DOCRPIJM 37be988e3c BAB VIII8. BAB VIII AIR MINUM

  

Di Dalam Bab Ini Dibahas Mengenai Profil, Permasalahan, Analisa

Permasalahan dan Rekomendasi, Sistem Prasarana Pengembangan

SPAM Yang Diusulkan Di Kabupaten Aceh Jaya.

  VIII SEKTOR AIR MINUM

8.1. PETUNJUK UMUM

  8.1.1. Umum

  Tatanan program yang dipergunakan dalam penyusunan RPIJM bidang PU/ Cipta Karya Kabupaten Aceh Jaya adalah mengacu pada atanan program pada RPJMD Kabupaten Aceh Jaya. Sasaran program komponen Air Minum dibuat untuk mengisi kesenjangan kondisi pada permasalahan yang mencuat dalam RPJMN dan RPJM Kabupaten Aceh Jaya dan kondisi yang diinginkan pada sasaran kebijakan RPJMN dan RPJM Kabupaten Aceh Jaya, selain itu harus menunjang dan memenuhi kebutuhan pembangunan ekonomi Kabupaten Aceh Jaya.

  Dalam penyusunan RPIJM bidang PU/ Cipta Karya harus memperhatikan Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) Kabupaten Aceh Jaya, untuk daerah yang belum mempunyai RI-SPAM hendaknya dilakukan penyusunan RI-SPAM terlebih dahulu untuk jangka waktu sekurang-kurangnya selama 15 tahun. RIS-SPAM merupakan rencana jangka panjang suatu wilayah baik didalam Kabupaten/Kota, antar Kabupaten/Kota dan antar propinsi. Hal ini dimungkinkan karena dalam pengembangan dan penyelenggaraan system penyediaan Air Minum tergantung dengan posisi dan letak unit-unit SPAM dan cakupan pelayanannya, contohnya sebuah Kabupaten/Kota tergantung pada sumber yang dimiliki oleh Kabupaten/Kota lain yang berada di daerah hulu.

  8.1.2. Kebijakan Program dan Kegiatan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

  Sasaran global kebijakan dan Stretegi Nasional Pengembangan sistem penyedian air Minum mengacu pada sasaran terukur yang tertuang dalam RPJMN 2004-2009 dan sasaran dalam pencapaian MDG tahun 2015 serta beberapa sasaran terukur lainya. Selain itu juga menuju sasaran yang normatif seperti tertuang dalam PP No 16 tahun 2005 tentang pengembangan SPAM. Sasaran yang tertuang dalam RPJMN 2004-2009 dalam pengembangan air minum adalah meningkatkan cakupan pelayanan air minum melalui perpipaan secara nasional menjadi 40% dengan cakupan pelayanan untuk penduduk di kawasan perkotaan dapat meningkat menjadi 60% dan kawasan

  Dengan kondisi pelayanan air minum perpipaan nasional pada tahun 2004 sebesar 17,96 atau 39 juta jiwa yang terlayani, maka perlu peningkatan sampai 22,04 % selama kurun waktu 5 tahun. Pada tahun 2009 jumlah penduduk yang akan memiliki akses air minum perpipaan diprediksi sekitar 92,4 juta jiwa, 40% dari total prediksi penduduk 231 juta jiwa. Angka ini menunjukan bahwa peningkatan cakupan pelayanan sekitar 53,4 juta jiwa selama 5 tahun ke depan. Masyarakat Perkotaan, akan meningkat menjadi 66% (61 juta jiwa), sehingga perlu meningkatkan akses air minum untuk penduduk sebanyak 30,2 juta jiwa. Masyarakat Pedesaan, akan meningkat menjadi 30% (37,7 juta jiwa), sehingga perlu meningkatkan cakupan akses air minum untuk penduduk sebesar 29 juta jiwa.

  Dengan penambahan cakupan pelayanan untuk 53,4 juta jiwa penduduk, bilamana digunakan tingkat konsumsi normal air rata-rata nasional sebesar 120 Lt/orang/hari untuk sambungan rumah dan 60 lt/orang/hari untuk akses dengan Hidran Umum serta ratio SR dan HU adalah 80:20, maka diperlukan peningkatan kapsitas produksi perpipaan dapat dilihat pada Tabel 8.1 berikut ini.

  Tabel 8- 1 Perkiraan Kebutuhan Pengembangan SPAM sampai 2009 Persentase Kebutuhan Air Kapasitas No Jenis Pelanggan Kehilangan Air

  Cakupan Rata-Rata Tambahan (%) (ltr/org/hr) (%) (m³ /dtk)

  1 Sambungan Langsung (SL)

  80

  20

  71.2 120

  20

  8.9

  20

  2 Hidran Umum (HU)

  60

  80.1 Total Sumber: Permen PU 20/2006

  Pada Tahun 2004 penduduk indonesia yang telah memiliki akses terhadap air minum yang aman baik melalui sistem perpipaan maupaun non perpipaan telah mencapai 55,43%. Sesuai kriteria MDG, diharapkan pada tahun 2015 tingkat akses terhadap air minum aman dapat mencapai 80% atau sekitar 196 juta jiwa dari 246 juta jiwa penduduk dengan sistem perpipaan sebesar 60% dan non perpipaan terlindungi sebesar 20%.

  Tabel 8- 2 Skenario Pengembangan SPAM Sumber: Pengolahan data dan perhitungan

  Memperhatikan kebutuhan peningkatan cakupan, kecepatan pelaksanaan dan kemampuan investasi diatas, maka untuk mengejar sasaran cakupan pelayanan investasi di atas, maka untuk mengejar sasaran cakupan pelayanan MDG 2015 serta untuk memenuhi sasaran RPJM 40% perpipaan perlu kebijakan dan stategi nasional untuk menyelaraskan peningkatan pembangunan dari non –perpipaan tidak terlindungi menjadi non-perpipaan terlindungi dari non- perpipaan terlindungi menjadi perpipaan. Arahan strategi pencapaian sasaran RPJMN dan MDG meliputi:

   Sasaran pencapaian RPJMN tahun 2009 dimaknai sebagai sasaran antara (interim target) mencapai sasaran MDG tahun 2015, meskipun disadari bahwa pencapaian sasaran RPIJM sangat besar dibandingkan pencapaian sasaran MDG 2015 karena keterbatasan waktu dan sumber daya.

   Sasaran peningkatan pelayanan air minum melalui sistem perpipaan menjadi 60% pada tahun 2015 diimbangi dengan penurunan jumlah non – perpipaan tidak terlindungi.

  Sasaran pengembangan SPAM untuk keseluruhan (perkotaan dan pedesaan) sistem penyedian air minum melalui perpipaan, nonperpipaan terlindungi, dan non perpipaan tidak terlindungi antara lain sebagi berikut:

   Peningkatan cakupan pelayanan melalui sistem perpipaan yang semula 17,96%, pada tahun 2004 menjadi paling tidak berkisar antara 32%-40% pada tahun 2009 dan selanjutnya terus diupayakan meningkat menjadi 48% pada tahun 2015.

   Penurunan persentase pengunaan SPAM melalui sistem non-perpipaan tidak terlindungi menjadi sistem non-perpipaan terlindungi dan sistem perpipaan dari 45% pada tahun 2004 menjadi 33% pada tahun 2009 dan 20% pada tahun 2015. penurunan persentase cakupan pelayanan air

8.2. PROFIL AIR MINUM KABUPATEN ACEH JAYA

1 Pengelola Masyarakat (Pribadi)

   sumur pompa tangan = 5,8 %

  6 Jumlah debit air yang di konsumsi pelanggan

  5 Kapasitas Produksi

  4 Kapasitas Terpasang

   sungai krueng sabee

   sumur gali = 0,6 %  sumur bor = 49,9 %

  3 Sumber Air Baku Air Tanah :

  minum dengan sistem non-perpipaan terlindungi dari tahun 2004 sebesar 37,47% menjadi 32% pada tahun 2015.

  2 Tingkat Pelayanan 46,3 % 30 %

   PDAM Tirta Mon Mata Kabupaten Aceh

  Tabel 8-3 Gambaran Umum Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Minum Mon Mata Kabupaten Aceh Jaya No. Uraian Sistem Non Perpipaan Sistem Perpipaan Keterangan

  Pelayanan air minum perpipaan di Kabupaten Aceh Jaya dilayani oleh satu (1) institusi Pemerintah yaitu PDAM Tirta Mon mata Kabupaten Aceh Jaya . Cakupan pelayanan air minum perpipaan di Kabupaten Aceh Jaya tahun 2011 baru mencapai 1.557 sambungan. Tingkat pelayanan penduduk kabupaten Aceh Jaya , terdiri dari 72.00 jiwa dilayani oleh PDAM Tirta Mon Mata Kabupaten Aceh Jaya . Dari survey yang diilakukan terhadap 133.966 Keluarga diseluruh wilayah kabupaten diketahui hanya 20,1 % dilayani oleh perpipaan, 5,8 % menggunakan SPT (sumur Pompa tangan ), 0.6 % menggunakan sumur gali (SGL) dan 49,9 % menggunakan sumber lainnya (sanyo. sumur dalam , HU, Kran Umum dll ). Jumlah keseluruhan yang sudah terakses air bersih adalah 76,3 %. Gambaran umum sistem penyediaan dan pengelolaan air minum mon mata kabupaten aceh jaya dapat di lihat pada table 8-3 di bawah ini.

  8.2.1. Gambaran Umum Sistem Penyediaan dan Pengelolaan

   Penurunan kawasan rawan air tercermin dari penurunan jumlah non perpipaan tidak terlindungi sebesar 45% pada tahun 2004 menjadi sebesar 35% pada tahun 2015.

  • PDAM Tirta Mon Mata Kabupaten Aceh Jaya = 1500 l/dtk
  • PDAM Tirta Mon Mata Kabupaten Aceh Jaya = 1500 l/dtk
  • PDAM Tirta Mon Mata Kabupaten Aceh Jaya = 850 l/dtk

  No. Uraian Sistem Non Perpipaan Sistem Perpipaan Keterangan Tirta Mon

  • PDAM Jumlah mata Kabupaten Aceh -

7 Sambungan Jaya

  • SR = 1.557 Unit  PDAM Tirta Mon Mata -

  8 Kehilangan Air Kabupaten Aceh Jaya Aceh Jaya= (25) %

8.2.2. Kondisi Sistem Sarana Dan Prasarana Penyediaan Dan Pengelolaan Air Minum

8.2.2.1.Sistem Non Perpipaan

  a). Aspek Teknis

  Pelayanan air minum dengan sistem non perpipaan di Kabupaten Aceh Jaya mencapai 46,3 % dari jumlah penduduk yang ada. Jumlah ini melebihi dari jumlah pelayanan dengan sistem perpipaan dan hal ini sangat mengkhawatirkan sekali dengan ketersediaan air tanah di Kabupaten Aceh Jaya, karena pengkontrolan pemakaian air bersih ini sulit dilakukan, hal ini terkait dengan pengelolaan pemakaian air tanah yang belum dikontrol oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya.

  b). Aspek Sosial Ekonomi

  Berdasarkan data yang didapat dari BPS, bahwa Kabupaten Aceh Jaya dari tahun ke tahun mengalami peningkatan kesejahteraan penduduknya, hal ini dapat dilihat dari kenaikan grafik indeks pembangunan manusia (IPM) di kabupaten Aceh Jaya. Dengan kenaikan IPM ini, berdampak pada kemampuan penduduk Kabupaten Aceh Jaya untuk membiayai prasarana dan sarana air minum dengan system non perpipaan ini.

  c). Aspek Kelembagaan dan Peraturan

  Pelayanan air minum dengan system non perpipaan di Kabupaten Aceh Jaya masih dikelola oleh perseorangan. Kelembagaan yang mengelola dengan system ini, belum diatur dalam Peraturan Daerah kabupaten Aceh Jaya, sehingga pemakaian akan air baku untuk air minum belum dapat terdeteksi dan terkelola dengan baik.

8.2.2.2. Sistem Perpipaan

a). Aspek Teknis

  Pelayanan air minum sistem perpipaan di Kabupaten Aceh Jaya dilayani oleh satu (1) institusi Pemerintah yaitu PDAM Tirta Mon Mata Kabupaten Aceh Jaya . Sumber air baku yang dipergunakan sekarang ini berasal dari air permukaan yaitu sungai Krueng Sabee.

  Secara umum, wilayah-wilayah yang sudah terlayani oleh PDAM Tirta Mon Mata Kabupaten Aceh Jaya meliputi wilayah yaitu Kecamatan krueng Sabee. Kehilangan Air pada PDAM TKR Kabupaten Aceh Jaya cukup tinggi sekitar ± 25% dari total air yang di produksi. Fluktuasi kehilangan air yang terjadi dapat dilihat dalam Grafik dibawah ini.

  Sumber : PDAM Tirta Mon Mata kab. Aceh Jaya. 2010

Gambar 8.1 Grafik Fluktuasi Kebocoran untuk wilayah Pelayanan Kota Calang Sumber Air Baku

  Sumber air baku yang digunakan oleh PDAM Tirta Mon Mata Kabupaten Aceh Jaya ada 2(dua) jenis, yaitu:

  1. Air permukaan dari Sungai Krueng Sabee (98,4%) 2. Air tanah dalam (1,6%).

  Kebutuhan air baku bagi kebutuhan Sistem Penyedian Air Minum di Kabupaten Aceh Jaya dipenuhi dari Sungai Krueng Sabee. Peruntukan Sungai Krueng sabee selain sebagai sumber air baku PDAM Tirta Mon Mata, juga dimanfaatkan oleh industri, irigasi dan penduduk sekitar khususnya yang bermukim di daerah pinggiran sungai tersebut sebagai sumber air bagi keperluan sehari-hari rumah tangga, seperti untuk mandi, mencuci dan bahkan untuk air minum.

  Sumber : PDAM Tirta Mon Mata Kabupaten Aceh Jaya Tahun 2011 Gambar 8.2

  Grafik Kuantitas Produksi Air Blud Spam Tirta Monmata Unit Produksi Kapasitas sistem yang ada sekarang adalah 15.000 liter/detik. Unit Distribusi

  Perpipaan distribusi PDAM Tirta Mon Mata Kabupaten Aceh Jaya dipasang secara bertahap, dimana panjang komulatif pipa terpasang di PDAM Tirta Mon Mata Kabupaten Aceh Jaya dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2010. Tekanan air dalam jaringan pipa distribusi kurang merata. Ada Daerah pada jam tertentu mengalami tekanan kritis. Daerah yang terkena tekanan kritis adalah hampir semua sambungan rumah.

  Unit Pelayanan

  Pelayanan kepada pelanggan terdiri dari pelayanan domestik dan non domestik. Total jumlah sambungan pelanggan s/d bulan Januari 2010 sebanyak 1.557 unit,

b). Aspek Keuangan

  Kondisi eksisting keuangan PDAM Tirta Mon Mata Kabupaten Aceh Jaya bersumber dari Laporan Tahun Anggaran 2010. Upaya peningkatan dan pengembangan penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum yang dilakukan PDAM Tirta Mon Mata kabupaten Aceh Jaya, terlihat belum adanya peningkatan pendapatan yang secara jelas dapat dilihat pada Tabel 8-6 berikut ini :

  Sumber : PDAM 2010 Gambar 8.3

  Grafik Analisa Tahunan Pendapatan Air Blud Spam Tirta Monmata

  Pada tabel dan grafik diatas dapat dilihat bahwa PDAM Mon Mata Kabupaten Aceh Jaya pada 5 tahun terakhir belum menghasilkan laba. hal ini disebabkan karena PDAM Tirta Mon Mata masih terbatas produksi dan masih bersifat BLUD. Untuk hal tersebut, maka kiranya PDAM Mon Mata Kabupaten Aceh Jaya perlu meningkatkan kinerjanya.

  Keuntungan adalah selisih lebih antara pendapatan perusahaan dengan biaya yang dikeluarkan selama periode akuntansi. Jika terjadi selisih kurang berarti perusahaan menderita kerugian. Kebijakan Tarif Air Minum PDAM Tirta Mon Mata Kabupaten Aceh Jaya mengacu pada Peraturan dan perundangan yang berlaku dan tarif layanan di tetapkan dengan qanun.

c). Aspek Kelembagaan dan Peraturan

  Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Mon Mata Kabupaten Aceh Jaya merupakan Perusahaan Daerah yang mengemban tugas dalam aspek pelayanan air minum kepada masyarakat. Kelembagaannya diatur oleh Peraturan Bupati Nomor : 17 Tahun 2008 tentang PDAM Tirta Mon Mata – Kabupaten Aceh Jaya. Sampai dengan Tahun 2010 PDAM Tirta Mon Mata Kabupaten Aceh Jaya telah mengadakan Kerjasama dengan dengan Pihak Ketiga, baik dengan PAM provinsi, Swasta, maupun dengan NGO. Jenis atau bidang yang dikerjasamakan PDAM Tirta Mon Mata dengan pihak ketiga antara lain adalah :

  1. Kerjasama bidang pengelolaan unit produksi.

  Dalam Kerjasama ini secara garis besar, Pihak NGO menyerahkan Asset yang berupa Unt Produksi kepada Pihak PDAM untuk dikelola dan dioperasikan untuk menghasilkan air minum sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang disepakati kedua belah pihak.

  2. Kerjasama bidang Distribusi Air.

  Jenis Kerjasama ini kedua belah pihak mengikatkan diri dengan suatu perjanjian yang pada dasarnya PDAM berkewajiban melayani air minum anggota masyarakat yang tinggal di kawasan Pihak kedua dan Pihak kedua berkewajiban membangun sarana dan prasarana jaringan perpipaan distribusi di Kawasan Pihak kedua serta memeliharanya . Pada akhir kontrak perjanjian kerjasama, sarana dan prasarana distribusi yang telah dibangun pihak kedua diserahkan kepada Pihak PDAM sesuai dengan ketentuan ketentuan yang disepakati bersama.

8.3. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

8.3.1. Sasaran Penyediaan dan Pengelolaan Prasaraana dan Sarana (PS) Air Minum

8.3.1.1.Rencana Pengembangan SPAM Rencana Pengembangan Prasarana Air Bersih

  Sampai saat ini kebutuhan air bersih Kabupaten Aceh Jaya memanfaatkan sungai (air permukaan) dan air tanah. Pelayanan sistem perpipaan dilakukan oleh PDAM Tirta Mon Mata kabupaten Aceh Jaya Jumlah debit air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air bersih Kabupaten Aceh Jaya saat ini ialah sebesar 1.500 Liter/detik. Tingkat pelayanan air bersih oleh PDAM sampai saat ini baru ± 31%, dengan jumlah sambungan pelayanan air bersih sebanyak 1,557 unit, Perhitungan kebutuhan air bersih Kabupaten Aceh Jaya sampai tahun 2016 ialah sebesar 3.249 Liter/detik, dengan asumsi kebutuhan air bersih per hari ialah 130 Liter/orang/hari. Rencana pengembangan prasarana air bersih dilakukan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan air bersih pada masa sekarang dan akan datang. Adapun rencana pengembangan yang ditetapkan ialah:

  1. Pengendalian pengambilan sumber air tanah, agar jumlah debit yang digunakan dapat disesuaikan dengan kapasitas pelayanan sumber air: Water supply oleh PDAM yang dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan air tanah.

   Prinsip ini digunakan jika air pemukaan sudah tidak memungkinkan atau memadai lagi untuk digunakan. Pengadaan sumur resapan, terutama bagi para developer perumahan formal untuk menjaga

   ketersediaan air bersih dan mengurangi pengambilan air tanah secara besar-besaran, dengan memperhatikan dan mempertahankan daya tampung sumur resapan yang ada. Adapun ketentuan dalam pengembangan sumur resapan ialah.

  Adapun standar pengadaan sumur resapan skala perumahan perlu memperhatikan ketentuan teknis: Sumur resapan berbentuk segiempat atau silinder dengan diameter 1,4 meter. Ukuran pipa masuk memiliki diameter 110 mm, ukuran pipa pelimpah memiliki diameter 110 mm, dan kedalaman sumur resapan ini berkisar antara 1,5 meter sampai dengan 3 meter.

  2. Perlu dilakukan feasibility study situ krueng sabee sebagai sumber air baku Kabupaten Aceh Jaya melalui sistem perpipaan.

  3. Mengembangkan sumber air baku (air permukaan maupun air tanah) Kabupaten Aceh Jaya, melalui strategi: Mempertahankan sumber air baku (air permukaan maupun air tanah) Kabupaten Aceh Jaya . 

   Pengendalian pencemaran air permukaan maupun air tanah.

  4. Peningkatan pelayanan air bersih sistem perpipaan, melalui insetif tindakan: Pengembangan sumber air baku baru.

    Menawarkan peluang investasi kepada investor dari dalam maupun luar negeri.

  5. Peningkatan cakupan wilayah pelayanan air bersih, melalui strategi: Penambahan jumlah sambungan pipa air bersih ke unit-unit rumah.

    Pengembangan jaringan perpipaan baru.

  6. Pengendalian water loss melalui monitoring meteran air. Hal ini diupayakan untuk mencegah dan meminimalisir water loss (kehilangan air) yang sudah mencapai 25% dari kapasitas layanan PDAM Kabupaten Aceh Jaya.

  7. Antisipasi perkembangan kebutuhan pelayanan air bersih, melalui penerapan strategi:

   Antisipasi jumlah kebutuhan air berupa pemanfaatan sumber air baku baru.

   Pengolahan air limbah non black water menggunakan teknologi, sehingga dapat digunakan lagi. Pengembangan penyediaan air bersih sistem perpipaan sebagai upaya untuk penghematan

   debit air yang digunakan.

   Pembangunan sumur serapan/waduk-waduk pada kawasan perumahan. Minimalisir pengambilan debit air tanah untuk kegiatan industri non polutif melalui penyediaan air bersih oleh PDAM yang haruis dimulai dari sekarang didukung oleh studi khusus kebutuhan air untuk industri.

  8. Rencana Pengembangan Sistem Pelayanan Air Bersih Pelestarian sumber air.

  

   air. Penataan kembali saluran air melalui upaya pembersihan sungai dari lumpur, tanaman

  Penerapan sanksi yang ketat terhadap pembuangan limbah oleh industri di sekitar sumber

   eceng gondok, alang-alang, maupun sampah. Pengembangan sumber air baku baru. 

   Meningkatkan kerjasama dengan pihak lain.

  Rencana Pencapaian Tingkat Pelayanan

  Sasaran global kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyedian air Minum mengacu pada sasaran terukur yang tertuang dalam RPJMN 2004-2009 dan sasaran dalam pencapaian MDG tahun 2015 serta beberapa sasaran terukur lainya. Selain itu juga menuju sasaran yang normatif seperti tertuang dalam Peraturan Bupati No 17 tahun 2008 tentang pengembangan SPAM. Sasaran yang tertuang dalam RPJMN 2004-2009 dalam pengembangan air minum adalah: Meningkatkan cakupan pelayanan air minum melalui perpipaan secara nasional menjadi 40% dengan cakupan pelayanan unutk penduduk di kawasan perkotaan dapat meningkat menjadi 60% dan kawasan pedesaan menjadi 30%. Arahan stategi pencapaian sasaran RPJMN dan MDG meliputi:

  1. Sasaran pencapaian RPJMN tahun 2009 dimaknai sebagai sasarn antara (interim target) mencapai sasaran MDG tahun 2015, meskipun disadari bahwa pencapaian sasarn RPJM sangat besar dibandingkan pencapaian sasarn MDG 2015 karena keterbatasan waktu dan sumber daya.

  2. Sasaran peningkatan pelayanan air minum melalui sistem perpipaan menjadi 47% pada tahun 2015 diimbangi dengan penurunan jumlah non – perpipaan tidak terlindungi.

  Rencana Pengembangan Daerah Pelayanan Dengan Metode Zoning

  Cakupan pelayanan yang ada saat ini disamping rendah juga mencerminkan pola pengembangan yang tidak konsepsional dalam arti pengembangan yang sifatnya spontanitas dan sporadis yang dilatarbelakangi kebutuhan mendesak dan mendadak tanpa adanya pijakan yang jelas. Rencana Induk Pengembangan sebenarnya merupakan salah satu pijakan dasar dalam melangkah mengembangkan Sistem. Hal ini karena Pola Pengembangan yang digariskan sudah mempertimbangkan berbagai hal diantaranya Potensi Air baku, Pettern Pengembangan Wilayah, Fungsi Lahan, Topogrfi, Kepadatan penduduk dan Kondisi Eksisting Sistem.

  Dalam mengembangkan Sistem, disampaing Jumlah Penduduk dan Kepadatannya per wilayah pengembangan, keberadaan sumber air baku potensial juga memegang peranan penting. Pemanfaatan Sumber Air Baku yang lebih dekat dengan daerah pengembangan pelayanan akan membentuk Sistem yang efisien. Demikian pula pendekatan penentuan wilayah Pengembangan Pelayanan. Berbagai cara pendekatan digunakan orang untuk memprediksi perkembangan suatu daerah guna mengantisipasi arah pembangunan Sarana Prasarana Wilayah agar pemanfatan Sumber daya yang tersedia lebih efisien. Methoda Scoring, Super impose merupakan methoda yang lazim digunakan.

  Pengembangan Wilayah Pelayanan Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten Aceh Jaya dilakukan untuk meningkatkan pelayanan serta pemerataan pelayanan air minum bagi masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Aceh Jaya. Pola Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di Kabupaten Aceh Jaya sudah saatnya mengacu pada Pola Pengembangan secara komprehensip sehingga seluruh Wilayah Administratif Kabupaten Aceh Jaya diakomodir dalam Pola Pengembangan yang direncanakan.

   Metode Zoning

  Kabupaten Aceh Jaya memiliki Wilayah Administrasi luas. Potensi Daerah Kcamatan yang berbeda beda serta memiliki kepentingan dan prioritas pengembangan wilayahnya berbeda beda pula. Demikian Akses jalan raya serta posisi geografis maupun letak ketinggian yang berbeda-beda juga. Sebagian sudah memiliki sistem Penyediaan Air Minum sebagian yang lain belum terjangkau oleh Pelayanan Air Minum PDAM.

  Masih banyak lagi karakter daerah kecamatan-kecamatan yang berbeda satu sama lain, sekalipun banyak pula karakter sama yang dimiliki oleh beberapa kecamatan, baik fungsi, peruntukan lahan, posisi geografis yang menyebabkan kesamaan jarak ke sumber air baku yang potensial, serta kepadatan penduduk dalam kelompok kepadatan penduduk yang sama, dan sebagainya. Dari berbagai perbedaan dan kesamaan karakter daerah tingkat Kecamatan tersebut dibuatlah Parameter yang digunakan untuk menentukan Zoning Pengembangan Daerah Pelayanan Air Minum.

  Peningkatan Pelayanan Air Minum PDAM Tirta Mon Mata Kabupaten Aceh Jaya yaitu: Tingkat Kepadatan Penduduk

   Posisi Letak Ketinggian Rata rata dari muka air laut

  

  Peruntukan Pengembangan Daerah Perkotaan sesuai fungsi

   Penyelarasan Pemanfaatan Sumber Air Potensial

   Aksessibilitas terhadap Eksisting Sistem

   Aksessibilitas terhadap Jalur Transportasi dan Sungai

   Pengelompokan terhadap Pusat pertumbuhan Perkotaan

   Eksistensi Batas kewilayahan administratif

   8.3.1.2. Kebijakan dan Strategi Pengembangan SPAM Kabupaten Aceh Jaya

  Sasaran global dari Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Kabupaten Aceh Jaya mengacu pada sasaran terukur yang telah tertuang dalam pencapaian MDG’s tahun 2015 serta beberapa sasaran terukur lainnya. Selain itu juga menuju sasaran yang normatif seperti tertuang dalam peraturan bupati No 17 Tahun 2008 tentang Pengembangan SPAM.

  Pada tahun 2006 penduduk Kabupaten Aceh Jaya yang telah memiliki akses terhadap air minum yang aman baik melalui sistem perpipaan maupun non perpipaan telah mencapai 79,88%. Sesuai kriteria MDG, diharapkan pada tahun 2015 tingkat akses terhadap air minum aman dapat mencapai 80%. Dimana sistem perpipaan akan menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan sebelumnya yaitu sebesar 21,92% dan non perpipaan terlindungi sebesar 54,92% akan menurun.

  Memperhatikan kebutuhan peningkatan cakupan, kecepatan pelaksanaan dan kemampuan investasi, maka untuk mengejar sasaran cakupan pelayananan MDG’s 2015 serta untuk memenuhi sasaran RPJMN 40% perpipaan perlu kebijakan dan strategi Kabupaten Aceh Jaya untuk menyelaraskan peningkatan pembangunan dari non-perpipaan tidak terlindungi menjadi non-perpipaan terlindungi dan dari non-perpipaan khususnya non-perpipaan terlindungi menjadi perpipaan. Sasaran pencapaian RPJMN tahun 2009 dimaknai sebagai sasaran antara (interim target) mencapai sasaran MDG tahun 2015, meskipun disadari bahwa pencapaian sasaran RPJM sangat berat dibandingkan pencapaian sasaran MDG 2015 karena keterbatasan waktu dan sumber daya. Sasaran peningkatan pelayanan air minum melalui sistem perpipaan menjadi 60% pada tahun 2015 Pemerintah No. 16/2005 dan peraturan lainnya serta skenario pengembangan SPAM, Sasaran dari Kebijakan dan Strategi Kabupaten Aceh Jaya Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) melalui perpipaan, non perpipaan terlindungi, antara lain sebagai berikut:

  Terwujudnya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas dengan harga

   terjangkau dengan peningkatan cakupan pelayanan melalui sistem perpipaan yang meningkat pada tahun 2015 untuk mencapai target MDG’s. Tercapainya peningkatan efisiensi dan cakupan pelayanan air dengan menekan tingkat

   kehilangan air untuk skala Kabupaten Aceh Jaya direncanakan hingga pada angka 25% dengan melibatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha. Penurunan persentase cakupan pelayanan air minum dengan sistem non-perpipaan

   terlindungi sehingga persentase penggunaan SPAM melalui sistem non-perpipaan tidak terlindungi semakin menurun dari tahun ke tahun. Pembiayaan pengembangan SPAM meliputi pembiayaan untuk membangun, memperluas

   serta meningkatkan sistem fisik (teknik) dan sistem nonfisik. Dalam hal pemerintah daerah tidak mampu melaksanakan pengembangan SPAM, Pemerintah dapat memberikan bantuan pendanaan sampai dengan pemenuhan standar pelayanan minimal sebesar 60 L/o/h yang dibutuhkan secara bertahap; bantuan pemerintah diutamakan untuk kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dan miskin. Tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen dan penyedia jasa pelayanan.

   Berdasarkan kelompok kebijakan yang telah dirumuskan di atas, ditentukan arahan kebijakan sebagai dasar dalam mencapai sasaran pengembangan SPAM Kabupaten Aceh Jaya yang diarahkan juga untuk memenuhi sasaran MDG baik jangka pendek tahun 2010 maupun jangka panjang 2015 serta berdasarkan RTRW Kabupaten Aceh Jaya dengan melakukan pengembangan prasarana air minum sebagai upaya pemenuhan kebutuhan air minum pada masa sekarang dan yang akan datang. Adapun rencana pengembangannya adalah sebagai berikut : (1). Penentuan skala prioritas bagi daerah-daerah yang masih rendah akses terhadap air minum yang terlindungi.

  (2). Penentuan sumber air baku yang ada dengan melakukan feasibility study bagi air permukaan lainnya untuk menambah kapasitas pelayanan bagi daerah-daerah yang belum terlayani oleh air minum. (3). Pengendalian pengambilan sumber air tanah, agar jumlah debit yang digunakan dapat disesuaikan dengan kapasitas pelayanan sumber air.

   penggunaan air tanah. Prinsip ini digunakan jika air permukaan sudah tidak memungkinkan atau tidak memadai lagi untuk digunakan.

   Pengadaan sumur resapan, terutama bagi para developer perumahan formal untuk menjaga ketersediaan air minum dan mengurangi pengambilan air tanah secara besar-besaran, dengan memperhatikan dan mempertahankan daya tampung sumur resapan yang ada. Adapun ketentuan-ketentuan dalam pengembangan sumur resapan adalah :

Tabel 8.1 Ketentuan Teknis Pengadaan Sumur Resapan LUAS LAHAN KLASIFIKASI PERUMAHAN PENGADAAN SITU/WADUK

  

  50 Besar Pengadaan sumur resapan sendiri 10 – 50 Sedang Pengadaansumur resapan sendiri, atau bergabung dengan perumahan lain yang berdekatan.

  ≤ 10 Kecil Penyediaan sumur resapan bersama di antara beberapa perumahan sekitar.

  Keterangan : Penentuan lokasi (sebaran), ukuran (dimensi) dan bentuk sumur resapan memerlukan studi lebih lanjut.

  Adapun standar pengadaan sumur resapan skala perumahan perlu memperhatikan ketentuan teknis :

   Sumur resapan berbentuk segi empat atau silinder dengan diameter 1,4 meter. 

  Ukuran pipa masuk diameter 110 mm, ukuran pipa pelimpah memiliki diameter 110 mm, dan kedalaman sumur resapan ini berkisar antara 1,5 meter sampai dengan 3 meter. (4). Peningkatan cakupan wilayah pelayanan air minum melalui strategi :

   Penambahan jumlah sambungan pipa air minum ke unit-unit rumah.

   Pengembangan jaringan perpipaan baru ke wilayah yang terdapat dalam rencana pengembangan. (5). Pengendalian water loss melalui monitoring meteran air. Hal ini diupayakan untuk mencegah dan meminimalisir uncounted water (kehilangan air) yang sudah mencapai 25 % dari kapasitas

  PDAM Kabupaten Aceh Jaya. (6). Rencana pengembangan sistem pelayanan air minum melalui :

   Pelestarian sumber air

  

  Penerapan sanksi yang ketat terhadap pembuangan limbah oleh industri di sekitar sumber air.

  

  Penataan kembali saluran air melalui upaya pembersihan sungai dari lumpur, tanaman eceng gondok, alang-alang maupun sampah. Meningkatkan kerjasama dengan pihak lain, melalui insentif strategi :

   

  kebutuhan air yang harus disediakan oleh PDAM saja, sehingga pelayanan bagi masyarakat di perumahan informal dapat dioptimalkan.

  

  Kerjasama dengan pihak industri, melalui ketentuan industri harus berupaya membantu pemerintah dalam meningkatkan pelayanan air minum, melalui sistem perpipaan (joint development).

  Kebijakan Peningkatan Cakupan Dan Kualitas Air Minum

  Kebijakan ini diarahkan untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara konsisten dan bertahap, menurunkan tingkat kehilangan air melalui perbaikan dan rehabilitasi serta memprioritaskan pembangunan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan daerah rawan air.

  Strategi 1. Mengembangkan SPAM dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan minimal

  untuk memperluas jangkauan pelayanan air minum terutama untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan daerah-daerah rawan air yang dilakukan secara bertahap di setiap kecamatan. Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut: 

  Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

  Bantuan fasilitasi perluasan pelayanan melalui penambahan kapasitas & pengembangan jaringan sesuai dengan program yang telah disusun pihak PDAM. Bantuan teknis/program fasilitas penyelenggaraan SPAM dengan pola Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) terutama di wilayah kecamatan maupun kawasan perumahan baru yang tidak terjangkau oleh pelayanan PDAM.

  

  Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

  Bantuan fisik pembangunan baru SPAM untuk wilayah kecamatan yang ada di Kabupaten Aceh Jaya diutamakan Ibukota Kecamatan yang belum memiliki sistem.

  1. Pengembangan sumber air baku baru, dengan melakukan feasebility study untuk Situ 2.

  Bantuan fisik pengembangan SPAM melalui perluasan pelayanan dari wilayah yang sudah memiliki SPAM.

  3. Bantuan fisik pengembangan SPAM untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

  Strategi 2. Meningkatkan dan memperluas akses air yang aman melalui non perpipaan

  terlindungi bagi masyarakat berpenghasilan rendah Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut: 

  Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

  Bantuan teknis/fisik pengembangan baru prasarana dan sarana air minum non-pipa terlindungi bagi, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

  Bantuan program meningkatkan prasarana dan sarana air minum menjadi terlindungi (dari tidak terlindungi).

  Strategi 3. Mengembangkan penyediaan air minum yang terpadu dengan sistem sanitasi

  Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut : 

  Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

  Bantuan teknis penyusunan rencana induk air minum terpadu sanitasi dan penyusunan studi kelayakan.

  

  Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

  Bantuan teknis penyusunan rencana induk air minum terpadu sanitasi dan penyusunan studi kelayakan

  Strategi 4. Mengembangkan pelayanan air minum dengan kualitas yang sesuai dengan standar

  baku mutu Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut : 

  Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

  Bantuan teknis peningkatan pelayanan sekurang-kurangnya mencapai standar pelayanan minimal sesuai NSPM yang berlaku terutama didaerah-daerah yang potensial. Bantuan teknis peningkatan kualitas pelayanan sesuai dengan standar baku mutu kualitas air

  

  Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

  Bantuan teknis pengawasan kualitas air minum serta peningkatan pelayanan, terutama di daerah Kecamatan Jaya, Kecamatan sampoiniet dan sebagian Kecamatan setia bakti, kecamatan teunom.

  Strategi 5. Mengembangkan sistem informasi dan pendataan dalam rangka monitoring dan

  evaluasi kinerja pelayanan air minum Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut : 

  Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM Bantuan teknis penyusunan dan validasi database cakupan layanan air minum.

  Bantuan teknis pendidikan dan pelatihan teknis SDM. 

  Untuk daerah yang belum dilayani SPAM Bantuan teknis penyusunan dan validasi database cakupan layanan air minum.

  Kebijakan Pengembangan Pendanaan Penyelenggaraan SPAM

  Arah kebijakan ini adalah untuk meningkatkan alokasi dana pembangunan SPAM melalui pengembangan alternatif sumber dan pola pembiayaan serta memperkuat kemampuan finansial PDAM.

  Strategi 1. Mengembangkan sumber alternatif pembiayaan melalui penciptaan sistem

  pembiayaan dan pola investasi Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut : 

  Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM a.

  Bantuan teknis fasilitasi peningkatan pendanaan melalui bank komersial untuk PDAM.

  b.

  Bantuan teknis fasilitasi peningkatan pendanaan melalui lembaga non-bank c. Bantuan teknis fasilitasi peningkatan pendanaan untuk pengembangan SPAM melalui PHLN d. Bantuan teknis fasilitasi peningkatan pendanaan melalui penerbitan obligasi daerah dan obligasi perusahaan

  Strategi 2. Meningkatkan peran dunia usaha/swasta & atau masyarakat (koperasi) dalam

  pembiayaan sarana air minum Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut: 

  Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM a.

  c. Bantuan teknis penyusunan pola pembiayaan pengembangan SPAM melalui koperasi dan masyarakat;

   Untuk masyarakat berpenghasilan rendah, diberlakukan tarif subsidi sampai dengan 60

   Untuk masyarakat mampu diberlakukan tarif pemulihan biaya penuh dan progresif.

  Penetapan tarif:

  Menerapkan tarif dengan prinsip pemulihan biaya penuh c. Menerapkan subsidi pemerintah daerah apabila tarif lebih rendah dari tarif pemulihan biaya penuh d.

  a. Bantuan program Peningkatan Kinerja PDAM melalui restrukturisasi/penetapan tarif: b.

  Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

  Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut: 

  Strategi 3. Meningkatkan kemampuan finansial PDAM

  b. Bantuan teknis peningkatan investasi melalui dana masyarakat dan dunia usaha/swasta

  Bantuan teknis penyusunan pre-studi kelayakan kerja sama pemerintah dan dunia usaha/swasta.

  Bantuan teknis penyusunan pre-studi kelayakan kerja sama pemerintah dan dunia usaha/swasta.

  Untuk daerah yang belum dilayani SPAM a.

  

  d. Bantuan teknis penyusunan pola pembiayaan pengembangan SPAM melalui koperasi dan masyarakat.

  Bantuan dana stimulan untuk mendorong pengembangan SPAM oleh masyarakat secara mandiri.

  c.

  Bantuan teknis peningkatan pendanaan melalui kerja sama pemerintah dan dunia usaha/swasta.

  b.

  Kebijakan Pengembangan Kelembagaan

  Kebijakan ini diarahkan untuk memperkuat fungsi regulator dan operator dalam penyelenggaraan SPAM, menerapkan prinsip kepengusahaan pada lembaga penyelenggaraan dan menyusun peraturan perundangan.

  Strategi 1.

  Memperkuat peran dan fungsi dinas/instansi di tingkat kabupaten/kota dalam pengembangan SPAM Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut: 

  Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

  a. Bantuan teknis penyusunan dan penyempurnaan tupoksi dinas-dinas terkait pengembangan SPAM.

  b.

  Bantuan teknis peningkatan SDM melalui Sertifikasi ahli bidang air minum di semua tingkatan c.

  Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan SPAM d. Peningkatan fungsi regulator dalam rangka perkuatan kelembagaan melalui penyelenggaraan tugas dekonsentrasi dan pembantuan.

  e. Pengisian jabatan struktural/fungsional oleh SDM yang memiliki kompetensi yang sesuai. 

  Untuk daerah yang belum dilayani SPAM a.

  Bantuan teknis penyusunan dan penyempurnaan tupoksi dinas-dinas terkait pengembangan SPAM.

  b.

  Bantuan teknis peningkatan SDM melalui : Sertifikasi ahli bidang air minum di semua tingkatan.

  c. Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan SPAM

  d. Peningkatan fungsi regulator dalam rangka perkuatan kelembagaan melalui penyelenggaraan tugas dekonsentrasi dan pembantuan e.

  Pengisian jabatan struktural/fungsional oleh SDM yang memiliki kompetensi yang sesuai

  Strategi 2. Menerapkan prinsip-prinsip Good Governance dan Good Corporate Governance

  terutama untuk penyelenggara/operator SPAM Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut : 

  Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM a. Bantuan teknis untuk PDAM:

  b. Bantuan teknis peningkatan SDM melalui:

   Sertifikasi ahli bidang air minum di semua tingkatan

  Pengisian jabatan struktural/fungsional oleh SDM yang memiliki kompetensi yang sesuai

  Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan SPAM e. Peningkatan fungsi regulator dalam rangka perkuatan kelembagaan melalui penyelenggaraan tugas dekonsentrasi dan pembantuan f.

  c. Sertifikasi ahli bidang air minum di semua tingkatan d.

  Bantuan teknis penyusunan dan penyempurnaan tupoksi dinas-dinas terkait pengembangan SPAM b. Bantuan teknis peningkatan SDM melalui:

  Untuk daerah yang belum dilayani SPAM a.

   Peningkatan tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan good corporate governance. 

   Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan SPAM

   Pelatihan manajerial

   Bantuan teknis peningkatan SDM melalui :

  1. Sertifikasi ahli bidang air minum di semua tingkatan

   Peningkatan manajemen kepengusahaan melalui pengisian jabatan struktural/fungsional PDAM oleh SDM dengan kompetensi yang sesuai di setiap tingkatan

  f. Evaluasi kinerja penyelenggaraan SPAM secara periodik Bantuan Program Peningkatan kinerja PDAM :

  Peningkatan manajemen pengusahaan melalui pengisian jabatan struktural/fungsional oleh SDM yang memiliki kompetensi yang sesuai.

  e.

  Menerapkan sistem manajemen mutu dalam penyelenggaraan SPAM.

  d.

  Meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik berdasarkan prinsip-prinsip good corporate governance.

  2. Pelatihan Operasi dan Pemeliharaan SPAM c.

  Strategi 3. Melengkapi produk-produk peraturan perundangan dalam penyelenggaraan SPAM

  Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut : 

  Strategi 1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat khususnya bagi masyarakat

  a. Sosialisasi peran, hak dan kewajiban masyarakat dalam penyelenggaraan SPAM c.

  Untuk daerah yang belum dilayani SPAM

  

  Sosialisasi peran, hak dan kewajiban masyarakat dalam penyelenggaraan SPAM b. Sosialisasi hidup bersih dan sehat.

  Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM a.

  berpenghasilan rendah Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut: 

  Kebijakan ini diarahkan dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam penyelenggaraan SPAM.

  Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM a.

  Kebijakan Peningkatan Kemitraan Swasta Dan Masyarakat

  Penyusunan pedoman tentang kerjasama pemerintah dan dunia usaha/swasta d. Penyusunan peraturan tentang kerjasama koperasi dan masyarakat e. Penyusunan pedoman pembentukan kelembagaan pengelola SPAM f. Penyusunan pedoman pola investasi dan sistem pembiayaan pengembangan SPAM g. Penyusunan pola pembiayaan pengembangan SPAM melalui koperasi dan masyarakat

  b. Penyusunan NSPM pengembangan SPAM c.

  Untuk daerah yang belum dilayani SPAM a. Bantuan teknis penyusunan Kebijakan & Strategi Pengembangan SPAM Kecamatan.

  Penyusunan NSPM pengembangan SPAM c. Penyusunan pedoman tentang kerjasama pemerintah dan dunia usaha/swasta d. Penyusunan pedoman pola investasi dan sistem pembiayaan pengembangan SPAM. 

  b.

  Bantuan teknis penyusunan Kebijakan & Strategi Pengembangan SPAM Kecamatan.

  Penyebarluasan ciri keberhasilan kelompok masyarakat yang membangun SPAM d. Sosialisasi NSPM SPAM berbasis masyarakat (khusus PAM berbasis masyarakat) e. Mendorong pertumbuhan penyelenggara SPAM berbasis masyarakat dengan konsep pemberdayaan terutama utk masyarakat miskin & yg belum mendapatkan pelayanan air minum f.

  Bantuan teknis pembentukan kelembagaan masyarakat pengelola air minum

  Strategi 2. Menciptakan iklim investasi dengan pola insentif dan kepastian hukum

  Strategi ini dilaksanakan melalui rencana tindak sebagai berikut: 

  Untuk daerah yang sudah dilayani SPAM

  Meningkatkan kapasitas masyarakat dalam penyelenggaraan SPAM melalui fasilitasi kemitraan pemerintah dan dunia usaha/swasta/ masyarakat dalam pengembangan SPAM.

8.4. ANALISA DAN REKOMENDASI

  8.4.1. Studi Kelayakan (Feasibility Studies)

  Dalam mengusulkan sistem prasarana air minum harus melalui studi kelayakan dengan cakupan baik secara lengkap, sederhana maupun justifikasi teknis dan biaya dari berbagai aspek, antara lain aspek teknologis (teknis), aspek lingkungan, aspek sosial, aspek budaya, aspek ekonomi/finansial, dan aspek kelembagaan. Studi kelayakan lengkap diperuntukan untuk kegiatan pengembangan SPAM dengan cakupan pelayanan lebih dari 10.000 jiwa. Studi kelayakan lengkap diperuntukan untuk kegiatan pengembangan SPAM dengan cakupan pelayanan sampai dengan 10.000 jiwa.

  Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu dari ratusan Kabupaten di Indonesia yang masih belum menata dengan baik dan belum mengikuti mekanisme dan kaidah kelengkapan administrasi usulan program dan kegiatan pengembangan SPAM yang telah ditetapkan. Namun pada akhir tahun 2011 ini, Kabupaten Aceh Jaya berencana akan mengikuti mekanisme dalam mengusulkan program dan kegiatan pengembangan SPAM dengan membuat suatu kegiatan studi kelayakan pengembangan SPAM.

  8.4.2. Analisa Kebutuhan Prasarana Air Minum

  Dalam menganalisa kebutuhan prasarana air minum diperlukan proyeksi jumlah penduduk selama 3 – 5 tahun mendatang.

  8.4.2.1.Analisa Kondisi Pelayanan

  Pada tahun 2010 ini, pelayanan SPAM Kabupaten Aceh Jaya baru mencapai 30 – 31 %. Berdasarkan sasaran cakupan pengembangan SPAM Kabupaten Aceh Jaya, diperkirakan dibutuhkan penambahan sambungan rumah (SR) sekitar 82.500 unit sampai dengan tahun 2014.

  8.4.2.2.Analisa Kebutuhan Air

  Sampai saat ini, dalam sistem penyediaan air minum perpipaan Kabupaten Aceh Jaya, sumber air baku yang dipergunakan lebih banyak memanfaatkan air sungai krueng sabee.

  8.4.2.3.Analisa Sistem Sarana dan Prasarana Air Minum

  Dengan membandingkan antara kapasitas terpasang dan kapasitas produksi (pada tabel 8-3) dengan rencana penambahan sambungan rumah sampai tahun 2014, maka diperlukan penambahan instalasi pengolahan air minum.

  8.4.3. Analisa Kebutuhan Program

  Dengan memperhatikan kondisi cakupan pelayanan air minum yang baru mencapai 30 – 31 %, dan rumusan masalah dalam pengembangan SPAM Kabupaten Aceh Jaya yang telah dipaparkan pada halaman sebelumnya, maka diperlukan program-program sebagai berikut:

   yang ada di kabupaten Aceh Jaya. Peningkatan cakupan pelayanan dan pengembangan SPAM di wilayah - wilayah kecamatan  Aceh Jaya.

  Penyediaan PS Air Minum untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dilokasi kecamatan

  8.4.4. Rekomendasi

  Beberapa rekomendasi pengembangan SPAM di Kabupaten Aceh Jaya adalah : i. Penyediaan air minum bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah. ii. Peningkatan cakupan pelayanan dan pengembangan SPAM di wilayah wilayah yng belum terjangkau PDAM. iii. Peningkatan cakupan pelayanan dan pengembangan SPAM di wilayah yang sudah terjangkau PDAM. iv. Perlunya studi kelayakan v. Perlunya Detailed Engineering Design (DED).

8.5. SISTEM PRASARANA YANG DIUSULKAN

  8.5.1. Sistim Non Perpipaan

  Dalam dokumen RPIJM bidang PU / Cipta Karya Kabupaten Aceh Jaya ini, belum ada program- program dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka pengembangan SPAM SPAM sistem non perpipaan.

  8.5.2. Sistim Perpipaan