STRATEGI PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA TANGERANG DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR ANYAR KOTA TANGERANG

STRATEGI PERUSAHAAN DAERAH PASAR KOTA TANGERANG DALAM PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR ANYAR KOTA TANGERANG SKRIPSI

  Diajukan sebagai salah satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik

  Program Studi Ilmu Administrasi Negara Disusun Oleh :

  Shara Anggriani NIM. 6661111249

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, 2016

  Aku memang anak perempuan, Tapi aku harus menjadi anak perempuan yang berbeda dan berprestasi dari anak perempuan lainnya...

  Skripsi ini ku persembahkan untuk, Alm. Papaku (Hanawir Hamid), Mamaku (Heni Herawati) Dan seluruh keluarga besarku

  

ABSTRAK

Shara Anggriani. NIM. 6661111249. 2016. Skripsi. Strategi Perusahaan

Daerah Pasar Kota Tangerang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di

Pasar Anyar Kota Tangerang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara.

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

Dosen I, Drs. Hasuri, M.Si.; Dosen II, Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si.

  Penataan pedagang kaki lima merupakan upaya yang dilakukan untuk menata dan menertibkan pedagang kaki lima. Tujuan dari penataan pedagang kaki lima adalah untuk menciptakan keindahan kota sesuai dengan peraturan daerah. Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dalam penataan PKL dihadapkan oleh beberapa masalah, seperti kurangnya pengawasan kepada PKL yang nakal, Jumlah SDM dalam menangani PKL masih terbatas, belum ada pembinaan yang diberikan kepada pedagang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui strategi PD Pasar dalam penataan PKL di Pasar Anyar. Penelitian ini menggunakan teori teknik analisis SWOT menurut Fred R. David. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukan belum optimalnya strategi yang dijalankan oleh PD Pasar karena beberapa faktor yang berasal dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal antara lain sumber pendapatan retribusi menjadi sepenuhnya hak pengelolaan PD Pasar dan adanya penolakkan dari PKL. Faktor internal antara lain jumlah SDM dalam menangani PKL masih terbatas, belum bisa merubah pola pikir dari PKL, belum ada pembinaan yang diberikan kepada pedagang. Saran penelitian agar strategi PD Pasar lebih optimal adalah memberikan kesempatan kepada PKL ikut terlibat dalam tahap musyawarah pada forum diskusi, mengadakan pembinaan kepada PKL dengan pendekatan yang persuasif dan mengadakan pusat jajanan di dalam Pasar Anyar.

  Kata Kunci: Penataan, Pedagang Kaki Lima, Strategi

  

ABSTRACT

Shara Anggriani. NIM. 6661111249. 2016. Thesis. Strategy of Market Regional

Company Tangerang City in structuring street vendors in Anyar Market,

Tangerang City. Major of Public Administration Science. The Faculty of Social

st

Science and Political Science. Sultan Ageng Tirtayasa University Advisor

nd

  . 1 , Advisor Drs. Hasuri, M.Si.; 2 , Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si.

  

Structuring of street vendors is the effort made to organize and regulate the street

vendors. The arrangement of street vendors had Main purpose to created

particular magnificence of the city in accordance with local regulations. In

structuring The street Vendors, Tangerang City Market Regional Company

Confronted by several problems, such as lack of supervision to the irresponsible

Street Vendors, Total of the Human resources that could deal with the street

vendors was still limited, there was no specific guidance given to the vendors. The

purpose of this study was to figure out the strategy used in structuring Regional

Company Pasar Anyar Market street vendors. This study used the theory of SWOT

analysis techniques by Fred R. David. The method used in this research is

qualitative descriptive. The results showed not optimal strategy pursued by

regional company market due to several factors that come from internal and

external factors. External factors such as sources of retribution income was fully

the rights of the Market management as Regional company and the rejection of

street vendors. Internal factors such as the number of human resources is still

limited in dealing with street vendors, had not been able to change the mindset of

street vendors, there was no specific guidance given to the vendors itself.

Suggestions of research for the strategy to be optimal for the regional company of

market is to give opportunity to the vendors involved in the stage of deliberation

on the discussion forum, implement coaching strategy for the vendors with a

persuasive approach and hold a market center on Anyar Market.

  Keywords: Regulation, Street Vendors, Strategy

KATA PENGANTAR

  Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dalam Penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar Kota Tangerang” dengan baik. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaannya skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan informasi yang bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan, khususnya dalam ranah Ilmu Administrasi Negara.

  Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada pihak yang telah memberikan pengajaran bantuan serta dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.

  Untuk itu penulis sampaikan terimakasih kepada : 1. Allah SWT, atas segala kasih sayang yang berlimpah untukku.

  2. Orangtua penulis yang senantiasa mendoakan, memberikan pengarahan dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

  3. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd. selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  4. Dr. Agus Sjafari, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  5. Rahmawati, S.Sos, M.Si, selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  6. Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si, Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  7. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos, M.Si, selain selaku Wakil Dekan III beliau pembimbing II skripsi yang selalu bijaksana dalam memberikan arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

  8. Listyaningsih, S.Sos. M.Si. selaku Ketua Program Studi Ilmu Administasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  9. Riswanda, Ph.D. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

  10. Drs. Hasuri, M.Si., selaku pembimbing I skripsi yang selalu sabar dalam memberikan arahan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

  11. Yeni Widyastuti, S.Sos. M.Si, selain selaku Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan beliau dosen pembimbing akademik penulis dalam perkuliahan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang paling baik dan selalu memberikan nasehat dan motivasi kepada penulis.

  12. Semua Dosen serta staff pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis.

  13. Keluarga besar Penulis, yang selalu memberikan semangat dan dukungan tanpa henti dalam penyelesaian skripsi ini.

  14. Alief Aditiya R, S.T yang memberikan perhatian penuh kepada penulis.

  15. Sahabatku tercinta Ratu Arum. S yang menjadi sahabat terbaik yang setia menemani penulis selama perkuliahan hingga saat ini.

  16. Sahabat seperjuanganku Rosmalasari, Khaerinisa, Muhammad Frayogi, Raden Dendy dan teman-teman ANE 2011, terima kasih untuk sharing dan

  supportnya bersama di bangku perkuliahan hingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

  17. Serta tidak lupa peneliti mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh informan penelitian terutama kepada Direktur Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang beserta jajarannya yang telah berkontribusi banyak dalam penyusunan skripsi ini serta pihak-pihak lainnya yang tidak dapat penulis sebut satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

  Tangerang, Juni 2016

  Shara Anggriani

  NIM. 6661111249

  DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .............................................. ii LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... iii LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iv PERSEMBAHAN ............................................................................................ v ABSTRAK ....................................................................................................... vi ABSTRACT

   ...................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................. xi DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvi

  BAB I PENDAHULUAN

  1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

  1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 25

  1.3 Batasan Masalah ................................................................................. 26

  1.4 Rumusan Masalah .............................................................................. 26

  1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................. 27

  1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................. 27

  1.7 Sistematika Penulisan ......................................................................... 28

  BAB II KAJIAN TEORI

  2.2 Manajemen Strategi. ........................................................................... 31

  2.2.1 Pengertian Manajemen ............................................................. 31

  2.2.2 Fungsi Manajemen ................................................................... 33

  2.2.3 Pengertian Strategi .................................................................... 34

  2.2.4 Pengertian Manajemen Strategi ................................................ 36

  2.2.5 Proses Manajemen Strategi ....................................................... 39

  2.3 Konsep Pasar Tradisional .................................................................... 44

  2.3.1 Definisi Pasar Tradisional ......................................................... 44

  2.3.2 Kriteria Pasar Tradisional ......................................................... 45

  2.3.3 Permasalahan Pasar Tradisional ................................................ 46

  2.4 Pengertian Pedagang Kaki Lima ......................................................... 51

  2.5 Tahap Perencanaan Strategi ................................................................ 54

  2.5.1 Tahap Input ............................................................................... 55

  2.5.2 Tahap Analisis .......................................................................... 59

  2.5.3 Penelitian Terdahulu ................................................................. 76

  2.6 Kerangka Berfikir ............................................................................... 79

  2.7 Asumsi Dasar Penelitian ..................................................................... 82

  BAB III METODE PENELITIAN

  3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian .................................................... 83

  3.2 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 85

  3.3 Lokasi Penelitian ................................................................................ 85

  3.4 Variabel Penelitian .............................................................................. 86

  3.4.1 Definisi Konsep .......................................................................... 86

  3.4.2 Definisi Operasional................................................................... 87

  3.5 Instrumen Penelitian............................................................................ 88

  3.6 Informan Penelitian ............................................................................. 97

  3.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ................................................ 99

  3.7.1 Teknik Pengolahan Data .......................................................... 99

  3.7.2 Uji Keabsahan Data ................................................................. 101

  3.8 Jadwal Penelitian ................................................................................ 102

  BAB IV PEMBAHASAN

  4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ................................................................. 104

  4.1.1 Deskripsi Wilayah Kota Tangerang ......................................... 104

  4.1.2 Gambaran Umum PD. Pasar Kota Tangerang .......................... 109

  4.2 Deskripsi Data .................................................................................... 113

  4.3 Data Informan Penelitian ................................................................... 115

  4.4 Analisis Data Penelitian ..................................................................... 116

  4.5 Pembahasan ........................................................................................ 168

  4.6 Analisis Matrik IFE dan EFE ............................................................. 178

  4.6.1 Analisis Matrik Internal ........................................................... 179

  4.6.2 Analisis Matrik Ekternal .......................................................... 182

  4.7 Analisis Matrik SWOT ...................................................................... 184

  BAB V PENUTUP

  5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 191

  5.2 Saran ................................................................................................... 193

  

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 194

  DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 1.1 Jumlah PKL di Pasar Tradisional Kota Tangerang ......................... 9Tabel 1.2 Perbandingan Pasar Anyar dengan Pasar Tanah Abang ................. 13Tabel 1.3 Laporan Hasil Kegiatan Penertiban per Bulan Tahun 2014 ............ 19Tabel 1.4 Laporan Kegiatan Penertiban per Triwulan Tahun 2014 ................ 20Tabel 1.5 Perbedaan Operasi dan Waktu Penertiban di Tahun 2014 .............. 24Tabel 2.1 Tahapan Perencanaan Strategi......................................................... 55Tabel 2.2 Matriks EFI dan EFE ....................................................................... 59Tabel 2.3 Matrik SWOT .................................................................................. 61Tabel 3.1 Pedoman Wawancara ...................................................................... 88Tabel 3.2 Deskripsi Informan Penelitian ......................................................... 99Tabel 3.3 Jadwal Penelitian ............................................................................. 103Tabel 4.1 Jumlah Kecamatan dan Luas Kecamatan di Kota Tangerang ......... 105Tabel 4.2 Jumlah Penduduk di Kota Tangerang Tahun 2013 ......................... 107Tabel 4.3 Informan Penelitian ......................................................................... 115Tabel 4.4 Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan dan Jenis Kelamin ........ 127Tabel 4.5 Perbandingan Pendapatan RKAT 2014 dan 2015 ........................... 133Tabel 4.6 Faktor Strategis Internal Penataan PKL .......................................... 180Tabel 4.7 Faktor Strategis Eksternal Penataan PKL ....................................... 182Tabel 4.8 Matriks Analisis SWOT .................................................................. 184

  DAFTAR GAMBAR Halaman

Gambar 1.1 Pasar Tanah Abang Sebelum dan Sesudah di Relokasi ............... 12Gambar 1.2 Bangunan Baru di Bagian Selatan Pasar Anyar .......................... 16Gambar 2.1 Model Manajemen Strategi ......................................................... 41Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ....................................................................... 81Gambar 3.1 Analisis Data Miles & Huberman ............................................... 100Gambar 4.1 Peta Kota Tangerang.................................................................... 106Gambar 4.2 Bagan Struktur Organisasi Perusahaan Daerah Pasar ................. 112Gambar 4.3 Skema Rencana Penataan PKL di Pasar Tradisional ................... 119

DAFTAR LAMPIRAN

  LAMPIRAN 1 Surat Ijin Penelitian LAMPIRAN II Matriks Hasil Wawancara Penelitian LAMPIRAN III Penilaian Bobot dan Rating LAMPIRAN IV Data Pendukung Penelitian LAMPIRAN V Dokumentasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Dinamika pertumbuhan dan perkembangan ekonomi dunia tidak hanya dipengaruhi oleh sektor formal, namun juga dipengaruhi oleh sektor informal.

  Sektor informal turut berkontribusi dalam kegiatan ekonomi, terutama di negara- negara berkembang di dunia. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menjadi salah satu negara yang juga mengalami perkembangan sektor informal, terutama setelah masa krisis ekonomi tahun 1997 dan 2008/2009. Sektor informal muncul dalam kegiatan perdagangan yang bersifat kompleks karena menyangkut jenis barang, tata ruang, dan waktu. Sebaliknya dengan sektor formal yang umumnya menggunakan teknologi maju, bersifat padat modal, dan mendapat perlindungan pemerintah, sektor informal lebih banyak ditangani oleh masyarakat golongan bawah. Sektor ini diartikan sebagai unit-unit usaha yang tidak atau sedikit sekali menerima proteksi ekonomi secara resmi dari pemerintah.

  Sektor informal di Indonesia sudah sejak lama menjadi tumpuan harapan banyak warga. Mereka memilih baik dengan sukarela maupun terpaksa masuk ke sektor informal karena karakteristik sektor ini relatif lebih sederhana. Para pekerja sektor informal tidak pernah dituntut harus memiliki tingkat pendidikan dan keahlian tertentu, asalkan mereka memiliki semangat dan ketekunan yang cukup besar untuk menjalankan usaha yang umumnya berskala kecil. Sektor informal adalah sektor yang tidak terorganisir (unorganized), tidak teratur (unregulated),

  Salah satu kegiatan sektor informal yang penuh dinamika di Indonesia adalah aktivitas yang dilakukan oleh Pedagang Kaki Lima. Menurut Bappenas (2009) tumbuhnya usaha kecil-kecilan di perkotaan seperti PKL, pedagang asongan, penjual bakso dan sebagainya akibat dari proses migrasi tenaga kerja dari desa ke kota. Sejak dekade 1970-an Indonesia mengalami era pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta terjadi pula pergeseran struktur yang cepat dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. Oleh karena umumnya sektor pertanian terdapat di desa sedangkan industri terdapat di kota, maka migrasi desa ke kota merupakan arah perpindahan tenaga kerja yang pada umumnya terjadi dalam proses industrialisasi. Hal yang menarik dari fenomena tersebut adalah banyaknya tenaga kerja yang bersifat swakarya dan swadaya, sehingga membentuk usaha-usaha informal, salah satunya Pedagang Kaki Lima.

  Pedagang kaki lima merupakan kegiatan urban yang perkembangannya sangat fenomenal karena keberadaannya semakin tampak memenuhi ruang kota.

  Kegiatan ini dipahami sebagai kegiatan yang belum terwadahi, sehingga ruang publik menjadi satu-satunya tempat untuk melakukan kegiatan tersebut.

  Penggunaan ruang publik telah menjadi suatu karakteristik yang identik dengan eksistensi pedagang kaki di kota-kota Indonesia.

  Pedagang kaki lima sebagai sekelompok orang yang menawarkan barang dan jasa untuk dijual di atas trotoar atau di tepi/di pinggir jalan, di sekitar pusat perbelanjaan/pertokoan, pasar tradisional, pusat rekreasi/hiburan, pusat perkantoran dan pusat pendidikan, baik secara menetap atau setengah menetap, berstatus tidak resmi atau setengah resmi dan dilakukan baik pagi, siang, sore maupun malam hari.

  Melihat kondisi pasar tradisional di Kota Tangerang saat ini yang kumuh akibat keberadaan pedagang kaki lima yang tidak tertib, Pemerintah Daerah Kota Tangerang merasa bahwa perlunya ada perbaikan dan perubahan yang dilakukan di setiap masing-masing pasar tradisional yang ada di Kota Tangerang. Sehingga perlu adanya pembenahan-pembenahan yang dilakukan pemerintah daerah untuk menata pasar tradisional di Kota Tangerang. Pemerintah Daerah melalui Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang melakukan upaya penataan pedagang kaki lima di Pasar Tradisional Kota Tangerang yang bertujuan untuk peningkatan efisiensi dan produktifitas Perusahaan Daerah dan peningkataan pelayanan kepada masyarakat.

  Pemerintah Pusat pada tanggal 27 Desember 2012 telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2012 tentang Koordinasi Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima. Dimana dalam Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2012 merupakan sebuah perintah yang harus dilaksanakan oleh segenap pemangku kepentingan, baik pemerintah pusat, pemerintah daerah dan

  

stakholder lainnya untuk melakukan penataan dan pemberdayaan Pedagang Kaki

  Lima. Penataan Padagang Kaki Lima tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 125 Tahun 2012, yaitu sebagai berikut : Pasal 2 (1) Pemerintah bersama Pemerintah Daerah berkoordinasi melakukan penataan dan pemberdayaan PKL.

  Pasal 6 (1) Bupati/Walikota melaksanakan penataan PKL Kabupaten/Kota di wilayahnya dalam Pasal 4 dan penataan PKL Provinsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5. (2) Penataan PKL sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi:

  a. Penetapan kebijakan penataan PKL;

  Selanjutnya pelaksanaan kegiatan penataan dan pemberdayaan PKL tertuang dalam Peraturan Menteri dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan Pedagang Kaki Lima pada Pasal 51, yaitu:

  e. Koordinasi dan konsultasi pelaksanaan penataan dan pemberdayaan PKL;

  d. Perencanaan dan penetapan lokasi binaan PKL;

  c. Sosialisasi kebijakan tentang penataan dan pemberdayaan PKL;

  b. Pendataan PKL;

  a. Koordinasi dengan Gubernur;

  (1) Bupati/walikota melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan penataan dan pemberdayaan PKL di kabupaten/kota. (2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

  c. Penetapan lokasi PKL; d.Pemindahan PKL dan penghapusan lokasi PKL; dan e. Peremajaan lokasi PKL.

  b. Penetapan lokasi dan/atau kawasan tempat berusaha PKL di dalam Rencana Detail Tata Ruang;

  a. Pendataan PKL; b.Pendaftaran PKL;

  Pasal 8 (1) Bupati/Walikota melakukan penataan PKL dengan cara:

  Negeri Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2012 tentang Pedoman Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima. Pedoman penataan pedagang kaki lima tertuang dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2012, yaitu :

  e. Penyusunan program dan kegiatan penataan PKL ke dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah. Kemudian ditindaklanjuti dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Dalam

  d. Pengembangan kemitraan dengan dunia usaha; dan

  c. Penataan PKL melalui kerja sama antar Pemerintah Daerah;

  f. Bimbingan teknis, pelatihan, supervisi kepada PKL; g. Mengembangkan kemitraan dengan dunia usaha dan masyarakat dalam penataan dan pemberdayaan PKL; dan h. Monitoring dan evaluasi. Pelarangan pedagang kaki lima berusaha di tempat yang bukan peruntukkannya tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 tentang

  Ketertiban Umum, Pasal 22 Ayat (1), yaitu : (1) Setiap orang dan/atau badan dilarang berdagang, berusaha dibagian jalan/trotoar, halte, jembatan penyebrangan orang dan tempat-tempat untuk kepentingan umum lainnya tanpa seijin Walikota atau Pejabat yang ditunjuk. Selain itu pedagang kaki lima juga memiliki kewajiban yang tertuang di

  Peraturan Daerah Nomor 6 tahun 2011 yaitu salah satunya wajib untuk memelihara kebersihan, ketertiban, keamanan dan kesehatan lingkungan. Apabila kewajiban itu tidak dilaksanakan maka pedagang kaki lima dapat terkena sanksi administratif. Sanksi administratif yang dimaksud pada Peraturan Daerah Nomor

  6 Tahun 2011 yaitu berupa pembongkaran.

  Seiring dengan arus reformasi yang terus berkembang dan dengan diberlakukannya Undang-Undang Otonomi Daerah, keberadaan Badan Usaha Milik Daerah semakin menjadi sorotan. Hal ini sangatlah wajar sebab mayoritas pemilik saham Badan Usaha Milik Daerah adalah pemerintah kotamadya maupun kabupaten yang melibatkan berbagai komponen. Dengan saham mayoritas tersebut Badan Usaha Milik Daerah diharapkan dapat menghasilkan margin keuntungan berupa deviden setiap tahun sebagai pendapatan daerah atas modal yang ditanamkan.

  Tujuan dibentuknya Badan Usaha Milik Daerah bukan hanya berorientasi pada keuntungan saja, tetapi juga memiliki tujuan yang lebih besar yaitu turut serta mensejahterakan masyarakat melalui fungsi-fungsi sosial yang lain seperti pelayanan, pemberdayaan, pengembangan, serta bantuan manajemen (advisor) usaha bagi masyarakat agar lebih berkembang. Dengan demikian keberadaan Badan Usaha Milik Daerah memiliki fungsi dan peran ganda sebagai lembaga profit yang diharapkan menghasilkan deviden semaksimal mungkin untuk mendukung pendapatan daerah, sekaligus sebagai lembaga yang memiliki peran sosial yang juga dituntut maksimalisasi peran sosialnya terhadap dinamika pembangunan masyarakat.

  Kota Tangerang adalah salah satu kota yang memiliki Badan Usaha Milik Daerah yang dikelompokkan menjadi 2 bidang usaha yaitu bidang utilitas yaitu Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan bidang perdagangan yaitu Perusahaan Daerah Pasar. Pasar tradisional yang berada di Kota Tangerang berada dibawah naungan Badan Usaha Milik Daerah bidang perdagangan yaitu Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang. Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang adalah salah satu perusahaan mandiri karena perusahaan ini harus mencari sendiri, menggaji sendiri, dan mengembangkan sendiri perusahaannya.

  Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dibentuk pada tahun 2003 dan mulai beroperasi pada tanggal 10 April 2004. Tugas pokok dan fungsi Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2003 tentang Pembentukan Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang sebagaimana tercantum dalam Pasal 5 yaitu Perusahaan Daerah mempunyai tugas pokok mengupayakan peningkatan mutu pelayanan Pemerintah Daerah dan Pendapatan Asli Daerah di bidang perpasaran melalui kegiatan-kegiatan serta usaha-usaha perencanaan, pengembangan, pembangunan dan pemanfaatan nilai sosial-ekonomi pasar.

  Pada Peraturan Daerah Kota Tangerang No 3 Tahun 2003 Pasal 6 tercantum bahwa tugas Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang yaitu untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 Peraturan Daerah ini, Perusahaan Daerah Pasar memiliki fungsi :

  a. Pelaksanaan analisis terhadap potensi perpasaran di Daerah;

  b. Perencanaan dalam rangka pengembangan dan atau pembangunan pasar;

  c. Pemeliharaan dan pengawasan terhadap pasar;

  d. Pengelolaan terhadap retribusi yang berkenaan dengan pasar;

  e. Pelaksanaan pembinaan terhadap para pedagang, pelaku usaha dan masyarakat pengguna pasar; f. Pemberian fasilitas dalam rangka penciptaan stabilitas harga dan kelancaran arus distribusi barang di pasar.

  Dipandang perlu membentuk Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang karena Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang yang akan melaksanakan pengelolaan dan pengembangan pasar-pasar milik Pemerintah Daerah menurut prinsip-prinsip ekonomi perusahaan. Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang juga memiliki wewenang untuk memungkinkan tercapainya peningkatan mutu pelayanan sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat dan pemanfaatan potensi di bidang perpasaran.

  Peran Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang sebagai pengelola dan pengembang pasar-pasar tradisional milik pemerintah daerah yang juga memiliki salah satu tugas pokok pada point (e) yaitu sebagai pelaksana penataan dan pembinaan terhadap pedagang masih dirasakan belum maksimal dan perlu ditingkatkan. Hal ini dikarenakan pasar-pasar tradisional yang ada di Kota pedagang kaki lima yang belum tertata rapih dan jumlahnya semakin meningkat menyebabkan kesemrawutan di pasar-pasar tradisional.

  Kota Tangerang mengalami fenomena perkembangan pedagang kaki lima yang marak terjadi akhir-akhir ini yaitu keberadaan Pedagang Kaki Lima di Pasar Tradisional Kota Tangerang. Berdasarkan Data Perusahaan Daerah Pasar Tahun 2012, jumlah pasar di wilayah Kota Tangerang sebanyak 33 pasar. Untuk pasar yang dimiliki oleh pemerintah daerah sebanyak 11 pasar, sedangkan milik swasta sebanyak 22 pasar. Namun dari 11 pasar yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah, hanya 7 pasar yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang antara lain, Pasar Anyar, Pasar Bandeng, Pasar Gerendeng, Pasar Jatiuwung, Pasar Malabar, Pasar Poris dan Pasar Ramadhani.

  Pasar Anyar terpilih menjadi lokasi penelitian karena salah satu pasar tradisional yang mengalami fenomena perkembangan pedagang kaki lima yang marak terjadi akhir-akhir ini di Pasar Tradisional Kota Tangerang yaitu belum tertata rapih dan belum tertib. Dan penulis memilih Pasar Anyar dilihat berdasarkan dari kondisi pasar. Kondisi dari Pasar Anyar saat ini adalah tidak kondusif, kumuh, kotor, becek, bau serta penataan para pedagang kaki lima yang masih semrawut dan tidak beraturan menjadi alasan khusus dari penulis memilih lokasi ini.

  2 Pasar Anyar berdiri sejak Tahun 1970 dengan luas lahan sebesar 24.680 m ,

  dengan spesifikasi bangunan tiga lantai yaitu di lantai pertama di isi oleh kios dan los, di lantai kedua di isi oleh kios dan lapak sedangkan di lantai ketiga di isi oleh Kantor Pengelola Pasar, Gor dan Mushola. Pasar Anyar memiliki sarana dagang seperti kios sebanyak 1.756 kios, los sebanyak 234 los dan lapak/counter sebanyak 577 lapak/counter. Namun banyak kios-kios yang kosong di dalam pasarnya. Kemudian Pasar Anyar dilengkapi dengan fasilitas toilet umum 4 unit, satu mushola tetapi sudah tidak kondusif dan kotor, Tempat Pembuangan Sampah

  3

  yang bervolume kurang lebih 16 m , Sumber Air bersih berasal dari air tanah dan Pam, Kapasitas Parkir yang dapat menampung kurang lebih sekitar 150 Motor atau sekitar kurang lebih 50 mobil, Penerangan Jalan Umum (PJU) di lingkugan pasar dan Alat Pemadam Api Ringan (APAR). Dan waktu aktivitas pasar dari pagi hingga sore. (Sumber: Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang). Berikut adalah tabel jumlah pedagang kaki lima di tujuh pasar tradisional yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang, sebagai berikut :

Tabel 1.1 Jumlah Pedagang Kaki Lima di Pasar Tradisional Kota Tangerang No. Nama Pasar Luas Jumlah Persentase Lahan PKL (%)

  2

  1. Pasar Anyar 24.680 m 663

  48

  2

  2. Pasar Bandeng 4.550 m 72 5,2

  2

  3. Pasar Grendeng 1.886 m 57 4,1

  2

  4. Pasar Jatiuwung 2.500 m

  84

  6

  2

  5. Pasar Malabar 12.120 m 325 23,5

  2

  6. Pasar Poris 2.000 m 63 4,55

  2

  7. Pasar Ramadhani 3.500 m 119 8,6

  Total 1.383 100

  Sumber: Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang, 2013 Berdasarkan tabel 1.1 di atas bahwa dari ke-7 pasar tradisional yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang yang memiliki jumlah pedagang kaki lima paling banyak yaitu Pasar Anyar. Melihat jumlah pedagang kaki lima yang terbanyak diantara pasar-pasar tradisional lainnya yaitu 663 pedagang kaki Pasar Anyar yang semrawut sehingga perlu adanya penataan terhadap pedagang kaki lima di Pasar Anyar yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Selama ini penataan yang dilakukan oleh Perusahaan Daerah Pasar hanya penggusuran, bukan pemberdayaan sehingga penataan pedagang kaki lima masih belum memperlihatkan hasil yang positif.

  Pasar Anyar sempat dibawah naungan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang namun karena adanya persaingan global dan seiring dengan perkembangan Kota Tangerang maka Pemerintah Kota Tangerang pada tahun 2003 dibentuklah Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang dan pasar-pasar tradisional milik Pemerintah Daerah Kota Tangerang sebagai aset yang dipisahkan dan diserahkan kepada Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang untuk dikelola. Pasar tradisional yang ada di Kota Tangerang termasuk Pasar Anyar berada di bawah naungan Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang hingga sekarang.

  Lokasi Pasar Anyar terletak di Jalan Ahmad Yani, Kelurahan Suka Asih Kecamatan Tangerang Kota Tangerang. Letak Pasar Anyar yang strategis karena berada di dekat Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, Stasiun Kereta Api, Kawasan Pendidikan serta permukiman warga Tangerang dan terletak di tengah kota. Sehingga memudahkan masyarakat untuk berbelanja di Pasar Anyar. Bahkan yang berbelanja tidak hanya dari masyarakat lokal Kota Tangerang saja tetapi dari seluruh masyarakat dalam wilayah Kabupaten Tangerang. Dalam perkembangannya, jumlah pedagang kaki lima yang melakukan aktivitas ekonomi di Pasar Anyar semakin bertambah namun belum mendapatkan penataan dari pemerintah daerah sehingga menyebabkan terjadinya kesemrawutan di pasar tradisional tersebut.

  Melihat kondisi pasar modern yang berbanding terbalik dengan pasar tradisional yang ada saat ini menjadi persaingan yang ketat antar keduanya, kondisi pasar modern yang bersih, tertata rapih, nyaman, bebas dari keberadaan pedagang kaki lima menjadi daya tarik masyarakat untuk memilih berbelanja ke pasar modern. Sedangkan kondisi pasar tradisional yang kumuh, sampah berserakan dimana-mana terkadang ada air menggenang dijalan, pedagang kaki lima yang tidak beraturan menyebabkan masyarakat merasa kurang nyaman ketika berbelanja di pasar tradisional. Kondisi tersebut sangat memprihatinkan, mengingat bahwa Pasar Tradisional merupakan salah satu Pasar Tradisional yang menjadi sumber penyumbang Pendapatan Asli Daerah sehingga perlu adanya penataan yang serius baik penataan pasar hingga penataan pedagang kaki limanya. Agar keberadaan pasar tradisional yang ada di Kota Tangerang masih tetap eksis di tengah persaingan yang semakin ketat.

  Mengenai eksistensi pasar tradisional ditengah modernisasi yang tampaknya mulai mengalami penurunan kepercayaan signifikan dari masyarakat. Apalagi jika dibandingkan dengan pasar modern yang lebih menyajikan kenyamanan, kepercayaan, dan pelayanan yang lebih unggul dibandingkan pasar tradisional.

  Namun pemerintah Provinsi DKI Jakarta berhasil menepis anggapan bahwa eksitensi pasar tradisonal mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari keberhasilan upaya penataan pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang pada masa kepemimpinan Gubernur Joko Widodo. Keberhasilan tersebut merupakan salah satu prestasi terbaik yang berhasil dicapai oleh Pemprov DKI Jakarta dalam tata kelola masyarakat di Pasar Tanah Abang, khususnya pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang. Berikut Kondisi Pasar Tanah Abang sebelum dilakukan relokasi dan sesudah dilakukan relokasi : Sesudah di Relokasi Sebelum di Relokasi Pasar Tanah Abang Blok G

Gambar 1.1 Pasar Tanah Abang Sebelum dan Sesudah di Relokasi

  Melihat Kondisi Pasar Anyar apabila dibandingkan dengan kondisi Pasar Tanah Abang yang saat ini bahwa terlihat perbedaan yang menarik. Pasar Tanah Abang merupakan salah satu pasar tradisional yang dimiliki oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang dapat dikatakan berhasil dalam penataan pedagang kaki lima di Pasar Tradisional. Dengan jumlah pedagang kaki lima sebanyak 942 pedagang, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mampu menata pedagang kaki lima dengan jumlah yang besar. Dan hasil penataan yang sudah dilakukan terbilang maksimal karena pedagang kaki lima sudah direlokasi ke dalam Pasar Tanah Abang Blok G. Penataan yang berhasil ini dilakukan dengan beberapa strategi, diantaranya strategi yang digunakan dalam penataan pedagang kaki lima adalah yang dilakukan tersebut bukan hanya sekedar monitoring biasa akan tetapi pihak Perusahaan Daerah Pasar Jaya juga selalu melakukan pendekatan kepada para pedagang kaki lima untuk mengetahui permasalahan apa yang sering muncul diantara para pedagang kaki lima dan mencari jalan keluarnya. Berikut perbandingan antara Pasar Anyar dengan Pasar Tanah Abang, yaitu antara lain :

Tabel 1.2 Perbandingan Pasar Anyar dengan Pasar Tanah Abang

  No. Keterangan Perbandingan Pasar Pasar Anyar Pasar Tanah Abang

  1. Jumlah PKL 663 pedagang 942 pedagang

  2 Kondisi Pasar Kumuh Baik

  3. Status kepemilikan Milik Pemerintah Kota Tangerang

  Milik Pemerintah DKI Jakarta

  4. Upaya penertiban PKL yang sudah dilakukan

  1. Pendataan

  Hanya perlu melakukan pendataan dalam 1 (satu) tahap dan tidak dilakukan berulang-ulang. Dan tidak dilakukan hingga tahap ke verifikasi. Sehingga belum mendapatkan jumlah PKL secara pasti.

  2. Penataan

  Relokasi pada tahun 2010 ke lahan Anyar selatan belum berhasil dikarenakan lahan sebagai tempat untuk berdaganya para PKL tidak memadai. Dan tahun 2015 pengadaan tenda yang dilakukan belum efektif karena pengadaan tenda hanya mampu di depan pasar saja sehingga belum merata.

  1. Pendataan

  Sistem pendataan Provinsi DKI Jakarta yaitu pendataan awal, pendaftaran serta verifikasi. Sehingga Provinsi DKI Jakarta melakukan proses pendataan tersebut kedalam beberapa tahap yang menghabiskan waktu berminggu- minggu hingga PKL yang ada dapat direlokasi.

  2. Relokasi

  Relokasi di Pasar Tanah Abang ke Blok G dilakukan oleh petugas Satpol PP dibantu oleh aparat lainnya seperti Polisi dan TNI dengan membongkar seluruh

3. Penertiban

  Penertiban yang dilakukan sebanyak 24 kali dalam setahun namun yang dilakukan hanya pada waktu yang berskala besar yaitu mejelang lebaran dan menjelang penilaian adipura. Sehingga penertiban yang dilakukan belum maksimal.

  

4. Pengawasan Setelah

Penertiban

  Dalam pemberian sanksi berupa teguran lisan saja, sehingga PKL masih menempati lokasi yang bukan peruntukkan berdagangnya karena sanksi yang diberikan terbilang ringan. dan proses relokasi tersebut berjalan dengan tertib dan aman tanpa kekerasan.

  3. Peremajaan dan Pembangunan Fasilitas pada Lokasi Berjualan yang Baru

  Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berkerjasama dengan PD Pasar Jaya melakukan peremajaan di Blok G secara total.

  Pemerintah dibantu PD Pasar Jaya melakukan sejumlah perbaikan di beberapa titik di Blok G.

  4. Pengawasan Pasca Relokasi

  Pasca Relokasi, Petugas Satpol PP melakukan penjagaan secara rutin terhadap lokasi berjualan PKL yang telah ditertibkan. Cara pengawasan yang dilakukan yaitu petugas disiagakan 24 jam di pos jaga terpadu.

  (Sumber: Data diolah Peneliti, Tahun 2016) Setelah peneliti melakukan observasi awal pada lokasi penelitian dan melakukan wawancara pendahuluan dengan Bapak Achmad Juhaeni, SE sebagai

  Kepala Pasar Anyar, ada beberapa permasalahan-permasalahan yang peneliti temui dalam penataan Pedagang Kaki Lima di Pasar Anyar, diantaranya adalah sebagai berikut :

  Pertama, faktanya adalah berdasarkan hasil observasi awal di Pasar Anyar dilakukan oleh Perusahaan Daerah Pasar Kota Tangerang. Awal dilakukan penataan di Pasar Anyar yaitu pada tahun 2010 tepatnya pada bulan Februari.

  Diadakan penataan pada saat itu karena terjadi pembludakan jumlah pedagang kaki lima di Pasar Anyar dan kondisinya semakin tidak terkendali dan tidak teratur. Pada saat itu, penataan yang dilakukan bertujuan untuk menata ulang para pedagang kaki lima yang tidak memiliki tempat untuk berdagang. Penataan yang dilakukan yaitu dengan merelokasi sebagian pedagang kaki lima ke Lahan Anyar Selatan dan sebagian lagi ditempatkan ke lantai dua Pasar Anyar. Karena pihak Perusahaan Daerah Pasar keterbatasan biaya pada saat itu ada pihak investor yang mau mengerjakan lokasi di lahan Anyar Selatan. Pihak investor tersebut adalah PT. Propertia Century Raya sebagai pengembang dari lokasi baru tersebut. Pihak Perusahaan Daerah Pasar melakukan kerjasama dengan PT. Propetia Century Raya selama kurun waktu 5 tahun. Selama kurun waktu tersebut PT. Propetia Century Raya sebagai pengelola di Lahan Anyar Selatan, adapun yang akan dikelola oleh PT. Propetia Century Raya yaitu: retribusi, parkir, penempatan pedagang dan fasilitas di Lahan Anyar Selatan. Berikut gambar lokasi baru yang menjadi tempat berdagangnya pedagang kaki lima di Pasar Anyar, sebagai berikut:

  

Gambar 1.2 Berdasarkan Gambar 1.2 diatas bahwa bangunan baru di bagian Selatan Pasar

  2 Anyar ini mempunyai lahan sekitar 4.200 m yang dapat menampung 350

  pedagang dari berbagai macam. Dan akhir bulan februari tahun 2010 diharapkan bangunan baru tersebut terselesaikan dan pedagang dapat menempatinya. Namun kenyataannya, terjadi masalah ditengah-tengah proses pembangunan pada bangunan baru tersebut. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Achmad Juhaeni, SE selaku Kepala Pasar Anyar bahwa pihak PT. Propetia Century Raya selaku pihak pengembang dari lokasi baru tersebut mengalami kebangkrutan dan pada saat itu ada pergantian direktur dari PT. Propetia Century Raya yang baru, dan direktur PT. Propitia Century Raya yang baru ternyata tidak dapat meneruskan pembangunan tersebut dikarenakan dana untuk pembangunan pada bangunan baru tersebut tidak mencukupi sehingga proses pembangunan tersebut terhentikan, kemudian pihak PT. Propitia Century Raya memutuskan untuk menghentikan kerjasamanya dengan pihak Perusahaan Daerah Pasar dengan cara yang tidak bertanggung jawab yaitu kabur. (Wawancara dengan Kepala Pasar tanggal 20 Januari 2014, Pukul 10.40 WIB di Kantor Pengelolaan Pasar Anyar)

  Akibatnya, pelaksanaan relokasi pedagang kaki lima ke Lahan Anyar selatan pada tahun 2010 tersebut tidak dapat dilakukan karena lokasi baru dianggap tidak memungkinkan untuk dijadikan tempat berdagang. Dan pedagang kaki lima pada saat itu menjadi terkatung-katung, sebagian ditertibkan ke sisi samping Pasar Anyar dan sebagian memilih di pinggir Jalan Pasar Anyar.