BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri - GAMBARAN KONSEP DIRI PADA GAY DENGAN HIV - UMBY repository

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri Konsep diri adalah konstruk sentral untuk mengenal dan mengerti

  individu, terkait dengan dunia fenomenalnya dalam dunia fenomenal orang lain (Fitts, 1971).

  Agustiani (2009) berpendapat konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang dibentuk melalui pengalaman- pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan. Fitts (Agustiani, 2009) menambahkan konsep diri merupakan aspek penting dalam diri seseorang, karena konsep diri seseorang merupakan kerangka acuan (frame of refrence) dalam berinteraksi dengan lingkungan.

  Hurlock (dalam Ghufron & Risnawita, 2016) mengatakan bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan dari keyakinan fisik, psikologis, sosial, emosional aspiratif dan prestasi yang mereka capai. Burn (1993) mendefinisikan konsep diri sebagai kesan terhadap diri sendiri secara keseluruhan yang mencakup pendapatnya terhadap diri sendiri, pendapat tentang gambaran diri di mata orang lain, dan pendapatnya tentang hal-hal yang ingin dicapai.

  Definisi lain dikemukakan oleh Rakhmat (2002), bahwa konsep diri adalah pandangan dan perasaan terhadap diri individu itu sendiri. Fatimah (2012) menambahkan konsep diri adalah keyakinan, penilaian atau pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri, penilaian tersebut dapat dilihat dari aspek fisik maupun psikologis. Menurut Calhoun & Acocela (1995) konsep diri adalah gambaran mental seseorang tentang pengetahuan tentang diri sendiri, pengharapan bagi diri sendiri dan penilaian terhadap diri sendiri. Sementara itu menurut Gunarsa & Gunarsa (2000) menyatakan, konsep diri merupakan pendapat individu mengenai dirinya yang dalam pikiran dan bukan dalam realitas kompleks.

  Berdasarkan penjelasan di atas dan berbagai definisi dari para ahli dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan gabungan beberapa pikiran, perasaan, dan sikap terhadap pengetahuan, keyakinan dan gambaran yang dimiliki individu tentang karakteristik dirinya sendiri baik yang bersifat fisik, sosial, maupun psikologis yang diperoleh.

2. Aspek – aspek dan Dimensi Konsep Diri

  Konsep diri memiliki beberapa aspek dan juga dimensi. Dalam penelitian ini peneliti mengacu pada Calhoun dan Acocella (1995) yang mengatakan konsep diri terdiri dari tiga aspek, yaitu : a.

  Pengetahuan Pengetahuan adalah apa yang kita ketahui tentang diri sendiri.

  Dalam benak kita ada satu daftar julukan yang menggambarkan kita, usia, jenis kelamin, kebangsaan, suku, pekerjaan dan lain sebagainya.

  b.

  Harapan Pada saat kita mempunyai satu set pandangan tentang siapa kita, kita juga mempunyai satu set pandangan lain yaitu tentang kemungkinan kita menjadi apa di masa mendatang. Pendeknya kita mempunyai pengharapan bagi diri kita sendiri. Pengharapan ini merupakan diri-ideal. Diri-ideal tersebut sangat berbeda untuk tiap individu. Seseorang mungkin melihat masa depan dirinya sangat bagus memakai jaket dengan tambalan di siku dan memberi kuliah dari mimbar di kelas yang penuh dengan mahasiswa. Diri-ideal orang lain di masa mendatang mungkin berupa orang yang di dalam rumah yang besar dengan “Lincoln Continental” putih besar yang diparkir di depan.

  c.

  Penilaian Penilaian kita terhadap diri kita sendiri. Kita berkedudukan sebagai penilai tentang diri kita sendiri setiap hari, mengukur apakah kita bertentangan dengan (1)” saya-dapat-menjadi apa”, yaitu pengharapan kita bagi kita sendiri dan (2)”saya-seharusnya- menjadi apa” yaitu standar kita bagi diri sendiri. Semakin besar ketidak sesuaian antara gambaran kita tentang siapa kita dan gambaran tentang seharusnya kita menjadi apa atau dapat menjadi sesuai dengan standar dan harapan-harapan untuk dirinya sendiri yang menyukai siapa dirinya, apa yang sedang dikerjakan, akan ke mana dirinya, akan memiliki rasa harga-diri tinggi. Sebaliknya, orang yang terlalu jauh dari standar harapan-harapanya akan memiliki rasa harga-diri rendah. Evaluasi kita tentang diri kita sendiri merupakan komponen konsep-diri yang sangat kuat.

  Fitts (Agustiani, 2009) membagi konsep diri dalam dua dimensi yaitu sebagai berikut : A.

  Dimensi Internal Dimensi internal atau yang disebut juga kerangka acuan internal (internal frame of reference) adalah penilaian yang dilakukan individu yakni penilaian yang dilakukan individu terhadap dirinya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya. Dimensi ini terbentuk dari tiga bentuk :

  1. Diri Identitas (Identity self) Bagian diri ini merupakan aspek yang paling mendasar pada konsep diri dan mengacu pada pertanyaan, “siapakah saya?”.

  2. Diri Pelaku (behavioral self) Diri pelaku merupakan persepsi individu tentang tingkah lakunya, yang berisikan segala kesadaran mengenai “apa yang dilakukan

3. Diri Penerimaan/Penilai (judging self) 4.

  Diri penilai berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, dan evaluator.

  B.

  Dimensi Eksternal 1.

  Diri Fisik (physical self) Diri fisik menyangkut persepsi seseorang terhadap keadaan dirinya secara fisik. Dalam hal ini terlihat persepsi seseorang mengenai kesehatan dirinya, penampilan dirinya (cantik, jelek, menarik, tidak menarik) dan keadaan tubuhnya (tinggi, pendek, gemuk, kurus).

  2. Diri Etik-Moral (moral-ethical self)

  Bagian ini merupakan persepsi seseorang terhadap dirinya dilihat dari standar pertimbangan nilai moral dan etika.

  3. Diri Pribadi (personal self) Merupakan perasaan atau persepsi seseorang tentang keadaan pribadinya.

  4. Diri Keluarga (family self) Menunjukkan perasaan dan harga diri seseorang dalam kedudukannya sebagai anggota keluarga.

  5. Diri Sosial (social self)

  Bagian ini merupakan penilaian individu terhadap interaksi dirinya dengan orang lain maupun lingkungan di sekitarnya. Aspek-aspek konsep diri menurut Calhoun dan Acocella (1995) terdiri dari tiga aspek yaitu: pengetahuan, adalah apa yang kita ketahui tentang diri sendiri. Harapan yaitu pandangan individu terhadap kemungkinan menjadi apa di masa mendatang, dan yang ketiga aspek penilaian yaitu individu berkedudukan sebagai penilai tentang diri individu sendiri. Dimensi konsep diri menurut Fitts (Agustiani, 2009) terdiri dari dimensi internal (terbentuk dari tiga bentuk yaitu diri identitas, diri pelaku, diri penerima dan diri penilai), dimensi eksternal terdiri dari diri fisik, diri etik-moral, diri pribadi, diri keluarga dan diri sosial.

  Aspek yang akan digunakan dalam penelitian ini mengacu pada teori Calhoun dan Acocella (1995) yaitu aspek (pengetahuan) apa yang individu ketahui tentang diri sendiri , aspek (harapan) pandangan individu terhadap kemungkinan menjadi apa di masa mendatang, dan aspek (penilaian) individu berkedudukan sebagai penilai tentang diri individu sendiri. Alasan peneliti menggunakan aspek tersebut dalam penelitian ini karena aspek tersebut dapat mengungkap gambaran konsep diri pada gay dengan HIV.

3. Bentuk-bentuk Konsep Diri

  Menurut Calhoun & Acocella (Ghufron & Risnawita, 2016) dalam perkembanganya konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif.

  a.

  Konsep Diri Positif Konsep diri yang positif ciri-cirinya adalah yakin terhadap kemampuan dirinya sendiri dalam mengatasi masalah, merasa sejajar dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, sadar bahwa tiap orang mempunyai keragaman perasaan, hasrat, dan perilaku yang tidak disetujui oleh masyarakat serta mampu Mengembangkan diri karena sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang buruk dan berupaya untuk mengubahnya.

  b.

  Konsep Diri Negatif Konsep diri negatif ciri-cirinya adalah peka terhadap kritik, responsif terhadap pujian, punya sikap hiperkritis, cenderung merasa tidak disukai orang lain, dan pesimistis terhadap kompetisi.

  Berdasarkan pada teori Calhoun & Acocella (Ghufron & Risnawita, 2016) dapat disimpulkan bahwa konsep diri terbagi menjadi konsep diri positif dan konsep diri negatif. Konsep diri positif ditunjukkan dengan adanya kemampuan untuk mengembangkan diri karena individu sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian yang buruk dan berupaya untuk mengubahnya. Sedangkan konsep diri negatif ditunjukkan dengan sikap

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

  Rakhmat (2002) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri antara lain: a.

  Orang lain Jika seseorang diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan dirinya, maka orang tersebut akan cenderung bersikap menghormati dan menerima dirinya. Tetapi sebaliknya jika orang lain selalu meremehkan, menyalahkan dan menolak individu tersebut, maka dia akan cenderung tidak menyenangi dirinya sendiri. Walaupun demikian ternyata tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri individu tertentu. Ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling dekat dengan individu tersebut.

  b.

  Kelompok Rujukan Dalam suatu kelompok ataupun komunitas pasti akan terdapat norma-norma baik tertulis maupun yang tidak tertulis, oleh karena itu setiap individu yang terkait dengan kelompok tersebut akan berupaya untuk selalu menyesuaikan setiap perilakunya dengan aturan atau norma yang ada dalam kelompok tersebut. Hurlock (1992) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri meliputi: a.

  Kondisi fisik

  Kesehatan yang buruk dan cacat fisik menghalangi individu untuk berinteraksi dengan orang lain, sehingga menyebabkan individu merasa berbeda dengan orang lain. Reaksi yang datang dari orang lain terutama dari orang terdekat yang dianggap penting akan mempengaruhi individu dalam melakukan penilaian terhadap kondisi fisiknya. Individu yang mudah sakit akan berbeda dalam menilai tubuhnya dibandingkan dengan individu yang tahan terhadap penyakit, individu yang sakit mudah merasa frustasi dengan kondisi fisiknya. Kondisi-kondisi tersebut akan mempengaruhi konsep diri individu.

  b.

  Bentuk tubuh Postur tubuh yang tidak sesuai dengan yang diinginkan mengakibatkan rendahnya konsep diri. Citra mengenai bentuk tubuh yang ideal telah menjadi harapan setiap individu terhadap dirinya.

  c.

  Nama dan julukan Nama yang menimbulkan cemoohan atau menggambarkan status keluarga yang minoritas dapat mengakibatkan perasaan rendah diri.

  Julukan yang negatif pada individu akan menimbulkan konsep diri individu menjadi rendah.

  d.

  Status sosial dan ekonomi Individu yang merasa mempunyai status sosial yang lebih tnggi terhadap dirinya. Demikian sebaliknya individu yang merasa memiliki status sosial ekonomi yang lebih rendah dari individu lain cenderung mempunyai gambaran yang negatif terhadap dirinya.

  e.

  Dukungan sosial Ada atau tidaknya dukungan dari orang lain memengaruhi pembentukan konsep diri individu.

  f.

  Keberhasilan dan kegagalan Keberhasilan dalam menyelesaikan tugas-tugas ataupun permasalahan memberikan rasa percaya diri dan menerima dirinya sendiri, sedangkan kegagalan akan menimbulkan perasaan kurang mampu yang menyebabkan penilaian negatif terhadap dirinya.

  g.

  Jenis kelamin Pandangan bahwa peran yang dijalankan wanita lebih rendah dari pria menyebabkan menurunya penilaian wanita terhadap dirinya.

  Namun dalam lingkungan masyarakat sekarang ini sudah terbentuk adanya konsep bahwa pria dan wanita memiliki hak dan perlakuan yang sama dalam semua bidang seperti pendidikan, pekerjaan, keterampilan dan lain sebagainya. Perlakuan yang sama akan sangat berpengaruh terhadap konsep diri individu tanpa memandang jenis kelamin.

  h.

  Intelegensi

  Individu yang berintelegensi kurang dari rata-rata akan merasakan penolakan dari kelompoknya, penolakan tersebut akan menyebabkan individu memiliki penilaian negatif terhadap dirinya. Hal itu disebabkan karena individu merasa ada yang kurang dan berbeda dengan kondisi dirinya dibandingkan dengan orang lain yang berintelegensi normal. Berdasarkan beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri, dalam penelitian ini penulis mengacu pada faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri menurut Hurlock (1992) yang meliputi kondisi fisik, bentuk tubuh, nama dan julukan, status sosial dan ekonomi, dukungan sosial, keberhasilan dan kegagalan, jenis kelamin, intelegensi.

  5. Gambaran Konsep Diri pada Gay dengan HIV

  Gay merupakan istilah homoseksual untuk laki-laki. Seksualitas pada gay terdiri dari tiga bentuk yaitu ketertarikan kepada sesama jenis, perilaku seksual yaitu pelampiasan hasrat dan nafsu kepada sesama jenis yang berhubungan dengan fungsi reproduksi, dan identitas seksual yaitu apa yang orang lain katakan yang berkaitan dengan orientasi seksual dan perilaku seksual yang beresiko HIV (Herlani, dkk, 2016). Menurut Suzana, dkk (2007 : 4) HIV adalah virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan segala jenis penyakit yang datang. Kondisi tersebut menjadi permasalahan utama bagi kaum gay dengan HIV, dan akan mempengaruhi konsep diri nya menjadi cenderung negatif. Gay dengan HIV merasa bahwa posisi mereka adalah kaum minoritas. Berbagai stigma dan diskriminasi yang diterima dari reaksi lingkungan terhadap keberadaan gay dengan HIV dapat mempengaruhi konsep diri yang dimiliki. Menurut Yogestri (2014) kondisi tersebut menjadi permasalahan utama bagi kaum gay, mereka merasakan bahwa posisi mereka adalah kaum minoritas. Keadaan seperti ini akan sangat mempengaruhi konsep dirinya, namun pada penelitian yang telah dilakukan kondisi fisik yang semakin menurun dan berbagai stigma dari masyarakat tidak membuat konsep diri gay berubah.

  B.

  

Pertanyaan Penelitian

1.

   Central Question Central question merupakan pertanyaan pokok dalam penelitian

  kualitatif. Central question dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :“Bagaimana gambaran konsep diri pada gay dengan HIV?”.

2. Sub Question Sub question adalah pertanyaan spesifik dalam penelitian ini.

  Pertanyaan berdasarkan pada aspek-aspek konsep diri. Berikut pertanyaan- pertanyaan issue sub question dalam penelitian ini: a.

  Pengetahuan 1)

  Bisa anda jelaskan gambaran diri anda seperti apa? 2)

  Menurut anda, diri anda sebelum dan setelah terkena HIV seperti apa? b.

  Harapan

  1) Bisa anda ceritakan, ingin seperti apa diri anda di masa depan?

  2) Seperti apa harapan diri anda sebelum dan setelah terkena

  HIV? Apakah ada perbedaan? c. Penilaian

  1) Bagaimana penilaian anda terhadap diri anda sendiri?

  2) Seberapa suka anda terhadap diri anda sendiri?

  3) Apa alasan anda suka atau tidak suka terhadap diri anda? 3.

   Topical Question Topical question berfungsi sebagai pertanyaan tambahan yang

  mengungkapkan penjelasan atau keterangan lainnya untuk memperoleh informasi yang komprehensif tentang permasalahan utama dalam penelitian. Berikut pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan: a.

  Proses terkena HIV 1)

  Bisa anda ceritakan bagaimana anda sampai terkena HIV? 2)

  Apa penyebab anda terkena HIV? b. Reaksi terhadap HIV

  1) Seperti apa reaksi dari lingkungan sekitar setelah anda terkena HIV?

  2) Bagaimana reaksi dari keluaraga setelah mengetahui anda

  HIV? 3)

  Seperti apa respon anda dengan adanya reaksi tersebut?

  4) Bagaimana cara anda dalam menyikapi adanya reaksi tersebut?