MODUL PENGASUHAN PENDIDIKAN ANAK

  

MODUL

PENGASUHAN &

PENDIDIKAN ANAK

PERTEMUAN PENINGKATAN

  

KEMAMPUAN KELUARGA (P2K2)

PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)

PANDUAN TEKNIS PELAKSANAAN P2K2

  

MEMAHAMI

PERKEMBANGAN

DAN PERILAKU ANAK

Sesi 2 Setiap anak idealnya bertumbuh dan berkembang sesuai dengan tahapan usianya. Oleh karena itu pada umumnya orangtua berupaya untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak terutama yang mendasar yaitu makan, minum dan perawatan sehari-hari. Namun demikian tidak semua orangtua memahami ciri-ciri perkembangan anak, sesuai dengan

  49

  tahapan usianya. Sehingga kadangkala sikap dan perilaku orangtua tidak memberikan respon yang tepat terhadap kebutuhan tumbuh kembang anak yang optimal. Orangtua ingin anak-anaknya menjadi sehat, bahagia dan matang secara sosial, tetapi mereka seringkali tidak mengetahui bagaimana membantu anak mencapai tujuan tersebut. Modul ini akan memberikan pemahaman pada orangtua tentang bagaimana anak mereka melewati setiap tahapan perkembangan sesuai dengan usianya, sehingga orangtua memahami ciri-ciri dan kebutuhan anak, dan dapat memberikan respon yang tepat dalam pengasuhan anak.

TUJUAN SESI

  Tujuan dari sesi ini antara lain untuk:

  1. Memberi pemahaman mengenai tahapan perkembangan anak

  2. Memberi pemahaman mengenai kebutuhan anak sesuai dengan tahapan perkembangan anak

  LANGKAH 1 PEMBUKAAN

  Proses yang perlu dilakukan:

10 M E N I T

  1. Sampaikan bahwa topik diskusi hari ini mengenai perilaku anak bagaimana meningkatkan perilaku baik anak dan menghadapi perilaku buruk anak. Namun sebelumnya peserta akan mengingat kembali apa yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.

  2. Minta beberapa orang peserta untuk menyampaikan apa saja yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.

  3. Ajak peserta membuka Buku Pintar Mengasuh Anak, tanyakan:

  • Apa yang telah dipraktikkan oleh peserta di rumah?
  • Bagaimana peserta melakukannya?
  • Bagaimana tanggapan yang didapatkan dari suami dan anak?

  50

  4. Jika ada peserta yang tidak atau belum mempraktikkan, minta peserta untuk mencoba melakukan sebelum pertemuan selanjutnya.

  Berikan motivasi dan sampaikan bahwa praktik tersebut bertujuan untuk membantu anak dan orangtua agar menjadi keluarga yang lebih bahagia.

  5. Sampaikan kepada peserta bahwa:

  • Perilaku anak berkaitan erat dengan perasaan mereka. Sebagai contoh: anak tertawa ketika merasa bahagia, berteriak atau marah- marah ketika merasa kesal.
  • Semakin sering anak merasakan kebahagiaan maka akan semakin banyak perilaku baik yang ia lakukan. Semakin sering anak merasa frustrasi semakin sering pula dia berperilaku buruk.
  • Semakin sering orangtua memberikan perhatian pada sikap baik anak, akan mendorong anak untuk selalu berperilaku baik.

  6. Jelaskan matriks tentang tahapan perkembangan anak, ciri perilaku anak, kehangatan, bimbingan.

  51 dan kebutuhan anak usia 0-2 tahun.

  kelompoknya.

  3. Minta kelompok lain memberikan tanggapan atas hasil diskusi kelompok sebelumnya.

  4. Ucapkan terimakasih atas partisipasi peserta dan sampaikan bahwa:

  a. Pada tahapan perkembangan 0-2 tahun setelah bayi lahir, pertumbuhan badan dan otak sangat pesat, memegang dan mengambil benda-benda, berguling, merangkak, berjalan, senang bergerak, berkomunikasi melalui suara, ingin mandiri, dan mempelajari hal baru.

  b. Kebutuhan anak dalam tahap perkembangan usia 0-2 tahun adalah keamanan, kelekatan, kepercayaan, dan keselamatan.

  c. Seorang bayi berusia 1 tahun memiliki sekitar 100 miliar sel otak dan setiap sel otak dapat berhubungan dengan minimal 1000 sel otak lainnya. Di saat anak banyak bergerak, menyentuh, merasakan, terjatuh, melempar, melompat, hubungan- hubungan diantara sel otak sedang terbentuk.

  d. Jika anak dipukul, dimarahi, atau dibentak karena keaktifannya akan mengurangi pembentukan sel-sel otak yang berguna untuk tumbuh kembang mereka.

  5. Minta peserta untuk menentukan jenis kehangatan dan bimbingan yang sesuai dengan ciri-ciri perkembangan anak usia 0-2 tahun pada matriks yang telah disediakan.

  

MEMAHAMI PERILAKU DALAM

PERKEMBANGAN ANAK 0-2 TAHUN LANGKAH 2

  Proses yang perlu dilakukan:

25 M E N I T

  1. Bagi peserta menjadi 2 kelompok dan setiap kelompok diminta untuk mendiskusikan ciri-ciri LANGKAH 3 MEMAHAMI PERILAKU DALAM

PERKEMBANGAN ANAK 3-6 TAHUN

  Proses yang perlu dilakukan:

25 M E N I T 1. Minta peserta membentuk dua kelompok.

  2. Minta kelompok pertama untuk memperagakan tingkah laku anak usia 3-6 tahun dan kelompok kedua diminta untuk menebak perilaku

  3. Ucapkan terimakasih kepada peserta dan sampaikan bahwa :

  a. Pada masa ini ukuran badan menjadi lebih tinggi, keterampilan bergerak menjadi lebih aktif.

  b. Pada usia 3-6 tahun menjadi lebih mandiri dan mempelajari hal baru. Namun sering kali mereka merasa tidak aman dan mudah frustrasi sesuai dengan masa perkembangan otaknya. Mereka juga belum bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan,

  52 misalnya takut hantu, monster, dan lain lain.

  c. Pada usia ini, anak-anak menjadi lebih banyak bertanya, senang membantu mencoba-coba, dan meniru orang dewasa. Apa yang kita anggap tidak penting, bagi mereka bisa jadi sangat penting, misalnya: membawa boneka saat mandi.

  d. Kebutuhan anak pada usia 3-6 tahun adalah dihargai perasaannya, didampingi saat belajar membedakan antara khayalan dan kenyataan, merasa aman ketika anak mempelajari hal baru. Mencari informasi yang mereka butuhkan dan mendapatkan bantuan untuk mengidentifikasi emosinya.

  4. Minta peserta untuk menentukan jenis kehangatan dan bimbingan yang sesuai dengan ciri-ciri perkembangan anak usia 0-2 tahun pada matriks yang telah disediakan.

  LANGKAH 4

MEMAHAMI PERILAKU DALAM

PERKEMBANGAN ANAK 7-11 TAHUN

  Proses yang perlu dilakukan:

90 M E N I T

  1. Jelaskan pada peserta bahwa kita akan melakukan kegiatan untuk lebih memahami diri sendiri, anak- anak kita, dan hubungan kita dan mereka dengan melihat kepada temperamen kita sendiri.

  2. Jelaskan juga bahwa kita semua memiliki temperamen sejak lahir.

  Perkenalkan konsep temperamen dan jelaskan 7 bentuk temperamen beserta contoh-contohnya sebagai berikut:

7 BENTUK TEMPERAMEN

  53 AKTIVITAS - TINGKAT

1 ENERGI

  Beberapa orang sangat aktif, ingin berlari, melom- pat, bergerak hampir setiap waktu. Mereka sangat sulit untuk duduk diam dan selalu bergerak (aktivitas tinggi). Sebaliknya, ada beberapa orang yang kurang aktif, dan lebih menyukai ke giatan- kegiatan yang di am dan tenang. Mereka mampu secara nyaman duduk diam untuk waktu yang lama (aktivitas rendah).

  KETERATURAN

2 Beberapa orang memiliki kebiasaan

  yang teratur. Mereka merasa lapar, bangun, mengantuk dan masuk ke kamar mandi di waktu yang sama setiap hari (keteraturan tinggi). Beberapa orang memiliki pola yang berubah-ubah. Di satu hari mereka mungkin merasa sangat lapar di merasa lapar sama sekali. Terkadang mereka bangun sangat pagi dan bangun terlambat keesokan harinya (keteraturan rendah).

RESPON PADA SITUASI BARU

3 Ketika menghadapi situasi baru, beberapa orang akan mudah

  merespon dengan tersenyum, mendekati kelompok-kelompok baru, dan memiliki teman baru (respon tinggi). Beberapa orang lain cenderung menarik diri ketika menghadapi situasi baru. Mereka

  54

  akan menjauh dari orang-orang asing, memerlukan waktu yang lama untuk bergabung dengan kelompok-kelompok yang baru, dan ragu-ragu atau menghindar untuk mendatangi tempat baru atau mencoba makanan yang baru (respon rendah).

KEMAMPUAN ADAPTASI

4 Beberapa orang dapat beradaptasi

  secara mudah kepada kebiasaan, tempat-tempat, dan orang-orang baru. Mereka mungkin hanya memerlukan waktu sehari atau dua hari untuk beradaptasi dengan jadwal baru, tinggal dalam sebuah rumah baru atau pergi ke sekolah baru atau pekerjaan baru (kemampuan adaptasi tinggi). Beberapa orang lain beradaptasi secara lambat. Mereka mungkin memerlukan waktu berbulan-bulan untuk memiliki teman-teman baru di tempat baru, merasa nyaman di sebuah sekolah baru atau mengikuti kebiasaan baru (kemampuan adaptasi rendah).

KEMAMPUAN DALAM BERKONSENTRASI

5 Beberapa orang sangat mudah teralihkan perhatiannya. Mereka

  mudah terpengaruh oleh kejadian di sekitarnya. Mereka memerlukan waktu yang lama untuk menyelesaikan tugas-tugasnya karena perhatian mereka terus teralihkan ke arah yang berbeda. Ketika mereka sedih atau kecewa, mereka ke hal yang lain yang mengubah emosi mereka (kemampuan konsentrasi rendah). Beberapa orang lain sulit teralihkan perhatiannya. Mereka mampu duduk dan membaca dalam waktu yang lama. Ketika mereka marah atau sedih, tidak mudah teralihkan emosinya (kemampuan konsentrasi tinggi).

TINGKAT KETEKUNAN

  55

6 Beberapa orang sangat tekun dalam

  menjalankan tugas yang menantang hingga tuntas. Mereka memiliki target dan akan terus berusaha hingga target tersebut tercapai. Tidak mudah menghentikan apa yang sedang mereka lakukan (tingkat ketekunan tinggi). Sebaliknya, beberapa orang lain tidak terlalu tekun. Jika mereka gagal atau berhasil mereka akan kehilangan minat secara cepat. Sangat mudah meyakinkan mereka untuk berhenti melakukan tindakan yang sedang mereka lakukan (tingkat ketekunan rendah).

KEMAMPUAN BEREKSPRESI

7 Beberapa orang akan menampakkan

  amarah, kesedihan, kebahagiaan ketika menghadapi situasi tertentu. Mereka dapat menangis tersedu- sedu di saat sedih, berteriak di saat marah, atau tertawa terbahak- bahak ke ka mereka bahagia (tingkat ekspresi tinggi). Sebaliknya, beberapa orang lain mampu menutupi reaksinya terhadap situasi tertentu. Ketika mereka sedih mereka akan menangis diam-diam, dan ketika mereka bahagia, mereka akan tersenyum dalam hati. Sulit untuk mengetahui bagaimana perasaan-perasaan yang mereka rasakan (tingkat ekspresi rendah).

  3. Setelah menjelaskan 7 bentuk temperamen beserta contohnya, ajak para peserta menilai 2 sampai 3 bentuk temperamen mereka sendiri dengan membuat grafik manusia.

  4. Jika memungkinkan, gunakan dinamika kelompok untuk membuat grafik manusia. Jika tidak memungkinkan, gunakan grafik manusia tertulis. Pada grafik manusia, Anda menempelkan 4 lembar kertas masing-masing bertuliskan angka 1, 2, 3, 4. Posisikan kertas di

  56

  barisan depan agar ke belakangnya ada cukup ruang bagi peserta untuk duduk atau berdiri berbaris di belakang masing-masing angka dengan nyaman yang kelak akan dipilihnya. Bacakan temperamen pertama dan minta peserta untuk menilai diri mereka sendri. Satu atau dua di bentuk temperamen tingkat rendah, dan 3 atau 4 untuk tingkat temperamen tinggi. Ulangi hingga temperamen ke-7 jika waktunya memungkinkan.

  5. Minta peserta untuk menyebutkan keuntungan dan tantangan dari nilai temperamen yang mereka miliki.

  6. Ulangi kegiatan di atas dengan meminta peserta menilai pilihan temperamen yang sama pada anak mereka (contoh: cukup salah satu anak).

  7. Minta peserta untuk: Membandingkan tingkatan temperamen mereka dengan anaknya.

  Misal: tingkat aktivitas peserta yang tinggi dan tingkat aktivitas

  57

  anak yang rendah, atau keduanya sama- sama tinggi/rendah.

  8. Sampaikan pada peserta bahwa kita cenderung melihat temperamen anak sebagai hal negatif dibanding dengan temperamen kita sebagai orang tua. Contohnya, ketika orangtua memiliki ketekunan tinggi dalam menyelesaikan ketekunan tinggi malah dianggap sebagai anak 'keras kepala' - dan hal ini negatif.

  9. Sampaikan pada peserta bahwa:

  a. Terdapat beberapa perbedaan dalam temperamen orang dewasa dan anak- anak; variasi ini merupakan hal yang sangat normal.

  b. Tidak ada temperamen yang baik atau buruk; semua itulah yang membentuk karakter kita sekarang.

  c. Temperamen biasanya bersifat stabil seumur hidup, meskipun kita bisa mempelajari cara mengelolanya.

  d. Anak-anak secara bertahap mempelajari strategi mengelola tantangan-tantangan temperamen mereka. Mereka mempelajari strategi-strategi tersebut melalui pengalaman dan dukungan orang lain yang mengenali tantangan temperamen mereka, serta menanggapinya dengan kehangatan dan bimbingan.

  e. Konflik antara orang tua-anak dapat terjadi karena persamaan atau perbedaan temperamen. Maka dari itu dibutuhkan pemahaman orang tua mengenai bentuk-bentuk dan tingkatan temperamen anak agar terbangun kepercayaan diri anak. Selain itu, konflik dapat dikurangi dengan menyediakan kehangatan dan bimbingan bukan memarahi dan memberikan hukuman. LANGKAH 5 MEMAHAMI PERILAKU DALAM

PERKEMBANGAN ANAK 12-18 TAHUN

  Proses yang perlu dilakukan:

60 M E N I T

  1. Jelaskan pada peserta bahwa kita akan melakukan kegiatan untuk lebih memahami perkembangan anak usia 12- 18 tahun.

  3. Pada kelompok pertama:

  • Berikan gambar seorang anak berusia 12-18 tahun yang telah disediakan.
  • Peserta diminta untuk menuliskan ciri-ciri perkembangan fisik dan psikologis dari anak usia 12-18 tahun.

  4. Pada kelompok kedua:

58 Minta anggota kelompok untuk saling berbagi pengalaman saat

  bertentangan dengan keinginan orangtua ketika mereka berusia antara 12-18 tahun. Misalnya cerita tentang salah satu anggota kelompok yang ketika SMA kabur dari rumah karena dilarang ikut ekskul.

  5. Minta kelompok pertama untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Setelah itu, mintalah tanggapan dari kelompok lain untuk presentasi kelompok pertama.

  6. Minta 2-3 orang perwakilan dari kelompok kedua untuk menyampaikan cerita-cerita yang muncul dari kelompoknya.

  Setelah itu, mintalah tanggapan dari kelompok lain untuk presentasi perwakilan dari kelompok kedua.

  7. Ucapkan terima kasih pada peserta dan sampaikan bahwa:

  • Ketika memasuki usia 12-18 tahun, perubahan fisik yang terjadi pada anak seperti perubahan suara, tumbuh rambut, payudara
berkembang, menstruasi, jerawat, bau badan, pertumbuhan otot, dan memasuki masa pubertas.

  • Pada usia ini, yang perlu dilakukan oleh orangtua/pengasuh adalah menghabiskan waktu bersama anak, membangun kepercayaan diri anak, terlibat dalam kegiatan sekolah anak, mengenali teman- terlalu dekat, membimbing anak dalam mengembangkan rasa tanggung jawab, empati, hormat kepada orang lain dan memikirkan masa depan.
  • Ketika memasuki usia 12-18 tahun, perubahan psikologis yang terjadi pada anak seperti matang secara seksual, tertarik pada lawan jenis, mulai memiliki pilihan-

  59 pilihan sendiri, dan mudah merasa malu.

  • Pada usia ini, anak belum dapat memahami risiko, sehingga apabila mereka kurang mendapatkan kehangatan dan bimbingan akan keliru dalam mengambil keputusan seperti terjerumus dalam narkoba, geng motor dan pengaruh buruk lainnya.
  • Pada usia ini, orangtua/pengasuh perlu melatih mereka dalam mengambil keputusan, se ring berbicara tentang ke- giatan mereka sehari-hari, me lakukan kegiatan bersama-sama, mengenal teman-teman se permainan mereka, dan me ngetahui apa yang mereka lakukan sehari-hari.
LANGKAH 6 MENINGKATKAN PERILAKU BAIK ANAK

  Proses yang perlu dilakukan:

35 M E N I T

  1. Sampaikan bahwa topik diskusi hari ini mengenai perilaku anak, bagaimana meningkatkan perilaku baik anak dan menghadapi perilaku buruk anak. Namun sebelumnya peserta akan mengingat kembali apa yang telah dipelajari pada

  2. Minta beberapa orang peserta untuk menyampaikan apa saja yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.

  3. Ajak peserta membuka Buku Pintar Mengasuh Anak. Minta peserta menceritakan praktik pengasuhan yang telah dilakukan di rumah, tanyakan:

  Apa yang telah dipraktikkan oleh peserta di rumah? Bagaimana

  60 peserta melaku kannya? Bagaimana tanggapan yang didapatkan dari suami dan anak?

  4. Jika ada peserta yang tidak atau belum mempraktikkan minta peserta untuk mencoba melakukan sebelum pertemuan selanjutnya.

  Berikan motivasi dan sampaikan bahwa praktik tersebut bertujuan untuk membantu anak dan orangtua agar menjadi keluarga yang lebih bahagia.

  5. Sampaikan kepada peserta bahwa:

  • Perilaku anak berkaitan erat dengan perasaan mereka. Sebagai contoh: anak tertawa ketika merasa bahagia, berteriak atau marah-marah ketika merasa kesal.
  • Semakin sering anak merasakan kebahagiaan maka akan semakin banyak perilaku baik yang ia lakukan. Semakin sering anak merasa frustrasi semakin sering pula dia berperilaku buruk.
  • Semakin sering orangtua memberikan perhatian pada sikap baik anak, akan mendorong anak untuk selalu berperilaku baik.

  6. Minta peserta untuk berpasang-pasangan.

  7. Ajak peserta untuk: Memikirkan sifat baik yang paling menonjol dari anaknya (misalnya: ramah, bertanggung jawab, senang membantu, senang berbagi).

  Kemudian menceritakan hal tersebut kepada pasangan diskusinya secara bergantian. Jika peserta memiliki anak lebih dari 1 orang, maka peserta harus menyampaikan sifat baik yang ada pada setiap anak.

  8. Setelah diskusi berpasangan selesai, minta peserta bergabung dalam kelompok besar. Berikan pertanyaan berikut pada peserta dan dengarkan jawaban dari 3-4 peserta untuk tiap pertanyaan:

  Berapa banyak sifat baik anak yang mereka ingat? Minta peserta untuk menyebutkan sifat baik anak mereka di depan peserta lain. Apakah peserta pernah memuji anak karena sifat baiknya? Bagaimana cara peserta memuji anak?

  61 Bagaimana reaksi anak setelah mendapat pujian?

  9. Sampaikan kesimpulan:

  • Perasaan anak ketika mendapat pujian sama seperti perasaan peserta saat pertemuan yang lalu ketika mendapat pujian dari peserta lain.
  • Cara ke-1 untuk meningkatkan perilaku baik anak adalah dengan memuji perilaku baik yang dilakukan anak.

  10. Minta peserta untuk mempraktikkan di rumah: Memuji kebaikan masing-masing anaknya.

11. Tayangkan film 2.a kepada peserta.

  Jika tidak bisa menayangkan film, ajak peserta untuk melihat Buku Pintar Mengasuh Anak, cerita 2.a.

  • Bu Lili mengucapkan “terima kasih” kepada merica, dengan begitu Ita merasa dihargai dan akan menumbuhkan rasa senang untuk mau membantu lagi dikemudian hari.
  • Bu Lili juga memuji perilaku Ita secara spesifik: “Wah, kamu pintar sekali menyikat gigi sendiri.”
  • Bu Lili juga memberikan penghargaan kepada Ita karena ia sudah mau menyikat gigi sendiri tanpa disuruh, penghargaan yang diberikan yaitu Ita akan dibacakan dongeng kesukaannya sebelum tidur.
  • Pada pertemuan lalu, kita belajar dari Bu Lili cara untuk mengendalikan diri/emosi jika kesal, Bu Lili mengambil waktu sejenak untuk menenangkan diri, maka hari ini kita belajar untuk tidak membuang waktu menyampaikan pujian kepada anak.

  62

  12. Ajukan pertanyaan berikut, kemudian berikan kesempatan kepada beberapa peserta untuk menyampaikan pendapatnya mengenai: Apa

  yang mereka pelajari dari film tersebut? Apa pengaruh perilaku Bu Lili terhadap Ita?

  13. Ucapkan terima kasih kepada peserta yang menyampaikan pendapatnya, lalu sampaikan:

  14. Sampaikan isi flip chart FC. 2.a tentang cara meningkatkan perilaku baik anak.

15. Minta peserta untuk mempraktikkan apa yang disampaikan di flip chart FC. 2.a.

  LANGKAH 7

MENGURANGI PERILAKU BURUK

ANAK

  Proses yang perlu dilakukan:

65 M E N I T

  1. Sampaikan bahwa peserta akan mempelajari tentang cara yang lebih baik dalam menghadapi perilaku buruk anak. memberikan jawaban. Tidak perlu memberikan tanggapan terhadap jawaban peserta.

  Apakah yang dilakukan oleh orangtua peserta ketika mereka berbuat salah di waktu kecil? Bagaimana perasaan peserta saat itu?

  3. Ajak peserta untuk membuka kedua telapak tangan dalam posisi terbuka ke atas dan membayangkan ada setumpuk pasir di telapak

  63

  tangan. Lalu minta peserta secara perlahan menggenggam pasir tersebut. Semakin lama genggaman semakin erat. Lalu tanyakan:

  Apa yang terjadi pada pasir yang digenggam dengan erat?

  4. Biarkan peserta memberikan jawaban mereka. Lalu sampaikan bahwa:

  Ketika kita menggenggam pasir, pasir akan berjatuhan keluar dari sela-sela jari. Semakin kuat pasir digenggam maka semakin banyak pasir yang keluar.

  5. Minta peserta untuk membayangkan bahwa pasir tersebut adalah seorang anak yang dilahirkan ke dunia dengan segala kebaikan, sementara tangan kita adalah orangtua. Itu adalah gambaran sikap dan perilaku orangtua terhadap anak. Jika sang anak diperlakukan dengan kasar oleh orangtuanya, maka lambat laun hal baik yang ada pada anak akan hilang.

  6. Sampaikan kesimpulan:

  • Kekerasan pada anak tidak menyelesaikan masalah, kekerasan bisa membuat anak semakin tertantang untuk melakukan hal yang salah, atau merasa melakukan hal buruk merupakan cara parah lagi, anak akan menganggap menyakiti orang lain adalah hal yang wajar.
  • Banyak orangtua yang merasa bingung menghadapi perilaku buruk anak, dan pada akhirnya mengambil cara mudah dengan menggunakan kekerasan fisik kepada anak, misalnya dengan memukul, mencubit, menjewer; atau kekerasan non fisik, misalnya membentak, memaki anak, mengancam, memelototi anak.

  64

7. Sampaikan dampak dari memperlakukan anak dengan kasar (kekerasan fisik dan non fisik) seperti yang ada pada flip chart FC.

  2.b tentang dampak negatif kekerasan pada anak.

  8. Minta peserta untuk mem praktikkan di rumah: Mengendalikan diri, menahan emosi saat menghadapi perilaku buruk anak.

  9. Sampaikan bahwa selanjutnya peserta akan mempelajari cara mengurangi perilaku buruk anak tanpa menggunakan kekerasan.

  10. Sampaikan flip chart FC.2.c dan FC.2.d.

  11. Sampaikan selanjutnya peserta akan belajar cara membuat aturan bersama anak serta konsekuensi ketika anak melanggarnya, dan sikap konsisten (tegas) dari orangtua dalam menjalankan aturan yang disepakati.

  12. Tayangkan film 2.b kepada peserta.

  Jika tidak bisa menayangkan film, ajak peserta melihat Buku Pintar Mengasuh Anak, cerita 2.b.

  13. Tanyakan kepada peserta apa yang mereka pelajari dari cerita tersebut. pendapatnya lalu sampaikan apa yang dapat dipelajari dari cerita tersebut:

  • Bu Lili bersikap lembut tetapi tegas kepada Ita, meminta Ita untuk menjalankan aturan yang telah disepakati sebelumnya.
  • Bu Lili dan Pak Rusli berusaha tenang, tidak menggunakan kekerasan, namun tetap tegas dalam mengatasi perilaku Agus. Mereka juga menjelaskan bahwa perkelahian adalah tidak baik, Bu Lili juga meminta Agus untuk memikirkan sanksi apa yang

  65 tepat atas tindakannya.

  15. Sampaikan selanjutnya peserta akan belajar cara memberikan waktu sejenak kepada anak untuk menenangkan diri dan berpikir akibat dari tindakannya.

  16. Tayangkan film 2.c kepada peserta.

  Jika tidak dapat menayangkan film, ajak peserta melihat Buku Pintar Mengasuh Anak, cerita 2.c.

  17. Tanyakan kepada peserta apa yang mereka pelajari dari cerita tersebut.

  18. Ucapkan terima kasih kepada peserta yang telah menyampaikan pendapatnya, lalu sampaikan apa yang dipelajari dari cerita tersebut:

  • Sangat wajar jika terkadang orangtua merasa kesal dan marah
karena merasa kelelahan dalam menghadapi anak. Ketika orangtua tidak mampu mengendalikan sikapnya karena kelelahan, sebaiknya orangtua mengambil waktu untuk menenangkan diri sejenak, baru kemudian berikan respons terhadap perilaku anak. Agus diminta berdiri di pojok agar Agus dan Bu Lili bisa menenangkan diri, ini bukan sebuah hukuman.

  • Memberikan waktu bagi anak untuk menenangkan diri setelah melakukan perbuatan buruk, akan bermanfaat ketika ia merasa sangat marah, dengan begitu diharapkan anak dapat menenangkan diri dan berpikir akibat dari tindakannya. Namun di bawah 2 tahun, karena mereka belum terlalu memahami tujuannya.
  • Waktu untuk metode ini dapat diberikan sesuai usia anak, misalnya 4 menit untuk anak usia 4 tahun, dan 5 menit untuk anak usia 5 tahun.

  19. Sampaikan selanjutnya peserta akan belajar cara untuk mengurangi perilaku anak yang bertujuan untuk mencari perhatian saja.

  66

  20. Tayangkan film 2.d. Jika tidak dapat menayangkan film, ajak peserta melihat Buku Pintar Mengasuh Anak, cerita 2.d.

  21. Tanyakan kepada peserta apa yang mereka pelajari dari cerita tersebut.

  22. Ucapkan terima kasih kepada peserta yang telah menyampaikan pendapatnya, lalu sampaikan:

  • Terkadang anak dengan sengaja melakukan hal-hal yang tidak baik hanya untuk mendapatkan perhatian orangtua. Selama perbuatan anak tidak membahayakan anak maupun orang lain, maka orangtua dapat mencoba untuk mengacuhkan perbuatan anak.
  • Orangtua diharapkan dapat menentukan perilaku mana yang perlu mendapatkan perhatian dan mana yang tidak, sehingga anak berhenti melakukan perilaku buruknya.

  23. Selanjutnya peserta akan praktek menggunakan berbagai cara dalam mengurangi perilaku buruk anak.

  24. Ajak peserta untuk membentuk 3 kelompok diskusi, lalu berikan salah satu cerita di bawah ini kepada masing-masing kelompok adalah: Menentukan siapa saja yang akan berperan menjadi tokoh dalam cerita tersebut, Menentukan sikap yang sebaiknya dilakukan oleh ibu Lili dalam masing-masing cerita, Memerankan cerita tersebut di hadapan kelompok lainnya.

  25. Ajak peserta lain untuk melihat sikap yang ditunjukkan oleh ibu Lili,

  67

  apakah sudah tepat?

  Cerita A

  Agus sedang bermain di luar tanpa memakai sandal, lalu ia masuk ke dalam rumah, dengan kaki yang kotor, membuat lantai jadi kotor. Sementara Bu Lili sedang mengepel lantai. Apa yang harus dilakukan ibu Lili?

  • Agus membersihkan lantai yg kotor
  • Agus tidak boleh lagi bermain keluar, sepanjang hari
  • Agus harus memakai sandal jika ingin bermain keluar ru- mah

  Cerita B

  Selama 2 minggu terakhir Ita sering memukul. Jika tidak se nang dia akan memukul siapa saja. Pada suatu hari Ita sedang menonton TV saat ibu Lili sedang menyetrika pakaian di dekatnya. Tiba-tiba Agus datang mengganti program televisi sehingga membuat Ita kesal dan langsung memukul Agus. Agus menjerit kesakitan, namun Ita terus memukul Agus. Apa yang sebaiknya ibu Lili lakukan?

  • Agus diberikan waktu untuk menenangkan diri dan me- mikirkan akibat dari tindakannya

  Cerita C

  Ibu Lili sedang mengikuti arisan bersama ibu-ibu lainnya, Bu Lili baru saja mengeluarkan uang untuk membayar uang

  68

  arisannya, tiba-tiba Agus dan Ita datang meminta uang jajan, Bu Lili tidak punya uang lagi dan Bu Lili mengingatkan Agus dan Ita bahwa mereka sudah sepakat untuk tidak jajan dalam minggu ini, karena ingin menabung untuk membeli sepeda, tapi Ita merengek dan menangis tetap meminta uang jajan, dan Agus juga membujuk Bu Lili agar mau memberikan uang jajan. Sementara Ibu-ibu lainnya yang mengikuti arisan meli- hat Bu Lili, Ita dan Agus, mereka merasa terganggu dengan tangisan Ita. Apa yang sebaiknya ibu Lili lakukan?

  • Ibu Lili mengacuhkan Ita dan Agus 26. Sampaikan flip chart FC.2.e.

  27. Tayangkan film 2.e. Jika tidak dapat menayangkan film, ajak peserta melihat Buku Pintar Mengasuh Anak, cerita 2.e.

  69

  29. Tanyakan kepada peserta apa yang mereka pelajari dari cerita tersebut.

  30. Ucapkan terima kasih ke- pada peserta yang telah menyampaikan pendapat- nya lalu sampaikan:

  Lili dan Pak Rusli sepakat untuk bersikap tenang namun tegas dalam menghadapi Dewi. Bu Lili dan Pak Rusli tidak menghakimi tindakan Dewi, namun mereka menyampaikan akibat dari tindakan Dewi. Bu Lili memilih untuk mengatakan “Ibu dan Bapak khawatir sekali... dan Agus jadi tidak bisa menyelesaikan tugas sekolah” daripada mengatakan “Kamu ke mana saja, tidak ada kabar...”. Dengan menyampaikan akibat dari perbuatannya, anak akan bisa menerima bahwa ia bersalah.

  • Bu Lili dan Pak Rusli juga memberikan kesempatan pada Dewi untuk menentukan sikapnya selanjutnya seperti apa.

  otak kita.

  2. Tunjukkan gambar tentang bagian otak dan sampaikan kepada peserta, bahwa:

  PERKEMBANGAN OTAK DAN PERILAKU LANGKAH 8

  Proses yang perlu dilakukan:

45 M E N I T

  1. Sampaikan kepada peserta bahwa situasi stres yang terjadi sangat dipengaruhi oleh kerja

PERKEMBANGAN OTAK DAN PERILAKU

  Otak dibagi menjadi 3 bagian utama, yaitu: berada pada bagian bawah otak berfungsi untuk

  • Batang Otak,

  mengatur dan mengontrol fungsi dasar tubuh seperti bernapas, detak jantung, tekanan darah serta kegiatan refleks (otomatis). respon otak terhadap stres berada jauh di dalam

  • Sistem Limbik,

  otak, berisikan pusat emosional kita yang membuat kita mampu dll. Ini adalah otak emosional kita. merupakan pelindung luar, berfungsi

  • Cortex (kulit luar otak),

  untuk membuat kita mampu berpikir dan mempunyai alasan, memperkirakan apa yang akan terjadi kemudian, serta membuat keputusan-keputusan yang baik. Ini adalah otak berpikir kita.

70 RESPONS OTAK TERHADAP STRES

  Otak Emosional

  Memberikan respon secara

  Otak Berpikir

  ketika stres tinggi Memberikan respon secara hati- hati ketika stres rendah

  Batang Otak

  Mengatur kegiatan yang bersifat refleks

  3. Tampilkan gambar yang menjelaskan dampak penelantaran terhadap perkembangan otak anak. Gambar ini membedakan antara otak anak yang mengalami penelantaran dan otak anak normal sebagai berikut:

  OTAK ANAK USIA 3 TAHUN Normal Penelantaran berat

  71

  4. Jelaskan bahwa di bagian kiri adalah gambar otak anak usia 3 tahun dengan ukuran normal. Sementara di bagian kanan adalah gambar otak anak usia 3 tahun yang mengalami penelantaran berat. Tampak bahwa otak anak yang mengalami penelantaran berukuran lebih kecil dan mengalami perkembangan yang tidak wajar pada bagian cortex atau otak berfikirnya.

  5. Ajak kembali peserta untuk benar-benar mengingat dan memahami bagian otak serta fungsi-fungsinya. Jika diperlukan minta beberapa perwakilan peserta untuk kembali menjelaskan.

  6. Minta peserta untuk mengangkat tangan kanannya ke atas, dan jelaskan kepada peserta tentang model otak dengan tangan. Mengatur kegiatan yang bersifat refleks

  7. Jelaskan secara perlahan bahwa otak berkembang dari belakang ke depan, dari yang paling sederhana ke yang paling rumit, dari batang otak ke otak emosional lalu ke otak berpikir. Ini terjadi selama bertahun-tahun.

  8. Peragakan dengan tangan, ajak peserta untuk mengikuti dan jelaskan bahwa saat kita tenang, otak berpikir kita yang memegang kendali; kita berpikir secara menyeluruh, menyelesaikan masalah, bereaksi dengan hati- hati, dan mempertimbangkan dampak dari tidakan-tindakan

  TONG berada dalam situasi “TONG”.

  9. Peragakan dengan tangan, ajak peserta untuk mengikuti dan jelaskan bahwa pada saat kita stres atau tertekan, otak berfikir kita tidak terhubung dengan otak emosional dan batang otak. Ketika hal ini terjadi, detak jantung kita meningkat, tekanan darah naik, kita bereaksi dengan cepat, agresif, dan emosional. Tindakan-tindakan ini tidak dipertimbangkan terlebih dahulu. Ini berarti kita sedang

  72 berada dalam situasi “TING”.

  10. Sampaikan pada peserta bahwa: Pengendalian diri manusia terkait dengan bagaimana cara-cara kita menjaga agar otak berpikir selalu terhubung dengan otak emosional. Hal ini perlu diajarkan kepada anak oleh orangtua/pengasuh secara bertahap karena otak berpikir anak belum terhubung secara baik dengan otak emosional dan batang otak.

  Akibatnya anak sering berada dalam

  TING kondisi “TING”.

  11. Sampaikan kepada peserta bahwa situasi stres yang terjadi sangat dipengaruhi oleh kerja otak kita.

  12. Sampaikan kepada peserta bagaimana reaksi terhadap stres mempengaruhi anak-anak kita:

  • Ketika perilaku anak memicu stres orangtua, maka orangtua cenderung untuk bereaksi secara cepat (ting).
  • Reaksi ini menimbulkan stres pada anak, kemudian otak emosional anak mengambil alih kendali dan anak akan 'Ting' (ingat bahwa kemampuan pengaturan diri mereka baru mulai berkembang).
  • Reaksi anak tersebut akan meningkatkan stres orangtua, yang
  • Peristiwa ini dapat meningkat dengan sangat cepat, dan pola untuk menghubungkan satu sama lain dapat menjadi reaksi otomatis. Misalnya: anak pulang sekolah dengan baju sangat kotor, orangtua marah dan menduga anak berkelahi dengan teman, juga karena harus mencuci baju lagi. Anak kesal karena sebenarnya dia baru saja menemukan permainan baru dengan teman-temannya, tetapi orangtuanya tidak memahami hal itu, malah menuduhnya berkelahi. Orangtua dan anak sama-sama

  73

  berteriak marah. (Fasilitator boleh memberikan contoh kasus berbeda).

  13. Sampaikan kepada orang tua bahwa ke ka reaksi anak menimbulkan stres, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh orang tua seperti: banyak bergerak dan menarik napas panjang untuk menghubungkan kembali otak berpikir dan otak perasaan saat mengalami tekanan.

  14. Tunjukkan aktivitas bernafas “Meniup Sup Hangat” dengan cara sebagai berikut:

  • Minta peserta untuk membentuk tangan seolah memegangi mangkok sup hangat.
  • Tarik napas dalam-dalam untuk mencium aroma sop melalui hidung.

  • Bukalah mulut Anda dan tiup atau buang napas dari dalam untuk “meniup sup hangat”.
  • Mintalah peserta untuk ber gabung dengan Anda mempraktikkan “Meniup Sup Hangat”.
  • Ulangi jika perlu.
  • Semuanya kini dapat memakan sup mereka.

  17. Minta peserta berdiskusi secara berpasangan mengenai hal-hal apa saja yang bisa memicu stres pada mereka.

  18. Minta 3-4 orang perwakilan peserta untuk menyampaikan hasil diskusinya.

19. Sampaikan bahwa: • Kebanyakan orangtua memiliki pemicu stres yang hampir sama.

  • Semakin kita mengenali hal-hal pemicu stres yang akan membawa kita untuk “TING”, maka pengendalian diri kita terhadap stres akan semakin baik.

  74

  LANGKAH 9

EMPAT MANTRA PEMECAHAN

MASALAH

  Proses yang perlu dilakukan:

45 M E N I T

  1. Sampaikan pada peserta bahwa pada pengasuhan anak akan menghadapi tantangan- tantangan sehingga orangtua dituntut untuk memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah pengasuhan. Beberapa hal yang dapat terjadi seper anak tidak menuruti perintah orangtua, anak berkumpul dengan keluarga di rumah.

2. Jelaskan kepada para peserta tentang Rumus empat langkah pemecahan masalah dengan Disiplin Positif.

  Apa masalahnya, sampaikan faktanya saja

  LANGKAH 1

  (fokus pada masalah, tanpa menghakimi, menyalahkan atau mempermalukan).

  75 Temukan alasan-alasan mengapa anak bersikap

  seperti ini. Hubungkan dengan ciri-ciri dan

  LANGKAH 2

  kebutuhan perkembangan anak. Tentukan satu kemungkinan alasan yang paling kuat. Apa tujuan jangka panjang pengasuhan yang

  LANGKAH 3

  berhubungan dengan situasi ini? Bagaimana Anda dapat menyediakan kehangatan dan bimbingan untuk membantu menyelesaikan

  LANGKAH 4

  situasi ini? Ingat MAT KaBe (masalah, alasan-alasan, tujuan jangka panjang, kehangatan & bimbingan)

  3. Sampaikan kepada para peserta bahwa karena sekarang mereka mengetahui Rumus Empat Langkah Pemecahan Masalah Disiplin Positif, sekarang mereka akan mempraktikkan langkah-langkahnya dalam beberapa skenario cerita yang diberikan.

  4. Bacakan Cerita #1 dengan nyaring kepada para peserta. Anda mungkin perlu mengulanginya sekali atau dua kali, dan menulis contoh pada kertas plano untuk dibaca para peserta. Mintalah peserta melakukan hal ini dengan berpasangan.

  “Bayangkanlah hal ini… Hari ini hujan. Anda harus membawa anak Anda yang berusia dua tahun ke dokter. Anda ingin berada di sana lebih awal karena Anda tahu bahwa jika terlambat akan banyak antrian sehingga Anda harus menunggu lama. Ketika mencoba memasangkan sepatu anak Anda, ia menolak. Ia berkata,”Tidak!” dan berlari meninggalkan Anda. Anda dapat merasakan bahwa Anda mulai marah.

  76

  5. Mintalah peserta berdiskusi untuk menemukan jawaban dari keempat pertanyaan dalam rumus pemecahan masalah tersebut.

  Tulislah jawaban peserta untuk setiap langkah pada kertas plano.

  6. Minta perwakilan 3-4 orang dari pasangan untuk menyampaikan langkah-langkah pemecahan masalah yang mereka diskusikan.

  7. Ulangi proses yang sama dengan Cerita #2 dan #3 berikut ini:

  Cerita #2

  “Bayangkan hal ini… Anda menerima laporan dari guru anak Anda yang berusia 7 tahun bahwa anak Anda bermasalah. Ia tidak bisa duduk dengan tenang dan perlu waktu yang lama untuk menyelesaikan pekerjaan. Keberhasilan anak Anda sangat penting untuk Anda. Sebelum ia pulang dari sekolah, Anda ingin berpikir bagaimana menghadapi masalah ini. Cerita #3

  “Bayangkan hal ini… Anak Anda sekarang sudah berusia 16 tahun. Akhir-akhir ini dia jarang ada di rumah sehingga tidak dapat membantu pekerjaan Anda di rumah dan sering pulang larut malam. Anda pun pernah mendengar dari gurunya bahwa prestasi anak Anda menurun. Anda berpikir bagaimana menyelesaikan masalah ini.

  8. Ucapkan terima kasih dan sampaikan pada peserta bahwa:

  • Perilaku yang menyertai proses tumbuh kembang anak tidak selalu sesuai dengan harapan orangtua. Hal ini sering kali memicu terjadinya konflik antara orangtua/pengasuh dan anak. Oleh sebab itu, agar dapat memecahkan masalah dengan tepat,

  77

  orangtua perlu memahami ciri dan kebutuhan anak pada setiap tahap perkembangannya.

  • Penerapan rumus empat langkah pemecahan masalah secara terus menerus akan membuat orangtua semakin terampil dalam menyelesaikan masalah pengasuhan.

  LANGKAH 10 PENUTUP

  Proses yang perlu dilakukan:

10 M E N I T

  1. Minta ketua kelompok untuk menyampaikan hal-hal penting yang telah ia pelajari hari ini. Lalu minta 2-3 peserta lain untuk menambahkan.

  2. Kemudian tunjukkan flip chart FC. 2.a,2.b,2.c,2.d dan 2.e. yang

  3. Ajak peserta melihat Buku Pintar Mengasuh Anak tentang praktik meningkatkan perilaku baik dan mengurangi perilaku buruk anak.

  Minta mereka untuk mencoba melakukannya di rumah.

  4. Sampaikan isi poster dan bagikan brosur “Pintar Mengasuh Anak di Rumah”. Minta peserta untuk menyampaikan isi brosur kepada pasangan dan kerabat lainnya di rumah.

  78

  5. Ingatkan peserta tentang pertemuan selanjutnya yang akan meminta peserta bercerita tentang praktik pengasuhan yang mereka coba lakukan di rumah. Buku Pintar harap dibawa kembali.

  6. Berikan motivasi agar mereka mau mencoba melakukan praktik pengasuhan baru di rumah bersama pasangannya.

  7. Tutup pertemuan dengan mengucapkan terima kasih atas kesediaan orangtua untuk hadir dan mengikuti sesi ini.