Efektivitas Pelatihan Prokrastinasi Akademik terhadap Perubahan Perilaku Menunda pada Mahasiswa Prokrastinator di Universitas "X" Bandung.

(1)

ABSTRAK

Tesis ini berisi penelitian mengenai efektivitas Pelatihan Prokrastinasi Akademik terhadap perilaku menunda pada mahasiswa prokrastinator di Universitas “X” Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk membuat rancangan modul pelatihan prokrastinasi akademik serta melihat efektivitas pelatihan prokrastinasi akademik tersebut terhadap perubahan perilaku menunda pada mahasiswa yang prokrastinator. Sampel pada penelitian ini adalah mahasiswa semester tiga yang memiliki tingkat prokrastinasi akademik tinggi. Jumlah sampel sebanyak 22 (dua puluh dua) orang. Alat ukur yang digunakan untuk mengetahui tingkat prokrastinasi akademik dari sampel adalah kuesioner Procrastination Assessment Scale for Student (PASS) yang disusun oleh Solomon & Rothblum yang telah melalui rangkaian try out untuk disesuaikan dengan kondisi sampel. Pelatihan Prokrastinasi Akademik ini menggunakan pendekatan perubahan perilaku yang dikemukakan oleh Owen & Lee yang menjelaskan perubahan perilaku seseorang dapat terjadi dalam lima tahap dengan menggunakan metode ceramah, paper work, diskusi dan permainan. Hipotesis yang diajukan adalah Pelatihan Prokrastinasi Akademik dapat menurunkan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa prokrastinator. Adapun rancangan penelitian yang dilakukan adalah Quasi Experimental One Group Pretest-Posttest Design, melalui dua kali pengambilan data terhadap para peserta untuk mengetahui tingkat prokrastinasi akademik sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan kedua data tersebut digunakan rumus uji statistik Tes Ranking Bertanda dari Wilcoxon.

Berdasarkan hasil pengolahan data dan perhitungan statistik peringkat bertanda Wilcoxon dengan menggunakan program SPSS for Windows menunjukkan t hitung=4,004 dengan menggunakan derajat kekeliruan 0,05%. Hal ini menunjukkan t hitung > t tabel maka H0 ditolak. Jadi terdapat perbedaan tingkat prokrastinasi akademik sebelum pelatihan prokrastinasi akademik dan sesudah pelatihan prokrastinasi akademik menjadi lebih rendah.

Berdasarkan hasil penelitian ini, maka peneliti mengajukan saran Posttest atau pengukuran kembali tingkat prokrastinasi akademik setelah pelatihan prokrastinasi akademik, sebaiknya dilakukan secara berkala yaitu dalam durasi waktu satu bulan, tiga bulan, enam bulan sehingga dapat terukur efektivitas pelatihan dalam jangka waktu yang lama. Saran untuk penyempurnaan modul pelatihan, pada tahap pemberian skill pada peserta supaya lebih banyak memuat keterampilan-keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan yang bersangkutan untuk mengubah perilaku prokrastinasi pada area prokrastinasi akademik tertentu. Dan bagi universitas, pelatihan bisa diberikan juga pada mahasiswa yang sedang menempuh tugas akhir sehingga dapat membantu penyelesaian tugas akhir tersebut dengan tepat waktu.


(2)

ABSTRACT

This thesis contains a study on the effectiveness of training on behavior postpone academic procrastination in prokrastinator students at the University "X" in Bandung. This research aims to design a training module academic procrastination and academic procrastination to see the effectiveness of training is to changes in student behavior prokrastinator delay. The sample in this study were students semester three who have high levels of academic procrastination. The total sample is 22 (twenty two). The measurement used to determine levels of academic procrastination is a sample questionnaire for Student Procrastination Assessment Scale (PASS) made by Solomon & Rothblum who have gone through a series of try out to suit the conditions of the sample. Training of academic procrastination is a behavioral change approach proposed by Owen & Lee, who describes a person's behavior changes can occur in five stages with the lecture method, paper work, discussions and games. The hypothesis proposed is the training can reduce levels of academic procrastination in prokrastinator students. The design of the research is Quasi-Experimental One Group Pretest-posttest design, through two times collecting data on the participants to know the level of academic procrastination before and after training. Furthermore to know the difference both data used statistical formulas of the Wilcoxon Signed Rank Test.

Based on the results of data processing and calculation of Wilcoxon rank statistics using SPSS for Windows showed t count = 4.004 by using the degree of error 0.05%. This shows t calculate> t tables of hence H0 refused. So there are differences in levels of academic procrastination before training and after training of academic procrastination becomes lower.

Based on these results, the researchers suggest posttest or remeasurement after the academic procrastination training level of academic procrastination, which should be performed periodically in the duration of one month, three months, six months so it can measure the effectiveness of training in a long time. Suggestions for improving the training module, on the stage giving the participants skills in order to load more skills that are appropriate to the needs of the trainees concerned to change the behavior of procrastination on a particular area of academic procrastination. And for universities, training can be given also to the student who is doing his final project, so it can help resolve these final tasks in a timely manner.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL……….………...….i

LEMBAR PENGESAHAN……….……….ii

ABSTRAK……….……….………..iii

ABSTRACT……….……….………..iv

KATA PENGANTAR……….……….……….v

DAFTAR ISI…….………..……….………...viii

DAFTAR TABEL…..………..……….………xi

DAFTAR BAGAN………..………xii

DAFTAR LAMPIRAN………...………....xiii

BAB I PENDAHULUAN………...……..1

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH……….1

1.2 RUMUSAN MASALAH………..………….10

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN………..………..………10

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN………..………..…10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TEORI………..……..12

2.1.1 Prokrastinasi………..…………12

2.1.1.1 Sejarah Singkat Prokrastinasi………..…………..12

2.1.1.2 Pengertian Prokrastinasi………..………..14

2.1.1.3 Penelitian Tentang Prokrastinasi………..……….16

2.1.1.3.1 Teori Psikoanalisa dan Psikodinamika………..………16

2.1.1.3.2 Penelitian Prokrastinasi dan Tradisi Behavioristik………....18

2.1.1.3.3 Teori Kognitif dan Kognitif-Behavioral Prokrastinasi……….…….20


(4)

2.1.1.4 Bentuk Prokrastinasi……….………...21

2.1.1.5 Ciri-ciri Prokrastinasi……….………..24

2.1.1.6 Prokrastinasi Akademik………..26

2.1.1.7 Prokrastinasi Akademik dan Motif Berprestasi………..30

2.1.1.8 Prokrastinasi dan Anxiety………30

2.1.1.9 Prokrastinasi dan Fear of Failure……….………...31

2.1.1.10 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi dan Menyebabkan Prokrastinasi……….…….32

2.1.1.11 Akibat Prokrastinasi……….………….35

2.1.2 Prinsip Pendidikan Orang Dewasa……….…….36

2.1.3 Teori Belajar dalam Pelatihan………..……37

2.1.4 Taksonomi Tujuan Instruksional dari B.S Bloom……….…….….39

2.1.4.1 Pembelajaran pada Kategori Knowledge……….………42

3.1.4.2 Pembelajaran pada Kategori Awareness……….………43

2.1.5 Model dari Behavior Change………..44

2.1.6 Merancang Modul / Program Pelatihan………..45

2.1.7 Evaluasi Program Pelatihan………47

2.1.8 Metode Pelaksanaan Pelatihan………48

2.2 KERANGKA PEMIKIRAN………..53

2.3 ASUMSI………..64

2.4 HIPOTESA PENELITIAN……….64

BAB III METODE DAN SUBYEK PENELITIAN……….…………65

3.1 RANCANGAN PENELITIAN.……….65

3.2 DEFINISI KONSEPTUAL DAN DEFINISI OPERASIONAL….….………..……..66

3.3 ALAT UKUR………...67

3.4 VALIDITAS DAN RELIABILITAS………..………..70


(5)

3.5 RANCANGAN PELATIHAN PROKRASTINASI

AKADEMIK ……….………..72

3.6 EVALUASI PROGRAM PENYELENGGARAAN PELATIHAN………...……74

3.7 TEKNIK ANALISIS DATA………..75

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………...………..76

4.1 GAMBARAN RESPONDEN………...……….76

4.2 HASIL PENELITIAN………...……….77

4.2.1 Hasil Pengujian Hipotesis………...77

4.2.2 Analisis Deskriptif………..78

4.3 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN………..………80

4.3.1 Gambaran Pelatihan Prokrastinasi Akademik terhadap Perilaku Menunda pada Mahasiswa Prokrastinator………..80

4.3.2 Reaksi Peserta Pelatihan terhadap Penyelenggaraan Program Pelatihan Prokrastinasi Akademik………..97

4.3.3 Pembelajaran yang diperoleh dari Pelatihan Prokrastinasi Akademik………..…100

BAB V SIMPULAN DAN SARAN……….102

5.1 SIMPULAN...………102

5.2 SARAN………..103

DAFTAR PUSTAKA………..………105

DAFTAR RUJUKAN……….……….106


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.3.1 Bobot Nilai Kuesioner Prokrastinasi Akademik………68

Tabel 4.1 Gambaran Sampel Penelitian……….76

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Hipotesis………..77

Tabel 4.2.2.1 Perubahan Tingkat Prokrastinasi Akademik………..78

Tabel 4.2.2.2 Tabulasi Silang antara Perubahan Tingkat Prokrastinasi Akademik dengan Perubahan Area Tugas Membuat Tulisan……78

Tabel 4.2.2.3 Tabulasi Silang antara Perubahan Tingkat Prokrastinasi Akademik dengan Perubahan Area Belajar Menghadapi Ujian………...……78

Tabel 4.2.2.4 Tabulasi Silang antara Perubahan Tingkat Prokrastinasi Akademik dengan Perubahan Area Belajar Menghadapi Perkuliahan………...…..…79

Tabel 4.2.2.5 Tabulasi Silang antara Perubahan Tingkat Prokrastinasi Akademik dengan Perubahan Area Menyelesaikan Administrasi Akademik………...…..…79

Tabel 4.2.2.6 Tabulasi Silang antara Perubahan Tingkat Prokrastinasi Akademik dengan Perubahan Area Menghadiri Pertemuan……..79

Tabel 4.2.2.7 Tabulasi Silang antara Perubahan Tingkat Prokrastinasi Akademik dengan Perubahan Area Mengikuti Pendidikan Sesuai Batas Waktu…..……….………...…..…80


(7)

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 1 Bagan Kerangka Pemikiran………....63


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skala Prokrastinasi Akademik Mahasiswa

Lampiran 2 Rancangan Modul Pelatihan Prokrastinasi Akademik Lampiran 3 Lembar Evaluasi Pelatihan

Lampiran 4 Action Plan

Lampiran 5 Penerapan Action Plan Lampiran 6 Data Sessi Pertama Lampiran 7 Data Sessi Kedua


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG PENELITIAN

Salah satu aspek yang penting dalam kehidupan adalah kesuksesan atau kegagalan di bidang akademik, dimana hasil akhir pendidikan dapat mempengaruhi masa depan seseorang di berbagai bidang kehidupannya. Agar seorang lulusan memiliki kompetensi dan daya saing yang tinggi, baik dalam kompetisi untuk mendapatkan lapangan pekerjaan maupun sumbangan pemikiran pada pemerintah, maka harus didukung dengan kurikulum dan silabus serta pengayaan materi melalui penyediaan materi kuliah pilihan yang memadai. Namun demikian, kurikulum maupun silabus bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan kesuksesan ataupun kegagalan seseorang dalam bidang akademik. Dalam beberapa penelitian terdahulu, perbedaan individu dalam kemampuan dan motivasi telah diidentifikasi sebagai faktor terpenting yang menentukan kesuksesan akademik (Atkinson & Raynor, 1978).

Sejalan dengan hal tersebut di atas, maka Universitas “X” sebagai salah satu perguruan tinggi yang menghasilkan lulusan berprofesi bidan, dalam menyelenggarakan pendidikannya berpedoman pada kurikulum nasional tahun 2002, yang berorientasi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan profesi dan penyusunannya mengacu pada kompetensi Inti Bidan Indonesia. Kompetensi Inti Bidan Indonesia tersebut terbagi menjadi 5 kelompok kompetensi yang disesuaikan dengan kelompok mata kuliah yang diatur dalam Surat Keputusan Mendiknas 232 / U / 2000.

Adapun kelima kelompok kompetensi tersebut antara lain : (1). Mengembangkan diri sebagai bidan profesional yang berkepribadian Indonesia; (2). Menerapkan konsep dan prinsip serta keilmuan dan ketrampilan yang mendasari profesionalisme bidan dalam memberikan asuhan


(10)

dan pelayanan kebidanan; (3). Melaksanakan asuhan kebidanan secara profesional kepada wanita dalam siklus kehidupannya (remaja, pra perkawinan, ibu hamil, ibu bersalin, nifas, klimakterium, menopause dan masa antara, asuhan neonatus, bayi dan anak balita) di semua tatanan pelayanan kesehatan di institusi dan komunitas: (4). Mengembangkan sikap profesional dalam praktek kebidanan, komunikasi interpersonal dan konseling serta menjalin kerjasama dalam tim kesehatan; (5). Memberikan pelayanan kebidanan dengan mempertimbangkan kultur dan budaya setempat, dengan melakukan upaya promosi dan prevensi kesehatan reproduksi melalui pendidikan kesehatan, pemberdayaan wanita, keluarga serta masyarakat dengan tidak mengabaikan aspek kuratif dan rehabilitatif.

Berdasarkan kompetensi tersebut maka diharapkan lulusan Pendidikan Kebidanan menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, ketrampilan dan sikap serta perilaku sebagai bidan profesional.

Untuk mencapai kompetensi yang dipersyaratkan, maka disusunlah kurikulum perkuliahan yang dilakukan secara teori (40%) maupun praktek (60%), baik praktek di laboratorium maupun praktek di lapangan. Dalam hal ini, mahasiswa kebidanan dituntut untuk lebih aktif dan berinisiatif dalam mengembangkan pengetahuan dan kemampuan mereka baik ketika belajar di dalam kelas maupun pada saat praktek kerja. Mereka juga dituntut untuk lebih mandiri dalam pengerjaan tugas-tugas kuliah, menguasai materi yang diberikan, maupun cara belajar dalam menghadapi ujian-ujian sebagai evaluasi prestasi belajar mereka.

Namun demikian, pada kenyataannya tidak semua mahasiswa mampu memenuhi tuntutan yang dipersyaratkan dan dapat menghasilkan prestasi belajar yang memuaskan. Banyak diantara mereka yang ternyata dalam studinya tidak berhasil memperoleh prestasi belajar yang memuaskan. Data indeks prestasi sampai semester genap yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti, menunjukkan dari 28 mahasiswa, hanya 6 orang mahasiswa yang berhasil meraih IP di atas 3,00, sementara 4 orang meraih IP diantara 2,75-2,99, 8 orang


(11)

mahasiswa meraih IP antara 2,50-2,74 dan sisanya 10 orang mahasiswa memiliki IP di bawah 2,50. Dari data di atas dapat dilihat sekitar 35,71% mahasiswa memiliki IP di bawah standar prestasi yang diharapkan yaitu 2,50.

Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga orang dosen, prestasi belajar mahasiswa yang kurang optimal tersebut erat kaitannya dengan perilaku tidak disiplin, baik yang ditampilkan para mahasiswa, baik dalam pengerjaan tugas-tugas perkuliahan maupun dalam menghadiri perkuliahan. Menurut salah seorang dosen, ada mahasiswa yang sering bolos atau terlambat menghadiri perkuliahan di kelas ataupun pada saat praktek kerja. Ada juga mahasiswa yang sering terlambat menyerahkan tugas-tugas perkuliahan yang diberikan. Dosen lainnya mengatakan bahwa ada kecenderungan mahasiswa malas untuk belajar, terutama untuk menghadapi ujian. Mahasiswa dinilai sering belajar dengan “Sistem Kebut Semalam” sehingga nilai yang diperoleh menjadi tidak memuaskan. Sedangkan dosen lain mengeluhkan seringnya mahasiswa terlambat membayar uang perkuliahan yang menyebabkan mereka mengalami kesulitan mengikuti daftar ulang untuk mengikuti perkuliahan di semester selanjutnya.

Berdasarkan wawancara awal dengan lima orang mahasiswa yang memiliki prestasi di bawah standar rata-rata yang diharapkan, diperoleh keterangan terdapat beberapa hal yang menghambat mereka memperoleh prestasi yang memuaskan, antara lain malas untuk belajar ketika akan menghadapi ujian, malas untuk mengerjakan tugas, baik tugas perkuliahan ataupun tugas praktikum. Selain itu, mereka juga cenderung merasa kewalahan bila menerima banyak tugas dengan waktu pengumpulan tugas yang bersamaan serta kesulitan membagi waktu antara waktu untuk belajar dan mengerjakan tugas serta waktu untuk bermain dan melakukan aktivitas sosial. Alasan-alasan yang dikemukakan tersebut membuat mereka memilih untuk menunda mengerjakan tugas-tugas yang bersifat akademik dan


(12)

cenderung mengerjakan tugas-tugas tersebut di saat-saat terakhir sehingga hasilnya menjadi kurang optimal.

Perilaku-perilaku tidak disiplin waktu, kebiasaan menunda-nunda mengerjakan tugas dan belajar dalam literatur ilmiah psikologi disebut prokrastinasi (procrastination). Istilah prokrastinasi dipergunakan oleh Brown & Holtzman (1967) untuk menunjukkan suatu kecenderungan menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan. Ellis & Knaus (1977) menggambarkan prokrastinasi sebagai kegagalan untuk memulai atau menyelesaikan suatu tugas atau aktivitas pada waktu yang ditetapkan.

Di Indonesia, penelitian mengenai prokrastinasi sudah mulai banyak dilakukan. Namun demikian, di dunia barat pembicaraan bahkan penelitian mengenai prokrastinasi ini sudah lama dilakukan. Menurut Oxford English Dictionary (OED, 1952), istilah prokrastinasi mulai digunakan pada awal tahun 1600-an. Namun demikian, konotasi negatif dari istilah tersebut tampaknya belum muncul sampai pertengahan abad ke 18, pada saat revolusi industrial. Sedangkan, mayoritas penelitian yang telah dilakukan lebih banyak memfokuskan pada prokrastinasi akademik (McCown & Roberts, 1994). Hasil dari beberapa penelitian mengindikasikan bahwa prokrastinasi adalah suatu hal yang biasa terjadi secara luas di kalangan mahasiswa. Penelitian mengenai prokrastinasi yang dilakukan oleh Knauss (1998) menyatakan bahwa sebanyak 90% mahasiswa melakukan prokrastinasi dan sebanyak 25% dari populasi tersebut merupakan prokrastinator kronik. Sedangkan berdasarkan survey yang dilakukan Solomon & Rothblum (1984) didapatkan bahwa 50% para mahasiswa melaporkan bahwa mereka melakukan prokrastinasi pada tugas akademik setidaknya hingga separuh dari waktu yang diberikan untuk mengerjakan tugas dan 38% lainnya melaporkan bahwa mereka hanya kadang-kadang melakukan prokrastinasi (Caroline senecal, Richard Koestner and Robert J.Vallerand, 1995).


(13)

Bentuk yang paling umum dari prokrastinasi akademik di kalangan mahasiswa adalah menunda hingga waktu terakhir untuk menyerahkan tugas perkuliahan atau untuk belajar ketika akan menghadapi ujian (Milgram, Batori, & Mowrer, 1993). Hal ini bisa terjadi karena kehidupan siswa di perguruan tinggi memiliki karakteristik seringnya pemberian tugas oleh dosen maupun staf administrasi yang menuntut tanggung jawab seperti daftar ulang, melakukan pendaftaran untuk suatu mata kuliah tertentu, melengkapi formulir, dan menyerahkan tugas perkuliahan atau makalah. Para prokrastinator (akademik) lebih sering menggunakan waktu yang dimiliki untuk mengerjakan kegiatan-kegiatan yang tidak penting jika dibandingkan dengan tugas yang sedang dihadapinya. Para prokrastinator lebih sering menggunakan waktunya untuk aktivitas yang bersifat hiburan (Kalechstein dkk, 1989) seperti membaca (koran, majalah, atau buku cerita lainnya), jalan-jalan, mengobrol, mendengarkan musik, menonton film, minum atau makan makanan kecil.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka tidaklah meragukan bahwa prokrastinasi memiliki konsekuensi serius bagi mahasiswa. Beberapa literatur mencatat konsekuensi-konsekuensi dari prokrastinasi akademik ini. Tice & Baumeister (1977) menemukan bahwa para prokrastinator menerima nilai yang lebih rendah pada tugas-tugas perkuliahannya dan pada nilai-nilai ujiannya dibandingkan mereka yang non prokrastinator. Selain itu, mahasiswa prokrastinator cenderung lebih sering untuk menarik diri dan tidak menyelesaikan mata kuliah (Semb,Glick & Spencer, 1979; Rothblum, Solomon & Murakami, 1997). Sedangkan Knauss (1998) mencatat bahwa selain seringnya mahasiswa prokrastinator bolos mengikuti mata kuliah, pada skala yang lebih besar, prokrastinasi dapat membawa mahasiswa pada kegagalan, misalnya drop out.

Berdasarkan hasil angket yang disebarkan peneliti terhadap 45 mahasiswa untuk mencoba menjaring perilaku prokrastinasi mereka didapatkan data bahwa sebanyak 17 mahasiswa (37,77%) mengatakan bahwa mereka cenderung menunda mengerjakan atau


(14)

menyelesaikan tugas yang diberikan pada dosen. Sebanyak 12 mahasiswa (26,66%) mengatakan bahwa mereka sering kali terlambat menyelesaikan tugas, selanjutnya sebanyak 5 mahasiswa (11,11%) mengatakan bahwa seringkali mereka menganggap masih memiliki waktu yang banyak untuk menyelesaikan tugas, namun pada kenyataannya waktu yang dimilikinya sudah sempit karena mereka tidak segera mengerjakan tugas begitu tugas tersebut diberikan. Sebanyak 11 mahasiswa (24,44%) menyatakan cenderung mendahulukan kegiatan yang bersifat hiburan daripada menyelesaikan tugas sesegera mungkin. Berdasarkan perilaku di atas, maka menurut Ferrari,dkk (1995) mahasiswa-mahasiswa tersebut memiliki cirri-ciri sebagai seorang prokrastinator. Dimana ciri-ciri tersebut dapat diamati berupa: (a) penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi; (b) keterlambatan dalam mengerjakan tugas; (c) kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual; (d) melakukan aktivitas lain yang lebih menyenangkan daripada melakukan tugas yang harus dikerjakan.

Berdasarkan hal tersebut, maka dijaring pula alasan mengapa mereka melakukan penundaan dalam kegiatan-kegiatan akademik mereka dan kondisi yang mereka rasakan sebagai hasil penundaan tersebut, maka diperoleh hasil sebagai berikut: alasan paling banyak adalah karena mereka kesulitan membuat prioritas (23,3%). Dalam hal ini mahasiswa merasa memiliki banyak kegiatan lain yang harus dilakukan. Sayangnya, kegiatan yang mereka dahulukan pengerjaannya adalah kegiatan yang tidak ada hubungannya dengan perkuliahan mereka, misalnya menonton, jalan-jalan, ataupun kegiatan rekreasi lainnya. Alasan yang kedua adalah karena mereka menyukai resiko (21,6%). Mereka merasa senang dan tertantang untuk menyelesaikan tugas di menit-menit terakhir. Menurut mereka mengatakan bahwa kualitas dari hasil tugas yang mereka selesaikan bukanlah menjadi suatu masalah, karena yang terpenting di sini adalah bahwa mereka dapat menyelesaikan tugas dan mengumpulkan tugas tersebut pada waktunya. Alasan yang ketiga adalah karena malas (20%). Alasan yang


(15)

keempat adalah karena takut gagal (18,4%). Dalam hal ini mahasiswa cenderung takut mendapatkan nilai yang buruk, kekhawatiran bahwa dosen tidak akan menyukai tugas mereka, sehingga mereka melakukan penundaan pengerjaan tugas sampai mereka benar-benar siap secara mental untuk mengerjakannya. Alasan terakhir adalah karena mereka tidak menyukai tugas yang diberikan pada mereka (16,7%), hal ini menyebabkan mereka merasa tidak memiliki energi yang cukup untuk memulai mengerjakan tugas.

Sedangkan kondisi yang mahasiswa rasakan sebagai hasil dari penundaan yang mereka lakukan antara lain, merasa tidak percaya diri dengan hasil kerja yang sudah mereka buat (55%). Dalam hal ini ada rasa kekhawatiran bahwa hasil pekerjaan mereka kurang optimal sehingga tidak akan memperoleh nilai yang memuaskan. Kondisi lain yang mahasiswa rasakan adalah menyesal melakukan penundaan (25%). Perasaan menyesal itu muncul setelah mengetahui bahwa waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas tinggal sedikit lagi dan mereka khawatir tidak mampu menyelesaikan tugas dengan tepat waktu. Kondisi ketiga yang mereka rasakan adalah takut gagal atau tidak lulus (15%). Hal ini terjadi sebagai akibat rendahnya nilai yang mereka peroleh atau kesulitan mengikuti ujian karena sering membolos. Sedangkan kondisi terakhir yang mahasiswa rasakan sebagai akibat melakukan penundaaan adalah putus asa (5%). Kondisi ini terjadi karena mahasiswa sudah merasa tidak mampu mengerjakan tugas tepat waktu secara optimal.

Berdasarkan hal di atas, maka dapat dilihat betapa prokrastinasi akademik yang dilakukan mahasiswa memberikan banyak kerugian baik bagi kehidupan mereka sehari-hari maupun bagi pencapaian prestasi akademik mereka. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mencoba membuat suatu langkah intervensi dengan cara membuat suatu modul pelatihan prokrastinasi akademik yang dapat membantu para mahasiswa prokrastinator agar dapat mengatasi masalah prokrastinasinya sejak awal masa perkuliahan. Tujuan diadakannya pelatihan prokrastinasi akademik ini secara umum adalah untuk merubah pola pikir


(16)

mahasiswa yang mendukung perilaku prokrastinasi mereka serta untuk memberikan keterampilan (skill) yang dibutuhkan agar mahasiswa prokrastinator mampu merubah perilaku prokrastinasi akademik mereka. Dengan demikian diharapkan dapat mencegah kemungkinan prestasi buruk di masa yang akan datang ataupun kemungkinan drop out.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini akan meneliti bagaimana efektivitas pelatihan prokrastinasi akademik terhadap perubahan perilaku menunda pada mahasiswa prokrastinator di Universitas “X” Bandung?

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang prokrastinasi akademik pada mahasiswa prokrastinator di Universitas “X” sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan prokrastinasi akademik.

Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat rancangan modul pelatihan prokrastinasi akademik serta melihat efektivitas pelatihan prokrastinasi akademik tersebut terhadap perubahan perilaku menunda pada mahasiswa yang prokrastinator di Universitas “X”


(17)

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN 1.4.1 Kegunaan Teoretis

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi para peneliti yang akan mengadakan evaluasi mengenai program pelatihan yang telah diterapkan disini.

b. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai prokrastinasi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat kajian mengenai ketepatan modul pelatihan prokrastinasi yang sesuai dengan proses perubahan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa prokrastinator.

b. Melalui pelatihan ini diharapkan dapat membantu merubah perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa prokrastinator. Dengan berubahnya perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa, maka diharapkan prestasi belajarnya juga akan mengalami peningkatan menjadi lebih optimal sesuai dengan kapasitas intelektual yang dimilikinya.

c. Memberikan sumbangan informasi bagi pihak-pihak yang mengelola kegiatan belajar pada mahasiswa mengenai alternatif memecahkan masalah yang berhubungan dengan hambatan dalam prestasi belajar yang bersumber pada prokrastinasi akademik.


(18)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil pelatihan prokrastinasi akademik pada mahasiswa prokrastinator dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:

1. Terdapat penurunan tingkat prokrastinasi akademik setelah mengikuti pelatihan prokrastinasi akademik pada mahasiswa prokrastinator di Universitas “X”.

2. Rancangan modul pelatihan prokrastinasi akademik yang diturunkan dari enam area prokrastinasi akademik secara efektif dapat menurunkan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa prokrastinator di Universitas ”X”.

3. Penurunan tingkat prokrastinasi akademik berkaitan dengan perubahan kesadaran pada penundaan enam area prokrastinasi akademik.

4. Dari segi materi, secara umum pelatihan prokrastinasi akademik dinilai oleh peserta pelatihan cukup memuaskan, materinya bermanfaat dalam pengembangan diri dan bermanfaatkan untuk diterapkan dalam kehidupan akademik mereka, namun kurang di dalam pemberian contoh-contoh kongkrit dan permainan-permainan serta durasi yang di perpanjang dan dilakukan secara rutin.

5. Pelatihan prokrastinasi akademik dari segi fasilitator di dalam penyampaian materi,

secara umum dinilai oleh peserta pelatihan memiliki kemampuan yang baik dalam memenuhi kebutuhan belajar, menjelaskan tujuan dan manfaat dari pelatihan prokrastinasi akademik ini, mampu berkomunikasi mempertahankan perhatian dan ketertarikan peserta pelatihan terhadap program pelatihan, mampu menerangkan materi secara logis dan komprehensif, mampu memberikan umpan balik yang


(19)

membangun, dan memiliki pemahaman yang baik atas materi dan kemampuannya dalam menjelaskan.

6. Setiap peserta pelatihan mampu menerapkan action plan sebagai upaya pengembangan diri masing-masing ke dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di dalam kehidupan akademik mereka. Penerapan action plan yang dilakukan oleh setiap peserta dapat digolongkan kedalam dua macam perubahan, yaitu pertama adalah perubahan paradigma mengenai prokrastinasi, antara lain seperti memandang prokrastinasi akademik sebagai suatu kebiasaan yang memiliki efek negatif terhadap kehidupan akademis dan yang kedua adalah perubahan dalam perilaku menunda, dimana mahasiswa diajarkan keterampilan yang dibutuhkan agar bisa merubah perilaku prokrastinasi mereka.

5.2 SARAN

Posttest atau pengukuran kembali tingkat prokrastinasi akademik setelah pelatihan prokrastinasi akademik, sebaiknya dilakukan secara berkala yaitu dalam durasi waktu satu bulan, tiga bulan, enam bulan sehingga dapat terukur efektivitas pelatihan dalam jangka waktu yang lama.

 Contoh-contoh kongkrit dalam penyampaian materi hendaknya lebih disesuaikan lagi dengan minat dan kebutuhan peserta pelatihan, khususnya dalam menjelaskan perilaku prokrastinasi akademik.

 Penyempurnaan materi pelatihan prokrastinasi terutama pada tahap pemberian

skill pada peserta, supaya lebih banyak memuat keterampilan-keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan yang bersangkutan untuk mengubah perilaku prokrastinasi pada area prokrastinasi akademik tertentu.


(20)

 Bagi universitas, pelatihan bisa diberikan juga pada mahasiswa yang sedang menempuh tugas akhir sehingga dapat membantu penyelesaian tugas akhir tersebut dengan tepat waktu.


(21)

1

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, A. 1969. Principles of Behavior Modification. New York: Holt, Rinehart & Winston.

Bloom, Benjamin S.,etc. 1956. Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals, Handbook 1 Cognitive Domain. New York: Longmans, Green and co

Ferrari, Joseph R., Judith L. Johnson, William G. McCown. 1995.

Procrastination and Task Avoidance, Theory, Research, and Treatment. New York and London: Plenum Press.

Kirkpatrick, Donald L. 1998. Evaluating Training Programs, the Four Levels 2nd Ed. San Fransisco: Berrett-Koehler Publishers, Inc.

Wijaya, Tony. 2009. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta:


(22)

2

DAFTAR RUJUKAN

Binder, Kelly. 2000. The Effects of an Academic Procrastination Treatment on Student Procrastination and Subjective Well-Being. Thesis. Carletton University, Ottawa, Ontario.

Lestari, Maria Ike Septi. 1999. Hubungan antara Motif Berprestasi dan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa fakultas “X” Universitas “Y” Bandung. Skripsi. Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Pekasa, Stefania Andriyani. 2007. Perancangan Modul Pelatihan Untuk

Menggugah (Kesadaran) Empati Perawat Magang Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Immanuel Bandung. Tesis. Universitas Kristen Maranatha, Bandung.


(1)

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN 1.4.1 Kegunaan Teoretis

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi para peneliti yang akan mengadakan evaluasi mengenai program pelatihan yang telah diterapkan disini.

b. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai prokrastinasi.

1.4.2 Kegunaan Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membuat kajian mengenai ketepatan modul pelatihan prokrastinasi yang sesuai dengan proses perubahan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa prokrastinator.

b. Melalui pelatihan ini diharapkan dapat membantu merubah perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa prokrastinator. Dengan berubahnya perilaku prokrastinasi akademik pada mahasiswa, maka diharapkan prestasi belajarnya juga akan mengalami peningkatan menjadi lebih optimal sesuai dengan kapasitas intelektual yang dimilikinya.

c. Memberikan sumbangan informasi bagi pihak-pihak yang mengelola kegiatan belajar pada mahasiswa mengenai alternatif memecahkan masalah yang berhubungan dengan hambatan dalam prestasi belajar yang bersumber pada prokrastinasi akademik.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil pelatihan prokrastinasi akademik pada mahasiswa prokrastinator dapat disimpulkan beberapa hal yaitu:

1. Terdapat penurunan tingkat prokrastinasi akademik setelah mengikuti pelatihan prokrastinasi akademik pada mahasiswa prokrastinator di Universitas “X”.

2. Rancangan modul pelatihan prokrastinasi akademik yang diturunkan dari enam area prokrastinasi akademik secara efektif dapat menurunkan tingkat prokrastinasi akademik pada mahasiswa prokrastinator di Universitas ”X”.

3. Penurunan tingkat prokrastinasi akademik berkaitan dengan perubahan kesadaran pada penundaan enam area prokrastinasi akademik.

4. Dari segi materi, secara umum pelatihan prokrastinasi akademik dinilai oleh peserta pelatihan cukup memuaskan, materinya bermanfaat dalam pengembangan diri dan bermanfaatkan untuk diterapkan dalam kehidupan akademik mereka, namun kurang di dalam pemberian contoh-contoh kongkrit dan permainan-permainan serta durasi yang di perpanjang dan dilakukan secara rutin.

5. Pelatihan prokrastinasi akademik dari segi fasilitator di dalam penyampaian materi,

secara umum dinilai oleh peserta pelatihan memiliki kemampuan yang baik dalam memenuhi kebutuhan belajar, menjelaskan tujuan dan manfaat dari pelatihan prokrastinasi akademik ini, mampu berkomunikasi mempertahankan perhatian dan ketertarikan peserta pelatihan terhadap program pelatihan, mampu menerangkan materi secara logis dan komprehensif, mampu memberikan umpan balik yang


(3)

membangun, dan memiliki pemahaman yang baik atas materi dan kemampuannya dalam menjelaskan.

6. Setiap peserta pelatihan mampu menerapkan action plan sebagai upaya pengembangan diri masing-masing ke dalam kehidupan sehari-hari, khususnya di dalam kehidupan akademik mereka. Penerapan action plan yang dilakukan oleh setiap peserta dapat digolongkan kedalam dua macam perubahan, yaitu pertama adalah perubahan paradigma mengenai prokrastinasi, antara lain seperti memandang prokrastinasi akademik sebagai suatu kebiasaan yang memiliki efek negatif terhadap kehidupan akademis dan yang kedua adalah perubahan dalam perilaku menunda, dimana mahasiswa diajarkan keterampilan yang dibutuhkan agar bisa merubah perilaku prokrastinasi mereka.

5.2 SARAN

Posttest atau pengukuran kembali tingkat prokrastinasi akademik setelah pelatihan prokrastinasi akademik, sebaiknya dilakukan secara berkala yaitu dalam durasi waktu satu bulan, tiga bulan, enam bulan sehingga dapat terukur efektivitas pelatihan dalam jangka waktu yang lama.

 Contoh-contoh kongkrit dalam penyampaian materi hendaknya lebih disesuaikan lagi dengan minat dan kebutuhan peserta pelatihan, khususnya dalam menjelaskan perilaku prokrastinasi akademik.

 Penyempurnaan materi pelatihan prokrastinasi terutama pada tahap pemberian skill pada peserta, supaya lebih banyak memuat keterampilan-keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan yang bersangkutan untuk mengubah perilaku prokrastinasi pada area prokrastinasi akademik tertentu.


(4)

 Bagi universitas, pelatihan bisa diberikan juga pada mahasiswa yang sedang menempuh tugas akhir sehingga dapat membantu penyelesaian tugas akhir tersebut dengan tepat waktu.


(5)

1

DAFTAR PUSTAKA

Bandura, A. 1969. Principles of Behavior Modification. New York: Holt, Rinehart & Winston.

Bloom, Benjamin S.,etc. 1956. Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals, Handbook 1 Cognitive Domain. New York: Longmans, Green and co

Ferrari, Joseph R., Judith L. Johnson, William G. McCown. 1995.

Procrastination and Task Avoidance, Theory, Research, and Treatment. New

York and London: Plenum Press.

Kirkpatrick, Donald L. 1998. Evaluating Training Programs, the Four Levels 2nd Ed. San Fransisco: Berrett-Koehler Publishers, Inc.

Wijaya, Tony. 2009. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.


(6)

2

DAFTAR RUJUKAN

Binder, Kelly. 2000. The Effects of an Academic Procrastination Treatment on Student Procrastination and Subjective Well-Being. Thesis. Carletton University, Ottawa, Ontario.

Lestari, Maria Ike Septi. 1999. Hubungan antara Motif Berprestasi dan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa fakultas “X” Universitas “Y” Bandung. Skripsi. Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Pekasa, Stefania Andriyani. 2007. Perancangan Modul Pelatihan Untuk Menggugah (Kesadaran) Empati Perawat Magang Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Immanuel Bandung. Tesis. Universitas Kristen Maranatha, Bandung.


Dokumen yang terkait

PEMAKNAAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR Pemaknaan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Semester Akhir Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 20

PEMAKNAAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA SEMESTER AKHIR Pemaknaan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Semester Akhir Di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 16

PENURUNAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA AKTIVIS MAHASISWA MELALUI Penurunan Prokrastinasi Akademik Pada Aktivis Mahasiswa Melalui Pelatihan Efikasi Diri.

0 1 18

PENURUNAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA AKTIVIS MAHASISWA MELALUI PELATIHAN EFIKASI DIRI Penurunan Prokrastinasi Akademik Pada Aktivis Mahasiswa Melalui Pelatihan Efikasi Diri.

0 1 11

Studi Deskriptif Mengenai Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa yang Mengontrak Kembali Usulan Penelitian di Fakultas Psikologi Universitas "X" Bandung.

2 7 33

Studi Kontribusi Penyebab Prokrastinasi Terhadap Empat Area Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa di Jurusan "X" Universitas "Y" Bandung.

0 0 36

Perancangan dan Uji Coba Modul Pelatihan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Prokrastinator di Fakultas Psikologi Universitas “X” Bandung (Studi pada mahasiswa yang menunda mengerjakan Usulan Penelitian).

10 20 22

Hubungan Antara Self-Control dan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Yang Sedang Menyusun Usulan Penelitian di Fakultas "X" Universitas "Y" Bandung.

0 0 51

Survei Mengenai Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa yang Bergabung dalam Unit Kegiatan Pencinta Alam di Universitas "X" Bandung.

0 0 56

Hubungan Antara Prokrastinasi Akademik dengan Prestasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Semester II di Universitas "X" Bandung.

0 0 44