HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KADER POSYANDU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI WILAYAH KECAMATAN PLEMAHAN

  SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KADER POSYANDU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI WILAYAH KECAMATAN PLEMAHAN Oleh : Dwi Aprillia Nurkholifah 011112024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015

  SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KADER POSYANDU TENTANG KANKER SERVIKS DENGAN PERILAKU DETEKSI DINI KANKER SERVIKS DI WILAYAH KECAMATAN PLEMAHAN Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kebidanan Dalam Program Studi Pendidikan Bidan Pada Fakultas Kedokteran UNAIR Oleh : Dwi Aprillia Nurkholifah 011112024 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIDAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2015

PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI

  Skripsi de ngan j udul H ubungan A ntara Pengetahuan K ader P osyandu Tentang Kanker S erviks Dengan Perilaku D eteksi D ini K anker S erviks Di W ilayah Kecamatan Plemahan Telah diuji pada tanggal: 29 Juli 2016 Panitia penguji Skripsi : Ketua : Miatuningsih, Dip. Mw., S.Pd

  NIP.195008281986032001 Anggota Penguji : 1. Atika S.Si, M. Kes.

  NIP.197002091998022001

  2. Sunjoto, dr.,SpOG (K) NIP.194811201977031001

UCAPAN TERIMAKASIH

  Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbinganNYA ka mi d apat m enyelesaikan s kripsi de ngan j udul “Hubungan Antara t Pengetahuan Kader Posyandu Tentang Kanker Serviks Dengan Perilaku Deteksi D ini K anker S erviks di W ilayah K ecamatan P lemahan”. S kripsi i ni merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kebidanan (S.Keb) pada P rogram S tudi Pendidikan B idan F akultas K edokteran U niversitas Airlangga.

  Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya dengan hati yang tulus kepada:

  1. Prof. D r. D r. S oetojo, S p. U s elaku D ekan Fakultas K edokteran U niversitas Airlangga Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami unt uk m engikuti da n m enyelesaikan pendidikan pr ogram s tudi pendidikan bidan

  2. Baksono W inardi, dr ., Sp.OG ( K), s elaku k etua P rogram S tudi P endidikan Bidan F akultas K edokteran U niversitas A irlangga yang t elah m emberikan kesempatan d an dor ongan ke pada ka mi unt uk m enyelesaikan pr ogram pendidikan bidan

  3. Budi Prasetyo, dr., Sp.OG selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

  4. Sunjoto,dr., S p.OG ( K), s elaku D osen P embimbing yang t elah m eluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

  5. Atika, S.Si ,M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu untuk memberikan bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

  6. Miatuningsih, Dip. Mw., S.Pd, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan sehingga skripsi ini dapat menjadi lebih baik.

  7. Para dosen / pengajar serta staf sekretariat P rogram S tudi P endidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang telah banyak membantu.

  8. Ayah, i bu, s uami, a nak s erta s eluruh k eluarga yang t elah memberikan dukungan, m otivasi da n m emberikan do’ a s ampai pe nyusunan s kripsi i ni selesai

  9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  Semoga Allah S WT me mbalas b udi b aik s emua p ihak yang te lah me mberi kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini. Kami sadari bawa skripsi ini jauh dari sempurna tapi kami berharap bermanfaat bagi pembaca.

  Surabaya, 06 Februari 216 Penulis

  ABSTRAK

  Kanker s erviks ( leher r ahim) m erupakan t umor ga nas yang t umbuh didalam l eher r ahim atau s erviks. Kanker s erviks m erupakan p enyakit yang disebabkan ol eh i nfeksi vi rus H PV. F aktor da ri pa sangan s eksual, hubung an seksual pada usia muda, dan perilaku seksual dari pasangan dapat meningkatkan resiko wanita terpapar virus HPV yang akan berkembang menjadi kanker serviks

  Masalah dari peneitian ini adalah tingginya angka kejadian kanker serviks dan rendahnya masyarakat yang melakukan deteksi dini kanker serviks terutama kader posyandu . Angka kejadian kanker serviks di Indonesia mencapai 90 – 100 per 100 ribu penduduk, dimana telah ditemukan kurang lebih 200.000 kasus baru setiap t ahunnya. D an d iperkirakan s etiap 2 j am t erdapat s atu or ang w anita meninggal akibat kanker ini

  Metode p enelitian in i, analitik c ross – sectional. P engambilan s ampel menggunakan cluster sampling dilakukan selama bulan Februari 2016- Mei 2016 sebanyak 56 responden. Variabel penelitian, pengetahuan tentang kanker serviks dan pe rilaku de teksi di ni ka nker s erviks. Instrumen pe nelitian be rupa l embar kuesioner. A nalisis da ta m enggunakan pr ogram S PSS 16,00 de ngan uj i chi-

  square

  Hasil penelitian dari 56 responden kader posyandu, diketahui sebesar 61% responden memiliki pengetahuan cukup, serta 54% responden pernah melakukan deteksi di ni ka nker s erviks. H asil uj i Chi-Square didapatkan ni lai s ignifikansi sebesar 0,001 ( p<0,05)yang be rarti t erdapat hubung an yang s ignifikan a ntara pengetahuan kader posyandu tentang kanker serviks dengan perilaku deteksi dini kanker serviks

  Kesimpulan pe nelitian i ni, s ebagian be sar r esponden c ukup m engetahui informasi tentang kanker serviks dan sudah pernah melakukan deteksi dini kanker serviks. S erta t erdapat hubungan a ntara pe ngetahuan k ader pos yandu tentang kanker serviks dengan perilaku deteksi dini kanker serviks Kata kunci : kanker serviks, pengetahuan, deteksi dini

  ABSTRACT This study aimed to analyze the relationship between the knowledge about cervical c ancer P osyandu c adres t o t he be havior of e arly de tection of c ervical cancer .

  The popul ation in t his s tudy w ere al l c adres P osyandu i n D istrict Plemahan - Kediri in 2016. The research sample is Posyandu cadre in the District Plemahan - Kediri, namely in 4 v illages selected randomly. Technics scoring in the k nowledge t hat " A" s cores 1 and " One" s core of 0. While t he l evel of knowledge s ummed and c alculated pe rcentage. I s f urther di vided i nto t hree categories: good, sufficient and less. Knowledge of "Good" with a score of 2 when receiving a percentage of 76% - 100%, "Enough" with a score of 1 when you get a percentage of 56% - 75%, while knowledge "Less" with a score of 0 if given ˂ percentage of 56% . da ta anal ysis us ing SP SS 16.00 c hi-square t est with a significance level of p ˂ provisions 0, 0,5.

  The r esults of t he 56 r espondents m others P osyandu c adres, known by 61% of respondents have enough knowledge, as well as 54% of respondents have already done t he e arly de tection of cer vical cancer. Chi-Square t est r esults significant value 0,001(p<0,05).

  The c onclusion of t his s tudy, t he m ajority of r espondents ar e aw are of information about cervical cancer and most have already done the early detection of cervical cancer. And there is a relationship between knowledge about cervical

cancer Posyandu cadres to the behavior of early detection of cervical cancer.

  Keywords: cervical cancer, knowledge, behaviors early detection

  DAFTAR ISI

  Halaman

  SAMPUL DEPAN SAMPUL DALAM

  ................................................................... i

  PRASYARAT GELAR

  ............................................................ ii

  SURAT PERNYATAAN

  ......................................................... iii

  LEMBAR PERSETUJUAN

  .................................................... iv

  PENETAPAN PANITIA PENGUJI

  ....................................... v

  LEMBAR PENGESAHAN

  ...................................................... vi

  UCAPAN TERIMAKASIH

  ..................................................... vii

  ABSTRAK

  ................................................................................. viii

  ABSTRACT

  ............................................................................... ix

  DAFTAR ISI

  ............................................................................. x

  DAFTAR TABEL

  ..................................................................... xi

  DAFTAR GAMBAR

  ................................................................ xii

  DAFTAR LAMPIRAN

  ............................................................ xiii

  BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang......................................................

  1 1.2 Rumusan Masalah................................................

  4 1.3 Tujuan Penelitian..................................................

  4 1.3.1 Tujuan Umum.....................................

  4 1.3.2 Tujuan Khusus....................................

  4 1.4 Manfaat Penelitian...............................................

  5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengetahuan............................................

  6 2.1.1 Definisi Pengetahuan ...........................

  6 2.1.2 Ada 6 tingkat pengetahuan....................

  7

  2.1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi

  Pengetahuan .........................................

  8

  2.1.4 Berbagai cara memperoleh pengetahuan

  10 2.1.5 Pengukuran Pengetahuan......................

  11 2.2 Konsep Perilaku...................................................

  12 2.2.1 Defisi Perilaku......................................

  12 2.2.2 Macam – macam Perilaku....................

  12 2.2.3 Pengertian Perilaku kesehatan..............

  13 2.2.4 Klasifikasi Perilaku Kesehatan.............

  13 2.2.5 Perubahan Perilaku...............................

  14 2.2.6 Bentuk Perubahan Perilaku..................

  15 2.2.7 Strategi Perubahan Perilaku.................

  16 2.3 Konsep Kanker Serviks.......................................

  17 2.3.1 Definisi Kanker Serviks.......................

  17 2.3.2 Etiologi.................................................

  18 2.3.3 Faktor Resiko.......................................

  18 2.3.4 Tanda dan Gejala.................................

  21 2.3.5 Patologi................................................

  22 2.3.6 Stadium................................................

  23 2.3.7 Diagnosis.............................................

  24 2.3.8 Penatalaksanaan................................

  24 2.3.9 Prognosis.............................................

  26 2.3.10 Pencegahan........................................

  28 2.3.11 Skrinning dan Deteksi Dini...............

  29 2.4 Konsep Kader Posyandu ....................................

  36

  2.5 Hubungan antara pengetahuan kader posyandu tentang kanker serviks dengan perilaku deteksi dini kanker serviks................................................

  37 BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Konseptual........................................

  40 3.2 Hipotesis...........................................................

  41 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rencana Penelitian...........................................

  42 4.2 Populasi dan Sampel........................................

  43 4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian...........................

  44 4.4 Variabel dan Definisi Operasional Variabel...

  44 4.5 Tehnik Pengumpulan Data..............................

  45

  4.6 Anilisis Data....................................................

  46 4.7 Kerangka Kerja...............................................

  47 4.8 Ethical Clearance............................................

  48 BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian ................

  50 5.2 Deskripsi Data Umum Responden.....................

  51

  5.3 Hubungan Tingkat Pengetahuan Kader Posyandu Tentang Kanker Serviks Terhadap Perilaku Deteksi Dini Kanker Serviks..............

  56 BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Pembahasan.......................................................

  57 BAB 7 PENUTUP 7.1 Kesimpulan .....................................................

  62 7.2 Saran.................................................................

  62 DAFTAR PUSTAKA.......................................................

  64 LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL

  Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Histo PA Kanker Serviks WHO 1975 Dan WHO 1994..................................

  22 Tabel 2.2 Stadium Kanker Serviks.........................................

  23 Tabel 2.3 Penatalaksanaan Kanker Serviks............................

  24 Tabel 2.4 Sistem Papanicolaou,WHO dan Bethesda.............

  33 Tabel 4.1 Variabel dan DefinisiOperasional..........................

  45

  DAFTAR GAMBAR

  Halaman Gambar 3.1 Kerangka Konseptual..........................................

  40 Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian...................................

  4 Gambar 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Usia...

  51 Gambar 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan.............................................

  52 Gambar 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Cara Mmperoleh Informasi Tentang Kanker Serviks............................................................. ...

  52 Gambar 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Kader Posyandu Tentang Kanker Serviks..................................................

  53 Gambar 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Yang Sudah Dan Belum Melakukan Deteksi Dini Kanker Serviks...............................

  53 Gambara 5.6 Distribusi frekuensi jenis pemeriksaan deteksi dini kanker serviks yang dilakukan responden..

  54 Gambar 5.7 Distribusi frekuensi alasan responden tidak melakukan deteksi dini kanker serviks.................

  54 Gambar 5.8 Distribusi frekuensi dasar responden mau melakukan deteksi dini kanker serviks................

  55

  DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran1 Jadwal Kegiatan................................................................

  66 Lampiran 2 Informed Consent............................................................

  67 Lampiran 3 Instrumen Penelitian.......................................................

  68 Lampiran 4 Surat Ijin Penelitian..........................................................

  74 Lampiran 5 Uji Chi- Square..................................................................

  78 Lampiran 6 Lembar Konsultasi............................................................

  79

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kanker s erviks (leher r ahim) m erupakan t umor ganas yang t umbuh

  didalam leher rahim atau serviks. Kanker serviks terjadi pada serviks uterus, suatu daerah organ reproduksi pada wanita yang merupakan pintu masuk ke rahim d an t erletak antara r ahim d an l iang s enggama at au an tara u terus dan vagina (Poondag, 2013).

  Kanker s erviks m erupakan pe nyakit yang di sebabkan ol eh i nfeksi virus HPV. Faktor dari pasangan seksual, hubungan seksual pada usia muda, dan pe rilaku s eksual d ari pa sangan d apat m eningkatkan r esiko w anita terpapar vi rus HPV yang akan be rkembang m enjadi kanker serviks. Karena HPV da pat be rpindah d ari kul it ke kul it ( skin t o s kin c ontact), p enggunaan kondom da pat m engurangi ke jadian ka nker s erviks t api t idak s epenuhnya melindungi dari resiko penularan HPV (Vanslyke,2008).

  Kanker s erviks m erupakan ka nker t erbanyak kelima pa da w anita diseluruh dunia. Penyakit ini terdapat banyak pada wanita di negara – negara seperti A merika Latin, Afrika d an n egara – negara b erkembang l ainnya d i Asia, termasuk Indonesia. Di negara maju kanker serviks menempati urutan ke-empat setelah kanker payudara, kolorektum, dan edometrium. Sedangkan di ne gara be rkembang ka nker s erviks m enempati u rutan p ertama ( Rasjidi, 2009).

  Di i ndonesia, ka nker s erviks m erupakan masalah k esehatan b agi wanita sehubungan d engan t ingginya an gka k ejadian d an an gka k ematian. Setiap t ahun, di duni a terdapat kur ang l ebih 5 00.000 ka sus b aru k anker serviks da n t erdapat l ebih da ri 250.000 ke matian ( Rasjidi, 2009) . A ngka kejadian ka nker s erviks di I ndonesia m encapai 90 – 100 pe r 100 r ibu penduduk, di mana t elah di temukan kur ang l ebih 200.000 ka sus b aru s etiap tahunnya. D an di perkirakan s etiap 2 j am t erdapat s atu or ang w anita meninggal akibat kanker ini di Indonesia (Christine Poondag, 2013).

  Di r umah sakit D r. C ipto M angunkusumo, f rekuensi ka nker s erviks sebesar 76,2 % di antara kanker ginekologi. Terbanyak pasien datang pada stadium la njut, yaitu s tadium IIB-IVB, sebanyak 66,4 % . K asus de ngan stadium IIIB, yaitu stadium dengan gangguan fungsi ginjal, sebanyak 37,3 % atau lebih sepertiga kasus (Rasjidi , 2009).

  Di RSUD Dr. Soetmo, pasien kanker serviks mencapai 3 – 4 orang per hari. S epanjang J anuari hi ngga D esember 2014, pa sien k anker s erviks mencapai 842 orang.

  Faktor resiko da ri ka nker s erviks yang t elah di buktikan a ntara l ain perilaku hubunga n s eksual, ka rakteristik pa rtner, r iwayat ginekologis, D ES, agen i nfeksius ( HPV, H erpes s impleks), m erokok. D an f aktor yang diperkirakan a ntara l ain kont rasepsi o ral, di et, e tnis da n f aktor s osial, s erta pekerjaan (Rasjidi, 2009).

  Promosi ke sehatan m engenai ka nker s erviks s aat i ni s udah m ulai banyak di lakukan di d aerah- daerah, ba nyak p enyuluhan-penyuluhan y ang dilakukan petugas kesehatan guna mencegah bertambah banyaknya penderita kanker s erviks, s alah s atunya de ngan m enggalakkan pr ogram d eteksi d ini kanker s erviks yaitu m elalui IVA da n Pap s mear. P etugas kesehatan d alam kegiatannya m emberikan p romosi k esehatan s elalu m elibatkan or ang l ain yaitu kader posyandu. Kader posyandu merupakan peghubung antara petugas kesehatan d an m asyarakat. K ader pos yandu j uga di j adikan contoh ba gi masyarakat d alam b erperilaku k esehatan. K ader-kader pos yandu i ni t erlebih dahulu di beri be kal ol eh p etugas k esehatan sebelum m ereka m engajak masyarakat. Dengan d emikian m asyarakat s angat m empercayai k ader posyandu.

  Pada s uatu pe rtemuan p osyandu di D esa Bogo Kidul yang di hadiri oleh Ibu Camat Kecamatan Plemahan, dalam sambutannya beliau mengatakan di wilayah Kecamatan Plemahan masyarakat yang mengikuti program deteksi dini kanker serviks sangat sedikit sekali terutama di Desa Bogo Kidul, belum ada sama sekali masyarakat yang mengikuti program tersebut. Para kader pun belum ada yang mengikuti. Ketika masyarakat ditanya alasannya banyak yang menjawab b ahwa k ader-kader be lum a da yang mengikuti s ehingga m ereka enggan m engikuti. Sehingga d alam penelitian ini ka der pos yandu di jadikan sebagai s ubyek p enelitian, k arena k ader d apat menjadi p atokan m asyarakat dalam berperilaku kesehatan. Jika kader posyandu belum pernah melakukan deteksi di ni ka nker s erviks m aka d apat di simpulkan bahwa m asyarakatnya juga belum pernah melakukan, dan begitu juga sebaliknya.

  Kecamatan Plemahan Kabupaten Kediri merupakan Kecamatan yang terdri dari 17 d esa, p enelitian i ni di lakukan di K ecamatan Plemahan karena tempatnya yang s trategis. D i K ecamatan i ni t erdapat 1 P uskesmas yang menaungi 1 7 d esa d i K ecamatan P lemahan yaitu P uskesmas P uhjarak. Di Puskesmas t ersebut t elah dilaksanakan pr ogram de teksi di ni ka nker s erviks, tetapi s ayangnya m asih s angat s edikit m asyarakat yang m au m elakukan deteksi dini kanker serviks di Puskesmas tersebut. Atas dasar itulah peneliti ingin me lakukan pe nelitian de ngan j udul “ Hubungan A ntara P engetahuan Kader P osyandu T entang K anker S erviks Dengan Perilaku D eteksi Dini Kanker Serviks di Wilayah Kecamatan Plemahan” 1.2.

   Rumusan Masalah

  Apakah a da hubunga n a ntara pe ngetahuan ka der pos yandu t entang kanker s erviks dengan perilaku d eteksi di ni ka nker s erviks di w ilayah Kecamatan Plemahan? 1.3.

   Tujuan Penelitian

  1.3.1. Tujuan Umum Menganilisis hubung an a ntara pe ngetahuan ka der pos yandu t entang kanker serviks dengan perilaku deteksi dini kanker serviks di wilayah Kecamatan Plemahan

  1.3.2. Tujuan Khusus 1) M engidentifikasi pe ngetahuan ka der pos yandu t entang k anker serviks.

  2) M engidentifikasi p erilaku de teksi di ni ka nker s erviks pada k ader posyandu 3) Menganalisis hubungan antara pengetahuan kader posyandu tentang kanker s erviks dengan perilaku de teksi di ni ka nker s erviks di wilayah Kecamatan Plemahan

1.4. Manfaat Penelitian

  1) Bagi Peneliti lain Penelitian i ni d iharapkan d apat m enambah w awasan d an p engetahuan serta menjadi referensi untuk penelitian lebih lanjut.

  2) Bagi Institusi Pelayanan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam rangka peningkatan k esehatan w anita, K hususnya p emeriksaan d eteksi di ni kanker s erviks. S ehingga da pat m enurunkan angka ke jadian ka nker serviks.

  3) Bagi masyarakat Diharapkan m asyarakat mau m elakukan de teksi dini unt uk m enghambat bertambahnya k ejadian k anker s erviks s ehingga d apat m eningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

  2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah h asil t ahu d ari m anusia yang s ekedar menjawab pertanyaan (Notoatmodjo,2002).

  Pengetahuan ad alah p esan yang ad a dalam pi kiran m anusia sebagai h asil p enggunaan p anca i ndera, yang b erbeda s ekali d engan kepercayaan ( believe), t ahayul (superstition) d an p enerangan – penerangan yang keliru (miss information) (Soekanto, 1999).

  Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pa nca i ndera m anusia yaitu : i ndera pe ngelihatan, pendengarkan, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui penglihatan d an p endengaran. Pengetahuan merupakan dasar untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

  6

  2.1.2 Ada 6 tingkat pengetahuan, yaitu : 1) Know (Tahu)

  Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. T ermasuk d alam p engetahuan i ni ad alah m engingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh badan. 2) Komprehension (Memahami)

  Memahami diartikan sebagai kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan menginterprestasikan materi tentang objek yang di ketahui, d an da pat m enginterprestasikan m ateri t ersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi yang harus da pat m enjelaskan, m enyebutkan c ontoh, m enyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

  3) Aplication (Aplikasi) Aplikasi di artikan s ebagai ke mampuan unt uk m engaplikasikan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya

  (rill). A plikasi di sini d apat di artikan p enggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks lain.

  4) Analysis (Analisa) Analisa m erupakan s uatu ke mampuan unt uk m enjabarkan m ateri atau objek kedalam komponen – komponen, tetapi masih dalam suatu struktur or ganisasi t ersebut da n m asih a da k aitannya s atu s ama l ain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata – kata kerja.

  5) Synthesis (Sintesis) Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau mengubungkan ba gian – bagian di da lam s uatu be ntuk ke seluruhan yang b aru. Dengan k ata l ain s intesis i ni s uatu ke mampuan unt uk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi yang ada.

  6) Evaluation (Evaluasi) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk penilaian terhadap suatu obj ek. P enilaian – penilaian i ni b erdasarkan s uatu k riteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah ada. Pengukuran p engetahuan d apat d ilakukan d engan w awancara at au angket yang m enanyakan t entang i si m ateri yang i ngin di ukur da ri subjek penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita ketahui a tau ki ta ukur dan ki ta s esuaikan de ngan t ingkatan di atas.

  (Notoatmodjo, 2003).

  2.1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain : 1) Tingkat Pendidikan

  Pendidikan a dalah upa ya unt uk m emberikan pe ngetahuan s ehingga terjadi perubahan perilaku positif yang meningkat. Tingkat pendidikan menunjukan korelasi yang positif dengan terjadinya perubahan perilaku positif yang m eningkat da n de ngan de mikian pe ngetahuan j uga meningkat. P embagian menurut D epdiknas yaitu pe ndidikan da sar (SD,SMP), menengah (SMK,MA,SMA), tinggi (Akademi, PT).

  2) Informasi Seseorang m empunyai i nformasi yang l ebih b anyak ak an mempunyai pengetahuan yang lebih luas.

  3) Budaya Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhan meliputi sikap dan kepercayaan.

  4) Pengalaman Suatu yang p ernah dialami s eseorang akan m enambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informal.

  5) Sosial Ekonomi Tingkat k emampuan s eseorang unt uk m emenuhi ke butuhan hidup. S emakin t inggi t ingkat s osial ekonomi a kan m enambah pengetahuan. 6) Umur

  Jumlah t ahun yang di lalui i bu s ejak ke lahirannya hi ngga ul ang tahun terakir.

  (Soekanto, 2000). Pengetahuan j uga d apat d iperoleh m elalui k enyataan ( fakta) d engan melihat d an m endengar sendiri, s erta m elalui al at – alat kom unikasi.

  Misalnay d engan m embaca s urat k abar, m endengarkan radio, m elihat film atau televisi dan lain sebagainya (Depkes, 2003).

  2.1.4 Berbagai cara memperoleh pengetahuan : 1) Cara Tradisonal

  Cara t radisional i ni di gunakan or ang unt uk m emperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukan metode penemuan secar sistematik dan l ogis. C ara penemuan p engetahuan pada p eriode i ni antara lain :

  (1) Cara Coba Salah (Trial and Error) Cara yang p aling t radisioal, yang pe rnah di gunakan ol eh manusia d alam m emperoleh p engetahuan ad alah melalui car a coba – coba. (2) Cara Kekuasaan

  Pengetahuan d iperoleh melalui o toritas at au k ekuasaan, baik tr adisi, o toritas p emerintah, o toritas p emimpin a gama, maupun ahli ilmu pengetahuan. (3) Berdasarkan pengalaman pribadi. (4) Melalui jalan pikiran.

  2) Cara modern Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metologi penelitian (research metodology).

  (Notoadmodjo, 2005).

  2.1.5 Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pe ngetahuan da pat di lakukan d engan w awancara atau angket yang m enanyakan t entang i si m ateri yang i ngin di ukur da ri subjek penelitian atau responden.

  Indikator yang d apat di gunakan m engetahui t ingkat p engetahuan, dapat dikelompokkan menjadi : (Notoatmodjo, 2003).

  1) Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi : (1) Penyebab penyakit (2) Gejala dan tanda penyakit (3) Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan (4) Bagaimana cara penularannya (5) Bagaimana cara pencegahannya

  2) Pengetahuan t entang c ara p emeliharaan k esehatan d an car a h idup sehat, meliputi : (1) Jenis – jenis makanan yang bergizi (2) Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatan

  3) Pentingnya olahraga bagi kesehatan (1) Penyakit atau bahaya merokok, minuman keras, dan sebagainya

  (2) Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi dan sebagainaya 4) Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan

  (1) Manfaat air bersih (2) Cara p embangunan l imbah yang s ehat, t ermasuk pe mbuangan kotoran yang sehat dan sampah (3) Akibat pol usi ( air,udara da n t anah) ba gi kesehatan da n sebagainya

  Pengetahuan diukur melalui penyebaran kuisioner kepada ibu – ibu kader, dimana teknik pemberian skor pada pengetahuan yaitu “Benar” skor 1 da n “Salah” skor 0. S edangkan tingkat pengetahuan responden dijumlahkan da n di hitung p rosentasinya. S elanjutnya di bagi da lam 3 kategori yaitu : ba ik, cukup da n kur ang. P engetahuan “ baik” d engan skor 2 bi la m endapat pr osentase 76 – 100 %, “ cukup” dengan skor 1 bila mendapat prosentase 56 – 75 %, sedangkan pengetahuan “kurang” dengan skor 0 bila mendapat prosentase ˂ 56 %. (Nursalam, 2003).

2.2 Konsep Perilaku

  2.2.1 Definisi Perilaku Perilaku adalah semua k egiatan at au aktivitas manusia, baik yang dapat di amati l angsung, m aupun yang t idak d apat di amati ol eh pi hak luar. (Notoatmodjo, 2003b).

  2.2.2 Macam – macam Perilaku Skinner(1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respon terhadap stimulus. Maka teori skinner disebut teori

  “S – O - R” atau Stimulus – Organisme – Respons.

  1) Respondent respons atau Reflexsive Yakni r espons yang di timbulkan ol eh r angsangan – rangangan

  (stimulus) te rtentu. S timulus s emacam in i d isebut electing

  stimulation. Misalnya, makanan yang lezat menimbulkan keinginan

  untuk makan atau respon emosional seperti sedih ketika mendengar berita tentang musibah.

  2) Perilaku terbuka (overt behavior) Respon s eseorang t erhadap s timulus da lam be ntuk t indakan nyata at au t erbuka. M isal, s eorang i bu m emeriksakan kehamilannya, p enderita T B p aru m inum o bat secara t eratur d an sebagainya.

  2.2.3 Pengertian Perilaku Kesehatan Menirut S kinner ( 1938, da lam N otoatmodjo 2003a ), pe rilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, dan minuman serta lingkungan.

  2.2.4 Klasifikasi Perilaku Kesehatan Perilaku ke sehatan di kl asifikasikan m enjadi 3 ke lompok (Notoatmodjo, 2003).

  1) Perilaku Pemeliharaan Kesehatan ( health Maintanance) Adalah perilaku atau usaha – usaha seseorang untuk memelihara kesehatan agar tidak sakit.

  2) Perilaku Pencairan Pengorbanan Perilaku ini adalah m enyangkut upaya atau tindakan seseorang pada s aat m enderita penyakit. T indakan i ni di mulai d engan mengobati s endiri ( self tr eatment) s ampai m encari p engobatan k e luar negeri.

  3) Perilaku Kesehatan Lingkungan Adakah ba gaimana s eseorang m erespons l ingkungan, b aik lingkungan f isik m aupun s osial buda ya da n s ebagainya. S ehingga lingkungan t ersebut t idak m empengaruhi k esehatannya. Dengan perkataan l ain, b agaimana s eseorang m engelola l inhkungannya sehingga t idak m engganggu k esehatannya s endiri, ke luarga atau masyarakat. M isalnya b agaimana m engelola p embuangan s ampah, pembuangan limbah dan sebagainya.

  2.2.5 Perubahan (Adopsi) Perilaku Penelitan R ogers 1974 yang di kutip ol eh N otoatmodjo ( 2007) menjelaskan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng da ripada yang t idak di dasari pe ngetahuan. S ebelum or ang mengadopsi pe rilaku d alam di ri o rang t ersebut t elah t erjadi p roses berurutan, yaitu : 1) Kesadaran (awareness) dimana orang terebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) 2) Tertarik (interest) dimana orang (subyek) m erasa t ertarik t erhadap stimulus atau obyek tertentu

  3) Evaluasi ( evaluation) s ubyek m enimbang – nimbang s timulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap respon sudah lebih baik lagi

  4) Mencoba ( trial) d imana s ubyek m ulai m encibamelakukan s esuatu dengan apa yang dikehendaki dari dan oleh stimulus

  2.2.6 Bentuk Perubahan Perilaku Bentuk perubahan perilaku menurut WHO ada 3 kelompok, yaitu : 1) Perubahan Alamiah (Natural Change)

  Perilaku m anusia s elalu be rubah. S ebagian perubahan i tu disebabkan o leh k ejadian al amiah. A pabila d alam m asyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota – anggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan

  2) Perubahan Terancam (Planned Change) Perubahan p erilaku i ni t erjadi m emang d irencanakan s endiri oleh subyek

  3) Kesediaan Untuk Berubah (Readdiness to change) Apabila te rjadi s uatu in ovasi a tau p rogram – program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian or ang s angat c epat unt uk m enerima i novasi t ersebut d an sebagian orang menerima inovasi tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah (Readdiness to Change) yang berbeda – beda

  2.2.7 Strategi Perubahan Perilaku Agar di peroleh perubahan perilaku sesuai dengan norma – norma kesehatan m aka d iperlukan s trategi yang b aik. S trategi p erubahan. perilaku menurut WHO : 1) Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan

  Dalam ha l i ni pe rubahan pe rilaku di paksakan t erhadap s asaran atau m asyarakat s ehingga i a m au m elakukan (berperilaku) s eperti yang diharapkan. Misalnya dengan adanya peraturan – peraturan / perundang – undangan yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini akan menghasilkan perubahan perilaku yang cepat tetapi belum tentu berlangsung lama karena tidak didasari kesadaran sendiri.

  2) Pemberian informasi Dengan memberikan informasi – informasi tentang cara – cara mencapai h idup s ehat, c ara m emelihara k esehatan d an s ebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut.

  Selanjutnya d engan p engetahuan – pengetahuan t ersebut ak an menimbulkan kesadaran mereka, akhirnya menimbulkan perubahan perilaku p ada d iri m ereka. C ara i ni m emakan waktu l ama t etapi perubahan p erilaku b ersifat l anggeng k arena didasar k esadaran mereka sendiri. 3) Diskusi partisipasi

  Cara ini sebagai peningkatan cara yang kedua diatas yang dalam memberikan informasi – informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Dengan demikian masyarakat ikut aktif berpartisipasi melalui diskusi – diskusi tentang informasi kesehatan dan tidak pasif hanya menerima informasi. Cara ini memakan waktu yang lama.

2.3 Konsep Kanker Serviks

  2.3.1 Definisi kanker serviks Kanker adalah be ntuk pe rtumbuhan s el – sel da lam t ubuh

  (khususnya di mulai di ba gian o rgan t ertentu yang r entan) yang abnormal. K eabnormalan ka nker antara l ain t ercermin da ri ad anya kemampuan tumbuh sel yang tidak terbatas (Puspitasari, 2007).

  Serviks ad alah l eher at au b agian yang m enyempit, m erupakan bagian da ri s aluran j alan l ahir yang m enonjol s ekitar 1 cm ke da lam kubah vagina (Jong, 2004).

  Kanker serviks (leher rahim) merupakan tumor ganas yang tumbuh didalam l eher r ahim a tau s erviks. K anker s erviks t erjadi pa da s erviks uterus, s uatu da erah or gan r eproduksi pa da w anita yang m erupakan pintu m asuk k e r ahim d an t erletak an tara rahim d an l iang s enggama atau antara uterus dan vagina (Poondag, 2013).

  Kanker l eher r ahim a dalah t umor ga nas yang t umbuh di dalam rahim / s erviks ( bagian t erendah d ari r ahim yang m enempel p ada puncak vagina). kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35

  • – 55 tahun. 90 % dari kanker serviks berasal dari sel skuamosa yang melapisi s erviks d an 1 0 % s isanya b erasal d ari sel kel enjar penghasil lendir p ada s aluran s ervikal yang m enuju k e d alam r ahim. ( Amalia, lena, 2009).

  2.3.2 Etiologi Sel kanker serviks pada awalnya berasal dari sel epitel serviks yang mengalami m utasi genetik s ehingga m engubah perilakunya. S el yang bermutasi ini melakukan pembelahan sel yang tidak terkendali, imortal dan m enginvasi j aringan s troma d ibawahnya. Keadaan yang menyebabkan m utasi ge netik i ni t idak da pat di perbaiki s ehingga menimbulkan pertumbuhan kanker. (Prawirohardjo, 2006).

  Penyebab u tama k anker s erviks adalah v irus H PV ( human

  papilloma v irus). T erutama t ipe 16,18,31,33,35,45,51,52,56 da n 58

  sering di temukan p ada kanker m aupun l esi pr akanker. T etapi yang paling sering adalah tipe 16,18 dan 31. (Rasjidi, 2007).

  2.3.3 Faktor resiko 1) Perilaku seksual

  Perilaku b erganti – ganti m itra s eks d an u sia s aat m elakukan hubungan seks yang pertama dapat meningkatkan resiko lebih dari 10 k ali b ila mitr a s eks 6 a tau le bih, a tau b ila h ubungan s eks pertama kali dimulai dibawah umur 15 tahun.

  2) Karakteristik partner Sirkumsisi pe rnah di pertimbangkan m enjadi f aktor pe lindung, tapi sekarang hanya dihubungkan dengan penurunan faktor resiko.

  Studi ka sus kont rol ba hwa pa sien d engan k anker s erviks lebih sering m enjalani s eks aktif de ngan pa rtner yang m elakukan s eks berulang kali.

  Selain i tu, pa rtner da ri pr ia de ngan ka nker pe nis a tau pa rtner dari pria yang istrinya meninggal terkena kanker serviks juga akan meningkatkan resiko kanker serviks. 3) Riwayat ginekologis

  Walaupun us ia m enarch da n m enopause t idak mempengaruhi resiko kanker serviks, hamil usia muda dan jumlah kehamilan atau manajemen p ersalinan yang t idak t epat d apat p ula m eningkatkan resiko.

  4) Pemakaian DES (diethylstilbestrol) Biasanya pada wanita hamil untuk mencegah keguguran

  5) HPV

  Human papi lloma v irus, terdapat s ejumlah b ukti yang

  menunjukan HPV sebagai penyebab neoplasia servikal. HPV tipe 6 dan 11 be rhubungan e rat de ngan di plasia r ingan, yang s ering regresi. H PV t ipe 16 d an 18 di hubungkan d engan d iplasia b erat, yang ja rang r egresi d an s eringkali p rogresif me njadi k arsinoma insitu. 6) Merokok

  Tembakau m engandung ba han – bahan ka rsinogen ba ik yang dihisap sebagai rokokmaupun dikunyah. Asap rokok menghasilkan

  policyclic aromatic hydrocarbons heterocyclic a mine yang s angat

  karsinogen da n m utagen, s edang bi la di kunyah i a m enghasilkan

  netrosamine. B ahan yang b erasal d ari t embakau yang d ihisap

  terdapat pada getah serviks wanita perokok dan dapat menjadi ko karsinogen i nfeksi vi rus. A li dkk. B ahkan m embuktikan ba han – bahan tersebut dapat menyebabkan kerusakan DNA epitel serviks sehingga dapat menyebabkan neoplasma serviks. 7) Kontrasepsi oral

  Resiko noni nvasif da n i nvasif ka nker s erviks be rhubungan dengan kont rasepsi or al. B agaimanapun, pe nemuan i ni ha silnya tidak s elalu kons isten da n t idak s emua s tudi da pat m embenarkan perkiraan resiko dengan mengontrol pengaruh kegiatan seksual.

  8) Diet Diet r endah ka rotenoid da n de fisiensi a sam f olat j uga dimasukkan dalam faktor resiko kanker serviks. Banyak sayur dan buah yang m engandung ba han – bahan a ntioksida da n be rkhasiat mencegah k anker. Dari b eberapa p enelitian t ernyata d efisiensii terhadap as am folat, v itamin C , E , be ta ka rotin be rhubungan dengan peningkatan resiko kanker serviks

  9) Etnis dan faktor sosial Wanita di ke las s osioekonomi yang p aling r endah m emiliki faktor r esiko l ima k ali l ebih b esar d aripada w anita d i k elas yang paling t inggi. H ubungan i ni m ungkin di kacaukan ol eh hubunga n seksual d an ak ses k e s istem p elayanan k esehatan. D i U SA, r as negro, hi spanik, dan wanita Asia m emiliki i nsiden kanker serviks yang l ebih t inggi d aripada w anita ras kul it put ih. P erbedaan i ni mungkin mencerminkan pengaruh sosioekonomi.

  10) Pekerjaan Sekarang i ni ke tertarikan di fokuskan pa da pr ia yang pasangannya m enderita ka nker s erviks. D iperkirakan ba hwa paparan b ahan t ertentu dari suatu pekerjaan ; debu, l ogam, bahan kimia tar atau oli mesin dapat menjadi faktor resiko kanker serviks.

  11) Perubahan sistem imun Perubahan s istem i mun di hubungkan de ngan meningkatnya resiko karsinoma serviks invasif pada wanita yang terinfeksi human

  immuodeficiency (HIV).

  2.3.4 Tanda dan gejala Perubahan pr akanker pa da s erviks bi asanya t idak m enimbulkan gejala, dan perubahan ini tidak terdeteksi kecuali dengan pemeriksaan panggul dan pap smear. Gejala biasanya muncul ketika sel serviks yang abnormal be rubah m enjadi ke ganasan da n m enyusup ke j aringan di sekitarnya. 1) Gejala kanker serviks stadium awal :

  (1) Perdarahan vagina yang ab normal, terutama d iantara 2 siklus menstruasi, setelah melakukan hubungan seksual, dan setelah menopause

  (2) Menstruasi abnormal (lebih lama dan lebih banyak) (3) Keputihan yang m enetap, de ngan c airan yang e ncer, berwarna pink, coklat, mengandung darah atau hitam serta berbau busuk

  2) Gejala dari kanker serviks stadium lanjut, antara lain : (1) nafsu makan berkurang, penurunan berat badan, kelelahan (2) nyeri panggul, punggung atau tungkai (3) dari vagina keluar air kemih atau tinja (4) patah tulang (fraktur) (Amalia, Lena, 2009)

  2.3.5 Patologi Secara histopatologi kanker serviks terdiri atas berbagi jenis. Dua bentuk yang s ering di jumpai a dalah ka rsinoma s el s kuamosa d an adenokarsinoma. S ekitar 85 % m erupakan ka rsinoma s erviks j enis skuamosa ( epidermoid), 10 % j enis a denokarsinoma da n 5 % a dalah jenis a denoskuamosa, clear cel l, s mall cel l, v erucous dan l ain – lain (Rasjidi, 2009).

Tabel 2.1 klasifikasi histo PA kanker serviks WHO 1975 dan WHO 1994 WHO 1975 WHO 1994

  Karsinomasel skuamosa

  Dengan pertandukan Tipe sel besar tanpa pertandukan Tipe sel kecil tanpa pertandukan

  Adenokarsinoma

  Tipe endoservik Tipe endometrioid

  Karsinoadenoskuamosa

  (adenoepidermoi) Karsinoma adenoid kistik Adenokarsinoma mesonefroid

  Karsionoma sel skuamosa

  Dengan pertandukan Tanpa pertandukan Tipe verukosa Tipe kondilomatosa Tipe kapiler Tipe limfoepitelioma

  Adenokarsinoma

  Tipe musinosa Tipe mesonefrik Tipe clear cell Tipe serosa Tipe endmetrioid

  Karsinoadenoskuamosa

  Karsinoma glassy cel Karsinoma sel kecil Karsinoma adenoid basal

  Tumor karsinoid Karsinomaadenoid kistik

  

Tumor mesenkim Tumor mesenkim

  Karsinoma tidak berdiferensiasi Karsinoma tidak berdeferensiasi Tumor metastasis

  Dikutip dari krivak TC, McBroom JW, Elkas JC. Cervical and vaginal cancer. Dalam th (ed : B arek J S, Adashi E Y , H illard P A). ( editor). N ovak’s gynecology.13 ed.

Lippincot Williams & Wilkin. Baltimore. 2002. P : 1 199 – 244.

  2.3.6 Stadium Stadium yang di pakai a dalah s tadium kl inik m enurut the

  international f ederation Of G ynecology and O bstetrics (FIGO) t ahun 2009.

  Tabel 2.2Stadium Kanker Serviks Stadium Kategori TNM FIGO

  Tumor primer tidak dapat digambarkan TX Tidak ada bukti adanya tumor primer T0 Karsinoma In Situ (preinvasive carcinoma) Tis

  I Proses t erbatas p ada serviks w alaupun ada T1 perluasan ke korpus uteri

  IA Karsinoma mikroinvasif T1a

  IA1 Jedalaman in vasi s troma tid ak le bih d ari 3 mm T1a1 dan perluasan horizontal tidak lebih dari 7 mm

  IA2 Kedalaman in vasi s troma le bih d ari 3 mm d an T1a2 tidak lebih dari 5 mm dan perluasan horizontal 7 mm atau kurang

  IB secara kl ins s udah diduga adanay t umor T1b mikroskopik lebih dari IA2 atau T1a2

  IB1 Secara k linis l esi b erukuran 4 cm at au k urang T1b1 pada dimensi terbesar

  IB2 Secara klinis lesi berukuran lebih dari 4 cm pada T1b2 dimensi terbesar

  II Tumor menyebar keluar dari serviks, tetapi tidak T2 sampai di nding pa nggul a tau s epertiga ba wah vagina

  IIA Tanpa invasi parametrium T2a

  IIB Dengan invasi parametrium T2b

  III Tumor m enebar k e di nding pa nggul da n/atau T3 sepertiga b awah v agina yang m enyebabkan hidronefrosis atau penurunan fungsi ginjal

  IIIA Tumor m enyebar s epertiga b awah v agina t etapi T3a tidak sampai ke dinding panggul

  IIIB Tumor m enyebar k e di nding p anggul T3b menyebabkan penurunan fungsi ginjal

  IVA Tumor m enginvasi m ukosa bul i – buli a tau T4 rektum dan keluar panggul

  IVB Metastase jauh M1 (Rasjidi, 2009)

  2.3.7 Diagnosis Diagnosis kanker s erviks di peroleh m elalui pe meriksaan histopatologi ja ringan b iopsi. P ada d asarnya b ila d ijumpai le si s eperti kanker s ecara k asat mata h arus d ilakukan b iopsi w alau h asil pemeriksaan p ap s mear m asih d alam b atas n ormal. S ementara i tu, biopsi lesi yang tidak kasat mata dilakukan dengan bantuan kolposkopi.