BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu - UJI SUDRAJAT BAB II

  yang dihasilkan dari variabel bonus dan diferensiasi tabungan wadiah secara parsial adalah terdapat pengaruh secara signifikan terhadap keunggulan bersaing bank syariah dan kesimpulan yang dihasilkan secara simultan sebesar 25,1%, yang berarti bonus dan diferensiasi tabungan wadiah berpengaruh secara signifikan terhadap keunggulan bersaing bank syariah (Bibah Nurhabibah; 2012).

  Rika Marnis, (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Prinsip dalam Produk Tabunganku IB di PT BNI Syariah Cabang

  Wadiah

  Pekanbaru. Kesimpulan dari penelitian Rika Marnis tersebut adalah disimpulkan bahwah penerapan prinsip dana wadiah dalam produk TabunganKu IB di PT. BNI Syariah Pekanbaru, yaitu diawal akad tidak menjanjikan adanya bonus, pemberikan bonus terhadap wadiah merupakan kebijakan dari bank dan bank pun berhak untuk tidak memberikan bonus, dalam Islam bank kita sangat dianjurkan untuk menabung berusaha dan bekerja, karena Allah SWT tidak akan merubah nasib kita kecuali kita sendiri yang berusaha merubahnya. Walaupun di Bank PT. BNI Syariah tidak menggunakan bunga tetapi di PT. BNI Syariah juga banyak nasabah yang menabung ditabungan wadiah (Rika Marnis; 2012).

  Authar Fahmi, 2015 dalam penelitiannya yang berjudul Implementasi akad wadiah pada produk si TAMPAN (Simpanan Tabungan Masa Depan Anggota) di Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) Nusa Indah Cepiring yang selanjutnya disebut dengan KJKS Nusa Indah Cepiring. Dalam penelitiannya Authar Fahmi menyimpulkan bahwasannya. Penerapan akad dalam produk Si Tampan sudah diterapkan sesuai dengan prinsip syariah.

  Bukti kesyariahan tersebut melalui penitipan anggota kepada kolektor dan kemudian para kolektor tersebut menyerahkan penitipan uang tersebut kepada pihak KJKS di KJKS Nusa Indah dana dikelola melalui pembiayaan yang mendapatkan bagi hasil dari pendapatan tersebut KJKS memberikan bonus kepada anggotanya setiap bulan dan bonus diakhir pengembalian uang tersebut (Authar Fahmi; 2015).

  Nike Nur Anggraini, 2016 dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Tabungan Wadiah dan Modal yang dimiliki Terhadap Laba PT Bank Mega Syariah Periode 2013-2015. Kesimpulan dari penelitian Nike Nur Anggraini mengatakan bahwa: (1) Variabel tabungan wadiah berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba Bank Mega Syariah, (2) Variabel modal yang dimiliki berpengaruh negatif dan signifikan terhadap laba Bank Mega Syariah, (3) Variabel tabungan wadiah dan modal yang dimiliki secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap laba Bank Mega Syariah (Nike Nur Anggraini; 2016).

  Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian di atas adalah penelitian ini lebih terfokuskan kepada praktik penerapan akad pada produk tabungan

  wadiah yang dilakukan oleh Perbankan Syariah khususnya di Bank Jateng Cabang Syariah Purwokerto.

  1. Akad

  a. Pengertian Akad Dalam istilah fikih, secara umum akad berarti sesuatu yang menjadi tekad seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak seperti wakaf, talak, sumpah, maupun yang muncul dari dua belah pihak seperti jual beli, sewa, wakalah, dan gadai. Secara khusus akad berarti kesetaraan antara ijab (pernyaaan penawaran/pemindahan kepemilikan) dan qabul (pernyataan penerimaan kepemilikan) dalam lingkup yang disyariatkan dan berpengaruh pada sesuatu. Menurut kompilasi hukum ekonomi syariah, yang dimaksud dengan akad adalah kesepakatan dalam suatu perjanjian antara dua pihak atau lebih untuk melakukan dana atau tidak melakukan perbuatan hukum tertentu (Mardani; 2012; 72).

  b. Rukun Akad Sahnya suatu akad dalam Islam harus memenuhi hukum akad yang merupakan unsur asasi dari akad rukun akad tersebut adalah

  (Mardani; 2012; 72) :

  1). Al aqiid atau pihak-pihak yang berakad adalah orang, persekutuan atau badan usaha yang memiliki kecakapan dalam perbuatan hukum. Oleh karena itu orang gila dan orang yang belum mumayyidz tidak sah melakukan transaksi jual beli, kecuali membeli sesuatu yang kecil-kecil atau murah seperti korek api, korek kuping, dan lain-lain.

  2). Shighat atau perbuatan yang meninjukan terjadinya akad berupa ijab dan kabul. Dalam akad jual beli, ijab adalah ucapan yang diucapkan oleh penjual, sedangkan qabul adalah ucapan setuju dan rela yang berasal dari pembeli.

  3). Al maqud alaih atau objek akad. Objek akad adalah amwal atau jasa yang dihalalkan yang dibutuhkan masing-masing pihak.

  4). Tujuan pokok akad. Tujuan akad itu jelas dan diakui

  syara’ dan

  tujuan akad itu terkait erat dengan berbagai bentuk yang dilakukan. Misalnya tujuan akad jual beli adalah untuk memindahkan hak penjual kepada pembeli dengan imbalan.

  c. Syarat Akad Syarat adanya sebuah akad (syarth al in aqad). Syarat adanya akad adalah sesuatu yang mesti ada agar keberadaan suatu akad diakui

  

syara ’, syarat ini terbagi dua yaitu syarat umum dan syarat khusus

akad. Syarat umum adalah syarat yang harus ada pada setiap akad.

  (Mardani; 2012; 74). Syarat umum ada tiga yaitu:

  1). Syarat-syarat yang harus dipenuhi pada lima rukun akad, yaitu

  shighat , objek akad ( ma’qud alaih), para pihak yang berakad

  (aqadain), tujuan pokok akad dan kesepakatan. 2). Akad itu bukan akad yang terlarang, seperti mengandung unsur khilaf atau pertentangan, dilakukan dibawah ikrah atau paksaan,

  taghrir atau penipuan dan ghubn atau penyamaran 3). Akad itu harus bermanfaat.

  4). Adapun syarat khusus adanya sebuah akad adalah syarat tambahan yang harus dipenuhi oleh suatu akad khusus seperti adanya saksi dalam akad. Jual beli yang dilakukan dihadapan saksi dianjurkan.

  Secara umum fukaha menyatakan bahwa syarat sahnya akad adalah tidak terdapatnya lima hal perusak sahnya (mufsid) dalam akad, yaitu: ketidakjelasan jenis yang menyebabkan pertengkaran (al

  ), adanya paksaan (ikrah), membatasi kepemilikan terhadap

  jilalah

  suatu barang (tauqif) terdapat unsur tipuan (gharar), terdapat bahaya dalam pelaksanaan akad (dharar).

  Syarat berlakunya (nafidz) akad. Syarat ini bermaksud berlangsungnya akad tidak tergantung pada izin orang lain. Syarat berlakunya sebuah akad yaitu : 1). Adanya kepemilikan terhadap barang atau adanya otoritas (al

  wilayah ) untuk mengadakan akad, baik secara langsung ataupun perwakilan.

  2). Pada barang atau jasa tersebut tidak terdapat hak orang. 3). Syarat adanya kekuatan hukum (luzum abad) suatu akad baru bersifat mengikat apabila dia terbebas dari segala macam hak

  

khiyar (hak untuk meneruskan atau membatalkan transaksi).

  d. Jenis-jenis Akad Akad menurut tujuannya terbagi atas dua jenis (Mardani; 2012;

  76), yaitu: 1). Akad tabbaru yaitu akad yang dimaksudkan untuk menolong dan murni semata-mata karena mengharapkan ridha dan pahala dari Allah

  Subhanahu wata’ala, sama sekali tidak ada unsur

  mencari return ataupun motif. Akad yang termasuk dalam kategori ini adalah: hibah, wakaf, wasiat,

  ibra’, wakalah, kafalah, hawalah, rahn , dan qirad.

  2). Akad tijari yaitu akad yang dimaksudkan untuk mencari dan mendapatkan keuntungan dimana rukun dan syarat telah terpenuhi semuanya. Akad yang termasuk dalam kategori ini adalah: mudharabah, salam, i

  sthisna’ dan ijarah muntahiya bittamlik serta mudharabah dan musyarakah.

  Akad menurut keabsahannya terbagi kepada tiga jenis: 1). Akad shahih (valid contract) yaitu akad yang memenuhi semua rukun dan syaratnya. Akibat hukumnya adalah perpindahan barang misalnya dari penjual kepada pembeli dan perpindahan harta (uang) dari pembeli kepada penjual.

  2). Akad fasid (voidable contract) yaitu akad yang semua rukunnya terpenuhi, namun ada syarat yang tidak terpenuhi belum terjadi perpindahan barang dari penjual kepada pembeli

  3). Akad bathal (void contract) yaitu akad dimana salah satu rukunnya tidak terpenuhi dan otomatis syaratnya juga tidak terpenuhi. Akad seperti ini tidak menimbulkan akibat hukum perpindahan harta (harga/uang) dan benda pada kedua belah pihak.

  2. Wadiah

  a. Pengertian dan Jenis Wadiah Dalam tradisi fikih Islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan prinsip wadiah. Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (Syafii; 2001; 85). 1). Wadiah yad amanah adalah titipan dimana penerima titipan tidak boleh memanfaatkan barang titipan tersebut sampai diambil kembali oleh penitip. 2). Wadiah yad dhamanah Adalah titipan dimana barang titipan selama belum dikembalikan kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima titipan. Apabila dari hasil pemanfaatan tersebut diperoleh keuntungan maka seluruhnya menjadi hak penerima titipan (Indria; 2014). b. Rukun dan Syarat Menurut Hanafiyah, rukun wadiah terdiri atas ijab qabul yakni, pemilik aset berkata “aku titipkan barangku ini kepada engkau, atau jagalah barang ini, atau ambilah barang ini dan jagalah”. Kemudian pihak lain menerimanya. Orang yang melakukan kontrak, disyaratkan orang yang berakal. Akad wadiah tidak boleh dilakukan oleh anak kecil yang belum berakal, atau orang gila begitu juga, mereka tidak boleh menerima akad wadiah (Dimyauddin Djuwaini; 2008; 174).

  Menurut mayoritas ulama rukun akad wadiah terdiri atas

  ‘akidan (penitip dan penerima), wadiah (barang yang dititipkan), dan shigat (ijab kabul). Ijab kabul bisa dilakukan secara verbal dengan

  kata-kata, atau dengan isyarat. Syarat yang harus ada dalam akad

  wadiah , yakni baligh, berakal dan rusyd (cerdas). Untuk wadiah

  (barang titipan), disyaratkan harus bisa dipegang atau tetap dalam genggaman tangan seseorang. Tidak bisa berupa burung yang sedang terbang atau mutiara yang jatuh di dasar lautan (Dimyauddin Djuwaini; 2008; 174).

  c. Landasan syariah Penelitian ini juga menggunakan landasan syariah yang terdapat dalam ayat-ayat al Quran, hadits nabi dan juga ijma para ulama seperti di bawah ini:

  1.) Al Quran QS. Annisa ayat 58 :

  ْنَأ ِساَّنلا َنْيَب ْمُت ْمَك َح اَذِإ َو اَهِلْهَأ ٰىَلِإ ِتاَناَمَ ْلْا اوُّد َؤُت ْنَأ ْمُك ُرُمْأَي َ َّاللَّ َّنِإ ا ًري ِصَب اًعي ِمَس َناَك َ َّاللَّ َّنِإ ۗ ِهِب ْمُكُظ ِعَي ا َّم ِعِن َ َّاللَّ َّنِإ ۚ ِلْدَعْلاِب اوُمُك ْحَت

  

Sesungguhnya Allah menyuruh amu menyampaikan amanat kepada

yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan

hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.

Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya

kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha

Melihat (Syafii Antonio; 2001; 85).

  QS Al Baqarah ayat 283 : ْم ُكُضْعَب َن ِمَأ ْنِإَف ۖ ٌةَضوُبْق َم ٌناَه ِرَف اًبِتاَك اوُد ِجَت ْمَل َو ٍرَفَس ٰىَلَع ْمُتْنُك ْنِإ َو

  ْن َم َو ۚ َةَداَهَّشلا اوُمُتْكَت َلَ َو ۗ ُهَّب َر َ َّاللَّ ِقَّتَيْل َو ُهَتَناَمَأ َن ِمُت ْؤا يِذَّلا ِ د َؤُيْلَف اًضْعَب ٌميِلَع َنوُلَمْعَت ا َمِب ُ َّاللَّ َو ۗ ُهُبْلَق ٌمِثآ ُهَّنِإَف اَه ْمُتْكَي

  

Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)

sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada

barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). Akan

tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka

hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya)

dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah

kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa

yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya dia adalah orang yang

berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu

kerjakan .

  (Syafii Antonio; 2001; 86) 2). Al Hadits

  

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi

wassalam. Bersabda sampaikanlah (tunaikanlah) amanat kepada yang

berhak menerimanya dan jangan membalas khianat kepada orang

yang telah menghianatimu (HR. Abu Dawud dan Tirmizi) (Syafii

  Antonio; 2001; 86)

  

Ibnu Umar berkata bahwasanya Rasulullah telah bersabda: Tiada

kesempurnaan iman bagi setiap orang yang tidak beramanah, tidak

shalat bagi yang tidak bersuci (HR Thabrani) (Syafii Antonio; 2001;

  86)

  3). Ijma Para tokoh ulama Islam sepanjang zaman telah melakukan ijma terhadap legitimasi wadiah karena kebutuhan manusia terhadap hal ini jelas terlihat, seperti dikutip dalam al fiqh al Islami wa adillatuhu dari kitab al mughni wa syarh kabir li ibni Qudhamah dan masbuth li

  Imam Sarakhsy.

  Dasarnya penerima simpanan adalah yad amanah (tangan amanah), artinya tidak bertanggung jawab atas kehilangan atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan dalam memelihara barang titipan (karena faktor-faktor diluar batas kemampuan) hal ini dikemukakan oleh Rasulullah

  Shallallahu’alaihi wassalam dalam suatu hadits.

  

Jaminan pertanggungjawaban tidak diminta dari peminjam yang tidak

menyalah gunakan (pinjaman) dan penerima titipan yang tidak lalai

terhadap titipan tersebut (HR. Abu Dawud) (Syafii Antonio; 2001;

86).

  Praktik dalam aktivitas perekonomian modern, si penerima simpanan tidak mungkin akan menganggurkan aset tersebut, tetapi mempergunakannya dalam aktivitas perekonomian tertentu karena, dia harus meminta izin dari si pemberi titipan untuk kemudian mempergunakan hartanya tersebut dengan catatan dia harus akan mengembalikan aset tersebut secara utuh dengan demikian, dia bukan lagi yad al amanah (tangan penanggung) yang bertanggung jawab atas segala kehilangan/kerusakan yang terjadi pada barang tersebut.

  Gambar: Skema al wadiah yad al amanah

  1. Titip Barang

  Bank Nasabah

  Keterangan

  Mustawda’ Muwaddi’

  2. Bebankan Biaya Penitipan

  (Penyimpan) (Penitip)

  Sumber: Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, 2001 Konsep al wadiah yad amanah, pihak yang menerima tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan tetapi harus benar-benar menjaganya sesuai keladziman

  Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan.

  Aplikasi Perbankan Mengacu pada pengertian yad dhamanah, bank sebagai penerima simpanan dapat memanfaatkan wadiah untuk tujuan: a. Current account (giro)

  b. Saving account (tabungan berjangka) Konsekuensi dari yad dhamanah, semua keuntungan yang dihasilkan dari dana titipan tersebut menjadi milik bank (demikian juga dia adalah penanggung seluruh kemungkinan kerugian). Sebagai imbalan si penyimpan mendapat jaminan keamanan terhadap hartanya, demikian juga fasilitas-fasilitas giro lainnya.

  Bank sebagai penerima titipan sekaligus juga pihak yang telah memanfaatkan dana tersebut tidak dilarang untuk memberikan semacam insentif berupa bonus dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya dan jumlahnya tidak ditetapkan dalam nominal atau presentase secara advance, tetapi merupakan kebijaksanaan dari manajemen bank.

  Hal ini sejalan dengan hadits Rasulullah Shallallahu alaihi

  wassalam : Abu Rafie meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam pernah meminta seseorang untuk meminjamkannya seekor unta diberinya unta kurban (berumur sekitar dua tahun). Setelah selang beberapa waktu kemudian, Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam memerintahkan Abu Rafie untuk mengembalikan unta tersebut pada pemiliknya, tetapi Abu Rafie kembali pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. Seraya berkata, “Ya Rasulullah, unta yang sepadan tidak kami temukan, yang ada hanya unta yang lebih besar dan berumur empat tahun.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam. berkata, berikanlah itu karena sesungguhnya sebaik-baik

kamu adalah yang terbaik ketika membayar. (HR Muslim) (Syafii

  Antonio; 2001; 88) Hadits di atas, jelaslah bahwa bonus sama sekali berbeda dari bunga, baik dalam prinsip maupun sumber pengambilan. Dalam praktiknya, nilai nominalnya mungkin akan lebih kecil, sama, atau lebih besar dari nilai suku bunga.

  Dunia perbankan modern yang penuh dengan kompetisi insentif semacam ini dapat dijadikan sebagai banking policy dalam upaya merangsang semangat masyarakat dalam menabung, sekaligus sebagai indikator kesehatan bank terkait. Hal ini karena semakin besar nilai keuntungan yang diberikan kepada penabung dalam bentuk bonus, semakin efisien pula pemanfaatan dana tersebut dalam investasi yang produktif dan menguntungkan.

  Banyak bank Islam di luar negeri yang telah berhasil mengombinasikan prinsip wadiah dengan prinsip mudharabah. Dalam kombinasi ini, dewan direksi menentukan menentukan besarnya bonus dengan menetapkan persentase dari keuntungan yang dihasilkan oleh dana wadiah tersebut dalam suatu periode tertentu.

  Gambar: Skema al Wadiah Yad adh Dhamanah

  1. Titip dana

  Nasabah Bank Muwaddi’ Mustawda’

  4. Beri Bonus

  (Penitip) (Penyimpan)

  3. Bagi Hasil

  2. Pemanfaatan dana Users of Fund

  (Dunia Usaha)

  Sumber: Syafii Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, 2001 Konsep wadiah yad dhamanah, pihak yang menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan

  Pihak bank dalam hal ini mendapatkan bagi hasil dari pengguna dana. Bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus (Syafii Antonio; 2001; 89).

  Contoh perhitungan giro wadiah

  Saldo rata-rata rekening giro wadiah Tuan C di bank Islam sebesar Rp1.000.000 (saldo minimum untuk mendapatkan bonus).

  Bonus yang akan diberikan oleh bank kepada nasabah giro wadiah adalah 25%. Diasumsikan total saldo rata-rata dana giro di bank Islam sebesar Rp200.000.000 dan keuntungan yang diperolah untuk dana giro wadiah adalah sebesar Rp6 juta. Maka pada akhir bulan nasabah akan memperoleh bonus dari bank sebesar (Karnaen Perwataatmadja; 1992; 18).

  1.000.000,00 =

  200.000.000,00 × 6.000.000 × 25% = Rp7.500.000

  3. Bank Syariah

  a. Pengertian Bank Syariah Regulasi mengenai bank syariah tertuang dalam UU No. 21

  Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya terdiri atas terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) (Andri Soemitra; 2009; 61-62).

  1). Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

  BUS dapat berusaha sebagai bank devisa dan bank nondevisa. Bank devisa adalah bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan seperti transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, pembukaan letter of credit, dan sebagainya.

  2). Unit Usaha Syariah yang selanjutnya disebut UUS adalah unit kerja dari kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah. UUS berada satu tingkat dibawah direksi bank umum konvensional bersangkutan. UUS dapat berusaha sebagai bank devisa dan bank nondevisa.

  3). Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah bank syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bentuk hukum BPRS perseroan terbatas. BPRS hanya boleh dimiliki oleh WNI dan/atau badan hukum Indonesia, pemerintah daerah, atau kemitraan antara WNI atau badan hukum Indonesia dengan pemerintah daerah.

  b. Peluang dan Tantangan pada Bank Syariah 1). Peluang Pada Pengembangan Bank Syariah

  Peluang dapat didirikannya bank tanpa bunga dan kemungkinannya untuk tumbuh dan berkembang di Indonesia dapat dilihat dari berbagai pertimbangan yang membentuk peluang-peluang dibawah ini: Masyarakat Indonesia khususnya yang beragama Islam, masih banyak yang menganggap bahwa menerima dan/atau membayar bunga adalah termasuk menghidup-suburkan riba. Riba dalam agama Islam jelas-jelas dilarang maka masih banyak masyarakat Islam yang tidak mau memanfaatkan jasa perbankan konvensional yang telah ada sekarang. Meningkatnya kesadaran beragama yang merupakan hasil pembangunan disektor agama memperbanyak jumlah perorangan, yayasan-yayasan, pondok- pondok pesantren, sekolah-sekolah agama, masjid-masjid, baitul mal yang belum menyimpan dananya di bank yang sudah ada. Sistem pemberian bonus uang dan pengenaan biaya uang (disebut bunga) dalam sistem perbankan konvensional yang berlaku sekarang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur yang tidak sejalan dengan syariah Islam (Rasiam; 2012). 2). Tantangan Pada Pengembangan Bank Syariah

  Perkembangan industri perbankan syariah yang pesat tersebut, perlu disadari masih adanya beberapa tantangan yang harus diselesaikan agar perbankan syariah dapat meningkatkan kualitas pertumbuhannya dan mempertahankan akselerasinya secara berkesinambungan. Tantangan yang harus diselesaikan dalam jangka pendek (immediate) antara lain: a). Pemenuhan gap sumber daya insani (SDI), baik secara kuantitas maupun kualitas. Ekspansi perbankan syariah yang tinggi ternyata tidak diikuti oleh penyediaan SDI secara memadai sehingga secara akumulasi diperkirakan menimbulkan gap mencapai 20.000 orang. Hal ini dikarenakan masih sedikitnya lembaga pendidikan (khususnya perguruan tinggi) yang membuka program studi keuangan syariah. Selain itu, kurikulum pendidikan maupun materi pelatihan dibidang keuangan syariah juga belum terstandarisasi dengan baik untuk mempertahankan kualitas lulusannya. Untuk itu perlu dukungan kalangan akademis termasuk Kementerian Ristek Dikti untuk mendorong pembukaan program studi keuangan syariah. Industri perbankan syariah secara bersama-sama juga dapat melakukan penelitian untuk mengidentifikasi jenis keahlian yang dibutuhkan sehingga dapat dilakukan

  ‘link and match’ dengan dunia pendidikan.

  b). Inovasi pengembangan produk dan layanan perbankan syariah yang kompetitif dan berbasis kekhususan kebutuhan masyarakat. Kompetisi di industri perbankan sudah sangat ketat sehingga bank syariah tidak dapat lagi sekedar mengandalkan produk-produk standar untuk menarik nasabah. Pengembangan produk dan layanan perbankan syariah tidak boleh hanya sekedar ‘mengimitasi’ produk perbankan konvensional. Bank syariah harus berinovasi untuk menciptakan produk dan layanan yang mengedepankan uniqueness dari prinsip syariah dan kebutuhan nyata dari masyarakat. Namun disadari bahwa lifecycle dari suatu inovasi produk dan layanan perbankan syariah sangat pendek karena dengan mudah dan segera dapat ditiru oleh bank-bank lainnya sehingga mengurangi minat bank untuk berinovasi. Untuk itu, perlu dibentuk semacam working group yang beranggotakan praktisi perbankan syariah untuk memikirkan secara bersama-sama inovasi produk yang dapat dikembangkan. Mekanisme lain yang dapat diambil untuk mendorong inovasi produk dan layanan adalah memberikan patent selama beberapa tahun agar tidak ditiru oleh bank yang lain.

  c). Kelangsungan program sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. Kegiatan untuk menggugah ketertarikan dan minat masyarakat untuk memanfaatkan produk dan layanan perbankan syariah harus terus dilakukan. Namun disadari bahwa kegiatan ini merupakan cost center bagi bank syariah. Selama ini kegiatan sosialisasi dan edukasi perbankan syariah didukung oleh Bank Indonesia melalui program

  ‘iB Campaign’ baik melalui media masa (iklan

  layanan masyarakat), syariah expo, penyelenggaraan workshop/seminar, dsb. Peran Bank Indonesia dalam hal ini akan berkurang seiring dengan pengalihan kewenangan pengaturan dan pengawasan sektor perbankan (termasuk perbankan syariah) kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Untuk itu, industri perbankan syariah perlu meningkatkan “kemandirian”, baik dalam hal formulasi program maupun pembiayaannya sehingga program

  “iB Campaign” dapat terus berlangsung secara berkelanjutan (Halim; 2012).

  4. Produk Tabungan Bank Jateng Syariah

  a. Tabungan yang ditawarkan oleh Bank Jateng Syariah 1). Tabungan iB Amanah

  Tabungan dalam mata uang rupiah yang memberikan keleluasan dalam melakukan setoran dan penarikan melalui ATM Bank Jateng dan jaringan ATM Prima.

  Manfaat:

  a). Transaksi online diseluruh kantor Bank Jateng dan Bank Jateng Syariah

  b). Mendapatkan kartu ATM yang berfungsi sebagai kartu ATM dan kartu debit dijaringan ATM Bank Jateng dan ATM Prima. c). Penarikan melalui ATM hingga Rp10.000.000 per hari.

  d). Mendapatkan bonus atas saldo yang mengendap.

  e). Terjamin dan aman. Fitur produk:

  a). Akad : Wadiah yad dhamanah (titipan)

  b). Minimal setoran awal : Rp50.000

  c). Minimal setoran selanjutnya : Rp50.000

  d). Saldo mengendap : Rp50.000

  e). Biaya administrasi rekening per bulan : Rp0

  f). Biaya administrasi ATM per bulan : Rp3000

  g). Biaya tutup rekening : Rp10.000 Syarat Pembukaan: a). Mengisi formulir pembukaan rekening.

  b). Menandatangani akad pembukaan rekening.

  c). Fotokopi bukti identitas diri. 2). Tabungan iB Bima

  Tabungan dalam mata uang rupiah yang memberikan keleluasan dalam melakukan setoran dan penarikan melalui ATM Bank Jateng dan jaringan ATM Prima. Manfaat:

  a). Transaksi online diseluruh kantor Bank Jateng dan Bank Jateng Syariah. b). Mendapatkan kartu ATM yang berfungsi sebagai kartu ATM dan kartu debit di jaringan ATM Bank Jateng dan ATM Prima.

  c). Penarikan melalui ATM hingga Rp10.000.000 per hari.

  d). Bagi hasil ynag kompetitif.

  e). Terjamin dan aman. Fitur Produk :

  a). Akad : Mudharabah mutlaqah

  b). Minimal setoran awal : Rp50.000

  c). Minimal setoran selanjutnya : Rp10.000

  d). Saldo mengendap : Rp50.000

  e). Biaya administrasi rekening per bulan : Rp2.500

  f). Biaya administrasi ATM per bulan : Rp3.000

  g). Biaya tutup rekening : Rp10.000 Syarat Pembukaan:

  a). Mengisi formulir pembukaan rekening

  b). Menandatangani akad pembukaan rekening

  c). Fotokopi bukti identitas diri 3). Deposito iB Bank Jateng Syariah

  Produk simpanan dana berjangka waktu tertentu dalam mata uang rupiah Manfaat :

  a). Investasi deposito dapat dilakukan diseluruh kantor Bank Jateng dan Bank Jateng Syariah. b). Mendapatkan bagi hasil yang kompetitif.

  c). Bagi hasil dapat menambah pokok deposito atau dipindah bukukan.

  d). Dapat digunakan sebagai jaminan pembiayaan.

  e). Terjamin dan aman. Fitur produk:

  a). Akad: Mudharabah mutlaqah b). Jangka waktu: 1, 3, 6 dan 12 bulan.

  c). Diperuntukan bagi perorangan atau badan usaha.

  d). Perpanjangan otomatis saat jatuh tempo (Automatic Roll

  Over )

  e). Minimal penempatan awal : Rp1.000.000 Syarat Pembukaan:

  a). Mengisi formulir pembukaan rekening

  b). Menandatangani akad pembukuan rekening

  c). Fotokopi bukti identitas diri pemegang rekening

  d). Fotokopi legalitas usaha dan NPWP (untuk badan usaha) 4). Giro iB Bank Jateng Syariah

  Rekening dalam mata uang rupiah yang memberikan kemudahan transaksi keuangan usaha nasabah dengan menggunakan cek dan bilyet giro. Manfaat:

  a). Transaksi online di seluruh kantor Bank Jateng dan Bank Jateng Syariah. b). Mendapatkan bonus giro sesuai kebijakan bank.

  c). Setoran dan penarikan dapat dilakukan sewaktu-waktu melalui cek atau bilyet giro.

  Fitur Produk:

  a). Akad : Wadiah (titipan)

  b). Minimal setoran awal: (1). Giro pemerintah pusat/ daerah/ instansi lainnya/kas daerah

  : Rp0 (2). Giro kas daerah : Rp500.000 (3). Giro swasta : Rp1.000.000 (4). Giro antar bank pasiva : Rp500.000

  c). Saldo minimal (1). Giro pemerintah pusat/daerah/instansi lainnya/kas daerah :

  Rp0 (2). Giro swasta dan antar bank pasiva : Rp500.000

  d). Biaya administrasi rekening per bulan : Rp10.000

  e). Biaya tutup rekening : Rp50.000 Syarat Pembukaan:

  a). Mengisi formulir pembukaan rekening

  b). Menandangani akad pembukaan rekening

  c). Fotokopi bukti identitas diri pemegang rekening d). Fotokopi legalitas usaha.

  5). Tabungan iB Amanah

  Tabungan dalam mata uang rupiah yang memberikan keleluasan dalam melakukan setoran dan penarikan melalui ATM Bank Jateng dan jaringan ATM Prima. Manfaat:

  a). Transaksi online diseluruh kantor Bank Jateng dan Bank Jateng Syariah

  b). Mendapatkan kartu ATM yang berfungsi sebagai kartu ATM dan kartu debit dijaringan ATM Bank Jateng dan ATM Prima.

  c). Penarikan melalui ATM hingga Rp10.000.000 per hari.

  d). Mendapatkan bonus atas saldo yang mengendap.

  e). Terjamin dan aman. Fitur produk:

  a). Akad : Wadiah yad dhamanah (titipan)

  b). Minimal setoran awal : Rp50.000

  c). Minimal setoran selanjutnya : Rp50.000

  d). Saldo mengendap : Rp50.000

  e). Biaya administrasi rekening per bulan : Rp0

  f). Biaya administrasi ATM per bulan : Rp3000

  g). Biaya tutup rekening : Rp10.000 Syarat Pembukaan: a). Mengisi formulir pembukaan rekening.

  b). Menandatangani akad pembukaan rekening.

  c). Fotokopi bukti identitas diri. b. Tabungan yang Menggunakan Akad Wadiah 1). Tabungan iB Amanah

  Tabungan dalam mata uang rupiah yang memberikan keleluasan dalam melakukan setoran dan penarikan melalui ATM Bank Jateng dan jaringan ATM Prima. Manfaat:

  a). Transaksi online diseluruh kantor Bank Jateng dan Bank Jateng Syariah

  b). Mendapatkan kartu ATM yang berfungsi sebagai kartu ATM dan kartu debit dijaringan ATM Bank Jateng dan ATM Prima.

  c). Penarikan melalui ATM hingga Rp10.000.000 per hari.

  d). Mendapatkan bonus atas saldo yang mengendap.

  e). Terjamin dan aman. Fitur produk:

  a). Akad : Wadiah yad dhamanah (titipan)

  b). Minimal setoran awal : Rp50.000

  c). Minimal setoran selanjutnya : Rp50.000

  d). Saldo mengendap : Rp50.000

  e). Biaya administrasi rekening per bulan : Rp0

  f). Biaya administrasi ATM per bulan : Rp3.000

  g). Biaya tutup rekening : Rp10.000 Syarat pembukaan:

  a). Mengisi formulir pembukaan rekening

  b). Menandatangani akad pembukaan rekening

  c). Fotokopi bukti identitas diri 2). Giro iB Bank Jateng Syariah

  Rekening dalam mata uang rupiah yang memberikan kemudahan transaksi keuangan usaha nasabah dengan menggunakan cek dan bilyet giro. Manfaat :

  a). Transaksi online di seluruh kantor Bank Jateng dan Bank Jateng Syariah.

  b). Mendapatkan bonus giro sesuai kebijakan bank.

  c). Setoran dan penarikan dapat dilakukan sewaktu-waktu melalui cek atau bilyet giro.

  Fitur Produk :

  a). Akad : Wadiah (titipan)

  b). Minimal setoran awal : (1). Giro pemerintah pusat/daerah/instansi lainnya/kas daerah : Rp0 (2). Giro kas daerah : Rp500.000 (3). Giro swasta : Rp1.000.000 (4). Giro antar bank pasiva : Rp500.000

  c). Saldo minimal

  (1). Giro pemerintah pusat/daerah/instansi lainnya/kas daerah : Rp0 (2). Giro swasta dan antar bank pasiva : Rp500.000

  d). Biaya administrasi rekening per bulan : Rp10.000

  e). Biaya tutup rekening : Rp50.000 Syarat Pembukaan :

  a). Mengisi formulir pembukaan rekening

  b). Menanda tangani akad pembukaan rekening

  c). Fotokopi bukti identitas diri pemegang rekening

  d). Fotokopi legalitas usaha 3. iB Tabungan Haji

  Tabungan dalam mata uang rupiah untuk persiapan menunaikan ibadah haji.

  Manfaat :

  a). Transaksi online di seluruh kantor Bank Jateng dan Bank Jateng Syariah.

  b). Pendaftaran haji secara online dengan Siskohat Kementerian Agama diseluruh kantor Bank Jateng dan Bank Jateng Syariah.

  c). Nasabah iB Tabung haji bisa mengajukan talangan haji.

  d). Bebas administrasi.

  e). Mendapatkan bonus atas saldo yang mengendap diatas Rp1.000.000 f). Terjamin dan aman. Fitur Produk :

  a). Akad : Wadiah yad dhamanah

  b). Minimal setoran awal : Rp500.000

  c). Minimal setoran selanjutnya : Rp100.000

  d). Saldo mengendap : Rp100.000

  e). Biaya administrasi bulanan : Rp0

  f). Biaya tutup rekening Karen pelunasan BPIH : Rp0 Syarat Pembukaan :

  a). Mengisi formulir pembukaan rekening

  b). Menanda tangani akad pembukaan rekening

  c). Fotokopi bukti identitas diri