1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSEPTOR KB MEMILIH METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA TINGGARJAYA KECAMATAN JATILAWANG BANYUMAS - repository perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang pesat merupakan suatu masalah yang dihadapi oleh Negara berkembang termasuk Negara Indonesia. Negara Indonesia mempunyai masalah

  yang komplek, salah satunya kependudukan. Secara garis besar masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar dan laju pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

  Pemerintah Indonesia menerapkan program Keluarga Berencana (KB) untuk menekan laju pertumbuhan penduduk. Tujuan dari program KB era baru adalah “Keluarga Berkualitas Tahun 2015”. Keluarga berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Saifuddin, 2006).

  Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bertujuan untuk menjarangkan kehamilan, merencanakan jumlah anak dan meningkatkan kesejahteraan keluarga agar keluarga dapat memberikan perhatian dan pendidikan yang maksimal pada anak. Macam-macam alat kontrasepsi yaitu suntik, pil, implant, IUD

  Intra Uterine Devices)

  ( , kondom, Metode Operasi Wanita (MOW), Metode Operasi Pria (MOP) (Hartanto, 2004). MOW merupakan metode kontrasepsi yang dijalankan dengan melakukan operasi kecil pada organ reproduksi sehingga proses reproduksi dan kehamilan tidak akan terjadi. Metode kontrasepsi ini tidak mengganggu gairah seksual, karena saluran rahim telah dipotong atau dihalangi tidak akan membuat tubuh menjadi

  1 sakit atau terganggu karena sel-sel yang diproduksi tersebut akan langsung diserap kembali oleh tubuh (BKKBN, 2006).

  Di Indonesia tahun 2012 tercatat peserta KB baru sebanyak 9.388.374 orang dengan jumlah akseptor KB suntik 4.406.898 orang (148.41%), pil 2.543.648 orang (87.68%), IUD 706.142 orang (131.36%), implant 806.532 orang (133.87%), MOP 27.680 orang (100.87%), MOW 131.053 orang (222.99%), kondom 766.461 orang (263.48%) (BKKBN, 2012). Propinsi Jawa Tengah tahun 2012 tercatat peserta KB baru sebanyak 81.822 orang dengan jumlah akseptor KB suntik 43.222 orang (52.82%), pil 14.280 orang (17.45%), IUD 7.285 orang (8.90%), implant 10.487 orang (12.82%), MOP 242 orang (0.30%), MOW 2.245 orang (2.74%), kondom 4.061 orang (4.96%). Di Propinsi Jawa Tengah MOW menduduki peringkat keenam sebanyak 2.74 %. Dari data diatas menginformasikan bahwa jumlah pengguna kontrasepsi MOW cenderung menurun dan prosentasenya masih rendah dibandingkan dengan kontrasepsi yang lainnya. MOW mempunyai keuntungan yang lebih banyak daripada kontrasepsi yang lain diantaranya, lebih aman (keluhan lebih sedikit), lebih efektif (tingkat kegagalannya sangat kecil) dan lebih ekonomis (hanya memerlukan satu kali tindakan). Namun, di Kecamatan Jatilawang khususnya Desa Tinggarjaya jumlah pengguna MOW cenderung mengalami peningkatan. Dari hasil wawancara 10 responden yang tidak menggunakan kontrasepsi MOW yaitu 7 mengatakan karena umur mereka masih muda, jumlah anak yang mereka miliki masih belum sesuai dengan keinginan pasangan suami istri, tidak mengetahui tentang alat kontrasepsi MOW, sikap ibu yang kurang baik dalam menanggapi MOW, kurangnya dukungan dari suami serta budaya (kepercayaan) yang mengatakan tidak baik menolak rejeki dari Yang Maha Kuasa 3 responden mengatakan MOW tidak diperbolehkan oleh agama.

  Dampak dari 10 responden tersebut yaitu akan memiliki jumlah anak >2, sehingga mengakibatkan anak-anak tersebut kurang mendapatkan perhatian dan tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan, peneliti menemukan fenomena adanya konseling dari petugas kesehatan, dengan melakukan konseling berarti petugas membantu akseptor KB dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya. Konseling yang baik juga akan membantu akseptor KB dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan keberhasilan KB, selain itu bantuan dari pemerintah dengan biaya yang gratis juga dapat meningkatkan pengguna metode kontrasepsi MOW.

  Dalam pemilihan metode kontrasepsi MOW semua akseptor KB memiliki beberapa faktor pertimbangan antara lain faktor karakteristik, tingkat pengetahuan, sikap, larangan agama, persepsi tentang anak, keikutsertaan jampersal, konseling dari petugas kesehatan dan peran suami. Dari hasil uraian di atas peneliti ingin mengetahui “Apakah faktor predisposisi (tingkat pengetahuan, sikap, persepsi tentang anak, agama), faktor pendukung (keikutsertaan jampersal), faktor pendorong (konseling petugas kesehatan, peran suami) mempengaruhi akseptor KB memilih Metode Operasi Wanita (MOW) dan faktor manakah yang paling dominan mempengaruhi akseptor KB memilih Metode Operasi Wanita (MOW)” B.

   Rumusan Masalah.

  Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1.

  Apakah faktor predisposisi (tingkat pengetahuan, sikap, persepsi tentang anak, agama), faktor pendukung (keikutsertaan jampersal), faktor pendorong (konseling petugas kesehatan, peran suami) mempengaruhi akseptor KB memilih Metode Operasi Wanita (MOW).

2. Faktor manakah yang paling dominan mempengaruhi akseptor KB memilih Metode Operasi Wanita (MOW) di Desa Tinggarjaya Kecamatan Jatilawang Banyumas.

C. Tujuan Penelitian 1.

  Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor KB memilih metode operasi wanita (MOW) di Desa

  Tinggarjaya Kecamatan Jatilawang.

2. Tujuan Khusus a.

  c.

  Mengetahui pengaruh faktor predisposisi sikap terhadap pemilihan kontrasepsi MOW.

  d.

  Mengetahui pengaruh faktor predisposisi persepsi tentang anak terhadap pemilihan kontrasepsi MOW.

  Mengetahui pengaruh faktor predisposisi tingkat pengetahuan terhadap pemilihan kontrasepsi MOW.

  Mengetahui pengaruh faktor predisposisi agama terhadap pemilihan kontrasepsi MOW.

  f.

  Mengetahui pengaruh faktor pendukung keikutsertaan jampersal terhadap pemilihan kontrasepsi MOW.

  g.

  Mengetahui pengaruh faktor pendorong konseling terhadap pemilihan kontrasepsi MOW.

  b.

  Diketahuinya distribusi frekuensi karakteristik (umur, tingkat pendidikan, status pekerjaan, paritas), faktor predisposisi (tingkat pengetahuan, sikap, persepsi tentang anak, agama), faktor pendukung (keikutsertaan jampersal), dan faktor pendorong (konseling petugas kesehatan, peran suami).

  e. h.

  Mengetahui pengaruh faktor pendorong peran suami terhadap pemilihan kontrasepsi MOW. i.

  Membuktikan faktor pendukung keikutsertaan jampersal merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap pemilihan kontrasepsi MOW.

D. Manfaat Penelitian 1.

  Manfaat teoritis Diharapkan dapat berguna sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai faktor–faktor yang mempengaruhi akseptor KB memilih metode operasi wanita

  (MOW) sebagai upaya pengembangan dalam peningkatan ilmu pengetahuan dibidang keperawatan maternitas.

2. Manfaat praktis a.

  Bagi penulis Sebagai pengalaman mengenai cara dan proses berpikir ilmiah, khususnya mengenai masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan.

  b.

  Bagi BKKBN Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan untuk BKKBN dalam meningkatan pengguna kontrasepsi MOW.

  c.

  Bagi pembaca dan masyarakat − Agar lebih menyadari manfaat penggunaan kontrasepsi sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

  − Dari hasil penelitian ini diharapkan akseptor mampu memilih metode KB yang sesuai dengan kondisi akseptor sendiri.

E. Penelitian Terkait 1.

  Dhini Hariyo Seto, Saryono, Ning Iswati (2011) dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi minat wanita usia subur memilih metode kontrasepsi MOW di Desa Butuh. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepentingan perempuan dalam memilih metode kontrasepsi tubektomi di Desa Butuh Kabupaten Purworejo. Terdapat 31 responden yang diambil sebagai sampel dengan menggunakan purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner desain yang digunakan adalah metode cross sectional study. Penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan statistik korelasi chi square terdapat korelasi antara faktor jumlah anak (p = 0,010), faktor ekonomi (p = 0,002), dan faktor sosial budaya (p = 0,035) dengan kepentingan perempuan subur dan tidak ada korelasi antara faktor pengetahuan (p = 0,778) dengan kepentingan perempuan subur dalam memilih metode kontrasepsi tubektomi. Ada korelasi antara jumlah anak, ekonomi, sosial dan budaya dengan dan tidak ada hubungan antara pengetahuan faktor dengan kepentingan perempuan subur dalam memilih metode kontrasepsi tubektomi

  Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul penelitian, lokasi penelitian, desain penelitian, teknik pengambilan sampel dan variabel yang diteliti.

  Desain penelitian yaitu cross sectional. teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling. sedangkan variabel bebas yang digunakan yaitu jumlah anak, ekonomi, sosial dan budaya, pengetahuan, dan kepentingan perempuan subur dalam memilih metode kontrasepsi tubektomi dan variabel terikat yaitu minat wanita usia subur memilih metode kontrasepsi MOW.

  Persamaannya sama-sama meneliti tentang kontrasepsi MOW.

  2. Elia Mayasari (2011) dengan judul faktor perilaku yang berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi medis operatif wanita (MOW) di Kelurahan Mangli

  Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan menganalisis faktor perilaku yang berhubungan dengan tindakan pemilihan metode kontrasepsi MOW pada Pasangan Usia Subur (PUS) di Kelurahan Mangli Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan

  cross sectional . Sampel penelitian ini adalah PUS yang menggunakan metode

  kontrasepsi MOW dan non MOW (IUD dan implant). Jumlah sampel sebesar 88 orang, yang diambil berdasarkan teknik simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan responden tentang metode kontrasepsi MOW dengan pemilihan metode kontrasepsi MOW, dengan p value = 0,001. Ada hubungan antara sikap responden terhadap metode kontrasepsi MOW dengan pemilihan metode kontrasepsi MOW, dengan p value = 0,001. Ada hubungan antara peran suami responden dengan pemilihan metode kontrasepsi MOW, dengan p

  value = 0,002 dan ada hubungan antara peran PPKBD dengan pemilihan metode kontrasepsi MOW, dengan p value = 0,002.

  Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul penelitian, lokasi

  penelitian, desain penelitian, variabel yang diteliti, sampel yang diteliti dan teknik pengambilan sampel. Jenis penelitian adalah analitik dengan pendekatan cross

  sectional. Sampel penelitian adalah PUS yang menggunakan metode kontrasepsi

  MOW dan Non MOW (IUD dan Implant) teknik pengambilan sampel dengan simple

  random sampling. sedangkan variabel bebas yaitu pengetahuan, sikap, peran suami, peran PPKBD dan variabel terikat yaitu minat wanita usia subur.

  Persamaannya sama-sama meneliti tentang kontrasepsi MOW.

  3. Herlinawati, Maya Fitria, Heru Santosa (2012) dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakai kontrasepsi tubektomi pada wanita pasangan usia subur di RSUD Dr Pirngadi Medan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi tubektomi pada wanita pasangan usia subur. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Pengukuran atau pengamatan subjek dilakukan dalam pengamatan tunggal. Ukuran sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 86 responden dengan total populasi 255 responden. Data dikumpulkan melalui wawancara berdasarkan daftar pertanyaan. Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 58,1% responden menggunakan kontrasepsi tubektomi Tidak ada hubungan antara umur (p = 0,152), pendidikan (p = 0,498), pekerjaan (p = 0,103), pengetahuan (p = 0,397), budaya / keyakinan (p = 0,714) dan penggunaan kontrasepsi tubektomi pada wanita pasangan usia subur. Ada hubungan antara paritas (p = 0,001), sikap (p = 0,016), dukungan teman sebaya (p = 0,001) dan penggunaan kontrasepsi tubektomi pada wanita pasangan usia subur

  Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul penelitian, lokasi

  penelitian, desain penelitian dan variabel yang diteliti. Desain penelitian yaitu deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional sedangkan variabel bebas yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, budaya atau keyakinan, paritas, sikap, dukungan teman sebaya dan variabel terikat yaitu penggunaan kontrasepsi tubektomi pada wanita pasangan usia subur.

  Persamaannya sama-sama meneliti tentang kontrasepsi MOW.

  4. Faliq Ahda Mahardika (2012) dengan judul analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan keputusan wanita usia subur (WUS) memilih kontrasepsi MOW di RS Hidayah Kabupaten Banyumas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara faktor umur, jumlah anak, tingkat pengetahuan, pendidikan, dan dukungan suami terhadap keputusan WUS memilih kontrasepsi MOW. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 62 responden di RS Hidayah Banyumas bulan September yang diobservasi menggunakan kuesioner yang sebelumnya diuji validitas dan reabilitasnya. Hasil: didapatkan responden dengan keputusan memilih kontrasepsi MOW dan 36 responden (58,1%). Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor umur, jumlah anak, pendidikan, dan dukungan suami dengan nilai p adalah 0,008; 0.018; 0.020; 0,025 secara berurutan, sedangkan faktor tingkat pengetahuan menunjukkan tidak ada hubungan dengan nilai p adalah 0,560. Faktor yang paling berpengaruh adalah pendidikan dengan nilai p=0,006.

  

Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul penelitian, lokasi

  penelitian, metode penelitian dan variabel yang diteliti. Desain penelitian yaitu deskriptif dengan pendekatan cross sectional sedangkan variabel bebas yaitu umur, jumlah anak, pendidikan, dukungan suami, pengetahuan dan variabel terikat yaitu keputusan WUS memilih kontrasepsi MOW.

  Persamaannya sama-sama meneliti tentang kontrasepsi MOW.

5. Ismiyatin (2012) dengan judul tingkat pengetahuan ibu post partum tentang KB

  MOW tubektomi di RSU Assalam Gemolong Sragen. Tujuan penelitian mengetahui tingkat pengetahuan ibu post partum tentang KB MOW tubektomi di RSU Assalam Gemolong Sragen. Desain penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di RSU Gemolong Sragen pada 8 Juni 2012.

  Populasi dalam penelitian sebanyak 36 responden dan sampel dalam penelitian ini adalah 36 responden menggunakan teknik sampling jenuh. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner dan penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu post partum tentang KB MOW. Analisa menggunakan analisa univariat. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu post partum tentang KB MOW tubektomi di RSU Assalam Gemolong Sragen dapat dikategorikan pengetahuan baik sebanyak 3 responden (8,3%), pengetahuan cukup sebanyak 28 responden (77,8%) dan pengetahuan kurang sebanyak 5 responden (13,9%).

  

Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul penelitian, lokasi

penelitian, desain penelitian, teknik pengambilan sampel dan variabel yang diteliti.

  Desain penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu sampling jenuh sedangkan penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu pengetahuan ibu post partum tentang KB MOW.

  Persamaannya sama-sama meneliti tentang kontrasepsi MOW.

6. Rina Febriyanti (2011) dengan judul pengaruh dukungan sosial terhadap self efficacy

  Pasangan Usia Subur (PUS) untuk menjadi peserta KB baru metode kontrasepsi Medis Operatif Wanita (MOW) (Studi di Desa Sukogidri Kecamatan Ledokombo Kabupaten Jember). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dukungan sosial arah self-efficacy subur pasangan usia untuk bergabung dalam metode KB baru tubektomi di Sukogidri, Ledokombo Jember dengan menggunakan metode analitik dengan cross sectional. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara kepada 87 responden yang pasangan usia subur di Desa Sukogidri, Ledokombo, Kabupaten Jember. Hasil menunjukkan bahwa dukungan suami memiliki nilai p = 0,0001, dukungan masyarakat memiliki p value = 0,157 dan dukungan dari Sub PPKBD kader memiliki nilai p = 0,0001.

  

Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul penelitian, lokasi

  penelitian, desain penelitian dan variabel yang diteliti. Desain penelitian yang digunakan adalah metode analitik dengan pendekatan cross sectional sedangkan variabel bebas yaitu dukungan sosial (dukungan suami, dukungan masyarakat, dukungan sub PPKBD kader) dan variabel terikat yaitu self efficacy PUS untuk menjadi peserta KB baru metode kontrasepsi MOW.

  Persamaannya sama-sama meneliti tentang kontrasepsi MOW.

7. Kumar J (2013) dengan judul Praktek Keluarga Berencana Sebelum Penerimaan

  Tubektomi: Sebuah Studi antara Perempuan Menghadiri Rumah Bersalin di Bangalore, India. Tujuan penelitian: untuk mempelajari praktek perencanaan keluarga yang diadopsi oleh wanita yang menjalani tubektomi sebelum penerimaan tubektomi Bahan dan metode: penelitian cross-sectional akseptor tubektomi yang menghadiri sebuah perusahaan rujukan Rumah Bersalin di Bangalore, India dengan metode wawancara menggunakan pra-desain terstruktur kuesioner pra-diuji. Hasil: mayoritas 295 (73,9%) dari subyek penelitian tidak berlatih setiap metode kontrasepsi sebelum mereka menjalani sterilisasi. Peningkatan tingkat pendidikan subyek penelitian dikaitkan dengan peningkatan penggunaan kontrasepsi (metode sementara) sebelum mereka menerima tubektomi, asosiasi ini ditemukan menjadi signifikan secara statistik (p <0,0001).

  Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul penelitian, lokasi

  penelitian, desain penelitian dan variabel yang diteliti. Metode penelitian ini yaitu cross sectional dengan wawancara menggunakan pra-desain terstruktur kuesioner.

  Hasil: Mayoritas 295 (73,9%) dari subyek penelitian tidak berlatih setiap metode kontrasepsi sebelum mereka menjalani sterilisasi. Peningkatan tingkat pendidikan subyek penelitian dikaitkan dengan peningkatan penggunaan kontrasepsi (metode sementara) sebelum mereka menerima tubektomi, asosiasi ini ditemukan menjadi signifikan secara statistik (p <0,0001).

  Persamaannya sama-sama meneliti tentang kontrasepsi MOW.

  8. Rohul Jabeen Shah, Zahoor Hamdani (2011) dengan judul Tubektomi sebagai metode keluarga berencana, faktor yang mempengaruhi keputusan untuk menjalani tubektomi dan pasca tubektomi morbiditas pada perempuan di daerah pedesaan Kashmir. Tujuan penelitian: untuk mengetahui dampak dari berbagai faktor sosio demografi pada pemanfaatan tubektomi sebagai metode permanen keluarga berencana dan pasca tubektomi morbiditas dan penyesalan pada wanita. Peserta: perempuan dalam kelompok usia reproduksi menjalani tubektomi Metodologi penelitian longitudinal dilakukan di daerah pedesaan Kashmir. Analisis data dengan metode statistik sederhana. Hasil: usia rata-rata tubektomi ditemukan menjadi 27,5 tahun yang sudah sesuai dengan data NFHS III. Rata-rata ukuran keluarga adalah 3,5 dan 80% dari perempuan yang dari rendah status sosial ekonomi dengan 80% dari mereka yang buta huruf. 74% memiliki 1-2 anak laki-laki hidup. Dalam 60% itu paksaan sosial ekonomi untuk menjalani tubektomi diikuti oleh keinginan untuk mengasuh dan mendidik anak-anak yang baik di 20%. Mayoritas perempuan sukarela untuk tubektomi

  

Perbedaan dengan penelitian ini antara lain terletak pada judul penelitian, lokasi

  penelitian, dan variabel yang diteliti. Analisis data dengan metode statistik sederhana sedangkan variabel bebas yang digunakan yaitu usia, sosial ekonomi, jumlah anak laki-laki hidup dan variabel terikat yang digunakan yaitu keputusan untuk menjalani tubektomi dan pasca tubektomi morbiditas diperempuan.

  Persamaannya sama-sama meneliti tentang kontrasepsi MOW.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kelompok Wanita Tani - PERAN KELOMPOK WANITA TANI “SARI MAKMUR” DALAM PEMBERDAYAAN WANITA DI DESA ALASMALANG KECAMATAN KEMRANJEN KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 1 10

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis - PERAN KELOMPOK WANITA TANI “SARI MAKMUR” DALAM PEMBERDAYAAN WANITA DI DESA ALASMALANG KECAMATAN KEMRANJEN KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 1 8

PERAN KELOMPOK WANITA TANI “SARI MAKMUR” DALAM PEMBERDAYAAN WANITA DI DESA ALASMALANG KECAMATAN KEMRANJEN KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 3 19

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Bpk. D DENGAN FOKUS UTAMA ANGGOTA KELUARGA MENDERITA TB PARU DI DESA LEMBERANG SOKARAJA – BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - KARAKTERISTIK PERILAKU SEKSUAL PRA NIKAH SISWA-SISWI SMK X BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - EFEKTIFITAS PERMAINAN PUZZLE TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF PADA ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT HYPERACTVE DISORDER)DI SLB NASIONAL DESA SUDIMARA KECAMATAN CILONGOK KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 11

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.D DENGAN KELUARGA Tn.D DENGAN FOKUS UTAMA GASTROENTERITIS DEHIDRASI SEDANG DI RT 06 RW 0I DESA LEMBERANG KECAMATAN SOKARAJA KAB. BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - PENGARUH MENTORING PERAWAT BARU TERHADAP PERILAKU CARING DI RUANG VIP RSUD BANYUMAS - repository perpustakaan

0 0 9

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU CARING PERAWAT PADA PASIEN DI IRNA RSUD AJIBARANG - repository perpustakaan

0 1 8

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSEPTOR KB MEMILIH METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA TINGGARJAYA KECAMATAN JATILAWANG BANYUMAS

0 0 16