BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Payudara - ISNAENI NOVISKA SYANDI BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Payudara Setiap manusia pada umumnya mempunyai payudara, tetapi antara

  laki laki dan perempuan berbeda dalam fungsinya. Payudara yang matang adalah salah satu tanda kelamin sekunder dari seorang gadis dan merupakan salah satu organ yang indah dan menarik. Lebih dari itu untuk mempertahankan kelangsungan hidup keturunannya maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan, karena Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.

  Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram (Sarwono, 2009).

a. Anatomi payudara

  Payudara wanita disebut juga glandula mammaria, merupakan suatu alat reproduksi tambahan. Setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. Payudara terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada diatas

  

13 musculus pectoralis mayor dan dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium. Dengan masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau axilla. Ukuran payudara berbeda untuk setiap individu, juga bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar dari pada payudara yang lain (Eka puspita, 2009).

Gambar 2.1 Anatomi Payudara

  Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu:

1) Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.

  Korpus dari alveolus adalah sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus. Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. ASI disalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).

  2) Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.

  Areola, Letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman maka warnanya lebih gelap. Selama kehamilan warna akan menjadi lebih gelap dan wama ini akan menetap untuk selanjutnya, jadi tidak kembali lagi seperti warna asli semula. Pada daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari montgomery yang membentuk tuberkel dan akan membesar selama kehamilan.

  Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan dan dapat melicinkan kalang payudara selama menyusui. Di kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang merupakan tempat penampungan air susu.

  3) Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

  Papilla atau Puting Terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubang- lubang kecil yang merupakan muara dari duktus laktiferus, ujung - ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat - serat otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat dan menyebabkan putting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan menarik kembali putting susu tersebut. Payudara terdiri dari 15 - 25 lobus. Masing-masing lobulus terdiri dari 20-40 lobulus. Selanjutnya masing-masing lobulus terdiri dari 10-100 alveoli dan masing- masing dihubungkan dengan saluran air susu (sistem duktus) sehingga merupakan suatu pohon. Puting susu dapat pula menjadi tegak bukan sebagai hasil dari beberapa bentuk perangsangan seksual yang alami dan puting susu seorang wanita mungkin tidak menjadi tegak ketika ia terangsang secara seksual. Pada daerah areola terdapat beberapa minyak yang dihasilkan oleh kelenjar Montgomery. Kelenjar ini dapat berbentuk gelombang-gelombang naik dan sensitif terhadap siklus menstruasi seorang wanita.

  Kelenjar ini bekerja untuk melindungi dan meminyaki puting susu selama menyusui. Beberapa puting susu menonjol ke dalam atau rata dengan permukaan payudara. keadaaan tersebut kemudian ditunjukkan sebagai puting susu terbalik dan tidak satu pun dari keadaan tersebut yang memperlihatkan kemampuan seorang wanita untuk menyusui, yang berdampak negatif. Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan terbenam (Sarwono, 2009).

b. Struktur mikroskopis payudara

  Payudara tersusun atas jaringan kelenjar yang mengandung sejumlah jaringan lemak dan di tutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini di bagi kira-kira menjadi 18 lobus yang di pisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran jaringan febrosa.

  Struktur didalamnya menyerupai buah anggur atau jeruk yang di belah. Setiap lobus merupakan satu unit fungsional yang berisi dan tersusun oleh: 1)

  Alveoli Alveoli mengandung sel-sel yang menyekresi air susu. Setiap alveolus dilapisi oleh sel-sel yang menyekresi air susu, disebut sel acini, yang mengekstraksi faktor-faktor dari darah yang penting untuk pembentukan air susu. Di sekeliling setiap alveolus terdapat sel-sel mioepitel yang kadang-kadang disebut sel keranjang (Basket cell). Apabila sel-sel ini dirangsang oleh oksitosin anak berkontraksi sehingga mengalirkan air susu kedalam ductus lactifer.

  2) Tubulus Lactiferus

  Tubulus Lactiferus adalah saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli sebagai pengalir air susu menuju ductus lactiferus.

  3) Ductus Lactiferus

  Ductus Lactiferus adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer.

  4) Ampulla atau Sinus Lactiferus

  Ampulla merupakan bagian dari duktus latifer yang terletak di bawah areola yang melebar, yang merupakan tempat menyimpan air susu atau gudang ASI dimana ketika ada rangsangan maka air susu akan keluar melalui puting. Ampula terletak dibawah Aerola. 5)

  Vaskularisasi Vaskularisasi merupakan proses suplai darah ke payudara dari arteria mammaria iterna, eksterna, dan arteria-arteria intercostalis superior. Saluran dalam pembuluh vena melalui pembuluh-pembuluh yang sesuai, dan akan masuk ke dalam vena mammaria interna dan vena axillaris. 6)

  Drainase Limfatik Drainase lkkimfatik terutama kedalam kelenjar axillaris, dan sebagian akan dialirkan kedalam fissura portae hepar dan kelenjar mediastium. Pembuluh limfatik dari masing-masing payudara berhubungan satu sama lain.

  7) Persyarafan

  Fungsi payudara di kendalikan oleh aktivitas hormon pada kulit yang disyarafi oleh cabang-cabang nervus thoracalis, yang juga terdapat sejumlah saraf simpaatetis, terutama di sekitar areola dan papilla mammae (Sarwono, 2009).

c. Fisiologi payudara selama Hamil dan Laktasi

  Payudara adalah organ endrokrin yang sangat luar biasa , yang mengalami perkembangan dan deferensiasi. Payudara berfungsi penuh dalam proses laktasi sejak kehamilan enam belas minggu keatas. Produksi air susu dibawah kontrol endrokrin dan berubah menjadi kontrol otokrin selama laktogenesis II (Novita, 2011).

  Adapun tahap-tahap perubahan payudara selama hamil sampai menyusui menurut Novita (2011) adalah: 1)

  Mamogenesis (Perkembangan payudara) Pada awal trimester 1, sel epitel mamae berproliferasi, mulai bertunas dan bercabang pada duktus-duktusnya yang dipengaruhi oleh hormon estrogen. Selain itu juga terjadi pembentukan lobular yang dipengaruhi oleh hormon glukokorticoid. Duktus berproliferasi sampai ke lapisan lemak dan ujung kuncup duktus berdeferensi menjai alveoli. Selama trimester terakhir, sel-sel sekretori terisi dengan tetesan lemak dan alveoli dipenuhi kolostrum yang dipengaruhi oleh hormon prolaktin. Kolostrum ditekan untuk tidak keluar oleh hormon progesteron. 2)

  Laktogenesis 1 Laktogenesis 1 terjadi sekitar 16-18 minggu kehamilan dimana terjadi aktivitas sel dan produksi air susu. Payudara mulai mensintesa komponen air susu yang unik, dipengaruhi oleh Human plasenta lactogen. Air susu yang terbentuk pertama kali disebut kolostrum dimana sudah tersedia untuk bayi pada saat lahir tanpa harus menunggu sampai air susu keluar banyak.

  3) Laktogenesis II

  Laktogenensis II adalah mulai dikeluarnya ASI yang banyak antara 30-72 jam setelah dilahirnya plasenta. Pada awalnya, dibawah pengaruh hormon endokrin dan setelah plasenta lahir dibawah hormon otokrin. Kelahiran bayi dan diikuti dengan lepasnya plasenta mempercepat turunya secara tiba-tiba dari kadar human plasenta lactogen, estrogen dan progesteron. Turunya kadar progesteron berperan dalam hadirnya hormon-hormon laktogenik, seperti prolaktin dan glukokortikoid. Menyusui yang sering diawal laktasi dapat merangsang berkembangnya tempat reseptor prolaktin dalam kelenjar susu. Hormon prolaktin diperlukan untuk menghasilkan air susu dimana jumlah dari hormon ini tidak secara langsung berhubungan dengan volume air susu yang dihasilkan.

  Prolaktin dapat menjadi permisif atau melemah dalam fungsinya apabila air susu tidak dikeluarkan. Pelepasan prolaktin juga terjadi sebagai respon terhadap stimulasi langsung pada puting susu atau daerah aerola, yaitu hormon otokrin dalam laktogenesis III.

  Faktor-faktor penghambat lactogenesis II yaitu;

  a) Usia ibu

  Wanita lebih dari 25 tahun berinisiatif melakukan menyusui bayinya namun jika umur lebih dari 30 tahun berpotensi mengalami kegagalan menyusui karena terhambatnya pembentukan lactogenesis II.

  b) Sisa jaringan plasenta

  Jaringan plasenta yang masih tertinggal mempengaruhi kadar progesteron yang masih tinggi menyebabkan lactogenesis II terlambat pembentukannya.

  c) Wanita pekerja

  Wanita yang tidak berkerja akan cenderung menyusui secara ekslusif dibandingkan dengan wanita yang bekerja, sehingga kelangsungan menyusui dapat dipertahankan.

  d) Wanita dengan obesitas dan kelebihan berat badan

  Wanita yang memiliki kelebihan berat badan selama kehamilan bertendensi tidak menyusui, karena kadar prolaktin yang rendah untuk menyusui, disamping itu ASI menjadi lebih sedikit dari pada wanita tidak obesitas. Wanita dengan kelebihan berat badan dan obesitas akan menghambat lactogenensis II.

  e) Karakteristik bayi

  Berat badan bayi lebih dari 3600 gram dan bayi gagal menyusu 2 kali dalam 24 jam. Hal tersebut merupakan faktor kegagalan menyusui selanjunya. f) Paritas

  Paritas sanagat mempengaruhi lactogenesis II. Pada peimipara terjadi peningkatan jumlah ASI secara lambat dibandingkan multipara.

  g) Jenis persalinan

  Wanita yang mengalami sectio sesaria yang tidak direncanakan pada hari kedua postpartum memiliki jumlah oksitosin dan prolaktin yang rendah dibandingkan dengan persalinan pervagina.

  h)

  IMD Bayi yang mengalami inisiasi menyusui dini, delapan kali lebih berhasil menyusui secara ekslusif, dan dapat merangsang produksi ASI pada laktogenesis II. i)

  Durasi menyusui Durasi menyususi sangat dipengaruhi oleh jumlah dari ASI yang diterima bayi dam hisapan bayi. j)

  Frekuensi menyusui Frekuensi menyusui kurang dari 8 kali per hari dan menyusui yang terlalu singkat kurang dari 10 menit dapat menurunkan produksi ASI. k) Fisik payudara ibu

  Keadaan puting datar, puting lecet dan ketidaknyamanan pada payudara merupakan faktor yang berdistribusi terhadap kegagalan menyusui. l)

  Psikologis ibu Pengalaman ibu pada waktu pertama tidak berhasil menyusui, maka akan mempengaruhi untuk menyusui selanjutnya. Kepercayaan diri ibu untuk menyusui sangat sangat berpengaruh terhadap keberhasilan menyusui pada periode postpartum. Wanita yang mengalami cemas dan depresi akan mengalami hambatan menyusui, dengan mendeteksi dini menggunakan (Edinburgh Postnatal Depression Sscale) EPDS pada minggu pertama postpartum dapat mengurangi resiko ibu menyusui menjadi depresi yang lebh berat. 4)

  Laktogenesis III Laktogenesis

  III disebut juga galaktogenesis yaitu mempertahankan menyusui. Air susu mengandung “Whey Protein“ aktif dinamakan Feedback inhibitor lactation (FIL). FIL dihasilkan oleh sel-sel sekretori (Lactocyle), bersamaan dengan komponen lain dari air susu. Peran FIL sangat berpengaruh pada kontrol otokrin, dimana akan memperlambat sekresi air susu ketika payudara penuh.

  Proses laktogenesis III ini tergantung pada siklus pengisian dan pengosongan alveoli. Penurunan sekresi air susu juga dapat terjadi karena akumulasi air susu pada alveoli payudara. Hal ini akan mengurangi peningkatan prolaktin pada reseptor membran alveoli (Novita, 2011).

2. ASI a. Definisi ASI

  Air susu ibu (ASI) Adalah cairan putih yang merupakan suatu emulsi lemak dan larutan protein, laktosa dan garam-garang organik yang dikeluarkan oleh kelenjar mammae pada manusia. ASI merupakan salah satu-satunya makanan alami berasal dari tubuh yang hidup, disediakan bagi bayi sejak lahir hingga berusia 2 tahun atau lebih.

  ASI adalah satu jenis makanan yang mencangkupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial maupun spiritual. ASI mengandung nutri, hormon, unsur kekebalan pertumbuhan, anti alaergi, serta anti Inflamasi. Nutrisi dalam ASI mencangkup hampir 200 unsur zat makanan (Purwanti, 2007 ).

  ASI merupakan makanan yang pertama yang terbaik dan paling sempurna untuk bayi. Kandungan gizinya yang tinggi dan adanya zat kebal didalamnya, membuat ASI tidak tergantingan oleh susu formula yang paling hebat dan mahal sekalipun. Selain itu ASI juga tidak pernah basi, selama masih dalam tempatnya. Terkait itu, ada satu hal yang disayangkan yakni rendahnya pemahaman ibu, keluarga dan masyarakat mengenai penntingnya ASI bagi bayi. Akibatnya program pemberian ASI ekslusif tidak berlangsung secara optimal (Yuliarti, 2010).

  Pemberian ASI bagi bayi juga memberikan keuntungan jangka panjang pada anak, seperti terhindar dari penyakit alergi ,asma, obesitas, dan bahkan beberapa jenis kanker. Penelitian juga telah membuktikan bahwa ASI tidak hanya membuat bayi anda sehat tetapi juga membuat mereka lebih cerdas. Bagi ibu yang menyusui juga memberikan banyak manfaat. Hormon yang dihasilkan saat menyusui akan mengurangi pendarahan yang mungkin terjadi pasca persalinan dan membantu rahim mengecil kembali keukuran semula. Menyusui juga dapat mengurangi resiko terjadinya beberapa penyakit pada ibu, seperti kanker payudara. Ibu yang menyusui anaknya akan hidup lebih bersih dan teratur serta lebih memperhatikan kesehatan tubuh lingkungan agar si kecil tetap sehat. (Purwanti, 2007).

b. Proses Produksi ASI

  ASI diproduksi dari hasil kerja sama antara faktor hormonal dan saraf. Untuk membahas mengenai bagaimana ASI dapat diproduksi, terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai hormon estrogen. Hormon estrogen adalah hormon seks yang diproduksi oleh rahim untuk merangsang pertumbuhan organ seks, seperti payudara dan rambut pubik, serta mengatur siklus menstruasi. Hormon estrogen juga berperan menjaga tekstur dan fungsi payudara membesar dan merangsang pertumbuhan kelenjar ASI. Hormon estrogen memperkuat dinding rahim saat terjadi kontraksi menjelang persalinan. Payudara terdiri atas kumpulan kelenjar dan jaringan lemak yang terletak di antara kulit dan tulang dada bagian dalam payudara terdiri dari jaringan lemak dan jaringan berserat yang saling berhubungan, yang mengikat payudara dan mempengaruhi bentuk serta ukuran payudara. Terdapat juga pembuluh darah dan kelenjar getah bening. Kelenjar di dalam payudara yang dikenal sebagai kelenjar lobule membentuk lobe atau kantung penghasil susu yang akan menghasilkan susu setelah seorang perempuan melahirkan. Terdapat sekitar 15-20 kantung penghasil susu pada setiap payudara, yang dihubungkan dengan saluran susu yang terkumpul di dalam puting (Sugeng, 2010).

  ASI tidak diproduksi selama kehamilan karena ada faktor-faktor yang menekan pelepasan hormon prolaktin. Salah satunya berkat kerja hormon estrogen bisa kita bayangkan jika susu sudah diproduksi sejak awal kehamilan sementara belum ada yang menghisapnya, para ibu tentu harus membuaang ASI setiap hari. Proses produksi sampai air susu memenuhi payudara sekitar satu hari hingga tiga hari. Tidak perlu khawatir apabila air susu belum keluar atau yang keluar hanya sedikit sekali pada hari-hari pertama yang diproduksi payudara saat produksi ASI dimulai. Cairan kolostrum berbentuk encer, manis, dan mudah dicerna. Awalnya kolostrum berbentuk kental dan berwarna kuning, semakin dekat dengan persalinan, kolostrum semakin encer dan warnanya memucat.

  ASI diproduksi setiap saat sebelum, selama, dan sesudah bayi menyusu. ASI yang telah diproduksi disimpan dalam payudara ibu.

  Volume ASI yang disimpan dipayudara akan lebih banyak jika masa jeda waktu menyusu berikutnya lebih lama. Volume ASI yang disimpan dalam payudara relatif bervariasi pada tiap ibu dan tidak ditentukan dari ukuran payudara. ASI tidak akan pernah habis 100% meskipun bayi telah menyusu payudara setiap saat. Penelitian lakasi membuktikan, bayi tidak akan menghabiskan semua stok ASI pada payudara. Makin banyak dan sering bayi minum ASI, makin cepat ASI diproduksi. Jangan berfikir menyusui, memompa, atau memerah ASI seperti meminum air di dalam gelas dengan sedotan, begitu diminum akan berkurang (Sugeng, 2010).

  Pada beberapa hari pasca melahirkan, ASI mulai diproduksi oleh organ penghasil ASI. Pada hari pertama produksi ASI tidak ditentukan dari beberapa banyak ASI akan dikeluarkan. Tetapi, setelah beberapa hari kemudian produksi ASI sangat ditentukan dari berapa banyak ASI yang dikeluarkan, baik dengan cara disusui atau dipompa. Seterusnya organ produksi ASI akan mulai mengurangi produksi ASI hingga jumlahnya sesuai dengan kebutuhan bayi.

  Pada minggu pertama umumnya ibu memproduksi ASI melebih kapasitas yang dibutuhkan bayi, terutama jika ibu menyusui dengan baik. Di masa tersebut banyak ibu mengalami rembesan ASI atau payudara terasa penuh atau bengkak kondisi ini tidak akan berlangsung lama. Pada masa tersebut organ produksi ASI ibu sedang dalam proses penyesuaian terhadap jumlah ASI yang dibutuhkan bayi.

  Sekitar minggu keenam hingga bulan ketiga kadar prolaktin akan mulai berkurang secara berahap hingga akhir masa menyusui. Pada masa tersebut payudara mulai terasa tidak penuh, rembesan ASI berkurang dan refleks aliran ASI mulai tidak terasa. Kandungan ASI yang diproduksi ibu selalu berubah dari waktu ke waktu. Di menit- menit awal menyusui, ASI kaya akan protein, rendah lemak dan cenderung lebih encer seperti susu formula yang kebanyakan air. ASI yang dinamakan susu awal atau foremilk ini berfungsi untuk mengenyangkan saat menyusui, ibu tidak dapat membedakan secara pasti antara foremilk dan hindmilk karena perubahannya berlangsung secara perlahan (Sugeng, 2010) c.

   Volume produksi ASI.

  Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan dapat menghasilkan 50-100 ml sehari. Dari jumlah ini, akan terus bertambah sehingga mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu mencapai usia minggu kedua. Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya selama 4-6 bulan pertama. Karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi.

  Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan. Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan atau penghisapan oleh bayi biasanya berlangsung selama 15-25 menit.

  Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar 700-800 ml ASI setiap hari. Penelitian yang dilakukan oleh para ahli pada beberapa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama.

  Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya volume air susu yang diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI.

  Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam sehari sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400- 600 ml dalam 6 buan kedua, dan 300-500 ml dalam tahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan dimana jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi, kadang-kadang terjadinya keadaan dimana peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan produksi ASI- nya. Produksi dari ibu yang kekurangan gizi sering kali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat muda (Purwanti, 2007).

3. Menyusui a. Definisi Menyusui

  Menyusui adalah proses pemberian susu pada anak bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan menelan susu. Air susu ibu merupakan suatu jenis makanan yang mencukupi seluruh unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, social maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi, hormone, unsure kekebalan, factor pertumbuhan, anti alergi serta anti inflamasi. Zat-zat anti infeksi yang terkandung dalam ASI membantu melindungi bayi terhadap penyakit, selain itu terdapat hubungan penting antara menyususi dengan penjarangan kehamilan (KB). Keunggulan ASI tersebut perlu di tunjang dengan cara pemberian ASI yang benar, antara lain pemberian ASI segera setelah lahir atau IMD ( 30 menit pertama bayi harus sudah di sususkan ).

  Kemudian pemberian ASI saja sampai umur 6 bulan (ASI Ekslusif) selanjutnya pemberian ASI sampai 2 tahun dengan pemberian makanan pendamping ASI yang benar. Sehingga diperlukan usaha-usaha atau pengelolaan yang benar. Agar setiap ibu dapat menyusui sendiri bayinya.

  Menyusui adalah ketrampilan yang dipelajari ibu dan bayi, dimana keduanya membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada bayi. Menyusui adalah proses pemberian susu pada anak bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu (Rukiyah, 2011).

b. Mekanisme menyusui

  Payudara ibu yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi (Rooting reflex). Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting susu yang menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian puting susu ditarik masuk ke dalam mulut. Isapan bayi (sucking reflex) akan merangsang ujung saraf di daerah puting susu dan di bawah daerah yang berwarna kecoklatan. Rangsangan ini akan mengirimkan sinyal kebagian depan kelenjar hipofisa di otak untuk mnengeluarkan hormon proklatin. Proklatin ini akan merangsang sel-sel di kelenjar susu untuk membuat ASI.

  Rangsangan dibentuknya proklatin adalah pengosongan sinus lactiferus yang terletak dibawah daerah yang berwarna coklat. Agar pembentukan ASI banyak , sinus lactiferus perlu dikosongkan dengan baik. Selain itu, isapan bayi juga akan merangsang bagian belakang kelenjar hipofisa untuk membuat hormon oksitosin . hormon ini akan menyebabkan sel-sel otot mengelilingi kelenjar susu mengerut atau berkontraksi sehingga ASI tetdorong keluar dari kelenjar susu dan mengalir melalui saluran susu kedalam sinus lactiferus yang terdapat di bawah daerah yang berwarna coklat.

  Pada saat air susu keluar dari puting susu , akan disusul dengan gerakan mengisap (tekanan negatif) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk kelambung (swallowing reflex).

  Menysusui bayi yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan bayi , karena secara alamiah bayi akan mengatur kebutuhannya sendiri.

  Semakin sering bayi menyusu, payudara akan memproduksi ASI lebih banyak. Demikian halnya bayi yang lapar atau bayi kembar , dengan daya isapnya maka payudara akan memproduksi ASI lebih banyak, karena semakin kuat daya kuat isapnya maka semakin banyak ASI yang di produksi (Roeseli, 2006).

4. Enggorgemen atau Pembengkakan Payudara a. Definisi Enggorgemen

Gambar 2.2 Pembengkakan payudara

  Enggorgement atau pembengkakan payudara adalah

  pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu. Pembengkakan payudara diartikan peningkatan aliran vena dan limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk laktasi. Hal ini bukan disebabkan

  

overdistensi dari saluran laktasi, sehingga menyebabkan bendungan

ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan.

  Pembengkakan payudara adalah ketika produksi air susu mulai meningkat produksinya, maka air susu di dalam payudara menempati kapasitas alveoli untuk di simpan. Bila air susu tidak bergerak atau keluar dari alveoli makan terjadi overdistensi pada alveoli. Hal ini dapat mengakibatkan air susu mengeluarkan sel untuk meratakan dinding alveoli, menyebabkan permeabilitas alveoli meningkat (Novita, 2011).

b. Patofisiologi pembengkakan payudara

  Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic hormone (prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen, tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus- alveolus kelenjar payudara terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar. Pada permulaan nifas apabila bayi belum menyusu dengan baik, atau kemudian apabila kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna, maka dapat terjadi pembendungan air susu.

  Sejak hari kedua sampai keempat setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh.

  Dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa tersebut pulih dengan cepat. Namun dapat berkembang menjadi bendungan, payudara terasa penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena dan limfatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dan alveoli meningkat. Payudara menjadi bengkak dan edematous (Novita, 2011).

c. Etiologi pembengkakan payudara

  Pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan cairan yang berada didalamnya masuk ke dalam ruang interstitial sehingga terjadi edema ,yang akan menekan aliran air susu. Proses terjadinya pembengkakan payudara merupakan sebuah siklus dimana terjadi pelebaran pembuluh darah-edema-aliran yang terhambat-pelebaran pembuluh darah yang akan terjadi lagi dengan mudah. Terjadinya tekanan dan pelebaran pembuluh darah menyebabkan pengaliran lympathic juga terlambat, sehingga racun dan bakteri yang ada dapat menyebabkan payudara menjadi terinfeksi atau mengalami mastitis (Novita VT, 2011).

  Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi lakteal, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan berbenjol-benjol. Keadaan ini menggambarkan aliran darah vena normal yang berlebihan dan pengembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan prekusor reguler untuk terjadinya laktasi. Keadaan ini bukan merupakan overdistensi sistem lakteal oleh air susu.

  Payudara yang terbendung terjadi karena hambatan aliran darah vena atau saluran getah bening akibat ASI terkumpul pada payudara.

  Kejadian ini timbul karena produksi ASI yang berlebihan, bayi disusui terjadwal, bayi tidak menyusu dengan adekuat, posisi menyusui yang salah, atau karena puting susu yang datar atau terbenam. Hal ini bisa juga terjadi karena terlambat menyusui dini, perlekatan yang kurang baik, atau mungkin kurang seringnya ASI dikeluarkan (Bopak, 2004).

  Penyebab terjadinya pembengkakan payudara menurut Bobak adalah: 1)

  Posisi menyusui yang tidak benar 2)

  Pengosongan payudara yang tidak baik 3)

  Pemakaian BH yang terlalu ketat 4)

  Tekanan jari ibu pada waktu menyusui 5)

  Kurangnya pengetahuan cara perawatan payudara dan cara pencegahan pembengkakan payudara (bendungan ASI).

  Penyebab pembengkakan payudara adalah ASI banyak (Hyperlactation), terlambat memulai menyusui, perlekatan kurang baik, pengosongan ASI tidak sering, adanya pembatasan lama menyusui, ukuran payudara yang kecil, kontak ibu-bayi yang sangat minimal, tidak menysui dimalam hari, ibu mengalami stress, sudah mulai diberikan suplemen, faktor ibu kelelahan, ibu mendapat cairan intravena selama proses persalinan (WHO, 2003; Novita VT, 2011).

  Skala pengukuran pembengkakan payudara menggunakan skala 1-6 yang disebut skala humenick (Arora, 2009). Skala ini dipergunakan untuk mengetahui perkembangan payudara yang mengalami pembengkakan karena aliran ASI kurang lancar.

  d. Tanda dan gejala pembengkakan payudara

Gambar 2.3 Tanda dan Gejala Pembengkakan Payudara

  Payudara bengkak ditandai dengan nyeri sekitar payudara, edema,tegang, dan mengkilat, tampak kemerahan, ASI tidak mengalir, dapat ditemui demam selama 24 jam dengan suhu kurang dari 38 derajat Celcius (WHO, 2006). Tanda lain yang ditemukan adalah bayi tidak dapat menyusui, puting lecet, mastitis, ketidaknyamanan pada aksila, puting datar, nyeri tekan pada payudara (Henning, 2006).

  e. Perawatan pada payudara

  Menurut Bahiyatun (2009), penatalaksanaan pembengkakan payudara adalah sebagai berikut:

1) Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui.

  2) Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan rasa nyeri. Dapat dilakukan secara bergantian dengan kompres hangat untuk melancarkan pembuluh darah pada payudara.

  3) Menyusui lebih sering dan lebih lama untuk melancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara.

  Menurut Suradi (2004), penanganan pembengkakan payudara adalah: 1)

  Kompres payudara dengan air hangat, lalu masase ke arah puting payudara agar terasa lebih lemas dan ASI dapat dikeluarkan melalui puting. 2)

  Susukan bayi tanpa terjadwal sampai payudara terasa kosong 3)

  Urutlah payudara mulai dari tengah, lalu kedua telapak tangan ke samping, ke bawah, dengan sedikit ditekan ke atas dan lepaskan tiba- tiba. 4)

  Keluarkan ASI sedikit dengan tangan agar puting susu menonjol keluar.

  5) Menyususui bayi lebih sering. 6) Ibu harus rileks. 7) Pijat leher dan punggung belakang (sejajar dengan payudara). 8) Stimulasi payudara dan puting. 9)

  Kompres payudara dengan air dingin setelah menyusui, untuk mengurangi oedem.

  10) Memakai BH atau bra yang sesuai. 11) Bila terlalu sakit dapat diberikan obat analgetik.

  5. Metode Reserve Pressure Softening (RPS)

  Setelah melahirkan, seorang ibu akan mengalami masa nifas yaitu masa seorang wanita kembali ke keadaan normal baik sistem tubuh serta psikologis. Waktu yang diperlukan untuk pulih kembali kurang lebih 40 hari. Rasa gembira setelah melahirkan disertai dengan kesiapan ibu untuk merawat sang buah hati. Menyusui merupakan suatu ungkapan kasih sayang ibu serta memberikan nutrisi sehingga bayi dapat berkembang secara optimal. Tetapi ada kalanya ibu mengalami kesulitan dalam menyusui, seperti bengkak, panas, puting yang lecet dan semakin menurunkan keinginan ibu untuk menyusui bayinya.

  Bayi tidak mampu melakukan perlekatan dini untuk menyusu disebabkan karena payudara yang bengkak dan edema pada subaerola.

  Penekanan pada aerola dapat menurunkan tegangan pada aerola dan merangsang milk ejection reflek sehingga bayi dapat menyusu dengan benar dan ASI dapat ditransfer. Pengosongan ASI dapat menambah produksi ASI.

Gambar 2.4 Metode Reserve Pressure Softening

  

Reserve Pressure Softening (RPS) dapat dilakukan oleh ibu ataupun

  orang lain. Cara melakukan RPS ada 2 Metode . Metode pertama adalah metode satu tangan ,merupakan metode yang paling mudah. Gunakan seluruh jari melingkar sekitar puting seperti menggenggam puting , tekan selama 1-3 menit dengan lembut, lalu lakukan secara bergantian. Gerakan ini bisa juga menggunakan 3-4 jari tangan pada kedua tangan membentuk lingkaran disekitar puting, tekan selama 1-3 menit. Metode kedua adalah metode dua tangan, metode ini menggunakan 1-2 jari pada setiap tangan, letakkan di sebelah puting, kemudian atas dan bawah puting. Tindakan RPS ini tidak menimbulkan rasa nyeri. Lakukan RPS secara rutin jika ibu mengalami bendungan ASI dan pembengkakan pada payudara, hanya meluangkan waktu sekitar 1-3 menit, sangat mudah dan efektif. Jika terjadi pembengkakan payudara maka akan berbahaya bagi ibu serta menimbulkan ASI tidak lancar (Cottermann , 2004).

B. Kerangka Teori Penelitian

  Usia ibu 2. Sisa jaringan plasenta 3. Wanita pekerja 4. Wanita obesitas 5. Karakteristik bayi 6. Paritas 7. Jenis persalinan 8. Inisiasi Menyusui dini

  Pembuluh darah pada payudara akan lebih terasa lemas, melancarkan ASI dan menurunkan tegangan payudara.

  Enggorgement atau pembengkakan payudara

  5. Meningkatkan frekuensi menyusui

   Metode reserve pressure softening ( RPS)

  Pijat payudara 2. Kompres dingin 3. Kompres hangat 4.

  Perawatan payudara bengkak : 1.

  Psikologis ibu Menyebabkan Aliran vena dan limfrik tersumbat, aliran susu terhambat tekanan pada saluran ASI dan aleoveri meningkat

  (IMD) 9. Fisik payudara ibu 10.

  Kerangka teori dalam penelitian ini penulis paparkan sebagaimana berikut:

Gambar 2.5 Kerangka Teori Penelitian

  6. Kesalahan posisi menyusui.

  Durasi menyusui yang pendek.

  4. Pengosongan ASI tidak sering 5.

  Terlambat memulai menyusui 3. Perlekatan kurang baik.

  1. ASI banyak (hiperlactation) 2.

  Penyebab pembengkakan payuadara pada ibu post partum:

  (2004), Henning (2006),WHO (2006), Mannel (2008), Bahiyatun ( 2009), Novita VT (2011).

  Keterangan : Variabel yang di cetak tebal dan miring adalah variabel yang akan diteliti. Sumber : WHO (2003), Bopak (2004), Cottermann (2004), Suradi

  7. Ukuran payudara yang kecil Faktor penghambat produksi ASI : 1.

  C. Kerangka Konsep Penelitian

  Kerangka konsep dalam penelitian ini penulis paparkan sebagaimana berikut: Variable independen

1. Usia ibu 2.

  Variable Pengganggu

Gambar 2.6 Kerangka Konsep

  Konsep Penelitian Efektifitas Metode Reserve Preesure Softening Terhadap Enggorgement pada ibu post partum.

  D. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ho : Terdapat Efektifitas Metode Reserve Pressure Softening Terhadap Enggorgement pada ibu post partum.

  Ha : Tidak terdapat Keefektifitan Metode Reserve Pressure Softening terhadap Enggorgement pada ibu post partum.

  Sisa jaringan plasenta 3. Wanita pekerja 4. Wanita obesitas 5. Karakteristik bayi 6. Paritas 7. Jenis persalinan 8. Inisiasi Menyusui dini

  (IMD) 9. Fisik payudara ibu 10.

  Psikologis ibu

  Enggorgement Reserve Pressure Softening.

  Variable Dependent Variable independent