Strategi coping pada orangtua yang memiliki anak retardasi mental - USD Repository

  

SRATEGI COPING PADA ORANGTUA

YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi Oleh:

  Titut Esti Koeswardani 039114006

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  

SRATEGI COPING PADA ORANGTUA

YANG MEMILIKI ANAK RETARDASI MENTAL

SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi Oleh:

  Titut Esti Koeswardani 039114006

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2008

  “ Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, Janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan...” (Yesaya 41:10)

  Dalam  hening mengepakkan sayap doa  Jiwaku  membubung menuju takhta;  Dan  kutemukan pengharapan kekuatanku   hatiku berpadu dengan hati‐Mu...(anonymous) 

  Saat

  Sebuah karya sederhana ini kupersembahkan kepada : ™ My Lord, Jesus Christ sumber pengharapanku ™ Mama dan Papa terkasih ™ My brother ‘n my sister in law ™ My big soul ™ All my big family ™ All my friends

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah dituliskan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, Maret 2008 Penulis

  Titut Esti Koeswardani

  

ABSTRAK

Titut Esti K. (2008). Strategi Coping Pada Orangtua Yang Memiliki Anak

Retardasi Mental. Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi,

Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

  Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan strategi coping yang digunakan oleh orangtua yang memiliki anak retardasi mental karena kehadiran anak retardasi mental dalam keluarga mengakibatkan munculnya perubahan dan keadaan baru yang menimbulkan situasi stres sehingga orangtua berusaha untuk beradaptasi dengan mengatasi dan mengurangi efek negatif dari situasi yang dialami tersebut.

  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan subjek penelitian yang berjumlah tiga pasang orangtua, yaitu ayah dan ibu dari anak yang menderita retardasi mental. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan observasi kepada subjek kemudian data dianalisis menurut isinya melalui pengorganisasian data secara sistematis, melakukan pengkodean dan interpretasi sehingga data yang diperoleh bisa dipahami secara lebih mendalam.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menghadapi anak retardasi mental, subjek menggunakan strategi problem-focused coping yang berupa active

  

coping dengan menyekolahkan anak di sekolah khusus seperti SLB atau YPAC

  dan restraint coping dimana subjek menunda rencana yang dibuat seperti membuka usaha dagang untuk anak ataupun memeriksakan keadaan fisik anak hingga adanya waktu dan kesempatan yang tepat. Subjek juga menggunakan strategi emotion-focused coping yaitu berupa tindakan turning to religion dengan cara meningkatkan kepercayaan dan mendekatkan diri kepada Tuhan, positive

  

reinterpretation and growth dimana subjek mengambil sisi positif atau hikmah

  dari situasi stres melalui belajar untuk lebih banyak bersyukur, acceptance yaitu pasrah menerima kenyataan yang telah terjadi dan menjalani keadaan secara ikhlas, mental disengagement yaitu dengan bersikap santai dan mengalihkan perhatian dengan melakukan kegiatan lain, dan behavioral disengagement misalnya dengan tidak melanjutkan lagi usaha pengobatan bagi anak. Strategi yang juga digunakan subjek adalah strategi seeking social support yang berupa tindakan seeking emotional social support, yaitu mencoba mendapatkan dukungan moral, pengertian dan simpati melalui sharing atau berbagi cerita dengan orang- orang terdekat. Subjek juga memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki untuk mengatasi stres, antara lain kondisi kesehatan yang baik, keyakinan dan sikap positif, kemampuan dan dukungan sosial yang dimiliki, serta tingkat pendidikan dan standar kehidupan yang tinggi.

  

ABSTRACT

Koeswardani, T. E. (2008). Parents’ Coping Strategy who Have Mental

Retarded Children. Yogyakarta: Department of Psychology, Faculty of

Psychology, Sanata Dharma University.

  This research was purposed to describe the coping strategy which is used by the parents who have mental retarded children because their presence in the family cause a new situation that can affect stress. Therefore, the parents try to adapt it by exceed and minimize the negative effect of this situation.

  This research was a qualitative descriptive research with the subjects were three parents who have mental retarded children. The data was collected by interviewing and observing the subjects, then the data was analized based on its content through data organizing sistematically, coding and interpreting so that the data more could be understood.

  The result showed that handle mental retarded children, the subjects use

  

problem-focused coping . There are active coping by sent them to special schools

  such as SLB or YPAC, and restraint coping which postpone their plans like opening a business for the children or checking the children’s physical condition until an appropriate time and opportunity. The subjects also use emotion-focused

  

coping , such as turning to religion by increase their belief and turn to the God,

  then positive reinterpretation and growth by take the positive advantages from the stressful situation pass through learn to be more grateful, acceptance by accept the fact has occured with whole heart, mental disengagement by try to relax and distract the attention to do something else, and behavioral disengagement such as stop the children’s medical check up. The other strategy is seeking social support by seeking emotional social support, that is try to get moral support, attention and sympathy by share the stories with the closest person. Subjects also use the coping resources to handle their stress. Those are well health, faith and positive attitude, skill and social support, and also high education and standard of living.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah melimpahkan berkah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa karya tulis ini takkan terwujud tanpa bantuan, bimbingan, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak yang sangat berarti bagi penulis. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

  1. Jesus Christ, yang selalu melimpahkan berkat dan anugerah-Nya serta yang tiap saat selalu memberikan pengharapan dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

  2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi yang telah membimbing dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penulisan ini.

  3. Ibu Sylvia CMYM, S.Psi., M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi yang telah membantu dan membimbing penulis secara akademik baik di dalam maupun di luar kelas.

  4. Ibu ML. Anantasari, S.Psi., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, masukan, kritik, saran dan dukungan moral yang telah membuat penulis siap secara mental selama mengerjakan skripsi ini.

  5. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik.

  Terima kasih telah menjadi dosen pembimbing yang senantiasa membantu penulis mengenai masalah akademik.

  6. Bapak/Ibu Dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik penulis selama studi di Fakultas Psikologi ini. Terima kasih atas bimbingan dan arahannya selama ini.

  7. Mbak Nanik, Mas Gandung, Mas Mudji, Mas Doni dan Pak Gie’ yang dengan sabar membantu dan memberikan kemudahan bagi penulis selama proses studi penulis di Fakultas Psikologi.

  8. Mama dan papa tercinta yang selalu mendoakan, mensupport dan percaya dengan segala keputusan yang penulis ambil di setiap langkah kehidupan ini sehingga membuat penulis belajar untuk mandiri dan lebih dewasa menyikapi sesuatu. Terima kasih atas setiap sarana dan kemudahan yang selalu disediakan walaupun mama dan papa sedang dalam kesulitan. Thanks a lot to my parents ...

  9. Mas Nanu, mas-ku satu-satunya.....thanks buat perhatian dan rasa sayangnya yang gak pernah diungkapkan secara langsung.....I like the way you love

  me ......However you are, you are the best brother for me....

  10. Mba Rina, my sister in law, thanks buat setiap masukan dan cerita-ceritanya...

  Mba Dwi, makasi sudah jagain mama dan papa di Palembang....

  11. All my big family....simbah, budhe-budhe, pakdhe-pakdhe, mas-mas, mbak- mbak dan keponakan-keponakanku...makasi atas doa, dukungan, perhatian, keakraban dan keceriaan yang diberikan ke aku...

  12. My big soul, the special one for me.....thanks sudah menjadi bagian dalam hidupku...setiap proses yang sudah kita lalui selama ini menjadikan aku sebagai wanita yang sangat berarti dan kaya akan rasa....Doa, kepercayaan dan dukunganmu memberi kekuatan bagiku....maaf lo sering ngerepotin dirimu....

  13. Semua “yang pernah hadir” dalam hidupku...thanks buat semua proses pembelajaran yang sudah dilalui bersama....

  14. Teman seperjuanganku, Grisna.....yang selalu mengingatkan dan memperhatikanku selama di Yogya....thanks for all process ya Gris...

  15. Teman-teman terbaikku, Oied, Prima-poke, Otics, Dee2, Nana, Sari...dinamika akademik dan dinamika kehidupan mendewasakan pribadi kita masing-masing....Perkenalan dan kedekatan dengan kalian memberikan warna tersendiri dalam hidupku...

  16. Teman-teman satu bimbingan Bu Ari....mba Dewi, Tanti “tante”, Bayu, Suster, Bona dan teman-teman yang lain...terima kasih buat semua proses dan dukungan yang memberi semangat dan kekuatan....

  17. Teman-teman Kost Manunggal, Qnoy dan CingHe yang bersedia membantuku untuk melengkapi skripsi ini secara teknis sekaligus temen paling asyik buat keluar malem bersama Doddy ataupun cuma buat nongkrong di AJP atau burjo bersama Yoki dan Ratna...Adi yang mensupportku dengan sindiran- sindirannya...Happy yang sering membuatku takut dengan tatapan kosongnya...Lina yang bisa diajak join masak...dan teman-teman lain yang bersedia berbagi apapun di kos...Makasi atas perhatian, canda tawa dan lelucon-lelucon kalian selama ini...

  18. Semua teman-teman angkatan 2003.....Makasi atas hubungan pertemanan selama ini yang membuatku jadi belajar banyak karakter...

  19. Keluarga Pak Ismed, Pak Ngatimin dan Pak Effendi, terima kasih atas kesediaan dan keakraban yang diberikan sehingga sangat membantu kelancaran penulis selama proses penyelesaian skripsi ini....

  20. Angkringan “Agung”, McD dan burjo...keberadaan kalian membantuku dalam menyelesaikan masalah kelaparan di tengah malam...

  21. Semua pihak yang belum kusebutkan satu per satu di sini....terima kasih atas dukungan dan perhatian kalian...

  22. The last, thanks to the reader yang rela meluangkan waktu untuk membaca karya tulis ini....

  Penulis juga menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritikan dan saran dari pembaca yang bisa menjadi masukan bagi penulis untuk mengembangkan kemampuan penulis menjadi lebih baik. Penulis berharap agar karya tulis ini dapat menjadi inspirasi bagi pembaca...That’s all...

  Penulis, Titut Esti Koeswardani

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii HALAMAN PENGESAHAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. iii HALAMAN MOTTO. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iv HALAMAN PERSEMBAHAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . v Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Iilmiah Untuk Kepentingan Akademis. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ........ . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..... . vi Pernyataan Keaslian Karya. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . .. .. . . .. .. . . . . . . . vii Abstrak. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . viii Abstract. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . ix Kata Pengantar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . x Daftar Isi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . xiv Daftar Tabel. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. xviii Daftar Gambar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xix Daftar Lampiran.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . xx

  BAB I. PENDAHULUAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 1 A. Latar Belakang Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 1 B. Rumusan Masalah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7 C. Tujuan Penelitian.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7 D. Manfaat Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

  BAB II. LANDASAN TEORI. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9 A. Stres. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . .9

  1. Pengertian Stres. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9

  2. Penyebab Stres (Stressor) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10

  B. Strategi Coping. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11

  1. Pengertian Strategi Coping.. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11

  2. Bentuk-bentuk Strategi Coping. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

  3. Sumberdaya Coping. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16

  C. Retardasi Mental. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18

  1. Pengertian Retardasi Mental. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18

  2. Jenis-jenis Retardasi Mental. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19

  D. Orangtua. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . 21

  1. Definisi Orangtua. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21

  2. Peranan Orangtua dalam Keluarga. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .22

  E. Strategi Coping pada Orangtua yang Memiliki Anak Retardasi Mental. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

  F. Pertanyaan Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 29

  BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30 A. Jenis Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30 B. Identifikasi Variabel. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30

  C. Batasan Istilah. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30

  D. Subjek Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31

  E. Metode Pengumpulan Data. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32

  F. Analisis Data. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 35

  G. Pemeriksaan Kesahihan dan Keabsahan Data. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 36

  H. Prosedur Pengumpulan Data. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39

  BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41 A. Tahap Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 41 B. Subjek Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43 C. Analisa Data Hasil Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 44 D. Pembahasan Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 53

  1. Gambaran Dinamika Psikologis Strategi Coping Masing-masing Subjek. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54

  a. Subjek 1 (Ayah) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 54

  b. Subjek 1 (Ibu) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 62

  c. Subjek 2 (Ayah) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 68

  d. Subjek 2 (Ibu) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 73

  e. Subjek 3 (Ayah) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 78

  f. Subjek 3 (Ibu) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 83

  2. Dinamika Psikologis Strategi Coping Tiap Pasangan Subjek yang Memiliki Anak Retardasi Mental. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 88

  a. Pasangan Subjek 1. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 88 b. Pasangan Subjek 2. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 100

  c. Pasangan Subjek 3. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 109

  3. Gambaran Menyeluruh tentang Strategi Coping Orangtua yang Memiliki Anak Retardasi Mental. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 120

  BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 130 A. Kesimpulan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . 130 B. Saran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . 132 DAFTAR PUSTAKA. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . 133 LAMPIRAN SURAT PERNYATAAN PENELITIAN

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1. Panduan Wawancara. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33 Tabel 2. Panduan Observasi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34 Tabel 3. Pelaksanaan Konfirmasi Data Kepada Subjek. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38 Tabel 4. Pelaksanaan Wawancara Dengan Subjek. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 42 Tabel 5. Data Subjek Penelitian. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 43 Tabel 6. Ringkasan Analisis Hasil Wawancara Subjek 1, Subjek 2 dan

  Subjek 3. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . 45

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1. Jenis Strategi Coping. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . 16 Gambar 2. Strategi Coping Orangtua yang Memiliki Anak Retardasi Mental. . . 28 Gambar 3. Dinamika Psikologis Strategi Coping Subjek I (Ayah). . . . . . . . . . . . . . . . . . 61 Gambar 4. Dinamika Psikologis Strategi Coping Subjek I (Ibu). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 67 Gambar 5. Dinamika Psikologis Strategi Coping Subjek II (Ayah). . . . . . . . . . . . . . . . . 72 Gambar 6. Dinamika Psikologis Strategi Coping Subjek II (Ibu). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 77 Gambar 7. Dinamika Psikologis Strategi Coping Subjek III (Ayah). . . . . . . . . . . . . . . .82 Gambar 8. Dinamika Psikologis Strategi Coping Subjek III (Ibu). . . . . . .. . . . . . . .. . . 87 Gambar 9. Dinamika Psikologis Strategi Coping Pasangan Subjek I. . . .. . . . . . . . . . 99 Gambar 10.Dinamika Psikologis Strategi Coping Pasangan Subjek II. . . . . . . . . . . . 108 Gambar 11.Dinamika Psikologis Strategi Coping Pasangan Subjek III. . . . .. . . . .. 119 Gambar 12.Gambaran Menyeluruh Strategi Coping Orangtua yang Memiliki

  Anak Retardasi Mental. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 129

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1. Hasil Wawancara Subjek 1 (Bapak). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 136 Lampiran 2. Koding Hasil Wawancara Subjek 1 (Bapak). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 160 Lampiran 3. Hasil Wawancara Subjek 1 (Ibu). . . . . .. .. . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 166 Lampiran 4. Koding Hasil Wawancara Subjek 1 (Ibu). . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 185 Lampiran 5. Hasil Wawancara Subjek 2 (Bapak). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . .. 189 Lampiran 6. Koding Hasil Wawancara Subjek 2 (Bapak). . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 199 Lampiran 7. Hasil Wawancara Subjek 2 (Ibu). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 202 Lampiran 8. Koding Hasil Wawancara Subjek 2 (Ibu). . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . 214 Lampiran 9. Hasil Wawancara Subjek 3 (Bapak). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . 227 Lampiran 11. Hasil Wawancara Subjek 3 (Ibu). . . .. . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . 230 Lampiran 12. Koding Hasil Wawancara Subjek 3 (Ibu). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 240

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepasang suami istri yang memutuskan untuk menikah dan

  membangun sebuah keluarga tentu mengharapkan kehadiran seorang anak untuk dapat melengkapi kebahagiaan rumah tangga mereka. Kehadiran seorang anak dalam keluarga adalah salah satu harapan terbesar orangtua dan merupakan anugerah terindah yang diberikan Tuhan yang bisa mendatangkan kebahagiaan tersendiri bagi mereka. Mereka tentunya juga berharap anak mereka kelak dapat lahir dengan selamat tanpa adanya kekurangan baik secara fisik maupun mental.

  Suatu hal yang wajar ketika orangtua mengharapkan anak mereka dapat tumbuh secara sehat dan normal seperti kebanyakan anak-anak lainnya.

  Harapan tersebut tidak selamanya dapat terwujud karena ada anak yang dilahirkan secara normal dan sehat dan ada pula anak yang dilahirkan dengan memiliki keterbatasan pada fisik maupun mental. Hal ini memberi peluang bahwa tidak setiap orangtua pada akhirnya bisa memiliki anak yang tumbuh secara normal dan sempurna. Suatu kenyataan yang tidak diharapkan tersebut akan menjadi mimpi buruk dalam kehidupan ketika anak mereka menderita retardasi mental atau keterbelakangan mental yang akan mengalami hambatan proses perkembangan dalam fase-fase kehidupannya.

  Kehadiran anak retardasi mental ini akan menimbulkan berbagai reaksi dari orangtua, yaitu dari menerima seluruhnya keterbelakangan mental anaknya hingga melakukan penolakan terhadap kehadiran anak tersebut. Semua bentuk kondisi dan situasi yang menghambat proses perkembangan anak secara baik dan normal serta kenyataan yang harus diterima orangtua bahwa anak mereka menderita retardasi mental akan menambah beban dan menyebabkan stres pada mereka (Prasadio, 1978).

  World Health Organization (dalam PPDGJ III, 1993) mendefinisikan

  retardasi mental sebagai suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap yang terlihat selama masa perkembangan sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia, yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial. Dalam retardasi mental, individu tidak mampu mengembangkan aneka keterampilan sampai pada taraf yang cukup yang dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan-tuntutan lingkungan secara memadai dan mandiri.

  Retardasi mental bisa dikelompokkan dalam beberapa subtipe, yaitu retardasi mental ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Dalam penelitian ini dipilih orangtua yang memiliki anak yang menderita retardasi mental berat karena penderita retardasi mental berat merupakan dependent retarded.

  Penderita dengan retardasi mental berat akan sangat tergantung pada pertolongan orang lain dalam kehidupannya karena penderita juga akan mengalami gangguan perkembangan motor, pengindraan, dan gangguan bicara sehingga para orangtua pun harus memberikan perhatian dan dukungan yang lebih kepada penderita retardasi mental berat daripada anak-anak normal lainnya (Supratiknya, 1995).

  Prasadio (1978) menyebutkan bahwa pada umumnya orangtua akan memiliki perasaan sedih dan kecewa, cemas, tidak mempunyai harapan, merasa bersalah, bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika memiliki anak yang menderita retardasi mental. Menurut Malony dan Holt (dalam Prasadio, 1976), tiga reaksi inti orangtua ketika berhadapan dengan anak yang menderita retardasi mental adalah depression, denial, dan

  

displacement . Keadaan depresi timbul karena orangtua merasa malu, kecewa,

  kehilangan harga diri, dan perasaan negatif lainnya yang pada akhirnya akan membawa mereka kepada suatu keadaan yang tertekan. Reaksi denial atau tidak mau mengakui kenyataan menyebabkan orangtua mengharapkan adanya suatu keajaiban penyembuhan dan hal ini mengakibatkan orangtua mengabaikan saran-saran yang diberikan oleh orang lain kepadanya. Reaksi

  

displacement berarti orangtua cenderung menyalahkan dokter/psikiater yang

  membuat diagnosa retardasi mental dan kemudian peka terhadap segala bentuk kritik serta bersikap berlebihan terhadap anak.

  Menurut Ingalls (1978), memiliki anak yang menderita retardasi mental merupakan kenyataan yang sangat berbeda dengan harapan mereka sehingga hal tersebut menjadi suatu peristiwa yang mengejutkan dan menyedihkan dalam kehidupan mereka. Prasadio (1978) menguraikan bahwa orangtua akan merasa cemas, frustrasi dan merasa berdosa ketika menghadapi kenyataan bahwa anak mereka menderita retardasi mental sehingga hal tersebut akan menambah beban dalam keluarga dan orangtua akan semakin sulit menerima kenyataan dengan baik. Jika hal tersebut berlangsung secara terus-menerus maka bisa membuat orangtua menjadi tertekan atau stres. Orangtua harus belajar untuk menerima keadaan anak tersebut dengan baik dan mengerti bagaimana menerima suatu kondisi dan perubahan-perubahan yang ada karena mereka dipaksa untuk berhadapan dengan pengalaman yang berbeda dengan para orangtua lainnya dalam merawat anak. Orangtua juga dituntut untuk berlatih menjadi individu yang dewasa dan sabar untuk melakukan berbagai penyesuaian diri dengan keadaan anak mereka seperti memberikan perawatan, pendidikan, dukungan, dan perhatian ekstra tanpa terlalu bersikap berlebihan atau overprotection kepada anak.

  Selain itu, mereka akan mengalami kesulitan dalam bersosialisasi karena persoalan retardasi mental tidak bisa dilepaskan dari sikap dan kesadaran masyarakat terhadap arti dari retardasi mental itu sendiri. Soutter (dalam Prasadio, 1976) mengemukakan, masyarakat dahulu beranggapan bahwa retardasi mental memiliki hubungan dengan penyakit kutukan, moral

  

deficiency , kejahatan, dan keturunan sehingga anak retardasi mental biasanya

  menjadi bahan tertawaan, dianggap sebagai individu yang aneh, konyol, dan idiot. Oleh karena itu, masyarakat cenderung menghindari interaksi dengan orangtua yang memiliki anak retardasi mental sehingga orangtua akan mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan masyarakat karena adanya stigma negatif yang tumbuh dalam masyarakat tersebut.

  Kehadiran anak yang menderita retardasi mental ini membawa berbagai perubahan dalam kehidupan orangtua dan membawa mereka pada keadaan baru. Sarason & Sarason (1984) dan Moos & Schaefer (1986) menyatakan bahwa transisi atau perubahan dalam kehidupan ini menimbulkan keadaan yang menekan (stres) karena dalam kehidupan terdapat berbagai kejadian-kejadian utama yang membawa seseorang dari suatu keadaan yang nyaman ke keadaan baru yang menimbulkan berbagai perubahan-perubahan yang penting dan menimbulkan tuntutan-tuntutan baru yang harus dipenuhi dalam kehidupan (dalam Sarafino, 1990). Keadaan baru bagi orangtua yang memiliki anak retardasi mental akan menimbulkan stres karena orangtua mengalami perubahan-perubahan penting dalam hidup dan harus memenuhi berbagai tuntutan baru, antara lain melakukan berbagai penyesuaian diri dengan keadaan anak retardasi mental serta tuntutan dalam menghadapi dan menerima stigma yang tumbuh dalam masyarakat tanpa harus mengisolasi diri dari kehidupan sosial.

  Lazarus (1990) mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi atau perasaan yang dialami individu ketika individu merasa bahwa kebutuhan atau tuntutannya melebihi sumberdaya individu dan sosial yang bisa digunakan (dalam Huffman, Vernoy dan Vernoy, 1997). Menurut Zautra (2003), stres bisa didefinisikan sebagai respon terhadap suatu peristiwa yang ditandai dengan munculnya emosi-emosi negatif (dalam Passer dan Smith, 2004). Sarafino (1990) menyebutkan bahwa ketika berhadapan dengan suatu peristiwa yang menimbulkan stres, seseorang akan berusaha untuk melakukan suatu tindakan untuk mengendalikan, bertoleransi, mengurangi ataupun meminimalkan stres tersebut. Tindakan tersebut biasa dikenal dengan coping stres yang menurut Lazarus dan Launier (1978) coping stres ini selanjutnya akan diwujudkan dalam bentuk strategi coping yang mengarah pada usaha kognitif dan perilaku yang dilakukan seseorang untuk mengatasi tuntutan internal maupun eksternal dan konflik-konflik yang muncul dalam situasi stres (Taylor, 1999).

  Passer dan Smith (2004) mengemukakan tiga bentuk umum strategi

  

coping yaitu emotion-focused coping yang merupakan suatu usaha untuk

  mengatur respon-respon emosional yang muncul akibat situasi yang menimbulkan stres, problem-focused coping yaitu suatu usaha untuk menghadapi dan mengatasi langsung tuntutan dari situasi stres tersebut atau faktor-faktor yang menyebabkan stres, dan seeking social support berupa usaha pengelolaan stres dengan berpaling pada orang lain untuk memperoleh bantuan dan dukungan emosional pada situasi stres, yang dapat berupa bimbingan, dukungan emosional, dukungan moril, atau bantuan materi seperti uang.

  Berdasarkan uraian di atas, maka penting dilakukan penelitian untuk mengetahui dan memberikan gambaran mengenai bentuk-bentuk strategi

  

coping pada orangtua yang memiliki anak retardasi mental. Hal ini

  dikarenakan mereka harus berhadapan dengan keadaan dan tuntutan baru yang menimbulkan situasi stres sehingga orangtua harus memilih bentuk strategi

  

coping yang sesuai dengan diri mereka agar usaha tersebut dapat membantu mengatasi, mengurangi dan menurunkan efek negatif dari situasi stres yang dialami tersebut.

  Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai bentuk-bentuk strategi coping pada orangtua yang memiliki anak retardasi mental dengan menggunakan desain penelitian kualitatif deskriptif sehingga menghasilkan pemahaman mengenai strategi coping yaitu segala upaya dan tindakan yang dilakukan oleh orangtua dalam mengatasi stres yang dialami.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian ini adalah bagaimana gambaran strategi coping pada orangtua yang memiliki anak retardasi mental.

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini memiliki tujuan untuk menggambarkan strategi coping yang digunakan oleh orangtua yang memiliki anak retardasi mental.

  D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat teoretis : Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi klinis mengenai strategi coping yang digunakan oleh orangtua yang memiliki anak retardasi mental.

  2. Manfaat praktis :

  a. Bagi orangtua Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai strategi coping yang digunakan oleh orangtua dalam mendampingi anak mereka yang menderita retardasi mental sehingga bisa menjadi referensi bagi orangtua lain yang mengalami kasus serupa.

  b. Bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat untuk menambah wacana dalam menyikapi kehadiran anak retardasi mental.

BAB II LANDASAN TEORI A. Stres 1. Pengertian Stres Stres menurut Selye adalah respon-respon non spesifik dari tubuh terhadap beberapa tuntutan (dalam Huffman, Vernoy dan Vernoy, 1997). Selye (1956) memandang bahwa stres bukanlah sesuatu yang tidak baik,

  semua tergantung pada bagaimana seseorang memaknai peristiwa yang menimbulkan stres tersebut.

  Lazarus (1990) mendefinisikan stres sebagai suatu kondisi atau perasaan yang dialami individu ketika individu merasa bahwa kebutuhan atau tuntutannya melebihi sumberdaya individu dan sosial yang bisa digunakan (dalam Huffman, Vernoy dan Vernoy, 1997).

  Stres menurut Zautra (dalam Passer dan Smith, 2004) bisa didefinisikan sebagai respon terhadap suatu peristiwa yang ditandai dengan munculnya emosi-emosi negatif.

  Jadi, stres merupakan respon individu terhadap suatu peristiwa yang ditandai dengan munculnya emosi-emosi negatif ketika individu merasa bahwa tuntutan dari peristiwa tersebut melebihi sumberdaya yang dimiliki dan semua tergantung pada persepsi individu terhadap situasi tersebut.

2. Penyebab Stres (Stressor)

  Sarason & Sarason (1984) dan Moos & Schaefer (1986) mengemukakan bahwa situasi stres dapat disebabkan oleh adanya transisi atau perubahan hidup dari satu kondisi ke kondisi lain dalam kehidupan individu sehingga menghasilkan perubahan yang penting dan menimbulkan tuntutan baru yang harus dipenuhi (dalam Sarafino, 1990). Dengan kata lain, stressor merupakan segala sesuatu yang menyebabkan perubahan dalam hidup sehingga dapat menimbulkan stres.

  Passer dan Smith (2004) mengemukakan bahwa penyebab stres atau stressor merupakan suatu jenis stimulus tertentu, baik bersifat fisik maupun psikologis, yang mengakibatkan suatu tuntutan yang mengancam kesejahteraan dan menuntut seseorang untuk beradaptasi dengan cara tertentu. Van Praag dan Zautra (dalam Passer dan Smith, 2004) menguraikan stressor dapat dibedakan berdasarkan intensitasnya, yaitu : a. Microstressor yang bisa berupa masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

  b. Major negative events atau peristiwa-peristiwa negatif yang besar yaitu masalah-masalah yang sangat membebani kita dan menuntut usaha yang besar untuk mengatasi masalah tersebut.

  c. Catastrophic events yaitu berupa peristiwa-peristiwa yang terjadi secara tidak terduga dan berpengaruh terhadap sejumlah besar masyarakat.

  Seperti yang telah diuraikan di atas, semua penyebab stres tersebut berhubungan dengan perubahan yang menimbulkan stres sehingga muncul kebutuhan untuk beradaptasi agar dapat mempertahankan keadaan yang dirasakan nyaman. Penyebab stres sendiri dapat dibedakan menjadi

  microstressor yaitu berupa masalah yang terjadi sehari-hari, major negtaive events yaitu masalah yang sangat membebani dan menuntut

  usaha untuk mengatasi masalah tersebut, dan catastrophic events yaitu peristiwa yang terjadi secara tidak terduga dan berpengaruh terhadap sejumlah besar masyarakat.

B. Strategi Coping 1. Pengertian Strategi Coping

  Sarafino (1990) menyatakan bahwa ketika berhadapan dengan situasi yang menimbulkan stres, individu akan mencoba melakukan usaha- usaha tertentu untuk beradaptasi dengan situasi tersebut untuk mengatasi stres. Adaptasi ini dilakukan dengan coping yang selanjutnya diwujudkan dalam bentuk strategi coping, yaitu suatu usaha kognitif dan perilaku yang dilakukan seseorang untuk mengatasi tuntutan internal maupun eksternal dan konflik-konflik yang timbul dalam situasi stres, serta dinilai mengganggu atau di luar batas kemampuan individu (Lazarus dan Launier, 1978; dalam Taylor, 1999).

  Menurut Fleming et al. (1984), strategi coping adalah suatu usaha atau strategi yang dipilih dan digunakan oleh seseorang untuk mengurangi efek negatif dari stres (dalam Terry dan Gloria, 1998).

  MacArthur dan John (1998) mengartikan strategi coping sebagai suatu usaha yang spesifik, baik perilaku maupun psikologis, yang digunakan seseorang untuk mengontrol, bertoleransi, mengurangi atau menurunkan situasi stres.

  Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa strategi coping merupakan suatu usaha yang spesifik berupa pikiran dan perilaku yang digunakan individu dalam menghadapi situasi stres yang diharapkan dapat membantu individu untuk mengatasi, bertoleransi, mengurangi atau menurunkan efek negatif dari situasi stres yang dialami.

2. Bentuk-bentuk Strategi Coping

  Untuk mengatasi stres tersebut, banyak cara yang dilakukan oleh seseorang untuk mengatasi stres yang dialami, seperti membicarakan permasalahan yang dialaminya kepada orang lain, mengambil tindakan langsung dan meningkatkan berbagai aktivitas yang dapat membantu mengatasi stres yang dialami. Menurut Passer dan Smith (2004), tiga bentuk umum upaya mengelola stres adalah : a. Problem-focused coping, yaitu strategi coping yang berusaha untuk menghadapi dan mengatasi langsung tuntutan dari situasi stres tersebut atau faktor-faktor yang menyebabkan stres. Tindakan yang termasuk di dalamnya adalah perencanaan, penanganan secara aktif dan pemecahan masalah, mengurangi aktivitas yang bersifat persaingan dan melatih cara menahan diri.

  b. Emotion-focused coping, yaitu strategi coping yang berusaha untuk mengatur respon-respon emosional yang muncul akibat situasi yang menimbulkan stres dan tindakan yang bisa dilakukan adalah melakukan interpretasi ulang terhadap suatu situasi secara positif, penerimaan, penyangkalan, represi, melarikan diri-menghindar, berkhayal (wishful thinking) dan mengontrol perasaan.

  c. Seeking social support, yaitu suatu upaya coping dengan berpaling pada orang lain untuk memperoleh bantuan dan dukungan emosional pada situasi stres, antara lain dengan mencari bantuan dan bimbingan dari orang lain, mencari dukungan emosional, dukungan moril dan bantuan materi seperti uang.

  Carver, Scheier, & Weintraub (1989) juga mengemukakan limabelas jenis tindakan berdasarkan tiga bentuk umum strategi coping yang diungkapkan oleh Passer dan Smith, yaitu (dalam MacArthur dan John, 1998) :

  a. Active coping (coping aktif); mengambil tindakan langsung (aktif) atau melakukan usaha untuk menghilangkan atau menghindari stressor.

  b. Planning (perencanaan); merencanakan tindakan-tindakan secara aktif dengan cara memikirkan langkah-langkah yang harus diambil untuk mengatasi stres. c. Suppression of competing activities (mengurangi aktivitas pesaing); mengurangi perhatian atau mengesampingkan aktivitas lain agar lebih berkonsentrasi dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

  d. Restraint coping (pengekangan/menahan diri); melakukan coping secara pasif dengan menunggu waktu dan kesempatan yang tepat untuk bertindak melakukan coping dan individu juga mempertimbangkan saran dari orang lain sebelum bertindak.

  e. Turning to religion (agama); meningkatkan kepercayaan keagamaan dan meningkatkan keterlibatan dalam tindakan-tindakan keagamaan untuk mendapatkan kekuatan dan berpikir positif.

  f. Positive reinterpretation and growth (melakukan interpretasi ulang yang positif dan berkembang); mengambil sisi positif atau hikmah dari situasi tersebut dan memandang secara positif situasi tersebut.

  g. Acceptance/resignation (penerimaan); pasrah menerima kenyataan bahwa kejadian penyebab stres memang telah terjadi dan nyata.