STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku Pendatang Bali Tahun 2012) - FISIP Untirta Repository

  

STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK

KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN

LAMPUNG SELATAN

(Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku Pendatang

  

Bali Tahun 2012)

  SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk

  Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara

  

Oleh

VERAYANA SUKMASARI PUTRI

  

6661112409

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG 2015

  

Kemuliaan terbesar dalam hidup tidak terletak

pada saat kita tidak pernah jatuh, namun tetap

bangkit setiap kali kita terjatuh

~Nelson R. Mandela~

  Skripsi ini ku persembahkan untuk orang tuaku tercinta yang selalu menyayangiku, kakak dan adikku tercinta yang tak pernah henti merindukanku, untuk calon suamiku tercinta yang selalu sabar

menungguku, dan sahabat-sahabatku yang selalu membuatku tertawa.

  

ABSTRAK

Verayana Sukmasari Putri. 6661112409. Skripsi Tahun 2015. Strategi

Penyelesaian Konflik Kependudukan di Kabupaten Lampung Selatan (Studi

Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung dan Suku pendatang Bali tahun

2012). Program Studi Ilmu Administrasi Negara. Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I:

Listyaningsih, M.Si. Dosen Pembimbing II: Deden M Haris, M.Si. Kata Kunci: Strategi, Konflik Kependudukan Lampung Selatan

  Kemajemukan masyarakat Provinsi Lampung khususnya Kabupaten Lampung Selatan merupakan kekayaan budaya bangsa namun di sisi lain juga memiliki potensi menjadi sebuah konflik. Konflik terjadi bukan hanya karena faktor perbedaan suku/kebudayaan namun juga faktor ekonomi dan sentimen agama. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana manajeman strategi yang dilakukan Pemerintah Daerah dalam menyelesaikan konflik penduduk. Penelitian menggunakan teori Model Manajemen Strategi sebagai sistem. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Analisis yang digunakan Model Miles Huberman. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa proses penanganan konflik kependudukan pemerintah daerah yaitu dengan membangun sistem peringatan dini yang tujuannya untuk mencegah konflik di Kabupaten Lampung Selatan, tidak ditentukan secara spesifik sasaran operasional dalam program yang dibuat oleh Lembaga/Forum penanganan konflik. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu belum tercapainya tujuan Lembaga/Forum penanganan konflik, proses penyelesaian konflik yang terburu-buru sehingga tidak memperhatikan keterlibatan masyarakat yang bertikai langsung. Rekomendasi dari peneliti yaitu Pemerintah Daerah lebih peka terhadap masalah yang timbul di masyarakat Kabupaten Lampung Selatan agar nantinya dalam proses penyelesaian konflik tidak ada kekecewaan atas keputusan yang dibuat.

  

ABSTRACT

Verayana Sukmasari Putri. 6661112409. Research 2015. Strategies Of

Conflict Population In The South Lampung Regency (Case Studies Of

Conflict Between Indigenous Lampung With Bali Newcomers In 2012)

Departement Of Public Administration Sultal Ageng Tirtyasa University.

Advisor I: Listyaningsih, M.Si. Advisor II: Deden M Haris, M.Si.

Keyword: Strategies, Conflict Population Resolution In The South Lampung

Regency.

  The plulrality of communities of South Lampung Regency of Lampung especially the cultural wealth of the nation, but the other side also has the potential to be a conflict. The conflict occurred not only because of differences in ethnic/cultural but also economic factor and religious sentiment. The purpose of this study to determine how strategies undertaken Local Government in resolving the conflict population. The study used the theory of strategic Manajement Model as a system The Method used is descriptive qualitative, the analysis used the Model Miles Huberman. Research results show that the process of conflict resolution in the local government settlement is a astablish an early warning system which aims to prevent conflict in South Lampung regency, is not specifically defined operational targets in the program created by the institute/Forum conflict resolution. The inference from this study is not yet achieved the goal of institution/Forum conflict management, conflict resolution process in make a hasteso do not pay attention to the conflicting direct community involvement. Recommendations from researchers that Local government is more sensitive to the problems arising in South Lampung regency society so that later in the process of conflict resolution there is no disappointment over the decisions thet are made.

  

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

  Alhamdulillah, Puji syukur yang tak terhingga selalu kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat, hidayah dan cinta-Nya yang telah diberikan kepada kita semua. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga juga para sahabat. Dan atas berkat, rahmat, karunia, serta ridha-Nya pula penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi ini.

  Adapun dalam penulisan skripsi ini penulis buat dan sampaikan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara dengan judul penelitian “Manajemen Strategi Penyelesaian Konflik Kependudukan Di Kabupaten Lampung Selatan (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku Pendatang Bali Tahun 2012)”.

  Proses pengerjaan penelitian ini tentunya tidak lepas dari bantuan banyak pihak yang selalu mendukung peneliti secara moril dan materil. Maka dengan ketulusan hati, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tuaku tercinta yang tak henti selalu memberikan do’a, kasih sayang, serta dukungan dan motivasi dalam pengerjaan penelitian skripsi ini yang tak pernah ada habisnya.

  Pada kesempatan ini juga suatu kebanggaan bagi penulis ucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya untuk berbagai pihak yang telah membantu dan mendukung, peneliti ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

  1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat., M.Pd, Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  2. Bapak Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  3. Ibu Rahmawati, S.Sos., M.Si, Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Bapak Imam Mukhroman S.Ikom., M.Ikom., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  5. Bapak Kandung Sapto Nugroho, S,Sos., M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dan sebagai dosen penguji sidang skripsi yang telah membantu dan memberikan masukan untuk skripsi ini kepada peneliti.

  6. Ibu Listyaningsih., M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, dan sebagai Dosen pembimbing I yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing peneliti dalam proses pembuatan Skripsi.

  7. Bapak Riswanda.,Ph.D, Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  8. Ibu Rini Handayani, S.Si., M.Si., Dosen Pembimbing Akademik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  9. Bapak Deden M. Haris, M.Si., sebagai Dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing peneliti dalam proses pembuatan Skripsi;

  10. Bapak Dr. Suwaib Amiruddin. M.Si sebagai Dosen penguji Seminar Proposal Skripsi yang telah membantu dan memberikan masukan untuk skripsi ini kepada peneliti.

  11. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Negara yang telah memberikan ilmu selama belajar di Kampus Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  12. Bapak/Ibu pegawai Kesbangpol, Polres, FKDM, FKUB, MPAL, Kepala Desa Agom, Kepala Desa Balinuraga Kabupaten Lampung Selatan yang telah memberikan serta membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini dengan memberikan data-data yang dibutuhkan yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu.

  13. Terima kasih kepada kawan-kawan seperjuangan, teman-teman di kelas, baik Reguler ataupun Non Reguler ANE angakatan 2011 yang telah mengajarkan banyak hal dan saling berbagi cerita semasa kuliah.

  14. Sahabat-sahabatku tercinta plinces alay Ida Komala, adekku yang paling gaul Kantinul, adekku yang paling cerewet Putri Mila, adekku yang paling galak Nining kusuma, sahabat tertawaku mbo Nisa, sahabat berbagiku Wa

  Ode, Jeje, Ana, Cika, Erin, Kiki, Indri Reni, Nendi, Danang, Tomi dan semua sahabatku yang selalu memotivasi dan membuat peneliti tertawa.

  15. Teman-teman Komunitas Soul Seeker yang telah membantu menghilangkan rasa jenuh dan bosan dalam menyelesaikan tugas akhir ini serta motivasi yang diberikan kepada peneliti.

  16. Dan untuk semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa penelitian

  skripsi ini masih terdapat kekurangan, baik materi maupun dalam bentuk penyajiannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang positif guna membangun kemajuan yang lebih baik lagi terhadap penelitian skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

  Wassalamualakum Warrahmatullahi Wabarakatu.

  Serang, Januari 2016 Peneliti

  DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR .............................................................................................

  ii

  

DAFTAR ISI ............................................................................................................ vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL.................................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................

  1 1.2 Identifikasi Masalah ..............................................................................

  13 1.3 Batasan Masalah ....................................................................................

  13 1.4 Rumusan Masalah..................................................................................

  14 1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................................

  15 1.6 Manfaat Penelitian .................................................................................

  15 1.7 Sistematika Penulisan ............................................................................

  16

  BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR 2.1 Deskripsi Teori ......................................................................................

  18 2.1.1 Konsep Manajemen Strategi .......................................................

  19 2.1.2 Manfaat Manajemen Strategi ......................................................

  21 2.1.3 Model Manajemen Strategi .........................................................

  23 2.1.4 Model Manajemen Strategi Organisasi Publik ...........................

  33 2.1.5 Konsep Konflik ...........................................................................

  44 2.1.6 Analisis S.W.O.T .......................................................................

  52 2.2 Penelitian Terdahulu ..............................................................................

  58 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian .............................................................

  58 2.4 Asumsi Dasar .........................................................................................

  61 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian .......................................................

  62 3.2 Fokus Penelitian ....................................................................................

  63 3.3 Lokasi Penelitian ...................................................................................

  63 3.4 Fenomena Yang Diamati........................................................................

  63 3.4.1 Definisi Konsep .............................................................................

  63 3.4.2 Definisi Operasional ......................................................................

  64 3.5 Instrumen Penelitian ..............................................................................

  66 3.6 Informan Penelitian ...............................................................................

  67 3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ...................................................

  70 3.8 Jadwal Penelitian ...................................................................................

  83

  BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ...................................................................

  85 4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan ..........................

  85 4.1.2 Gambaran Umum Desa Agom .....................................................

  97 4.1.3 Gambaran Umum Desa Balinuraga ..............................................

  98 4.2 Deskripsi Data ......................................................................................

  99 4.2.1 Deskripsi Data Penelitian .............................................................

  99

  4.2.2 Daftar Informan Penelitian ........................................................... 102

  4.3 Deskripsi Hasil Penelitian .................................................................... 103

  4.4 Pembahasan .......................................................................................... 143

  BAB V PENUTUP

  5.1 kesimpulan ............................................................................................ 157

  5.2 Saran ..................................................................................................... 159

  DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN CURRICULUM VITAE

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Manajemen Strategi Hunger dan Wheelen............................... 23Gambar 2.2 Model Manajemen Strategi Hunger dan Wheelen............................... 27Gambar 2.3 Model Manajemen Strategi Komprehensif David ............................... 28Gambar 2.4 Model Manajemen Strategi Pearce dan Robinson ............................... 30Gambar 2.5 Model Manajemen Strategi Sebagai Sistem Menurut Nawawi ........... 39Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran Penelitian .......................................................... 60Gambar 3.1 Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif ..................... 79Gambar 4.1 Pelabuhan Bakauheni dan Menara Siger Lampung ............................. 85Gambar 4.2 Perubahan Logo Kabupaten Lampung Selatan.................................... 95Gambar 4.3 Wilayah Administrasi Kabupaten Lampung Selatan ........................... 99Gambar 4.4 Kondisi jalan di Desa Balinurga dan kondisi jalan di Kompleks jati

  Agung Kalianda ..................................................................................... 151

Gambar 4.5 Tugu yang berdiri di tengah-tengah Desa Balinuraga ........................ 153

  DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kriteria Etnik Suku/Budaya Bangsa Provinsi Lampung... ....................... 3Tabel 1.2 Data Pemeluk Agama di Provinsi Lampung ............................................ 4Tabel 1.3 Beberapa Kasus yang Terjadi di Provinsi Lampung Selatan .................. 6Tabel 1.4 Peristiwa Konflik Antara Suku Bali dan Lampung di Lampung Selatan. 7Tabel 2.1 Tabel Analisis S.W.O.T ........................................................................... 52Tabel 3.1 Definisi Oprasional Penelitian.................................................................. 65Tabel 3.2 Informan Peneliti ...................................................................................... 69Tabel 3.3 Pedoman Wawancara ............................................................................... 73Tabel 3.4 Jadwal Penelitian ...................................................................................... 83Table 4.1 Kodefikasi Informan Penelitian................................................................ 103

DAFTAR LAMPIRAN

  

LAMPIRAN 1 Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2012 tentang

  Penanganan Konflik Sosial

  

LAMPIRAN 2 Permendagri No. 42 Tahun 2015 Tentang Pelaksanaan Koordinasi

  Penanganan Konflik Sosial

  LAMPIRAN 3 Surat Izin Penelitian untuk Kesbangpol Provinsi Banten LAMPIRAN 4 Surat Izin Penelitin Untuk Kesbangpol Provinsi Lampung

LAMPIRAN 5 Surat Izin Penelitian untuk Kesbangpol Kabupaten Lampung

  Selatan

  LAMPIRAN 6 Surat Izin Penelitian untuk Kapolres Lampung Selatan LAMPIRAN 7 Surat Izin Penelitian untuk MPAL LAMPIRAN 8 Surat Izin Penelitian untuk FKDM LAMPIRAN 9 Surat Izin Penelitian untuk FKUB LAMPIRAN 10 Surat Izin Penelitian untuk Ka. Desa Agom LAMPIRAN 11 Surat Izin Penelitian untuk Ka. Desa Balinuraga

LAMPIRAN 12 Surat Rekomendasi Penelitian Badan Kesbangpol Provinsi

  Banten

  

LAMPIRAN 13 Surat Rekomendasi Penelitian Badan Kesbangpol Provinsi

  Lampung

  

LAMPIRAN 14 Surat Rekomendasi Penelitian Badan Kesbangpol Kabupaten

  Lampung Selatan

  LAMPIRAN 15 Surat Rekomendasi Penelitian Polres Lampung Selatan LAMPIRAN 16 Tabel Pembahasan LAMPIRAN 17 Pedoman Wawancara LAMPIRAN 18 Surat Pernyataan Narasumber LAMPIRAN 19 Memberchek LAMPIRAN 20 Kategorisasi Data

LAMPIRAN 21 10 Butir perjanjian Perdamaian Konflik Masyarakat Lampung

  dan Masyarakat Bali

  LAMPIRAN 22 Catatan Lapangan LAMPIRAN 23 Catatan Bimbingan LAMPIRAN 24 Dokumentasi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Masyarakat Indonesia memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda tetap satu jua, dengan semboyan itu menandakan bahwa Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki keanekaragaman manusia. Kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yang dikenal dengan nusantara dihuni oleh ratusan kelompok suku yang tumbuh dan berkembang dalam suasana penuh konflik sosial berdarah sejak Indonesia merdeka.Indonesia juga merupakan Negara yang memiliki banyak pulau besar dan kecil, yang tersebar di seluruh Nusantara diantara pulau-pulau besar yang ada di Indonesia Provinsi Lampung merupakan salah satu Provinsi yang berada di Pulau Sumatra.

  Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1964 tanggal 8 maret 1964, yang secara geografis berada di ujung tenggara Pulau Sumatra dan merupakan pintu gerbang dari Pulau Sumatra. Daerah ini memiliki 15 Kabupaten/Kota yang terdiri dari tiga belas Kabupaten dan dua Kota yaitu, Kabupaten Lampung Selatan, Kabupaten Lampung Timur, Kabupaten Lampung Tengah, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Mesuji, Kabupaten Pasawaran, Kabupaten Pringsewu, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Tulang Bawang, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Kabupaten Way Kanan, Kabupaten Pesisir Barat, Kota Bandar Lampung dan Kota Metro, dengan jumlah penduduk sebesar 7.608.405 jiwa (BPS Lampung: Lampung dalam angka 2013, 42), karena secara letak geografis Provinsi Lampung merupakan pintu gerbang pulau Sumatra yang menjadi lalu lintas antara pulau Jawa Sumatra masyarakat Lampung juga dikenal sebagai masyarakat yang heterogen.

  Kemajemukan masyarakat di Provinsi Lampung merupakan kekayaan budaya bangsa namun di sisi lain juga memiliki potensi untuk menjadi sebuah konflik. Permasalahan yang timbul akibat kemajemukan itu Pertama adalah kemajemukan masyarakat Provinsi Lampung yang diakibatkan Program Transmigrasi pada era Orde Baru membuat Provinsi Lampung rentan akan konflik sosial. Program Transmigrasi yang merupakan Program Pembangunan pada era Orde Baru menjadi salah satu proses penyebaran etnik suku dari suatu daerah ke daerah tertentu. Beberapa Provinsi menjadi tujuan dari Program Transmigrasi tersebut (Skripsi Bethra Ariestha: Akar Konflik Kerusuhan Antar Etnik Di Lampung Selatan, 2013: UNNES), Program Transmigrasi yang sekarang tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2009 merupakan Program Nasional yang dibuat oleh pemerintah pada saat itu untuk mengatasi masalah kependudukan yang ada di Indonesia. Program Transmigrasi dibuat secara komprehensif dari tahap perencanaan sampai pembinaan sesuai dengan tujuan-tujuan Transmigrasi yang akan dicapai yaitu terwujudnya kesejahtraaan masyarakat Indonesia secara adil dan menyeluruh, tidak hanya meningkatkan kesejahtraan para transmigran. Program Transmigrasi juga bertujuan untuk transmigrasi atau penduduk asli, dan salah satu daerah tujuan dari Program Transmigrasi adalah Provinsi Lampung, dengan banyaknya masyarakat yang melakukan transmigrasi membuat Provinsi Lampung memiliki banyak suku yang memiliki kebudayaan masing-masing karena setiap suku yang memiliki sebuah kebudayaan atau adat istiadat yang berbeda. Menurut sensus BPS Provinsi Lampung 2012, berdasarkan kriteria etnik suku diperoleh data statistik yaitu:

Tabel 1.1 Kriteria Etnik Suku/Budaya Bangsa Provinsi Lampung

  

NO Etnik Suku/Budaya bangsa Jumlah (jiwa) Persen (%)

Lampung 792.312 11,92%

  1 Jawa 4.113.731 61,88%

  2 Sunda Banten 749.566 11,27%

  3 Palembang Semendo 36.292 3,55%

  4 Lain-Lain 11,38% -

  5

  (Sumber: Data diolah, 2014) Dapat dilihat dari data tabel 1.1diatas bahwa masyarakat asli Lampung bukanlah masyarakat yang paling dominan diantara masyarakat yang lain, ini juga menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik, serupa dengan yang diungkapkan oleh Bapak Ismed Alwi Kepala Bidang Politik dan Kewaspadaan Nasional di Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan mengungkapkan bahwa konflik yang terjadi di Kabupaten Lampung Selatan sebelum tahun 2012 tidak sampai mengakibatkan korban jiwa, kemudian tidak hanya masyarakat Bali dan masyarakat Jawa, masyarakat Semendo juga melakukan bentrok (wawancara peneliti pada hari Selasa tanggal 2 Desember 2014).

  Masyarakat yang begitu beragam haruslah menjadi salah satu kelebihan pada suatu daerah dimana bisa dimanfaatkan untuk berbagai aspek diantaranya dengan memanfaatkan potensi pariwisata yang dapat menyumbang pendapatan asli daerah tersebut.

  Permasalahan yang Kedua adalah konflik yang terjadi di Provinsi Lampung bukan hanya karena faktor perbedaan suku atau budaya namun juga karena faktor ekonomi dan sentiment agama. Provinsi Lampung juga tidak hanya memiliki keberagaman etnik suku/budaya bangsa namun juga merupakan daerah dengan keragaman agama, pola-pola adat, kondisi goegrafis, rasa, dan bahasa.

  Jumlah pemeluk agama penduduk Provinsi Lampung terbanyak adalah agama Islam menurut sensus penduduk tahun 2010 yaitu sebesar 6.779.928 jiwa.

Tabel 1.2 Data Pemeluk Agama di Provinsi Lampung

  No Agama/kepercayaan Jumlah (Jiwa) 6.779.928

  1 Islam 141.899

  2 Kristen 131.585

  3 Katolik 205.200

  4 Hindu 122.248

  5 Budha

  (Sumber: Data Diolah, 2014) Melihat kondisi masyarakat yang begitu beragam memicu terjadinya perbedaan antar kelompok suku, sebagian besar konflik antar golongan yang telah terjadi diakibatkan oleh kultur subjektif yang berbeda-beda. Terkait dengan hal tersebut pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras Dan Etnis yang dibuat sesuai dengan Undang- Undang Dasar 1945 pasal 20, pasal 21, pasal 27 ayat (1), pasal 28 B ayat 2 dan

  pasal 28 I ayat 1 dan ayat 2, bertujuan untuk mewujudkan kekeluargaan, persaudaraan, persahabatan, perdamaian, keserasian, keamanan, dan kehidupan bermata pencaharian di antara warga negara yang pada dasarnya selalu hidup berdampingan. Namun konflik kepandudukan yang terjadi di Provinsi Lampung merupakan konflik yang terjadi sudah lama, selain dipicu oleh perbedaan identitas suku, budaya, dan sentiment agama konflik di Lampung juga sering dipicu oleh faktor ekonomi berupa sengketa lahan seperti pada kasus Mesuji.

  Konflik ini berawal dari pengumpulan sertifikat tanah warga di Desa Sritanjung, Nipah Kuning, dan Kagungan oleh perusahaan PT. Barat Selatan Makmur Investindo (BSMI) dan PT. Silva Inhutani pada tahun 1993 kemudian petani dijanjikan menjadi petani plasma, belakangan perusahaan mengklaim jika tanah itu milik mereka. Warga tidak bisa lagi bercocok tanam di tanahnya, padahal ratusan warga ketiga desa tersebut sudah turun temurun mendiami kaawasan itu, mereka mengandalkan perkebunan yang menghasilkan buah-buahan seperti durian, duku, dan tanaman tahunan lainnya. Setelah lahan beralih kepemilikan, sebagaian besar penduduk desa terjerat kemiskinan dan tidak lagi memicu protes bertahun-tahun sehingga menyebabkan bentrok antara warga dengan pihak perusahaan dan aparat, yang ujungnya menimbulkan korban jiwa (http://www.suarapembaruan.com/home.tragedi-mesuji-pihak-perusahaan-dinilai- picu-kekerasan.com diakses pada hari kamis 16 Oktober 2014).

  Permasalahan yang Ketiga adalah konflik yang sudah terjadi berkali-kali di Kabupaten Lampung Selatan kurang ditindak tegas oleh aparat keamanan dan Pemerintah Daerah sehingga menimbulkan konflik yang lebih besar. Masyarakat di Provinsi Lampung mengalami krisis yang amat memilukan menjelang pergantian abad ke 21, adapun beberapa konflik yang terjadi dalam skala kecil maupun yang lebih besar

  

diakses pada hari kamis 16 Oktober 2014), sebagai

  berikut:

Tabel 1.3 Beberapa Kasus Yang Terjadi di Kabupaten Lampung Selatan

  Bulan/Tahun Kejadian/Peristiwa September 2010 Pembakaran Pasar Probolinggo Lampung Timur oleh

  Suku Bali

  Desember 2010 Perang Suku Jawa dan Bali dengan suku Lampung karena

  Pencurian Ayam

  September 2011 Suku Jawa vs Suku Lampung dipicu oleh sengketa lahan Januari 2012 Ricuh Sidomulyo Lampung Selatan Bali vs Penduduk

  Asli Lampung

  Oktober 2012 Perang Desa Agom dengan Desa Balinuraga

  (Sumber: data diolah, 2014)

  Permasalahan yang ada di Lampung Selatan umumnya bersumber dari masalah yang tergolong relative kecil namun pada kenyataannya bisa berubah menjadi perkelahian yang menjurus kearah peperangan yang mengakibatkan korban jiwa. Menurut Bapak Ismed Alwi Kepala Bidang Politik dan Kewaspadaan Nasional di Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan menjelaskan jika terjadi ricuh di masyarakat penyelesaiannya menggunakan musyawarah mufakat dengan dibantu pihak ketiga yaitu aparat keamanan supaya permasalahannya dapat dengan cepat diselesaikan mengingat sifat dan watak yang berbeda di masyarakat Kabupaten Lampung Selatan (wawancara peneliti pada hari Selasa tanggal 2 Desember 2014).

  Adapun uraian beberapa konflik yang tercatat di Kesbangpol Lampung Selatan terjadi konflik pada Bulan Oktober 2012 lalu yang juga berangkat dari permasalahan-permasalahan yang sudah terjadi bertahun-tahun sebelumnya yaitu:

Tabel 1.4 Peristiwa Konflik Antara Suku Bali Dan Lampung Di Lampung Selatan

  Bulan/Tahun Peristiwa Tahun 1982 Terjadi perselisihan pemuda Desa Sandaran dan Balinuraga, warga Balinuraga menyerang dengan membakar 2 unit rumah di Desa Sandaran

  Tahun 2005 Masyarakat Bali Agung Kecamatan Palas membakar beberapa rumah penduduk di Desa Palas Pasmah

  Tahun 2009 Masyarakat Bali di Kecamatan Ketapang menyerang (melempari) Masjid di Desa Ruguk Kecamatan Ketapang

  Tahun 2010 Masyarakat Bali Agung menyerang Desa Palas Pasmah dengan melakukan pembakaran beberapa rumah penduduk juga dengan koban meninggal 1 (satu) orang warga Palas Pasmah

  Tahun 2010 Masyarakat Bali dari Kecamatan Ketapang menyerang Desa Tetaan Kecamatan Penengahan dan menghancurkan gardu ronda dan pangkalan ojek di perempatan Gayam Kecamatan Penengahan

  Desember Tahun 2011 Masyarakat Bali menyerang Desa Marga Catur dengan melakukan pembakaran belasan rumah suku Lampung dan saat melakukan penyerangan masyarakat Bali menggunakan simbol-simbol khusus adat istiadat Bali Masyarakat Bali melakukan tindakan premanisme terhadap

  Januari Tahun 2012 pemuda dari Desa Kotadalam Kecamatan Sidomulyo yang menyebabkan beberapa orang warga Kotadalam mengalami luka-luka, dan beberapa rumah warga Lampung dirusak yang mengakibatkan dibakarnya dusun Napal Desa Sidowaluyo Kecamatan Sidomulyo oleh suku Lampung Pada saat malam takbiran Idul Fitri tahun 2012, para pemuda

  Tahun 2012 desa Balinuraga melakukan kerusuhan di depan Masjid Sidoharjo Kecamatan Way Panji saat umat islam sedang melakukan takbiran di Masjid (Sumber: Kesbangpol Tahun 2012).

  Permasalahan yang Keempat adalah kurang tanggapnya Pemerintah daerah dalam penyelesaian konflik kependudukan yang terjadi sehingga menyebabkan korban jiwa. Konflik-konflik tersebut timbul diantara para suku-suku tersebut sehingga jika terjadi insiden kecil bisa langsung berubah menjadi sebuah konflik besar, pengelompokkan suku di wilayah Lampung Selatan sudah terjadi sejak lama, bahkan hal tersebut sudah terjadi sejak mereka remaja, di beberapa sekolah yang ada di wilayah Lampung Selatan anak-anak suku Bali tidak mau bermain atau bersosialisasi dengan anak-anak suku lainnya begitu juga dengan anak-anak dari suku Jawa maupun Lampung (wawancara peneliti pada hari minggu tanggal 30 November 2014 dengan bapak Nyoman Astawe).

  Menurut salah satu warga Bali di Desa Tridarmayoga bapak Nyoman Astawe mengungkapkan permasalahan antara masyarakat bali dengan masyarakat suku lain yang ada di Lampung Selatan tidak hanya soal kericuhan, namun juga masalah diskriminasi sebelum dan sesudah terjadinya konflik pada tahun 2012, masyarakat suku lain menghormati masyarakat bali jika ada sesuatu kepentingan dengan masyarakat bali yang termasuk orang kaya, seperti jika ingin meminjam uang maka masyarakat suku lain akan bersikap baik namun berbeda jika tidak memiliki kepentingan sikapnya akan acuh tak acuh terhadap masyarakat bali (wawancara peneliti pada hari minggu tanggal 30 November 2014)

  Mereka biasanya berkelompok berdasarkan suku mereka sehingga jika diantara kelompok tersebut terjadi perselisihan tertentu akibatnya melibatkan suku mereka, konflik kekerasan besar yang ditimbulkan karena perbedaan suku adalah konflik yang terjadi pada wilayah Kabupaten Lampung Selatan tepatnya di Desa Agom Kecamatan Kalianda dan Desa Balinuraga Kecamatan Way Panji yang puncaknya terjadi pada tanggal 27 Oktober 2012 sampai 30 Oktober 2012 yang melibatkan suku asli Lampung (suku pribumi mayoritas beragama islam) dan suku pendatang Bali (pendatang mayoritas beragama Hindu), konflik tersebut menjadi konflik berdarah yang awalnya dipicu karena permasalahan kecelakaan lalu lintas. Peristiwa kecelakaan tersebut memicu konflik berdarah yang tidak hanya melibatkan dua desa saja namun melibatkan banyak desa dari kedua suku yang ada disekitar wilayah mereka. Peristiwa penyerbuan dan bentrokan berdarah tersebut mengakibatkan jatuhnya korban jiwa sebanyak 12 orang tewas, puluhan orang luka-luka, 438 unit rumah warga Desa Balinuraga dan Sedoreno dibakar, dan 27 unit rumah mengalami rusak berat, 11 unit sepeda motor dibakar, dan 2 gedung sekolah juga ikut dibakar massa. Selain itu juga ribuan orang Desa Balinuraga dan Desa Agom harus di evakuasi (wawancara dengan Kasat Binmas

  Upaya perdamaian yang dipimpin langsung oleh Kapolda Lampung tidak berpengaruh terhadap konflik yang terjadi di wilayah itu. Aksi serang terjadi kembali, pihak Kepolisian dan TNI mengerahkan 1.000 aparat dengan dibantu pihak Brimob Polda Banten dan Sumatra Selatan, namun pada peristiwa ini jumlah warga yang melakukan bentrok semakin bertambah dan tidak dapat ditahan lagi hingga akhirnya warga berhasil memasuki Desa Balinuraga. Dalam aksi penyerangan ini 7 orang tewas, kebanyakan korban tewas tergeletak di area perkebunan dan persewahan dengan kondisi tubuh rusak akibat dicabik-cabik (wawancara dengan Kasat Binmas Polres Lampung Selatan pada hari selasa 4 November 2014).

  Konflik yang terjadi di Lampung Selatan pada tanggal 27 Oktober hingga

  30 Oktober 2012 ini menimbulkan dampak kerugian paling besar dan menyita perhatian berskala Nasional dari berbagai konflik-konflik sosial yang terjadi di Provinsi Lampung selama tiga tahun terakhir. Bahkan Lembaga Survey Indonesia (LSI) menetapkan konflik antar suku bali dan suku Lampung di Way Panji Lampung Selatan ke dalam lima besar bentrok antar suku terparah dari 2.398 kekerasan di Indonesia pasca reformasi. Penelitian ini didasari oleh lima variabel penelitian, yaitu: Pertama jumlah korban, Kedua lama konflik, Ketiga luas konflik, Keempat kerugian material, Kelima frekuansi pemberitaan iakses pada hari kamis 16 Oktober 2014).

  Permasalah yang Kelima adalah penanganan konflik (Resolusi Konflik) yang dilakukan pemerintah tidak merangkul seluruh masyarakat. Penanganan konflik (Resolusi konflik) yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 7 tahun 2012 tentang Penangan Konflik Sosial, yang melibatkan aparat pemerintah dan serta tokoh-tokoh yang ada di Lampung Selatan dirasa belum maksimal. Hal ini dapat dilihat dari gagalnya proses mediasi yang dilakukan sehingga mengakibatkan konflik makin meluas. Cara yang dipergunakan pemerintah untuk mengurangi konflik adalah dengan melakukan perjanjian yang melibatkan pihak ketiga, agar kelompok yang sebelumnya tidak mau diajak perundingan kamudian mempertimbangkan pihak ketiga sebagai instrument yang bisa menyelasaikan masalah bersama. Pada saat pasca konflik kemudian dilakukan musyawarah dan menghasilkan apa yang disebut “Piagam Perdamaian” yang dimana di dalam isi piagam tersebut memuat 10 pion penting perjanjian. Namun pada kenyataan setelah dilakukan sosialisasi kepada masyarakat Lampung dan masyarakat Bali piagam perdamaian tersebut menimbulkan pro dan kontra di kedua belah pihak, piagam perjanjian pertama tidak mampu menyelesaikan masalah begitu saja sehingga menghasilkan piagam perdamaian kedua pada akhir tahun 2012.

  Akhirnya pada awal tahun 2013 Pemerintah setempat bersama aparat keamanan menggulirkan program Rembug Pekon. Program tersebut ditandatangani oleh Gubernur Lampung dengan Kapolda Lampung Selatan dalam Nota Kesepahaman (MOU). Belum adanya Peraturan Daerah (Perda) yang membuat penenganan konflik (Resolusi Konflik) tidak berjalan dengan baik, ini dan Kewaspadaan Nasional di Badan Kesbangpol Kabupaten Lampung Selatan penyelesaian konflik dilakukan dengan membuat nota kesepahaman yang dilakukan secara musyawarah dengan masyarakat yang terlibat konflik, penyelesaian konflik itu dilakukan atas dasar Undang-undang No 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial ini dikarenakan belum adanya peraturan daerah yang dibuat khusus untuk penenganan konflik sosial itu sendiri (wawancara peneliti pada hari Selasa tanggal 2 Desember 2014).

  Rembuk Pekon merupakan pelembagaan negosiasi yang bersifat kekeluargaan, program ini melibatkan seluruh aspek baik dari elemen pemerintahan maupun masyarakat seperti, tokoh adat, tokoh agama, pemuda dan yang lainnya, tujuannya agar konflik yang terjadi di wilayah khususnya Lampung Selatan tidak terulang lagi.

  Berdasarkan uarian latar belakang diatas, konflik yang berkepanjangan membuat pemerintah harus ikut campur dalam penyelesaian permasalahan yang ada di daerahnya maka dari itu peneliti tertarik untuk mengkaji labih lajut bagaimana pemerintah mengatur strategi agar nantinya konflik yang terjadi sebelumnya tidak terulang lagi. Untuk itu peneliti mengadakan penelitian yang nantinya akan dituangkan dalam bentuk Skripsi yang berjudul Strategi Penyelesaian Konflik Kependudukan Di Kabupaten Lampung Selatan (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku Pendatang Bali 2012)”.

  1.2 Identifikasi Masalah

  Berdasarkan pemaparan pada uraian dimuka, adapun permasalahan yang diidentifikasikan oleh penulis sesuai dengan uraian di atas, yaitu:

  1. Kemajemukan masyarakat Provinsi Lampung yang diakibatkan Program Transmigrasi pada era Orde Baru membuat Provinsi tersebut rentan akan Konflik sosial.

  2. Konflik yang terjadi di Provinsi Lampung bukan hanya karena faktor perbedaan suku/budaya namun juga karena faktor ekonomi dan sentiment agama.

  3. Konflik yang sudah terjadi berkali-kali di Kabupaten Lampung Selatan kurang ditindak tegas oleh aparatur hukum sehingga mengakibatkan konflik yang lebih besar.

  4. Kurang tanggapnya Pemerintah dalam penyelesaian kependudukan yang terjadi di Kabupaten Lampung Selatan sehingga banyak korban yang tewas.

  5. Penanganan konflik (Resolusi Konflik) yang dilakukan pemerintah tidak merangkul seluruh masyarakat.

  1.3 Batasan Masalah

  Dalam penelitian ini, banyak masalah yang muncul terkait dengan konflik antar penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Selatan. Dikarenakan keterbatasan waktu, pengetahuan dan dana, serta agar terfokus pada masalah penelitian tentang Strategi Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan secara lebih rinci harus dilakukan batasan masalah agar terjadi keselarasan antara capaian dengan kondisi dilapangan yang dirasakan oleh masyarakat khususnya masyarakat Lampung secara keseluruhan.

  Maka penulis membatasi masalah pada Strategi Penyelesaian Konflik Kependudukan Di Kabupaten Lampung Selatan (Studi Kasus Konflik Antar Suku Asli Lampung Dengan Suku Pendatang Bali 2012).

1.4 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah disampaikan sebelumnya dan berdasarkan batasan masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah:

  1. Bagaimanakah kondisi kehidupan sosial masyarakat Kabupaten Lampung Selatan khususnya masyarakat Lampung dan masyarakat Bali?

  2. Bagaimanakah proses terjadinya Konflik di Kabupaten Lampung Selatan pada kasus khususnya yang terjadi antara suku asli Lampung dengan suku pendatang Bali pada tahun 2012?

  3. Bagaimanakah strategi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan dalam menyelesakan konflik khususnya yang terjadi antara suku asli Lampung dengan suku pendatang Bali pada tahun 2012?

  1.5 Tujuan Penelitian

  Secara umum penelitian ini bertujuan untuk:

  1. Mengetahui bagaimana kondisi kehidupan sosial masyarakat Kabupaten Lampung Selatan khususnya masyarakat Lampung dan masyarakat Bali.

  2. Mengetahui bagaimana proses terjadinya Konflik di Kabupaten Lampung Selatan pada kasus khususnya yang terjadi antara suku asli Lampung dengan suku pendatang Bali pada tahun 2012.

  3. Bagaimana strategi yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan dalam menyelesaikan konflik penduduk khususnya konflik yang terjadi antara suku asli Lampung dan suku pendatang Bali.

  1.6 Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1.6.1 Manfaat Teoritis

  Secara teoritis, penelitian ini untuk menambah informasi dan pengetahuan di bidang Administrasi Negara, khususnya peranan pemerintah dalam penyelesaian konflik kependudukan. Hasil penelitian ini diharapakan sebagai penemuan baru yang dapat menambah dan memperkaya wawasan berfikir tentang proses transformasi dari konflik kedamai dengan memahami peranan pemerintah Kabupaten Lampung Selatan dalam upaya fasilitas damai yang dapat dipertanggungjawabkan dengan harapan bisa memberikan kontribusi nyata dalam upaya meredam timbulnya konflik-konflik yang serupa di kemudian hari.

1.6.2 Manfaat Praktis

  Penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan nyata dilapangan pada komponen-komponen yang terkait dengan konflik, diantaranya:

  1. Pihak kelompok Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata berdasarkan realita lapangan penelitian sebagai bagian dari proses penyadaran kepada pihak-pihak yang terlibat dalam konflik dalam upaya mewujudkan perdamaian yang utuh dalam kehidupan sehari-hari.

  2. Pihak-pihak yang terkait dalam proses perdamaian Dapat menggunakan penelitian ini sebagai salah satu acuan atau refrensi dalam upaya menemukan resolusi yang tepat untuk menciptakan perdamaian yang optimal bagi kelompok yang terkait.

1.7 Sistematika Penulisan

  Untuk memberikan gambaran yang sistematis serta dapat dengan mudah dipahami maka dalam skripsi ini disusun berdasarkan ketentuan yang biasa digunakan sesuai petunjuk dari perguruan tinggi dimana penulis belajar, dengan ketentuan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Menguraikan tenang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Sistematika Penulisan. BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR Menguraikan tentang Deskripsi Teori, Penelitian Terdahulu, Kerangka Pemikiran Penelitian dan Asumsi Dasar Penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Menguraikan tentang Metode Penelitian, Ruang Lingkup/ Fokus Penelitian, Lokasi Penelitian, Fenomena Yang Diamati, Instrument Penelitian, Informan Penelitian, Teknik Pengolahan dan Analisis Data, Tempat dan Waktu Penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN Menguraikan tentang Deskripsi Objek Penelitian, Deskripsi data dan Pembahasan. BAB V PENUTUP Menguraikan tentang Kesimpulan dan Saran.

BAB II DESKRIPSI TEORI DAN ASUMSI DASAR

2.1 Deskripsi Teori

  Deskripsi teori memuat hasil kajian terhadap sejumlah teori yang relevan dengan permasalahan dan variabel penelitian, kemudian menyusunnya secara teratur dan rapi yang digunakan untuk merumuskan hipotesis. Dengan mengkaji berbagai teori dan konsep-konsep maka kita akan memiliki konsep penelitian yang jelas dapat menyusun pertanyaan yang rinci untuk penyelidikan, serta dapat menemukan hubungan antar variabel yang diteliti.

  Sugiyono (2009:58), deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti, berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan/dideskripsikan akan tergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis tergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi, sehingga ruanglingkup keduanya dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti menjadi lebih jelas dan terarah.

2.1.1 Konsep Manajemen Strategi

  Untuk memahami pengertian manajemen strategi, terlebih dahulu harus dapat mengerti apakah itu strategi itu,kata strategi berasal dari yunani, yaitu

  

statogos atau strategis yang berarti jendral, strategi berarti seni para jendral. maka

Dokumen yang terkait

DAMPAK KEBERADAAN PT. FREEPORT INDONESIA TERHADAP KONFLIK ANTAR ETNIS DI KABUPATEN MIMIKA (Studi Pada Konflik Antar Etnis di Kabupaten Mimika)

0 10 3

DINAMIKA KONFLIK AGRARIA DALAM MASYARAKAT ADAT (Studi di Kalangan Suku Dhawe dan Suku Mbay, Kabupaten Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur)

0 59 23

Pola Komunikasi Antar Budaya Mahasiswa Keturunan Tionghoa Dengan Mahasiswa Suku Sunda Di Universitas Parahyangan Bandung.

1 6 15

MAKNA SIMBOLIK BADE DAN PETULANGAN DALAM UPACARA NGABEN ADAT BALI (Studi Pada Suku Bali di Desa Sidorejo Kec. Sekampung udik Lampung Timur)

2 15 4

MAKNA SIMBOLIK BADE DAN PETULANGAN DALAM UPACARA NGABEN ADAT BALI (Studi Pada Suku Bali di Desa Sidorejo Kec. Sekampung udik Lampung Timur)

1 8 4

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PENYELESAIAN KONFLIK HUTAN REGISTER 45 DI KABUPATEN MESUJI (Studi Konflik Perambah Hutan Register 45 Mesuji)

5 67 85

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN DALAM PENANGGULANGAN KONFLIK SOSIAL (Studi Kasus Konflik Warga Desa Balinuraga Kabupaten Lampung Selatan)

0 12 92

MODEL PENYELESAIAN KONFLIK LAHAN PERKEBUNAN DI DESA SEJAGUNG KABUPATEN BANYUASIN PROVINSI SUMATERA SELATAN Akbar Abdurrahman akbar.abdurrahmanmail.ugm.ac.id M. Baiquni baiquni99gmail.com ABSTRACT - MODEL PENYELESAIAN KONFLIK LAHAN PERKEBUNAN DI DESA SEJAG

0 0 10

PENYELESAIAN KONFLIK ANTAR ANAK YANG MEMILIKI ORANGTUA TEMPERAMENTAL DALAM HUBUNGAN INTERPERSONAL (Studi Kualitatif Penyelesaian Konflik Antar Anak Usia 3-6 Tahun yang Memiliki Orangtua Temperamental di Baby Smile School Wiyung Surabaya)

0 0 16

BAB II PENYELESAIAN KONFLIK DALAM PERSPEKTIF TEORITIS A. Pengertian Konflik - PENYELESAIAN KONFLIK ANTARA PEMERINTAH THAILAND DAN MINORITAS MUSLIM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM - Raden Intan Repository

0 0 21