS SYARIAH TERHADAP PENGUNGKAPAN ISLAMIC SOCIAL REPORTING (Studi Empiris pada Bank Umum Syariah tahun 2013-2016)

0 0 18