BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka - BAB II DESKA HARI LAKSONO TS'18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Seperti yang kita ketahui bahwa Kualitas atau mutu dari suatu beton

  sangat bergantung kepada komponen penyusun atau bahan dasar beton, bahan tambahan, cara pembuatan dan alat yang digunakan. Semakin baik bahan yang digunakan, campuran direncanakan dengan baik, proses pembuatan dilaksanakan dengan baik, dan alat-alat yang digunakan baik maka akan menghasilkan kualitas beton yang baik pula. Bahan-bahan pokok dari beton adalah semen, agregat yang terdiri dari agregat halus dan agregat kasar dan air serta bahan tambahan yang digunakan dengan keperluan tertentu

  Menurut Yufiter Silas Kandi, dkk. (2012) Benda uji yang digunakan adalah beton silinder (diameter 15 cm dan tinggi 30 cm). Metode yang digunakan untuk analisa data adalah statistik deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa persentase yang dapat digunakan untuk pasir laut adalah 100% dan untuk kapur alam adalah 25%. Hasil uji kualitas diperoleh bahwa beton yang menggunakan kapur alam memiliki kuat tekan dan kuat tarik belah yang lebih kecil dari beton normal dan tidak mencapai kuat tekan rencana. Sedangkan beton yang menggunakan pasir laut menghasilkan kuat tekan dan kuat tarik belah yang lebih besar dari beton normal.

  Menurut Ifan Gusrianto, dkk. (2016) Hasil Penelitian menunjukan bahwa adanya pengaruh batu kapur padat sebagai penambah agregat halus terhadap kekuatan tekan beton normal ( fc’25 MPa).Penmbahan batu kapur padat sebagai agregat halus dapat mengurangi nilai kuat tekan beton, pesentase nilai kuat tekan beton dengan batu kapur padat 5%, 10%, 15% pada umur 7 hari berturut-turut sebesar 202,16 kg/cm2, 143,25 kg/cm, dan 118,06 kg/cm2 terhadap kuat tekan beton normal 87,53 kg/cm2, sedangkan pada umur 28 hari berturut-turut sebesar 241,36 kg/cm2, 2197,03 kg/cm, dan 219,30 kg/cm2 terhadap kuat tekan beton normal 226,84 kg/cm.

  Menurut Muhammad Ali (2009) Latar belakang penelitian dilakukan karena penggunaan pasir laut dalam campuran beton menghasilkan kuat tekan beton dibawah kuat tekan rata-rata. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan perlakukan pasir direndam dan menambahkan kapur dalam campuran beton. Tujuan penelitian adalah mengetahui kuat tekan beton yurg dihasilkan.Pasir laut yang digunakan berasal dari teluk sepang kota Bengkulu. Metode campuran beton menggunakan standar SK SNI T-15-1990-03. Pengadukan dilakukan dengan molen. Faktor pengendali terhadap kondisi penelitian adalah : FAS 0,5 , mutu beton 20 Mpa dan umur beton 28 hari. Hasil penelitian menunjukkan kuat tekan beton rata-rata dengan penambahan kapur 5% (25.9061 MPa) memiliki kuat tekan beton rata-rataterbesar dibandingkan perlakuan pasir direndam (24,4258 Mpa), penambahan kapur l0%(20.0202 MPa), dan penambahan kapur l5% (20.5399 Mpa)

  Menurut V.Senthilkumar2, dkk. (2014) Beton yang dibuat menggunakan bervariasi isi dari lateritik dan kapur batu pengisi sebagai baik agregat .Jumlah laterit sangat beraneka ragam 0 % untuk dari 100 % terhadap batu kapur pengisi pada interval % 25 .Sampel beton ( eg.cubes dan silinder ) yang dibuat dalam tiga kelas yang berbeda , yaitu: m15 , m20 dan m25 .Ditemukan bahwa 0.55 air / semen rasio diproduksi kompresi kekuatan lebih tinggi , kekuatan tarik dan lebih baik untuk m20 campuran workability , proporsi .Khusus kompresi dan kekuatan tarik berkisar dari -35.2 n 21.06 / mm2 dan 10.06 -15.5 n / mm2 untuk campuran dianggap .Hasil favourably membandingkan dengan orang orang dari beton konvensional .Beton ditemukan cocok untuk digunakan sebagai anggota struktural untuk bangunan dan struktur terkait , di mana laterit konten tak lebih dari 50 % B.

   Landasan Teori 1. Beton

  Menurut Standar Nasional Indonsesia (SNI 03-2847-2002), beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik lain, agregat halus, agregat kasar dan air dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat. Material pembentuk beton tersebut dicampur merata dengan komposisi tertentu menghasilkan suatu campuran yang homogen sehingga dapat dituang dalam cetakan untuk dibentuk sesuai keinginan.

  Campuran tersebut bila dibiarkan akan mengalami pengerasan sebagai akibat reaksi kimia antara semen dan air yang berlangsung selama jangka waktu panjang atau dengan kata lain campuran beton akan bertambah keras sejalan dengan umurnya. Beton normal adalah beton yang mempunyai berat satuan 2200

  Kg/m3 sampai 2500 Kg/m3 dan dibuat menggunakan agregat alam yang dipecah maupun tidak dipecah. Kualitas atau mutu dari suatu beton sangat bergantung kepada komponen penyusun atau bahan dasar beton, bahan tambahan, cara pembuatan dan alat yang digunakan. Semakin baik bahan yang digunakan, campuran direncanakan dengan baik, proses pembuatan dilaksanakan dengan baik, dan alat-alat yang digunakan baik maka akan menghasilkan kualitas beton yang baik pula. Bahan-bahan pokok dari beton adalah semen, agregat yang terdiri dari agregat halus dan agregat kasar dan air serta bahan tambahan yang digunakan dengan keperluan tertentu.

  2. Faktor Yang Menentukan Keberhasilan Dalam Pembuatan Beton

  Ada beberapa faktor utama yang bisa menentukan keberhasilan dalam membuat beton, diantaranya adalah : a. Keadaan semen,

  b. Faktor air semen (fas),

  c. Kualitas agregat halus (pasir),

  d. Kualitas agregat kasar,

  e. Prosedur yang benar dan cermat pada keseluruhan proses produksi beton,

  f. Pengawasan dan pengendalian yang ketat pada keseluruhan prosedur dan mutu pelaksanaan.

  3. Kelebihan Dan Kekurangan Beton

  a. Kelebihan beton menurut Mulyono (2004): 1) Beton segar dapat dengan mudah diangkut maupun dicetak dalam bentuk apapun dan ukuran seberapapun tergantung keinginan.

  2) Termasuk bahan awet, tahan aus, tahan kebakaran, tahan terhadap pengkaratan atau pembusukan oleh lingkungan, sehingga biaya perawatannya murah,

  3) Tahan terhadap temperatur yang tinggi, 4) Biaya pemeliharaan yang kecil, 5) Kuat tekannya tinggi sehingga jika dikombinasikan dengan baja tulangan (yang kuat tariknya tinggi) maka mampu memikul beban yang berat,

  b. Kekurangaan beton menurut Mulyono (2004): 1) Bentuk yang telah dibuat sulit diubah, 2) Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi, 3) Berat, 4) Kuat tarik yang kecil sehingga mudah retak, 5) Daya pantul suara yang keras, 6) Mengalami kembang susut akibat perubahan suhu.

4. Bahan Penyusun Beton

  a. Agregat Agregat terbagi atas agregat kasar dan agregat halus. Agregat halus umumnya terdiri dari pasir atau partikel-partikel yang lewat saringan 4 atau 5mm.Sedangkan agregat kasar tidak dapat melewati saringan tersebut atau diameter butir lebih dari 5mm (Dipohusodo : 1999).

  1.) agregat halus Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batuan-batuan atau berupa pasir buatan yang dihasil oleh alat-alat pemecah batu. Adapun syarat-syarat dari agregat halus yang digunakan menurut SNI 03-6821-2002, antara lain : a) Agregat halus terdiri dari butir-butir tajam dan keras

  b) Butir-butir halus bersifat kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca. Sifat kekal agregat halus dapat di uji dengan larutan jenuh garam. Jika dipakai natrium sulfat maksimum bagian yang hancur adalah 10% berat. Sedangkan jika dipakai magnesium sulfat

  c) Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5% ( terhadap berat kering), jika kadar lumpur melampaui 5% maka pasir harus di cuci.

  2) agregat kasar Agregat kasar dapat berupa kerikil hasil desintergrasi alami dari batuan- batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan besar butir lebih dari 5 mm. Kerikil, dalam penggunaannya harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut: a) Butir-butir keras yang tidak berpori serta bersifat kekal yang artinya tidak pecah karena pengaruh cuaca seperti sinar matahari dan hujan.

  b) Tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1%, apabila melebihi maka harus dicuci lebih dahulu sebelum menggunakannya.

  c) Tidak boleh mengandung zat yang dapat merusak batuan seperti zat

  • –zat yang reaktif terhadap alkali. 4) Agregat kasar yang berbutir pipih hanya dapat digunakan apabila jumlahnya tidak melebihi 20% dari berat keseluruhan.

  3) Semen Portland

  Menurut (SNI- 15-2049-2004). Semen portland adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambahan lainnya. Semen dibedakan menjadi beberapa tipe berdasarkan penggunaannya. Jenis semen berdasarkan kegunaanya adalah sebagai berikut: a) Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak

  b) memerlukan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada semen jenis lain.

  c) Jenis II yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang.

  d) Jenis III, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.

  e) Jenis IV yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kalor hidrasi yang rendah.

  f) Jenis V, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan tinggi terhadap sulfat (SNI-15-2049-2004).

  4) Air Menurut Mulyono, 2004. Air diperlukan pada pembuatan beton untuk untuk memicu proses kimiawi semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang mengandug senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula, atau bahan kimia lainnya., bila dipakai dalam campuran beton akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat- sifat beton yang dihasilkan.

  5. Batu Gunung

  Batu gunung / batu belah berasal dari batu bulat yang berukuran besar kemudian dipecah menjadi bongkahan

  • – bongkahan lebih kecil. Batu belah ini umumnya berwarna kehitaman, hitam, coklat, keputihan tergantung daerah bukit / gunung asalnya. Batu belah umumnya kebanyakan terdapat pada daerah perbukitan dan gunung aktif. Batu belah merupakan batu yang sangat baik untuk pondasi menerus.

  6. Kapur Alam Kapur alam merupakan bahan bangunan yang di peroleh dari galian alam.

  Kapur alam ini berwarna putih atau putih kekuningan dan memiliki butiran yang mirip dengan pasir. Kapur alam ini sudah digunakan sejak lama oleh masyarakat sebagai bahan bangunan. Penggunaan kapur alam ini adalah sebagai bahan substitusi pada agregat halus beton karena karakteristik butirannya mirip dengan pasir pada umumnya. Pada dasarnya kapur terbentuk dari bahan dasar batu kapur. Batu kapur mengandung kalsium karbonat (CaCO3). Susunan kimia dan sifat bahan yang mengandung kapur ini berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain, bahkan dalam suatu tempat yang samapun belum tentu memiliki sifat yang sama (Anonim, 2012).

7. Kuat Tekan Beton

  Menurut Tjokrodimuljo, 2007, .Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan. Kuat desak beton merupakan sifat terpenting dalam kualitas beton dibanding dengan sifat-sifat lain. Nilai kuat tekan beton seringkali menjadi parameter utama untuk mengenali kinerja beton, karena kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang dihasilkan. Kuat tekan beton diwakili oleh tegangan maksimum fc’ dengan satuan kg/cm² atau MPa. Nilai kuat tekan beton umumnya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan kuat tariknya, oleh karena itu untuk meninjau mutu beton biasanya secara kasar hanya ditinjau kuat tekannya saja. Kuat tekan silinder beton dapat dihitung dengan persamaan berikut (SNI 031974-1990).

  

Fc’= P/A

  dengan: Fc’= Kuat tekan kubus beton (MPa) P = Beban tekan maksimum (kg) A= Luas bidang tekan (cm3) 8.

   Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kuat Tekan Beton

  Menurut Mulyono, 2004, beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan tekan beton ada empat bagian utama yaitu : a. Proporsi bahan-bahan campuran beton.

  b. Metode perancangan.

  c. Perawatan dan,

  d. Keadaan pada saat pengecoran dilakukan, yang terutama dipengaruhi oleh lingkungan setempat.

9. Mix Design

  Berdasarkan SNI-03-2384-1993 Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal, mix design dapat diringkas dalam langkah-langkah seperti dibawah ini : a. Menentukan kuat tekan beton karakteristik yang disyaratkan (fc’) pada umur tertentu.

Tabel 2.1 Notasi kuat tekan beton

  Notasi Bentuk benda uji Ukuran Umur K Kubus 15x15x15 28 hari f’c

  Silinder D15 cm, tinggi 30 cm 28 hari Sumber: SNI 03-2834-1993

  b. Menetapkan Deviasi Deviasi standar ditentukan tingkat mutu pengendalian pelaksanaan pencampuran betonnya, semakin baik mutu pelaksaan maka semakin kecil nilai deviasi standarnya sesuai tabel 2.2

Tabel 2.2 Asumsi Standar Deviasi

  Deviasi Standar

  Tingkat Pengendalian Mutu Pekerjaan

  (Mpa) Memuaskan 2,8 Sangat Baik 3,5 Baik

  4,2 Cukup 5,6 Jelek

  7 Tanpa Kendali 8,4

  Sumber: SNI T-15-1990-03

  c. Menghitung nilai tambah (M) M = k x SD Keterangan : M : Nilai tambah (Mpa) SD : deviasi standar (Mpa) k : tetapan statistk yang nilainya tergantung pada prosentase hasil uji yang lebih rendah dari f’c. Dalam hal ini diambil 5% sehingga nilai k= 1,64

  d. Menetapkan kuat tekan rata- rata (f’cr) F’cr = f”+ M F’cr : kuat tekan rata-rata, (Mpa) F’c : Kuat tekan yang disyaratkan, (Mpa)

  d. Menetapkan jenis semen portland Menurut SNI 25-2049-4003 di Indonesia semen portland dibedakan menjadi 5 jenis yaitu tipe I, II, III, IV, V. Jenis I merupakan jenis semen biasa, sedangkan jenis III merupakan semen yang cepat mengeras.

  e. Berat Jenis Agregat Campuran Berat jenis agregat campuran dapat dihitung dengan rumus : Bj campuran = h +

  Dengan : Bj campuran = berat jenis agregat campuran kg/m3 Bj agr halus = berat jenis agregat halus kg/m3 Bj agr kasar = berat jenis agregat kasar kg/m3 P = persentase agregat halus terhadap agregat kasar (%) K = persentase agregat kasar terhadap agregat halus (%) 10.

   Konversi Umur Beton

  Jika umur beton yang dikehendaki saat di uji belum mencapai 28 hari maka harus dikonversi sebagai berikut :

Tabel 2.3 Konversi Umur Uji Kuat Tekan Beton

  Umur Perbandingan 3 0,46 7 0,7 14 0,88

  21 0,96

  28

  1 Sumber : SNI-03-2834-1993

11. Faktor Air Semen

  Menurut Mulyono, 2004, Faktor air semen (fas) adalah perbandingan berat air dan berat semen yang digunakan dalam adukan beton. Faktor air semen yang tinggi dapat menyebabkan beton yang dihasilkan mempunyai kuat tekan yang rendah dan semakin rendah faktor air semen kuat tekan beton semakin tinggi.

  Namun demikian, nilai faktor air semen yang semakin rendah tidak selalu berarti bahwa kekuatan beton semakin tinggi. Nilai faktor air semen yang rendah akan menyebabkan kesulitan dalam pengerjaan, yaitu kesulitan dalam pelaksanaan pemadatan yang akhirnya akan menyebabkan mutu beton menurun. Oleh sebab itu ada suatu nilai faktor air semen optimum yang menghasilkan kuat desak maksimum. Umumnya nilai faktor air semen minimum untuk beton normal sekitar 0,4 dan maksimum 0,65.

Gambar 2.1 Hubungan Antara Kuat Tekan Dan Air Semen (benda uji berbentuk silinder diameter 150mm, tinggi 300mm)

  Sumber: SNI 03-2834-2000 ( Tata Cara Pembuatan Beton Normal)

12. Perawatan Beton

  Menurut SK- SNI 03-3976-1995, disebutkan bahwa Perawatan beton di lapangan harus memenuhi ketentuan berikut : a) Beton harus dipertahankan dalam kondisi lembab selama paling sedikit 7 hari setelah pengecoran; b) Beton berkekuatan awal tinggi harus dipertahankan dalam kondisi lembab selama paling sedikit 3 hari pertama; c) Bila diperlukan uji kuat tambahan harus diikuti ketentuan berikut :

  d) Untuk memeriksa tingkat pelaksanaan perawatan dan perlindungan dari beton dalam struktur di lapangan, pengawas dapat meminta agar dilakukan uji tekan atas benda uji yang dirawat di lapangan;

  e) Silinder yang dirawat di lapangan harus dirawat sesuai dengan kondisi di lapangan berdasarkan SK SNI (M-62-1990-03) tentang Metode Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium menurut ketentuan yang berlaku; f) Benda uji silinder yang dirawat di lapangan harus dicetak pada saat yang bersamaan dan diambil dari contoh yang sama dengan benda uji silinder yang akan dirawat di laboratorium;

  g) Cara untuk melindungi dan merawat beton harus ditingkatkan bila kekuatan darisilinder yang dirawat di lapangan pada umur uji yang telah ditetapkan kurang dari8,5% dari kekuatan pasangan silinder yang dirawat di laboratorium untuk penentuan kekuatan f’c.

13. Slump

  Nilai slump digunakan untuk pengukuran terhadap tingkat kelecakan adukan beton segar, yang berpengaruh pada tingkat kemudahan pengerjaan beton (workability). Semakin besar nilai slump maka beton semakin encer dan semakin mudah dikerjakan. Sebaliknya semakin kecil nilai slump, maka beton akan semakin kental dan semakin sulit dikerjakan. Penetapan nilai slump untuk berbagai pengerjaan beton dapat dilihat pada Tabel 2.6

Tabel 2.4 Penetapan Nilai Slump Adukan Beton.

  Ukuran maks kerikil (mm) Jenis

  Batuan

  Slump

  0-10 10-30 30-60 60-80

  10 Alami 150 180 205 225 Pecah 180 205 230 250

  20 Alami 135 160 180 195 Pecah 170 190 210 255

  40 Alami 115 140 160 175 Pecah 155 175 190 205

  Sumber : SNI 03-2834-2000 (Tata Cara Pembuatan Beton Normal)