TINJAUAN MENGENAI PELAKSANAAN ASURANSI SOSIAL TENAGA KERJA DI PTP X X I- X X II (PERSERO ) SURABAYA

  ft ■'X JJ S?7 Tfe /U

  SKRIPSI LUH PUTU SARASW ATI PERM AINl

  TI NJAUAN MENGENAI PELAKSANAAN ASURANSI SOSI AL TENAGA KERJA DI PTP X X I - X X I I ( PERS ERO ) S U R A B A Y A

  

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA

S U R A B A Y A

1993

  

TINJAUAN MENGENAI PE LA K SA N A A N ASURANSI SOSIAL

T E N A G A KERJA DI P T P X X I - X X I I (PE R SER O )

S U R A B A Y A

DITUJUKAN U N T U K M EM E NU H I T U G A S DAN M ENCAPAI

G E LA R SARJANA H U K U M

OLEH

  

LU H P U T U S A R A S W A T I P E R M A IN l

NIM : 038712461

F A K U L T A S H U K U M U NIVER SITAS AIR LA N G G A

  

S U R A B A Y A

1993 T E L A H DI UJ I P A D A H A R I S A B T U ,

  24 J UL I 1993 TIM PENGUJI : 1. Ketna : Sri W o e l a n Azis, S.H.

  >. An g g o t a D jok o Slamet, S.H. ip ersem batjan b e r u p a ilmu p e n g e t a t j u a n , le b it) mulia 6 a r i p a 6 a p erse m b a fp a n m a t e r i ,

  ( £ T t)a g a co a 6 g tta S o b 333 - 36 )

  ^ u p c r s c m b a t ) f c i n t m tu f

  SSapQ-f , 3 b u , a&i-F-a&vf t e r s a t ) a n g .

  KATA PENGANTAR

  Dengan rasa syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan kekuatan, bimbingan, sehingga saya mempunyai kesabaran dan kemauan yang keras dalam mengerjakan dan penyusunan skripsi ini, sehingga dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

  Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Sarjana Hukum Jurusan Perdata pada Universitas Airlangga Surabaya.

  Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saya dengan senang hati akan menerima segala kritik dan saran membangun dari pembaca demi penyempurnaan penulisan selanjutnya.

  Saya secara khusus menyampaikan terimakasih kepada Bapak Samzari Boentoro, S H ., yang telah meluangkan waktu dan memberikan bimbingan sehingga tersusunnya skripsi ini.

  Dan tak lupa saya sampaikan rasa terima kasih serta penghargaan kepada :

  1. Bapak Dekan Fakultas Hukum Universitas airlangga beserta staf Dosen pengajarnya, yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat berharga kepada penulis terutama ilmu dalam bidang hukum;

  2. Bapak J.M.V. Manuputty, S H ., Kabid. Sumber Daya Manusia PTP XXI-XXII (PERSERO) yang telah memberikan fasilitas dalam memberikan data guna penyusunan skripsi ini; Ibu Irma, SH . , Staf Sumber Daya Manusia PTP

  XXI-XXII (PERSERO) yang telah banyak memberikan sumbangan p e m i k i r a n ;

  Ibu Atik, Staf Sumber Daya Manusia PTP

  XXI-XXII (PERSERO) yang telah banyak memberikan sumbangan p e m i k i r a n ;

  Ibu, Bapak, adik-adikku tercinta Made Oka dan Komang yang telah banyak mendorong dan membantu, baik moril maupun materiil hingga tersusunnya skripsi ini;

  Kekasihku Ir. Komang Raka M, yang telah banyak mendorong dan membantu dengan penuh kesabaran selama penyusunan skripsi ini; Temanku yang tercinta Sri Winarsih, S H ., yang telah banyak membantu dan memberikan sumbangan pemikiran hingga tersusunnya skripsi ini; Semoga bermanfaat bagi kemajuan ilmu pengetahuan.

  Surabaya, 22 Juli 1993 Penulis

ABSTRAK

  Sekarang ini pemerintah sedang giat mengupayakan agar perusahaan-perusahaan mau

melaksanakan program ASTEK bagi karyawannya. Mengingat banyak keuntungan yang akan

diperoleh dan menjamin perusahaan mau melaksanakan program ASTEK, maka pemerintah

menjadikan program ASTEK itu sebagai kewajiban bagi perusahaan untuk dilakukan.

  Pelaksanaan ASTEK di perusahaan memberikan dampak positif bagi perusahaan itu

sendiri, tenaga kerjanya maupun pemerintah. Bagi tenaga kerja, keuntungan yang diperoleh

dengan adanya program ASTEK di perusahaan adalah :

  

a. program ASTEK dapat menanggulangi resiko sosial yang mengakibatkan berkurangnya

pendapatan tenaga kerja.

  b. meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja - tenaga kerja keluarganya. o . terciptanya pemerataan pendapatan.

Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan oleh perusahaan adalah dalam hal pengadaan biaya

tak terduga seperti biaya pengobatan karyawan yang sakit, karyawan yang mengalami

kecelakaan kerja, meninggal dunia. Selain itu juga untuk membayar pensiun karyawan. Jadi

jelas bahwa program ASTEK memperingan pengeluaran perusahaan, karena semua dana

untuk kepentingan tersebut di atas telah menjadi tanggungan P T. ASTEK.

  Keuntungan yang didapat pemerintah dengan dilaksanakannya program ASTEK di

perusahaan-perusahaan adalah dapat terkumpulnya dana untuk pembangunan dari golongan-

golongan masyarakat tertentu, dalam hal ini berupa hasil premi ASTEK oleh perusahaan dan

tenaga kerjanya kepada P T . ASTEK.

DAFTAR I SI

  Hal a man LEMBAR P E N G E S A H A N .......................................... i KATA P E N G A N T A R ............................................ ii

  

  1. P e r m a s a l a h a n ; Latar Belakang dan R u m u s a n n y a

  .1

  2. Penjelasan J u d u l .5

  3. Alasan Pemilihan J u d u l .6

  4. Tujuan P e n u l i s a n .7 5 . M e t o d o l o g i ................................... 8 a. Pendekatan M a s a l a h ....................... 8 b . Sumber D a t a ................................ 8 c. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan

  D a t a ........................................ 9

  d. Analisa D a t a .............................. 9 6 . Pertanggungjawaban S i s t e m a t i k a ............. 10

  

  1. Status Keberadaan PTP XXI - XXII ( P E R S E R O ) ..................................... 13

  2. Macam-macam Tenaga Kerja dan

  iii

  Perjanjian Kerja pada PTP XXI-XXII ( P E R S E R O ) .................................... 18

  3. Per 1 indungan ASTEK bagi Tenaga Kerja di PTP XXI - XXII ( P E R S E R O ) ................. 22

  BAB III. PELAKSANAAN PERJANJIAN ASTEK DI PTP XXI-XXII ( P E R S E R O ) ......................................... 27

  1. Para Pihak dalam Perjanjian A S T E K ........... 27

  2. Pembentukan dan Prosedur Pengadaan Perjanjian A S T E K ............................ 30

  3. Pembayaran P r e m i ............................ 31

  4. Program ASTEK yang D i l a k s a n a k a n ............ 35

  5. Kategori Kecelakaan K e r j a ................... 41

  

  1. Syarat dan Prosedur Mengajukan K l a i m .......45

  2. Batasan dan Besar Ganti Rugi Tiap-Tiap P r o g r a m ....................................... 52

  

   1 . Kes impu l a n ................................... .56 2 . S a r a n ............ ............................ .53

  DAFTAR BACAAN LAMPIRAN

  DAFTAR LAMPIRAN

  Nomor

  1. Pendaftaran Perusahaan (Formulir Astek Pi)

  2. Surat Keterangan Dokter (Bentuk 8/8a.F7)

  3. Daftar Kecelakaan (Laporan Kecelakaan Bentuk 2.F.5.)

  4. Daftar Kecelakaan (Laporan Kecelakaan Lanjutan Bentuk 3/4.F . 6.)

  5. Permintaan Pembayaran Tabungan Hari Tua (Formulir Astek N o . 9 a .)

  6. Permintaaan Pembayaran Tabungan Hari Tua Dan Asuransi Kematian (Formulir Astek No. 9b.)

BAB I PENDAHULUAN

  1. Permasalahan : Latar Belakang dan Rumusannya Dalam pelaksanaan pembangunan, tenaga kerja mempunyai peranan dan arti yang penting sebagai suatu unsur penunjang untuk berhasilnya pembangunan nasional. Tenaga kerja yang mempunyai hubungan kerja dengan perusahaan merupakan potensi untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pada khususnya. Maka sudah sewajarnya bila tenaga kerja diberikan p e r l i n d u n g a n , pemeliharaan dan perawatan serta pengembangan terhadap k e s e j a h t e r a a n n y a .

  P e r l i n d u n g a n , pemeliharaan dan perawatan serta pengembangan terhadap kesejahteraan tenaga kerja sangat penting karena dengan adanya kemajuan dunia usaha dan teknologi modern di berbagai bidang mengakibatkan adanya resiko sosial yang mungkin terjadi pada setiap tenaga kerja. Oleh karenanya, bila seseorang telah menjadi tenaga kerja di suatu perusahaan, perlu diperhatikan beberapa hal yang menyangkut pribadi karyawan tersebut dan lingkungannya. Sebagai contoh adalah berapa jauh jarak tempat tinggal dan tempat kerja, sarana lalu lintas yang menunjang, kondisi tempat kerja serta berbagai kemungkinan lain yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja.

  r EH PU STA JLA A N " U N I T B R SII A S AiKLAH

  0 0 4 " s u m m y a

  2 Hal ini yang biasanya kurang diperhatikan dan disadari oleh pihak pengusaha atas tanggung jawab sosialnya terhadap tenaga kerjanya. Pihak pengusaha hanya mementingkan dirinya sendiri, yaitu hanya mementingkan p e r u s a h a a n n y a .

  Untuk mengatasi hal tersebut, maka pemerintah perlu untuk menyelenggarakan program jaminan sosial dan asuransi sosial tenaga kerja. Program ini sangat penting karena pemerintah dapat memberikan perlindungan terhadap pihak yang lemah, yaitu kaum buruh, dari tindakan majikannya atau pengusaha. Dengan ditingkatkan jaminan sosial melalui suatu sistim asuransi, maka akan dapat diwujudkan ketentraman dan ketenangan kerja.

  Secara otomatis dengan program tersebut maka diwajibkan bagi perusahaan untuk mengasuransikan tenaga kerjanya melalui PT ASTEK yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja jo Peraturan Pemerintah N o . 14 Th. 1993 tentang Penyelengaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja merupakan pelaksanaan sebagian dari tugas pokok pemerintah di bidang tenaga kerjaan seperti diatur dalam UU No.

  14 Th. 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja. Jadi PP No. 33 Th.1977 jo PP N o . 14 Th. 1993 ini merupakan peraturan pelaksaanan dari UU No.

  14 Th. 1969

  3

  dalam rarigka usaha meningkatkan dan mengembangkan program asuransi tenaga kerja yang meliputi : a. Program Asuransi Kecelakaan Kerja

  b. Program Tabungan Hari Tua

  c. Program Asuransi Ketnatian* Suatu perusahaan yang mengikutkan karyawannya pada program ASTEK maka perusahaan juga mengalami keuntungan.

  Perusahaan. akan ringan bebannya bila suatu waktu tenaga kerja mengalami sakit, kecelakaan kerja, meninggal dunia atau pensiun. Dalam hal ini perusahaan tidak sepenuhnya mengeluarkan biaya atau dana tanibahan karena untuk kepentingan di atas telah menjadi tanggungan P T . ASTEK. Selain itu jaminan sosial tenaga kerja adalah untuk memperbaiki dan melindungi tenaga kerja. Karena jaminan sosial tenaga kerja adalah jaminan yang menjadi hak tenaga kerja yang berbentuk. tunjangan berupa uang, pelayanan dan pengobatan yang merupakan pengganti atas penghasilannya yang hilang atau berkurang sebagai akibat keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, meninggal dunia dan menganggur.

  Jaminan sosial tenaga kerja ini merupakan bagian dari

  Manulang, Pokok - pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, h. 130.

  4 kesejahteraan sosial karyawan atau sebagai tambahan upah.

  Oleh karena jangkauan program jaminan sosial tenaga kerja sangat luas, maka penyelenggaraannya dilakukan secara bertahap. Dengan sendirinya bagi perusahaan yang belum menjadi peserta asuransi sosial tenaga kerja maka jaminan-jaminan tersebut tetap menjadi tanggung jawab perusahaan itu sendiri.

  Sistim perlindungan inenurut pengertian PP N o . 33 Th. 1977 jo PP 14 Th. 1993 adalah bentuk asuransi sosial yang ditangani langsung oleh P T . ASTEK dan secara ekonomis penyelenggaraan asuransi sosial bertujuan untuk kepentingan umum dalam arti asuransi sosial adalah wahana untuk kesejahteraan masyarakat serta kemampuan menghimpun modal untuk membiayai pembangunan. Khusus untuk asuransi sosial tenaga kerja, kesejahteraan ditujukan kepada tenaga kerja sebagai salah satu unsur masyarakat dewasa ini.

  Melihat begitu pentingnya peranan asuransi sosial tenaga kerja dalam kelangsungan suatu produksi, saya berniat untuk membahas lebih mendalam pelaksanaan program ASTEK di PTP XXI

  XXII (PERSERO) Surabaya dan hasil - penelitian akan dijadikan sebagai dasar penulisan skripsi ini. Sedangkan mengenai rumusan masalahnya meliputi :

  a. Siapa saja yang terlibat dalam perjanjian ASTEK dan

  5 bagaimana perjanjian ASTEK itu dibentuk.

  b. Apa saja yang harus dilakukan oleh PTP.XXI-XXII sebagai tertanggung dan bagaimana pala tugas P T . ASTEK selaku p e n a n g g u n g .

  c. Bagaimana cara pembayaran ASTEK jika peristiwa yang diasuransikan tersebut benar-benar terjadi.

  2. P e n jelasan Judul Adapun judul yang dipilih untuk penulisan skripsi ini adalah "TINJAUAN MENGENAI PELAKSANAAN ASURANSI SOSIAL

  TENAGA KERJA DI P T P .

  XXI-XXII (PERSERO) SURABAYA". Maksud dari judul tersebut di atas dapat dijelaskan berikut ini. Asuransi Sosial Tenaga Kerja mempunyai arti sebagai sistem perlindungan yang dimaksudkan untuk menanggulangi resiko sosial yang secara langsung mengakibatkan

  2 berkurangnya atau hilangnya penghasilan tenaga kerja. Sedangkan kata PTP XXI-XXII (PERSERO)adalah nama perusahaan milik negara yang bergerak di bidang industri perkebunan tebu, yang telah inelaksanakan program ASTEK di perusahaannya sebagai sumber data penelitian dalam pembuatan skripsi ini. Pembahasan masalah meliputi ^ P P . N o .33 T h .1977, pasal 1 butir 11, h.947.

  6 pelaksanaan atau realisasi program pemerintah dalam upaya memperbaiki nasib pekerja. 3* Alasan pemilihan Judul

  Sekarang ini pemerintah sedang giat tnengupayakan agar perusahaan-perusahaan mau melaksanakan program ASTEK bagi karyawannya. Mengingat banyak keuntungan yang akan diperoleh dan menjamin perusahaan mau melaksanakan program ASTEK, maka pemerintah menjadikan program ASTEK itu sebagai kewajiban bagi perusahaan untuk dilakukan.

  Pelaksanaan ASTEK di perusahaan memberikan dampak positif bagi perusahaan itu sendiri, tenaga kerjanya maupun pemerintah. Bagi tenaga kerja, keuntungan yang diperoleh dengan adanya program ASTEK di perusahaan adalah :

  a. program ASTEK dapat menanggulangi resiko sosial yang mengakibatkan berkurangnya pendapatan tenaga kerja.

  b. meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja - tenaga kerja k e l u a r g a n y a .

  o .

  terciptanya pemerataan pendapatan. Sedangkan manfaat yang dapat dirasakan oleh perusahaan adalah dalam hal pengadaan biaya tak terduga seperti biaya pengobatan karyawan yang sakit, karyawan yang mengalami

  7

  kecelakaan kerja, meninggal dunia. Selain itu juga untuk membayar pensiun karyawan. Jadi jelas bahwa program ASTEK memperingan pengeluaran perusahaan, karena semua dana untuk kepentingan tersebut di atas telah menjadi tanggungan P T . ASTEK.

  Keuntungan yang didapat pemerintah dengan d ilaksanakannya program ASTEK di perusahaan-perusahaan adalah dapat terkumpulnya dana untuk pembangunan dari golongan-golongan masyarakat tertentu, dalam hal ini berupa hasil premi ASTEK oleh perusahaan dan tenaga kerjanya kepada P T . ASTEK.

  Dari alasan tersebut di atas, mendorong saya untuk mengungkapkan lebih jelas mengenai suatu pelaksanaan program ASTEK di perusahaan, dalam hal ini P T P .

  XXI-XXII (PERSERO) Surabaya.

  4. Tuj uan Penul i san Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan kurikuler dalam memperoleh gelar sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya.

  Tujuan lainnya adalah menguji sampai sejauh mana kemampuan dalam menerapkan ilmu yang didapat selama menjadi mahasiswa dan mengikuti kuliah di perguruan

  8

  tinggi, terutama tentang tata cara pelaksanaan dan penerapan PP. No. 33 Th. 1977 jo PP No.

  14 Th. 1993 mengenai pelaksanaan ASTEK di suatu perusahaan.

  5 . Metodologi

  a. Pendekatan Masalah Pendekatan masalah yang digunakan dalam skripsi ini adalah melalui pendekatan yuridis sosiologis. Maksud pendekatan yuridis sosiologis di sini adalah pendekatan permasalahan secara normatif berdasarkan peraturan p erundang-undanngan yang berlaku serta dihubungkan dengan kenyataan praktek dalam masyarakat. b . Sumber Data

  Data yang digunakan untuk menunjang penyusunan skripsi ini diperoleh dengan cara :

  • studi kepustakaan, yaitu buku-buku atau literatur yang ada hubungannya dengan obyek penulisan, peraturan perundang-undangan yang berlaku serta bahan-bahan p e r k u l i a h a n .
  • studi lapangan, yaitu dengan penelitian ke PTP

  XXI-XXII (P E R S E R O ) S u r a b a y a . g

  c. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data Data yang diperoleh, dikumpulkan dan diolah melalui dua tahapan yaitu : studi kepustakaan dilaksanakan dengan membaca, m e m p e l a j a r i , menelaah dan menginterpretasikan bahan-bahan literatur, peraturan perundang-undangan dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan masalah ASTEK.

  • studi observasi dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap obyek yang sedang diteliti guna memperoleh data yang mendekati kebenaran dari teori pada studi kepustakaan melalui wawancara yaitu tanya ■ jawab secara l a n g s u n g .

  Data yang telah d i peroleh kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan kategori tertentu dan disusun secara berurutan, dusesuaikan dengan pokok masalah yang akan dibahas didalam bab-bab tersebut. d . Analisa Data

  Analisa data yang telah didapat dari studi kepustakaan dan studi observasi dilakukan secara deduktif dan induktif. Metode deduktif diutamakan p e n e k anannya pada studi kepustakaan yang mempunyai sifat-sifat umum berdasarkan teori dan peraturan perundangan, sedangkan

  10 metode induktif bertitik tolak dari studi observasi di l a p a n g a n .

  Hasil yang diperoleh dari kedua metode tersebut dianalisa kembali secara cerma't dan disimpalkan, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah sesuai permasalahan yang dibahas.

  6. P e r t anggungJawaban Sistematika Guna metnudahkan pemahanan isi skripsi secara keseluruhan maka skripsi ini penulis susun dalam 5 (lima) bab, Tiap-tiap bab merupakan tahap penguraian dari permasalahan dan bab terakhir merupakan tahap penyimpulan.

  Adapun uraian secara ringkas isi dari bab-bab tersebut adalah sebagai berikut : Dalam bab I, pendahuluan, yang berisi gambaran umum dari permasalahan dan isi skripsi. Ini dimaksudkan agar pembaca memahami dan mengetahui secara global latar belakang serta permasalahan yang dihadapi", penjelasan judul, alasan pemilihan judul serta tujuan penulisan skripsi, metodologi yang digunakan dan pertanggungjawaban sistematikanya oleh karena itu masalah ini penulis tempatkan pada bab I .

  Dalam bab II ini saya akan menguraikan apa yang

  11 termuat pada bab I, yaitu tentang keberadaan dari PTP.

  XXI-XXII (PERSERO). Hal ini penting untuk mempermudah kelancaran membahas bab-bab selanjutnya. Oleh karena itu materi ini penulis tempatkan pada bab II. Dalam bab II ini juga akan membahas tentang macam-macam tenaga kerja serta bagaimanakah perlindungan ASTEK khususnya di PTP. XXI-XXII ( P E R S E R O ) .

  Dalam bab III merupakan penjabaran lebih lanjut dari bab II yang membahas pelaksanaan perjanjian ASTEK di PTP XXI-XXII (PERSERO), yaitu menjelaskan mengenai teori

  ASTEK dan berbagai hal yang termasuk didalamnya serta unsur-unsur yang menunjang perjanjian ASTEK. Kemudian akan dibahas pula mengenai bagaimana cara pembayaran iuran anggota ASTEK serta pembayaran jaminan ASTEK apabila terjadi peristiwa yang menimpa setiap tenaga kerja. Hal ini semua dihubungkan dengan pelaksanaan yang ada di PTP.

  XXI-XXII (PERSERO).

  Dalam bab IV, penulis akan menguraikan upaya dan syarat untuk mengajukan klaim. Hal ini sebagai kelanjutan dari praktek program ASTEK mengenai cara-cara PTP.

  XXI-XXII (PERSERO) untuk melaksanakan haknya terhadap PT. ASTEK. Termasuk juga dalam hal ini adalah upaya pengajuan k l a i m n y a .

  12 Dari keseluruhan uraian dalam penulisan skripsi ini ditutup dengan bab V, yang merupakan bab penutup. Bab ini berisikan kesimpulan yang ditarik berdasarkan pembahasan yang terdapat dalam bab-bab uraian yang terdahulu, dan berisikan saran-saran yang merupakan pendapat penulis, guna sebagai tambahan inasukan bagi semua pihak yang berkepentingan khususnya bagi perusahaan yang mengusahakan kesejahteraan tenaga kerjanya.

BAB I I TENTANG PTP XXI - XXI I ( PERSERO)

  1. Status Keberadaan Perkebunan adalah merupakan sub sektor usaha yang memerlukan banyak tenaga kerja. Dengan demikian perkebunan dapat dianggap sebagai keluarga atau ruinah tangga yang ju mlahnya tidak sedikit. Perkebunan sebagai suatu organisasi besar yang berstatus milik negara memiliki “esprit de crops" yang kuat. Hal ini memudahkan terwujudnya kesatuan sikap dalam mengembangkan ideologi yang dikehendaki negara yaitu sistem perekonomian yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Proses menuju sistem perekonomian tersebut tidak terlepas dari proses kejadian dan peristiwa yang terjadi pada masa* yang lampau dan akan berpengaruh pada proses kejadian dan peristiwa pada waktu s e k a r a n g .

  Pendirian pabrik gula modern dimulai tahun 1637 (sejak adanya V O C ), yang bertujuan untuk meningkatkan produksi gula di Jawa dengan memberikan fasilitas-fasilitas tertentu. Akan tetapi baik dalam abad ke XVII inaupun abad ke XVIII dibawah rezim VOC pengusahaan gula di Jawa telah mendapat kemajuan yang berarti. Setelah dikeluarkannya Undang-undang Perkebunan Gula (sui

  13

  14

  kerverband ordonant i e ) perusahaan-perusahaan perkebunan (khususnya gula) mulai berkembang. Perusahaan perkebunan ini mempergunakan kesempatan yang diberikan Undang-undang

  Agraria untuk mendapatkan tanah dengan j&lan menyewanya dari penduduk.

  Pada jaitian revolusi perkebunan-perkebunan yang masih ada dan telah rusak, hampir seluruhnya dibiarkan sedangkan beberapa pabriknya telah di bumi hanguskan. Pada tahun 1949-1950 perkebunan-perkebunan gula itu b erangsur-angsur mulai diusahakan lagi oleh orang-orang asing. Mengenai pengorganisasian dan manajemen perusahaan perkebunan,milik asing barat diakui dan dikelola dengan sistem "Directie A d m i n i s t r a t i e " . Setiap Direksi Administrasi mengelola beberapa perkebunan/pabrik gula. Disamping itu perkebunan-perkebunan tersebut tergabung dalam suatu gabungan Algemeen Landbouw Syndicaat (ALS) untuk budidaya gunung dan Algeneen Syndicaat voor

  Suiker-fabrikanten in Indonesia (ASSI). Disamping ALS dan ASST tersebut terdapat pula badan-badan koordinasi lainnya seperti IWSS, Gapeiken, AVROS di Medan, Bebtu di Surabaya dan PPRI di Solo. Badan ini memberikan jasa-jasa baiknya pada perkebunan-perkebunan dalam penyediaan barang-barang dan bahan-bahan keperluan perkebunan, meberikan jasa dalam sales promotion dan sebagainya dalam batas-batas kemampuan dan wewenangnya. Badan-badan ini juga mengoordinasi perjanjian perburuhan dengan serikat-serikat buruh. Selain itu, sebelum tahun 2957 sebagian besar pabrik gula dimiliki oleh perusahaan Belanda sebagai berikut : a. N V . KOOY & C O 'S :

  15 R.M.A. Tanumidjaya, Sejarah Perusahaan Perkebunan

  • P.G. KRIAN
  • P . G . WATOETOELIS
  • P.G. GEHPOLKREP
  • P.G. TJOEKIR

  b. TIEDEMAN V KERCHEM :

  • P.G.TOELANGAN
  • P.G. KREMBOONG
  • P.G. LES
  • P.G. MODJOPANGGOONG

  c. ANEMAET & CO

  • P.G. DJOMBANG BARU

  d. NILM :

  • P.G. MERITJAN
  • P.G. PESANTREN LAMA

  e. HVA :

  • P.G. N G A D I R E D J O 3 Pada periode pengambil alihan tahun 1957-1960, ketika sedang inulai dilaksanakan usaha-usaha rehabilitasi di perkebunan besar milik pengusaha asing barat,

  dan Perkenbangan Organisasi Karyawan/Buruh di Perindustri- an G u la, Inspekktur Umum Insp. P N P / P T P . Wil. II

  3 terjadilah klas politik antara pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah Belanda mengenai kedudukan Irian Barat. Dalam rangka perjuangan pengembalian Irian Barat itulah maka semua perusahaan milik Belanda diambil alih.

  Dengan Keputusan Penguasa Militer/Mentri Pertahanan No.

  1063/PMT/1957 tertanggal

  9 Desember 1957 perusahaan perkebunan milik Belanda diambil alih menjadi perusahaan Perkebunan Negara b a r u . Sebelumnya telah ada Perusahaan Perkebunan Negara (ex Regerings Land bouw Bedrigfen) yang selanjutnya dikenal PPN lama. Perusahaan Perkebunan Negara Baru lahir pada periode tersebut berpusat di Jakarta dengan perwakilan BPU-PPN di daerah. Contoh cabang yang ada di Jawa Timur :

  a. Unit V untuk pabrik-pabrik gula Ex Karesidenan Surabaya

  b. Unit II untuk pabrik-pabrik gula Ex Karesidenan Kediri Pada tahun 1963 didakan reorganisasi dengan tujuan agar pengelolaan perusahaan perkebunan lebih tepat guna dengan pembentukan BPU per budidaya. Contohnya : BPU karet, BPU aneka tanaman, BPU gula> dan BPU t e m b a k a u .

  Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1963 tiap pabrik gula menjadi badan hukum sendiri yang dipimpin oleh Direktur Pimpinan pabrik gula dan perwakilan BPU PPN gula di daerah disebut Inspeksi Daerah. Pada tahun 1968 perkebunan gula tidak berbentuk badan hukum lagi tetapi

  • digabung kembali dalam satu Perusahaan Negara Perkebunan (PNP). Dengan demikian berobah lagi penamaan perkebunan

  17

  negara di daerah dan kita kenal selanjutnya PNP I sampai dengan PNP XXVIII (termasuk pula di sini PNP gula).

  Dalam usaha meningkatkan efektifitas dan efisiensi Perusahaan Perkebunan Negara maka berdasarkan Peraturan

  Pemerintah no 14 tahun 1968 di daerah-daerah dibentuk dewan direksi Perusahaan Negara Perkebunan yang berbadan hukum sendiri, antara lain Perusahaan Negara Perkebunan

  XXI untuk pabrik gula Ex Karesidenan Kediri dan Perusahaan Negara Perkebunan

  XXII untuk pabrik-pabrik gula Ex

  4 karesidenan Surabaya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 23 tahun 1973 dengan tujuan untuk meningkatkan profesionalisme pada perkebunan gula (khususnya Perusahaan Negara Perkebunan

  XXI-XXII) maka bentuk dari Perusahaan Negara Perkebunan XXI-XXII dialihkan menjadi Perusahaan Perseroan (Persero). Karena bentuknya Persero maka PTP

  XXI-XXII (PERSERO) melakukan usaha-usaha perusahaan yang biasa dilakukan oleh swasta dan yang bukan semata-mata menjadi tugas pemerintah. PTP tersebut dipimpin oleh Direksi dibawah pengawasan Dewan Komisaris yang masing-masing bertangggung jawab pada rapat umum pemegang saham. Karena kekuasaan tertinggi pada rapat umum pemegang saham maka modal p erusahaannya terdiri dari saham-saham yang sebagian atau

  18

  seluruhnya milik negara yang merupakan kekayaan negara yang dipisahkan. Hal ini berarti modal perusahaan dapat merupakan modal milik negara seluruhnya atau dapat merupakan campuran antara modal milik negara dan milik swasta, perusahaan dapat mempunyai penyertaan/pemilikan saham pada perusahaan lain dan negara dapat mengurangi, menambah atau melepaskan pemilikan saham persero dari perusahaan. Dalam hal ini Mentri Keuangan mewakili negara selaku pemegang saham yang dibantu oleh Direktorat Persero dalam menyelenggarakan penata usahaan dalam persero tersebut. Direktorat Akuntan Negara berwenang untuk mengadakan pemeriksaan (audit) dan mengeluarkan laporan akuntan pada PTP XXI-XXII (PERSERO).5

  Berdasarkan Akte Notaris Gustaaf Homala Soangkoepon Lumban Tobing,S.H. No. 48 tanggal 31 Desember 1973 yo no 68 tanggal

  30 Januari 1974 PTP

  XXI-XXII (PERSERO) (Persero) berkedudukan di kantor pusat jalan Jembatan Merah 3-5 Surabaya.

  2. M a c a m-macam Tenaga Kerja dan Perjanjian Kerja pada PTP

  XXI -XXII C PERSERO!) PTP sebagai badan usaha milik negara dan unit ekonomi melibatkan banyak unsur manusia dan aspek

  5Wawancara dengan Karyawan Staf Sumber Daya Manusia PTP XXI-XXII (PERSERO), tanggal 28 Mei 1993.

  19

  manusiawi dalam kegiatannya, sehingga sangat dipentingkan asas hubungan timbal balik antara pimpinan dan karyawan yang merupakan pelaksana dari asas k e k e l u a r g a a n , yang jelas dicantumkan dalan pasal

  33 UUD 1945 (1). Dengan terciptanya ketenangan dan ketentraman kerja antara pimpinan dan karyawan maka secara otomatis dapat meningkatkan produksi gula pada khususnya dan dapat menjamin tercapairiya tujuan pembangunan pada umumnya.

  Salah satu sarana yang terbaik untuk meneapai tujuan tersebut diatas maka diperlukan peraturan perusahaan yang memuat semua ketentuan tentang hubungan, syarat-syarat kerja tata tertib perusahaan.

  Oleh karena itu pada PTP

  XXI-XXII (PERSERO) mengenai macam-macam tenaga kerja. Dilihat berdasarkan sifat hubungan kerja dengan perusahaan, karyawan di pabrik gula terdiri dari dua (2) kelompok besar yaitu : a. Karyawan Tetap yaitu karyawan yang mempunyai hubungan kerja dengan perusahaan untuk jangka waktu tidak tertentu dimana pada saat dimulainya hubungan kerja didahului dengan masa percobaan maksimal 3 (tiga) bulan sesuai pasal 1603 i Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

  b. Karyawan tidak tetap adalah karyawan yang mempunyai hubungan kerja dengan perusahaan untuk jangka waktu tertentu, dimana pada saat dimulainya hubungan kerja tidak didahului dengan masa percobaan.

  Karyawan tidak tetap pada PTP

  XXI-XXII (PERSERO) terdiri atas a. Karyawan Kampanye yaitu : karyawan yang melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dari permulaan tebu diangkut melalui timbangan tebu, pekerjaan di gilingan, pekerjaan di sekitar emplasemen yang ada hubungan langsung dengan penggilingan tebu, serta pekerjaan didalam pabrik sampai tempat pemupukan gula dalam pabrik. Karyawan ini dibayar secara bulanan.

  b. Karyawan musiman tebangan yaitu : karyawan yang melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dari permulaan tebu pabrik gula ditebang sampai diangkut dan ditimbang termasuk pekerjaan persiapan tebangan, pemuatan tebu di atas alat pengangkut dengan mendapat upah ada yang bulanan, harian serta borongan tergantung perjanjian antara pihak tersebut dengan perusahaan.

  c. Karyawan musiman tanaman yaitu : karyawan yang melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dari permulaan pembukaan tanah, persiapan tanam dan pemeliharaan tebu pabrik gula sampai tebu siap ditebang dengan mendapat upah ada yang bulanan, harian serta borongan. Hubungan kerjanya berdasarkan kelaziman

  20 g

  Peraturan Perusahaan Karyawan Tetap dan Musiman Pabrik Gula dan Karung Goni PT Perkebunan (Persero).

  21 setetnpaf yang berlaku.

  d. Karyawan musiman lain-lain yaitu : karyawan yang bekerja di sekitar emplaseinen namun tidak ada hubungan langsung dengan penggilingan tebu dengan mendapat ada yang secara bulanan, harian, b o r o n g a n . Hal

  7 ini berdasarka kelaziman setempat yang berlaku. Karyawan pada PTP

  XXI-XXII (PERSERO) berstatus sebagai pegawai perusahaan swasta biasa. Dan berdasarkan

  pasal 1 butir d Keputusan Musyawarah Nasional Pertama Korps Pegawai RI No. 02/ Munas/1978 tanggal

  2 Desember 1978 tentang perubahan anggaran dasar KORPRI, pegawai/karyawan Badan Usaha Milik Negara adalah Pegawai

  Republik Indonesia. Jelaslah bahwa dalam KORPRI hubungan antara pegawai di lingkungan BUMN dan perusahaan adalah hubungan dinas (drenstverhouding) bukan werkverbard

  (hubungan kerja). Dengan detnikian karyawan PTP

  XXI-XXII (PERSERO) adalah anggota Korps Pegawai R I . Pada PTP

  XXI-XXII (PERSERO) perjanjian kerjanya antara pegawai dan perusahaan diatur dengan kontrak kerja. Hal ini dapat dilihat dalam pengelompokan status karyawan menurut sifat hubungan kerjanya. Sedangkan Direksi dan Komisaris mengadakan ikatan kerja dengan pemilik persero. Serta mengenai gaji dan pensiunan pegawai ditetapkan dalam

  Wawancara dengan Karyawan Staf Sumber Daya Manusia PTP XXI-XXII (PERSERO), tanggal 4 Juni 1993. kontrak kerja berdasarkan persetujuan kolektif. Hubungan kerja antara pegawai dan perusahaan diatur dengan kontrak kerja, tnaksudnya adalah penerimaan karyawan baru di perusahaan disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan dan untuk dapat diterima menjadi karyawan harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh perusahaan. Calon yang telah memenuhi persyaratan untuk ditetapkan perusahaan akan d iterima sebagai karyawan dengan masa percobaan sselama 3 (tiga) bulan berturut-turut sejak ia mulai bekerja di perusahaan. Selama dalam percobaan masing-masing pihak sewaktu-waktu dapat memutuskan hubungan kerja tanapa syarat.

  3. P e r 1 indungan A S T E K Bagi Tenaga Kerja Di PTP XXI-XXII CPERSERO^

  ASTEK merupakan Asuransi Sosial yang bergerak menangani bidang kesejahteraan tenaga kerja, sebagaimana lazimnya asuransi yang merupakan upaya pengalihan resiko berdasarkan perjanjian yang dibuat oleh penanggung dan tertanggung. Jadi resiko yang dipertanggungkan melalui PT ASTEK adalah berkaitan dengan kesejahteraan tenaga dan keluarganya. Pengertian istilah kesejahteraan dalam lingkup ini meliputi masalah kesehatan dan finansial untuk menunjang kehidupan tenaga kerja.

  22 Dalam hal ini, PTP

  XXI-XXII (PERSERO) juga memperhatikan untuk masalah kesejahteraan tenaga dan

  23

  keluarganya. Hal ini dapat dilihat dalam peraturan perusahaan karyawan tetap dan musiman pabrik gula dan karung goni PT Perkebunan (Persero). Mengenai ASTEK, PTP

  XXI-XXII (PERSERO) mendaftarkan setiap karyawan menjadi peserta ASTEK berdasarkan PP N o . 33 Th 1977 jo PP No.

  34 Th. 1977 yang meliputi program :

  a. Asuransi kecelakaan kerja

  b. Tabungan hari tua yang dikaitkan dengan asuransi kematian (AK) Dalam rangka memenuhi ketentuan ASTEK, PTP XXI-XXII

  (PERSERO) membayar iuran setiap bulannya pada PT ASTEK atas nama peserta yang besangkutan sebesar 2,54 % dari upah netto all in yaitu :

  a. Asuransi kecelakaan kerja : 0,54 %

  b. Tabungan hari tua (THT) : 1.50 %

  c. Asuransi keinatian : 0,50 % Sedangkan karyawan dikenakan iuran tabungan hari tua sebesar 1% dari upah netto all in yang pelaksanaannya langsung dipotong upah karyawan yang b e r s a n g k u t a n . Karyawan pada PTP XXI-XXII (PERSERO) mempunyai hak untuk mendapatkan perawatan atas beban perusahan pada poliklinik unit produksi perusahaan/ puskesmas atau rumah sakit perusahaan atau rumah sakit umum/dokter yang ditunjuk oleh

  M I L I K

  1

  j p e r p u s t a k a a n

  I

  a j n

  I U N I YE R SJ TAS A J I L G Q A " ' ‘ S U R * 8 A Y A g perusahaan. Atas rekomendasi dokter perusahaan dan dengan ijin pimpinan perusahaan, karyawan (baik karyawan tetap maupun tidak tetap) dapat diopname di rumah sakit perusahaan atau rumah sakit u m u m / p u s k e s m a s . Hengenai perawatan gigi, yang menjadi beban perusahaan adalah p erawatan/pengobatan gigi untuk dirinya sendiri di rumah sakit perusahaan atau rumah sakit umum/puskesmas bukan dokter gigi praktek umum dan terbatas pada penambalan sederhana dan pencabutan gigi sedangkan untuk pemasangan tidak menjadi beban perusahaan.

  Sebagai perusahaan yang berkewajiban untuk metnper tanggungkan tenaga kerjanya pada PT ASTEK, perusahaan mempunyai kewajiban untuk :

  a. Membayar iuran setiap bulannya pada PT ASTEK

  b. Menanggulangi terlebih dahulu kecelakaan yang terjadi

  c. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan, inengusahakan pengobatan dan perawatan d. Melaporkan kecelakaan yang menimpa tenaga kerjanya dalam waktu 2x24 jam e. Melaporkan kalau terjadi perubahan tenaga kerja dan perubahan upah

  Dengan hal itu, maka hak dari perusahaan adalah memperoleh penggantian atas biaya yang dikeluarkan oleh

  24

  25

  perusahaan untuk biaya p e n g a n g k u t a n , pengobatan dan perawatan di rumah sakit, termasuk pertolongan pertama pada kecelakaan dan tunjangan sementara tidak mampu bekerja. Biaya penggantian tersebut diberikan oleh PT ASTEK apabila perusahaan melaporkan secara benar kecelakaan kerja yang terjadi sesuai dengan ketentuan yang b e r l a k u .

  Mengenai tabungan hari tua (THT) di PTP

  XXI-XXII (PERSERO), tabungan ini akan diberikan kepada karyawan apabila karyawan yang bersangkutan telah mencapai usia

  55 tahun, atau cacat total tetap akibat kecelakaan kerja, ci atau meninggal dunia atau berhenti sebagai karyawan. Tabungan hari tua ini inenguntungkan bagi tenaga kerja karena pada usia tenaga kerja tidak produktif lagi dan penghasilan terputus, PT ASTEK akan memberikan kembali hasil tabungan selama tenaga kerja menjadi peserta program tabungan hari tua dengan ditambah bunganya. Sedangkan pelaksanaan asuransi keinatian pada PTP XXI-XXII (PERSERO) akan terealisasi apabila karyawan peserta ASTEK tersebut meninggal dunia. Karyawan tersebut akan mendapatkan bantuan kematian dan uang duka yang diperhitungkan dengan bantuan santunan dari PT ASTEK. Dalam prakteknya bilamana seorang karyawan meninggal dunia maka kepada janda atau g

  Wawancara dengan Karyawan Staf Sumber Daya Manusia PTP XXI-XXII (PERSERO), tanggal 12 Juni 1993.

  26

  ahli warisnya diberikan :

  a. Bantuan biaya peniakaman sebesar 1 (satu) bulan upah netto a l 1 in b. Uang duka sebesar 3 (tiga) bulan upah netto all in

  c. Uang jasa sebagai berikut :

  • masa kerja kurang dari 5 tahun sebesar

  1 (satu) bulan upah netto all in

  • masa kerja 5 (lima) tahun keatas tetapi kurang dari 10 tahun sebesar 2 (dua) bulan upah netto all in
  • masa kerja 10 tahun keatas tetapi kurang dari

  15 tahun sebesar 3 (tiga) bulan upah netto all in

  • masa kerja 15 tahun keatas sebesar 4 (etnpat) bulan upah netto all in

  Jadi dengan diikutsertakan tenaga kerja dalam program ASTEK membantu tenaga kerja untuk meringankan beban mereka kalau sewaktu-waktu mereka mengalami musibah.

BAB I I I PELAKSANAAN PERJANJI AN ASTEK DI PTP XXI - XXI I ( PERSERO)

  1. Para Pihak d a l a m P e rjanjian ASTEK Pelaksanaan program jaminan sosial tenaga kerja yang ditetapkan oleh perusahaan dalam memberikan perlindungan kepada tenaga kerja adalah dengan mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program ASTEK.

  Sebagaimaana lazimnya asuransi merupakan upaya pengalihan resiko berdasarkan perjanjian yang dibuat oleh penanggung dan tertanggung. Tetapi prosedur terjadinya perjanjian ASTEK tidak sama dengan perjanjian asuransi komersiil yang didasarkan adanya kesepakatan antara para pihak, karena yang melakukan perjanjian dalam ASTEK. adalah perusahaan dengan PT ASTEK itu sendiri. Jadi resiko yang dipertanggungkan melalui PT ASTEK adalah yang berkaitan dengan kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya.

  Pengertian istilah kesejahteraan dalam lingkup ini meliputi masalah kesehatan dan finansial untuk menunjang kehidupan tenaga kerja.

  Perjanjian Astek disepakati oleh para pihak yang saling b e r k e p e n t i n g a n , yaitu : a. Perusahaan

  BerdasarkanPeraturan Pemerintah No. 33 Th. 1977 jo

  27

  28

  pasal 2 ayat 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

  14 Tahun 1993, maka setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak 10 (sepuluh) orang atau lebih atau membayar upah paling • sedikit

  R p .1000.000,00 (satu juta rupiah) sebulan., wajib mengikutsertakan tenaga kerjanya dalam program jaminan sosial tenaga kerja. Dengan demikian di PTP

  XXI-XXII (PERSERO) terkena ketentuan tersebut dan menjadi para pihak dalam mengadakan perjanjian ASTEK dengan PT ASTEK dan akan mempunyai hak serta kewajiban yang harus dipenuhi. Perusahaan disini berkedudukan sebagai tertanggung terhadap PT ASTEK yang menjadi penanggung. Secara yuridis pengertian tersebut adalah peerusahaan menjadi salah satu pihak penandatanganan perjanjian ASTEK, sedangkan tenaga kerja yang bersangkutan berkedudukan sebagai penerima manfaat ASTEK yang diselenggarakan oleh perusahaan tersebut dan kedudukan perusahaan dapat dikategorikan sebagai kreditur. Karena dalam upaya pengajuan claim, bilamana tenaga kerja mendapat kecelakaan kerja atau sakit maka perusahaan akan segera mengeluarkan biaya untuk keperluan pengobatan dan setelah itu barulah perusahaan menghubungi PT ASTEK untuk minta penggantian biaya pengobatan yang telah dikeluarkan.

  Bertitik tolak dari keharusan yang ditetapkan oleh

  29 Peraturan Pemerinta N o . 33 Th.1977 jo Peraturan Pemerintah No.

  14 tahun 1993 maka PTP

  XXI-XXII (PERSERO) mengikutsertakan tenaga kerja secara langsung dalam program ASTEK tanpa meminta persetujuan dari yang bersangkutan. PTP XXI-XXII (PERSERO) membayar iuran atas nama peserta yang bersangkutan sebesar 2,54 % dari upah netto all in setiap bulan yaitu : a. Asuransi Kecelakaan Kerja : 0,54 %

  b. Tabungan Hari Tua ( T H T ) : 1,50%

  c. Asuransi Kematian : 0,50 % Oleh karena itu tenaga kerja yang bersangkutan akan dikenakan pemotongan upah secara ‘ lansung untuk iuran Tabungan Hari Tua sebesar 1 % dari upah netto all in.

  b. PT ASTEK Pihak lain dalam perjanjian ASTEK adalah PT ASTEK.

  Sesuai dengan bunyi Peraturan Pemerintah No. 33 Th.1977 jo

  pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 14 Th. 1993 yaitu ASTEK merupakan badan hukum yang bidang usahanya monyelenggarakan program jaminan sosial tenaga kerja. Jadi dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya mengutamakan pelayanan kepada peserta dalam rangka peningkatan perlindungan dan kesejahteraan tenaga kerja beserta k e l u a r g a n y a .

  30 2 . P e m b e n t u k a n d a n P r o s e d u r P e n g a d a a n P e r j a n j i a n A S T E K

  Pembentukan dan prosedur mengadakan perjanjian ASTEK dilakukan tidak dengan pembuatan perjanjian antara kedua belah pihak tetapi PTP

  XXI-XXII (PERSERO) wajib mendaftarkan perusahaan dan ‘tenaga kerja pada Badan Penyelenggara dengan mengisi formulir yang disediakan oleh PT ASTEK. Pendaftaran pertama kali dilakukan o-leh PTP XXI-XXII (PERSERO) di Kantor PT ASTEK cabang Surabaya. Formulir yang disediakan oleh PT ASTEK harus diserahkan selambat-lambatnya 30 hari sejak diterimanya formulir dari

  PT ASTEK. Mengenai prosedur kepesertaan pihak dalam perjanjian ASTEK diatur oleh Peraturan Menteri Tenaga

  • Kerja No. : Per - 05/Men/1993 PTP

  XXI-XXII (PERSERO) mengisi dan mengajukan pendaftaran kepesertaan Astek ke PT ASTEK harus mengisi formulir pendaftaran perusahaan

  (formulir ASTEK Pi) dan pendaftaran tenaga kerja Setiap tenaga kerja yang telah didaftarkan pada PT ASTEK harus mengisi formulir daftar susunan keluarga tenaga kerja - PTP XXI-XXII (PERSERO) harus menyampaikan formulir. tersebut kepada PT ASTEK selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari sejak diterima formulir tersebut oleh PTP

  XXI-XXII (PERSERO) yang dibuktikan dengan tanda terima atau tandaterima pengiriman pos

  31

  • Kepesertaan dalam program Astek diinulai tanggal 1 bulan berikutnya sejak formulir tersebut bagi PTP

  XXI-XXII (PERSERO) yang ikut serta dalam program Astek