BAB I PENDAHULUAN - Kedudukan hukum pekerja terhadap wanprestasi perjanjian kerja oleh pelaku usaha ditinjau dari undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan - Repository Universitas Bangka Belitung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak di proklamasinya kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia berusaha memperbaiki kondisi ketenagakerjaan agar sesuai

  1

  dengan harkat dan martabat kemanusiaan. Dan Indonesia adalah negara hukum , hukum itu sendiri dalam kehidupan manusia sangatlah penting baik itu untuk individu maupun dalam kelompok. Pekerja/buruh merupakan bagian dari tenaga kerja yaitu tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja, di bawah perintah pemberi kerja (bisa perseorangan, pengusaha, badan hukum atau badan lainnya) dan atas jasanya dalam bekerja yang bersangkutan menerima upah atau imbalan

  2

  dalam bentuk lain. Pemberi kerja adalah orang perorangan, pengusaha, badan hukum atau badan-badan lainnya yang memperkerjakan tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain (pasal 1

  3 angka 4 Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan).

  Manusia bekerja membanting tulang agar dapat bertahan hidup, mengeluarkan tenaga agar mendapatkan upah. Upah selama ini diidentikan dengan uang padahal ada pula pekerja yang menerima imbalan dalam

  1 Maimun, Hukum Ketenagakerjaan Suatu Pengantar, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 2007, hlm 4 2 3 Ibid, hlm 12

  Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja, Rajawali pers, Jakarta, 2008, hlm 29

  4

  bentuk barang. Oleh karena itu sangatlah dibutuhkan peraturan perundang-undangan yang mengatur yang berkaitan dengan pangkat, jabatan, kedudukan, posisinya maupun upah

  Karena Indonesia sebagai Negara kelima dengan penduduk terbesar menyebabkan harusnya ada pengaturan mengenai ketenagakerjaan tersebut. Hukum ketenagakerjaan pada zaman dahulu dikenal dengan dengan hukum perburuan. Sejak diundangkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan istilah hukum perburuan semakin tidak populer. Dimana Undang-undang ketenagakerjaan telah mejadi payung bagi masalah-masalah yang berhubungan dengan hukum perburuan atau hukum ketenagakerjaan. Hukum ketenagakerjaan adalah peraturan hukum yang mengatur hubungan kerja antara pekerja atau buruh

  5

  dan pengusaha/majikan dengan segala konsekuensinya. Dalam hal tersebut terjadilah hubungan kerja. Hubungan kerja adalah hubungan antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja yang

  6 mempunyai unsur pekerjaan, upah, dan perintah.

  Menurut Amrah Sakti, Kepala Bidang Hubungan Industrial dan Pengawasan ketenagakerjaan Dinas Sosial Tenaga Kerja kota Pangkalpinang menyatakan bahwa di Bangka Belitung terdapat 34 kasus yang ditangani sejak Januari – Agustus 2016. Dari 34 kasus tersebut 4 diantaranya terkait permasalahan Pemutusan Hubungan Kerja dan lainnya

  Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia ,Rajawali Pers, Jakarta, 2010, Hlm. 45 5 6 Rocky Marbun, Jangan Mau di PHK Begitu Saja, Visimedia, Jakarta, 2010, hlm 24- 25 Maimun, Op.Cit, hlm 41 mengenai hubungan industrial mengenai perusahaan yang melanggar

  7 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

  Sumber data ketenagakerjaan seperti instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan yang berada didaerah baik Provinsi maupun kabupaten/kota tidak mau lagi mengirim data dan informasi ke pusat. Kondisi ini telah mempengaruhi keberadaan data dan informasi ketenagakerjaan, yang pada akhirnya data dan informasi ketenagakerjaan yang dipergunakan saat ini masih bertumpuh pada data dan informasi ketenagakerjaan yang berisifat makro. Salah satu Masalah yang dihadapi Indonesia adalah kesenjangan antara dunia pendidikan dan dunia

  8

  pekerjaan. Angkatan kerja yang memasuki pasar kerja (karena putus sekolah) setiap tahunnya 80% lebih masih hanya berpendidikan sampai sekolah dasar dengan tidak mempunyai keterampilan, disamping itu 15,3

  9 juta penduduk Indonesia yang berumur 10-44 tahun masih buta huruf.

  Data dan informasi ketenagakerjaan makro tersebut, sampai saat ini belum mampu untuk menjawab berbagai tantangan dan masalah ketenagakerjaan yang dihadapi.

  Struktur ketenagakerjaan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada bulan Februari 2017 memiliki pola yang berbeda dengan periode sebelumnya. Pada bulan Februari 2017, jumlah angkatan kerja mencapai 7 728.489 orang bertambah sebanyak 23.316 orang dibanding keadaan pada

  http://m.antarababel.com/berita/41505/, Dinsosnaker Pangkalpinang tangani 34 kasus ketenagakerjaan , 9 November 2017 8 Hadi Setia Tunggul, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Harvarindo,

  Jakarta, 2009, hlm 21 9 Ibid

  Agustus 2016. Jumlah penduduk yang bekerja bertambah sebanyak 9.158 orang selama periode agustus 2016 sampai Februari 2016. Pada Agustus 2016 jumlah yang bekerja sebanyak 686.830 orang menjadi 695.988 orang pada Februari 2017. Sementara jumlah pengangguran naik yaitu sebanyak 14.158 orang dari 18.343 orang pada Agustus 2016 menjadi 32.501 orang

  10 pada Februari 2017.

  Dalam melakukan hubungan dengan manusia lain sudah pasti terjadi persamaan dan perbedaan-perbedaan dalam kepentingan, pandangan, dan perbedaan ini dapat melahirkan perselisihan, pertentangan

  11

  atau konflik. tujuan pokok hukum ketenagakerjaan adalah melaksanakan keadilan sosial dalam perburuan dengan melindungi buruh terhadap kekuasaan yang tidak terbatas dari pihak majikan bertindak sesuai dengan

  12 kemanusiaan.

  Persoalan yang paling menonjol dalam permasalahan di Indonesia sejak krisis ekonomi yang lalu, salah satunya adalah mengenai permasalahan dalam bidang ketenagakerjaan. Dalam bidang ketenagakerjaan, ketidaksamaan kedudukan antara pekerja/buruh dan pengusaha ini sering kali menimbulkan konflik. Pengusaha mengeluarkan kebijkan atau peraturan yang menurut pertimbangannya baik dan dapat

  10 Babel.bps.go.id, brslnd- 20150504141403, Berita Resmi statistik Provinsi kepulauan Bangka Belitung No. 31/05/19/Th.XV , 8 November 2017 11 Lalu Husni, Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Melalui Pengadilan dan Di Luar Pengadilan , Pt RajaGrafindo, Jakarta, 2007, hlm. 1 12 Joni Bambang dan Dedi Ismatullah, Hukum Ketenagakerjaan, Pustaka Setia, Bandung,

  2013, hlm 63

  13

  diterima oleh pekerja/buruh. Permasalahan yang masih menjadi fokus utama sampai saat ini salah satunya mengenai lapangan pekerjaan, pengangguran, kualitas tenaga kerja dan masih banyak lagi permasalahan yang masih menjadi sesuatu yang umum terjadi di dalam ketenagakerjaan di Indonesia.

  Permasalahan-permasalahan yang ada di Indonesia dengan berbagai jenis permasalahannya menjadikan suatu acuan munculnya solusi bagi pemecahan-pemecahan permasalahan tersebut di atas yaitu munculnya Perundang-undangan yang mengatur mengenai hal-hal tersebut. Ketenagakerjaan itu sendiri lebih luas cakupannya yaitu terdapat sub-sub pembahasan yang di bahas didalamnya. Munculnya permasalahan yang ada akibat dari adanya kelalaian atau pun kesengajaan dari pengusaha atau pun perusahaan yang menerapkan suatu peraturan didalam perusahannya yang malah menimbulkan permasalahan diantara pekerja/buruh dengan pengusaha atau perusahaan. Misal mengenai upah, setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang layak bagi

  14 kemanusiaan dan ukuran layak adalah relatif.

  Dalam hukum ketenagakerjaan terdapat Perjanjian kerja antara pekerja dan pengusaha, perjanjian kerja diatur dalam Bab IX Undang-

  15 Undang Ketenagakerjaan Tahun 2003. Dalam pasal 1 angka 14 Undang-

  Undang Ketenagakerjaan 2003 disebutkan bahwa perjanjian kerja adalah 13 perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang 14 Zaeni Ashadie, Peradilan hubungan Industrial, Rajawali Pers, Jakarta, 2009, hlm 2 15 Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta, 2009, hlm 102 Djumialdji, Perjanjian Kerja, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 7

  memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. Didalamnya

  16

  terdapat unsur-unsur seperti pekerjaan, upah dan perintah sehingga hubungan kerja dengan perjanjian kerja saling mengikat satu sama lain.

  Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 dibuat untuk melindungi pekerja/buruh serta untuk mensejahterakan rakyat dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam suatu perjanjian kerja terdpat syarat sah perjanjian. Adapun syarat-syarat sah perjanjian kerja terdapat dalam Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Pasal 52

  17 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003.

  Syarat sah perjanjian kerja dalam Pasal 1320 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata, yakni kata sepakat, kecakapan, objek tertentu, tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Syarat sah perjanjian kerja dalam pasal 52 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, sebagai berikut: kesepakatan kedua belah pihak, kemampuan atau kecakapan dalam melakukan perbuatan hukum, adanya pekerjaan yang di perjanjikan dan pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang

  18 berlaku.

  Dalam menyikapi uraian diatas masih terjadi permasalah- permasalahan yang berkaitan dengan hukum ketenagakerjaan menyangkut 16 perjanjian kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha. Di Bangka 17 Ibid

  Rahmat Trijono, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, Papas Sinar Sinanti, Depok, 2014, hlm. 28 18 Ibid Belitung masih sering terjadi permasalahan perjanjian kerja. Salah satunya permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia yaitu Perselisihan Hubungan Industrial. Perselisihan Hubungan Industrial adalah perbedaan pendapat antara pengusaha dan pekerja/buruh terdiri dari perselisihan hak dan

  19 kepentingan dalam hubungan Industrial.

  Selain perselisihan hak dan kepentingan dalam Hubungan Industrial, juga dikenal dengan adanya perselisihan pemutusan hubungan kerja (PHK). Perselisihan PHK berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2004 adalah: “ perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang

  20 dilakukan salah satu pihak.

  Perselisihan PHK ini merupakan jenis perselisihan yang banyak terjadi, pihak pengusaha dengan berbagai alasan mengeluarkan surat PHK kepada pekerja/buruh tertentu jika pengusaha menganggap bahwa pekerja atau buruh tidak dapat lagi bekerja sesuai dengan kebutuhan perusahaan, tetapi PHK juga dapat dilakukan atas permohonan pekerja/buruh karena pihak pengusaha tidak melaksanakan kewajiban yang telah disepakati atau

  21 berbuat sewenang-wenang kepada pekerja/buruh.

  Karena telah banyak terjadinya PHK kepada pekerja/buruh yang dilakukan oleh pengusaha dengan berbagai macam alasan pengusaha tersebut dan permohonan pekerja/buruh karena pengusaha tidak 19 melaksanakan apa yang telah disepakati atau berbuat sewenang-wenang 20 Joni Bambang dan Dedi Ismatullah, Op.Cit, hlm.292 21 Ibid Ibid

  terhadap pekerja atau buruh. Dalam hal ini dilakukan penelitian skripsi yang berjudul “Kedudukan Hukum Pekerja Terhadap Wanprestasi

  Perjanjian Kerja Oleh Pelaku Usaha Di Tinjau Dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan”

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan dalam penelitian ini adalah:

  1. Bagaimana kedudukan hukum pekerja terhadap wanprestasi perjanjian kerja oleh pelaku usaha ditinjau dari Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ?

  2. Bagaimana upaya penyelesaian sengketa ketenagakerjaan tentang wanprestasi perjanjian kerja oleh pelaku usaha ?

  C. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan penelitian ini adalah :

  1. Untuk mengetahui kedudukan hukum pekerja terhadap wanprestasi perjanjian kerja oleh pelaku usaha ditinjau dari Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan ?

  2. Untuk mengetahui upaya penyelesaian sengketa ketenagakerjaan tentang wanprestasi perjanjian kerja oleh pelaku usaha ?

  D. Manfaat Penelitian

  Manfaat yang ingin didapat dalam peneltian ini:

  1. Manfaat Teoritis Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan wawasan yang lebih kongkrit bagi instansi-instansi terkait dengan Perjanjian kerja, masyarakat serta terutama kepada mahasiswa hukum perdata terkait dalam suatu perjanjian kerja

  2. Manfaat Praktis

  a. Bagi Pemerintah Sebagai bahan bacaan agar mengetahui permasalahan- permasalahan ketenagakerjaan yang marak terjadi, sehingga pemerintah lebih mengawasi perusahaan atau pengusaha yang melanggar aturan-aturan yang telah ada terkait Ketenagakerjaan.

  b. Bagi Akademisi Manfaat bagi akademisi di kalangan luas adalah untuk menjadi pedoman dalam berpikir sehingga dapat memunculkan ide-ide terobosan dalam proses penegakan yang lebih cepat, efisien dan modern bagi keefektifan yang berguna serta bermanfaat bagi masyarakat umum dan juga dapat menambah informasi, sumbangan pemikiran dalam kalangan akademisi. Sumbangan daya pikir para akademisi juga diperlukan dalam memunculkan gagasan- gagasan serta ide-ide yang berguna, sehingga aparat penegak hukum juga dapat bekerja sama dalam menggabungkan antara gagasan dengan kinerja yang lebih baik bagi terciptanya hal-hal baik yang diinginkan. c. Masyarakat Menjadi suatu referensi ilmiah bagi masyarakat dalam kalangan luas sehingga dapat mengetahui bagaimana kedudukan hukum pekerja terhadap wanprestasi perjanjian kerja, dalam menanggulangi permasalahan ketenagakerjaan, sehingga masyarakat umum dapat mengetahui hak-hak apa saja didapatkan dalam suatu perjanjian kerja.

E. Kerangka Teori

  Perjanjian kerja menurut pasal 1 angka 14 Undang-undang Nomor

  13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Perjanjian Kerja adalah perjanjian antara pekerja dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak

  22 Teori asas-asas perjanjian kerja antara lain:

  1. Asas konsesualisme Bahwa perjanjian terbentuk karena adanya perjumpaan kehendak (consensus) dari pihak-pihak.

  

23

Perjanjian pada pokoknya dapat dibuat

  bebas terikat bentuk dan tercapai tidak secara formil, tetapi cukup melalui konsensus belaka.

  24 Seperti namanya konsesus yang bearti

  kesepakatan, maka perjanjian kerja akan sah demi hukum, setelah tercapainya kesepakatan antar pihak dan perjanjian itu mengikat begitu kesepatan itu di ucapkan. Pengecualian terhadap prinsip ini 22 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan 23 Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia, Pt Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hlm 95 24 adalah dalam hal undang-undang memberikan syarat formalitas tertentu terhadap suatu perjanjian, misalkan syarat harus tertulis.

  2. Asas Itikkad baik Bahwa orang yang membuat perjanjian harus dilakukan dengan itikad baik itikad baik dalam pengertian yang subjektif dapat diartikan sebagai kejujuran seseoran, sedangkan dalam pengertian objektif adalah bahwa pelaksanaan sesuatu perjanjian harus didasarkan pada norma kepatuhan atau apa yang dirasa sesuai dengan yang patut dalam

  25 masyarakat.

  Adapun Asas penempatan tenaga kerja meliputi hal berikut, sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 32 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Penempatan kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka, bebas, obyektif, serta adil dan setara tanpa

  26 diskriminasi.

  1. Asas terbuka pemberian informasi kepada tenaga kerja secara jelas meliputi jenis kerja, jam kerja dan upah

  2. Asas bebas Pencari kerja bebas memilih jenis pekerjaannya dan pemberi kerja bebas memilih tenaga kerja yang diinginkan agar tidak ada unsur

  27 25 pemaksaan. 26 Broto Suwiryo, Hukum Ketenagakerjaan, Laksbang Pressindo, Surabaya, 2017, hlm 44 27 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Joni Bambang dan Dedi Ismatullah, Op.Cit,hlm. 71

  3. Asas objektif pemberi kerja menawarkan pekerjaan yang cocok dengan pencari kerja sesuai dengan kemampuan dan persyaratan jabatan yang dibutuhkan dengan memerhatikan kepentingan umum dari pada

  28 kepentingan pribadi.

  4. Asas adil dan setara penempatan tenaga kerja berdasarkan kemampuan, tidak berdasarkan ras, jenis kelamin, warna kulit, agama dan politik.

  Adapun penyelesaian sengketa dalam penelitian ini menggunakan mediasi. Mediasi merupakan suatu prosedur dimana seseorang bertindak sebagai “kendaraan” untuk berkomunikasi antarpara pihak,sehingga pandangan mereka berbeda atas sengketa tersebut dapat dipahami dan mungkin didamaikan, tetapi tanggung jawab utama tercapainya suatu

  29 perdamaian tetap berada di tangan para pihak sendiri.

  Sedangkan peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 tentang prosedur Mediasi di pengadilan mendefinisikan mediasi sebagai cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator. Beberapa prinsip mediasi adalah bersifat sukarela atau tunduk pada kesepakatan para pihak, pada bidang perdata, sederhana, tertutup dan rahasia, serta bersifat

  30 28 menengahi atau bersifat sebagai fasilitator. 29 Ibid Frans Hendra Winarta, Hukum Penyelesaian Sengketa, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm 15-16 30

  Keterlibatan mediator di dalam sengketa yang terjadi hanya sebagai pemacu para pihak untuk menuju penyelesaian secara damai, sehingga mediator pada umumnya tidak turut campur dalam menetukan isi kesepakatan damai, kecuali memang betul-betul dibutuhkan. Hal ini didasarkan pada prinsip proses mediasi, bahwa materi kesepakatan damai merupakan hak mutlak para pihak untuk menentukannya tanpa ada

  31 intervensi dari pihak mediator.

  Mediasi berdasarkan prosedurnya dibagi menjadi 2 bagian antara

  32

  lain:

  1. Mediasi yang dilakukan di luar pengadilan (Undang-Undang Nomor

  30 Tahun 1999);

  2. Mediasi yang dilakukan di pengadilan (Pasal 130 HIR/154 Rbg jo Perma No.1 Tahun 2008).

  Mediasi di luar pengadilan dilakukan oleh para pihak tanpa adanya proses perkara di pengadilan, hasil kesepakatan yang di peroleh dari proses mediasi di luar pengadilan dapat diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan pengukuhan sebagai akta perdamaian yang berkekuatan

  33

  layaknya putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap. Sedangkan mediasi yang dilakukan di pengadilan adalah proses mediasi yang

  34 31 dilakukan sebagai akibat dari adanya gugatan perdata ke pengadilan.

  Witanto, Hukum Acara Mediasi Dalam Perkara Perdata di Lingkungan Peradilan

Umum dan Peradilan Agama Menurut Perma Nomor. 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di

Pengadilan , Alfabeta, Bandung, 2011, hlm 18 32 33 Ibid 34 Ibid ,

  , hlm 19

  Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 Tentang Perselisihan hubungan Industrial juga mengatur penggunaan mediasi sebagai salah satu cara penyelesaian sengketa hubungan industrial. Pasal 1 butir 11 merumuskan pengertian mediasi hubungan industrial, yaitu penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja/buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditenagi oleh seorang atau lebih

  35 mediator yang netral.

  Selanjutnya, Pasal 1 butir 12 merumuskan pengertian mediator, yaitu pegawai instansi pemerintah yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan yang memenuhi syarat-syarat sebagai mediator yang ditetapkan oleh menteri untuk bertugas melakukan mediasi dan mempunyai kewajiban memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang beselisih untuk menyelesaikan perselisihan hak, perselisihan, perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antarserikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu

  36

  perusahaan. unsur-unsur pengertian mediasi sebagaimana dikenal secara akademik, yaitu ketidakberpihakan (Netral) dan memberi anjuran kepada para pihak. Namun mestinya rumusan secara tegas mediator tidak

  37 memiliki kewenangan memutus.

  Pasal 83 ayat (1) Undang-Undang 35 Nomor 2 Tahun 2004 menyatakan: pengajuan gugatan yang tidak

  Takdir Rahmadi, Mediasi Penyeleseaian Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hlm 62 36 37 Ibid Ibid , hlm 63 dilampiri oleh risalah penyelesaian melalui mediasi dan konsiliasi, maka hakim pengadilan hubungan industrial wajib mengembalikan gugatan kepada penggugat. Pasal 83 ayat 1 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 mengandung implikasi bahwa, Pengadilan Hubungan Industrial tidak berwenang memeriksa sengketa jika sengketa belum diupayakan

  38 penyelesaiannya melalui mediasi dan konsiliasi.

F. Metode Penelitian

  Suatu laporan penelitian akan disebut ilmiah dan dipercaya kebenarannya apabila disusun dengan metode yang tepat. Penelitian menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

  a. Jenis penelitian Dalam penelitian ini adalah penelitian hukum doktrinal. Adapun penelitian Doktrinal menurut Soetandyo Wignjosoebroto adalah penelitian-penelitian atas hukum yang dikonsepkan dan dikembangkan atas dasar doktrin yang dianut sang pengonsep

  39

  dan/atau sang pengembangnya. Ada berbagai doktrin yang pernah dianut dan dikembangkan dalam kajian-kajian hukum, mulai dari doktrin klasik yang dikenali sebagai doktrin aliran kaum mosot dan doktrin positivism, yuridis-legis sampai doktrin historisme dan doktrin

  40 realism-fungsionalisme para ahli hukum yang terbilang kaum realis.

  38 39 Ibid , hlm 64 Sulistyowati Rianto dan shidarta, Metode Penelitian Hukum Konstelasi dan refleksi, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, 2011, Hlm 121-122 40 Ibid

  Penelitian hukum Doktrinal Peneltian hukum ini merupakan suatu penelitian hukum yang dikerjakan dengan tujuan menemukan asas atau doktrin hukum positif yang berlaku. Penelitian type ini lazim disebut sebagai “studi dogmatik” atau yang disebut dengan doctrinal

  research.

  Didalam penelitian hukum ini orang (peneliti) bekerja secara “analitis induktif”. Proses bertolak premisa-premisa yang berupa norma hukum positif yang diketahui, dan berakhir (sementara) pada penemuan asas-asas hukum atau doktrin ini adalah norma-norma

  41 hukum positif.

  b. Metode penelitian

  a. Metode penelitian Yuridis normatif penelitian hukum normatif disebut juga penelitian doktrinal. Pada penelitian jenis ini, dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in

  books ) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah atau norma yang

  42 merupakan patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.

  b. Metode Pendekatan Pendekatan kasus ini dilakukan dengan cara melakukan telah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi baik

  43

  untuk keperluan praktek maupun kajian akademis. Hal ini 41 merupakan refrensi bagi penyusunan argumentasi dalam 42 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raawali Pers, Jakarta, 2011, hlm 86 43 Saifullah, Tipologi Penelitian Hukum, Intelegensia Media, Malang, 2015, hlm 123-124 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm 94

  pemecahan isu hukum. Pendekatan kasus tidak sama dengan studi kasus. Karena di dalam pendekatan kasus terdapat beberapa kasus ditelaah untuk refrensi bagi suatu isu hukum. Sementara studi kasus merupakan suatu studi terhadap kasus tertentu dari berbagai

  44 aspek hukum.

  3. Sumber data

  a. Data Primer Data primer adalah hasil penelusuran literatur studi kepustakaan dalam bentuk bahan-bahan pustaka dan sampel perjanjian kerja.

  b. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui bahan

45 Pustaka. Data sekunder sebagai penunjang data primer agar lebih

  lengkap. Data sekunder di bagi menjadi 3 unsur Bahan hukum yaitu : 1) Bahan hukum primer

  Bahan hukum primer bahan hukum yang mempunyai

  46

  otoritas autoritatif. Atau dapat disebut bahan hukum yang mengikat yang terdiri atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang ketenagakerjaan.

  44 45 Ibid 46 Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm 23 , hlm 47

  2) Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder memberikan penjelasan mengenai

  47 bahan hukum primer.

  Bahan hukum sekunder terdiri atas Buku Hukum ketenagakerjaan, Buku Perjanjian kerja, Buku Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial dan sebagainya. 3) Bahan Hukum Tertier

  Bahan hukum tertier yakni bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan bahan hukum

  48

  primer dan sekunder. Terdiri dari Internet yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini.

  4. Teknik pengumpulan data Untuk memperoleh data yang dibutuhkan digunakan cara pengumpulan data, yaitu Studi Kepustakaan, Pada tahapan ini peneliti mencari landasan teoritis dari permasalahan penelitiannya. Aktivitas ini merupakan tahapan yang amat penting. Bahkan dapat dikatakan, bahwa studi kepustakaan merupakan separuh dari keseluruhan

  

49

aktiivitas penelitian itu sendiri.

  Tujuan dan kegunaan studi kepustakaan pada dasarnya adalah menunjukkan jalan pemecahan permasalahan penelitian. Apabila peneliti mengetahui apa yang telah dilakukan oleh peneliti lain, maka 47 peneliti akan lebih siap dengan pengetahuan yang lebih dalam dan 48 Bambang Sunggono, Op.Cit, hlm 114 49 Ibid

  Bambang Sunggono, Op.Cit, hlm. 112 lengkap. Studi kepustakaan dapat membantu peneliti mendapatkan gambaran atau informasi tentang penelitian sejenis dan berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dan mendapatkan metode, teknik,

  50 atau cara pendekatan pemecahan permasalahan yang digunakan.

  Studi kepustakaan tidak hanya sekedar urusan membaca dan mencatat literatur atau buku-buku, studi pustaka adalah serangkain kegiatan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat

  51 serta mengolah bahan penelitian.

  5. Analisis data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. menurut Bogdan dan Taylor metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriktif kualitatif

  52

  berupa kata-kata tertulis atau lisan dari perilaku yang diamati

  Lodico, Spaulding dan voegtle penelitian kualitatif, yang juga

  disebut penelitian lapangan adalah suatu metodologi yang dipinjam dari disiplin ilmu seperti sosiologi dan antropologi dan diadaptasi kedalam seting pendidikan.

  Penelitan kualitatif menggunakan metode penalaran induktif dan sangat percaya bahwa terdapat banyak perspektif yang akan dapat diungkapkan. Penelitian kualitatif berfokus pada fenomena sosial dan 50 pada pemberian suara pada perasaan dan persepsi dari partisipan 51 Ibid

  Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2008, hlm 3 52 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian, Ar-Ruzz Media, Jogjakarta, 2016, hlm 22

  53

  dibawah studi. Hal ini didasarkan pada kepercayaan bahwa pengetahuan dihasilkan dari seting sosial dan bahwa pemahaman

  54

  pengetahuan sosial adalah suatu proses ilmiah yang sah. Dari uraian diatas dapat dipahami metode penelitian kualitatif adalah metode untuk mengkaji atau meneliti objek pada latar yang alamiah tanpa ada

  55 manipulasi didalamnya.

  53 Emzir, Metodologi Peneltian Kualitatif Analisis Data, Rajawali Pers, Jakarta, 2011, hlm. 2 54 55 Ibid

  Andi Prastowo, Op.Cit, hlm 24

Dokumen yang terkait

BAB I PENDAHULUAN - Perlindungan hukum terhadap konsumen dalam mengkonsumsi ikan yang mengandung zat berbahaya formalin ditinjau dari undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 30

BAB I PENDAHULUAN - Perlindungan hukum terhadap makanan khas Bangka ditinjau dari undang-undang nomor 30 Tahun 2000 tentang rahasia dagang - Repository Universitas Bangka Belitung

0 1 21

BAB I PENDAHULUAN - Penegakan hukum tindak pidana perusakan objek wisata di Kebupaten Belitung ditinjau dari peraturan daerah Kabupaten Belitung nomor 13 tahun 2015 tentang kepariwisataan - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 23

Implementasi Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan terhadap upah minimum provinsi bagi pekerja usaha kecil di kota Pangkalpinang - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 15

BAB I PENDAHULUAN - Implementasi Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan terhadap upah minimum provinsi bagi pekerja usaha kecil di kota Pangkalpinang - Repository Universitas Bangka Belitung

0 1 22

BAB I PENDAHULUAN - Pertanggungjawaban pidana terhadap penyalahgunaan penyaluran pupuk bersubsidi ditinjau dari undang-undang nomor 12 tahun 1992 tentang sistem budidaya tanaman - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 19

BAB I PENDAHULUAN - Analisa pertanggungjawaban pelaku pelanggaran hak siaran oleh tv kabel pesona vision ditinjau dari undang-undang nomor 32 tahun 2002 Tentang penyiaran (Studi Kasus di Pangkalpinang) - Repository Universitas Bangka Belitung

0 1 19

Pemenuhan hak cuti haid di PT Gunung Pelawan Lestari berdasarkan undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan - Repository Universitas Bangka Belitung

0 1 14

BAB I PENDAHULUAN - Pemenuhan hak cuti haid di PT Gunung Pelawan Lestari berdasarkan undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 13

Kedudukan hukum pekerja terhadap wanprestasi perjanjian kerja oleh pelaku usaha ditinjau dari undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 14