BAB II RIWAYAT HIDUP ERIS MUNANDAR A. Latar Belakang Keluarga Eris Munandar - BAB II AGUS SUSANTO SEJARAH'17

BAB II RIWAYAT HIDUP ERIS MUNANDAR A. Latar Belakang Keluarga Eris Munandar Keluarga merupakan satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan

  suatu kelompok kecil dalam masyarakat (Ahmadi, 1991 : 87). Keluarga sebagai kelompok sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai ikatan satu sama lain. Masing- masing individu mempunyai tanggung jawab serta kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi didalam suatu ikatan, setelah itu baru menuntut haknya. Keluarga biasanya terdiri dari ayah, ibu, anak, cucu dan berkembang menjadi ikatan yang lebih luas lainnya.

  Eris Munandar lahir pada tanggal 19 April 1961 di Purbalingga. Beliau lahir dilingkungan keluarga seniman. Beliau lahir dari pasangan suami istri yang bernama Basirun dan Tasmiaty. Basirun merupakan Seniman yang berasal dari purbalingga yang lahir pada 20 Desember 1919. Tasmiaty merupakan seorang ibu rumah tangga yang mendidik Eris Mudandar menjadi seorang yang mempunyai banyak prestasi dan mampu memberi ilmu kepada orang lain tanpa pamrih sampai saat ini, Tasmiaty lahir pada 10 Maret 1925. Basirun dan Tasmiaty menikah pada tanggal 25 Desember 1958 (wawancara Eris Munandar, 01 Desember 2016).

  Setiap orang tua pasti memiliki harapan dari setiap nama yang diberikan kepada anak- anaknya. Begitu juga dengan kedua orang tua dari Eris Munandar, mereka memilih nama tersebut dengan harapan baik. Nama Eris Munandar terdiri dari dua untaian kata, masing- masing kata mempunyai arti tersendiri. Eris mempunyai arti perasa, kata munandar yang artinya Keselamatan. Jika diartikan nama Eris Munandar adalah Perasa yang membawa keselamatan (wawancara Eris Munandar, 01 Desember 2016).

  Eris Munandar mempuyai seorang istri yang bernama Endang Mujiati. Awal pertemuannya bisa dibilang kebetulan. Ketika beliau ini sedang main kerumah temannya, dia melihat seorang gadis yang cantik jelita dan muslimah. Niatnya beliau ingin langsung berkenalan namun malu, dan akhirnyapun wanita itu pergi. Dengan niat dan usaha yang keras untuk memperoleh infomasi dari wanita tersebut beliaupun bertanya kepada temannya mengenai wanita tersebut, dan diperolehnya informasi dia tinggal di Desa Brobot, Purbalingga. Tak butuh waktu lama untuk ingin berkenalan, dengan maksud yang baik dan ingin bersilaturahmi akhirnya beliau mampir ke rumah wanita itu. Sehabis pertemuan tersebut keduanya menjalin asmara dan akhirnya jadilah sepasang suami istri sampai sekarang (wawancara Endang Mujianti, 01 Desember 2016).

  Endang Mujiati, istri dari Eris Munandar ini berasal dari Desa Brobot. Dia merupakan seorang ibu rumah tangga sekaligus wiraswasta. Endang Mujiati ini disamping sebagai wiraswasta yang bergerak dibidang Biro Jasa Umroh dan Haji beliau juga merupakan ibu rumah tangga mampu memanagemen keuangan keluarga dengan baik. Eris Munandar dan Endang Mujiati dikaruniai oleh Tuhan empat orang anak, anak pertama bernama Eva Minanda, anak kedua bernama Elma Madelina, anak ketiga bernama Mildan Risondang, dan anak keempat bernama Ezar Mega Risondang (wawancara Endang Mujianti, 01 Desember 2016).

  Latar belakang keluarga Eris Munandar sangatlah sederhana, dia tidak pernah memaksakan anaknya untuk mencintai seni, karna seni itu sifatnya mengalir menurut Eris Munandar. Namun jiwa seni selalu pada setiap keturunan, itu terlihat dari prestasi-prestasi anak-anak Eris Munandar yang tertata tapi pada lemari ruang tamu rumah beliau. Anak-anak beliau selalu ditunjuk untuk mewakili sekolah ataupun dinas untuk mengikuti lomba-lomba kesenian tingkal sekolah ataupun dinas.

  Keluarga menjadi motovasi, pendukung dan selalu menjadi penyemangat disetiap perjalanan merupakan kunci kesuksesan Eris Munandar didunia Seni. Dukungan maupun penyemangat bagi seniman sangatlah dibutuhkan untuk tetap berkreasi. Diusianya yang kini tak lagi muda ia berharap agar nanti anaknya kelak bisa berbagi ilmu seni kepada orang lain agar nantinya seni mampu lestari terus dan tak akan pernah hilang.

B. Riwayat Pendidikan Eris Munandar

  Pendidikan secara etimologis berasal dari bahasa Yunani

  “Paedagogike”. Kata

  tersebut merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata

  “Pais” yang berarti anak dan kata

“Ago” yang berarti aku membimbing. Jadi Paedagogike berarti aku membimbing anak.

  Orang yang pekerjaanya membimbing anak dengan maksud membawanya ketempat belajar, dalam bahasa Yunani disebut

  “Paedagogos”. Jika kata ini diartikan secara simbolis, maka

  perbuatan membimbing, seperti dikatakan diatas, merupakan inti perbuatan mendidik yang tugasnya hanya untuk membimbing saja, dan kemudian pada suatu saat ia harus melepaskan anak itu kembali (ke dalam masyarakat) (Hadi, 2008 : 7).

  Pendidikan menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional, menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang dimiliki dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

  Masa kanak-kanak awal merupakan masa yang berlangsung dari dua sampai enam tahun. Masa ini dikatakan usia pra kelompok karena pada masa ini anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian dari awal waktu masuk kelas 1 SD, sedangkan, masa kanak- kanak akhir merupakan masa anak sekolah ini berlangsung dari umur 6 tahun sampai umur 12 tahun. Masa ini dianggap bahwa anak-anak sudah siap untuk mendapatkan pendidikan di sekolah dan perkembangan berpusat pada aspek intelek. Sejalan dengan hal tersebut, terdapat tiga golongan besar yang dialami pada masa ini: (1) dorongan untuk keluar dari rumah dan masuk ke dalam kelompok sebaya (peer group). (2) dorongan fisik untuk melakukan berbagai bentuk permainan dan kegiatan yang menuntut keterampilan/gerak fisik dan (3) dorongan mental untuk masuk ke dunia konsep, pemikiran, intraksi, dan simbol-simbol orang dewasa (Hartinah, 2008: 46).

  Eris munandar memulai Pendidikannya di SD Kristen 1 pada tahun 1968, Ia menempuh pendidikannya di Sekolah Dasar selama 6 Tahun. Saat duduk di bangku SD prestasinya cukup Baik, ia selalu mendapat nilai di atas rata-rata. Eris Munandar merupakan anak yang masuk dalam kategori aktif. Ia sudah dapat membaca, menulis, dan berhitung dimulai dari kelas 1. Dan pada waktu dia duduk di bangku kelas dua ia pernah mendapatkan ranking 2 di kelasnya. Selain itu saat beliau masih kecil, beliau juga sudah sering membantu ibunya. Eris Munandar setelah bersekolah seperti, anak-anak pada umumnya beliau belajar bersama dengan teman-teman sebaya. Setelah selesai bersekolah beliau mengaji dan belajar dirumah, selain itu beliau juga terkadang menggambar suatu hal yang membuat orang tua Eris marah, karena terkadang dalam buku tulisnya terdapat lebih banyak gambar dari pada mata pelajaran yang diajarkan. (wawancara Eris Munandar, 06 Desember 2016).

  Setelah lulus Eris melanjutkan di SMP N 2 Purbalingga pada tahun 1974, disitulah darah seni dari almarhum bapak Eris Munandar mulai muncul, banyak prestasi yang diraih mulai dari juara lomba melukis tingkat siswa hingga antar sekolah. Kemudian beliau melanjutkan pendidikannya di SMA N 1 Purbalingga pada tahun 1977, bakat beliau terus berkembang dan kecintaannya pada dunia seni lukis semakin erat, beliau bercita-cita setelah lulus SMA nanti beliau akan menjadi guru seni yang memberikan ilmunya kepada anak didiknya kelak untuk mencintai seni dan jangan menghilangkan seni dalam kehidupan.

  Eris Munandar merupakan sosok yang lucu dan mampu bergaul dengan siapa saja, teman-teman sewaktu SMA sangat mengenal beliau sebagai seorang yang baik, sopan dan peduli kepada teman-temannya dan mempunyai sifat nrima. Hal yang jarang dilakukan pada kebanyakan orang lain adalah beliau selalu belajar mengambar pada waktu pulang sekolah, beliau selalu melihat bapaknya menghayati dan meresapi setiap lukisan yang dibuatnya. Dan tanpa disadari itulah yang mampu menambah kecintaanya terhadap seni. Beliau termasuk siswa dengan prestasi akademik dan non akademik yang baik, serta mendapatkan nilai diatas rata-rata saat ujian dan mempunyai banyak prestasi dari kelas satu sampai tiga (wawancara Eris Munandar, 06 Desember 2016).

  Saat Eris Munandar masih SMA teman-temannya sudah tahu bahwa Eris Munandar adalah bibit Seniman Muda Purbalingga yang nantinya mampu mengangkat nama seni dipurbalingga. Setelah lulus SMA beliau melanjutkan pendidikannya di IKIP PGRI Semarang pada tahun 1980. Eris Munandar ingin melanjutkan cita-cita yang diimpikannya sebagai seorang guru. Pada masa kuliahnya beliau sangat banyak mendapatkan ilmu pada waktu menempuh pendidikan beliau juga bertemu dengan teman-teman dari berbagai daerah (wawancara Eris Munandar, 06 Desember 2016).

  Setelah lulus dari IKIP PGRI Semarang pada tahun 1983, beliau kembali ke purbalingga. Entah bagaimana ataupun kebetulan. Dari beberapa sekolah yang beliau datangi, semuanya ingin menerima Eris Munandar sebagai tenaga pengajar. Dan beliaupun memilih SMP N 1 Padamara sebagai tempat memberikan ilmunya kepada anak didiknya nanti. Penulis juga merupakan anak didik Eris Munandar saat menempuh pendidikan di SMP N 1 Padamara, beliau adalah seorang yang lucu dan mampu membawa suasana kelas, saat menjelaskan ilmu tentang seni anak-anak terkadang ramai sendiri namun dengan kesabaran Eris Munandar anak-anak bisa kembali tenang dan ilmu yang diberikan mampu dipahami oleh siswa (wawancara Eris Munandar, 06 Desember 2016).

  Setelah sekian lama menjadi guru di SMP N 1 Padamara, Eris Munandar diminta menjadi Guru tambahan di SMA N 1 Padamara pada tahun 2008 yang merupakan sekolah baru di Purbalingga. Berkat jiwa peduli dan rasa cinta terhadap seni beliau menerima dan mau menjadi guru tambahan di SMA N 1 Padamara, mulai berjalannya waktu beliau menjadi guru tetap di SMA tersebut. Beliapun melanjutkan S1/D4 di UNNES SEMARANG dan lulus tahun 2010. Sampai sekarang beliau mengajar di SMA N 1 Padamara.

C. Kehidupan Sosial Budaya Eris Munandar

  Kehidupan individu tidak akan bisa terlepas dari keadaan sosial budaya yang ada disekitarnya. Budaya baru yang lahir karena adanya proses interaksi yang terjalin antar individu dan keadaan sosial terbentuk akibat dari adanya interaksi antara satu dengan yang lainnya. Interaksi sosial dapat tercipta apabila adanya aktivitas yang dilakukan oleh lebih dari satu individu. Individu itu sendiri merupakan satuan dalam lingkungan sosial. Lingkungan sosial yang terbentuk dari beberapa individu, kemudian membentuk suatu lapisan masyarakat . Menurut Soerjono Soekamto, masyarakat adalah orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan (Warsito, 2012 :115-116).

  Kehidupan sosial Eris Munandar sama dengan kebiasaan orang, beliau ini mengalami dinamika sosial yang sama seperti kehidupan orang pada umumnya. Eris Munandar tinggal di Purbalingga Kidul RT 02 RW 03 Kabupaten Purbalingga. Suasana guyub rukun tercermin dari perilaku masyarakat yang tinggal disekitarnya. Interaksi yang ada antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya terjalin dengan baik. Hal tersebut tidak terjadi kasus, kejadian, dan isu-isu yang meresahkan. Meskipun beliau memiliki sifat peduli, lucu dan sopan, ia juga memiliki sifat ketergantungan terhadap orang lain. Kebutuhan dan gaya hidup manusia tidal lepas dari peran manusia lain, sehingga dapat memunculkan kerjasama yang baik.

  Kehidupan sosial yang tercipta dengan baik membuatnya cepat beradaptasi pula dengan kebudayaan, adat-istiadat atau kebiasaan yang ada dalam lingkungan tersebut.

  Hubungan dengan lingkungan sosialnya yang lebih intensif dengan berbagai pihak kemudian mengarah kepembentukan kepribadian. Pembentukan kepribadian berasal dari penanaman nilai sosial dan norma budaya yang dianut. Pengenalan kebudayaan dalam kehidupan Eris Munandar berawal dari Ayah yang menanamkan nilai-nilai kehidupan melalui lukisan- lukisan. Dari situlah kecintaannya terhadap seni Indonesia terutama seni lukis muncul, mengingat alam dan budaya indonesia yang sangat beragam dan indah.

  Kehidupan sosial budaya yang ia jalani semakin bervariasi. Ia selalu mendapat hal yang baru disetiap harinya. Ia sadar pada waktu muda ia selalu ingin berkarnya, dan kadang ia berpikir bahwa seni adalah kehidupan dan bagaimana seni itu bisa hidup dan seni bisa menyatukan lingkungan. Dari pertanyaan-pertanyaan itu muncul ide bahwa ia ingin menyatukan alam dengan manusia. Banyak sekali manusia yang merusak alam tanpa menjaganya. Dan iapun mengkritik hal itu lewat karya-karyanya yang berupa lingkungan sosial budaya dan alam.

  Keadaan yang membuat Eris mencintai seni dan ingin berperan dalam seni. Selama waktu berjalan Eris sudah sering bertemu dengan seniman baik di dalam Kabupaten Purbalingga maupun di luar Kabupaten Purbalingga. Salah satu idola Eris sewaktu masih muda adalah Afandi Koesoema, yang merupakan maestro pelukis di Indonesia. Eris sangat kagum dengan karya-karya beliau yang begitu indah dan mempunyai nilai artistik yang tersembunyi, Afandi sendiri terkenal dengan aliran abstrak. Eris juga merupakan pribadi yang taat dalam beribadah, Basirun dan Tasmiaty selalu mengingatkan Eris untuk selalu sholat lima waktu, hal ini yang selalu diingat Eris sampai saat ini. Hal ini juga yang selalu ditularkan Eris kepada anak-anaknya untuk tidak meninggalkan sholat lima waktu (wawancara Eris Munandar, 06 Desember 2016).