Ura sari - ISI Denpasar
URA SARI
I Wayan Partayasa, I Gede Yudarta, Saptono
Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar
Jalan Nusa Indah Denpasar 80235/Fax : (0361) 236100
E-mail : [email protected] Abstrak Babonangan adalah salah satu jenis barungan gamelan yang terdapat di Bali.Dalam perkembangannya, barungan ini pun telah berkembang menjadi bentuk baleganjur. Pesatnya perkembangan gending-gending baleganjur saat inipun mengakibatkan lebih banyak minat kalangan generasi muda untuk mempelajari dan menyajikan gending-gending baleganjur dari pada mempelajari gending-gending babonangan. Namun disadari atau tidak, dibalik kesederhanaan gending-gending klasik babonangan terdapat banyak keunikan-keunikan yang mampu dijadikan sebagai bahan dalam sebuah penciptaan karya baru. Ura Sari merupakan karya seni karawitan yang tercipta melalui reiterpretasi gending-gending babonangan klasik yang terdapat di Desa Sulahan, Susut, Bangli. Karya ini adalah murni merupakan pengembangan dari bentuk, struktur, dan teknik permainan dari gamelan babonangan yang terdapat di Desa Sulahan, Bangli. Kata Ura Sari adalah penganalogian terhadap fenomena yang terjadi terhadap gamelan babonangan yang kurang diminati oleh kalangan generasi muda. Melalui karya ini, penata ingin memberikan tawaran bahwa dalam pencipaan sebuah karya baru dapat dilakukan dengan mereinterpretasi karya yang telah ada sebelumnya.
Kata Kunci : Babonangan, Pengembangan, Ura Sari
Abstract
Babonangan is one type of gamelan ensemble found in Bali. In development,
ensamble this too has developed become a form baleganjur. repid development gending-
gending baleganjur this too resulting in more interest among the younger generation to learn
and present gending-gending baleganjur of the learn gending-gending babonangan. But realized or not, behind the simplicity of classical babonangan music there are many uniqueness that can be used as material in the creation of a new creation. Ura Sari is musical art creation created through the reinterpretation of classical babonangan song found in the village of Sulahan,Susut, Bangli. This work is purely a development of from, structure, and techniques from the babonangan gamelan found in Sulahan village. The word ura sari is an analogy to phenomenon that happened to babonangan gamelan which is less attractive to the younger generation.through this creation, the composer wants to offer that in the creation of a new creation can be done by reinterpreting the creation that has been there before.
Keywords : Babonangan, development, Ura Sari
PENDAHULUAN
ceng kopyak, dua buah ponggang laras
babonangan yang terdapat di Desa Sulahan.
asal muasal gending-gending
babonangan Sulahan dan darimana
Gending Longgor, Gending Tembung, Jaran Sirig, dan gending-gending Gilak. Namun sayangnya, tidak ada generasi sekarang yang mampu menjelaskan bagaimana sejarah dari gamelan
Pisan, Tabuh Telu,
Keberadaan instrumen- instrumen gamelan babonangan di Desa Sulahan merupakan bagian dari beberapa instrumen gamelan Gong Gede. Bagian ini diambil ketika diadakannya upacara melasti dan upacara pecaruan desa. Gending- gending yang disajikanpun merupakan gending-gending pategak yang merupakan gending babonangan klasik warisan dari seniman-seniman terdahulu di Sulahan. Adapun gending-gending babonangan klasik yang terdapat di Desa Sulahan antara lain, Gending Biakalang, Tabuh
(wawancara tanggal 8 dan 9 Januari 2018).
kempur, dan satu buah bende
deng, dung, dang), sebuah kempli, sepasang gong lanang wadon, sebuah
reyong laras pelog empat nada (dong,
pelog (dung dan dang), empat buah
beberapa instrumen diantaranya, sepasang kendang lanang wadon, delapan sampai dua belas cakep ceng-
Desa Sulahan, Kecamatan Susut, Kabupaten Bangli merupakan salah satu wilayah yang terletak di sisi barat Kota Bangli. Desa yang terkenal dengan sebutan Bhumi Sekar Sandat ini merupakan salah satu desa di Bangli yang menyimpan berbagai kekayaan seni dan budaya. Kata Sekar
babonangan Sulahan terdiri dari
Sulahan terdiri atas berbagai instrumen yang menyerupai barungan gamelan balaganjur namun pada gamelan babonangan Sulahan tidak ditemukan instrumen kajar di dalam barungannya. Menurut I Wayan Tapa dan I Dewa Gede Jana Loka (seorang tokoh masyarakat dan tokoh menyebutkan perangkat dari gamelan
Bhutha yadnya. Gamelan babonangan
gamelan yang difungsikan sebagai gamelan prosesi upacara yadnya khususnya upacara Dewa yadnya dan
babonangan merupakan barungan
dari Balaganjur dan digunakan pula mengiringi prosesi keagamaan (Bandem, 2013: 266). Bagi masyarakat Desa Sulahan, gamelan
Babonangan merupakan bentuk awal
Gamelan babonangan adalah sebuah perangkat gamelan prosesi kuna yang lahir pada masa pemerintahan Raja-raja Bali Kuna.
Barungan Gong Gede Sulahan sangat populer di kalangan masyarakat khususnya masyarakat di Kabupaten Bangli. Selain disajikan dengan barungan yang penuh, saat rentetan upacara tertentu barungan Gong Gede sulahan juga dapat disajikan dengan bentuk yang lebih sederhana yang disebut dengan Gamelan babonangan.
gamelan yang terdapat di Desa Sulahan yakni gamelan Gong Gede yang memiliki sebutan I Sekar Sandat.
Sandat merujuk pada sebuah barungan
Mengamati keberadaan dan keberlanjutan gamelan babonangan yang terjadi di Desa Sulahan, saat ini sangat jarang ada generasi muda Sulahan yang mau mempelajari dengan serius gending-gending Para generasi muda cendrung lebih giat memainkan gending-gending balaganjur dari pada mempelajari gending-gending babonangan tersebut. Alasanya mempelajari gending-gengding babonangan adalah sesuatu yang kurang enerjik dan membosankan. Hal tersebut kemudian menimbulkan kekhawatiran dari tokoh-tokoh babonangan dan tetua- tetua di Desa Sulahan yang merasa cemas apabila nantinya gending- gending babonangan Sulahan akan kehilangan jatidirinya.
Beranjak dari fenomena di
babonangan ini terdapat pada teknik
Dalam penyusunan karya Ura Sari ini, dilakukan beberapa tahapan proses krativitas guna merealisasikan pemikiran penata
Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini penata akan memanfaatkan gamelan babonangan Sulahan untuk dijadikan titik tumpu (pijakan) dalam karya Ura Sari ini. Titik tumpu yang dimaksud adalah, selain menjadi media ungkap teknik dari gamelan babonangan inilah yang akan digarap dan diolah menjadi suatu yang baru namun tidak meninggalkan esensi dari babonangan itu sendiri. Dengan mencoba memberikan perhatian yang lebih terhadap barungan ini penata berharap, semoga dengan terciptanya karya ini bisa menyadarkan generasi muda khususnya seniman muda di Desa Sulahan untuk lebih mencintai dan mempelajari babonangan sebagai suatu kekayaan local genius yang terdapat di Kabupaten Bangli.
pola kekendangan yang khas pula membuat penata semakin tertarik untuk memilih barungan ini sebagai pijakan karya Tugas Akhir.
kakilitan reyong dengan metode-metode alih- alihan gending yang sangat khas dan
Pola
permaianan reyong dan pola kakendangannya.
Keunikan-keunikan yang terdapat dalam gamelan babonangan diantaranya, bentuk dan struktur gending babonangan yang memiliki ukuran relatif panjang. Hal menarik lainnya yang ditemukan ialah melodi gending yang terkesan tidak genap atau menggantung namun apabila kita cermat menghitung dari bantang gending tersebut, ukuran melodi pada gending-gending babonangan adalah imajinasi yang tinggi dari seniman- seniman babonangan terdahulu mereka mampu menghasilkan suatu kesan yang janggal dari melodi yang genap tersebut . Selain dari segi struktur, kekayaan lain dari gamelan
atas, kemudian mengetuk hati penata untuk mengangkat dan mengolah
memberanikan diri untuk mendobrak dan mengangkat kembali eksistensi dari gamelan babonangan. Hal tersebut dilakukan karena dalam gamelan babonangan yang terkesan sederhana, terdapat banyak keunikan yang dapat dikembangkan menjadi sesuatu yang bersifat baru.
babonangan sejak kecil, penata
Berbekal pengalaman mempelajari tekhnik permainan dan mengetahui beberapa gending-gending
babonangan tersebut menjadi bahan garap dalam karya Tugas Akhir ini.
sekaligus mengolah isian-isian dari
babonangan sebagai media ungkap
PROSES KREATIVITAS
Untuk itu penata meminjam tahapan penciptaan yang mengacu pada Tesis dari I Wayan Diana Putra yang berjudul Deskripsi Karya Seni Gamelan Poleng, Sinergisitas Harmoni Warna. Adapun tahapan- tahapan yang dilalui untuk menciptakan karya seni antara lain :
Nyelehin, Nuasen, Nuangin, Nyujukin, Nureksin, Mayunin, dan Nabuhin
(Putra,2013:40). Alasan menggunakan tahapan tersebut sebagai proses penciptaan karya ini karena tahapan-tahapan diatas dirasa sangat tepat dan dapat mewakili proses yang dilakukan penata dalam menciptakan karya ini.
Tahap Nyelehin
Dalam merealisasikan karya Ura Sari ini, tahapan pertama yang dilakukan adalah tahap nyelehin.
Nyelehin merupakan tahapan
penyelidikan yang dilakukan setelah mendapatkan ide garapan. Adapun hal-hal yang dilakukan dalam proses
nyelehin diantaranya mengumpulkan
sumber-sumber dan informasi, penyelidikan ke lapangan, memikirkan bahan garapan, memikirkan dan memilih perabot garap serta musisi atau pemain untuk pendukung garapan.
Setelah mantap dengan ide yang telah didapatkan, kemudian dimulai untuk mengumpulkan data-data baik referensi berupa tulisan maupun discografi. Adapun sumber-sumber tertulis yang dikumpulkan ialah buku- buku yang relevan dengan karya sehingga dapat membantu dan memperkuat argumen-argumen dalam skrip karya seni ini. Dalam proses pengumpulan sumber tertulis penata mendapatkan buku-buku dari membeli di toko-toko buku, perpustakaan, dan meminjam dari teman maupun dosen untuk difotocoppy. Sumber berikutnya yang dikumpulkan adalah informasi- informasi mengenai barungan gamelan babonangan Sulahan.
Tahap Nuasen
Tahapan berikutnya adalah
nuasen . Dalam kepercayaan
masyarakat Hindu di Bali, untuk mendapatkan proses dan hasil yang baik maka sebelum memulai suatu proses akan diawalin dengan sebuah prosesi yang di sebut nuasen. Tahap nuasen dimulai dengan matur piuning di Pura Ardha Nareswari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar yang dilaksanakan pada tanggal 24 Februari 2018, serangkaian dengan piodalan hari tumpek wayang. Kegiatan ini dilakukan secara individual oleh penata tanpa disertai oleh pendukung garapan. Dalam rangkaian kegiatan ini dilakukan persembahyangan yang bertujuan untuk memohon jalan dan kelancaran proses kegiatan baik dari proses pembentukan sampai proses pementasan.
Tahap nuasen kemudian dilanjutakan dengan mengumpulkan pendukung untuk membicarakan maksud dari ide dan konsep garapan agar mereka mengetahui apa yang akan dibuat dalam karya Tugas Akhir ini. Selain membicarakan maksud dari ide dan konsep garapan, pada tahap ini dilakuan penyusunan jadwal latihan dan penyusunan struktur
penabuh yang memainkan masing- masing instrumen dalam garapan ini.
Tahap Nuangin
Tahap nuangain merupakan Tahaap Nyujukin tahap penuangan gending kepada Tahap nyujukin merupakan pemain gamelan. Pada tahap ini tahap merampungkan semua bagian- penuangan gending dilakukan secara bagian yang telah dituangkan. sektoral. Adapun proses latihannya
Nyujukin berasal dari kata jujuk
dibagi menjadi dua kelompok dengan (mejujuk) yang dalam bahasa Bali pembagian kelompok I adalah pemain memiliki arti berdiri (Djendra, 2009:
reyong, ponggang, gong, kempur,
92). Jadi nyujukin dalam hal ini berari
kempli, dan bende mendapat jadwal
mendirikan struktur gending yang latihan setiap haris selasa, sedangkan telah dituangkan. Tahapan ini kelompok II adalah pemain kendang bertujuan untuk membentuk seluruh dan ceng-ceng mendapat jadwal hari bagian gending menjadi satu kesatuan kamis dan, hari jumat akan dilakukan yang utuh. latihan gabung. Hal ini bertujuan untuk mengefisiensi waktu. selain itu
Tahap nyujukin tidak hanya cara ini dilakukan agar para pemain dilakukan setelah rampungnya semua gamelan tidak merasa bosan selama
paletan gending. Namun tahap
proses penungan gending. Namun
nyujukin juga dilakukan saat masing-
jadwal inipun dapat berubah sesuai masing bagian dalam paletan gending situasi dan kondisi yang terjadi. selesai dituangkan. Dalam tahap nyujukin ini, proses yang paling lama dilakukan adalah nyujukin semua
paletan gending sehingga menjadi satu-kesatuan gending yang utuh.
Untuk mengetahui semua proses yang dilakukan dalam tahap nyujukin dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tahap Nureksin Nureksin atau nureksa
memiliki arti memeriksa. Tahap
nureksin merupakan tahapan untuk
mengevaluasi semua paletan gending yang telah dituangkan dan melewati tahapan nyujukin. Adapun hal-hal yang dilakukan dalam tahapan ini adalah memeriksa apakah ada bagian gending yang dirasa kurang cocok ataupun dianggap kurang pas.
Gambar 1. Proses Latihan Karya Ura Sari
Sehingga dengan dilakukanya proses (Sumber : Dokumen I Wayan Partayasa)
nureksin dapat diketahui bagian-
bangian yang harus direfisi dan yang tidak perlu direfisi. Untuk bagian gending yang tidak perlu refisi, maka Nabuhin adalah tahap penyajian atau melalui tahap ini penata sudah bisa tahap mempresentasikan karya. Tahap menafsirkan untuk mayunin gending. nabuhin karya Ura Sari ini dilakukan mulai dari terbentuknya semua paletan gending hingga melewati proses mayunin gending. Tahap nabuhin karya Ura Sari ini dilakukan mulai dari gladi bersih dan pementasan karya ujian Tugas Akhir S-1 bidang penciptaan Seni Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar pada tanggal 17 juli 2018.
WUJUD GARAPAN
Komposisi karya Ura Sari merupakan sebuah karya yang lahir dari penafsiran gending-gending dan teknik permainan gamelan babonangan Sulahan. Karya ini tercipta atas dasar melihat fenomena gamelan babonangan Sulahan yang dianggap kurang dapat mewakili
Gambar 2. Proses Bimbingan Karya Ura
jiwa generasi muda. Karya inipun akan Sari membuktikan dan menepis anggapan-
(Sumber : Dokumen I Wayan Partayasa) angapan yang menyatakan babonangan adalah sesuatu yang kuno sekaligus
Tahap Mayunin
menyadarkan generasi seniman muda khususnya di Kabupaten Bangli untuk Proses mayunin dalam lebih mencintai dan menjaga warisan penggarapan karya Ura Sari ini dilakukan budaya leluhur yang adhi luhung. Karena setelah semua paletan gending selesai dibalik beragam warisan kesenian di dituangkan. Beberapa hambatan yang dialamai dalam proses mayunin ini adalah
Kabupaten Bangli khususnya babonangan, kehadiran pemain gamelan yang memiliki nilai dan kekayaan yang luar terkadang tidak lengkap kehadirannya. biasa banyaknya dan dapat dijadikan
Untuk itu dibutuhkan kesabaran dan bahan untuk berkarya. ketelitian dalam tahap mayunin ini, karena dalam tahap ini dibutuhkan kerjasama dan
Judul Ura Sari merupakan sebuah rasa yang sama antara masing-masing kritikan dari fenomena yang terjadi pemain gamelan. belakangan ini terhadap keberadaan
Tahap Nabuhin gending-gending babonangan Sulahan.
Dalam karya Ura Sari ini penata mentitik Tahap nabuhin merupakan tahap terakhir fokuskan babonangan untuk dijadikan inti sari dalam karya ini.
Gambar 3. Pementasan Karya Ura Sari
biakalang , pemberian nama paletan biakalang dalam hal ini berarti penata
Sebuah karya seni dengan segala unsur pembentuknya tidak terlepas dari nilai estetis yang terkandung didalamnya. Unsur estetis merupakan unsur yang bersifat multi tafsir. Setiap individu memiliki penilaian terhadap bobot keindahan yang terdapat dalam sebuah karya seni. Untuk dapat mengamati nilai- nilai estetis yang tedapat dalam sebuah karya maka dibutuhkan kepekaan intuitif dan pengalaman-pengalaman artistik dari seorang apresiator dalam mengapresiasi sebuah karya seni.
Analisis Estetis
dibuatkan sebuah jembatan penghubung yang disebut dengan penyalit.
paletan satu ke paletan berikutnya maka
menggunakan empat paletan pokok tersebut, untuk mengubungkan dari
paletan gending yang lainnya. Selain
mengolah dan mengembangkan isian-isian dalam gending Biakalang Sulahan untuk dijadikan sebagai inspirasi serta pijakan dalam berkarya, dan begitu juga dengan
Pemberian nama-nama tersebut bukan berarti karya ini hanya sekedar tempelan, namun pemberian nama dari masing-masing paletan mencerminkan isian-isian yang digarap dalam paletan tersebut. sebagai contoh paletan
(Sumber : Dokumen I Wayan Partayasa)
biasanya terdapat dalam bagian terakhir dari beberapa gending-gending babonangan.
Biakalang, Gending Longgor, Gending Tabuh Pisan, dan paletan Selisiran yang
Nama-nama dari masing-masing paletan tersebut diambil dari nama-nama gending babonangan klasik Sulahan yaitu Gending
paletan biakalang, paletan longgor, paletan tabuh pisan, dan paletan selisiran.
Secara garis besar, karya Ura Sari ini terdiri dari 4 (empat) paletan, dimulai dari
Paletan dalam bahasa bali berarti bagian.
Struktur atau susunan dari suatu karya seni adalah aspek yang menyangkut keseluruhan dari karya itu dan meliputi juga peranan masing-masing bagian dalam keseluruhan itu (Djelantik, 1999: 39). Dalam karya Ura Sari ini, struktur yang digunakan untuk menandai setiap bagian dalam karya ini adalah paletan gending.
Analisis Pola Struktur
Dalam karya Ura Sari penata sangat memperhitungkan aspek-aspek yang dapat menunjang bobot dalam karya ini. Maka dalam kesempatan ini penata meminjam tiga unsur estetik mendasar dalam struktur setiap karya seni dalam tulisan Djelantik (1999: 39) yang meliputi keutuhan atau kebersatuan (unity), penonjolan atau penekanan (dominance), dan keseimbangan (balance).
Keutuhan atau kebersatuan ( unity)
Karya yang utuh tidak hanya sekedar terbentuk dan tersusun dari semua bagian. Karya yang utuh adalah karya yang telah mencakup seluruh aspek yang terkandung didalamnya. Dalam karya Ura Sari ini, keutuhan dapat dilihat dari pewujudan ide menjadi konsep garap yang membentuk keseluruhan bagian dalam karya. Dalam merealisasikannya menjadi karya yang utuh, penuangan konsep garap sebagai wujud garapan merupakan sebuah keutuhan dalam pembentukan karya ini.
Penonjolan atau penekanan ( dominance)
Penonjolan mempunyai maksud mengarahkan perhatian orang yang menikmati suatu karya seni sesuatu hal yang tertentu, yang dipandang lebih penting dari pada hal-hal yang lain (Djelantik, 1999: 47). Penonjolan dalam karya Ura Sari ini dapat dirasakan melalui teknik permainan instrumen reyong,
ponggang, dan pola kakendangan yang
disajikan. Penonjolan juga dapat dirasakan melalui perubahan permainan subdevisi dari ketukan 4/4 menjadi ¾. Penonjolan selanjutnya dapat dirasakan melalui perubahan matra dan juga penambahan unsure vokal melalui gerong yang menjadi unsur pendukung dari karya ini.
Keseimbangan ( balance)
Keseimbangan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam penciptaan sebuah karya seni. Menurut Djelantik, dalam seni karawitan faktor waktu, yakni panjang atau pendeknya waktu yang diberikan kepada unsur masing-masing dalam komposisi, sangat mepengaruhi rasa keseimbangan karyannya. Untuk menjamin keseimbangan jangka waktu masing- masing unsur, misalnya ungkapan melodi, pengulannya, ritme tertentu, nada tinggi atu rendah, tetapi juga unsur instrumen berbagai giliran instrumental dan vokal semuanya berperan dalam mencari keseimbangan dalam keseluruhan karya (1999: 51). Untuk itu dalam penciptaan Ura Sari ini sangat memperhitungkan keseimbangn dari seluruh komponen yang membentuk karya ini. Keseimbangan antara unsur vokal dan instrumental sangat diperhitungkan guna menyatukan anatara kedua unsur terebut agar tercipta sebuah karya yang memiliki keselarasan dari kedua komponen tersebut.
PENUTUP
Karya komposisi Ura Sari merupakan karya yang tercipta berdasarkan keperihatinan atas fenomena gamelan babonangan di Desa Sulahan. Ketertarikan penata untuk menjadikan babonangan sebagai inti sari dari garapan ini sangat didasari oleh keberadaan barungan gamelan yang kurang diminati oleh kalangan generasi muda khususnya di Desa Sulahan. Dari fenomena tersebutlah timbul rasa keprihatinan dan memberi rangsangan ide kepada penata untuk diolah menjadi karya baru yang berjudul Ura Sari. Judul Ura Sari merupakan sebuah analogi terhadap fenomena babonangan saat ini. Judul ini sekaligus menjadi kritikan atas keberadaan barungan gamelan yang minim peminatnya.
Media Ungkap dari garapan ini adalah barungan gamelan babonangan yang memiliki instrumentasi seperti gamelan babonangan Sulahan. Media ini dipilih karena melihat fenomena di tengah masyarakat yang masih awam terhadap barungan gamelan babonangan. Selain menggunakan media ungkap gamelan babonangan, dalam karya ini juga menggunakan unsur vokal yang diaplikasikan kepada tiga orang gerong untuk memberikan penegasan maksud dari karya ini.
Karya ini terdiri dari 4 (empat) paletan gending. Masing- masing paletan gending memiliki nama yang diadopsi dari beberapa nama gending babongan klasik yang terdapat di Desa Sulahan. Nama-nama paletan tersebut diantaranya : paletan
Seni Karawita Bali . Denpasar. Proyek
Bahasa Bali. Denpasar. Dharma Pura
Denpasar. Balimangsi Foundation. Djelantik, M. A. A. 1999. Estetika. Jakarta. Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia. Djendra. I Njoman. 2009. Kamus Ideal
Pertunjukan ISI Denpasar: Dibia, I Wayan. 2017. Kotekan dalam Musik dan Kehidupan Bali .
(Skrip Karya Seni). Jurusan Seni Karawitan Fakultas Seni
Boneo, Pano.2003. Kamus Musik. Yogjakarta. Kanisius Dana, I Putu Maindra. 2017.“Pasir Putih”
Di Atas Panggung Sejarah. Denpasar BP Stikom Bali.
Denpasar _______________. 2013. Gamelan Bali
Lontar Gamelan Bali . Denpasar. Asti
Sasana Bali Bandem, I Made. 1986. Prakempa Sebuah
Aryasa, I Wayan. 1976. Perkembangan
biakalang, paletan longgor, paletan tabuh pisan, dan paletan selisiran .
Penggalian/Pembinaan SeniBudaya Klasik/ Tradisional dan Baru
Riwayat Hidup Para Seniman Dan Organisasi Kesenian Penerima anugrah Seni Dharma Kusuma dan Dharma Kusuma Madia. Denpasar. Proyek
DAFTAR PUSTAKA Arthanegara, I Gusti Bagus. 1981/1982.
dipentaskan pada pagelaran ujian Tugas Akhir (TA) tanggal 17 Juli 2018 di Gedung Natya Mandala Institut Seni Indonesia Denpasar dengan durasi kurang lebih 13 menit 30 detik.
nuases, nuangin, nyujukin, nureksin, mayunin, dan nabuhin. Karya ini
Proses penciptaan karya ini memerlukan waktu yang cukup lama yakni dimulai pada akhir bulan Desember 2017 hingga bulan Juli 2018 yang dibagi menjadi 7 (tujuh) tahapan diantaranya tahapan nyelehin,
masing paletan dalam karya ini.
paletan, merupakan penanda dari babon yang dipilih dari masing-
Pengadopsian nama tersebut tidak hanya sebagai lebel tetapi penggunaan nama gending-gending babonangan sebagai nama dari masing-masing
McDeermott, Vincent. 2013. Imagi- Putra, I Wayan Diana. 2013. “Deskripsi alternatif). Surakarta. ISI Karya Seni Gamelan Poleng, Sinergisitas Press Solo.
Harmoni Warna, Tugas Akhir ________________. 2010. Tetabuhan
Penciptaan Seni” (Tesis). Pasca Sarjana
Bali I . Surakarta. ISI Press Solo
ISI Surakarta Sutedja, A.A.B.Gd.Krishna P. Rembang, Nyoman. 1984/1985. Hasil
2015.“Galaxy 7” (Skrip Karya
Pendokumentasian Notasi Seni ). Jurusan Seni Gending- Gending
Karawitan Fakultas Seni
Lelambatan Klasik Pegongan
Pertunjukan ISI Denpasar: Tidak Daerah Bali. Denpasar. Diterbitkan. Departemen Pendidikan Dan
Waridi. 2005. Menimbang Pendekatan Kebudayaan Direktorat Jendral
Pengkajian dan Penciptaan Musik
Kebudayaan Proyek
Nusantara . Surakarta. Jurusan
Pengembangan Kesenian Karawitan bekerjasama dengan Bali.
Program Pendidikan Pascasarjana dan STSI Press Surakarta. Ryandhi, I Ketut Pany. 2017. “Sikut Anyar” (Skrip Karya Seni).
Warna, I Wayan. 1991. Kamus Bali- Jurusan Seni Karawitan
Indonesia . Denpasar. Dinas Pendidikan
Fakultas Seni Pertunjukan ISI Dasar Propinsi Bali DATI I Bali. Denpasar: Tidak Diterbitkan.
Setiawa Erie. 2016. The Composers Journey . Yogjakarta. Art Musik Today.
Daftar Discografi :
__________. 2015. Serba-Serbi Intuisi
Musikal dan Yang Ilmiah Dari Peristiwa Musik .
Sekha Gong Buana Ukir Dusun Kikian, Yogjakarta. Art Music Today
Sulahan, Susut, Bangli. No : B- 1925. Tabuh Babonangan
Sugiartha, I Gede Arya. 2012. Kreativitas Klasik Sulahan, Susut, Bangli.
Musik Bali Garapan Baru .
Bali Record Denpasar. UPT Penerbit ISI Denpasar.
Sekha Gong Buwana Ukir Dusun Sulahan Susut Bangli. No : B.1073. Tabuh
Sukerta, Pande Made. 2011. Metode
Babonangan Klasik Dusun Penyusunan Karya Musik (sebuah Sulahan, Susut, Bangli . Bali Record
DAFTAR INFORMAN
Nama : Wayan Tapa Tempat/tanggal lahir : Sulahan, 31 Desember 1952 Pekerjaan : Dalang Wayang Kulit Tanggal Wawancara : 8 Januari 2018 Alamat : Dsn. Sulahan, Susut, Bangli Nama : Dewa Gede Janaloka Tempat/tanggal lahir : Sulahan, 30 Desember 1964 Pekerjaan : PNS Tanggal Wawancara : 9 Januari 2018 Alamat : Dsn. Sulahan, Susut, Bangli