PENGASUHAN ANAK USIA BALITA DI TAMAN PENITIPAN ANAK “SAFINDA” Kelurahan Rungkut Tengah, Kecamatan Gunung Anyar, Kota Surabaya SKRIPSI

  PENGASUHAN ANAK USIA BALITA DI TAMAN PENITIPAN ANAK “SAFINDA” Kelurahan Rungkut Tengah, Kecamatan Gunung Anyar, Kota Surabaya SKRIPSI Disusun Oleh : NURITHA ELLOK RACHMASARI 071117050 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Semester Genap 2014/2015

HALAMAN PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT

  Bagian atau keseluruhan isi Skripsi ini tidak pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademis pada bidang studi dan/atau universitas lain dan tidak pernah dipublikasikan/ditulis oleh individu selain penyusun kecuali bila dituliskan dengan format kutipan dalam isi Skripsi.

  Apabila ditemukan bukti bahwa pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku di Universitas Airlangga.

  Surabaya, 3 Agustus 2015 Penyusun

  Nuritha Ellok Rachmasari (071117050)

  PENGASUHAN ANAK USIA BALITA DI TAMAN PENITIPAN ANAK “SAFINDA” Kelurahan Rungkut Tengah, Kecamatan Gunung Anyar, Kota Surabaya SKRIPSI Maksud : sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi S1 pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Disusun oleh : Nuritha Ellok Rachmasari NIM : 071117050 PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI DEPARTEMEN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK Semester Genap 2014/2015

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

  JUDUL : PENGASUHAN ANAK USIA BALITA

  DI TAMAN PENITIPAN ANAK “SAFINDA” Kelurahan Rungkut Tengah, Kecamatan Gunung Anyar,

  Kota Surabaya Skripsi ini telah memenuhi persyaratan dan disetujui untuk diujikan

  Surabaya, 18 Juni 2015 Dosen Pembimbing Skripsi

  Drs. Tri Joko Sri Haryono, M. Si NIP. 195804211987031003

  HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI

  Skripsi ini telah diujikan dan disahkan dihadapan Komisi Penguji Program Studi : Antropologi

  Departemen : Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

  Universitas Airlangga Pada hari : Rabu

  Tanggal : 8 Juli 2015 Pukul : 13.00

  Komisi Penguji Terdiri dari : Ketua Penguji

  Drs. Djoko Adi Prasetyo, M. Si NIP. 196211161989031001

  Anggota Anggota Dra. Retno Andriati, MA Drs. Tri Joko Sri Haryono, M. Si

  NIP. 196110101986012001 NIP. 195804211987031003

  ABSTRAK

  Banyaknya ibu yang bekerja ternyata membuat Taman Penitipan Anak (TPA) semakin berperan, bahkan menjadi pilihan utama untuk menitipkan anaknya karena lokasi yang dekat dan biaya yang terjangkau. TPA Safinda terletak di kawasan industri lokasinya dekat dengan perusahaan-perusahaan terutama perusahaan Sampoerna. Oleh karena itu, ibu bekerja yang menitipkan anak di TPA Safinda didominasi oleh buruh Sampoerna. Perhatian yang kurang karena orang tua yang terlalu sibuk bekerja, seringkali pengawasan kepada anak menjadi berkurang sehingga pergaulan dan pembelajaran anak kurang terarah. Maka dari itulah ibu yang menitipkan anaknya wajib mengetahui bagaimana pengasuhan yang diterapkan TPA terutama TPA Safinda dalam membiasakan anak menjadi pribadi yang baik.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui wawancara kepada informan yaitu tiga orang ibu bekerja yang menitipkan anak di TPA Safinda, pengasuh TPA Safinda, serta pengurus Yayasan. Lalu menggunakan observasi yaitu mengamati aktivitas anak di TPA Safinda. Hasil penelitian ini menunjukkan (1) Pembiasaan belajar melalui belajar sambil lalu (Learning Cultures) dapat dilihat ketika anak-anak beradaptasi dan juga dalam hal pemanfaatan fasilitas TPA Safinda. Sedangkan pembiasaan belajar melalui metode formal (Teaching Cultures) tercermin dalam aktivitas keseharian anak seperti pembelajaran ketika pagi, membuang sampah setelah makan snack, berdoa dan pembiasaan lainnya yang sesuai dengan tujuan awal TPA Safinda yaitu untuk membiasakan anak menjadi pribadi disiplin, mandiri, dan spiritual (2) Strategi dalam menghadapi kendala seperti pekerjaan ganda pengasuh, kurangnya pengetahuan pengasuh, jumlah anak titipan yang tidak tentu adalah dengan saling berkomunikasi dan saling membantu antar pengasuh, serta mengandalkan kreativitas dalam pembuatan bahan ajar sendiri.

  Kata Kunci : Pengasuhan, Taman Penitipan Anak, Budaya Belajar, Budaya Mengajar

  ABSTRACT

  The number of working mothers turned out to make Child Care (known as TPA) increasingly plays an important role, even it becomes the primary choice for entrusting their children because of the location which is close and affordable cost. Safinda Child Care is located in an industrial area close to the companies, especially Sampoerna Company. Therefore, working mothers who are entrusting their children in the Safinda Child Care are dominated by Sampoerna workers. Less attention because their parents are too busy working, frequently the supervision of the children is diminished so that the association and learning of children become less purposeful. That is why mothers who are entrusting their children must know how the nurturing is applied by the Child Care mainly Safinda Child Care in accustoming the children into a good person.

  This research used a qualitative approach. Data collection technique used was an interview to the informants that consisted of three people, they were working mothers who were entrusting their children in Safinda Child Care, Safinda Child Care caregivers, as well as the Foundation boards. Afterwards, the researcher observed the children’s activity in Safinda Child Care. These results demonstrated that (1) learning habituation through Learning Cultures could be established when the children adjusted and also in terms of the utilization of Safinda Child Care facilities. Meanwhile, Teaching Cultures or formal methods were reflected in the daily activities of the children such as learning in the morning, getting used to throw the garbage after eating a snack, praying and other habituation which were corresponding with Safinda Child Care’s purpose that was to get used the children to be personally discipline, independent, and spiritual. (2) The strategies applied in facing the constraints of caregivers’ multiple jobs, lack of knowledge of caregivers, the number of children who were not necessarily entrusted were to communicate and help each other among the caregivers, and also rely on their creativities in making their own teaching materials.

  Keywords: Nurturing, Children Care, Learning Cultures, Teaching Cultures

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillah, puji syukur penulis hantarkan kepada Allah SWT atas kuasa dan ridhoNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGASUHAN ANAK USIA BALITA DI TAMAN PENITIPAN ANAK “SAFINDA” Kelurahan Rungkut Tengah, Kecamatan Gunung Anyar, Kota Surabaya.

  Penulisan skripsi ini merupakan tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Antropologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Airlangga. Pemilihan topik berasal dari ketertarikan penulis melihat banyaknya perempuan yang terjun ke dunia kerja, bahkan ketika ia sudah menjadi ibu. Alasan utama mereka adalah untuk menopang perekonomian keluarga. Masalah yang timbul adalah adanya dampak kepada anak jika orang tua mereka sibuk bekerja, yaitu kurangnya perhatian terhadap tumbuh kembang anak.

  TPA merupakan salah satu pendidikan anak usia dini jalur non-formal, di tempat ini anak tidak hanya mendapat perlindungan tetapi juga pengasuhan, khususnya untuk anak-anak yang ditinggal orang tua bekerja. Maka dari itu menjadi penting untuk mengetahui bagaimana pengasuhan yang diterapkan di TPA untuk menanamkan dan membentuk anak-anak menjadi lebih terarah meskipun mereka kurang mendapatkannya dari orang tua mereka.

  Penulis berpedoman pada pendekatan antropologi pendidikan, karena tulisan ini membahas tentang pengasuhan yang diterapkan oleh salah satu TPA yang berlokasi di Rungkut Tengah, Surabaya, yaitu TPA Safinda, melalui pembiasaan pada aktivitas yang dilakukan anak-anak ketika di TPA Safinda. Pembiasaan tersebut diantaranya melalui metode belajar sambil lalu dan melalui metode formal. Pembiasaan diterapkan untuk anak agar menjadi pribadi yang disiplin, mandiri, dan spiritual seperti tujuan pengasuhan dari TPA Safinda. Dalam proses pengasuhan ternyata pengasuh mengalami beberapa kendala, namun pengasuh juga mempunyai strategi untuk mengatasinya.

  Sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan, penulis juga menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menjadi lebih baik lagi.

  Surabaya, 3 Agustus 2015 Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH

  Alhamdulillah terima kasih Allah SWT, skripsi ini selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada orang tua dan saudara-saudari saya yang selalu mendukung, mendoakan dan memberi semangat, meskipun saya terlalu banyak main dan pemalas. Selain itu, penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung, maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dengan segenap hati kepada :

  1. Bapak Drs. Tri Joko Sri Haryono, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi saya. Terima kasih karena telah membimbing saya, meskipun saya sering telat ketika diberi revisi.

  2. Bapak Drs. Djoko Adi Prasetyo, M.Si selaku dosen wali saya selama 4 tahun ini. Terima kasih, bapak selalu memberi arahan ketika saya menemui jalan buntu. Maaf, saya tidak tepat waktu dari yang ditargetkan bapak untuk lulus secepatnya.

  3. Seluruh dosen Program Studi Antropologi yang telah memberikan saya banyak pengetahuan dari kuliah atau sekedar share.

  4. Seluruh warga Safinda, terutama Bapak Choirul Anam selaku ketua pengurus, Ibu Har, Ibu Yani, Ibu Upik, Ibu Endang, Ibu Mar, mbak Ida, mbak Nia.

  5. UNO, terutama para Diva (Reissa dan Dinda) terima kasih karena selalu

  ada dan minjemin kampus untuk ngadem sambil ngerjain skripsi. Kalian cepat nyusul ya. Mbak sulis, Emak (Luthfida), Eok (Ariesta), mbak Mey,

  Dephos, Cicil, Pippoo, dan semuanya kalian merupakan keluarga kedua saya.

  6. Seluruh kerabat Antropologi 2011, terima kasih telah sama-sama dari KKA hingga lulus masing-masing. Selfi, terima kasih selalu jadi alarm

  dan “emak” yang selalu memarahiku ketika malas. Rendy, terima kasih selalu “mbebeb”. Susmita, Alm. Icol, Nikmah, Deasy, Devo, Ais, Mamel

  (Elvin), Tito, Boncel, Ben, almarhumah Rieza Pracyllia, Indria, Nety, Zihan, Esti, Icha K, Elly, Indah, Carlina, Yasinta, Meita, Laila, Mifta, Oki, Iwed (Dewi), Berthin, Fanani, Laila, om Ayok, Rio, Peng-peng (Hanafi), Faktia, Reza Ananda, Reza Dwi, Ainur, Pitus, Anya’, Yufi, Icha Padma, Bella, Firza, Zenith, Firda, Syahril, Andreas, Ahmad, Benaya, Fajar, Habib, Jayanti, Zahra, Dekha, Fox, Billy, Rama, Rimel, Rahmat Budi Ahok, pokoknya untuk semua. Maaf kalau ada yang belum disebut, terima

  kasih ya semuanya. Semangat kuliah yang masih ada tanggungan, yang lagi “nyekrip” ayo semangat !

  7. Teman-teman KKN : Brenda, Mamad, Dio, Ayu, Sabrina, Wira, Rini, Firda, Hermin, terima kasih sudah memberikan motivasi untukku.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT ..................... ii HALAMAN MAKSUD PENULISAN ............................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN PANITIA PENGUJI ............................................. v ABSTRAK. ........................................................................................................ vi ABSTRACT ...................................................................................................... vii KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................................ x DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xv

  BAB I : PENDAHULUAN .................................................................................. 1

  1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

  1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 7

  1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 8

  1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 8

  1.5 Kerangka Teori ........................................................................................... 8

  1.6 Metode Penelitian ....................................................................................... 9

  1.6.1 Pendekatan dan Tipe Penelitian .......................................................... 9

  1.6.2 Lokasi Penelitian .............................................................................. 10

  1.6.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 11

  1.6.4 Teknik Penentuan Informan ............................................................. 14

  1.6.5 Teknik Analisis Data ........................................................................ 17

  BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN.................................. 19

  2.1 Konsep Taman Penitipan Anak Safinda .................................................... 19

  2.2 Sejarah Berdirinya Taman Penitipan Anak Safinda ................................... 20

  2.3 Profil Taman Penitipan Anak Safinda ....................................................... 22

  2.4 Pendaftaran Anak di TPA Safinda ............................................................ 28

  2.5 Peraturan TPA Safinda ............................................................................. 29

  2.6 Hari Libur TPA Safinda ............................................................................ 31

  2.7 Sarana dan Prasarana TPA Safinda ........................................................... 31

  BAB III : ALASAN PENITIPAN DI TPA DAN KARAKTERISTIK PENGASUH ..................................................................................... 39

  3.1 Alasan Ibu Menitipkan Anaknya di TPA Safinda ...................................... 39

  3.2 Tujuan Pengasuhan TPA Safinda .............................................................. 47

  3.3 Karakteristik Pengasuh TPA Safinda ........................................................ 49

  3.4 Jam Kerja dan Pembagian Tugas Pengasuh TPA Safinda .......................... 51

  BAB IV : STRATEGI PEMBIASAAN BELAJAR ............................................ 53

  4.1 Pembiasaan Anak Usia 2-4 Tahun Melalui Belajar Sambil Lalu (Learning Cultures) ................................................................................................... 53

  4.1.1 Belajar Sambil Lalu Ketika Beradaptasi ........................................... 54

  4.1.2 Pembiasaan Pemanfaatan Fasilitas (Mainan, Makanan, Cek Kesehatan) ................................................................................ 59

  4.2 Pembiasaan Anak Usia 2-4 Tahun Melalui Metode Formal (Teaching Cultures) ................................................................................................... 61

  4.2.1 Waktu Kedatangan ........................................................................... 62

  4.2.2 Waktu Pembelajaran ........................................................................ 63

  4.2.3 Bermain dan Pembagian Snack ........................................................ 65

  4.2.4 Makan Siang dan Berdoa ................................................................. 68

  4.2.5 Tidur Siang dan Berdoa .................................................................... 71

  4.2.6 Mandi .............................................................................................. 73

  4.2.7 Menunggu Jemputan dan Pembagian Snack ..................................... 77

  4.3 Kendala dan Strategi Pengasuhan Anak di TPA Safinda ........................... 79

  4.3.1 Pekerjaan Ganda dan Tanggung Jawab Pengasuh ............................. 80

  4.3.2 Kurangnya Pengetahuan Pengasuh ................................................... 82

  4.3.3 Jumlah Anak Titipan tidak Tentu ..................................................... 84

  4.3.4 Kreativitas Pembuatan Bahan Ajar Sendiri ....................................... 86

  BAB V : SIMPULAN ........................................................................................ 88

  DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 91 LAMPIRAN ...................................................................................................... 94 Pedoman Wawancara ..................................................................................... 94 Transkrip Wawancara ..................................................................................... 96 Surat Ijin Penelitian ...................................................................................... 156

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Denah Tata Ruang Yayasan Safinda ............................................... 33Gambar 2.2 Ruang Anak Laki-Laki Siap PG/TK ............................................... 34Gambar 2.3 Ruang Anak Perempuan ................................................................. 36Gambar 2.4 Ruang Anak Laki-Laki di Bawah 3 Tahun ...................................... 37Gambar 4.1 Suasana Pembelajaran dalam 1 Kelas .............................................. 63Gambar 4.2 Berdoa Sebelum Pembagian Snack ................................................. 67Gambar 4.3 Anak Membersihkan Sisa Makanan ................................................ 70Gambar 4.4 Anak Mengambil dan Memakai Baju Sendiri .................................. 75

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Arti seorang anak bagi keluarga sangatlah penting. Anak yang masih kecil ibarat kertas kosong yang masih bersih namun sangat peka dengan pengaruh yang datang dari lingkungannya. Dalam artian, peran orang tua sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan anak agar menciptakan kepribadian yang baik saat anaknya dewas, karena orang tua yang mencintai anaknya akan berusaha memberikan pendidikan dan perlakuan terbaik untuk perkembangan anaknya kelak.

  Pendidikan tersebut dimulai dari pranata pertama (primary institution), yaitu keluarga (Danandjaja, 1988). Menurut Ernest Burgess dan Harvey Locke (dalam Pujileksono, 2006), keluarga merupakan kelompok yang terdiri dari laki- laki dan perempuan yang terikat hubungan perkawinan, serta anak-anak baik secara adopsi maupun murni hasil keturunan mereka, dalam lingkungan tersebut mereka melakukan interaksi sesuai dengan aturan yang telah disepakati bersama.

  Keluarga mendidik anak dan menanamkan nilai-nilai dan moral yang sesuai dengan masyarakat di mana mereka tinggal, agar anak tersebut tidak berperilaku menyimpang saat beranjak dewasa. Seorang anak akan mendapatkan pendidikan dalam keluarga berupa tata cara bergaul dan berperilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Orang tualah yang memegang peran penting di dalam keluarga, terutama dalam membentuk kepribadian anak (Depdikbud, 1989).

  Pendidikan dalam keluarga tercermin dari bagaimana pengasuhan orang tua terhadap anaknya, karena mempengaruhi terbentuknya kepribadian anak.

  Peran dan status dalam keluarga kini mengalami pergeseran. Banyak perempuan yang berstatus sebagai ibu harus terjun ke dunia pekerjaan dikarenakan kebutuhan ekonomi yang semakin besar atau bahkan lebih dari sekedar pemenuhan kebutuhan. Bahkan menurut Data Nasional Penduduk Indonesia yang Bekerja, tenaga kerja perempuan di Indonesia mengalami peningkatan di setiap tahunnya (http://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id).

  Ibu yang bekerja seringkali gandanya. Misalnya saja mengasuh anak di rumah tidak lagi menjadi prioritas utama karena harus membagi waktu antara keduanya. Padahal menurut Patmonodewo (dalam Munandar, 2001), sosok ibu yang lebih dianggap paling peduli dengan tumbuh kembang anaknya namun bukan berarti bahwa seorang ayah tidak peduli atau tidak mendapat peranan dalam kehidupan anak, melainkan kecenderungan atau pada umumnya sosok ibu yang disebut mempunyai peran besar terutama untuk anak yang masih kecil yang membutuhkan pengawasan dan tuntunan untuk berperilaku yang baik. Danandjaja (1988) menjelaskan bahwa apa yang dialami anak semasa kecil akan berpengaruh pada saat ia dewasa. Jika anak mengalami masa buruk karena ada hak yang dihilangkan misal dalam hal mendapatkan kasih sayang, maka saat ia dewasa akan mengurangi rasa hormatnya kepada orang tua. Gunarsa (2003) juga berpendapat bahwa kurangnya kasih sayang dan perhatian orang tua terhadap anak yang masih kecil akan mempengaruhi kepribadiannya saat dewasa nanti, terutama dalam hal kepercayaan. Ia akan kesulitan untuk menanamkan rasa percaya pada dirinya terhadap orang lain sehingga menyebabkan minimnya interaksi terhadap masyarakat sekitarnya. Anak yang kekurangan perhatian dan kasih sayang akan menumbuhkan pribadi yang berbeda dengan anak yang dibesarkan dalam keluarga yang selalu mendapat kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya.

  Untuk keluarga yang tinggal di kota, kebutuhan dalam memanfaatkan jasa pembantu rumah tangga (PRT) atau babysitter sangat tinggi terkait dengan meningkatnya ibu yang bekerja, karena ibu bekerja tentu mengalami kesulitan dalam membagi waktu antara bekerja dan mengasuh anak. Namun, tidak semua ibu dapat memanfaatkan jasa PRT karena faktor ekonomi yang kurang mendukung. Opsi lain adalah menitipkan kepada orang yang dikenalnya jika bersedia, daripada anaknya terlantar di rumah maka ibu bekerja mempercayakan anak mereka diasuh oleh orang yang dikenalnya. Namun, menitipkan anak ke pengasuh rumahan atau ke tetangga terkadang tidak dapat terjamin bahwa anak tersebut akan mendapatkan perlindungan dan pendidikan untuk mengarahkan perilaku anak. Kebutuhan ibu untuk menitipkan anaknya terkadang dipenuhi kekhawatiran jika memilih orang yang salah, sehingga membuat layanan Taman Penitipan Anak (TPA) semakin berperan untuk menjadi solusi ibu yang mengalami kendala dalam mengasuh anaknya.

  Taman Penitipan Anak adalah salah satu bentuk PAUD jalur non-formal yang menyelenggarakan tidak hanya pendidikan, tetapi juga pengasuhan yang berfungsi sebagai pengganti keluarga dalam jangka waktu tertentu selama orang tua berhalangan (Santrock, 2007). Sehingga anak tetap mendapat perhatian, pendidikan dan pengasuhan meskipun orang tua sibuk bekerja. Menurut Scarr (dalam Santrock, 2007), jenis pusat penitipan anak bervariasi, ada penitipan anak yang mempunyai fasilitas lengkap dan ada juga yang terbatas, ada yang dikomersilkan dan ada juga yang merupakan organisasi nirlaba yang dijalankan oleh organisasi masyarakat atau perusahaan-perusahaan. Alasan pentingnya ibu bekerja mempertimbangkan TPA sebagai pilihan utama karena anak usia dini merupakan usia emas dimana mereka mampu menyerap dan meniru dengan cepat pengaruh dari lingkungannya, sehingga ibu bekerja pasti membutuhkan tenaga professional untuk mengarahkan anak mereka. Untuk menitipkan anak di TPA pun, orang tua juga harus pandai memilih TPA yang sesuai dengan kebutuhan mereka, sehingga tidak menyimpang dari apa yang dibutuhkan orang tua dan tumbuh kembang psikologis anak tidak mengarah negatif. Maka dari itu, kehadiran TPA professional sangat dibutuhkan di masyarakat perkotaan, tidak hanya karena biaya yang murah tetapi juga pengasuhan yang dapat memberikan perlindungan dan menunjang perkembangan anak.

  Terkait dengan meningkatnya minat orang tua untuk menitipkan anak di Taman Penitipan Anak, penelitian mengenai TPA juga kerap dilakukan. Terutama penelitian tersebut membahas mengenai perubahan anak setelah dititipkan di TPA. Beberapa penelitian mengenai TPA dan pengasuhan anak diantaranya adalah ;

  Izzati (2011) melakukan penelitian mengenai hubungan ibu dan anak setelah anak dititipkan di TPA. Kesimpulannya bahwa hubungan ibu dan anak tetap dekat meskipun anak dititipkan selagi mereka bekerja. Kedekatan secara emosional berusaha dilakukan para ibu kepada anaknya agar anak-anak mereka tidak merasa jauh atau tidak dipedulikan oleh ibunya, misalnya dengan mengetahui hal-hal yang disukai anaknya, mengajak liburan saat ada waktu senggang, perhatian intens saat anak sedang sakit, dan lain-lain.

  Suprapto (2014) melakukan penelitian mengenai pembentukan disiplin belajar oleh ibu pekerja. Kesimpulannya bahwa setiap ibu pekerja mempunyai cara berbeda dalam mengasuh dan membentuk disiplin belajar anak. Keberhasilan dalam upaya tersebut juga dipengaruhi oleh padat atau singkatnya waktu bekerja ibu. Dalam penelitian ini juga dikatakan bahwa peran ibu sangat besar dalam mengasuh anaknya. Sebagian besar pengasuhan dan kontrol anak dilakukan oleh ibu.

  Pradikta (2010) meneliti tentang perkembangan emosi dan strategi pengendalian emosi anak di TPA. Kesimpulannya adalah emosional yang dimiliki setiap anak berbeda-beda, sehingga cara pengendalian emosi juga berbeda-beda tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, misal dari segi usia dan lingkungan. Strategi tersebut antara lain mengendalikan emosi marah pada anak, mengendalikan emosi cemburu pada anak, mengendalikan emosi takut pada anak, dan mengendalikan emosi gembira pada anak.

  Kusuma (2006) meneliti tentang kemandirian anak yang dititipkan di TPA. kesimpulannya bahwa TPA yang menerapkan metode belajar sambil bermain dengan menyediakan alat permainan yang bersifat edukatif ternyata berpengaruh terhadap tumbuhnya kemandirian anak. Kemandirian pada anak di TPA berbeda- beda meskipun mereka berada di tempat yang sama. Misal, ada anak yang suka bermain sendiri, ada yang suka bermain dengan temannya karena temannya yang memulai, dan ada juga yang tidak mau bermain.

  Penelitian yang pernah dilakukan tersebut bisa disimpulkan bahwa orang tua dan setiap TPA mempunyai metode yang berbeda-beda dalam menghadapi anak usia dini. Anak yang dititipkan di TPA tidak hanya ada satu sampai lima anak saja, melainkan bisa lebih dari itu, sehingga TPA harus menyiapkan strategi untuk mengendalikan emosi pada anak-anak yang mempunyai karakter berbeda- beda. Perbedaan karakter anak juga berpengaruh pada tingkat kemandirian masing-masing anak, karena tidak semua anak bisa merespon dengan cepat dan butuh proses yang lama. Begitu juga dengan orang tua, seperti penelitian yang dilakukan oleh Izzati dan Suprapto memperlihatkan bahwa Ibu pekerja terkadang kesusahan dalam mengasuh anaknya, terutama jika anak tersebut masih dalam usia balita atau usia di bawah sepuluh tahun. Pada usia tersebut, anak sangat memerlukan bimbingan dan kontrol lebih dari orang tua. Selain itu, anak yang dititipkan ke TPA ternyata tetap mempunyai hubungan yang erat dengan orang tuanya terutama dengan ibunya meskipun ibunya sibuk bekerja. Meskipun pembagian kerja orang tua sangat berpengaruh besar terhadap pengasuhan anak, namun kembali lagi dengan bagaimana usaha orang tua untuk mencukupi anak dengan pengasuhan yang baik meskipun mereka tidak bisa bersama anak setiap waktu. Dari pembahasan tersebut terutama yang terkait dengan Taman Penitipan Anak (TPA), dapat diketahui bagaimana kemandirian anak mulai terbentuk saat berada di TPA, bagaimana strategi untuk mengendalikan emosi anak, serta hubungan anak dengan orang tua setelah dititipkan di TPA. Lalu bagaimana sebenarnya pengasuhan yang diterapkan TPA kepada anak, sehingga menciptakan pribadi yang demikian rupa seperti yang telah dijelaskan.

  Di Surabaya banyak terdapat Taman Penitipan Anak (TPA), menurut data yang bersumber dari ( http://referensi.data.kemdikbud.go.id ), bahwa Taman Penitipan Anak (TPA) yang ada di kota Surabaya berjumlah 30 TPA. Di wilayah Kecamatan Gununganyar, Surabaya terdapat 2 TPA, yaitu TPA An-Naja yang berlokasi di Rungkut Menanggal Surabaya dan TPA Safinda yang berlokasi di Rungkut Tengah III no.33, Surabaya. Namun peneliti akan fokus pada satu tempat saja yaitu TPA Safinda yang dinaungi oleh yayasan Safinda. TPA Safinda berlokasi di dalam perkampungan warga, dan berada dalam wilayah industri, sehingga mereka yang menitipkan anak didominasi oleh pegawai dari perusahaan- perusahaan di sekitarnya, terutama pegawai perusahaan Sampoerna. Selain itu, TPA Safinda cukup mudah untuk dijangkau masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah karena biaya yang dinilai tidak terlalu mahal. Cukup banyak masyarakat yang tertarik untuk menitipkan anaknya di TPA Safinda, terutama untuk ibu yang bekerja dan kesusahan dalam mengasuh anaknya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti dan mendeskripsikan bagaimana pengasuhan anak balita di TPA Safinda, Kelurahan Rungkut Tengah, Kecamatan Gunung Anyar, Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :

  1. Bagaimana pengasuhan anak usia balita khususnya usia 2-4 tahun melalui

  learning cultures dan teaching cultures di TPA Safinda, Kelurahan

  Rungkut Tengah, Kecamatan Gunung Anyar, Surabaya ?

  2. Strategi apa saja yang dilakukan pengasuh untuk mengatasi kendala dalam proses pengasuhan anak ?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengasuhan yang bersifat learning cultures dan teaching cultures, kendala yang dialami dalam proses pengasuhan anak usia balita khususnya usia 2-4 tahun di TPA Safinda serta mengetahui apa saja strategi yang dapat dilakukan pengasuh guna mengatasi kendala tersebut.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Penelitian ini, dapat memiliki manfaat baik secara akademis ataupun praktis. Manfaat secara akademis, bahwa penelitian dapat membantu perkembangan keilmuan antropologi pendidikan khususnya mengenai pendidikan non-formal dalam hal ini adalah Taman Penitipan Anak serta mengenai transmisi budaya dari pengasuh kepada anak-anak secara learning cultures dan teaching

  cultures. Sedangkan secara praktis, dapat menambah wawasan mengenai cara

  mengasuh dan mendidik anak dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda- beda serta menjadi masukan agar orang tua lebih peduli untuk mengetahui bagaimana pengasuhan yang diterapkan TPA.

  1.5 Kerangka Teori

  Menurut kamus bahasa Indonesia, asuh berarti menjaga, merawat atau mendidik anak. Pengasuhan anak menurut Gunarsa (2000) merupakan bentuk interaksi orang tua kepada anak dalam memenuhi kebutuhan psikologis maupun fisik serta norma-norma yang sesuai dan berlaku dalam masyarakat dimana mereka tinggal. Sebelum anak mulai terjun ke masyarakat, kepribadian anak akan diperoleh dan dibentuk dari lingkungan keluarga, karena anak pada awalnya akan belajar bersosialisasi dengan anggota keluarga yang lain. “Pola asuh akan melahirkan tingkah laku atau perbuatan” yang dapat diwujudkan dalam kegiatan sehari-hari (Depdikbud, 1989).

  Malinowski dengan teori belajarnya (Learning theory) menjelaskan bahwa lingkungan mempengaruhi tingkah laku kita, karena lingkungan merupakan situasi pangkal atau yang disebut stimulus yang bisa memberikan reaksi terhadap kita berupa perbuatan. Reaksi tersebut timbul karena adanya dorongan dari situasi tersebut. Jika seseorang merasa bahwa reaksi yang dilakukannya telah membuat dorongan dari situasi tersebut hilang, maka ia akan mengulangi reaksi tersebut saat muncul situasi dan dorongan yang sama (Koentjaraningrat, 1990). Anak akan belajar dari pengalaman yang ia dapat sebelumnya. Apa yang dilihatnya dan menimbulkan keinginan, maka tindakan yang diambil tersebut akan membuatnya terus mengulangi proses tersebut.

  Margaret Mead dengan Learning cultures dan Teaching cultures. Kebudayaan belajar (Learning cultures) bahwa seseorang selalu mengalami proses belajar dalam hidupnya. Belajar tersebut dilakukan dengan berpartisipasi dalam rutinitas sehari-hari dalam lingkungan tempat tinggalnya. Sedangkan kebudayaan mengajar (Teaching cultures), menjelaskan bahwa seseorang memperoleh pengetahuan atau mengasah kemampuannya melalui pendidikan yang resmi, misalnya saja sekolah atau lembaga pendidikan lain (Koentjaraningrat, 1990).

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Pendekatan dan tipe penelitian

  Dalam penelitian mengenai “Pengasuhan Anak Usia Balita di Taman Penitipan Anak Safinda, Kelurahan Rungkut Tengah, Kecamatan Gunung Anyar, Kota Surabaya” peneliti menggunakan pendekatan kualitatif tipe deskriptif. Seperti yang dijelaskan oleh Moleong (2010 : 6) :

  “penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.” Sugiyono (2010) juga berpendapat bahwa Penelitian kualitatif digunakan untuk memperoleh data yang sebenarnya terjadi atau riil dalam suatu masyarakat, sehingga mempermudah peneliti untuk mengungkap makna dibalik kejadian yang diamati. Oleh karena itu, peneliti terjun langsung ke lapangan untuk melakukan observasi dan mencatat kejadian-kejadian yang terjadi pada saat itu. Peneliti juga terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh objek agar dapat menjelaskan dengan detail.

1.6.2 Lokasi penelitian Penelitian akan dilakukan di TPA Safinda, Rungkut Tengah, Surabaya.

  TPA Safinda merupakan unit yang tidak berdiri sendiri melainkan dikelola langsung oleh Yayasan. Yayasan Safinda merupakan yayasan besar dengan cabang-cabang di beberapa kota. Yayasan Safinda berpusat di Surabaya, pada awalnya juga hanya terfokus pada pendidikan Qur’an (TPQ) dan pondok pesantren, namun telah berkembang hingga berdiri program kegiatan lainnya seperti penitipan anak, sekolah Dasar, Playgroup, TK dan lain-lain. TPA Safinda terletak di Kecamatan Gununganyar, merupakan salah satu dari dua TPA swasta yang ada di kecamatan ini.

  Pemilihan lokasi TPA Safinda sebagai lokasi penelitian dikarenakan letaknya yang berada di lingkungan industry, TPA Safinda menjadi satu-satunya pilihan yang berjarak cukup dekat untuk karyawan yang bekerja di area industri tersebut. Sehingga ibu yang menitipkan anaknya di TPA Safinda di dominasi oleh ibu yang bekerja di perusahaan sekitar TPA Safinda. Mampu bersaing dengan TPA lain yang lebih mewah dengan harga yang masih tergolong murah dibuktikan dengan banyaknya orang tua yang mempercayakan anaknya kepada TPA Safinda saat mereka sibuk bekerja. Oleh karena itu, peneliti ingin melihat bagaimana pengasuhan yang diterapkan TPA Safinda yang bersifat teaching dan

  learning cultures.

1.6.3 Teknik pengumpulan data

  Seperti kata Ihromi (1994), jika akan melakukan penelitian maka peneliti harus mencari referensi-referensi yang cukup, mengenal kondisi lapangan, serta mendalami objek yang akan diteliti. Langkah-langkah tersebut dilakukan agar mempermudah kegiatan penelitian untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

  Pada tahap awal, peneliti mencari referensi tentang TPA yang akan dijadikan objek penelitian. Wawancara dengan informan yang dinilai pernah atau sedang menitipkan anaknya di TPA tersebut. Setelah itu, peneliti mencari referensi melalui buku dan internet mengenai apa itu TPA dan bagaimana cara kerjanya serta apa yang menjadi fokus dalam penelitian yang dilakukan.

  Pada tahap kedua, peneliti melakukan survey lokasi, dan melakukan wawancara kepada salah satu staff yang berada di lokasi. Peneliti mencari tahu secara garis besar tentang TPA Safinda. Kemudian meminta tolong informan tersebut untuk mengenalkan lingkungan TPA dan memberitahu apa saja yang terdapat di dalamnya. Seperti fasilitas yang tersedia, dan kegiatan yang sedang dilakukan.

  Kemudian peneliti mencari tahu mengenai orang yang dipilih menjadi informan sesuai kriteria yang ditetapkan peneliti, serta mendekatkan diri dengan lingkungan TPA agar mempermudah proses pencarian data saat terjun lapangan. Sehingga untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut :  Observasi Observasi berarti melakukan pengamatan secara detail terhadap objek yang diteliti serta berusaha mempergunakan pendengaran dengan seksama agar hal sekecil apapun dapat digambarkan dengan baik (Moleong, 2010). Observasi partisipan mengharuskan peneliti terlibat di dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh objek penelitian.

  Saat terjun lapangan, yang dilakukan peneliti adalah pertama, mengamati saat-saat orang tua datang untuk menitipkan anaknya, karena peneliti ingin mengamati bagaimana perilaku anak saat berpisah dan ditinggalkan orang tuanya. Kedua, mengamati kegiatan apa yang mereka lakukan saat pagi hari, saat makan siang, tidur siang, dan setelah bangun tidur hingga orang tua menjemputnya kembali. Disini, peneliti mengamati bagaimana anak-anak tersebut berinteraksi dengan teman-temannya. Selain itu, peneliti juga mengamati apa saja yang dilakukan pengasuh saat mendampingi anak-anak, bahkan saat anak-anak sedang tidur.

  Dalam kegiatan belajar maupun bermain, peneliti ikut serta menjaga dan mengasuh anak-anak sambil mengamati bagaimana proses pengasuhan yang dilakukan oleh pengasuh, proses belajar anak-anak dan interaksi anak-anak dengan pengasuh saat mereka bermain, membutuhkan pertolongan, dan sebagainya. Dengan demikian, peneliti juga menggunakan bantuan kamera untuk memotret atau merekam kejadian yang saat itu tidak bisa dijelaskan secara langsung oleh peneliti. Sehingga mempermudah peneliti dalam proses pengolahan data. Walaupun harus ikut serta atau melibatkan diri, peneliti akan tetap “menjaga jarak” guna menghindari terjadinya bias.  Wawancara Selain melakukan pengamatan, peneliti juga melakukan wawancara dengan informan untuk mendapatkan informasi yang diinginkan. Wawancara dilakukan karena peneliti tidak dapat mengamati kejadian-kejadian tertentu secara langsung.

  Peneliti melakukan wawancara dengan bantuan pedoman wawancara agar pertanyaan yang diajukan tidak menyimpang, oleh karena itu, sebelum melakukan wawancara, peneliti perlu menyusun beberapa pertanyaan pokok yang akan dijadikan sebagai pedoman. Namun, dari pedoman tersebut peneliti bisa mengembangkan sendiri pertanyaan-pertanyaan yang ingin diajukan dan pertanyaan tersebut tetap terkait dengan masalah yang diteliti serta tidak menyimpang.

  Dalam pelaksanaan wawancara juga akan digunakan alat perekam berupa

  handphone. Tujuannya adalah untuk merekam pembicaraan antara peneliti dengan informan saat berjalannya proses wawancara. Dengan begitu, tidak ada informasi yang terlewat dan terlupakan saat akan menyusun data yang di dapat.

  Peneliti melakukan wawancara dengan beberapa informan dari pihak yayasan yang mengetahui bagaimana sejarah TPA tersebut, lalu pengasuh yang secara langsung berinteraksi dengan anak-anak, serta dengan beberapa ibu yang menitipkan anaknya ke yayasan Safinda, untuk mencari tahu bagaimana perilaku anak saat di rumah dan mengetahui peran orang tua dalam mengasuh anaknya. Wawancara tersebut dilakukan secara mendalam, namun tidak memaksakan informan jika tidak bersedia.

1.6.4 Teknik penentuan informan

  Untuk melakukan wawancara, peneliti perlu mencari informan yang bisa memberi jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Seperti kata Spradley (2006 : 65) bahwa semua orang memang bisa dijadikan informan, tetapi tidak semua merupakan informan yang baik terlebih lagi jika informan itu bisa menyesatkan peneliti. Dalam menentukan informan, peneliti menggunakan teknik purposive, yaitu mempertimbangkan dan memilih informan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan peneliti (Sugiyono, 2010). Menurut Spradley (2006), kriteria yang digunakan untuk menentukan informan yaitu keterlibatan langsung, suasana budaya yang tidak dikenal, dan cukup waktu. Maka dari itu, kriteria yang digunakan peneliti untuk mendapatkan informan antara lain :

  1. pengurus yang bisa menjelaskan sejarah berdirinya dan perkembangan Yayasan Safinda

  2. pengasuh yang secara langsung berinteraksi dengan anak-anak setiap harinya.

  3. Orang tua yang menitipkan anaknya di TPA Safinda Dari kriteria tersebut, peneliti menentukan informan dari beberapa pihak yayasan yang menjadi pengurus dan pengasuh yang telah terlibat langsung di dalam lingkungan TPA. Selain mencari informan dari lingkungan TPA, peneliti juga menunjuk beberapa orang tua dari anak yang dititipkan di TPA Safinda untuk menjadi informan guna mendapatkan informasi mengenai alasan mereka menitipkan anak di TPA Safinda. Peneliti tidak menetapkan syarat khusus untuk menentukan orang tua yang akan dijadikan informan, namun diutamakan mereka yang bersedia. Sehingga menghasilkan nama-nama berikut :

  No Nama Status

  1 Choirul Anam Ketua Pengurus Yayasan Safinda

  2 Sugiarti Koordinator TPA/Pengasuh

  3 Sri Mulyani Pengasuh

  4 Rufiati Pengasuh

  5 Marni Pengasuh

  6 Endang Pengasuh

  7 Novita Ibu dari Aqif Juju

  8 Ibu dari Nisa Setianingsih

  9 Supriati Ibu dari Asqi

  1. Choirul Anam Bapak Choirul Anam atau Bapak Anam merupakan ketua pengurus yayasan Safinda. Alasan peneliti memilih Bapak Anam sebagai salah satu informan yaitu dikarenakan beliau adalah perintis berdirinya yayasan Safinda serta kegiatan-kegiatan yang di bawahinya. Beliau juga yang mengusulkan untuk mendirikan TPA dan beberapa kegiatan lainnya. Sehingga, bisa dikatakan bahwa Bapak Anam terlibat langsung dalam pendirian yayasan Safinda dan juga TPA

  Safinda. Oleh karena itu peneliti memilih Bapak Anam sebagai salah satu informan atas pertimbangan-pertimbangan seperti yang telah dijelaskan.

  2. Sugiarti Ibu Sugiarti atau Ibu Har merupakan koordinator balita/koordinator

  TPA/koordinator pengasuh. Alasan peneliti menjadikan Ibu Har sebagai informan yaitu dikarenakan Ibu Har merupakan pengasuh pertama sejak dibukanya TPA Safinda, hingga beliau dipilih sebagai koordinator. Ibu Har juga menjadi pengasuh dan bertanggung jawab untuk kelas putra siap playgroup/TK. Beliau banyak tahu mengenai perubahan-perubahan yang terjadi pada TPA tersebut serta terlibat dalam menentukan bagaimana pengasuhan yang harus diterapkan di TPA Safinda.

  3. Sri Mulyani dan Rufiati Ibu Sri Mulyani atau Ibu Yani dan Ibu Rufiati (Ibu Upik) merupakan pengasuh yang ada di TPA Safinda. Mereka cukup lama bekerja menjadi pengasuh. Ibu Yani bertanggungjawab untuk kelas putri, sedangkan Ibu Upik kelas putra di bawah 3 tahun.

  4. Marni Ibu Marni atau Ibu Mar juga berperan sebagai pengasuh, namun beliau juga merangkap sebagai petugas kebersihan dan memasak karena Ibu Mar tinggal di asrama, maka beliau lebih mempunyai waktu yang cukup lama untuk mengasuh anak yaitu ketika anak-anak datang atau pulang. Ketika anak-anak datang, beliau siap membantu pengasuh yang lain untuk menyambut anak-anak. Ketika pulang, jika ada orang tua yang telat menjemput maka beliau yang akan menjaga anak tersebut karena pengasuh lain sudah waktunya pulang.

  5. Endang Ibu Endang merupakan pengasuh di TPA Safinda. Sama seperti Ibu Mar, beliau juga mempunyai pekerjaan lain atau merangkap sebagai pekerja rumah tangga di keluarga Bapak Anam. Beliau harus membersihkan rumah dan mencuci baju keluarga Bapak Anam ketika pagi. Setelah pekerjaannya selesai, maka beliau membantu mengasuh anak.

  Alasan peneliti menjadikan semua pengasuh sebagai informan karena peneliti ingin mengetahui bagaimana situasi dan kondisi yang terjadi di TPA Safinda menurut pendapat masing-masing orang. Sehingga peneliti bisa menyaring informasi dan mencocokkan dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti.

1.6.5 Teknik analisis data

  Analisis data dilakukan mulai dari awal melakukan penelitian. Lalu peneliti memilah data hasil observasi dan wawancara untuk dikelompokkan dan di analisis. Koentjaraningrat (1996) menjelaskan bahwa untuk dapat menjelaskan data yang didapatkan dari hasil wawancara, peneliti harus menjabarkan data tersebut.

  Pada mulanya, peneliti melakukan deskripsi awal mengenai TPA Safinda agar pembaca bisa membayangkan tempat tersebut tanpa harus melihat langsung.