BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Payudara - GAMBARAN APLIKASI RESERVE PRESSURE SOFTENING TERHADAP ENGGORGEMENT PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI PUSKESMAS JATINEGARA KABUPATEN TEGAL - repository perpustakaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Payudara Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi antara

  laki-laki dan perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matan adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu untuk mempertahankan kelangsungan hidup pertahanannya maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan, karena Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan- bulan pertama kehidupanya.

  Payudara (mammae,susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram (Sarwono, 2009).

  a. Anatomi payudara Payudara wanita disebut juga glandula mammaria, merupakan suatu alat reproduksi tambahan. Setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam.

  Payudara terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada diatas musculus pectoralis mayor dan dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium. Dengan masing- masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dan jarigan yang meluas ke ketiak atau axilla. Ukuran payudara berbeda untuk setiap individu, juga bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jaringan salah satu payudara ukurannya agak lebih besar dari pada payudara yang lain (Eka puspita,2009).

Gambar 2.1 Anatomi Payudara

  Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu: 1) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar

  Korpus dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot dan pembuluh darah. Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktubulus bergabung membentuk saluran yan lebih besar (duktuslaktiferus).

  2) Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah Areola, Letaknya mengelilingi puting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kehitaman kunin langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya lebih gelap. Selama kehamilan warna akan menjadi lebih gelap dan warna ini akan menetap untuk selanjutnya, jadi tidak kembali lagi seperti warna asli semula. Pada daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari montgomery yang membentuk yang membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan dan dapat melicinkan kalang payudara selama menyusui. Di kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu.

  3) Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

  Papilla atau puting terletak setinggi intercosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat-serat otot polos yang tersususun secara sirkuler sehingga bila ada komunikasi maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut. Payudara terdiri 25-25 lobus. Masing-masing lobulus terdiri dari 20-40 lobulus. Selanjutnya masing-masing lobulus terdiri dari 10-100 alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga merupakan suatu pohon. Puting susu dapat pula menjadi tegak bukan sebagai hasil dari beberapa bentuk perangsangan seksual yang alami dan puting susu seorang wanita mungkin tidak menjadi tegak ketika ia tersangsang secara seksual.

  Pada daerah aerola terdapat beberapa minyak yang dihasilkan oleh kelenjar Montgomery. Kelenjar ini dapat berbentuk gelombang- gelombang naik dan sensitif terhadap siklus menstruasi seorang wanita. Kelenjar ini bekerja untuk melindungi dan meminyaki puting susu selama menyusui. Beberapa puting susu menonjol ke dalam atau rata dengan permukaan payudara. Keadaan tersebut kemudian ditunujkan sebagai puting susu terbalik dan tidak satu pun dari keadaan tersebut yang memperlihatkan kemampuan seorang wanita untuk menyusui, yang berdampak negatif. Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam (Sarwono,2009).

b. Fisiologi payudara selama Hamil dan Laktasi

  Payudara adalah organ endokrin yang sangat luar biasa, yang mengalami perkembangan dan deferensiasi. Payudara berfungsi penuh dalam proses laktasi sejak kehamilan enam belas minggu keatas. Produksi air susus dibawah kontrol endokrin dan dirubah menjadi kontrol otokrin selama laktogenesis II (Novita,2011).

  Adapun tahap-tahap perubahan payudara selama hamil sampai menyusui menurut Novita (2011) adalah:

  1. Mamogenesis (Perkembangan payudara) Pada awal trimester 1, sel epitel mamae berproliferasi, mulai bertunas dan bercabang pada duktus-duktusnya yang dipengaruhi oleh hormon glukokorticoid. Duktus berproliferasi menjadi alveoli. Selama trimester terakhir, sel-sel sekretori terisi dengan tetesan lemak dan alveoli dipenuhi kolostrum yang dipengaruhi oleh hormon prolaktin. Kolostrum ditekan untuk tidak keluar oleh hormon progesteron.

  2. Laktogenesis I Laktogenesis I terjadi sekitar 16-18 mingggu kehamilan dimana terajadi aktivitas sel dan produksi air susu. Payudara mulai mensintesa komponen air susu yang unik, dipengaruhi oleh

  Human plasenta lactogen. Air susu yang terbentuk pertama kali disebut kolostrum dimana sudah tersedia untuk bayi pada saat lahit tanpa harus menunggu sampai air susu keluar banyak.

  3. Laktogenensis II Laktogenesis II adalah mulai keluarnya ASI yang banyak antara 30-72 jam setelah dilahirkan plasenta. Pada awalnya, dibawah pengaruh hormon endokrin dan etelah plasenta lahir dibawah hormon otokrin. Kelahiran bayi dan diikuti dengan lepasnya plasenta mempercepat turunya secara tiba-tiba dari kadar human plasenta lactogen, esterogen dan progesteron. Turunya kadar progesteron berperan dalam hadirnya hormon-hormon laktogenik, seperti prolaktin dan glukokortikoid. Menyusui yang sering diawal laktasi dapat merangsang berkembangnya tempat reseptor prolaktin dalam kelenjar susu. Hormon prolaktin diperlukan untuk mengahasilkan air susu dimana jumlah dari hormon ini tidak ssecara langsung berhubungan dengan volume air susu yang dihasilkan. Prolaktin dapat menjadi permisif atau melemah dalam fungsinya apabila air susu tidak dikeluarkan.

  Pelepasan prolaktin juga terjadi sebagai respon terhadap stimulasi langsung pada puting susu atau daerah aerola, yaitu hormon otokrin dalam laktogenesis III.

  Faktor- faktor penghambat lactogenesis II, yaitu:

  a. Usia Ibu Wanita lebih dari 25 tahun berinisiatif melakukan menyusui bayinya namun jika umur lebih dari 30 tahun berpotensi mengalami kegagalan menyusui karena terhambatnya pemebentukan lactogenesis II.

  b. Sisa jaringan plasenta Jaringan plasenta yang masih tertinggal mempengaruhi kadar progesteron yang masih tinggi menyebabkan lactogenesis II terlambat pembentukannya.

  c. Wanita pekerja Wanita yang tidak bekerja akan cenderung menyusui secara ekslusif dibandingkan dengan wanita yang bekerja, sehingga kelansungan menyusui dapat dipertahankan.

  d. Karakteristik bayi Berat badan bayi lebih dari 3600 gram dan bayi gagal menyusui 2 kali dalam 24 jamn. Hal tersebut merupakan faktor kegagalan menyusui selanjutnya.

  e. Paritas Paritas sangat mempengaruhi lactogensesis II. Pada pimipara terjadi peningkatan jumlah ASI secara lambat dibandingkan multipra. f. Jenis persalinan Wanita yang mengalami sectio sesaria yang tidak direncanakan pada hari kedua postpartum memiliki jumlah otojksin dan prolaktin yang rendah dibandingkan dengan persalinan pervagina.

  g. IMD Bayi yang mengalami inisiasi menyusui dini, delapan kali lebih berhasil menyusui secara ekslusif, dan dapat merangsang produksi ASI pada lactogenesis II.

  h. Durasi menyusui Durasi menyusui sanga dipengaruhi oleh jumlah dari ASI yang diterima bayi dan hisapan bayi. i. Frekuensi menyusui

  Frekuensi menyusui kurang dari 8 kali perhari dan menyusui yang terlalu singkat kurang dari 10 menit dapat menurunkan produksi ASI. j. Fisik payudara ibu

  Keadaan puting datar, puting lecet dan ketidaknyamanan pada payudara merupakan faktor yang berdistribusi terhadap kegagalan menyusui. k. Psikologis ibu Pengalaman ibu pada waktu pertama tidak berhasil menyusui, maka akan mempengaruhi untuk menyusui selanjutnya. Kepercayaan diri ibu untuk menyusui pada periode postpartum. Wanita yang mengalami cemas dan depresi akan mengalami hambatan menyusui, dengan mendeteksi dini menggunakan (Ediburgh Postnatal Depression Sscale) EPDS pada minggu pertama Postpartum dapat mengurangi resiko ibu menyusui menjadi depresi yang lebih berat.

  4. Laktogenesis III Laktogenesis

  III disebut juga galaktogenesis yaitu mempertahankan menyusui. Air susu mengandung “Whey Protein” aktif dinamakan Feedback inhibitor lactation (FIL). FIL dihasilkan oleh sel-sel sekretori (Lactocyle), bersamaan dengan omponen lain dari air susu. Peran FIL sangat berpengaruh pada kontrolotokrin, dimana akan memperlambat sekresi air susu ketika payudara penuh. Proses laktogenesis III ini tergantung pada silkus pengisian dan pengosongan alveoli. Penurunan sekresi air susu juga dapat terjadi karena akumulasi air susu pada alveoli payudara. Hal ini akan mengurangi peningkatan prolaktin pada reseptor membran alveoli (Novita,2011).

2. ASI a. Definisi ASI

  Air susu ibu (ASI) adalah cairan putih yang merupakan suatu emulsi lemak dan larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang dikeluarkan oleh kelenjar mammae pada manusia. ASI merupakan salah satu-satunya makanan alami berasal dari tubuh yang hidup,disediakan bagi bayi sejak lahir hingga berusia 2 tahun atau lebih.

  ASI adalah salah satu jenis makanan yang mencangkupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutri, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alergi, serta anti Inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencangkup hampir 200 unsur zat makanan (Purwanti,2010).

  ASI merupakan makanan yang pertama yang terbaik dan paling sempurna untuk bayi. Kandungan gisinya yang tinggi dan adanya zat kebal didalamnya, membuat ASI tidak tergantingan oleh susu formula yang paling hebat dan mahal sekalipun. Selain itu ASI juga tidak pernah basi, selama masih dalam tempatnya. Terkait itu, ada satu hal yang disayangkan yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat mengenai pentingnya ASI bagi bayi. Akibatnya program pemberian ASI ekslusif tidak belangsung secara optimal (Yuliarti,2010).

  Pemberian ASI bagi bayi juga memberikan keuntungan jangka panjang pada anak, seperti terhindar dari penyakit alergi, asma, obesitas, dan bahkan beberapa jenis kanker. Penelitian juga telah membuktikan bahwa ASI tidak hanya membuat bayi anda sehat tetapi juga membuat mereka lebih cerdas. Bagi ibu yang menyusui juga memberikan banyak manfaat. Hormon yang dihasilkan saat menyusui akan mengurangi perdarahan yang mungkin terjadi pasca persalinan dan membantu rahim mengecil kembali keukuran semula. Menyusui juga dapat mengurangi resiko terjadinya beberapa penyakit pada ibu, seperti kanker payudara. Ibu yang menyusui anaknya akan hidup lebih bersih dan teratur serta lebih memperhatikan kesehatan tubuh lingkungan agar si kecil tetap sehat. (purwanti,2010).

b. Proses Produksi ASI

  ASI diproduksi dari hasil kerja sama antara faktor hormonal dan saraf. Untuk membahas mengenai bagaimana ASI dapat diproduksi, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai hormon esterogen. Hormon esterogen adalah hormon seks yang diproduksi oleh rahim untuk merangsang pertumbuhan organ seks, seperti payudara dan rambut pubik, serta mengatur siklus menstruasi. Hormon esterogen juga berperan menjaga tesktur dan fungsi payudara membesar dan merangsang pertumbuhan kelenjar ASI. Hormon esterogen memperkuat dinding rahim saat terjadi kontraksi mejelang persalinan. Payudara terdiri atas kumpulan kelenjar dan jaringan lemak yang terletak di antara kulit dan tulang dada bagian payudara terdiri dari jaringan lemak dan jaringan beserat yang saling berhubungan, yang mengikat payudara dan mempengaruhi bentuk serta ukuran payudara. Terdapat juga pembuluh darah dan kelnjar getah bening. Kelenjar di dalam payudara yang dikenal sebagai kelenjar lobule membentuk lobe atau kantung penghasil susu yang akan menghasilkan susu setelah seorang perempuan melahirkan. Terdapat sekitar 15-20 kantung penghasil susu pada setiap payudara, yang dihubungkan dengan saluran susu yang terkumpul di dalam putimg (Sugeng,2010).

  ASI tidak diproduksi selama kehamilan karena ada faktor- faktor yang menekan pelepasan hormone prolaktin. Salah satunya berkat kerja hormon esterogen bisa kita bayangkan jika susu sudah diproduksi sejak awal kehamilan sementara belum ada yang menghisapanya, para ibu tentu harus membuang ASI setiap hari. Proses produksi sampai air susu memenuhi payudara sekitar satu hari hingga tiga hari. Tidak perlu khawatir apabila air susu belum keluar atau yang keluar hanya sedikit sekali pada hari-hari pertama yang diproduksi payudara saat produksi ASI dimulai. Cairan colostrum berbentuk encer dan warnanya memucat.

  ASI diproduksi setiap saat sebelum, selama, dan sesudah bayi menyususi, ASI yan telah diproduksi disimpan dalam payudara ibu. Volume ASI yang disimpan dipayudara akan lebih banyak jika masa jeda waktu menyusui berikutnya lebih lama. Volume ASI yan disimpan dalam payudara relatif bervariasi pada tiap ibu dan tidak ditentukan dari ukuran payudara.ASI tidak akan pernah habis 100% meskipun bayi telah menyusui payudara setiap saat. Penelitian lakasi membuktikkan, bayi tidak akan menghabiskan semua stok ASI pada payudara. Makin banyak dan sering bayi minum ASI, makin cepat ASI diproduksi. Jangan berfikir menyusui, memompa, atau memerah ASI seperti meminum air di dalam gelas dengan sedotan, begitu diminum akan berkurang (Sugeng,2010).

  Pada beberapa hari pasca melahirkan,ASI mulai diproduksi oleh organ penghasil ASI. Pada hari pertama produksi Asi tidak ditentukan dari beberapa banyak ASI akan dikeluarkan. Tetapi, setelah beberapa hari kemudian produksi ASI sangat ditentukan dari beberapa banyak ASI yang dikeluarkan, baik dengan cara disusui atau dipompa. Seterusnya organ produksi ASI akan mulai mengurangi produksi ASI hingga jumlahnya sesuai dengan kebutuhan bayi.

  Pada minggu pertama umumnya ibu memproduksi ASI melebihi kapasitas yan dibutuhkan bayi, terutama jika ibu menyusui dengan baik. Di masa tersebut banyak ibu mengalami rembesan ASI atau payudara terasa penuh atau bengkak kondisi ini tidak akan berlangsung lama. Pada masa tersebut organ produksi ASI ibu sedang dalam proses penyesuaian terhadap jumlah ASI yang dibutuhkan bayi.

  Sekitar minggu keenam hingga bulan ketiga kadar prolaktin akan mulai berkurang secara berharap hingga akhir masa menyusui.

  Pada masa tersebut payudara mulai terasa tidak penuh, rembusan ASI berkurang dan refleks aliran ASI mulai tidak terasa. Kandungan ASI yang diproduksi ibu selalu berubah dari waktu ke waktu. Di menit- menit awal menyusui, ASI kaya akan protein, rendah lemak dan cenderung lebih encer seperti susu formua yang kebanyakan air. ASI yang dinamakan susu awal atau folemik ini berfungsi untuk menyenangkan saat menyusui, ibu tidak dapat membedakan secara secara pasti antara folemik dan hindmilk karena perubahanya berlangsung secara perlahan (Sugeng,2010).

c. Volume produksi ASI

  Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI, apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari. Dari jumlah ini, akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 bml pada waktu mencapai usia minggu kedua. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bai=yinya selama 4-6 bulan pertama. Karena itu selama turun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi.

  Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan. Daam keadaan produksi ASI telah normal, volume suus terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan atau penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit.

  Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkomsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Penelitian yang dilakukan oleh para ahliu pada beberapa kelompok ibu dan bayi menunjukan terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkomsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama.

  Komsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya volume air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI.

  Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400- 600 ml dalam 6 bulan kedua, dan 300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang dikomsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi, kadang-kadang terjadinya keadaan dimana peningkatan jumlah produksi komsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi ASInya.

  Produksi dari yang kekurangan gisi sering kali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi yang masih sangat muda (Purwanti,2010).

3. Menyusui a. Definisi Menyusui

  Menyusui adalah proses pemberian susu pada anak bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu. Air susu ibu merupakan suatu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, social mapun spiritual. ASI mengandung nutrisi, homon, unsur, kekebalan, faktor pertumbuhan, anti alergi serta anti inflamasi. Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu melindungi bayi terhadap penyakit, selain itu terhadap hubungan penting antara menyusui dengan penjarangan kehamilan (KB). Keunggulan ASI tersebut perlu di tunjang dengan cara pemberian ASI yang benar, antara lain pemberian ASI segera setalah lahi atau IMD( 30 menit pertama bayi harus sudah di ususkan). Kemudian pemberian ASI saja sampai umur 6 bulan (ASI Ekslusif) selanjutnya pemberian ASI sampai 2 tahun dengan pemberian makanan pedamping ASI yang benar. Sehingga diperlukan usaha-usaha atau pengelolaan yang benar. Agar setiap ibu dapat menyusui sendiri bayinya.

  Menyusui adalah ketrampilan yan dipelajari ibu dan bayi dimana keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi bayi. Menyusui adalah proses pemberian susu pada anak bayi atau kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu (Rukiyah,2011).

b. Mekanisme menyusui

  Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi (Rooting reflex). Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian puting susu ditarik masuk ke dalam mulut. Isapan bayi (sucking reflex) akan merangsang ujung saraf di daerah puting susu dan di bawah daerah yang berwarna kecoklatn. Rangsangan ini akan mengirimkan sinyal kebagian depan kelenjar hipofisa di otak untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Prolaktin ini akan merangsang sel-sel di kelenjar susu untuk membuat ASI.

  Rangsangan dibentuknya prolaktin adalah pengosongan sinus lactiferus yang terletak dibawah yang berwarna coklat. Agar pembentukan ASI banyak, sinus lactiferus perlu dikosongkan dengan baik. Selain itu, lapisan bayi juga akan merangsang bagian belakang kelenjar hipofisa untuk membuat hormon otoksin. Hormon ini akan menyebabkan sel-sel otot mengelilingi kelenjar susu mengerut atau berkontraksi sehingga ASI terdorong kelaur dari kelenjar susu dan mengalir melalui saluran susu kedalam sinus lactiferus yang terdapat di bawah daerah yang berwarna coklat.

  Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan diusul dengan gerakan menghisap (tekanan negatif) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk kelambung (swallowing reflex).

  Menyusui bayi yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan bayi, karena secara alamiah bayi akan mengatur kebutuhannya sendiri. Semakin sering bayi menyusui, payudara akan memproduksi ASI lebih banyak. Demikian halnya bayi yang lapar atau bayi kembar, dengan daya isapnya maka payudara akan memproduksi ASI lebih banyak, karena semakin kuat daya isapanya semakin banyak ASI yang di produksi (Roeseli,2006).

4. Enggorment atau Pembengkakan Payudara a. Definisi Enggorment

Gambar 2.2 Pembengkakan payudara

  Enggorment atau pembengkakan payudara adalah pembedungan air susu karena penyemiptan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu. Pembengkakan payudara diartikan peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan disebabkan

  overdistensi dari saluran laktasi, sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan.

  Pembengkakan payudara adalah ketika produksi air susu mulai meningkat produksinya, maka air susu di dalam payudara menempati kapasitas alveoli untuk disimpan. Bila air susu tidak bergerak atau keluar dari alveoli maka terjadi overdistensi pada alveoli. Hal ini dapat mengakibatkan air susu mengeluarkan sel untuk meratakan dinding alveoli, nebyebabkan permeabilitas alveoli meningkat (Novita,2011).

b. Patofisiologi

  Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar esterogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Hipotalamus yang menghalangi keluarga pituaitary lactogenetic hormon (prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh esterogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus- alveolus kelenjar payudara terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi.

  Sel-sel mioepitel yang mengililingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar. Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusui dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, maka dapat terjadi pembendungan air susu.

  Sejak dua hari kedua sampai eempat persalinan, ketika ASI secra normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkemban menjadi bendungan, payudara terasa penuh ASI dan cairan jarinan. Aliran vena dan limfatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat. Payudara menjadi bengkak dan edematous (Novita,2011).

c. Etiologi pembengkakan payudara

  Pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan cairan berada didalamnya masuk kedalam ruang interstitial sehingga terjadi edema, yang akan menekan aliran air susu. Proses terjadinya pembengkakan payudara merupakan sebuah siklus dimana terjadi pelebaran pembuluh darah- edema- aliran yang terhambat, pelebaran pembuluh darah yang akan terjadi lagi dengan mudsah. Terjadinya tekanan dan pelebaran pembuluh darah menyebabkan pengaliran lympathic juga terlambat, sehingga racun dan bakteri yang ada dapat menyebabkan payudara menjadi terinfeksi atau mengalami mastitis (Novita VT,2011).

  Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lakteal, payudara, sering mengalami sidtensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadan ini menggambarkan aliran darah vena normal yang berlebihan prokusor regular untuk terjadinya laktasi.

  Keadaan ini bukan merupakan overdistensi sistem lacteal oleh air susu. Payudara yang terbendung terjadi karena hambatan aliran darah vena atau saluran getah bening akibat ASI terkumpul pada payudara.

  Kejadian ini timbul karena produksi ASI yang berlebihan, bayi disusui terjadwal, bayi tidak menyusui dengan adekuat, posisi menyusui yang salah, atau karena putting susu yang datar atau terbenam. Hal ini bisa juga terjadi karena terhambat menyusui dini, perlekatan yang kurang baik, atau mungkin kurang seringnya ASI dikeluarkan (Bopak,2009).

  Penyebab terjadinya pembengkakan payudara menurut Bopak adalah :

  1. Posisi menyusui yang tidak benar

  2. Pengosongan payudara yang tidak baik

  3. Pemakaian BH yang teralalu ketat

  4. Tekana jari ibu pada waktu menyusui

  5. Kurangnya pengetahuan car perawatan payudara dan cara pencegahan pembengkakan payudara (bendungan ASI).

  Penyebab pembengkakan payudara adalah ASI banyak (Hyperlactation), terlambat memulai menyusui, perlekatan kurang baik, pengosongan ASI tidak sering, adanya pembatasan lama menyusui, ukuran payudara yang kecil, kontk ibu dengan bayi yang sangat minimal, tidak menyusui di malam hari, ibu menglami stress, sudah mulsi diberikan suplemen, faktor ibu kelelaha, ibu mendapat cairan intravena selama diproses persalinan (WHO,2003; Novita VT, 2011).

  Skala pengukuran pembengkakan payudara menggunakan skala 1-6 yang disebut skala humenik (Arora,2009). Skala ini dipergunakan untuk mengetahui perkembangan payudara yang mengalami pembengkakan karena aliran ASI kurang lancar.

  d. Tanda dan gejala pembengkakan payudara

  Payudara bengkak ditandai dengan nyeri sekitar payudara, edema, tegang, dan mengkilat, tampak kemerahan, ASI tidak mengalir, dapat ditemui demam selama 24 jam dengan suhu kurang dari 38 derajat celcius (WHO,2006). Tanda lain yang ditemukan adalah bayi tidak dapat menyusui, putting lecet, mastitis, ketidaknyamanan pada aksila, putting datar, nyeri tekan pada payudara (henning,2009).

  e. Perawatan pada Payudara

  Menurut Bahiyatun (2009), penatalaksanaan pembengkakan payudara adalah sebagai berikut: a. Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui.

  b. Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan rasa nyeri. Dapat dilakukan secara bergantian dengan kompres hangat untuk melancarkan pembuluh darah pada payudara.

  c. Menyusui lebih sering dan lebih lama untuk melancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara.

  Menurut Suradi (2004), penagganan pembengkakan payudara adalah:

  1. Kompres payudara dengan air hangat, lalu masase kearah putting payudara agar terasa lenih lemas dan ASI dapat dikeluarkan melalui putting.

  2. Susukan bayi tanpa terjadwal sampai payudara terasa kosong.

  3. Urutlah payudara mulai dari tengah, lali telapak tangan ke samping ke bawah, dengan sedikit ditekan keatas dan lepaskan tiba-tiba.

  4. Keluarkan ASI sedikit dengan tangan agar putting susu menonjol keluar.

  5. Menyusui bayi lebih sering.

  6. Ibu harus rileks.

  7. Pijat leher dari punggung belakang (sejajar dengan payudara) 8. Stimulasi payudara dan puting.

  9. Kompres payudara dengan air dingin setelah menyusui, untuk mengurangi demam.

  10. Memakai BH atau bra yang sesuai.

  11. Bila terlalu sakit dapat diberikan obat abalgetik.

5. Metode Reserve Pressure Softening (RPS)

  Setelah melahirkan, seorang ibu akan mengalami masa nifas,yaitu masa seorang wanita kembali ke keadaan normal baik sistem tubuh serta psikologis. Waktu yang diperlukan un tuk pulih kembali kurang lebih 40 hari. Rasa gembira setelah melahirkan disertai dengan kesiapan ibu untuk merawat sang buah hati. Menyusui suatu merupakan ungkapan kasih sayang ibu serta memberikan nutrisi sehingga bayi dpat berkembang secara optimal. Tetapi ada kalanya ibu mengalami kesulitan dalam menyusui, seperti bengkak, panas, putting lecet dan semakin menurunkn keinginan ibu untuk menyusui bayinya.

  Bayi tidak mampu melakukan perkelatan dini untuk menyusui disebabkan karena payudara yang bengkak dan edema pada subaerola.

  Penekanan pada aerola dapat menurunkan tegangan pada aerola dan merangsang milk ejection reflek. Sehingga bayi dapat menyusui dengan benar dan ASI dapat ditransfer. Pemgosongan ASI dapat menambah produksi ASI.

  Reserve Pressure Softening (RPS) dapat diubah oleh ibu ataupun

  orang lain. Cara melakukan RPS ada dua metode. Metode pertama adalah metode satu tangan, merupakan metode yang paling mudah. Gunakan seluruh jaari melingkar sekitar putting seperti mengenggam putting, tekan selama 1-3 menit dengan lembut, lalu lakukan secara bergantian. Gerakan ini bisa juga menggunakan 3-4 jari tangan pada kedua tangan membentuk lingkaran disekitar putting, kenudian atas dan bawah putting. Tindakan RPS ini tidak menimbulkan rasa nyeri. Lakukan RPS secara rutin jika ibu mengalami sendungan ASI dan pembengkakan pada payudara, hanya meluangkan waktu 1-3 menit, sangat mudah dan efektif. Jika terjadi pembengkakan payudara maka akan berbahaya bagi ibu serta menimbulkan ASI tidak lancar (Cotterman,2004).

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Preeklamsia - Sri Wahyuni BAB II

0 1 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori - HUBUNGAN ANTARA IBU BEKERJA DAN TEKNIK MENYUSUI DENGAN KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS 1 KEMBARAN - repository perpustakaan

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ketahanan Fisik - HUBUNGAN KETAHANAN FISIK TERHADAP PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS 1 MADUKARA KABUPATEN BANJARNEGARA - repository perpustakaan

0 0 31

EFEKTIVITAS METODE RESERVE PRESSURE SOFTENING TERHADAP ENGGORGEMENT PADA IBU POST PARTUM DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 17

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - EFEKTIVITAS METODE RESERVE PRESSURE SOFTENING TERHADAP ENGGORGEMENT PADA IBU POST PARTUM DI RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARDJO PURWOKERTO - repository perpustakaan

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Payudara - ISNAENI NOVISKA SYANDI BAB II

0 0 30

BAB II TINJAUAN TEORI A. PENDIDIKAN - HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMANFAATAN BPJS PADA IBU POST PARTUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANGLEWAS KECAMATAN KARANGLEWAS KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Keperawatan - Zakiyyathussoffa BAB II

0 3 29

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kekurangan Energi Kronis - FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN KEK PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS BATURRADEN II KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 10 23

GAMBARAN APLIKASI RESERVE PRESSURE SOFTENING TERHADAP ENGGORGEMENT PADA IBU POST PARTUM SPONTAN DI PUSKESMAS JATINEGARA KABUPATEN TEGAL

0 2 13