Karakteristik Kunjungan Penderita Sifilis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah Denpasar Periode 2011 - 2013.
Karakteristik Kunjungan Penderita Sifilis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP
Sanglah Denpasar Periode 2011 – 2013
G. Yoga Tohjiwa, IGK Darmada, Luh Made Mas Rusyati
ABSTRAK
Latar belakang : infeksi Sifilis masih merupakan masalah kesehatan di dunia,
walaupun kasus Sifilis sudah mulai menurun hampir 89,7% pada tahun 2000. Namun
kasus Sifilis masih tetap terjadi dan banyak menimbulkan masalah. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui prevalensi kunjungan penderita Sifilis di poliklinik kulit
dan kelamin RSUP Sanglah Denpasar periode 2011 – 2013. Manfaat penelitian ini
adalah agar dapat memberi informasi mengenai prevalensi kunjungan penderita Sifilis
di poliklinik kulit dan kelamin RSUP Sanglah Denpasar periode 2011 – 2013 sehingga
diharapkan dapat dijadikan dasar untuk melakukan tindakan preventif agar penularan
penyakit bisa ditekan.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan study retrospektif yang bersifat
deskriptif. Bahan penelitian retrospektif diambil dari data kasus Sifilis yang ada di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah Denpasar tahun 2011 – 2013. Data yang
dievaluasi berdasarkan jenis Sifilis, jenis kelamin, umur, dan merupakan kasus lama
atau baru.
Hasil data dan simpulan : Hasil penelitian retrospektif menunjukan kunjungan Sifilis
periode 2011 – 2013 di RSUP Sanglah Denpasar, didapatkan bahwa jumlah penderita
Sifilis secara keseluruhan adalah 98 orang. Prevalensi kunjungan penderita tahun 2012
paling tinggi sebanyak 43 kasus. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, kasus terjadi
lebih banyak pada laki – laki dibandingkan dengan perempuan, perbandingan kasus
Sifilis berdasarkan kelompok umur, kasus Sifilis terbanyak adalah kelompok umur 21 –
30 tahun, yaitu sebanyak 46 kasus (46,9%) yang tergolong usia dewasa muda.
Kata Kunci
: Sifilis, RSUP Sanglah, Periode 2011 – 2013
Characteristic Syphilis Cases at Dermatology Policlinic RSUP Sanglah Denpasar
Period 2011 – 2013
G. Yoga Tohjiwa, IGK Darmada, Luh Made Mas Rusyati
ABSTRACT
Background : Syphilis infection is still the world's health problems, although cases of
syphilis have started declining almost 89,7% in 2000. However, cases of syphilis is still
going on and make a lot of problems research objectives is to find out the prevalence of
syphilis case visit in skin and venereal clinic was Sanglah Denpasar period 2011 – 2013.
The benefits of this research is to be able to give information regarding the prevalence
of syphilis sufferers visit in skin and venereal clinic was Sanglah Denpasar period 2011
– 2013 so expect can be relied upon to conduct preventive action so that the
transmission of the disease can be pressed.
Method : the study design was retrospective descript study. The subject of this
retrospective study has taken from case of syphilis in Policlinic Dermatology RSUP
Sanglah Denpasar on periode 2011 – 2013. The evaluation is syphilis based on
distibution of sex, age, and cases status (old/new)
Results and conclusion : in period 2011 – 2013 at Policlinic Dermatology RSUP
Sanglah Denpasar is 98 cases syphilis. The cases in male is more than in female cases
and based on range of age, patient who 21 – 30 years old is 46 cases (46,9%) it’s in
young adults.
Keywords
: Syphilis, RSUP Sanglah, Period 2011 – 2013
PENDAHULUAN
Sifilis adalah penyakit infeksi sistemik
yang disebabkan oleh Treponema
pallidum (ssp. Pallidum). Dalam
perjalanannya penyakit ini dapat
menyerang hampir seluruh alat tubuh,
dan dapat menyerupai banyak penyakit.
Secara umum Sifilis dibagi menjadi dua
stadium stadium dini dan stadium
lanjut. Yaitu masa inklubasi stadium
dini kurang dari dua tahun dan stadium
lanjut lebih dari dua tahun.
Gejala klinis dari masing –
masing stadium Sifilis berbeda – beda,
yang paling umum terjadi adanya papul,
pustul, ulkus pada alat kelamin, mulut,
kulit, atau rektum. Kelainan lain yang
dapat terjadi yaitu kelainan pada saraf,
tulang, kelenjar getah bening, mukosa,
dan rambut.
Sifilis biasanya ditularkan melalui
hubungan seksual dan dapat juga
ditularkan dengan cara lain seperti,
transfusi darah atau secara vertikal dari
ibu kepada anak. Perbandingan jumlah
kasus Sifilis laki – laki dengan
perempuan antara 2:1 sampai 3:1 dan
cenderung menyerang usia produktif
antara 20 - 40 tahun.
Pada tahun 2009, di Amerika
Serikat dilaporkan terjadi kasus Sifilis
sebanyak 44.828 kasus Sifilis stadium
primer dan sekunder. Angka insiden
tertinggi ditemukan pada kisaran umur
20 – 40 dimana pada perempuan umur
20 – 24 dan pada laki – kaki umur 35 –
39 tahun. sedangkan di Indonesia tidak
didapat angka yang pasti namun
diperkirakan angka prevalensinya pada
tahun 2004 sebesar 0,0026%
Untuk di Bali sendiri, jumlah
kasus Sifilis dari data yang didapat di
poliklinik kulit dan kelamin RSUP
Sanglah Denpasar, tercatat adanya total
kasus yang dalam periode 3 tahun
terakhir sebanyak 61 kasus. Sedangkan
kasus yang terjadi di masyakat tidak
diketahui dengan pasti, dan di
perkirakan lebih banyak dari kasus yang
tercatat di RSUP Sanglah.
Gambaran Umum Sifilis
Sifilis adalah penyakit infeksi sistemik
yang disebabkan oleh Treponema
pallidum (ssp. Pallidum). Ditularkan
melalui hubungan seksual dan juga
dapat ditularkan secara vertikal dari ibu
kepada janin. Dalam perjalanannya
dapat menyerang hampir seluruh alat
tubuh, dan dapat menyerupai banyak
penyakit. Sifilis dibagi menjadi 2
stadium stadium dini dan stadium
lanjut.1,2,3
Epidemiologi
Asal penyakit ini tidak jelas. Pada abad
ke – 15 terjadi wabah di eropa dan
sesudah tahun 1860 morbiditas Sifilis di
Eropa menurun drastis karena terjadinya
perbaikan ekonomi masyarakat disana.
Selama perang dunia kedua insidennya
meningkat dan mencapai puncaknya
pada tahun 1946, setelah penemuan
penisilin oleh Alexander Fleming dan
mulai di resepkannya penisilin tahun
1930 penyakit Sifilis menurun drastis.
1,2,3
Pada tahun 2009, di Amerika
Serikat dilaporkan terjadi kasus Sifilis
sebanyak
44.828.
Terdapat
ada
peningkatan kasus Sifilis stadium I dan
II/Sifilis primer dan sekunder sebanyak
3,7% dari tahun 2008 – 2009. Tahun
2008 terjadi 13.500 kasus dan pada
kasus 2009 13.997. Angka insiden
tertinggi ditemukan pada kisaran umur
20 – 40 dimana pada perempuan umur
20 – 24 dan pada laki – kaki umur 35 –
39 tahun. sedang kan angka insiden di
Indonsia pada tahun 2004 diperkirakan
0,026%. 2,4,5
Etiologi
Penyakit ini sudah ada sejak abad ke –
15 namun penyebabnya baru ditemukan
kira – kira pada tahun 1905 oleh
Schaudin dan Hoffman. Bakteri
Treponema palladum ini termasuk
dalam kingdom eubacteria, filum
spirochaetes, kelas spirochaetaes, ordo
spirochaetales, familia Treponemate,
dan genus Treponema. 1,2
Sifilis
disebabkan
oleh
Treponema pallidum (ssp. Pallidum),
bakteri ini merupakan bakteri gram
negatif
dan
prokariotik
yang
mempunyai flagel, berbentuk spiral
seperti ulir skrup. Memiliki lebar kira –
kira 0,10µm – 0,18µm dan panjang 6µm
– 15µm. Spiralnya melingkar bertaruran
dengan jarak kira – kira 1µm dengan
yang lainnyadan terdiri 6 – 14
gulungan. 1
Bakteri
treponema
pallidum
sangat sensitif terhadap perubahan suhu
dan cahaya, bakteri ini umumnya dapat
hidup di mukosa genitalia, mulut, dan
rektum yang lembab. Karena hal itu lah
penyakit ini sangat susah menular
kecuali adanya kontak langsung dengan
penderita Sifilis. Sifilis sangat mudah di
tularkan melalui hubungan seksual yang
tidak aman, transfusi darah, alat suntik
dan penularan vertikal dari ibu kepada
anak yang di kandung. 1,2,3
Patogenesis
Setelah bakteri masuk kedalam tubuh
melalui mikro lesi ataupun selaput
lendir.
Setelah
mengeksposure
permukaan
epitel,
bakteri
akan
berpenetrasi dan menyerang lapisan sel
endotel, yang merupakan tahap penting
dalam virulensi treponema. Bakteri
kemudian
akan
hidup
dan
berkembangbiak pada pembuluh –
pembuluh darah kecil dan di kelenjar
getah bening. Jaraingan yang terinfeksi
bakteri
akan
bereaksi
dengan
membentuk infiltrat yang terdiri dari sel
T limfosit, sel makrofag dan sel plasma.
Aktifitas
dari
makrofag
akan
merangsang pelepasan Interlleukin 2
(IL2) interferon gamma (IFNγ),
interferon 10 (IL10), dan interferon
12(IL12).1
Enarteritis dari pembuluh –
pembuluh
darah
darah
kecil
menyebabkan peruahan hipertrofik
endotelium
yang
menimbulkan
obliterasi lumen (enarteritis obliterans).
Karena hilangnya aliran darah ke
jaringan akan menyebabkan terjadinya
erosi (gambaran klinis Sifilis I/Sifilis
primer). Sebelum erosi terlihat, bakteri
Treponema pallidum telah mencapai
kelenjar getah bening regional secara
limfogen dan berkembangbiak. Pada
saat itu terjadi pula hematogen dan
menyebar ke semua jaringan tubuh.1.2
Erosi akan sembuh perlahan –
lahan karena kuman di tempat tersebut
jumblahnya berkurang, kemudian akan
terbentuk fibroblas – fibroblas dan pada
akhirnya
akan
sembuh
menjadi
sikartiks. Setelah masa penyembuhan
erosi Sifilis masuk stadium laten yang
tidak di sertai gejala, meskipun masih
tetap terinfeksi. Pada saat inilah
biasanya terjadi penularan karena pasien
sudah merasa sembuh dan juga bisa
terjadi penularan dari ibu kepada
anak.1,2,3
Terkadang sistem imun gagal
mengontrol infeksi sehingga bakteri
Treponema pallidum membiak lagi pada
tempat
erosi
yang
sama
dan
menimbulkan lesi berulang atau dapat
menyebar
melalui
jaringan
dan
menyebabkan lesi rekuren (Sifilis
II/Sifilis sekunder). Lesi yang berulang
tersebut akan terus hilang timbul, tetapi
umumnya tidak lebih dari dua tahun.1,2
Klasifikasi Dan Gambaran Klinis
Klasifikasi Sifilis dibagi menjadi Sifilis
kongenital dan Sifilis akuisita (didapat).
Sifilis kongenital dibagi menjadi Sifilis
dini (sebelum dua tahun), Sifilis lanjut
(lebih dari dua tahun) dan stigmata.
Sedangkan Sifilis akuisita dibagi
menjadi dua, secara klinis dan
epidemiologi. Secara klinis dibagi
menjadi tiga Sifilis stadium I/Sifilis
primer, Sifilis stadium II/Sifilis
sekunder dan stadium III/Sifilis tersier.
Secara epidemiologi menurut WHO
Sifilis dibagi menjadi dua Sifilis
stadium dini menular dan Sifilis
stadium lanjut tidak menular.1,2
Jenis klasifikasi yang umum
digunakan yaitu Sifilis stadium I/Sifilis
primer, Sifilis stadium II/Sifilis
sekunder, Sifilis lanjut/laten, dan Sifilis
stadium III/Sifilis tersier.
Sifilis Dini
Sifilis Stadium I/Sifilis Primer
Terjadi dua sampai empat minggu
setelah infeksi bakteri Treponema
pallidum. Kelainan kulit dimulai
sebagai makula letikular, kecil indolen
dan kemerahan yang akan segera
menjadi erosi, kemudian akan menjadi
ulkus. Ulkus ini biasanya bulat atau
oval, soliter, dengan tepi teratur dan
berbatas tegas, dasarnya bersih dengan
jaringan granulasi berwarna merah.
Dindingnya tidak bergaung, kulit
disekitar ulkus tidak menunjukan tanda
radang akut dan di sekitar ulkus akan
teraba indurasi dan indolen karena itu
ulkus ini disebut ulkus durum salah satu
ciri khas dari penyakit Sifilis.2,3
Afek primer ini akan sembuh
dengan sendirinya antara tida sampai
sepuluh minggu. Kemudian seminggu
setelah itu terdapat pembesaran kelenjar
getah bening regional di inguinalis
medialis yang soliter, indolen, tidak
lunak, besarnya biasanya letikuler, tidak
supuratif dan tidak terdapat periadenitis.
Secara keseluruhan hal itu di sebut
kompleks primer.2
Sifilis Stadium II/Sifilis Sekunder
Timbul setelah enam sampai delapan
minggu setelah Sifilis I/Sifilis primer.
Lama stadium II biasanya sampai
sembilan bulan, gejalanya tidak berat
hanya gejala – gejala prodomoal saja
seperti anoreksia, berat badan menurun,
malaise, sakit kepala, demam yang tidak
tinggi, dan nyeri otot, sendi dan tulang.
Kelainan kulit yang tibul dapat
menyerupai berbagai penyakit kulit
sehingga disebut the great imitator.
Selain terjadinya kelainan pada kulit
stadium II/Sifilis sekunder dapat juga
menyebabkan kelainan pada mukosa,
rambut, kuku, kelenjar getah bening,
mata, hepar, tulang dan saraf.2
Karena menyerupai berbagai
penyakit kulit gejala kelainan kulit pada
Sifilis stadium II ada beberapa yang
berdakannya. Kelainan kulit pada Sifilis
stadium II umumnya tidak gatal, sering
disertai limfadenitis generalisata, dan
pada Sifilis stadium II dini kelainan
kulit kuga terjadi pada telapak tangan
dan kaki.2
Kelainan mukosa pada Sifilis
stadium II biasanya berupa plaque
muqueuses, berupa papul eritematosa,
letikuler, erosi yang irreguler, kebauan
dengan batas kemerahan dan nyeri.
Kelainan mukosa lainya biasanya
terdapat pada mulut dapat mengenai
lidah, bibir, tonsil, dan epiglotis.
Pharyngitis juga dapat terjadi berupa
kemerahan yang difus pada pharyng,
palatum, dan tonsil. Terkadang juga
disertai edema dan erosi. Keluhan yang
timbul biasany suara parau nyeri
tenggoran terutama saat menelan.1,2
Kelainan pada rambut yang
terjadi pada Sifilis stadium II hanya satu
yaitu alopesia. Pada Sifilis stadium II
dini terjadi alopesia yang bersifat difus
dan tidak khas yang disebut alopesia
difusa, sedangkan pada Stadium II
lanjut alopesia beripa kerontokan
rambut berbentuk seperti bercak yang
menyerupai gigitan ngengat yang
disebut alopesia areolaris.1,2
Kelainan dapat juga terjadi pada
kuku yaitu kelainan paronikia, yaitu
radang kronis yang menyebabkan kuku
menjadi rusak dan terkadang lepas, serta
onokia dimana terjadi perubahan warna
kuku menjadi putih, kabur, dan bagian
distal kuku menjadi hiperkeratolitik.2
Kelainan lainnya yang sering
menyertai Sifilis stadium II adalah
pembersaran kelenjar getah bening
superfisisal. Pada mata juga dapat
terjadi uveitis anterior lebih sering
terjadi pada Sifilis stadium rekuren.
Dapat terjadi hepatitis, hepar membesar
dan menyebabkan ektirus ringan tetapi
jarang. Sendi dan tulang jarang
terinfeksi, tetapi kadang – kadang dapat
terbentuk efusi. Kelainan berupa
pembengkakan, tetapi tidak nyeri dan
pergerakan
tidak
terganggu.
Abnormalitas pada cairan intrakranial
dapat menyebabkan gejala berupa sakit
kepala, mual , muntah, odem papli
dapat terjadi bila terdapat kelainan
neurologis.2
Sifilis Laten Dini
Fase laten merupakan fase tanpa gejala,
baik gejala klinis dan kelainan di dalam
tubuh, tetapi infeksi Sifilis masih tetap
aktif.2
Sifilis Lanjut
Sifilis Laten Lanjut
Sama seperti Sifilis laten dini, Sifilis
laten lanjut tanpa gejala. Hanya
beberapa bekas gejala pada Sifilis
stadium sebelumnya seperti bekas
sikatriks pada stadium I, leukoderma
pada leher bekas Sifilis stadium II dan
terkadang terdapat pula banyak kulit
hipotrofi letikuler bekas papul – papul
pada Sifilis stadium II. Lama masa laten
Sifilis laten lanjut ini bisa dari beberapa
tahun hingga bertahun – tahun, bahkan
bisa seumur hidup. 1,2
Sifilis Stadium III/Sifilis Tersier
Gejala pada Sifilis stadium III biasanya
muncul pada tida sampai sepuluh tahun
setelah Sifilis stadium I. Kelainan yang
khas pada Sifilis stadium III ini adanya
guma. Guma yakni infiltrat sirkumrip
kronis, lunak dan destruktif. Besarnya
guma bervariasai dari letikuler sampai
sebesar telur ayam, kulit diatasnya mula
– mulat tidak menunjukan adanya tanda
– tanda radang akut dan dapat di
gerakan. 1,2
Setelah beberapa bulan guma ini
akan mulai melunak dan baru mulai
menunjukan tanda – tanda radang, kulit
menjadi eritematosa kemudian akan
terjadi perforasi dan keluarlah carian
seropurulen, terkadang dapat juga
sanguinolen disertai jaringan nekrotik
kemudian menjadi ulkus. Tanpa
pengobatan guma tersebut akan
bertahan beberapa bulan hingga
beberapa tahun, biasanya guma solitar,
tetapi dapat juga mulipel, umumnya
asimetris.2
Selain guma kelainan yang lain
pada Sifilis stadium III adalah nodus,
dalam perkembangannya nodus mirip
seperti guma. Nodus mengalami
nekrosis dan membentuk ulkus tetapi
dapat pula tanpa nekrosis dan menjadi
sklerotik. Perbedaan nodus dengan
Kelainan mukosa pada Sifilis
Sifilis III biasanya berupa guma, yang
biasanya pada mulut dan tenggorokan,
bersifat destruktif bisa sudah menjadi
ulkus. Pada lidah yang tersering ialah
guma dengan fisure tidak teratur,
leukoplakia dan nyeri.2
bergerombol, simetris pada telapak
tangan dan kaki namun terkadang
terdapat juga bula di tempat lain. Cairan
yang terdapat dalam bula banyak sekali
mengandung
bakteri
Treponema
pallidum
ini
disebut
pemfigus
sifilitika,bayi yang terinfeksi akan
tampak sakit secara umum dilihat pada
saat lahir, seperti berat badan lahir
rendah, adanya anemia, jaundice,
repiratory distress, dan rinitis.1,2
Kelainan lainnya yang sering
menyertai Sifilis stadium III adalah
guma pada hepar, hepar lobatum, guma
yang terdapat pada hepar bersifat
multiple hingga hepar mengalami
retraksi, membentuk lobus – lobus tidak
teratur. Selain itu guma dapat
menyerang esofagus, paru – paru,
lambung, ginjal, ovarium dan testis
namun kasusnya jarang. Pada sistem
muskuloskeletal guma paling sering
menyerang tibia, tengkorak, bahu,
femur, dan humerus. Dimana terdapat
dua bentuk guma yaitu periostiti
gumatosa dan osteitis gumatosa.1,2
Gambaran klinis lainnya akan
tampak setelah bayi berumur beberapa
minggu antara minggu kedua dan
ketiga, dimana mirip seperti erupsi pada
Sifilis stadium II. Umumnya berbentuk
papul yang simetris, anular, dan pada
tempat yang lembab akan mengalami
erosi. Kelainan lainya mirip seperti
Sifilis stadium II dimana pada mukosa
mulut terdapat plaques muqueuses,
hepar dan lien membesar, nyeri tulang
karena osteokondritis, kelainan pada
saraf yakni neuroSifilis aktif dimana
mengakibatkan perkembangan otak
terhenti.2
Sifilis Kongenital
Sedangkan pada Sifilis kongenital
stadium lanjut, gejala klinis yang
ditemukan mirip seperti pada Sifilis
stadium III dimana terjadinya guma.
Guma dapat menyerang kulit, mukosa,
tulang dan organ – organ tubuh lainnya.
Namun yang khas pada Sifilis
kongenital stadium lanjut guma tersebut
terdapat pada hidung dan mulut, dapat
menjadi kolaps dengan demormitas.
Guma pada bagian lainnya juga sering
terjadi seperti pada palatum mole dan
durum
sehingga
menyebabkan
terjadinya perforasi palatum.2
guma, nodus lebih superficial, kecil,
banyak, bergerombol, warnanya merah
kecoklatan.2
Sifilis kongenital adalah seifilis yang
terjadi pada bayi, dimana ditularkan
oleh ibu yang sedang terinfeksi Sifilis.
Biasanya ibu yang mengandung
terinfeksi Sifilis stadium dini karena
pada saat tersebut bakteri Treponema
pallidum banyak dalam darah. Bakteri
tersebut menginfeksi janin yang di
kandung melalui darah masuk melalui
plasenta.1,2
Untuk
gambaran
klinisnya
Sifilis kongenital dibagi menjadi Sifilis
kongenital stadium dini (prekoks),
Sifilis kongenital stadium lanjut, dan
stigmata. Dimana batas antara fase
Sifilis stadium dini yakni dua tahun
pertama dan fase Sifilis kongenital
stadium lanjut setelah dua tahun. Pada
Sifilis kongenital dini kelainan kulit
yang pertama kali terlihat adanya bula
Untuk gambaran klinis lainya,
pada Sifilis kongenital stadium lanjut
juga mirip seperti Sifilis stadium III
dimana pada tulang dapat terjadi
osteoperostitis pada tengkorak dan tibia,
selain itu pada kedua sendi lutut dapat
terjadi pembengkakan, nyeri disertai
efusi, keratitis interstisial merupaka
gejala yang paling umum yang dapat
menyebabkan kebutaan selain itu
kelainan pada saraf pada Sifilis
kongenital stadium lanjut berbentuk
paralisis generalisata.2
DIAGNOSIS
Diagnosis Sifilis sama seperti penyakit
lain pada umumnya ditegakan dengan
melakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
penunjang
sebagai
pembantu diangnosis Sifilis yaitu
1. Pemeriksaan bakteri Treponema
pallidum
menggunakan
mikroskop lapangan gelap
2. Pemeriksaan Serologis
3. Pemeriksaan Histopatologi Dan
Pemeriksaan Imunologi
4. Pemeriksaan Rongent
Pemeriksaan
Menggunakan
Mikroskop Lapangan Gelap
Pemeriksaan ini mengambil sampel
dari serum lesi kulit dan dilihat
bentuk dan pergerakannya dengan
mikroskop lapangan gelap. Bakteri
Treponema pallidum terlihat sebagai
organisme berwarna putih, berbentuk
spiral seperti ulir skrup. Memiliki
lebar kira – kira 0,10µm – 0,18µm
dan panjang 6µm – 15µm. Spiralnya
melingkar bertaruran dengan jarak
kira – kira 1µm dengan yang
lainnyadan terdiri 6 – 14 gulungan.
Pergerakannya berputar dan secara
perlahan – lahan melintasi lapang
pandang.1,2,3
Pemeriksaan
ini
biasanya
digunakan
untuk
mendiagnosis
Sifilis stadium I dan II, dimana
pemeriksaannya cukup mudah dan
cukup valid untuk membukatikan
adanya bakteri Treponema pallidum
sebagai penyebab lesi. Pemeriksaan
dilakukan selama 3 hari berturut –
turut, dengan mengambilan sampel
serum pada lesi, awalnya lesi yang
akan di ambil serumnya dibersihkan
terlebih dahulu, kemudian lesi di
tekan hingga cairan serum keluar dan
di tampung pada gelas alas sebelum
dibuat menjadi preparat. Apabila lesi
pada kulit sudah kering dan mulai
sembuh, toreh bekas lesi tersebut
dengan pisau bedah. Hentikan
pendarahan kemudian keringkan
setelah kering baru dapat dilakukan
pengambilan sampel.
Hasil dari pemeriksaan negatif
apa bila jumlah dari bakteri
Treponema pallidum pada sampel
kurang. Pemeriksaan menggunakan
mikroskop
lapangan
gelap
keakuratannya
tergantung
dari
pengalaman petugas, jumlah bakteri
Treponema pallidum dan non
Treponema pallidum pada lesi yang
dijadikan sampel.
Pemeriksaan Serologis
Pemeriksaan serologi untuk
infeksi Sifilis (STS) dibagi menjadi
dua yaitu:
1. Non Treponemal (reagin)
2. Treponemal
Pemerikasaan ini sangat penting
untuk membantu diagnosis bagi
orang yang terinfeksi Sifilis.
pemeriksaan ini melihat adanya
antibodi terhadap bakteri treponema
pallidum.2
Pemeriksaan
serologis
non
treponemal adalah salah satu
pemeriksaan
yang
banyak
dipergunakan untuk skrining karena
pemeriksaan ini relatif murah. Pada
pemeriksaan ini antigen yang
digunakan tidak spesifik, dimana
antigen yang digunakan adalah lipid
yang diekstrak dari jaringan mamalia
yang normal. Sedangkan reaginnya
adalah campuran dari antibodi
Imunoglobulin M (IgM) dan
Imunoglobulin A (IgA) yang terdapat
pada serum lesi yang dipakai
menjadi sampel.1,2,3
Ada beberapa jenis pemeriksaan
serologis non treponemal, namun
yang paling sering digunakan yaitu
pemeriksaan
Veneral
Disease
Research Labolatory (VDRL) dan
Rapid Plasma Reagin (RPR).2
Pemeriksaan
serologis
treponemal
kebalikan
dari
pemeriksaan
serologis
non
treponemal
karena
dalam
pemeriksaan
ini
menggunakan
antigen spesifik yaitu treponema atau
ekstraknya dan dapat di golongkan
menjadi empat kelompok, yaitu
Treponemal Pallidum Imobilization
(TPI), Reiter Protein Complement
Fixation
(RPCF),
Fluorecen
Treponemal Antibodi Absorbtion
(FTA-Abs), dan ada beberapa
pemeriksaan Hemogutisasi antara
lain
Treponemal
Palidum
Haemoglutinasi Assay (TPHA),
Hemagglutination Treponemal Test
for
Syphilis
(HATTS),
Microhemagglutination Assay For
Antibodies To Treponema Pallidum
(MHA-TP).2,4
Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan rontgen dilakukan agara
dapat melihat kelainan – kelainan
yang terjadi pada tulang yang tedapat
pada Sifilis. biasanya di lakukan
pada Sifilis stadium II, stadium III
dan Sifilis kongenital karena pada
gejala klinis pada stadium Sifilis
tersebut terdapat beberapa kelainan
pada tulang.2,4
DIAGNOSIS BANDING
Diangnosis Banding Stadium I/Sifilis
Primer
1. Herpes Simplek
2. Skabies
3. Erosif Balanitis
4. Limfogranuloma Venereum
(LGV)
5. Karsinoma
6. Penyakit Behcet
7. Ulkus Mole
8. Furunkel
Diagnosis Banding Stadium II/Sifilis
Sekunder
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Erupsi Obat Alergi
Morbili
Pitiriasis Rosea
Psoriasis
Dermatitis Seboroika
Kondiloma Akuminatum
Alopesia Areata
Diangnosis Banding Stadium III/Sifilis
Tersier
1.
2.
3.
Tuberkulosis
Frambusia
Mikosis Profunda
PENATALAKSAAN
Medikamentosa
Pada umumnya penisilin merupakan
obat pilihan utama dalam pengobatan
Sifilis., namun dapat juga menggunakan
antibiotik lain. Pengobatannya dibagi
menjadi dua pada Sifilis dini dan pada
Sifilis lanjut. Pada Sifilis pada Sifilis
dini baik stadium I, stadium II, laten
dini atau Sifilis laten yang kurang dari
dua tahun dapat digunakan:8
1.
2.
Singel dose Penisilin G benzatin
2,4juta unit, I.M.
Penisilin G prokain 600 – 900
mg, I.M sehari sekali selama 10
hari. Jenis penisilin G prokain
ada dua penisilin G prokain
dalam akua dan penisilin G
prokain dalam minyak dengan
aluminium,.
Apa bila alergi terhadap penisilin dapat
diberikan:8
1. Tetracyclin
hidrochloride
500mg, oral 3kali sehari selama
15 hari
2. Doxycyciline 100mg, oral 2 kali
sehari selama 15 hari.
3. Erythromycin 500mg, oral 2 kali
sehari selama 15 hari.
4. Ceftriaxone 1g, intramuskular
satu kali sehari selama 10 hari.
Sedangkan untuk Sifilis lanjut atau
Sifilis laten yang lebih dari dua tahun
dapat diberikan:
1. Penisilin G benzathine 2,4juta
unit, I.M sekali perminggu
selama 3 minggu.8
2. Penisilin G prokain 600 – 900
mg, I.M satu kali sehari selama
15 hari. Jenis penisilin G prokain
ada dua penisilin G prokain
dalam akua dan penisilin G
prokain dalam minyak dengan
aluminium, dapat diberikan
salah satunya.8
Apa bila alergi terhadap penisilin dapat
diberikan:
1. Tetracyclin
hidrochloride
500mg, oral 3kali sehari selama
30 hari8
2. Doxycyciline 100mg, oral 2kali
sehari selama 30 hari. 8
Untuk Sifilis kongenital obat yang
didapat diberikan:
1. Penisilin sodium benzyl 100 –
1500 mg, I.M perhari, dimana
dosis diberikan secara bertahap
50 mg 2 kali sehari selama 7 hari
pertama kemudian 3 kali sehari
setelahnya dimana obat ini di
berikan selama 10 hari. 8
2. Penisilin prokain 50 mg, I.M
perhari selama 10 hari8
Follow – up pasien
Setelah terdiagnosis menderita Sifilis
dan diobati, pasien perlu melakukan
evaluasi secara klinis dan juga secara
serologis. Evaluasi serologis dapat
dilakukan menggunakan pemeriksaan
serologis non treponemal karena
pemeriksaan
ini
relatif
murah.
Pemeriksaan ini dilakukan setelah 3
bulan dan dilakukan setiap bulan,
setelah itu evaluasi dilakukan setelah 6
bulan setiap tiga bulan dan terakhir
setelah 12 bulan setiap 6 bulan.1,2
Pengobatan dan penanganan ulang
perlu di lakukan apa bila gejala Sifilis
menetap atau terulang kembali dan apa
bila terdapat peningkatan titer pada
pemeriksaan serologi non troponema.
Pada Sifilis stadium laten perlu terus
dilakukan tidak lanjut secara terus –
menerus dan selama bertahun – tahun.2
Pencegahan
Pencegahan
terhadap
menularnya
penyakit Sifilis dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara salah satunya
dengan cara pemberian memberikan
penyuluhan dan edukasi mengenai
penyakit Sifilis pada seluruh lapisan
masyarakat, agar informasi dapat
diterima secara merata dan di ketahui
oleh masyarakat dengan pendidikan
kurang. Sehingga masyarakat dapat
langsung datang ke puskesmas jika ada
gejala penyakit ini untuk segera
ditindak lanjuti.
Sebenarnya cara yang paling efektif
dalam mencegah Sifilis adalah dengan
pemberian vaksin, namun hingga saat
ini belum dapat dilakukan, karena
belum di temukan vaksin yang dapat
mencegah
infeksi
dari
bakteri
Treponema pallidum.2,3
Karena penyakit ini adalah salah
satu penyakit menular seksual dan dapat
di tularkan dari ibu kepada anaknya,
maka melakukan pencegahan penularan
penyakit ini dari orang yang beresiko
tinggi terjangkit penyakit menular
seksual harus ditingkatkan. Salah satu
caranya dengan penggunaan kondom
saat berhubungan seksual, selain itu
skrining pada ibu hamil juga perlu
dilakukan agar tidak terjadi penularan
vertikal dari ibu kepada anakanya.1,2,3
PROGNOSIS
Dengan adanya penisilin dan berbagai
macam antibiotik lainya prognosis
Sifilis menjadi lebih baik. Sembuh dari
penyakit Sifilis ini berarti sembuh klinis
menyeluruh tanpa adanya pengulangan,
tidak menular kepada orang lain, hasil
pemeriksaan serologi pada darah dan
likuor serebrospinalis selalu negatif. Hal
ini di karenakan tidak bisanya
membunuh semua bakteri Treponema
pallidum di seluruh tubuh.2
Namun jika Sifilis ini tidak
mendapat pengobatan dan terapi dengan
baik dapat terjadi kekambuhan, dan
dapat mengarah kepada stadium yang
lebih lanjut sehingga menimbulkan
banyak gejala klinis lainnya dan makin
merusak jaringan tubuh. Kegagalan
terapi dari penyakit ini jarang dan angka
kesembuhan pada Sifilis stadium dini
yang diobati sangat tinggi.2
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penenilitian ini merupakan studi
restrospektif yang bersifat deskriptif.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakuan di Poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah.
Subjek Penelitian
Sebagai subjek penelitian adalah pasien
penderita Sifilis yang datang berobat ke
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP
Sanglah pada periode 2011 – 2013.
Cara Pengumpulan Data
Data diambil dari buku regristrasi
pasien di poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUP Sanglah pada periode 2011 2013.
Analisis Data
Data dianalisis secara deskriptif dan
ditampilkan dalam bentuk tabel.
Variabel Penelitian
Variabel data penelitian meliputi kasus
Sifilis,
periode,
jenis
kelamin,
kelompok usia, kunjungan pasien
lama/baru.
Definisi Oprasional Variabel Penelitian
1. Diagnosis Sifilis disini berdasarkan
diagnosis yang sudah ditegakan
dokter spesialis kulit dan kelamin
pada poliklinik kulit dan kelamin
RSUP Sanglah.
2. Periode data, periode dari tahun
2011 – 2013 yang tercatat pada
buku registrasi pasien poliklinik
kulit dan kelamin RSUP Sanglah.
3. Jenis
Kelamin
berdasarkan
keterangan laki – laki/perempuan
yang tercatat pada buku registrasi
pasien poliklinik kulit dan kelamin
RSUP Sanglah.
4. Kelompok Usia, Usia pasien yang
tercatat dan dibagi rentang sepuluh
tahun perkelompok usia.
5. Kunjungan
Pasien
lama/baru,
berdasarkan catatan kunjungan
pasien pada RSUP Sanglah
HASIL PENELITIAN
Prevalensi Infeksi Menular Seksual
Tabel 1. Kasus Infeksi Menular Seksual (IMS), yang terdapat ada 300 kasus
Tahun
Kasus (orang)
Kasus (%)
2011
72
19
2012
152
40
2013
155
41
Total kasus
379
100
Tabel 2. Tiga Jenis Penyakit Infeksi Menular Seksual yang paling sering tercatat
Tahun
Jenis IMS
2011
Jumlah
2012
2013
kasus
(orang)
Gonorrhe
24
86
68
178
Sifilis
30
43
53
126
Herpes Genitalis
18
23
34
75
Karakteristik Kunjungan Sifilis
Tabel 3. Distribusi kasus Sifilis pertahun
Tahun
Kasus (orang)
Kasus (%)
2011
30
23,8
2012
43
34,1
2013
53
42,1
Total kasus
126
100
Tabel 4. Prevalensi kasus Sifilis lama/baru pertahun
Tahun
Kasus
2011
2012
2013
Jumlah
Jumlah
kasus
(%)
(orang)
Baru
10
6
15
31
24,6
Lama
20
37
41
95
75,4
Total kasus
30
43
56
126
100
Tabel 5. Prevalensi kasus Sifilis berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin
Kasus (orang)
Kasus (%)
Laki – laki
108
85,7
Perempuan
18
14,3
Total kasus
126
100
Tabel 6. Prevalensi kasus Sifilis berdasarkan rentang umur
Rentang umur (tahun)
Kasus (orang)
Kasus (%)
≤10
2
1,5
11 – 20
11
8,7
21 – 30
58
46,1
31 – 40
48
38,2
>40
7
5,5
Total kasus
126
100
Jenis Siflis
Kasus (orang)
Kasus (%)
Stadium I/Sifilis Primer
56
44,5
Stadium II/Sifilis Sekunder
42
33,4
Laten
26
20,6
Tersier
Tidak ada kasus
0
Kongenital
2
1,5
Total kasus
126
100
Tabel 7. Prevalensi kasus berdasarkan jenis siflis
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian retrospektif yang
dilakukan pada kasus Sifilis di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP
Sanglah pada periode tahun 2011
hingga akhir tahun 2013 terdapat 379
kasus IMS, tahun 2011 tercatat ada 72
kasus (19%), pada tahun 2012 tercatat
ada 152 kasus (40%), dan pada tahun
2013 tercatat ada 155 kasus (41%).
Dimana kasus IMS terbanyak terjadi
pada tahun 2013 sebanyak 155 kasus
dari total 379 kasus yang ada,
sedangkan untuk penyakit Sifilis
tercatat ada ada 126 kasus.
Dimana
pada
tahun
2011
penderita Sifilis ada 30 kasus (23,8%),
Tahun 2012 meningkat menjadi 43
kasus (34,1%) dan tahun 2013 tercatat
53 kasus dengan prevalensi (42,1%).
Masih adanya peningkatan kasus setiap
tahunnya maka diperlukan usaha dan
kerjasama dari instansi – instansi
kesehatan terkait dan juga masyarakat.
Contohnya
dengan
memberikan
penyuluhan dan edukasi mengenai
penyakit Sifilis pada seluruh lapisan
masyarakat, agar informasi dapat
diterima secara merata dan di ketahui
oleh masyarakat dengan pendidikan
kurang. Sehingga masyarakat dapat
langsung datang ke puskesmas jika ada
gejala penyakit ini untuk segera
ditindak lanjuti. Selain itu melakukan
pencegahan penularan Sifilis dan
kabuhnya penyakit ini, sehingga
menurunnya jumlah kasus baru dan juga
kasus lama.
Jika ditinjau dari kasus Sifilis
berdasarkan
kunjungan
penderita
baru/lama, lebih banyak kasus lama
yaitu 95 kasus (75,3%) sedangkan kasus
baru tercatat 31 kasus (24,7%). Ini
berarti banyak terulangnya kembali dari
penyakit ini, dibandingkan dengan
penularan penyakitnya. Diharapkan
dalam penangan penyakit ini dapat
ditangani dengan baik dan hingga tuntas
sehingga tidak banyak terulang kembali
penyakit Sifilis ini. Penyuluhan dan
edukasi mengenai penyakit Sifilis ini
juga perlu dilakukan.
Berdasarkan jenis kelamin, laki –
laki yang menderita siflis berjumlah 108
kasus (85,7%) dan pada perempuan 18
kasus (14,3%) dari total 98 kasus Sifilis
yang tercatat di RSUP Sanglah periode
tahun 2011 – 2013. Jadi jumlah kasus
laki-laki yang menderita Sifilis lebih
banyak
dibandingkan
dengan
perempuan. Ini mungkin dikarenakan
laki -laki mobilitasnya lebih besar
dibandingkan
dengan
perempuan
sehingga
kemungkinan
untuk
melakukan hal – hal yang bisa
menyebabkan tertularnya penyakit
Sifilis lebih sering, dan juga selain
mobilitas gejala klinis penyakit Sifilis
pada laki – laki lebih terlihat dan lebih
mengganggu dibandingkan dengan
gejala klinis pada perempuan sehingga
lebih banyak laki – laki yang
memeriksakan dirinya ke dokter.
Sehingga data yang tercatat di poliklinik
kulit dan kelamin RSUP Sanglah lebih
banyak tercatat laki – laki dibandingkan
perempuan. Jika dibandingkan dengan
penelitian – penelitian lainnya dan dari
buku referensi menunjukkan hasil yang
sama, dengan perbandingan kasus laki –
laki dan perempuan hampir 3:1 sampai
4:1.
Perbandingan kasus Sifilis berdasarkan
usia, rentang umur Sifilis terbanyak
adalah penderita dengan kelompok usia
21 – 30 tahun, yakni sebanyak 58 kasus
dengan prevalensi 46,1%. Pada anakanak dengan kelompok umur 40 tahun terjadi 7 kasus (5,5%).
Berdasarkan data yang telah dianalisis
menyatakan bahwa kasus Sifilis lebih
banyak terjadi pada usia dewasa muda
dengan kelompok umur 21 – 30 tahun
dibandingkan dengan kelompok umur
anak-anak,
remaja,
dewasa
dan
kelompok umur tua. Pada umumnya
kelompok umur dewasa muda atau
kelompok umur antara 21 – 30 adalah
masa dimana ego masih tinggi,
mobilitas sosial juga tinggi, dan lebih
banyak berinteraksi dengan masyarakat
dan lingkungan luar. Sedangkan pada
kelompok umur anak-anak biasanya
ditularkan secara vertikal dari ibu yang
terinfeksi penyakit ini, untuk kelompok
umur >40 tahun atau lansia masih ada
beberapa yang juga terinfeksi penyakit
ini yang mungkin desebabkan oleh
karena fase laten atau mungkin juga
karena
kurangnya
kemampuan
sosialekonomi sehingga tidak mengerti
atau tidak bisa mengobati penyakit ini
dan dibiarkan saja.
Penatalaksaan
Sifilis
pada
umumnya, menggunakan penisilin dosis
tinggi.
Pencegahan
terhadap
menularnya penyakit Sifilis dapat kita
lakukan dengan berbagai cara. Ini
dilakukan agar tidak adanya lagi tercatat
kasus baru dan agar kasus yang sama
tidak terulang kembali serta dapat
menurunkan jumlah kasus Sifilis di
masyarakat.
PENUTUP
Natahusada, E.C, Djuanda, A. Sifilis,
Ilmu Penyakit Kuit dan Kelamin,
Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah S.,
edisi ke – 3, Jakarta Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia,2013., halaman 391 – 411.
Kesimpulan
Sifilis adalah penyakit infeksi sistemik
yang disebabkan oleh Treponema
palladum
(ssp.
pallidum),
jenis
Microaerophilic Spirochete. Sifilis
terdiri dari beberapa stadium yaitu
Sifilis stadium I (Sifilis primer), Sifilis
stadium II (Sifilis sekunder), Sifilis
laten, dan Sifilis tersier/Sifilis lanjut dan
penyakit ini dapat menyerang hampir
seluruh bagian dan organ dalam tubuh
pada fase lanjut.
Sifilis dari tahun ketahun masih
mengalami peningkatan jumlah kasus,
dimana kasus lama banyak terulang
kembali. Banyaknya kasus pada laki –
laki
yang
menderita
Sifilis
dibandingkan
dengan
perempuan,
dimana perbandingannya mencapai 3:1.
Kasus Sifilis ini sendiri cenderung lebih
banyak terjadi pada kelompok usia
dewasa muda antara 20 - 40 tahun dan
rata – rata pada usia 30 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Miguel R. Sanchez, Section 32,
Sexually Transmitted Diseases, Chapter
200,
Sifilis,
in
Fitzpatrick’s,
Dermatologi in General Medicine,
Sexually Transmitted Diseases, Klaus
Wolff, MD, FRCP., Lowell A.
Goldsmith, MD., Stephen I. Katz, MD,
PhD., Barbara A. Gilchrest, MD., David
J. Leffell, MD.
George R. Kinghorn, Available:
http://studfier.com/docs/books/Biology/
Microbio/Cohen%20IDs/Cohen%20IDs
%20075.pdf (Accessed: 2013, February
2).
Sri
Julyani,
Jurnal
Kesehatan
Masyarakat, ISSN.1979-2287, vol.02
No.03, tahun 2009., Aspek Imunologis
Penyakit Sifilis., Bagian Patologi Klinik
Fakultas
KedokteranUniversitas
Indonesia.
Available:
http://journal.umi.ac.id/pdfs/Aspek_Imu
nologis_Penyakit_Sifilis.pdf (Accessed:
2013, January 30).
Departemen Kesehatan Dan Pelayanan
Manusia, United States, Sexually
Transmitted Disease Surveillance 2009,
Available:
http://www.cdc.gov/std/stats09/surv200
9-Complete.pdf
january 30)
(accessed:
2013,
Marco De Santis., Carmen De Luca.,
Ilenia Mappa., Terryann Spagnuolo.,
Angelo Licameli., Gianluca Straface.,
and Giovanni Scambia., Syphilis
Infection During Pregnancy: Fetal Risks
and Clinical Management., Available:
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PM
C3398589/pdf/IDOG2012-430585.pdf
(Accessed: 2013, January 30).
P C Schober., G Grabriel., P White., W
F Felton., and R N Thin., in: “How
Infectious is Syphilis?”., available:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articl
es/PMC1046186/pdf/brjvendis000100001.pdf (Accessed: 2013, January 30).
Chairman., Keith Radcliffe., Imtyaz
Ahmed-Jushuf., David Daniels., Mark
Fitz Gerald., Neil Lazaro., Gill
Mccarthy., Guy Rooney., Guideline
Pada Management Sifilis 2008, United
Kingdom.,
available:
www.bashh.org/documents/1771
(Accessed: 2013, January 30).
James B. Lucas and Eleanor V Price.,
co-operative evaluation of treatment for
early
syphilis.,
available:
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PM
C1047895/pdf/brjvendis00102-0018.pdf
(Accessed: 2013, January 30)
Karakteristik Kunjungan Penderita Sifilis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP
Sanglah Denpasar Periode 2011 – 2013
G. Yoga Tohjiwa, IGK Darmada, Luh Made Mas Rusyati
ABSTRAK
Latar belakang : infeksi Sifilis masih merupakan masalah kesehatan di dunia,
walaupun kasus Sifilis sudah mulai menurun hampir 89,7% pada tahun 2000. Namun
kasus Sifilis masih tetap terjadi dan banyak menimbulkan masalah. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui prevalensi kunjungan penderita Sifilis di poliklinik kulit
dan kelamin RSUP Sanglah Denpasar periode 2011 – 2013. Manfaat penelitian ini
adalah agar dapat memberi informasi mengenai prevalensi kunjungan penderita Sifilis
di poliklinik kulit dan kelamin RSUP Sanglah Denpasar periode 2011 – 2013 sehingga
diharapkan dapat dijadikan dasar untuk melakukan tindakan preventif agar penularan
penyakit bisa ditekan.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan study retrospektif yang bersifat
deskriptif. Bahan penelitian retrospektif diambil dari data kasus Sifilis yang ada di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah Denpasar tahun 2011 – 2013. Data yang
dievaluasi berdasarkan jenis Sifilis, jenis kelamin, umur, dan merupakan kasus lama
atau baru.
Hasil data dan simpulan : Hasil penelitian retrospektif menunjukan kunjungan Sifilis
periode 2011 – 2013 di RSUP Sanglah Denpasar, didapatkan bahwa jumlah penderita
Sifilis secara keseluruhan adalah 98 orang. Prevalensi kunjungan penderita tahun 2012
paling tinggi sebanyak 43 kasus. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, kasus terjadi
lebih banyak pada laki – laki dibandingkan dengan perempuan, perbandingan kasus
Sifilis berdasarkan kelompok umur, kasus Sifilis terbanyak adalah kelompok umur 21 –
30 tahun, yaitu sebanyak 46 kasus (46,9%) yang tergolong usia dewasa muda.
Kata Kunci
: Sifilis, RSUP Sanglah, Periode 2011 – 2013
Characteristic Syphilis Cases at Dermatology Policlinic RSUP Sanglah Denpasar
Period 2011 – 2013
G. Yoga Tohjiwa, IGK Darmada, Luh Made Mas Rusyati
ABSTRACT
Background : Syphilis infection is still the world's health problems, although cases of
syphilis have started declining almost 89,7% in 2000. However, cases of syphilis is still
going on and make a lot of problems research objectives is to find out the prevalence of
syphilis case visit in skin and venereal clinic was Sanglah Denpasar period 2011 – 2013.
The benefits of this research is to be able to give information regarding the prevalence
of syphilis sufferers visit in skin and venereal clinic was Sanglah Denpasar period 2011
– 2013 so expect can be relied upon to conduct preventive action so that the
transmission of the disease can be pressed.
Method : the study design was retrospective descript study. The subject of this
retrospective study has taken from case of syphilis in Policlinic Dermatology RSUP
Sanglah Denpasar on periode 2011 – 2013. The evaluation is syphilis based on
distibution of sex, age, and cases status (old/new)
Results and conclusion : in period 2011 – 2013 at Policlinic Dermatology RSUP
Sanglah Denpasar is 98 cases syphilis. The cases in male is more than in female cases
and based on range of age, patient who 21 – 30 years old is 46 cases (46,9%) it’s in
young adults.
Keywords
: Syphilis, RSUP Sanglah, Period 2011 – 2013
PENDAHULUAN
Sifilis adalah penyakit infeksi sistemik
yang disebabkan oleh Treponema
pallidum (ssp. Pallidum). Dalam
perjalanannya penyakit ini dapat
menyerang hampir seluruh alat tubuh,
dan dapat menyerupai banyak penyakit.
Secara umum Sifilis dibagi menjadi dua
stadium stadium dini dan stadium
lanjut. Yaitu masa inklubasi stadium
dini kurang dari dua tahun dan stadium
lanjut lebih dari dua tahun.
Gejala klinis dari masing –
masing stadium Sifilis berbeda – beda,
yang paling umum terjadi adanya papul,
pustul, ulkus pada alat kelamin, mulut,
kulit, atau rektum. Kelainan lain yang
dapat terjadi yaitu kelainan pada saraf,
tulang, kelenjar getah bening, mukosa,
dan rambut.
Sifilis biasanya ditularkan melalui
hubungan seksual dan dapat juga
ditularkan dengan cara lain seperti,
transfusi darah atau secara vertikal dari
ibu kepada anak. Perbandingan jumlah
kasus Sifilis laki – laki dengan
perempuan antara 2:1 sampai 3:1 dan
cenderung menyerang usia produktif
antara 20 - 40 tahun.
Pada tahun 2009, di Amerika
Serikat dilaporkan terjadi kasus Sifilis
sebanyak 44.828 kasus Sifilis stadium
primer dan sekunder. Angka insiden
tertinggi ditemukan pada kisaran umur
20 – 40 dimana pada perempuan umur
20 – 24 dan pada laki – kaki umur 35 –
39 tahun. sedangkan di Indonesia tidak
didapat angka yang pasti namun
diperkirakan angka prevalensinya pada
tahun 2004 sebesar 0,0026%
Untuk di Bali sendiri, jumlah
kasus Sifilis dari data yang didapat di
poliklinik kulit dan kelamin RSUP
Sanglah Denpasar, tercatat adanya total
kasus yang dalam periode 3 tahun
terakhir sebanyak 61 kasus. Sedangkan
kasus yang terjadi di masyakat tidak
diketahui dengan pasti, dan di
perkirakan lebih banyak dari kasus yang
tercatat di RSUP Sanglah.
Gambaran Umum Sifilis
Sifilis adalah penyakit infeksi sistemik
yang disebabkan oleh Treponema
pallidum (ssp. Pallidum). Ditularkan
melalui hubungan seksual dan juga
dapat ditularkan secara vertikal dari ibu
kepada janin. Dalam perjalanannya
dapat menyerang hampir seluruh alat
tubuh, dan dapat menyerupai banyak
penyakit. Sifilis dibagi menjadi 2
stadium stadium dini dan stadium
lanjut.1,2,3
Epidemiologi
Asal penyakit ini tidak jelas. Pada abad
ke – 15 terjadi wabah di eropa dan
sesudah tahun 1860 morbiditas Sifilis di
Eropa menurun drastis karena terjadinya
perbaikan ekonomi masyarakat disana.
Selama perang dunia kedua insidennya
meningkat dan mencapai puncaknya
pada tahun 1946, setelah penemuan
penisilin oleh Alexander Fleming dan
mulai di resepkannya penisilin tahun
1930 penyakit Sifilis menurun drastis.
1,2,3
Pada tahun 2009, di Amerika
Serikat dilaporkan terjadi kasus Sifilis
sebanyak
44.828.
Terdapat
ada
peningkatan kasus Sifilis stadium I dan
II/Sifilis primer dan sekunder sebanyak
3,7% dari tahun 2008 – 2009. Tahun
2008 terjadi 13.500 kasus dan pada
kasus 2009 13.997. Angka insiden
tertinggi ditemukan pada kisaran umur
20 – 40 dimana pada perempuan umur
20 – 24 dan pada laki – kaki umur 35 –
39 tahun. sedang kan angka insiden di
Indonsia pada tahun 2004 diperkirakan
0,026%. 2,4,5
Etiologi
Penyakit ini sudah ada sejak abad ke –
15 namun penyebabnya baru ditemukan
kira – kira pada tahun 1905 oleh
Schaudin dan Hoffman. Bakteri
Treponema palladum ini termasuk
dalam kingdom eubacteria, filum
spirochaetes, kelas spirochaetaes, ordo
spirochaetales, familia Treponemate,
dan genus Treponema. 1,2
Sifilis
disebabkan
oleh
Treponema pallidum (ssp. Pallidum),
bakteri ini merupakan bakteri gram
negatif
dan
prokariotik
yang
mempunyai flagel, berbentuk spiral
seperti ulir skrup. Memiliki lebar kira –
kira 0,10µm – 0,18µm dan panjang 6µm
– 15µm. Spiralnya melingkar bertaruran
dengan jarak kira – kira 1µm dengan
yang lainnyadan terdiri 6 – 14
gulungan. 1
Bakteri
treponema
pallidum
sangat sensitif terhadap perubahan suhu
dan cahaya, bakteri ini umumnya dapat
hidup di mukosa genitalia, mulut, dan
rektum yang lembab. Karena hal itu lah
penyakit ini sangat susah menular
kecuali adanya kontak langsung dengan
penderita Sifilis. Sifilis sangat mudah di
tularkan melalui hubungan seksual yang
tidak aman, transfusi darah, alat suntik
dan penularan vertikal dari ibu kepada
anak yang di kandung. 1,2,3
Patogenesis
Setelah bakteri masuk kedalam tubuh
melalui mikro lesi ataupun selaput
lendir.
Setelah
mengeksposure
permukaan
epitel,
bakteri
akan
berpenetrasi dan menyerang lapisan sel
endotel, yang merupakan tahap penting
dalam virulensi treponema. Bakteri
kemudian
akan
hidup
dan
berkembangbiak pada pembuluh –
pembuluh darah kecil dan di kelenjar
getah bening. Jaraingan yang terinfeksi
bakteri
akan
bereaksi
dengan
membentuk infiltrat yang terdiri dari sel
T limfosit, sel makrofag dan sel plasma.
Aktifitas
dari
makrofag
akan
merangsang pelepasan Interlleukin 2
(IL2) interferon gamma (IFNγ),
interferon 10 (IL10), dan interferon
12(IL12).1
Enarteritis dari pembuluh –
pembuluh
darah
darah
kecil
menyebabkan peruahan hipertrofik
endotelium
yang
menimbulkan
obliterasi lumen (enarteritis obliterans).
Karena hilangnya aliran darah ke
jaringan akan menyebabkan terjadinya
erosi (gambaran klinis Sifilis I/Sifilis
primer). Sebelum erosi terlihat, bakteri
Treponema pallidum telah mencapai
kelenjar getah bening regional secara
limfogen dan berkembangbiak. Pada
saat itu terjadi pula hematogen dan
menyebar ke semua jaringan tubuh.1.2
Erosi akan sembuh perlahan –
lahan karena kuman di tempat tersebut
jumblahnya berkurang, kemudian akan
terbentuk fibroblas – fibroblas dan pada
akhirnya
akan
sembuh
menjadi
sikartiks. Setelah masa penyembuhan
erosi Sifilis masuk stadium laten yang
tidak di sertai gejala, meskipun masih
tetap terinfeksi. Pada saat inilah
biasanya terjadi penularan karena pasien
sudah merasa sembuh dan juga bisa
terjadi penularan dari ibu kepada
anak.1,2,3
Terkadang sistem imun gagal
mengontrol infeksi sehingga bakteri
Treponema pallidum membiak lagi pada
tempat
erosi
yang
sama
dan
menimbulkan lesi berulang atau dapat
menyebar
melalui
jaringan
dan
menyebabkan lesi rekuren (Sifilis
II/Sifilis sekunder). Lesi yang berulang
tersebut akan terus hilang timbul, tetapi
umumnya tidak lebih dari dua tahun.1,2
Klasifikasi Dan Gambaran Klinis
Klasifikasi Sifilis dibagi menjadi Sifilis
kongenital dan Sifilis akuisita (didapat).
Sifilis kongenital dibagi menjadi Sifilis
dini (sebelum dua tahun), Sifilis lanjut
(lebih dari dua tahun) dan stigmata.
Sedangkan Sifilis akuisita dibagi
menjadi dua, secara klinis dan
epidemiologi. Secara klinis dibagi
menjadi tiga Sifilis stadium I/Sifilis
primer, Sifilis stadium II/Sifilis
sekunder dan stadium III/Sifilis tersier.
Secara epidemiologi menurut WHO
Sifilis dibagi menjadi dua Sifilis
stadium dini menular dan Sifilis
stadium lanjut tidak menular.1,2
Jenis klasifikasi yang umum
digunakan yaitu Sifilis stadium I/Sifilis
primer, Sifilis stadium II/Sifilis
sekunder, Sifilis lanjut/laten, dan Sifilis
stadium III/Sifilis tersier.
Sifilis Dini
Sifilis Stadium I/Sifilis Primer
Terjadi dua sampai empat minggu
setelah infeksi bakteri Treponema
pallidum. Kelainan kulit dimulai
sebagai makula letikular, kecil indolen
dan kemerahan yang akan segera
menjadi erosi, kemudian akan menjadi
ulkus. Ulkus ini biasanya bulat atau
oval, soliter, dengan tepi teratur dan
berbatas tegas, dasarnya bersih dengan
jaringan granulasi berwarna merah.
Dindingnya tidak bergaung, kulit
disekitar ulkus tidak menunjukan tanda
radang akut dan di sekitar ulkus akan
teraba indurasi dan indolen karena itu
ulkus ini disebut ulkus durum salah satu
ciri khas dari penyakit Sifilis.2,3
Afek primer ini akan sembuh
dengan sendirinya antara tida sampai
sepuluh minggu. Kemudian seminggu
setelah itu terdapat pembesaran kelenjar
getah bening regional di inguinalis
medialis yang soliter, indolen, tidak
lunak, besarnya biasanya letikuler, tidak
supuratif dan tidak terdapat periadenitis.
Secara keseluruhan hal itu di sebut
kompleks primer.2
Sifilis Stadium II/Sifilis Sekunder
Timbul setelah enam sampai delapan
minggu setelah Sifilis I/Sifilis primer.
Lama stadium II biasanya sampai
sembilan bulan, gejalanya tidak berat
hanya gejala – gejala prodomoal saja
seperti anoreksia, berat badan menurun,
malaise, sakit kepala, demam yang tidak
tinggi, dan nyeri otot, sendi dan tulang.
Kelainan kulit yang tibul dapat
menyerupai berbagai penyakit kulit
sehingga disebut the great imitator.
Selain terjadinya kelainan pada kulit
stadium II/Sifilis sekunder dapat juga
menyebabkan kelainan pada mukosa,
rambut, kuku, kelenjar getah bening,
mata, hepar, tulang dan saraf.2
Karena menyerupai berbagai
penyakit kulit gejala kelainan kulit pada
Sifilis stadium II ada beberapa
Sanglah Denpasar Periode 2011 – 2013
G. Yoga Tohjiwa, IGK Darmada, Luh Made Mas Rusyati
ABSTRAK
Latar belakang : infeksi Sifilis masih merupakan masalah kesehatan di dunia,
walaupun kasus Sifilis sudah mulai menurun hampir 89,7% pada tahun 2000. Namun
kasus Sifilis masih tetap terjadi dan banyak menimbulkan masalah. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui prevalensi kunjungan penderita Sifilis di poliklinik kulit
dan kelamin RSUP Sanglah Denpasar periode 2011 – 2013. Manfaat penelitian ini
adalah agar dapat memberi informasi mengenai prevalensi kunjungan penderita Sifilis
di poliklinik kulit dan kelamin RSUP Sanglah Denpasar periode 2011 – 2013 sehingga
diharapkan dapat dijadikan dasar untuk melakukan tindakan preventif agar penularan
penyakit bisa ditekan.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan study retrospektif yang bersifat
deskriptif. Bahan penelitian retrospektif diambil dari data kasus Sifilis yang ada di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah Denpasar tahun 2011 – 2013. Data yang
dievaluasi berdasarkan jenis Sifilis, jenis kelamin, umur, dan merupakan kasus lama
atau baru.
Hasil data dan simpulan : Hasil penelitian retrospektif menunjukan kunjungan Sifilis
periode 2011 – 2013 di RSUP Sanglah Denpasar, didapatkan bahwa jumlah penderita
Sifilis secara keseluruhan adalah 98 orang. Prevalensi kunjungan penderita tahun 2012
paling tinggi sebanyak 43 kasus. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, kasus terjadi
lebih banyak pada laki – laki dibandingkan dengan perempuan, perbandingan kasus
Sifilis berdasarkan kelompok umur, kasus Sifilis terbanyak adalah kelompok umur 21 –
30 tahun, yaitu sebanyak 46 kasus (46,9%) yang tergolong usia dewasa muda.
Kata Kunci
: Sifilis, RSUP Sanglah, Periode 2011 – 2013
Characteristic Syphilis Cases at Dermatology Policlinic RSUP Sanglah Denpasar
Period 2011 – 2013
G. Yoga Tohjiwa, IGK Darmada, Luh Made Mas Rusyati
ABSTRACT
Background : Syphilis infection is still the world's health problems, although cases of
syphilis have started declining almost 89,7% in 2000. However, cases of syphilis is still
going on and make a lot of problems research objectives is to find out the prevalence of
syphilis case visit in skin and venereal clinic was Sanglah Denpasar period 2011 – 2013.
The benefits of this research is to be able to give information regarding the prevalence
of syphilis sufferers visit in skin and venereal clinic was Sanglah Denpasar period 2011
– 2013 so expect can be relied upon to conduct preventive action so that the
transmission of the disease can be pressed.
Method : the study design was retrospective descript study. The subject of this
retrospective study has taken from case of syphilis in Policlinic Dermatology RSUP
Sanglah Denpasar on periode 2011 – 2013. The evaluation is syphilis based on
distibution of sex, age, and cases status (old/new)
Results and conclusion : in period 2011 – 2013 at Policlinic Dermatology RSUP
Sanglah Denpasar is 98 cases syphilis. The cases in male is more than in female cases
and based on range of age, patient who 21 – 30 years old is 46 cases (46,9%) it’s in
young adults.
Keywords
: Syphilis, RSUP Sanglah, Period 2011 – 2013
PENDAHULUAN
Sifilis adalah penyakit infeksi sistemik
yang disebabkan oleh Treponema
pallidum (ssp. Pallidum). Dalam
perjalanannya penyakit ini dapat
menyerang hampir seluruh alat tubuh,
dan dapat menyerupai banyak penyakit.
Secara umum Sifilis dibagi menjadi dua
stadium stadium dini dan stadium
lanjut. Yaitu masa inklubasi stadium
dini kurang dari dua tahun dan stadium
lanjut lebih dari dua tahun.
Gejala klinis dari masing –
masing stadium Sifilis berbeda – beda,
yang paling umum terjadi adanya papul,
pustul, ulkus pada alat kelamin, mulut,
kulit, atau rektum. Kelainan lain yang
dapat terjadi yaitu kelainan pada saraf,
tulang, kelenjar getah bening, mukosa,
dan rambut.
Sifilis biasanya ditularkan melalui
hubungan seksual dan dapat juga
ditularkan dengan cara lain seperti,
transfusi darah atau secara vertikal dari
ibu kepada anak. Perbandingan jumlah
kasus Sifilis laki – laki dengan
perempuan antara 2:1 sampai 3:1 dan
cenderung menyerang usia produktif
antara 20 - 40 tahun.
Pada tahun 2009, di Amerika
Serikat dilaporkan terjadi kasus Sifilis
sebanyak 44.828 kasus Sifilis stadium
primer dan sekunder. Angka insiden
tertinggi ditemukan pada kisaran umur
20 – 40 dimana pada perempuan umur
20 – 24 dan pada laki – kaki umur 35 –
39 tahun. sedangkan di Indonesia tidak
didapat angka yang pasti namun
diperkirakan angka prevalensinya pada
tahun 2004 sebesar 0,0026%
Untuk di Bali sendiri, jumlah
kasus Sifilis dari data yang didapat di
poliklinik kulit dan kelamin RSUP
Sanglah Denpasar, tercatat adanya total
kasus yang dalam periode 3 tahun
terakhir sebanyak 61 kasus. Sedangkan
kasus yang terjadi di masyakat tidak
diketahui dengan pasti, dan di
perkirakan lebih banyak dari kasus yang
tercatat di RSUP Sanglah.
Gambaran Umum Sifilis
Sifilis adalah penyakit infeksi sistemik
yang disebabkan oleh Treponema
pallidum (ssp. Pallidum). Ditularkan
melalui hubungan seksual dan juga
dapat ditularkan secara vertikal dari ibu
kepada janin. Dalam perjalanannya
dapat menyerang hampir seluruh alat
tubuh, dan dapat menyerupai banyak
penyakit. Sifilis dibagi menjadi 2
stadium stadium dini dan stadium
lanjut.1,2,3
Epidemiologi
Asal penyakit ini tidak jelas. Pada abad
ke – 15 terjadi wabah di eropa dan
sesudah tahun 1860 morbiditas Sifilis di
Eropa menurun drastis karena terjadinya
perbaikan ekonomi masyarakat disana.
Selama perang dunia kedua insidennya
meningkat dan mencapai puncaknya
pada tahun 1946, setelah penemuan
penisilin oleh Alexander Fleming dan
mulai di resepkannya penisilin tahun
1930 penyakit Sifilis menurun drastis.
1,2,3
Pada tahun 2009, di Amerika
Serikat dilaporkan terjadi kasus Sifilis
sebanyak
44.828.
Terdapat
ada
peningkatan kasus Sifilis stadium I dan
II/Sifilis primer dan sekunder sebanyak
3,7% dari tahun 2008 – 2009. Tahun
2008 terjadi 13.500 kasus dan pada
kasus 2009 13.997. Angka insiden
tertinggi ditemukan pada kisaran umur
20 – 40 dimana pada perempuan umur
20 – 24 dan pada laki – kaki umur 35 –
39 tahun. sedang kan angka insiden di
Indonsia pada tahun 2004 diperkirakan
0,026%. 2,4,5
Etiologi
Penyakit ini sudah ada sejak abad ke –
15 namun penyebabnya baru ditemukan
kira – kira pada tahun 1905 oleh
Schaudin dan Hoffman. Bakteri
Treponema palladum ini termasuk
dalam kingdom eubacteria, filum
spirochaetes, kelas spirochaetaes, ordo
spirochaetales, familia Treponemate,
dan genus Treponema. 1,2
Sifilis
disebabkan
oleh
Treponema pallidum (ssp. Pallidum),
bakteri ini merupakan bakteri gram
negatif
dan
prokariotik
yang
mempunyai flagel, berbentuk spiral
seperti ulir skrup. Memiliki lebar kira –
kira 0,10µm – 0,18µm dan panjang 6µm
– 15µm. Spiralnya melingkar bertaruran
dengan jarak kira – kira 1µm dengan
yang lainnyadan terdiri 6 – 14
gulungan. 1
Bakteri
treponema
pallidum
sangat sensitif terhadap perubahan suhu
dan cahaya, bakteri ini umumnya dapat
hidup di mukosa genitalia, mulut, dan
rektum yang lembab. Karena hal itu lah
penyakit ini sangat susah menular
kecuali adanya kontak langsung dengan
penderita Sifilis. Sifilis sangat mudah di
tularkan melalui hubungan seksual yang
tidak aman, transfusi darah, alat suntik
dan penularan vertikal dari ibu kepada
anak yang di kandung. 1,2,3
Patogenesis
Setelah bakteri masuk kedalam tubuh
melalui mikro lesi ataupun selaput
lendir.
Setelah
mengeksposure
permukaan
epitel,
bakteri
akan
berpenetrasi dan menyerang lapisan sel
endotel, yang merupakan tahap penting
dalam virulensi treponema. Bakteri
kemudian
akan
hidup
dan
berkembangbiak pada pembuluh –
pembuluh darah kecil dan di kelenjar
getah bening. Jaraingan yang terinfeksi
bakteri
akan
bereaksi
dengan
membentuk infiltrat yang terdiri dari sel
T limfosit, sel makrofag dan sel plasma.
Aktifitas
dari
makrofag
akan
merangsang pelepasan Interlleukin 2
(IL2) interferon gamma (IFNγ),
interferon 10 (IL10), dan interferon
12(IL12).1
Enarteritis dari pembuluh –
pembuluh
darah
darah
kecil
menyebabkan peruahan hipertrofik
endotelium
yang
menimbulkan
obliterasi lumen (enarteritis obliterans).
Karena hilangnya aliran darah ke
jaringan akan menyebabkan terjadinya
erosi (gambaran klinis Sifilis I/Sifilis
primer). Sebelum erosi terlihat, bakteri
Treponema pallidum telah mencapai
kelenjar getah bening regional secara
limfogen dan berkembangbiak. Pada
saat itu terjadi pula hematogen dan
menyebar ke semua jaringan tubuh.1.2
Erosi akan sembuh perlahan –
lahan karena kuman di tempat tersebut
jumblahnya berkurang, kemudian akan
terbentuk fibroblas – fibroblas dan pada
akhirnya
akan
sembuh
menjadi
sikartiks. Setelah masa penyembuhan
erosi Sifilis masuk stadium laten yang
tidak di sertai gejala, meskipun masih
tetap terinfeksi. Pada saat inilah
biasanya terjadi penularan karena pasien
sudah merasa sembuh dan juga bisa
terjadi penularan dari ibu kepada
anak.1,2,3
Terkadang sistem imun gagal
mengontrol infeksi sehingga bakteri
Treponema pallidum membiak lagi pada
tempat
erosi
yang
sama
dan
menimbulkan lesi berulang atau dapat
menyebar
melalui
jaringan
dan
menyebabkan lesi rekuren (Sifilis
II/Sifilis sekunder). Lesi yang berulang
tersebut akan terus hilang timbul, tetapi
umumnya tidak lebih dari dua tahun.1,2
Klasifikasi Dan Gambaran Klinis
Klasifikasi Sifilis dibagi menjadi Sifilis
kongenital dan Sifilis akuisita (didapat).
Sifilis kongenital dibagi menjadi Sifilis
dini (sebelum dua tahun), Sifilis lanjut
(lebih dari dua tahun) dan stigmata.
Sedangkan Sifilis akuisita dibagi
menjadi dua, secara klinis dan
epidemiologi. Secara klinis dibagi
menjadi tiga Sifilis stadium I/Sifilis
primer, Sifilis stadium II/Sifilis
sekunder dan stadium III/Sifilis tersier.
Secara epidemiologi menurut WHO
Sifilis dibagi menjadi dua Sifilis
stadium dini menular dan Sifilis
stadium lanjut tidak menular.1,2
Jenis klasifikasi yang umum
digunakan yaitu Sifilis stadium I/Sifilis
primer, Sifilis stadium II/Sifilis
sekunder, Sifilis lanjut/laten, dan Sifilis
stadium III/Sifilis tersier.
Sifilis Dini
Sifilis Stadium I/Sifilis Primer
Terjadi dua sampai empat minggu
setelah infeksi bakteri Treponema
pallidum. Kelainan kulit dimulai
sebagai makula letikular, kecil indolen
dan kemerahan yang akan segera
menjadi erosi, kemudian akan menjadi
ulkus. Ulkus ini biasanya bulat atau
oval, soliter, dengan tepi teratur dan
berbatas tegas, dasarnya bersih dengan
jaringan granulasi berwarna merah.
Dindingnya tidak bergaung, kulit
disekitar ulkus tidak menunjukan tanda
radang akut dan di sekitar ulkus akan
teraba indurasi dan indolen karena itu
ulkus ini disebut ulkus durum salah satu
ciri khas dari penyakit Sifilis.2,3
Afek primer ini akan sembuh
dengan sendirinya antara tida sampai
sepuluh minggu. Kemudian seminggu
setelah itu terdapat pembesaran kelenjar
getah bening regional di inguinalis
medialis yang soliter, indolen, tidak
lunak, besarnya biasanya letikuler, tidak
supuratif dan tidak terdapat periadenitis.
Secara keseluruhan hal itu di sebut
kompleks primer.2
Sifilis Stadium II/Sifilis Sekunder
Timbul setelah enam sampai delapan
minggu setelah Sifilis I/Sifilis primer.
Lama stadium II biasanya sampai
sembilan bulan, gejalanya tidak berat
hanya gejala – gejala prodomoal saja
seperti anoreksia, berat badan menurun,
malaise, sakit kepala, demam yang tidak
tinggi, dan nyeri otot, sendi dan tulang.
Kelainan kulit yang tibul dapat
menyerupai berbagai penyakit kulit
sehingga disebut the great imitator.
Selain terjadinya kelainan pada kulit
stadium II/Sifilis sekunder dapat juga
menyebabkan kelainan pada mukosa,
rambut, kuku, kelenjar getah bening,
mata, hepar, tulang dan saraf.2
Karena menyerupai berbagai
penyakit kulit gejala kelainan kulit pada
Sifilis stadium II ada beberapa yang
berdakannya. Kelainan kulit pada Sifilis
stadium II umumnya tidak gatal, sering
disertai limfadenitis generalisata, dan
pada Sifilis stadium II dini kelainan
kulit kuga terjadi pada telapak tangan
dan kaki.2
Kelainan mukosa pada Sifilis
stadium II biasanya berupa plaque
muqueuses, berupa papul eritematosa,
letikuler, erosi yang irreguler, kebauan
dengan batas kemerahan dan nyeri.
Kelainan mukosa lainya biasanya
terdapat pada mulut dapat mengenai
lidah, bibir, tonsil, dan epiglotis.
Pharyngitis juga dapat terjadi berupa
kemerahan yang difus pada pharyng,
palatum, dan tonsil. Terkadang juga
disertai edema dan erosi. Keluhan yang
timbul biasany suara parau nyeri
tenggoran terutama saat menelan.1,2
Kelainan pada rambut yang
terjadi pada Sifilis stadium II hanya satu
yaitu alopesia. Pada Sifilis stadium II
dini terjadi alopesia yang bersifat difus
dan tidak khas yang disebut alopesia
difusa, sedangkan pada Stadium II
lanjut alopesia beripa kerontokan
rambut berbentuk seperti bercak yang
menyerupai gigitan ngengat yang
disebut alopesia areolaris.1,2
Kelainan dapat juga terjadi pada
kuku yaitu kelainan paronikia, yaitu
radang kronis yang menyebabkan kuku
menjadi rusak dan terkadang lepas, serta
onokia dimana terjadi perubahan warna
kuku menjadi putih, kabur, dan bagian
distal kuku menjadi hiperkeratolitik.2
Kelainan lainnya yang sering
menyertai Sifilis stadium II adalah
pembersaran kelenjar getah bening
superfisisal. Pada mata juga dapat
terjadi uveitis anterior lebih sering
terjadi pada Sifilis stadium rekuren.
Dapat terjadi hepatitis, hepar membesar
dan menyebabkan ektirus ringan tetapi
jarang. Sendi dan tulang jarang
terinfeksi, tetapi kadang – kadang dapat
terbentuk efusi. Kelainan berupa
pembengkakan, tetapi tidak nyeri dan
pergerakan
tidak
terganggu.
Abnormalitas pada cairan intrakranial
dapat menyebabkan gejala berupa sakit
kepala, mual , muntah, odem papli
dapat terjadi bila terdapat kelainan
neurologis.2
Sifilis Laten Dini
Fase laten merupakan fase tanpa gejala,
baik gejala klinis dan kelainan di dalam
tubuh, tetapi infeksi Sifilis masih tetap
aktif.2
Sifilis Lanjut
Sifilis Laten Lanjut
Sama seperti Sifilis laten dini, Sifilis
laten lanjut tanpa gejala. Hanya
beberapa bekas gejala pada Sifilis
stadium sebelumnya seperti bekas
sikatriks pada stadium I, leukoderma
pada leher bekas Sifilis stadium II dan
terkadang terdapat pula banyak kulit
hipotrofi letikuler bekas papul – papul
pada Sifilis stadium II. Lama masa laten
Sifilis laten lanjut ini bisa dari beberapa
tahun hingga bertahun – tahun, bahkan
bisa seumur hidup. 1,2
Sifilis Stadium III/Sifilis Tersier
Gejala pada Sifilis stadium III biasanya
muncul pada tida sampai sepuluh tahun
setelah Sifilis stadium I. Kelainan yang
khas pada Sifilis stadium III ini adanya
guma. Guma yakni infiltrat sirkumrip
kronis, lunak dan destruktif. Besarnya
guma bervariasai dari letikuler sampai
sebesar telur ayam, kulit diatasnya mula
– mulat tidak menunjukan adanya tanda
– tanda radang akut dan dapat di
gerakan. 1,2
Setelah beberapa bulan guma ini
akan mulai melunak dan baru mulai
menunjukan tanda – tanda radang, kulit
menjadi eritematosa kemudian akan
terjadi perforasi dan keluarlah carian
seropurulen, terkadang dapat juga
sanguinolen disertai jaringan nekrotik
kemudian menjadi ulkus. Tanpa
pengobatan guma tersebut akan
bertahan beberapa bulan hingga
beberapa tahun, biasanya guma solitar,
tetapi dapat juga mulipel, umumnya
asimetris.2
Selain guma kelainan yang lain
pada Sifilis stadium III adalah nodus,
dalam perkembangannya nodus mirip
seperti guma. Nodus mengalami
nekrosis dan membentuk ulkus tetapi
dapat pula tanpa nekrosis dan menjadi
sklerotik. Perbedaan nodus dengan
Kelainan mukosa pada Sifilis
Sifilis III biasanya berupa guma, yang
biasanya pada mulut dan tenggorokan,
bersifat destruktif bisa sudah menjadi
ulkus. Pada lidah yang tersering ialah
guma dengan fisure tidak teratur,
leukoplakia dan nyeri.2
bergerombol, simetris pada telapak
tangan dan kaki namun terkadang
terdapat juga bula di tempat lain. Cairan
yang terdapat dalam bula banyak sekali
mengandung
bakteri
Treponema
pallidum
ini
disebut
pemfigus
sifilitika,bayi yang terinfeksi akan
tampak sakit secara umum dilihat pada
saat lahir, seperti berat badan lahir
rendah, adanya anemia, jaundice,
repiratory distress, dan rinitis.1,2
Kelainan lainnya yang sering
menyertai Sifilis stadium III adalah
guma pada hepar, hepar lobatum, guma
yang terdapat pada hepar bersifat
multiple hingga hepar mengalami
retraksi, membentuk lobus – lobus tidak
teratur. Selain itu guma dapat
menyerang esofagus, paru – paru,
lambung, ginjal, ovarium dan testis
namun kasusnya jarang. Pada sistem
muskuloskeletal guma paling sering
menyerang tibia, tengkorak, bahu,
femur, dan humerus. Dimana terdapat
dua bentuk guma yaitu periostiti
gumatosa dan osteitis gumatosa.1,2
Gambaran klinis lainnya akan
tampak setelah bayi berumur beberapa
minggu antara minggu kedua dan
ketiga, dimana mirip seperti erupsi pada
Sifilis stadium II. Umumnya berbentuk
papul yang simetris, anular, dan pada
tempat yang lembab akan mengalami
erosi. Kelainan lainya mirip seperti
Sifilis stadium II dimana pada mukosa
mulut terdapat plaques muqueuses,
hepar dan lien membesar, nyeri tulang
karena osteokondritis, kelainan pada
saraf yakni neuroSifilis aktif dimana
mengakibatkan perkembangan otak
terhenti.2
Sifilis Kongenital
Sedangkan pada Sifilis kongenital
stadium lanjut, gejala klinis yang
ditemukan mirip seperti pada Sifilis
stadium III dimana terjadinya guma.
Guma dapat menyerang kulit, mukosa,
tulang dan organ – organ tubuh lainnya.
Namun yang khas pada Sifilis
kongenital stadium lanjut guma tersebut
terdapat pada hidung dan mulut, dapat
menjadi kolaps dengan demormitas.
Guma pada bagian lainnya juga sering
terjadi seperti pada palatum mole dan
durum
sehingga
menyebabkan
terjadinya perforasi palatum.2
guma, nodus lebih superficial, kecil,
banyak, bergerombol, warnanya merah
kecoklatan.2
Sifilis kongenital adalah seifilis yang
terjadi pada bayi, dimana ditularkan
oleh ibu yang sedang terinfeksi Sifilis.
Biasanya ibu yang mengandung
terinfeksi Sifilis stadium dini karena
pada saat tersebut bakteri Treponema
pallidum banyak dalam darah. Bakteri
tersebut menginfeksi janin yang di
kandung melalui darah masuk melalui
plasenta.1,2
Untuk
gambaran
klinisnya
Sifilis kongenital dibagi menjadi Sifilis
kongenital stadium dini (prekoks),
Sifilis kongenital stadium lanjut, dan
stigmata. Dimana batas antara fase
Sifilis stadium dini yakni dua tahun
pertama dan fase Sifilis kongenital
stadium lanjut setelah dua tahun. Pada
Sifilis kongenital dini kelainan kulit
yang pertama kali terlihat adanya bula
Untuk gambaran klinis lainya,
pada Sifilis kongenital stadium lanjut
juga mirip seperti Sifilis stadium III
dimana pada tulang dapat terjadi
osteoperostitis pada tengkorak dan tibia,
selain itu pada kedua sendi lutut dapat
terjadi pembengkakan, nyeri disertai
efusi, keratitis interstisial merupaka
gejala yang paling umum yang dapat
menyebabkan kebutaan selain itu
kelainan pada saraf pada Sifilis
kongenital stadium lanjut berbentuk
paralisis generalisata.2
DIAGNOSIS
Diagnosis Sifilis sama seperti penyakit
lain pada umumnya ditegakan dengan
melakukan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan
penunjang
sebagai
pembantu diangnosis Sifilis yaitu
1. Pemeriksaan bakteri Treponema
pallidum
menggunakan
mikroskop lapangan gelap
2. Pemeriksaan Serologis
3. Pemeriksaan Histopatologi Dan
Pemeriksaan Imunologi
4. Pemeriksaan Rongent
Pemeriksaan
Menggunakan
Mikroskop Lapangan Gelap
Pemeriksaan ini mengambil sampel
dari serum lesi kulit dan dilihat
bentuk dan pergerakannya dengan
mikroskop lapangan gelap. Bakteri
Treponema pallidum terlihat sebagai
organisme berwarna putih, berbentuk
spiral seperti ulir skrup. Memiliki
lebar kira – kira 0,10µm – 0,18µm
dan panjang 6µm – 15µm. Spiralnya
melingkar bertaruran dengan jarak
kira – kira 1µm dengan yang
lainnyadan terdiri 6 – 14 gulungan.
Pergerakannya berputar dan secara
perlahan – lahan melintasi lapang
pandang.1,2,3
Pemeriksaan
ini
biasanya
digunakan
untuk
mendiagnosis
Sifilis stadium I dan II, dimana
pemeriksaannya cukup mudah dan
cukup valid untuk membukatikan
adanya bakteri Treponema pallidum
sebagai penyebab lesi. Pemeriksaan
dilakukan selama 3 hari berturut –
turut, dengan mengambilan sampel
serum pada lesi, awalnya lesi yang
akan di ambil serumnya dibersihkan
terlebih dahulu, kemudian lesi di
tekan hingga cairan serum keluar dan
di tampung pada gelas alas sebelum
dibuat menjadi preparat. Apabila lesi
pada kulit sudah kering dan mulai
sembuh, toreh bekas lesi tersebut
dengan pisau bedah. Hentikan
pendarahan kemudian keringkan
setelah kering baru dapat dilakukan
pengambilan sampel.
Hasil dari pemeriksaan negatif
apa bila jumlah dari bakteri
Treponema pallidum pada sampel
kurang. Pemeriksaan menggunakan
mikroskop
lapangan
gelap
keakuratannya
tergantung
dari
pengalaman petugas, jumlah bakteri
Treponema pallidum dan non
Treponema pallidum pada lesi yang
dijadikan sampel.
Pemeriksaan Serologis
Pemeriksaan serologi untuk
infeksi Sifilis (STS) dibagi menjadi
dua yaitu:
1. Non Treponemal (reagin)
2. Treponemal
Pemerikasaan ini sangat penting
untuk membantu diagnosis bagi
orang yang terinfeksi Sifilis.
pemeriksaan ini melihat adanya
antibodi terhadap bakteri treponema
pallidum.2
Pemeriksaan
serologis
non
treponemal adalah salah satu
pemeriksaan
yang
banyak
dipergunakan untuk skrining karena
pemeriksaan ini relatif murah. Pada
pemeriksaan ini antigen yang
digunakan tidak spesifik, dimana
antigen yang digunakan adalah lipid
yang diekstrak dari jaringan mamalia
yang normal. Sedangkan reaginnya
adalah campuran dari antibodi
Imunoglobulin M (IgM) dan
Imunoglobulin A (IgA) yang terdapat
pada serum lesi yang dipakai
menjadi sampel.1,2,3
Ada beberapa jenis pemeriksaan
serologis non treponemal, namun
yang paling sering digunakan yaitu
pemeriksaan
Veneral
Disease
Research Labolatory (VDRL) dan
Rapid Plasma Reagin (RPR).2
Pemeriksaan
serologis
treponemal
kebalikan
dari
pemeriksaan
serologis
non
treponemal
karena
dalam
pemeriksaan
ini
menggunakan
antigen spesifik yaitu treponema atau
ekstraknya dan dapat di golongkan
menjadi empat kelompok, yaitu
Treponemal Pallidum Imobilization
(TPI), Reiter Protein Complement
Fixation
(RPCF),
Fluorecen
Treponemal Antibodi Absorbtion
(FTA-Abs), dan ada beberapa
pemeriksaan Hemogutisasi antara
lain
Treponemal
Palidum
Haemoglutinasi Assay (TPHA),
Hemagglutination Treponemal Test
for
Syphilis
(HATTS),
Microhemagglutination Assay For
Antibodies To Treponema Pallidum
(MHA-TP).2,4
Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan rontgen dilakukan agara
dapat melihat kelainan – kelainan
yang terjadi pada tulang yang tedapat
pada Sifilis. biasanya di lakukan
pada Sifilis stadium II, stadium III
dan Sifilis kongenital karena pada
gejala klinis pada stadium Sifilis
tersebut terdapat beberapa kelainan
pada tulang.2,4
DIAGNOSIS BANDING
Diangnosis Banding Stadium I/Sifilis
Primer
1. Herpes Simplek
2. Skabies
3. Erosif Balanitis
4. Limfogranuloma Venereum
(LGV)
5. Karsinoma
6. Penyakit Behcet
7. Ulkus Mole
8. Furunkel
Diagnosis Banding Stadium II/Sifilis
Sekunder
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Erupsi Obat Alergi
Morbili
Pitiriasis Rosea
Psoriasis
Dermatitis Seboroika
Kondiloma Akuminatum
Alopesia Areata
Diangnosis Banding Stadium III/Sifilis
Tersier
1.
2.
3.
Tuberkulosis
Frambusia
Mikosis Profunda
PENATALAKSAAN
Medikamentosa
Pada umumnya penisilin merupakan
obat pilihan utama dalam pengobatan
Sifilis., namun dapat juga menggunakan
antibiotik lain. Pengobatannya dibagi
menjadi dua pada Sifilis dini dan pada
Sifilis lanjut. Pada Sifilis pada Sifilis
dini baik stadium I, stadium II, laten
dini atau Sifilis laten yang kurang dari
dua tahun dapat digunakan:8
1.
2.
Singel dose Penisilin G benzatin
2,4juta unit, I.M.
Penisilin G prokain 600 – 900
mg, I.M sehari sekali selama 10
hari. Jenis penisilin G prokain
ada dua penisilin G prokain
dalam akua dan penisilin G
prokain dalam minyak dengan
aluminium,.
Apa bila alergi terhadap penisilin dapat
diberikan:8
1. Tetracyclin
hidrochloride
500mg, oral 3kali sehari selama
15 hari
2. Doxycyciline 100mg, oral 2 kali
sehari selama 15 hari.
3. Erythromycin 500mg, oral 2 kali
sehari selama 15 hari.
4. Ceftriaxone 1g, intramuskular
satu kali sehari selama 10 hari.
Sedangkan untuk Sifilis lanjut atau
Sifilis laten yang lebih dari dua tahun
dapat diberikan:
1. Penisilin G benzathine 2,4juta
unit, I.M sekali perminggu
selama 3 minggu.8
2. Penisilin G prokain 600 – 900
mg, I.M satu kali sehari selama
15 hari. Jenis penisilin G prokain
ada dua penisilin G prokain
dalam akua dan penisilin G
prokain dalam minyak dengan
aluminium, dapat diberikan
salah satunya.8
Apa bila alergi terhadap penisilin dapat
diberikan:
1. Tetracyclin
hidrochloride
500mg, oral 3kali sehari selama
30 hari8
2. Doxycyciline 100mg, oral 2kali
sehari selama 30 hari. 8
Untuk Sifilis kongenital obat yang
didapat diberikan:
1. Penisilin sodium benzyl 100 –
1500 mg, I.M perhari, dimana
dosis diberikan secara bertahap
50 mg 2 kali sehari selama 7 hari
pertama kemudian 3 kali sehari
setelahnya dimana obat ini di
berikan selama 10 hari. 8
2. Penisilin prokain 50 mg, I.M
perhari selama 10 hari8
Follow – up pasien
Setelah terdiagnosis menderita Sifilis
dan diobati, pasien perlu melakukan
evaluasi secara klinis dan juga secara
serologis. Evaluasi serologis dapat
dilakukan menggunakan pemeriksaan
serologis non treponemal karena
pemeriksaan
ini
relatif
murah.
Pemeriksaan ini dilakukan setelah 3
bulan dan dilakukan setiap bulan,
setelah itu evaluasi dilakukan setelah 6
bulan setiap tiga bulan dan terakhir
setelah 12 bulan setiap 6 bulan.1,2
Pengobatan dan penanganan ulang
perlu di lakukan apa bila gejala Sifilis
menetap atau terulang kembali dan apa
bila terdapat peningkatan titer pada
pemeriksaan serologi non troponema.
Pada Sifilis stadium laten perlu terus
dilakukan tidak lanjut secara terus –
menerus dan selama bertahun – tahun.2
Pencegahan
Pencegahan
terhadap
menularnya
penyakit Sifilis dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara salah satunya
dengan cara pemberian memberikan
penyuluhan dan edukasi mengenai
penyakit Sifilis pada seluruh lapisan
masyarakat, agar informasi dapat
diterima secara merata dan di ketahui
oleh masyarakat dengan pendidikan
kurang. Sehingga masyarakat dapat
langsung datang ke puskesmas jika ada
gejala penyakit ini untuk segera
ditindak lanjuti.
Sebenarnya cara yang paling efektif
dalam mencegah Sifilis adalah dengan
pemberian vaksin, namun hingga saat
ini belum dapat dilakukan, karena
belum di temukan vaksin yang dapat
mencegah
infeksi
dari
bakteri
Treponema pallidum.2,3
Karena penyakit ini adalah salah
satu penyakit menular seksual dan dapat
di tularkan dari ibu kepada anaknya,
maka melakukan pencegahan penularan
penyakit ini dari orang yang beresiko
tinggi terjangkit penyakit menular
seksual harus ditingkatkan. Salah satu
caranya dengan penggunaan kondom
saat berhubungan seksual, selain itu
skrining pada ibu hamil juga perlu
dilakukan agar tidak terjadi penularan
vertikal dari ibu kepada anakanya.1,2,3
PROGNOSIS
Dengan adanya penisilin dan berbagai
macam antibiotik lainya prognosis
Sifilis menjadi lebih baik. Sembuh dari
penyakit Sifilis ini berarti sembuh klinis
menyeluruh tanpa adanya pengulangan,
tidak menular kepada orang lain, hasil
pemeriksaan serologi pada darah dan
likuor serebrospinalis selalu negatif. Hal
ini di karenakan tidak bisanya
membunuh semua bakteri Treponema
pallidum di seluruh tubuh.2
Namun jika Sifilis ini tidak
mendapat pengobatan dan terapi dengan
baik dapat terjadi kekambuhan, dan
dapat mengarah kepada stadium yang
lebih lanjut sehingga menimbulkan
banyak gejala klinis lainnya dan makin
merusak jaringan tubuh. Kegagalan
terapi dari penyakit ini jarang dan angka
kesembuhan pada Sifilis stadium dini
yang diobati sangat tinggi.2
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penenilitian ini merupakan studi
restrospektif yang bersifat deskriptif.
Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakuan di Poliklinik
Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah.
Subjek Penelitian
Sebagai subjek penelitian adalah pasien
penderita Sifilis yang datang berobat ke
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP
Sanglah pada periode 2011 – 2013.
Cara Pengumpulan Data
Data diambil dari buku regristrasi
pasien di poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUP Sanglah pada periode 2011 2013.
Analisis Data
Data dianalisis secara deskriptif dan
ditampilkan dalam bentuk tabel.
Variabel Penelitian
Variabel data penelitian meliputi kasus
Sifilis,
periode,
jenis
kelamin,
kelompok usia, kunjungan pasien
lama/baru.
Definisi Oprasional Variabel Penelitian
1. Diagnosis Sifilis disini berdasarkan
diagnosis yang sudah ditegakan
dokter spesialis kulit dan kelamin
pada poliklinik kulit dan kelamin
RSUP Sanglah.
2. Periode data, periode dari tahun
2011 – 2013 yang tercatat pada
buku registrasi pasien poliklinik
kulit dan kelamin RSUP Sanglah.
3. Jenis
Kelamin
berdasarkan
keterangan laki – laki/perempuan
yang tercatat pada buku registrasi
pasien poliklinik kulit dan kelamin
RSUP Sanglah.
4. Kelompok Usia, Usia pasien yang
tercatat dan dibagi rentang sepuluh
tahun perkelompok usia.
5. Kunjungan
Pasien
lama/baru,
berdasarkan catatan kunjungan
pasien pada RSUP Sanglah
HASIL PENELITIAN
Prevalensi Infeksi Menular Seksual
Tabel 1. Kasus Infeksi Menular Seksual (IMS), yang terdapat ada 300 kasus
Tahun
Kasus (orang)
Kasus (%)
2011
72
19
2012
152
40
2013
155
41
Total kasus
379
100
Tabel 2. Tiga Jenis Penyakit Infeksi Menular Seksual yang paling sering tercatat
Tahun
Jenis IMS
2011
Jumlah
2012
2013
kasus
(orang)
Gonorrhe
24
86
68
178
Sifilis
30
43
53
126
Herpes Genitalis
18
23
34
75
Karakteristik Kunjungan Sifilis
Tabel 3. Distribusi kasus Sifilis pertahun
Tahun
Kasus (orang)
Kasus (%)
2011
30
23,8
2012
43
34,1
2013
53
42,1
Total kasus
126
100
Tabel 4. Prevalensi kasus Sifilis lama/baru pertahun
Tahun
Kasus
2011
2012
2013
Jumlah
Jumlah
kasus
(%)
(orang)
Baru
10
6
15
31
24,6
Lama
20
37
41
95
75,4
Total kasus
30
43
56
126
100
Tabel 5. Prevalensi kasus Sifilis berdasarkan jenis kelamin
Jenis kelamin
Kasus (orang)
Kasus (%)
Laki – laki
108
85,7
Perempuan
18
14,3
Total kasus
126
100
Tabel 6. Prevalensi kasus Sifilis berdasarkan rentang umur
Rentang umur (tahun)
Kasus (orang)
Kasus (%)
≤10
2
1,5
11 – 20
11
8,7
21 – 30
58
46,1
31 – 40
48
38,2
>40
7
5,5
Total kasus
126
100
Jenis Siflis
Kasus (orang)
Kasus (%)
Stadium I/Sifilis Primer
56
44,5
Stadium II/Sifilis Sekunder
42
33,4
Laten
26
20,6
Tersier
Tidak ada kasus
0
Kongenital
2
1,5
Total kasus
126
100
Tabel 7. Prevalensi kasus berdasarkan jenis siflis
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian retrospektif yang
dilakukan pada kasus Sifilis di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP
Sanglah pada periode tahun 2011
hingga akhir tahun 2013 terdapat 379
kasus IMS, tahun 2011 tercatat ada 72
kasus (19%), pada tahun 2012 tercatat
ada 152 kasus (40%), dan pada tahun
2013 tercatat ada 155 kasus (41%).
Dimana kasus IMS terbanyak terjadi
pada tahun 2013 sebanyak 155 kasus
dari total 379 kasus yang ada,
sedangkan untuk penyakit Sifilis
tercatat ada ada 126 kasus.
Dimana
pada
tahun
2011
penderita Sifilis ada 30 kasus (23,8%),
Tahun 2012 meningkat menjadi 43
kasus (34,1%) dan tahun 2013 tercatat
53 kasus dengan prevalensi (42,1%).
Masih adanya peningkatan kasus setiap
tahunnya maka diperlukan usaha dan
kerjasama dari instansi – instansi
kesehatan terkait dan juga masyarakat.
Contohnya
dengan
memberikan
penyuluhan dan edukasi mengenai
penyakit Sifilis pada seluruh lapisan
masyarakat, agar informasi dapat
diterima secara merata dan di ketahui
oleh masyarakat dengan pendidikan
kurang. Sehingga masyarakat dapat
langsung datang ke puskesmas jika ada
gejala penyakit ini untuk segera
ditindak lanjuti. Selain itu melakukan
pencegahan penularan Sifilis dan
kabuhnya penyakit ini, sehingga
menurunnya jumlah kasus baru dan juga
kasus lama.
Jika ditinjau dari kasus Sifilis
berdasarkan
kunjungan
penderita
baru/lama, lebih banyak kasus lama
yaitu 95 kasus (75,3%) sedangkan kasus
baru tercatat 31 kasus (24,7%). Ini
berarti banyak terulangnya kembali dari
penyakit ini, dibandingkan dengan
penularan penyakitnya. Diharapkan
dalam penangan penyakit ini dapat
ditangani dengan baik dan hingga tuntas
sehingga tidak banyak terulang kembali
penyakit Sifilis ini. Penyuluhan dan
edukasi mengenai penyakit Sifilis ini
juga perlu dilakukan.
Berdasarkan jenis kelamin, laki –
laki yang menderita siflis berjumlah 108
kasus (85,7%) dan pada perempuan 18
kasus (14,3%) dari total 98 kasus Sifilis
yang tercatat di RSUP Sanglah periode
tahun 2011 – 2013. Jadi jumlah kasus
laki-laki yang menderita Sifilis lebih
banyak
dibandingkan
dengan
perempuan. Ini mungkin dikarenakan
laki -laki mobilitasnya lebih besar
dibandingkan
dengan
perempuan
sehingga
kemungkinan
untuk
melakukan hal – hal yang bisa
menyebabkan tertularnya penyakit
Sifilis lebih sering, dan juga selain
mobilitas gejala klinis penyakit Sifilis
pada laki – laki lebih terlihat dan lebih
mengganggu dibandingkan dengan
gejala klinis pada perempuan sehingga
lebih banyak laki – laki yang
memeriksakan dirinya ke dokter.
Sehingga data yang tercatat di poliklinik
kulit dan kelamin RSUP Sanglah lebih
banyak tercatat laki – laki dibandingkan
perempuan. Jika dibandingkan dengan
penelitian – penelitian lainnya dan dari
buku referensi menunjukkan hasil yang
sama, dengan perbandingan kasus laki –
laki dan perempuan hampir 3:1 sampai
4:1.
Perbandingan kasus Sifilis berdasarkan
usia, rentang umur Sifilis terbanyak
adalah penderita dengan kelompok usia
21 – 30 tahun, yakni sebanyak 58 kasus
dengan prevalensi 46,1%. Pada anakanak dengan kelompok umur 40 tahun terjadi 7 kasus (5,5%).
Berdasarkan data yang telah dianalisis
menyatakan bahwa kasus Sifilis lebih
banyak terjadi pada usia dewasa muda
dengan kelompok umur 21 – 30 tahun
dibandingkan dengan kelompok umur
anak-anak,
remaja,
dewasa
dan
kelompok umur tua. Pada umumnya
kelompok umur dewasa muda atau
kelompok umur antara 21 – 30 adalah
masa dimana ego masih tinggi,
mobilitas sosial juga tinggi, dan lebih
banyak berinteraksi dengan masyarakat
dan lingkungan luar. Sedangkan pada
kelompok umur anak-anak biasanya
ditularkan secara vertikal dari ibu yang
terinfeksi penyakit ini, untuk kelompok
umur >40 tahun atau lansia masih ada
beberapa yang juga terinfeksi penyakit
ini yang mungkin desebabkan oleh
karena fase laten atau mungkin juga
karena
kurangnya
kemampuan
sosialekonomi sehingga tidak mengerti
atau tidak bisa mengobati penyakit ini
dan dibiarkan saja.
Penatalaksaan
Sifilis
pada
umumnya, menggunakan penisilin dosis
tinggi.
Pencegahan
terhadap
menularnya penyakit Sifilis dapat kita
lakukan dengan berbagai cara. Ini
dilakukan agar tidak adanya lagi tercatat
kasus baru dan agar kasus yang sama
tidak terulang kembali serta dapat
menurunkan jumlah kasus Sifilis di
masyarakat.
PENUTUP
Natahusada, E.C, Djuanda, A. Sifilis,
Ilmu Penyakit Kuit dan Kelamin,
Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah S.,
edisi ke – 3, Jakarta Fakultas
Kedokteran
Universitas
Indonesia,2013., halaman 391 – 411.
Kesimpulan
Sifilis adalah penyakit infeksi sistemik
yang disebabkan oleh Treponema
palladum
(ssp.
pallidum),
jenis
Microaerophilic Spirochete. Sifilis
terdiri dari beberapa stadium yaitu
Sifilis stadium I (Sifilis primer), Sifilis
stadium II (Sifilis sekunder), Sifilis
laten, dan Sifilis tersier/Sifilis lanjut dan
penyakit ini dapat menyerang hampir
seluruh bagian dan organ dalam tubuh
pada fase lanjut.
Sifilis dari tahun ketahun masih
mengalami peningkatan jumlah kasus,
dimana kasus lama banyak terulang
kembali. Banyaknya kasus pada laki –
laki
yang
menderita
Sifilis
dibandingkan
dengan
perempuan,
dimana perbandingannya mencapai 3:1.
Kasus Sifilis ini sendiri cenderung lebih
banyak terjadi pada kelompok usia
dewasa muda antara 20 - 40 tahun dan
rata – rata pada usia 30 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Miguel R. Sanchez, Section 32,
Sexually Transmitted Diseases, Chapter
200,
Sifilis,
in
Fitzpatrick’s,
Dermatologi in General Medicine,
Sexually Transmitted Diseases, Klaus
Wolff, MD, FRCP., Lowell A.
Goldsmith, MD., Stephen I. Katz, MD,
PhD., Barbara A. Gilchrest, MD., David
J. Leffell, MD.
George R. Kinghorn, Available:
http://studfier.com/docs/books/Biology/
Microbio/Cohen%20IDs/Cohen%20IDs
%20075.pdf (Accessed: 2013, February
2).
Sri
Julyani,
Jurnal
Kesehatan
Masyarakat, ISSN.1979-2287, vol.02
No.03, tahun 2009., Aspek Imunologis
Penyakit Sifilis., Bagian Patologi Klinik
Fakultas
KedokteranUniversitas
Indonesia.
Available:
http://journal.umi.ac.id/pdfs/Aspek_Imu
nologis_Penyakit_Sifilis.pdf (Accessed:
2013, January 30).
Departemen Kesehatan Dan Pelayanan
Manusia, United States, Sexually
Transmitted Disease Surveillance 2009,
Available:
http://www.cdc.gov/std/stats09/surv200
9-Complete.pdf
january 30)
(accessed:
2013,
Marco De Santis., Carmen De Luca.,
Ilenia Mappa., Terryann Spagnuolo.,
Angelo Licameli., Gianluca Straface.,
and Giovanni Scambia., Syphilis
Infection During Pregnancy: Fetal Risks
and Clinical Management., Available:
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PM
C3398589/pdf/IDOG2012-430585.pdf
(Accessed: 2013, January 30).
P C Schober., G Grabriel., P White., W
F Felton., and R N Thin., in: “How
Infectious is Syphilis?”., available:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articl
es/PMC1046186/pdf/brjvendis000100001.pdf (Accessed: 2013, January 30).
Chairman., Keith Radcliffe., Imtyaz
Ahmed-Jushuf., David Daniels., Mark
Fitz Gerald., Neil Lazaro., Gill
Mccarthy., Guy Rooney., Guideline
Pada Management Sifilis 2008, United
Kingdom.,
available:
www.bashh.org/documents/1771
(Accessed: 2013, January 30).
James B. Lucas and Eleanor V Price.,
co-operative evaluation of treatment for
early
syphilis.,
available:
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PM
C1047895/pdf/brjvendis00102-0018.pdf
(Accessed: 2013, January 30)
Karakteristik Kunjungan Penderita Sifilis di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP
Sanglah Denpasar Periode 2011 – 2013
G. Yoga Tohjiwa, IGK Darmada, Luh Made Mas Rusyati
ABSTRAK
Latar belakang : infeksi Sifilis masih merupakan masalah kesehatan di dunia,
walaupun kasus Sifilis sudah mulai menurun hampir 89,7% pada tahun 2000. Namun
kasus Sifilis masih tetap terjadi dan banyak menimbulkan masalah. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui prevalensi kunjungan penderita Sifilis di poliklinik kulit
dan kelamin RSUP Sanglah Denpasar periode 2011 – 2013. Manfaat penelitian ini
adalah agar dapat memberi informasi mengenai prevalensi kunjungan penderita Sifilis
di poliklinik kulit dan kelamin RSUP Sanglah Denpasar periode 2011 – 2013 sehingga
diharapkan dapat dijadikan dasar untuk melakukan tindakan preventif agar penularan
penyakit bisa ditekan.
Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan study retrospektif yang bersifat
deskriptif. Bahan penelitian retrospektif diambil dari data kasus Sifilis yang ada di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Sanglah Denpasar tahun 2011 – 2013. Data yang
dievaluasi berdasarkan jenis Sifilis, jenis kelamin, umur, dan merupakan kasus lama
atau baru.
Hasil data dan simpulan : Hasil penelitian retrospektif menunjukan kunjungan Sifilis
periode 2011 – 2013 di RSUP Sanglah Denpasar, didapatkan bahwa jumlah penderita
Sifilis secara keseluruhan adalah 98 orang. Prevalensi kunjungan penderita tahun 2012
paling tinggi sebanyak 43 kasus. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, kasus terjadi
lebih banyak pada laki – laki dibandingkan dengan perempuan, perbandingan kasus
Sifilis berdasarkan kelompok umur, kasus Sifilis terbanyak adalah kelompok umur 21 –
30 tahun, yaitu sebanyak 46 kasus (46,9%) yang tergolong usia dewasa muda.
Kata Kunci
: Sifilis, RSUP Sanglah, Periode 2011 – 2013
Characteristic Syphilis Cases at Dermatology Policlinic RSUP Sanglah Denpasar
Period 2011 – 2013
G. Yoga Tohjiwa, IGK Darmada, Luh Made Mas Rusyati
ABSTRACT
Background : Syphilis infection is still the world's health problems, although cases of
syphilis have started declining almost 89,7% in 2000. However, cases of syphilis is still
going on and make a lot of problems research objectives is to find out the prevalence of
syphilis case visit in skin and venereal clinic was Sanglah Denpasar period 2011 – 2013.
The benefits of this research is to be able to give information regarding the prevalence
of syphilis sufferers visit in skin and venereal clinic was Sanglah Denpasar period 2011
– 2013 so expect can be relied upon to conduct preventive action so that the
transmission of the disease can be pressed.
Method : the study design was retrospective descript study. The subject of this
retrospective study has taken from case of syphilis in Policlinic Dermatology RSUP
Sanglah Denpasar on periode 2011 – 2013. The evaluation is syphilis based on
distibution of sex, age, and cases status (old/new)
Results and conclusion : in period 2011 – 2013 at Policlinic Dermatology RSUP
Sanglah Denpasar is 98 cases syphilis. The cases in male is more than in female cases
and based on range of age, patient who 21 – 30 years old is 46 cases (46,9%) it’s in
young adults.
Keywords
: Syphilis, RSUP Sanglah, Period 2011 – 2013
PENDAHULUAN
Sifilis adalah penyakit infeksi sistemik
yang disebabkan oleh Treponema
pallidum (ssp. Pallidum). Dalam
perjalanannya penyakit ini dapat
menyerang hampir seluruh alat tubuh,
dan dapat menyerupai banyak penyakit.
Secara umum Sifilis dibagi menjadi dua
stadium stadium dini dan stadium
lanjut. Yaitu masa inklubasi stadium
dini kurang dari dua tahun dan stadium
lanjut lebih dari dua tahun.
Gejala klinis dari masing –
masing stadium Sifilis berbeda – beda,
yang paling umum terjadi adanya papul,
pustul, ulkus pada alat kelamin, mulut,
kulit, atau rektum. Kelainan lain yang
dapat terjadi yaitu kelainan pada saraf,
tulang, kelenjar getah bening, mukosa,
dan rambut.
Sifilis biasanya ditularkan melalui
hubungan seksual dan dapat juga
ditularkan dengan cara lain seperti,
transfusi darah atau secara vertikal dari
ibu kepada anak. Perbandingan jumlah
kasus Sifilis laki – laki dengan
perempuan antara 2:1 sampai 3:1 dan
cenderung menyerang usia produktif
antara 20 - 40 tahun.
Pada tahun 2009, di Amerika
Serikat dilaporkan terjadi kasus Sifilis
sebanyak 44.828 kasus Sifilis stadium
primer dan sekunder. Angka insiden
tertinggi ditemukan pada kisaran umur
20 – 40 dimana pada perempuan umur
20 – 24 dan pada laki – kaki umur 35 –
39 tahun. sedangkan di Indonesia tidak
didapat angka yang pasti namun
diperkirakan angka prevalensinya pada
tahun 2004 sebesar 0,0026%
Untuk di Bali sendiri, jumlah
kasus Sifilis dari data yang didapat di
poliklinik kulit dan kelamin RSUP
Sanglah Denpasar, tercatat adanya total
kasus yang dalam periode 3 tahun
terakhir sebanyak 61 kasus. Sedangkan
kasus yang terjadi di masyakat tidak
diketahui dengan pasti, dan di
perkirakan lebih banyak dari kasus yang
tercatat di RSUP Sanglah.
Gambaran Umum Sifilis
Sifilis adalah penyakit infeksi sistemik
yang disebabkan oleh Treponema
pallidum (ssp. Pallidum). Ditularkan
melalui hubungan seksual dan juga
dapat ditularkan secara vertikal dari ibu
kepada janin. Dalam perjalanannya
dapat menyerang hampir seluruh alat
tubuh, dan dapat menyerupai banyak
penyakit. Sifilis dibagi menjadi 2
stadium stadium dini dan stadium
lanjut.1,2,3
Epidemiologi
Asal penyakit ini tidak jelas. Pada abad
ke – 15 terjadi wabah di eropa dan
sesudah tahun 1860 morbiditas Sifilis di
Eropa menurun drastis karena terjadinya
perbaikan ekonomi masyarakat disana.
Selama perang dunia kedua insidennya
meningkat dan mencapai puncaknya
pada tahun 1946, setelah penemuan
penisilin oleh Alexander Fleming dan
mulai di resepkannya penisilin tahun
1930 penyakit Sifilis menurun drastis.
1,2,3
Pada tahun 2009, di Amerika
Serikat dilaporkan terjadi kasus Sifilis
sebanyak
44.828.
Terdapat
ada
peningkatan kasus Sifilis stadium I dan
II/Sifilis primer dan sekunder sebanyak
3,7% dari tahun 2008 – 2009. Tahun
2008 terjadi 13.500 kasus dan pada
kasus 2009 13.997. Angka insiden
tertinggi ditemukan pada kisaran umur
20 – 40 dimana pada perempuan umur
20 – 24 dan pada laki – kaki umur 35 –
39 tahun. sedang kan angka insiden di
Indonsia pada tahun 2004 diperkirakan
0,026%. 2,4,5
Etiologi
Penyakit ini sudah ada sejak abad ke –
15 namun penyebabnya baru ditemukan
kira – kira pada tahun 1905 oleh
Schaudin dan Hoffman. Bakteri
Treponema palladum ini termasuk
dalam kingdom eubacteria, filum
spirochaetes, kelas spirochaetaes, ordo
spirochaetales, familia Treponemate,
dan genus Treponema. 1,2
Sifilis
disebabkan
oleh
Treponema pallidum (ssp. Pallidum),
bakteri ini merupakan bakteri gram
negatif
dan
prokariotik
yang
mempunyai flagel, berbentuk spiral
seperti ulir skrup. Memiliki lebar kira –
kira 0,10µm – 0,18µm dan panjang 6µm
– 15µm. Spiralnya melingkar bertaruran
dengan jarak kira – kira 1µm dengan
yang lainnyadan terdiri 6 – 14
gulungan. 1
Bakteri
treponema
pallidum
sangat sensitif terhadap perubahan suhu
dan cahaya, bakteri ini umumnya dapat
hidup di mukosa genitalia, mulut, dan
rektum yang lembab. Karena hal itu lah
penyakit ini sangat susah menular
kecuali adanya kontak langsung dengan
penderita Sifilis. Sifilis sangat mudah di
tularkan melalui hubungan seksual yang
tidak aman, transfusi darah, alat suntik
dan penularan vertikal dari ibu kepada
anak yang di kandung. 1,2,3
Patogenesis
Setelah bakteri masuk kedalam tubuh
melalui mikro lesi ataupun selaput
lendir.
Setelah
mengeksposure
permukaan
epitel,
bakteri
akan
berpenetrasi dan menyerang lapisan sel
endotel, yang merupakan tahap penting
dalam virulensi treponema. Bakteri
kemudian
akan
hidup
dan
berkembangbiak pada pembuluh –
pembuluh darah kecil dan di kelenjar
getah bening. Jaraingan yang terinfeksi
bakteri
akan
bereaksi
dengan
membentuk infiltrat yang terdiri dari sel
T limfosit, sel makrofag dan sel plasma.
Aktifitas
dari
makrofag
akan
merangsang pelepasan Interlleukin 2
(IL2) interferon gamma (IFNγ),
interferon 10 (IL10), dan interferon
12(IL12).1
Enarteritis dari pembuluh –
pembuluh
darah
darah
kecil
menyebabkan peruahan hipertrofik
endotelium
yang
menimbulkan
obliterasi lumen (enarteritis obliterans).
Karena hilangnya aliran darah ke
jaringan akan menyebabkan terjadinya
erosi (gambaran klinis Sifilis I/Sifilis
primer). Sebelum erosi terlihat, bakteri
Treponema pallidum telah mencapai
kelenjar getah bening regional secara
limfogen dan berkembangbiak. Pada
saat itu terjadi pula hematogen dan
menyebar ke semua jaringan tubuh.1.2
Erosi akan sembuh perlahan –
lahan karena kuman di tempat tersebut
jumblahnya berkurang, kemudian akan
terbentuk fibroblas – fibroblas dan pada
akhirnya
akan
sembuh
menjadi
sikartiks. Setelah masa penyembuhan
erosi Sifilis masuk stadium laten yang
tidak di sertai gejala, meskipun masih
tetap terinfeksi. Pada saat inilah
biasanya terjadi penularan karena pasien
sudah merasa sembuh dan juga bisa
terjadi penularan dari ibu kepada
anak.1,2,3
Terkadang sistem imun gagal
mengontrol infeksi sehingga bakteri
Treponema pallidum membiak lagi pada
tempat
erosi
yang
sama
dan
menimbulkan lesi berulang atau dapat
menyebar
melalui
jaringan
dan
menyebabkan lesi rekuren (Sifilis
II/Sifilis sekunder). Lesi yang berulang
tersebut akan terus hilang timbul, tetapi
umumnya tidak lebih dari dua tahun.1,2
Klasifikasi Dan Gambaran Klinis
Klasifikasi Sifilis dibagi menjadi Sifilis
kongenital dan Sifilis akuisita (didapat).
Sifilis kongenital dibagi menjadi Sifilis
dini (sebelum dua tahun), Sifilis lanjut
(lebih dari dua tahun) dan stigmata.
Sedangkan Sifilis akuisita dibagi
menjadi dua, secara klinis dan
epidemiologi. Secara klinis dibagi
menjadi tiga Sifilis stadium I/Sifilis
primer, Sifilis stadium II/Sifilis
sekunder dan stadium III/Sifilis tersier.
Secara epidemiologi menurut WHO
Sifilis dibagi menjadi dua Sifilis
stadium dini menular dan Sifilis
stadium lanjut tidak menular.1,2
Jenis klasifikasi yang umum
digunakan yaitu Sifilis stadium I/Sifilis
primer, Sifilis stadium II/Sifilis
sekunder, Sifilis lanjut/laten, dan Sifilis
stadium III/Sifilis tersier.
Sifilis Dini
Sifilis Stadium I/Sifilis Primer
Terjadi dua sampai empat minggu
setelah infeksi bakteri Treponema
pallidum. Kelainan kulit dimulai
sebagai makula letikular, kecil indolen
dan kemerahan yang akan segera
menjadi erosi, kemudian akan menjadi
ulkus. Ulkus ini biasanya bulat atau
oval, soliter, dengan tepi teratur dan
berbatas tegas, dasarnya bersih dengan
jaringan granulasi berwarna merah.
Dindingnya tidak bergaung, kulit
disekitar ulkus tidak menunjukan tanda
radang akut dan di sekitar ulkus akan
teraba indurasi dan indolen karena itu
ulkus ini disebut ulkus durum salah satu
ciri khas dari penyakit Sifilis.2,3
Afek primer ini akan sembuh
dengan sendirinya antara tida sampai
sepuluh minggu. Kemudian seminggu
setelah itu terdapat pembesaran kelenjar
getah bening regional di inguinalis
medialis yang soliter, indolen, tidak
lunak, besarnya biasanya letikuler, tidak
supuratif dan tidak terdapat periadenitis.
Secara keseluruhan hal itu di sebut
kompleks primer.2
Sifilis Stadium II/Sifilis Sekunder
Timbul setelah enam sampai delapan
minggu setelah Sifilis I/Sifilis primer.
Lama stadium II biasanya sampai
sembilan bulan, gejalanya tidak berat
hanya gejala – gejala prodomoal saja
seperti anoreksia, berat badan menurun,
malaise, sakit kepala, demam yang tidak
tinggi, dan nyeri otot, sendi dan tulang.
Kelainan kulit yang tibul dapat
menyerupai berbagai penyakit kulit
sehingga disebut the great imitator.
Selain terjadinya kelainan pada kulit
stadium II/Sifilis sekunder dapat juga
menyebabkan kelainan pada mukosa,
rambut, kuku, kelenjar getah bening,
mata, hepar, tulang dan saraf.2
Karena menyerupai berbagai
penyakit kulit gejala kelainan kulit pada
Sifilis stadium II ada beberapa