KEDUDUKAN DESA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA ( INTISARI UU NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESA ) - Repository IPDN

  

Kesepakatan

Bersama

  Selamat… Selamat… Pagi! Pagi! Semangat… Semangat… Pagi! Pagi! PESERTA PESERTA FGD FGD Luar…..Biasa Luar…..Biasa Salam Kita

  • Nama Nama : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si
  • Lahir
  • NIP

  • Jabatan
  • Pangkat
  • Instansi
  • Alamat
  • Email/HP

  Email/HP :

  Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut-Bandung

  : Komp. Singgasana Pradana Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut-Bandung

  Alamat : Komp. Singgasana Pradana

  : Kampus IPDN Jatinangor

  Instansi : Kampus IPDN Jatinangor

  : Pembina TK. I (IV/b)

  

: Dosen Fungsional (Lektor Kepala)

  Pangkat : Pembina TK. I (IV/b)

  Jabatan

: Dosen Fungsional (Lektor Kepala)

  : 19770304 1995 11 1 001

  NIP : 19770304 1995 11 1 001

  : Jambi, 4 Maret 1977

  Lahir : Jambi, 4 Maret 1977

  Biodata Narasumber Biodata Narasumber

  :

  • 08122445916
  • 08122445916

  PERENUNGAN AWAL PERENUNGAN AWAL

APAKAH DESA SEBUAH

APAKAH DESA SEBUAH

ORGANISASI PEMERINTAHAN ?

  

ORGANISASI PEMERINTAHAN ?

ATAU

ATAU

APAKAH DESA SEBUAH

APAKAH DESA SEBUAH

ORGANISASI KEMASYARAKATAN?

  

APAKAH SEBUTAN YANG TEPAT

APAKAH SEBUTAN YANG TEPAT

UNTUK UNTUK

MATERI INI

MATERI INI

  

HUKUM POSITIF YANG MENGATUR DESA

HUKUM POSITIF YANG MENGATUR DESA

HUKUM POSITIF YANG MENGATUR DESA

  TERBARU TERBARU Undang-undang No.

  6 Tahun 2014 Undang-undang No.

  6 Tahun 2014

  menyebutkan Judul Undang-undangannya

  menyebutkan Judul Undang-undangannya

  bukan “Pemerintahan Desa” namun hanya

  bukan “Pemerintahan Desa” namun hanya

  “Desa”, hal tersebut menampakkan keragu-

  “Desa”, hal tersebut menampakkan keragu-

  raguan dari pemerintah pusat saat

  raguan dari pemerintah pusat saat

  merumuskan Undang-undang ini,

  merumuskan Undang-undang ini,

  bagaimanakah caranya mewarnai sosok bagaimanakah caranya mewarnai sosok organisasi desa di masa yang akan datang : organisasi desa di masa yang akan datang :

ENTITAS ORGANISASI DESA YANG HARUS SEGERA

  ”Manajemen (Pemerintahan) Desa”, dimana

  3. Entitas organisasi Desa Persiapan Entitas organisasi Desa Persiapan

  2. Entitas organisasi DESA Entitas organisasi DESA 3.

  1. Entitas organisasi Desa Adat Entitas organisasi Desa Adat 2.

  entitas Organisasi : 1.

  entitas Organisasi :

  dalam UU ini dijelaskan adanya 4 (empat)

  dalam UU ini dijelaskan adanya 4 (empat)

  ”Manajemen (Pemerintahan) Desa”, dimana

  DIPETAKAN DIPETAKAN Undang-undang No.

  Undang-undang 6 Tahun 2014 No.

  tentang Konsep bagaimanakah sebenarnya

  kawan di Pemda, sebelum melanjutkan diskusi

  kawan di Pemda, sebelum melanjutkan diskusi

  yang perlu segera dipetakan oleh kawan-

  yang perlu segera dipetakan oleh kawan-

  menggambarkan adanya hirarkhi organisasi

  menggambarkan adanya hirarkhi organisasi

  6 Tahun 2014

  tentang Konsep bagaimanakah sebenarnya

   DARI JUMLAH DESA SEBANYAK DARI JUMLAH DESA SEBANYAK 72.944, DAPAT DIKATEGORIKAN 72.944, DAPAT DIKATEGORIKAN MENJADI TIGA KELOMPOK : MENJADI TIGA KELOMPOK :

  A. DESA ADMINISTRATIF +/- 31.000

  A. DESA ADMINISTRATIF +/- 31.000

  B. DESA ADAT +/- 24.000

  B. DESA ADAT +/- 24.000

  C. DESA TRANSISI DARI ADAT KE

  C. DESA TRANSISI DARI ADAT KE ADMINISTRATIF SEBANYAK +/- ADMINISTRATIF SEBANYAK +/-

  

Seperti Inikah Kantor Desa Di Tempat Bapak/ibu ?

Seperti Inikah Kantor Desa Di Tempat Bapak/ibu ?

  

Seperti Inikah Kondisi Jalan Desa Di Tempat Bapak/ibu ?

Seperti Inikah Kondisi Jalan Desa Di Tempat Bapak/ibu ?

  

Seperti Inikah Ruangan Kantor Desa Di Tempat Bapak/

Seperti Inikah Ruangan Kantor Desa Di Tempat Bapak/

ibu ?

ibu ?

  

Desaku Malang, Desaku Sayang

Desaku Malang, Desaku Sayang

  

Rapat Desa lengkap dengan Kantor Bocornya

Rapat Desa lengkap dengan Kantor Bocornya

  

Parade Nusantara – Disini Ada Tidak Kepala Desa Dari Tempat Bapak/

Parade Nusantara – Disini Ada Tidak Kepala Desa Dari Tempat Bapak/

ibu ?

ibu ?

  Parade Nusantara – Disini Ada Tidak Kepala Desa Dari Tempat Parade Nusantara – Disini Ada Tidak Kepala Desa Dari Tempat Bapak/ibu Bapak/ibu

  PERTANYAAN MENDASAR! PERTANYAAN MENDASAR!

  

KEBIJAKAN PEMERINTAH HARUS DIUBAH DALAM

KEBIJAKAN PEMERINTAH HARUS DIUBAH DALAM

MENGEMBANGKAN DAN MEMAJUKAN DESA

MENGEMBANGKAN DAN MEMAJUKAN DESA

  “

MEMBANGUN DESA MEMBANGUN DESA

  ” ”

  ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? atau atau

  “ “

DESA MEMBANGUN DESA MEMBANGUN

  ” ”

  ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? Bagaimana Bagaimana Kondisi Personil Desa Kondisi Personil Desa ? ?

  • Bagaimana Kondisi Peralatan (Logistik)

  Bagaimana Kondisi Peralatan (Logistik) Desa Desa ? ?

RENUNGAN AWAL TENTANG PENDAPAT AHLI TENTANG

  RENUNGAN AWAL TENTANG PENDAPAT AHLI TENTANG

  KEGAGALAN PEMERINTAH :

  KEGAGALAN PEMERINTAH :

  1. Peter F. Drucker (1968) dalam ‘The Age of Discontinuity’

   Kemungkinan

  1. Peter F. Drucker (1968) dalam ‘The Age of Discontinuity’ Kemungkinan bangkrutnya birokrasi. bangkrutnya birokrasi.

  2. Barzelay (1982) dalam ‘Breaking Through Bureaucracy’ M

   asyarakat bosan

  2. Barzelay (1982) dalam ‘Breaking Through Bureaucracy’ asyarakat bosan M dan muak pada birokrasi yang rakus dan bekerja lamban. dan muak pada birokrasi yang rakus dan bekerja lamban.

  3. Osborne & Gaebler (1992) dalam ‘Reinventing Government’ => Kegagalan

  3. Osborne & Gaebler (1992) dalam ‘Reinventing Government’ => Kegagalan

  utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan manajemennya, bukan

  utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan manajemennya, bukan

  pada apa yang dikerjakan pemerintah, melainkan bagaimana caranya

  pada apa yang dikerjakan pemerintah, melainkan bagaimana caranya pemerintah mengerjakannya. pemerintah mengerjakannya.

  4. Osborne & Plastrik (1996) dalam ‘Banishing Bureucracy’ => agar birokrasi

  4. Osborne & Plastrik (1996) dalam ‘Banishing Bureucracy’ => agar birokrasi

  lebih efektif, perlu dipangkas agar ramping, ‘the least government is the best

  lebih efektif, perlu dipangkas agar ramping, ‘the least government is the best

  government’ government’ 5.

E. S. Savas (1987) => Perlunya privatisasi, ramping struktur kaya fungsi,

  5. E. S. Savas (1987) => Perlunya privatisasi, ramping struktur kaya fungsi,

  • Mc Leod (1998) mengemukakan pendapatnya bahwa krisis

  multidimensional di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh adanya salah urus (mismanagement) pada semua sektor, baik swasta dan terutama pemerintah.

  • Diperlukan pembaruan manajemen pemerintahan pada semua

  tahapan, mulai dari tahapan perencanaan, tahapan implementasi sampai tahapan evaluasi.

  • Paradigma good governance pada dasarnya adalah upaya

  membangun filosofi, strategi serta teknik mengelola urusan- urusan publik secara lebih transparan dengan melibatkan para pihak-pihak yang terlibat (stakeholder and shareholder).

  • Diantara semua komponen bangsa, setelah terjadinya reformasi,

EMPAT PILAR UNTUK MEMBANGUN EMPAT PILAR UNTUK MEMBANGUN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT PENEGAKAN HUKUM YANG ADIL PENEGAKAN HUKUM YANG ADIL MANAJEMEN

  MANAJEMEN

  PERTUMBUHAN

  PERTUMBUHAN

  PEMERINTAHAN EKONOMI

  PEMERINTAHAN EKONOMI

  

YANG BAIK YANG CUKUP

  YANG BAIK YANG CUKUP

  PERKEMBANGAN TEORI DAN KONSEP MANAJEMEN Sampai saat ini, manajemen telah berkembang mencapai generasi kelima. Perkembangannya yaitu sbb: Generasi I :Management by Doing/Jungle Management Generasi II :Management by Direction

Generasi III :Management by Objectives/Management by Targetting

Generasi IV :Management by Value Creation/

  

Total Quality Management

(Brian L. Joiner, 1994) Generasi V :Management by Knowledge Networking, Virtual Enterprise and Dynamic Teamming

KONSEP DESA DENGAN OTONOMI

  PEMBERIAN KONSEP DESA DENGAN OTONOMI ASLI/MURNI OTONOMI PENGAKUAN DESA GEJALA MASA TRANSISI FILOSOFI DESA DENGAN OTONOMI ASLI/MURNI : - Adanya pemberian ADD (SE. Mendagri 140/640/sj) - Pengangkatan Sekdes menjadi PNS (PP 45/07) - Adanya urusan pemerintahan yang diserahkan pengaturannya kepada Desa (Permen 30/06) - Perdes bagian dari Perda (UU 12/11) -Adanya tugas pembantuan kepada desa (PP 7/08) -Dokumen Perencanaan 1.Filosofis dan bentuk otonomi 2 Kelembagaan 3 Keuangan 4 Bentuk organisasi 5 Kepegawaian 6 Kedudukan organisasi 7 Pemimpin 8 Hubungan pemimpin dengan rakyat KELURAH AN P E R U B A H A N S O S I A L Paguyuban Patembay an (Gesellsch aft) PELAYANAN PRIMA KEPADA MASYARAK AT PENGEMBANGAN ORGANISASI: 1. Reframing 2. Restructuring 3. Revitalization 4. Renewal KONSEP DESA DENGAN OTONOMI ASLI/MURNI OTONOMI PENGAKUAN KONSEP DESA DENGAN OTONOMI PEMBERIAN DESA

  

GAMBAR PERGESERAN PARADIGMA PENGATURAN

GAMBAR PERGESERAN PARADIGMA PENGATURAN

TENTANG DESA

TENTANG DESA

OTONOMI PENGAKUAN OTONOMI PENGAKUAN

OTONOMI PENGAKUAN

  

ARAH PERKEMBANGANNYA ???

OTONOMI PENGAKUAN

ARAH PERKEMBANGANNYA ???

ARAH PERKEMBANGANNYA ???

  

Sistematika UU Nomor 6 Tahun 2012 tentang Desa terdiri dari 16 Bab dan 122 Pasal,

adapun rinciannya sebagai berikut :

Bab I : Ketentuan Umum Bab IX : Pembangunan Desa dan Bab II : Kedudukan dan Jenis Pembangunan Kawasan Desa; Perdesaan; Bab III : Penataan Desa; Bab X : Badan Usaha Milik Desa; Bab IV : Kewenangan Desa; Bab X1 : Kerjasama Desa; Bab V : Penyelenggaraan Bab XII : Lembaga Pemerintahan Desa; Kemasyarakatan Desa Bab VI : Hak dan Kewajiban dan Lembaga Adat Desa; Desa dan Masyarakat Bab XIII : Ketentuan Khusus Desa Desa; Adat; Bab VII : Peraturan Desa; Bab XIV : Pembinaan dan

  Sistematika UU Nomor 6 Tahun 2012 tentang Desa terdiri dari

16 Bab dan 122 Pasal :

  Bab I : Ketentuan Umum ( Pasal 1 – 4) Bab II : Kedudukan dan Jenis Desa

  • Kedudukan Desa (Pasal 5)
  • Jenis Desa Pasal (6);

  Bab III : Penataan Desa ( Pasal 7 – 17); Bab IV : Kewenangan Desa (Pasal 18 – 22); Bab V : Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

  • Asas - Pemerintah Desa - Kepala Desa - Pilkades - Pemberhentian Kepala Desa (Pasal 23 – 66)
  • Perangkat Desa

  

Bab IX : Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan (Pasal 78 –

86);

  • Pembangunan desa;
  • Perencanaan - Pemantauan dan Pengawasan Bangdes - Pembangunan Kawasan Perdesaan - Sistem Informasi Pembangunan Desa dan Pembangunan Kawasan Perdesaan

  Bab X : Badan Usaha Milik Desa (Pasal 87 – 90); Bab X1 : Kerjasama Desa (Pasal 91 – 93) ;

  • Kerjasama antar – Desa - Kerjasama dengan Pihak Ketiga

  

Bab XII : Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa ( Pasal 94 – 95);

Bab XIII : Ketentuan Khusus Desa Adat

  • Penataan Desa Adat

  Desa Perlu dilindungi, diberdayakan agar : Desa Perlu dilindungi, diberdayakan agar :

  • Maju

  Maju

  • Mandiri

  Mandiri

  • Demokratis

  

Demokratis

UU Nomor 6 Tahun 2014

  Menuju masyrakat yang adil, makmur dan Menuju masyrakat yang adil, makmur dan sejahtera Tentang Desa sejahtera Mampu Mengatasi : Mampu Mengatasi :

  PERMASALAHAN PELAYANAN PUBLIK PERMASALAHAN PELAYANAN PUBLIK Menurunnya

  Diskriminasi Prosedur yang

  Pelayanan Pelayanan

  Berbelit-belit Sumber Daya

  Biaya tidak Manusia

  Transparan Terbatas

  Etika & Budaya Sarana dan

  Rendahnya PELAYANAN

  Aparatur yang Prasarana

  Daya Saing PUBLIK

  Buruk terbatas

  Arah Kebijakan I. TATARAN FILOSOFIS

  I. TATARAN FILOSOFIS

  1. Kenapa Perlu Ada Pemerintah ?

  a. Untuk menciptakan “Law and Order” (ketentraman dan ketertiban)

  b. Untuk menciptakan “welfare” (Kesejahteraan)

  2. Perlu Tata Pemerintahan Berbasis pada Kepentingan Masyarakat

  Say With Picture

  Buruknya Pelayanan Publik Mengurangi Terjadi Negara Gagal (Pemerintah & Pemda) Melindungi Rakyatnya GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH MENCEGAH

  Fungsi Pemerinta h Mengatur dan Melindungi Masyarakat (Memberikan Pelayanan di berbagai bidang)

  Dasar Penyelenggaraan Desa

  1. Pancasila,  Penyelenggaraan Pemerintahan Desa,

  2. UUD Negara Republik  Pelaksanaan Pembangunan Desa,

  Indonesia  Pembinaan

  Tahun 1945, kemasyarakatan Desa,

  3. NKRI;

  

ASAS PENGATURAN DESA

ASAS PENGATURAN DESA

  a) Rekognisi (Pengakuan Hak asal usul);

  b) Subsidiaritas (kewenangan beskala lokal);

  c) keberagaman;

  d) kebersamaan;

  e) kegotongroyongan;

  f) kekeluargaan;

  g) musyawarah;

  h) demokrasi; Asas Pengaturan

  Desa

   Kedudukan Desa Kedudukan dan Jenis Desa

  Desa berkedudukan di wilayah Kabupaten/Kota.

   Sistem dilihat secara hirarkhis :

Sistem dilihat secara hirarkhis :

  SISTEM PEMERINTAHAN SISTEM PEMERINTAHAN NASIONAL NASIONAL Sub sistem

  Sub sistem

  Pemerintah Provinsi

  Pemerintah Provinsi

  Sub-sub Sistem

  Sub-sub Sistem

  Pememerintah

  Pememerintah

  Kab/Kota

  Kab/Kota

  Indonesia Provinsi, Provinsi Kabupaten/Kota

  Desa desa desa

  Desa adat

KALAU MASIH NGANTUK MANGGA DIPAKAI

  

CINCIN PENAHAN NGANTUKNYA

CINCIN PENAHAN NGANTUKNYA

  JENIS DESA JENIS DESA DESA desa

  Penyebutan Desa atau Desa Adat disesuaikan dengan penyebutan yang berlaku di daerah setempat. JENIS DESA JENIS DESA desa desa desa adat

  Kabupaten desa adat

  

JENIS DESA

JENIS DESA

Kabupaten desa = desa adat desa > desa adat

  Desa < desa adat desa semua

  

PENATAAN DESA

PENATAAN DESA

Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan

  Pemerintah Kabupaten/Kota berdasarkan hasil evaluasi

  Dapat tingkat perkembangan melakukan

  Pemerintahan Desa sesuai

  

PENATAAN DESA

PENATAAN DESA

Penataan Desa

  Pembentukan Penghapusan

  Penggabungan Perubahan Status

TUJUAN PENATAAN DESA

  • mewujudkan efektivitas penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
  • mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat Desa;
  • mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik;

  PENATAAN DESA PERDA KABUPATEN mempertimBandungn : prakarsa masyarakat Desa, asal usul,

  

SYARAT PEMBENTUKAN DESA

SYARAT PEMBENTUKAN DESA

Syarat Pembentukan

  Desa Batas Usia Desa 5 Thn

  Potensi Desa Jumlah Penduduk(Jawa : 6.000 Jiwa / 1.200 KK)

  Akses Transportasi Sosial Budaya

PERUBAHAN STATUS

  Desa Desa Syarat Ketentuan

  Berlaku (PP)

  KEWENANGAN DESA KEWENANGAN DESA UU Nomor 32 Tahun 2004 UU Nomor 32 Tahun 2004

jo

jo

   PP Nomor 72 Tahun 2005 PP Nomor 72 Tahun 2005

mengatur kewenangan Desa secara berbeda dengan

mengatur kewenangan Desa secara berbeda dengan

berbagai UU sebelumnya. Pada Pasal 7 PP No 72 Tahun 2005

berbagai UU sebelumnya. Pada Pasal 7 PP No 72 Tahun 2005

disebutkan bahwa: disebutkan bahwa: Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa mencakup : mencakup : a.

  a. urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa; usul desa; b.

  b. urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada

kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada

desa; desa;

   Dari isi Pasal 7 di atas, secara IMPLISIT sebenarnya Pemerintah Dari isi Pasal 7 di atas, secara IMPLISIT sebenarnya Pemerintah telah melakukan perubahan filosofi otonomi kepada desa, dari telah melakukan perubahan filosofi otonomi kepada desa, dari PENGAKUAN kepada PEMBERIAN, terutama menyangkut isi

  PENGAKUAN kepada PEMBERIAN, terutama menyangkut isi butir (b) dan (c). butir (b) dan (c).

   Pengaturan butir (b) tersebut TIDAK JELAS ASASNYA, bukan

  Pengaturan butir (b) tersebut TIDAK JELAS ASASNYA, bukan

  desentralisasi, bukan dekonsentrasi dan juga bukan tugas

  desentralisasi, bukan dekonsentrasi dan juga bukan tugas

  pembantuan (PAKAI ASAS YANG BUKAN-BUKAN)?

  pembantuan (PAKAI ASAS YANG BUKAN-BUKAN)?

   Pada butir (c), Desa memang disejajarkan dengan Daerah

  Pada butir (c), Desa memang disejajarkan dengan Daerah

  Otonom karena dapat MENERIMA tugas pembantuan dari

  Otonom karena dapat MENERIMA tugas pembantuan dari pemerintah supradesa. pemerintah supradesa.

   Pengaturan yang AMBIVALEN semacam itu menimbulkan

  Pengaturan yang AMBIVALEN semacam itu menimbulkan

kerancuan dalam sistem dalam implementasi pemerintahan.

   Pasal 9 PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa memerintahkan

Pasal 9 PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa memerintahkan Pembentukan Perda dengan berpedoman pada Permendagri Pembentukan Perda dengan berpedoman pada Permendagri (Permendagri No. 30 Tahun 2006). (Permendagri No. 30 Tahun 2006).

  Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang

  Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Dari Pemerintah

  Tata Cara Penyerahan Urusan Pemerintahan Dari Pemerintah

  Kabupaten/ Kota Kepada Desa, judulnya mengundang

  Kabupaten/ Kota Kepada Desa, judulnya mengundang

  kontroversi karena sepertinya Pemerintah Kabupaten/ Kota kontroversi karena sepertinya Pemerintah Kabupaten/ Kota melakukan desentralisasi kepada Desa. Padahal dalam negara

  melakukan desentralisasi kepada Desa. Padahal dalam negara

   Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang

  unitaris, desentralisasi hanya diberikan oleh Pemerintah Pusat

  baik kepada entitas pemerintahan subnasional, organisasi

  baik kepada entitas pemerintahan subnasional, organisasi

  nonpemerintah maupun organisasi semi otonom (Cheema &

  nonpemerintah maupun organisasi semi otonom (Cheema & Rondinelli). Rondinelli).

   Melalui penyerahan urusan pemerintahan semacam itu, Desa

  Melalui penyerahan urusan pemerintahan semacam itu, Desa telah dianggap sebagai daerah otonom. telah dianggap sebagai daerah otonom.

  unitaris, desentralisasi hanya diberikan oleh Pemerintah Pusat

   Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah diatur dengan PP No. 38 Tahun 2007 tentang daerah diatur dengan PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah daerah Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota

   Pasal 16 ayat (4) PP No. 38 Tahun 2007 menyebutkan

Pasal 16 ayat (4) PP No. 38 Tahun 2007 menyebutkan bahwa: bahwa: “ “ Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan daerah yang berdasarkan kriteria pembagian urusan daerah yang berdasarkan kriteria pembagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, pemerintahan yang menjadi kewenangannya, pemerintahan daerah kabupaten/kota dapat: pemerintahan daerah kabupaten/kota dapat: a.

  a. menyelenggarakan sendiri; atau menyelenggarakan sendiri; atau

  

BAGAIMANA KEWENANGAN DESA

BAGAIMANA KEWENANGAN DESA

  VERSI UU NO 6 TAHUN 2014

  VERSI UU NO 6 TAHUN 2014

   Kewenangan desa meliputi kewenangan di Kewenangan desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan masyarakat Desa berdasarkan prakarsa prakarsa masyarakat, hak asal-usul, dan adat istiadat masyarakat, hak asal-usul, dan adat istiadat desa (Bab IV-Pasal 18) (embrio asli otonomi desa (Bab IV-Pasal 18) (embrio asli otonomi asli desa; menyelesaikan masalah dari desa, asli desa; menyelesaikan masalah dari desa,

  

Kewenangan Desa Meliputi :

Kewenangan Desa Meliputi : a.

  a.

  Kewenangan bedasarkan hak asal usul Kewenangan bedasarkan hak asal usul b.

  b.

  Kewenangan lokal berskala desa Kewenangan lokal berskala desa c.

  c.

  Kewenangan yang ditugaskan oleh Kewenangan yang ditugaskan oleh

  Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi, atau Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi, atau

  Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota d.

  d.

  Kewenangan lain yang ditugaskan oleh Kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah daerah Provinsi, atau pemerintah, pemerintah daerah Provinsi, atau

  Pemerintah Daerah Kabupaten/kota sesuai Pemerintah Daerah Kabupaten/kota sesuai

  

Kewenangan Desa

Kewenangan Desa

   Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa sebagaimana dimaksud kewenangan lokal berskala desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 huruf a dan huruf b dalam pasal 19 huruf a dan huruf b diatur dan diurus oleh desa diatur dan diurus oleh desa

  (Psl 20) (Psl 20)

   Pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan dan pelaksanaan Pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan dan pelaksanaan kewenangan tugas lain dari pemerintah, pemerintah daerah kewenangan tugas lain dari pemerintah, pemerintah daerah provinsi, atau pemerintah daerah Kabupaten/kota sebagaimana provinsi, atau pemerintah daerah Kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 huruf c dan huruf d dimaksud dalam pasal 19 huruf c dan huruf d diurus oleh desa diurus oleh desa

  (Psl 21) (Psl 21)

   Penugasan Penugasan dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah kepada desa meliputi penyelenggaraan pemerintahan desa, kepada desa meliputi penyelenggaraan pemerintahan desa,

  

Bahan Perenungan

Bahan Perenungan

   Azas Tugas Pembantuan dihilangkan (ini sesuai dengan Azas Tugas Pembantuan dihilangkan (ini sesuai dengan konsep pemerintahan bahwa Tugas Pembantuan/ konsep pemerintahan bahwa Tugas Pembantuan/ medebewind/co-administraton diberikan kepada daerah medebewind/co-administraton diberikan kepada daerah

otonom, pertanyaannya apakah desa daerah otonom?)

otonom, pertanyaannya apakah desa daerah otonom?)

   adanya Azas baru dalam pengelolaan desa yaitu azas adanya Azas baru dalam pengelolaan desa yaitu azas penugasan yang konsep tidak jelas apakah ini tugas penugasan yang konsep tidak jelas apakah ini tugas pembantuan atau pola bantuan ataukah devolution pembantuan atau pola bantuan ataukah devolution menurut versi ilmu pemerintahan dari aliran menurut versi ilmu pemerintahan dari aliran anglosaxion anglosaxion yang mengenal azas devolution yang saat ini banyak yang mengenal azas devolution yang saat ini banyak dipakai dalam menerapkan PNPM atau BOS guna dipakai dalam menerapkan PNPM atau BOS guna membangun kepercayaan masyarakat terhadap Desa membangun kepercayaan masyarakat terhadap Desa

  

Kewenangan Desa

Kewenangan Desa

  Kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang :

  Kewenangan Desa

  • penyelenggaraan Pemerintahan Desa,
  • pelaksanaan Pembangunan Desa,
  • pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
  • pemberdayaan masyarakat

  Desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa.

   Kewenangan Desa meliputi:

  • – kewenangan berdasarkan hak asal usul;
  • – kewenangan lokal berskala Desa;

  Asas Asas adalah dasar, pedoman atau sesuatu yang adalah dasar, pedoman atau sesuatu yang dianggap kebenaran, yang menjadi tujuan dianggap kebenaran, yang menjadi tujuan berpikir dan prinsip-prinsip yang menjadi berpikir dan prinsip-prinsip yang menjadi pegangan. pegangan. Asas-Asas Pemerintahan Asas-Asas Pemerintahan : :

  

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa

  • - Pola umum dan normatif perilaku pemerintahan yang

  • - Pola umum dan normatif perilaku pemerintahan yang

  bersumber dari sistem nilai pemerintahan dan bersumber dari sistem nilai pemerintahan dan semua pegangan pemerintahan yang secara semua pegangan pemerintahan yang secara

  

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan

asas:

   kepastian hukum;

   tertib penyelenggaraan pemerintahan; tertib kepentingan umum;

   keterbukaan;

   proporsionalitas;

   profesionalitas;

   akuntabilitas;

   efektivitas dan efisiensi;

   kearifan lokal;

  Pemerintah Desa Kepala Desa Perangkat Desa

  Sekretaris Pelaksana Pelaksana

KEPALA DESA

  Tugas dan Wewenang Tugas Kewenangan Berkewajiban Wajib Larangan Pilkades

  Pelaksanaan Mekanisme Persyaratan Penetapan Serentak BPD Pilkades Kades dan Pelantikan

PENCARIAN SUMBER DAYA

  

MANUSIA DESA

MANUSIA DESA

   Pencarian Sumber Daya Manusia Desa Yang Potensial untuk memimpin Pencarian Sumber Daya Manusia Desa Yang Potensial untuk memimpin desa melalui PILKADES mengalami 3 (tiga) Fase yaitu : desa melalui PILKADES mengalami 3 (tiga) Fase yaitu : a.

  a.

  Sebelum keluar UU No. 5 Tahun 1979, mekanisme PILKADES Sebelum keluar UU No. 5 Tahun 1979, mekanisme PILKADES dilaksanakan penuh oleh desa dengan berpijak dari aturan dan hukum dilaksanakan penuh oleh desa dengan berpijak dari aturan dan hukum adat yang sudah diwariskan turun temurun adat yang sudah diwariskan turun temurun b.

  b. setelah keluar UU No. 5 Tahun 1979, mekanisme PILKADES setelah keluar UU No. 5 Tahun 1979, mekanisme PILKADES dilaksanakan dan diatur secara ketat oleh pemerintah, dimana dilaksanakan dan diatur secara ketat oleh pemerintah, dimana pengaturan PILKADES harus melewati tahapan dan uji kelayakan dari pengaturan PILKADES harus melewati tahapan dan uji kelayakan dari panitia di tingkat desa hingga ke tingkat Kabupaten panitia di tingkat desa hingga ke tingkat Kabupaten c.

  c.

  Setelah keluar UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 32 tahun 2004, ada Setelah keluar UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 32 tahun 2004, ada keinginan mengembalikan makna otonomi desa yang asli dan keinginan mengembalikan makna otonomi desa yang asli dan

  

BAHAN PERENUNGAN

BAHAN PERENUNGAN

   Jika didalami isi dari ketiga fase diatas terlihat bahwa ada Jika didalami isi dari ketiga fase diatas terlihat bahwa ada keinginan pemerintah baik di pusat maupun di daerah, untuk keinginan pemerintah baik di pusat maupun di daerah, untuk mengembalikan kondisi PILKADES yang ada saat ini dengan mengembalikan kondisi PILKADES yang ada saat ini dengan mengemBandungn kembali pola PILKADES yang berorientasi mengemBandungn kembali pola PILKADES yang berorientasi otonomi asli desa (Dari desa, oleh desa dan untuk desa) otonomi asli desa (Dari desa, oleh desa dan untuk desa)

   Jika diperhatikan UU No. 6 Tahun 2014 pasal 31 tentang Jika diperhatikan UU No. 6 Tahun 2014 pasal 31 tentang

  Pemilihan Kepala Desa, terlihat bahwa penekanannya hanyalah Pemilihan Kepala Desa, terlihat bahwa penekanannya hanyalah pada proses pemilihan kepala desa yang harus dilaksanakan pada proses pemilihan kepala desa yang harus dilaksanakan secara serentak di satu wilayah Kabupaten/kota dan kebijakan secara serentak di satu wilayah Kabupaten/kota dan kebijakan pelaksanaan PILKADES secara serentak akan diatur dengan pelaksanaan PILKADES secara serentak akan diatur dengan

  PERDA yang merujuk kepada Peraturan Menteri dan Peraturan PERDA yang merujuk kepada Peraturan Menteri dan Peraturan

  WEWENANG KEPALA DESA

WEWENANG KEPALA DESA

penyelenggaraan Pemerintahan Desa;

   memimpin dan memberhentikan perangkat Desa;

   mengangkat

 memegang kekuasaan pengelolaan Keuangan dan

Aset Desa;

   menetapkan Peraturan Desa; Anggaran Pendapatan dan Belanja

   menetapkan Desa;

   membina kehidupan masyarakat Desa;

 membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat

   mengembangkan sumber pendapatan Desa;

 mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian

kekayaan negara guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;

 mengembangkan kehidupan sosial budaya

masyarakat Desa;  memanfaatkan teknologi tepat guna;

  

 mengoordinasikan Pembangunan Desa secara

partisipatif;

 mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau

menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

  

BAHAN PERENUNGAN

BAHAN PERENUNGAN

   Jika diperhatikan UU No. 6 tahun 2014 disebutkan dalam Psl Jika diperhatikan UU No. 6 tahun 2014 disebutkan dalam Psl

  25 bahwa Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam 25 bahwa Pemerintah Desa sebagaimana dimaksud dalam

  Psl 23 adalah Kepala Desa atau yang disebut Psl 23 adalah Kepala Desa atau yang disebut dengan nama dengan nama lain lain dan yang dibantu oleh perangkat desa atau dan yang dibantu oleh perangkat desa atau yang disebut yang disebut nama lain nama lain

  . Disini terlihat bahwa organisasi desa masih tetap . Disini terlihat bahwa organisasi desa masih tetap mengikuti organisasi generasi yang kedua yaitu mengikuti organisasi generasi yang kedua yaitu

  Structural Structural

  Organization, namun tidak menutup kemungkinan terbuka Organization, namun tidak menutup kemungkinan terbuka bagi organisasi desa untuk mengangkat perangkat- bagi organisasi desa untuk mengangkat perangkat- perangkat desa atau disebut dengan nama lain sebagai pola perangkat desa atau disebut dengan nama lain sebagai pola mendorong organisasi desa menjadi organisasi generasi mendorong organisasi desa menjadi organisasi generasi keempat (fuctional organization). keempat (fuctional organization).

   Pasal 26 ayat (2) huruf b disebutkan bahwa ‘Dalam

Pasal 26 ayat (2) huruf b disebutkan bahwa ‘Dalam

  melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

  PERKEMBANGAN TEORI ORGANISASI PERKEMBANGAN TEORI ORGANISASI OG I : Nonformal Organization : digunakan pada kerjasama yang bersifat sederhana, sejalan dengan manajemen generasi pertama.

  

OG II : Structural Organization (Henry Mintzberg, 1979

dll) OG III : Wide Structural Organization (Frank Ostroff,1999 dll)

OG IV : Functional Organization (Susan Albers Mohrman

et all, 1998 dll).

KEPALA DESA WAJIB

  Jenis Laporan

  1. Setiap Akhir

  1. Setiap Akhir

  2. Akhir Jabatan

  2. Akhir Jabatan Tahun Anggaran Tahun Anggaran

  Laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa menyampaikan laporan kepada Bupati/Walikota; penyelenggaraan

memberikan laporan keterangan Pemerintahan Desa pada

  Manajemen Pertanggungjawaban Pemerintahan Desa

  Manajemen Pertanggungjawaban Pemerintahan Desa

   Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajibannya,

  Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajibannya,

  Kepala Desa wajib:

  Kepala Desa wajib:

  a. menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa

  a. menyampaikan laporan penyelenggaraan pemerintahan desa

  setiap

  setiap akhir tahun anggaran kepada Bupati/Walikota. akhir tahun anggaran kepada Bupati/Walikota.

  (Kepala Desa (Kepala Desa tidak bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota, tetapi hanya tidak bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota, tetapi hanya menyampaikan laporan. Prinsip dasarnya, mereka yang dipilih menyampaikan laporan. Prinsip dasarnya, mereka yang dipilih bertanggung jawab kepada yang memilih. Karena kepala desa bertanggung jawab kepada yang memilih. Karena kepala desa dipilih langsung oleh rakyat desa, maka kepala desa bertanggung dipilih langsung oleh rakyat desa, maka kepala desa bertanggung jawab kepada rakyat desa bersangkutan); jawab kepada rakyat desa bersangkutan);

  . memberikan laporan keterangan penyelenggaraan

  c c . memberikan laporan keterangan penyelenggaraan

  

pemerintahan secara tertulis kepada BPD setiap akhir tahun

  pemerintahan secara tertulis kepada BPD setiap akhir tahun

  anggaran; dan

  anggaran; dan

  d. memberikan dan/atau menyebarluaskan informasi

  d. memberikan dan/atau menyebarluaskan informasi

  

penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada

  penyelenggaraan pemerintahan secara tertulis kepada masyarakat Desa setiap akhir tahun anggaran. masyarakat Desa setiap akhir tahun anggaran.

  (Pasal 27 huruf a,b,c, dan d).

  (Pasal 27 huruf a,b,c, dan d).

  • Kepala Desa yang tidak melaksanakan kewajibannya, dikenai

  Kepala Desa yang tidak melaksanakan kewajibannya, dikenai

  

sanksi administratif berupa teguran lisan dan/atau teguran

  sanksi administratif berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis. tertulis.

  • Dalam hal sanksi administratif tidak dilaksanakan, dilakukan

  Dalam hal sanksi administratif tidak dilaksanakan, dilakukan

  

tindakan pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan dengan

  tindakan pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan dengan pemberhentian. (Pasal 28 ayat 1 dan 2). pemberhentian. (Pasal 28 ayat 1 dan 2).

MODEL PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DESA MENURUT UU 06/2014

BUPATI/WALIKOTA

  BUPATI/WALIKOTA

  Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPDesa)

  

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (LPPDesa)

(Pasal 27 huruf a (Pasal 27 huruf a UU 06/2014) UU 06/2014)

  KEPALA

  KEPALA

  DESA BPD

  DESA BPD Informasi laporan penyeleng- Laporan Informasi laporan penyeleng- Laporan

Dokumen yang terkait

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DI PEMERINTAHAN DESA LANDUNGSARI KECAMATAN DAU KABUPATEN MALANG ( Study Perencanaan Pembangunan Desa

2 30 29

KEDUDUKAN DAN KEWENANGAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DESA BERDASARKAN UNDANG- UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

0 4 17

KEDUDUKAN DAN PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PEMERINTAHAN DESA

0 0 22

I. Latar Belakang - PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

0 1 7

LAPORAN HASIL KAJIAN TENTANG SISTEM PEMERINTAHAN DESA DALAM PERSFEKTIF UU NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DI SUMATERA UTARA

0 0 110

KEDUDUKAN PERATURAN DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA RYAN APRILIANTO AMINUDDIN KASIM LELI TIBAKA Abstrak - KEDUDUKAN PERATURAN DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA

0 0 18

PRINSIP PEMERINTAHAN DESA DALAM SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA PASCA BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

0 0 26

KRITISASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM MENERAPKAN KEWENANGAN DESA TERHADAP PENYELENGGAAN PEMERINTAHAN MENURUT UNDANG UNDANG NO 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DESA PERSPEKTIF POLITIK ISLAM - Raden Intan Repository

0 0 92

KEWENANGAN DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DESA (Telaah Atas Ketatanegaraan Islam)

0 0 106

KEDUDUKAN STRUKTUR DESA DALAM RANGKA MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN MENURUT UNDANG – UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA ( Studi Desa Bontotangnga Kecamatan Bontolempangan Kabupaten Gowa )

0 0 78