Tuturan dalam bahasa mantra pada upacara pengusiran roh jahat Suku Mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua - USD Repository

  

TUTURAN DALAM BAHASA MANTRA

PADA UPACARA PENGUSIRAN ROH JAHAT SUKU MEE

KABUPATEN DEIYAI PROVINSI PAPUA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun Oleh :

Yulius Pekei

  

081224082

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

  

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

  

MOTTO

(Menulis dan belajar adalah napas hidupku )

  

“Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar,

untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk

mendidik orang dala m kebenaran”, (II Timotius 3: 16)

  Walau banyak duri, Walau banyak tantangan,

  Mata Tuhan selalu melihatku, Dan berilah saya hati yang kasih sayang,

  Walau ada rintangan, Di jalan kehidupan saya,

  Mata Tuhan selalu melihat Dalam setiap langkahku

  Bergandeng tanganku, Jadilah penunjuk jalan

  Menuju harapanku Karya ilmiah ini kuabdikan kepada : Bapak, Ibu, Kakak sekalian Yang selalu mewarnai dan meluruskan hatiku Agar disiplin dalam segala hal yang kuhadapi Terima Kasih Kepada Allah, atas Keajaiban-Mu untukku Amin.

HALAMAN PERSEMBAHAN

  Skripsi ini pertama-tama saya persembahkan kepada Tuhan Sang Pencipta alam dan segalah isinya. Memberikan waktu dan cinta kasih yang berlimpah sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini. Kedua, Skripsi ini saya persembahkan untuk keluarga Ibu dan Bapak tercinta Alida Mote, Soter Pekei, Saudara-Saudari sekandung Andariana Pekei, Helena Pekei, Marike Pekei, Yavet Pekei, S,Amd., Ansela Pekei. Ketiga, kekasih Martina Keiya yang selalu memberikan cinta, perhatian, semangat, dan doa setiap waktu yang tak akan terlupakan. Spesial buat pujaanku Fransiskus Matopai Pekei yang setia menanti. Keempat, tak lupa juga Bapak Manfred Enago Mote, S.Fil. Pastor Yanuarius Matopai You, Pr., Ausilius Ipouga You, SPd.MM., Fransiskus You, Yohanes Amoye You,S.Ag.M.Hum. Oktovianus Marko Pekei, S.Fil., yang selalu memantau dalam perjalanan studiku. Kelima, saya persembahkan kepada LPMAK yang setia membiayai studi saya hingga sampai selesai. Keenam, seluruh dosen PBSID atas pendampingannya hingga saya bisa menerbitkan tiga buku pada saat studi. Ilmu yang sudah saya terima dapat menjadi pegangan hidupku.

  

ABSTRAK

Yulius Pekei 2013, Tuturan Dalam Bahasa Mantra Pada Upacara Pengusiran

  Roh Jahat Suku Mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua. Skripsi S1, PBSID, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dibimbing oleh Dr. B.

  Widharyanto, M.Pd. dan Drs. J. Prapta Diharja, S. J. M.Hum. Penelitian ini memiliki empat pokok permasalahan. Pertama, isi tuturan apa sajakah yang disampaikan dalam upacara pengusiran roh jahat suku Mee Kabupaten Deiyai

  Provinsi Papua. Kedua, Jenis tindak tutur apa sajakah yang disampaikan dalam upacara pengusiran roh jahat pada suku Mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua. Ketiga, makna tuturan apa sajakah yang ingin disampaikan dalam upacara pengusiran roh jahat pada suku Mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua. Keempat, daya bahasa apakah yang muncul pada tuturan bahasa mantra pada upacara pengusiran roh jahat suku mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi suatu pelaksanaan upacara pengusiran roh jahat, mengambil gambar urutan pelaksanaan, perekaman tururan pelaksanaan upacara pengusiran roh jahat, pencatatan tuturan kata-kata dalam upacara pengusiran roh jahat, memberi kode agar sumber datanya tetap ditelusuri, wawancara untuk hal yang kurang jelas.

  Analisis data dilakukan melalui pencatatan dari rekaman kedalam bahasa tulis, menerjemakan dari bahasa daerah ke dalam bahasa Indonesia, mengelompokan kata kata kedalam isi, bentuk, makna kata: menentukan hubungan semantik, hubungan taksonomi dan hubungan kontras dan daya bahasa. Selanjutnya, menganalisis data ditinjau dari etnolinguistik dengan teori Dell Hymes dan Spradley yaitu analisis peristiwa tutur dan etnografi tutur sebagai pelengkap yang selanjutnya digambarkan dalam SPEAKING.

  Daya bahasa dapat muncul pada tataran struktur. Daya bahasa direalisasikan

  melalui tindak tutur direktif, yang terkandung dalam tindak tutur pemimpin upacara pengusiran roh jahat (Kosmas Madai) kepada kelurga si penderita kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu. Kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaan, atau permohonan. Menurut ekstensinya, wacana yang digunakan dalam peristiwa tutur ini verbal dan non verbal.

  Penelitian menunjukan bahwa keseluruhan rangkaian tuturan dari isi tuturan, bentuk tuturan, makna tuturan dan gaya bahasa dalam upacara pengusiran roh jahat, pemimpin upacara tidak menemukan tanda-tanda yang buruk. Peneliti menyimpulkan bahwa penelitian ini si penderita selamat dari penderitaan. Peneliti mengajukan saran yang dapat mengoptimalkan penelitian ini hendaknya meneliti lebih lanjut tuturan yang dipakai di kebun, di hutan, di tempat keramat, dll,.

  

vii

  ABSTRACT

Julius Pekei 2013 Languages Spoken in Mantra At Spirit Eviction Ceremony

  Quarterly Evil Deiyai District Mee Province. Purse S1, PBSID, Sanata Dharma University, Yogyakarta. Mentored by Dr. B. Widharyanto, M.Pd.

  and Drs. J. Prapta Diharja, S. J.,M.Hum. This study has four principal problems. First, what are the contents of a speech delivered in the ritual expulsion of evil spirits District Mee quarter Deiyai Province.

  

Second , what are the different types of speech acts presented in the expulsion of evil

  spirits ceremony at District Mee quarter Deiyai Province. Third, what are the different speech meaning conveyed by the ritual expulsion of evil spirits in the quarter Mee District Deiyai Province. Fourth, the force of the language that appears on the spoken language in ritual spells expulsion of evil spirits quarter noodles District Deiyai Province.

  The method used in this research is descriptive qualitative method. Data collection techniques used were observation of an execution ritual expulsion of evil spirits, take a picture sequence of execution, recording of performance of rites expulsion of evil spirits, recording spoken words of the ritual expulsion of evil spirits, give the code to remain searchable data sources, interviews for the case less clear.

  Data analysis is done by recording from the tape into the writing language, of regional languages in the Indonesian language, words said into content, form, meaning says: determining semantic relationships, taxonomic relationships and contrast relations and its language. Furthermore, analyzing the surveyed data from etnolinguistic by Dell Hymes and Spradley theory that is said and ethnographic analysis of speech events as further described in complementary SPEAKING.

  The force of language can emerge in rank structure. Reaction force is realized through speech language directive, contained in the speech act toast families including Treasure Hunt expulsion of evil spirits to the sick person to ask a question sentence. Order to specify the order of sentence, invitation, request, or application. According ekstensy, the discourse used in this speech event of verbal and non verbal.

  Research shows that the entire range of speech from speech content, the form of speech, meaning speech and language style in the ritual expulsion of evil spirits, master of ceremonies found no adverse signs. Researchers concluded that this study survived the suffering of the sick person. Researchers can submit suggestions to optimize this study further examines let speech worn in the garden, in the wild, shrines, etc.

  

viii ix

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia dan kasih sayang sehinga penyusunan tugas akhir yang berjudul

  “Tuturan Dalam Bahasa Manta Pada Upacara Pengusiran Roh Jahat

  

Suku Mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua. Skripsi S1, PBSID, Universitas

  Sanata Dharma Yogyakarta”, dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. Prodi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penelitian ini dilakukan sebagai aplikasi teori yang diterima selama perkuliahan. Penelitian secara khusus menganalisis empat tahap pengusiran roh jahat. Pertama, Teki-Teki Kabu

  “Tahap Persiapan”. Kedua, Edoga Kabu “Tahap Pembukaan”. Ketiga, Yupi Kabu “Tahap Pertengahan”. Keempat, Mumai Kabu

  

“Tahap Akhir”. Keempat tahap tersebut di atas dijabarkan secara rinci isi, bentuk

dan makna tuturan.

  Skripsi ini mendokumentasikan bahasa daerah yang semakin punah sesuai dengan perkembangan saman dewasa ini. Penelitian ini diharuskan bermanfaat bagi generasi penerus dan pula perlindungan dari kepunahan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pengembangan bahasa, budaya dan sastra.

  Penyusun skripsi ini dapat diselesaikan berkat adanya bantuan dalam berbagai bentuk, baik yang berupa sumbangan pikiran, saran, kritik, motivasi, dan lain-lain. Oleh karena itu, dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1)

  Dr. B. Widharyanto, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang memberikan bimbingan kepada penulis dengan penuh sabar dan dedikasi memberikan saran dan masukan yang sangat bermanfaat sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. 2)

  Drs. J. Prapta Diharja, S.J.,M.Hum. selaku Dosen Pembimbing II yang memberikan bimbingan dengan ketekunan dan penuh sabar meluangkan waktu untuk mendampingi peneliti sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. 3)

  Dosen-dosen PBSID yang telah membagikan ilmu dan membimbing penulis selama belajar di Universitas Sanata Dharma. 4)

  Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed,Ph.D, yang selalu memantau perkuliahan saya hingga menuliskan Skripsi ini dengan baik. 5)

  Pihak LPMAK yang setia membiyayai studi dan keperluan lainnya hingga menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

6) Pegawai perpustakaan yang selalu setia melayani.

  7) Teman–teman angkatan 2008 yang bersama-sama berjuang dan selalu memberikan motivasi.

  8) Martina Keiya dan Yupen Fransiskus Matopai Pekei yang selalu memberikan kasih sayang semangat dan kesabaran yang tulus selama mendampingi penulis berproses.

  9) Pastor Yanuarius Matopai You, Pr, memantau dan memberikan motivasi selama berproses penulisan skripsi ini.

  Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca. Saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

  Yogyakarta, 02 Juli 2013 Penulis

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

  i ……………………………….…….………….

  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii …….…..….….….. HALAMAN PENGESAHAN

  iii ……………………….…..……....….

  HALAMAN MOTTO

  iv …………………………………………….….

  HALAMAN PERSEMBAHAN v ………………………..………...….

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA vi

……………..……..…..…... ABSTRAK

  vii …………………………………………….……...…....….

  ABSTRACT

  …………………………………………….……....….…. viii

  

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ix

……….……....….. KATA PENGANTAR

  …………………………………..……...……. x

  DAFTAR ISI

  ……………………………………………..……...……. xii

  DAFTAR TABEL

  ……………………………………….……...…….. xvi

  DAFTAR GAMBAR

  …………………………………………..…. ….. xvii

  BAB I PENDAHULUAN

  ……………………………………………… 1

  1.1 Latar Belakang Masalah ………………………..….……………... 1

  1.2 Rumusan Masalah …………………………………..….…… …... 4

  1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………………. 4

  1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………….……….. 5

  1.5 Batasan Istilah ………………………………….…………............ 5

  1.6 Sistematika Penyajian ……………………………………………. 8

  BAB II LANDASAN TEORI

  9 ………………………………………..

  2.1 Penelitian Terdahulu ……………………….. ………………….. 9

  2.2 Landasan Teori ………….………………………….............. …… 11

  2.2.1 Perbedaan Tuturan dan Bahasa ………………..…………. 11

  2.2.2 Tuturan ………. ……………………….…………............ 19

  2.2.2.1 Tindak Tutur ……………………………………............ 20

  2.2.2.2 Masyarakat Tutur …………………..……….…………... 24

  2.2.2.3 Jenis Tindak Tutur ……………………………………… 25

  2.2.2.4 Makna Tindak Tutur ………………………………......... 28

  2.2.7.4 Filosofi Hidup Suku Mee (Dou, Gai, Ekowai) ……... …… 53

  3.4 Desain Penelitian ……………………………………………….… 66

  3.3 Lokasi Penelitian …………………………………………..… .…. 64

  3.2 Teknik Pengumpulan Data ………………………….…..…… .…. 63

  3.1 Metode Penelitian …………………………………….…….. .…. 62

  62

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………..

  2.3 Kerangka Berpikir ………………………………………….………. 61

  2.2.8.5 Sistem Kepercayaan ………………………………………. 60

  2.2.8.4 Mata Pencaharian ……………………………………. …… 58

  2.2.8.3 Penduduk ……………………………………….………… 56

  2.2.8.2 Sistem Kepemimpinan ………………………….…... …… 55

  2.2.8.1 Sejarah Rukun Tetangga (RT) Eniyauwo ……….……….. 54

  2.2.8 Lokasi Penelitian ……………………………………….….. …… 53

  2.2.7.3 Penyebaran Suku Mee …………………………….…. …... 52

  2.2.2.5 Tuturan Dalam Upacara Pengusiaran Roh Jahat………... 28

  2.2.7.2 Pembaharuan Arti Nama Mee ………………………. …… 51

  2.2.7.1 Pengertian Suku Mee …………………………….………. 50

  2.2.7 Suku Mee ………………………………………………..……… 50

  2.2.6 Upacara Pengusiran Roh Jahat …..……………............................. 48

  2.2.5 Daya Bahasa ………………………………………….…….……. 45

  2.2.4.2 Jenis- Jenis Mantra ……………….………………………. 44

  2.2.4.1 De finisi dan Ciri Mantra …….……………………........... 42

  2.2.4 Mantra ………………………………………….…....................... 40

  2.2.3.3 Praan gapan ………………………………….…………… 37

  2.2.3.2 In ferensi …………………………………………………. 35

  2.2.3.1 R eferensi ………………………………………………… 34

  2.2.3 Interpretasi Pragmatik …………………………………………… 33

  2.2.2.6 Tuturan Dalam Tahap Upacara Pengusiaran Roh Jahat ... 29

  3.5 Sumber Data ………………………….………………………..… 67

  3.6 Teknik Analisis Data ………………………………………...….. 70

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  72 …………...

  4.1 Peristiwa Tutur “Tahap Persiapan” Teki-Teki Kabu …………… 72

  4.1.1 Isi Tuturan ……………………………………………........ 72

  4.1.2 Jenis Tindak Tutur …………………………………….….. 76

  4.1.3 Makna tuturan ………………………………….…….. ….. 83

  4.1.4 Daya Bahasa ……………………………………….…. ….. 85

  4.2 Peristiwa Tutur “Tahap Pembukaan” Edoga Kabu …………….. 88

  4.2.1 Isi Tuturan …………………………………………………... 88

  4.2.2 Jenis Tindak Tutur ………………………………….……… 92

  4.2.3

  97 Makna tuturan ……………………………………..……….

  4.2.4 Daya Bahasa

  …………………………………….…….…… 99

  4.3 101 Peristiwa Tutur “Tahap Pertengahan” Yupi Kabu …….………..

  4.3.1 102

  Isi Tuturan…………………………………………..………

  4.3.2 Jenis Tindak Tutur ……………………………….….…….. 107

  4.3.3 Makna tuturan………………………………………….. ….. 116

  4.3.4 Daya Bahasa

  ……………………………………….……….. 118

  4.4 Peristiwa Tutur “Tahap Akhir” Mumai Kabu ………………. ….. 121

  4.4.1 Isi Tuturan ………………………………………………….. 121

  4.4.2 Jenis Tindak Tutur ………………………………….…….... 124

  4.4.3 Makna tuturan …………………………………..…….….… 129

  4.4.4 Daya Bahasa

  132 ………………………………………….…….

  BAB V PENUTUP

  135 ……………………………………………………

  5.1 Kesimpulan ………………………………………….…………… 135

  5.1.1 135 Isi Tuturan ………………………………..……....…………..

  5.1.2 Jenis Tindak Tutur ………………………………….………… 135

  5.1.3 Makna Tuturan ……………………………………………….. 137

  5.1.4 Daya Bahasa …………………………………………………. 137

  5.2 Saran …………………………………………….……………….. 137

DAFTAR PUSTAKA

  …………………………………………………. 138

  LAMPIRAN

  …………………………………………………………… 141

   RIWAYAT HIDUP PENULIS .............................................................. 162

  DAFTAR TABEL

  Nomor Halaman 1.

  26 Masyarakat Tutur ………………………………………………………… 2.

  29 Tindak Tutur ……………………………………………………………..

  3.

  56 Jumlah Penduduk Menurut Klien ………………………….…………….

  4.

  57 Jumlah Penduduk Menurut Agama .…………………….….....................

  5.

  57 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ………….…..................

  6.

  58 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian …………….……………..

  7.

  61 Kerangkah Berpikir ………………………………….….….….................

  8.

  66 Desain Penelitian ………………………………………….………….….

  9.

  74 Peristiwa Tutur Tahap Persiapan …………………………….……….….

  10.

  83 Hubungan Semantik Kegiatan Persiapan Upacara ………….…….…… 11.

  84 Taksonomi Sediakan Bahan Makanan ……………………………….… 12.

  84 Hubungan Kontras “Noya Agiyo Kotu” …………………………….…...

  13.

  89 Peristiwa Tutur Tahap Pembukaan ………………………………….….

  14.

  98 Hubungan Sematik Kata Ganti Sebutan Keluarga Penderita…………… 15.

  98 Hubungan Taksonomi “Ikido” …………………………………………..

  16.

  99 Hubungan Kontras “Ikido” ……….……………………………................

  17. Peristiwa Tutur Tahap Pertengahan ……………………………………… 105 18.

  Hubungan Semantik Alat-Alat Dalam Upacara ……………….……… … 116 19. Hubungan Taksonomi “Mapega” ……………………………….. ………. 117 20. Hubungan Kontras “Mapega” …………………………………………….. 117 21. Peristiwa Tutur Tahap Akhir ………………………………….…………... 122 22. Hubungan Semantik Proses Pembakaran Hingga Penyajian Babi ………. 130 23. Taksonomi “Bodiya Dagumai” ………………………………………….. 130 24. Hubungan Kontras “Bodiya Dagumai “..…………………………………. 131

  

xvi

  DAFTAR GAMBAR

  Nomor Halaman 1.

  Peta Lokasi Penelitian ………………… ………………………..… 64 2. Pemimpin Sedang Memijit Penderita bertanda Roh

  Jahat y 102 ang Dirasukinya Keluar ………..…….………………….….

3. Pemimpin Sedang Memanah Babi Bertanda Memutuskan Jalan

  Antara Penderita 103 dan Roh Jahat…....................................................

  4. Pemimpin berdiri di samping Keluarga Penderita Bertanda pemimpin Memberi Tahu Semua Tanda Yang Terjadi ……........… 104

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan jati diri mereka akan kesatuan dari kebudayaan mereka. Kesatuan kebudayaan itu tidak tentukan oleh orang lain melainkan oleh mereka sendiri. Salah satu kebudayaan adalah bahasa. Dengan demikian, bahasa daerah di Papua adalah bahasa yang diwariskan kepada Sang Pencipta untuk dihayati. Namun kenyataanya bahasa Papua kini ambang punah secara alamiah. Kepunahan bahasa daerah Papua terjadi karena masyarakat sendiri tidak menghayati kearifan lokal mereka.

  Masyarakat pemakai bahasa terkadang merasa rendah diri seketika menggunakan bahasa ibu mereka. Artinya pengguna bahasa daerah cenderun terpengaruh arus global sehingga tidak lagi mencintai budayanya.

  “Mereka terkadang menganggap bahasanya ketinggalan zaman. Padahal lebih awal mereka menggunakan bahasa proto (bahasa yang digunakannya sejak lahir).

  Ada dua hal yang secara tidak sadar menuju ambang kepunahan. Pertama, faktor internal, yaitu faktor linguistik yang berhubungan dengan bahasa itu sendiri, termasuk fonologi, morfologi, semantik dan sintaksis. Sedangkan faktor eksternal menyangkut manusia dan lingkungan, bagimana manusia berhubungan dengan manusia lain dan lingkungannya yang akhirnya mempengaruhi perubahan bahasanya. Dilihat dari fungsinya, bahasa itu sebagai sarana pengembangan kebudayaan daerah. Peneliti menghargai suku Biak yang mana mereka masih

  1 mempaktekkan dengan banyak karya mereka yang menggunakan bahasa Biak. Seharusnya bahasa itu sendiri adalah roh, karena manusia membawa pemahaman kepada sesamanya melalui bahasa. Bahasa Daerah di Papua diperkirakan sebanyak 270 yang ditetapkan oleh Badan Pusat Bahasa. “Itu baru dari jumlah, bahasa belum lagi kalau dilihat dari segi dialektologi yang menyangkut dialek-dialek meski sama bahasa daerahnya .

  Spradley (1997) mengemukakan bahwa bahasa tidak semata-mata alat komunikasi bagi manusia yang paling hakiki. Chaer via Jhon, (2004: 1), mengatakan bahwa “bahasa itu mempengaruhi cara bicara, cara bertindak anggota masyarakat supaya apa yang melakukan oleh masyarakat untuk mempengaruhi sifat- sifat bahasa yang memilikinya”.

  Suku Mee di Papua adalah salah satu suku yang terdapat di Kabupaten Deiyai, Paniai, Dogiyai.

  Suku ini selalu mempraktekkan ritual “pengusiran roh jahat” dalam bahasa Mee disebut “peu eniya epei kamu”. Upacara pengusiran roh jahat yang dilaksanakan dalam empat tahap yakni: (1) Teki-teki kabu

  “tahap persiapan”, (2)

  Edoga kabu “tahap pembukaan”, (3) Yupi kabu “tahap pertengahan”, (4) Mumai kabu “tahap akhir”.

  Keempat tahap ritual di atas dilaksanakan jika anggota masyarakat tertentu telah dirasuki oleh roh jahat. Kerasukan roh jahat terjadi karena melewati atau menebang pohon di tempat keramat. Gejala kerasukan roh jahat pada badan pelaku seperti perut bengkak, menjadi gila, muka kuning, badan kurus, dsb.

  Upacara adat dilaksanakan untuk pengusiran roh jahat pada penderita. Pengusiran roh jahat dilakukan dengan menuturkan berbagai ungkapan yang dihasilkan oleh masyarakat Mee. Tuturan yang dihasilkan dalam mengadakan upacara misalnya; (1)

  “Doke mei ekina kou” babi itu bawa datang, (2) Mapega wagine koda

  “Sebab mau memanah”. Tuturan “ikido”. Pengertian “ikido” merupakan kata ganti sebutan orang yang jumlahnya tidak dapat dihitung, dilain pihak “iki” tanpa “do” digambarkan sebutan pada orang yang dapat dihitung. Kata ikido dapat menunjukan salah satu perilaku salin menyebut pada banyak kurangnya keterlibatan dalam kegiatan upacara adat.

  Tuturan “mapega” artinya (panah). “Mapega” sangat menentukan penyembuhan bagi penderita. Panah yang digunakan dalam upacara adalah panah khusus. Ada keyakinan bahwa jika panah kena ayam atau babi kurban maka penderita akan selamat. Sebaliknya, jika panah tidak kena ayam atau babi kurban maka penderita akan tidak selamat.

  Tuturan

  “bodiya dagumai” artinya (pasang api). “Bodiya dagumai” (pasang

  api) dengan menggunakan korek api ada diyakini sebagian akan mentah. Dengan adanya sebagian mentah ini ada yang diyakini bahwa penderita akan tidak selamat. Sebaliknya, pasang api menggunakan api adat

  “beko mamo” sangat meyakini bahwa semua akan matang dengan baik.

  Tuturan-tuturan di atas ini sangat penting sehingga perlu di lestarikan supaya tidak punah, dengan cara mendokumentasikan data secara tertulis. Banyak data tentang suku ini baik bahasa maupun budaya yang telah ditulisnya, namun berhubungan antara bahasa dan budaya belum pernah dibahas. Pada hal ini merupakan kekayaan daerah yang selayaknya perlu dibahas untuk memperkaya bahasa dan kebudayaan nasional.

  Bahasa daerah adalah bagian dari kebudayaan nasional yang harus dilestarikan dan dibina. Pelestarian dan pembinaan tersebut tidak mungkin dapat dilaksanakan jika tidak ada upaya sebelumnya. Upaya sebelumnya yang dimaksud di sini adalah untuk mendokumentasikan bahasa tersebut. Alasan-alasan inilah yang mendorong peneliti untuk mengadakan penelitian di bidan ini.

  1.2 Rumusan Masalah

  Untuk memberikan arah penelitian yang jelas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

  1. Isi tuturan apa sajakah yang disampaikan dalam upacara pengusiran roh jahat suku Mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua?

  2. Jenis tindak tutur apa sajakah yang disampaikan dalam upacara pengusiran roh jahat pada suku Mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua?

  3. Makna tuturan apa sajakah yang ingin disampaikan dalam upacara pengusiran roh jahat pada suku Mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua?

  4. Daya bahasa apakah yang muncul pada tuturan bahasa mantra pada upacara pengusiran roh jahat suku mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Berdasarkan penelitian di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan isi tuturan yang dituturkan dalam mengadakan upacara pengusiran roh jahat pada suku Mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua.

  2. Mendeskripsikan jenis tindak tutur yang dituturkan dalam mengadakan upacara pengusiran roh jahat pada suku Mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua.

  3. Mendeskripsikan makna yang ingin menyampaikan dalam upacara pengusiran roh jahat pada suku Mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua.

  4. Mendeskripsikan daya bahasa pada tuturan dalam upacara pengusiran roh jahat pada suku Mee Kabupaten Deiyai Provinsi Papua.

1.4 Manfaat Penelitian

  Penelitian ini bermanfaat secara teoretis dan praktis, antara lain: 1. Teoretis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang ekspresi masyarakat Mee lewat peristiwa tutur dalam upacara pengusiran roh jahat kepada pemerhati bahasa dan budaya. Serta menjadi bahan sumbangan bagi kajian serupa pada masa yang akan datang.

2. Praktis

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pelestarian bahasa daerah khususnya bahasa suku Mee agar dapat diwariskan kepada generasi ke generasi berikutnya. Penelitian ini untuk memperkaya budaya nasional dan lebih khususnya Daerah Kabupaten yang baru berusia tiga tahun setelah dimekarkan dari Kabupaten induk Kabupaten Paniai.

1.5 Batasan Istilah Untuk kepentingan penelitian ini perlu diberikan batasan-batasan istilah.

  Batasan-batasan istilah tersebut adalah sebagai berikut:

  1) Tuturan adalah wacana yang menonjolkan rangkaian peristiwa dalam serentetan waktu tertentu, bersama dengan partisipan dan keadaan tertentu,

  (Kridalaksana, 2008: 248). 2)

  Ungkapan adalah melahirkan perasaan hati dengan perkataan yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata. Ungkapan adalah “mengunkap” membuka, melingkap

  “mengungkapkan” melahirkan perasaan hati dengan perkataan, air muka, gerak gerik (KBBI, 2007: 1246).

  3) Mantra adalah perkataan atau ucapan yang memiliki kekuatan gaib. Mantra

  (KBBI, 2007: 713) adalah susunan kata berunsur puisi misalnya rima, irama yang dianggap mengandung kekuatan gaib yang biasanya mengucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan lain; mantra kejahatan, mantra keselamatan, mantra penawar atau pengobatan.

  4) Upacara pengusiran roh jahat adalah upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat setempat. upacara adat adalah upacara yang berhubungan dengan adat suatu masyarakat (KBBI, 2007: 1250).

  5) Mee adalah nama suku suatu kelompok yang tinggal di pedalaman

  Kabupaten Paniai, Dogiai dan Deiyai. Mee sama dengan

  “Mene” dalam

  bahasa suku Moni, artinya “makhluk manusia” yang secara khusus membedakan makhluk manusia dari makhluk halus, dewa, hewan, tumbuh- tumbuhan dan sebagainya (Titus, 2008: 56). Secara etimologi dan harafiah kata “Mee” berasal dari bahasa suku Mee itu sendiri artinya “manusia”, Mee dalam arti yang luas disebut “Manusia Sejati”.

  6) Makna atau arti merupakan maksud pembicara atau penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan (KBBI, 2007: 703).

  7) Representatif merupakan tindak tutur yang mengikat penuturnya kepada kebenaran atas hal yang dikatakannya.

  8) Direktif adalah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan sesuai apa yang disebutkan di dalam tuturannya.

  9) Komisif adalah tindak tutur yang mengikat penuturnya untuk melaksanakan segala hal yang disebutkan dalam ujarannya.

  10) Deklarasi merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya utuk menciptakan hal

  11) Pawang adalah orang yang mempunyai keahlian istimewa yang berkaitan dengan ilmu gaib, seperti: dukun, penjinak buaya, penjinak ular dsb.

  12) Dukun adalah orang yang mengobati, menolong orang sakit, memberi jampi- jampi atau yang dimaksud jampi-jampi adalah kata

  • –kata atau kalimat yang dibaca atau diucapkan dapat mendatangkan daya gaib (untuk mengobati penyakit dsb).

  13) Ekspresi adalah pengungkapan atau proses menyatakan, memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, prasaan dsb.

  14) Etnografi artinya deskripsi tentang kebudayaan suku-suku bangsa yang hidup (KBBI, 2007: 309).

15) Interview artinya mengadakan wawancara atau interviu.

  16) Taksonomi adalah klasifikasi unsur bahasa menurut hubungan hierarkis; urutan satuan fonologis atau graumatikal yang dimungkinkan dalam satuan bahasa.

  17) Etimologi adalah cabang ilmu bahasa yang menyelidiki asal usul kata serta perubahan dalam bentuk dan makna.

18) Gaib adalah hal yang tidak kelihatan tersembunyi, tidak nyata.

1.6 Sistematika Penyajian

  Pertama-tama, dipaparkan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah. Semuanya itu termasuk dalam bab 1 atau pendahuluan.

  Bab 11 atau landasan teori ini diuraikan mengenai Penelitian Terdahulu, Landasan Teori: Perbedaan Tuturan dan Bahasa, Perbedaan Tuturan dan Bahasa; Tuturan: Tindak Tutur, Masyarakat Tutur, Jenis Tindak Tutur, Tuturan Dalam Upacara Pengusiaran Roh Jahat, Tuturan Dalam Tahap Upacara Pengusiaran Roh Jahat. Interpretasi Pragmatik: Referensi, Inferensi, Praangapan; Mantra: Definisi dan Ciri Mantra, Jenis-Jenis Mantra, Daya Bahasa. Upacara Pengusiran Roh

  

Jahat. Suku Mee: Pengertian Suku Mee, Pembaharuan Arti Nama Mee,

  Penyebaran Suku Mee, Filosofi Hidup Suku Mee (Dou, Gai, Ekowai), Lokasi Penelitian: Sejarah Rukun Tetangga (RT) Eniyauwo, Sistem Kepemimpinan, Penduduk, Mata Pencaharian, Sistem Kepercayaan

  Bab III atau Metodologi Penelitian menguraikan tentang Metode Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Lokasi Penelitian, Desain Penelitian, Sumber Data, Teknik Analisis Data, Sistematika Penyajian. Bab IV berisi mengenai Hasil

  Kabu

  “Tahap Persiapan”:Isi Tuturan, Bentuk Tuturan, Makna tuturan; Peristiwa Tutur Edoga Kabu

  “Tahap Pembukaan”: Isi Tuturan, Bentuk Tuturan, Makna tuturan; Peristiwa Tutur Yupi Kabu “Tahap Pertengahan”: Isi Tuturan, Bentuk

  Tuturan, Makna tuturan; Peristiwa Tutur Mumai Kabu “Tahap Akhir”: Isi

  Tuturan, Bentuk Tuturan, Makna tuturan. Bab V dikemukakan Penutup yang berisi Kesimpulan, dan Saran.

BAB II LANDASAN TEORI Landasan teori ini diuraikan dalam tiga bagian yaitu penelitian terdahulu,

  landasan teori dan kerangka berpikir. Berikut ini disajikan uraian mengenai ketiga bagian tersebut di atas yakni: