EFEKTIVITAS PENERAPAN TEKNIK AKTING STANISLAVSKY DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA SISWA KELAS XI MAN I MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2008/2009.

(1)

EFEKTIVITAS PENERAPAN TEKNIK AKTING STANISLAVSKY

DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERMAIN DRAMA

SISWA KELAS XI MAN I MEDAN TAHUN

PEMBELAJARAN 2008/2009

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Ahmad Badren Siregar

NIM 03310032

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2009


(2)

ABSTRAK

Ahmad Badren Siregar, NIM 03310032, Efektifitas Penerapan Teknik Akting Stanislavsky Dalam Meningkatkan Kemampuan Bermain Drama Siswa Kelas XI MAN I Medan Tahun Pembelajaran 2008/2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada materi bermain drama dengan mengunakan teknik yang sesuai dengan kebutuhan bermain drama yaitu Teknik Akting Stanislavsky, yang dilaksanakan pada Juni-Juli. Penelitian ini dilaksanakan di MAN I Medan Tahun Pembelajaran 2008/2009. Sampel penelitian ini adalah sampel yang langsung ditetapkan untuk mejadi wakil dari populasi yang ada yaitu sebanyak 36 orang siswa dari jumlah populasi 240 orang siswa.

Metode dalam penelitian ini bersifat quasi experimen (eksperimen semu). Dari pengolahan data diperoleh hasil pre test dengan rata-rata = 66,67, standard deviasi = 6,90 dan termasuk pada kategori baik sebanyak 19,44%, kategori cukup sebanyak 38,89%, kategori kurang sebanyak 41,67%. Hasil post test dengan rata-rata = 80,67, standard deviasi = 6,36, dan dari kategori sangat baik sebanyak 22,22%, kategori baik sebanyak 61,11%, dan kategori cukup sebanyak 16,67%. Dari uji data hasil pre test dan post test di dapat kedua hasil berdistribusi normal. Dari uji homogenitas di dapat bahwa sample penelitian ini berasal dari populasi yang homogen. Setelah uji normalitas dan homogenitas, di dapatlah t0 sebesar

3,45. Selanjutnya t0 diketahui, kemudian dikonsultasikan dengan ttabel pada taraf

signifikasi 5% dengan df=N-1=36-1=35. dari df=35 diperoleh taraf signifikasi 5%=2,03. karena t0 yang diperoleh lebih besar dari ttabel yaitu 3,45>2,03, maka

hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa Teknik Akting Stanislavsky efektif untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bermain drama.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, dengan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Efektifitas Penerapan Teknik Akting Stanislavsky Dalam Meningkatkan Kemampuan Bermain Drama Siswa Kelas XI Man I Medan Tahun Pembelajaran 2008/2009”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan.

Penulis pun tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini khususnya kepada:

1. Prof. Syawal Gultom, M.Pd. selaku Rektor UNIMED beserta stafnya.

2. Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd. selaku Dekan FBS UNIMED, Pembantu Dekan FBS UNIMED beserta stafnya.

3. Dra. Rosmawaty, M.Pd. selaku Ketua Jurusan dan Bapak Drs. Tingkos Sinurat, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

4. Dra. Mursini, M.Pd. selaku Ketua Prodi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

5. Drs. Syamsul Arif, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini. Terima kasih yang tak terhingga.

6. Dra. Rosdiana Siregar Sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah memandu mahasiswa bimbingannya ini dari awal perkuliahan hingga akhir. 7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen di lingkungan FBS UNIMED.


(4)

8. Kepala MAN I Medan, guru bidang studi Bahasa Indonesia, seluruh guru berserta staf tatausaha MAN I Medan.

9. (Alm.) Ayahanda-Ibunda tercinta. Terima kasih, karena begitu setia menebar cinta tak hingga. Semoga Allah berkenan menjadikan tiap dengus nafas hingga kasihmu menjadi ibadah. Said Ansari Siregar, Syahrina Siregar, Faisal Ridho Siregar, Tarmiji Hamid Siregar. Adik-adik yang sangat kucintai.

10.Opung, Unyang (Alm.), semoga umur yang berkah dan rahmat yang limpah menaungi hari. Terima lasih buat segala hal yang dihaturkan buat cucumu ini. 11.Keluarga besar teater LKK, rumah tempat belajar berdiri menatap matahari.

dan belajar membaca cuaca.

12.Kakanda Suyadi San, M. Raudah Jambak, Hasan Al-Banna, Ali Rahman Kaban, Asep Sutajaya, , Indra Dinata, Heri Sukamto. Apriani Kartini, Syafitra Harahap, Yeni Syafilla, Ardi Syahputra, Safinatul Hasanah Harahap, Ida Ramadhani Siregar. Juga segala wajah yang semai dalam hati, yang kiranya tak tersebut satu-persatu.

Semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua. Khususnya bagi para pendidik, mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Medan, Agustus 2009 Penulis,

AHMAD BADREN SIREGAR NIM 03310032


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR DIAGRAM BATANG ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 8

A. Kerangka Teoretis ... 8

1. Pengertian Efektivitas ... 8

2. Pengertian Teknik Akting Stanislavsky ... 9

3. Langkah-langkah Teknik Akting Stanislavsky ... 10

a.Akting “If” dan Situasi yang Ditentukan ... 10

b.Imajinasi ... 12

c.Pemusatan Perhatian di Atas Pentas (Kosentrasi) ... 12

d.Pengendoran Otot (Rileksasi) ... 13

e.Bagian-Bagian dan Tujuan. ... 14


(6)

f. Rasa Kebenaran dan Keyakinan ... 14

g.Ingatan-Perasaan (Emosi) ... 15

h.Kebersamaan ... 15

i. Adaptasi ... 16

j. Tempo dan Ritme ... 16

k.Dorongan Motif Kehidupan Jiwa ... 17

l. Kesinambungan Sebuah Peranan ... 17

4. Drama ... 18

a. Pengertian Drama ... 18

b. Unsur-Unsur Drama ... 19

c. Unsur-Unsur Pementasan / Pertunjukan Drama ... 24

d. Kemampuan Bermain Drama ... 29

e. Kerangka Konseptual ... 31

f. Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

B. Populasi dan Sampel ... 34

1. Populasi ... 34

2. Sampel. ... 35

C. Defenisi Operasional ... 36

D. Metode Penelitian... 37

E. Instrumen Penelitian ... 38


(7)

G. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46

A. Penyajian Data ... 46

B. Analisis Data ... 47

1. Analisis Data Hasil Pre Test ... 47

2. Analisis Data Hasil Post Test ... 49

3. Uji Persyaratan Analisis Data ... 51

C. Pengujian Hipotesis ... 53

D. Rangkuman Hasil Penelitian ... 55

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 55

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... ... 57

A. Simpulan ... ... 57

B. Saran ... ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN I Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 61

LAMPIRAN II Naskah Drama ... 64

LAMPIRAN III Tugas Awal Siswa ... 75

LAMPIRAN IV Pre Test Post Test ... 76

LAMPIRAN V Kelompok dan Peran ... 77

LAMPIRAN VI Hasil Pre Test ... 79

LAMPIRAN VII Hasil Post Test ... 81

LAMPIRAN VIII Perhitungan Uji Normalitas Hasil Pre Test ... 83


(8)

LAMPIRAN X Uji Homogenitas dengn Menggunakan Rumus

Perbandingan Varians ... 85 LAMPIRAN X I Pengujian Hipotesis ... 86 LAMPIRAN XII Dokumentasi ... 89


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

TABEL 1 POPULASI SISWA KELAS XI MAN 1 MEDAN ... 35

TABEL 2 DESAIN EKSPERIMEN PRE-TES POST-TEST DESIGN ... 37

TABEL 3 PROSEDUR EKSPERIMEN PRE-TEST POST-TEST ... 38

TABEL 4 KRITERIA PENILAIAN BERMAIN DRAMA BERDASARKAN TEKNIK AKTING STANISLAVSKY ... 39

TABEL 5 DATA HASIL PRE TEST DAN POST TEST ... 46

TABEL 6 DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL PRE TEST ... 47

TABEL 7 IDENTIFIKASI KECENDRUNGAN HASIL PRE TEST ... 48

TABEL 8 DISTRIBUSI FREKUENSI HASIL POST TEST ... 49

TABEL 9 IDENTIFIKASI KECENDRUNGAN HASIL POST TEST ... 50

TABEL 10 UJI NORMALITAS HASIL PRE TEST ... 52


(10)

DAFTAR DIAGRAM BATANG

Halaman

DIAGRAM BATANG 1 FREKUENSI HASIL PRE TEST ... 49 DIAGRAM BATANG 2 FREKUENSI HASIL POST TEST ... 51


(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sastra ibarat bunga bahasa. Di dalamnya bahasa diracik dan dirangkai agar lebih indah, memukau dan ekspresif. Maka fungsinya secara umum sama dengan bahasa. Namun secara khusus sastra merupakan sarana untuk mengaplikasikan perasaan, pengalaman, kreatifitas imajinasi manusia, sampai pada penelaahan unsur-unsur kehidupan, alam, ketuhanan, teknologi dan zaman yang disajikan dalam bentuk tulisan. Dengan tujuan untuk dinikmati sebagai sebuah karya yang mampu memikat para penikmatnya.

Drama merupakan salah satu bentuk karya sastra yang khas, sebab tujuan akhir dari sebuah drama bukan hanya untuk dinikmati sebagai sebuah tulisan tetapi untuk dinikmati sebagai sebuah pertunjukan di atas panggung. Ketika drama diangkat menjadi sebuah pertunjukan di atas panggung, seluruh dialog dan tokoh-tokoh yang ada di dalam naskah drama dihadirkan ke atas panggung oleh seorang aktor. Aktor adalah orang yang ditugaskan untuk memerankan seorang tokoh, sedangkan segala gerak dan dialog yang dihadirkan oleh seorang aktor disebut akting. Maka tugas aktor adalah berakting. Aktor harus mampu menunjukkan akting yang natural atas tokoh yang diperankannya. Agar tokoh-tokoh tersebut benar-benar hidup dan nyata. Menyerupai tokoh-tokoh asli dalam kehidupan sehari-hari, tidak terasa kaku atau malah terkesan dibuat-buat. Stanislavsky dalam More mengatakan “Pekerjaan yang menyenangkan bagi seorang aktor, salah satunya ialah bertanggung jawab, karena si aktorlah yang


(12)

memberi nafas kehidupan ke dalam sebuah drama tertulis. Dialah yang yang membuat drama itu dapat dimengerti, hidup, indah dan menyenangkan (1966:01)”.

Dengan kata lain aktor tersebut harus bertanggung jawab untuk menciptakan tiap dialog, gerak dan tindak-tanduk tokoh yang diperankannya benar-benar meyakinkan dan menyenangkan bagi penonton. Bahkan W.S. Rendra (2007:09), menegaskan bahwa “Aktor yang baik adalah yang bisa menjelmakan perannya hidup sekali. Ia bisa menjelma menjadi seorang dokter dengan cara meyakinkan. Caranya memegang nadi pasien, caranya membalut luka, semuanya serba meyakinkan.’’ Hingga drama dapat dinikmati sebagai sebuah pertunjukan yang menarik, indah dan mengesankan.

Pengajaran sastra di sekolah, dalam hal ini drama masih sangat rendah. Siswa melihat drama hanyalah sebuah pelajaran sepintas lalu. Cukup dengan sedikit teori, dibaca sekali dengan vokal seadanya di kelas dan bila dipertunjukkan di depan kelas, siswa cukup membawa teks drama tersebut atau hanya menghapal dan melapalkan dialognya di hadapan siswa-siswa lainnya. Selesailah pengajaran drama. Pengajaran drama tersebut tidak memberikan siswa ruang untuk mengeksplorasi tokoh dan dialog diatas panggung dan tidak memberitahukan siswa bagaimana bermain drama sebenarnya serta apa-apa saja yang diperlukan dalam bermain drama. Akhirnya siswa hanya mengetahui sebatas itulah drama, padahal sebenarnya mereka masih sangat jauh dari apa yang dikatakan sebagai drama dan bermain drama. Dengan kata lain kemampuan dan pengalaman mereka bermain drama sangatlah rendah.


(13)

Hal ini sesuai dengan pengalaman penulis ketika melakukan Praktik Penelitian Lapangan (PPL) dan ketika menonton pertunjukan drama siswa dalam beberapa festifal drama di Unimed dan Taman Budaya Sumatra Utara (TBSU). Penulis melihat siswa belum mampu mengekspresikan dialog dengan benar, sesuai dengan karakter, mimik wajah yang ditampilkan masih terlampau datar dan terlalu kaku dalam bergerak di atas panggung. Terutama pementasan drama singkat di dalam lokal, siswa terlihat tidak mampu dan mengalami kebingungan dalam memerankan tokoh baik dalam berdialog, ekspresi maupun gerak.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Bidang Studi Bahasa dan Sastra Indonesia sebenarnya telah tepat dalam menunjukkan dan mengarahkan pengajaran kepada standart kompetensi yang hendak dicapai. Dari kompetensi dasar, yakni menyampaikan dialog disertai gerak-gerik dan mimik, sesuai dengan watak tokoh dalam drama, telah cukup jelas tujuan setiap guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia dalam mengajarkan drama. Hanya saja guru masih terlalu memudahkan pengajaran drama. Kebanyakan hanya dengan metode ceramah seperti mengajaran materi lainnya tanpa memperhatikan cara dan praktik yang harus diajarkan agar siswa mampu bermain drama dengan baik. Pengajaran seperti ini menyebabkan terbendungnya minat dan bakat siswa dalam bermain drama, bahkan dalam mempelajari sastra. Padahal pembelajaran sastra (drama dan bermain drama) seharusnya dilaksanakan secara kreatif dan dengan cara yang tepat agar dapat memacu siswa untuk terampil berkreatifitas. Seperti Rosidi dalam Ambarita (2005:52), mengatakan bahwa “Pemupukan sastra terhadap minat sastra belum memuaskan bahkan jauh dari mencukupi”.


(14)

Pendapat serupa diungkapkan pula oleh Artika seorang pengamat pendidikan, seni, dan budaya Undiksha Singaraja (2005: 5), “Dunia teater dan drama memang jarang muncul di lingkungan remaja, khususnya dari kalangan pelajar SMP maupun SMA. Sekolah dinilai memandang teater maupun drama sebagai seni yang ekslusif sehingga tak diadaptasi dengan baik. Dunia teater dan drama perlu ruang gerak, waktu yang banyak dan cara yang tepat. Sedangkan guru belum menempatkan waktu dan pengajaran dengan cara semestinya.”

Untuk itu guru dituntut mencari, memahami dan menerapkan suatu pengajaran drama sesuai dengan kebutuhan siswa dan tepat untuk memngarahkan siswa dalam bermain drama. Sebuah pengajaran yang bersentuhan langsung terhadap drama dan tentang cara meningkatkan kemampuan bermain drama siswa.

Teknik akting Stanislavsky mungkin dapat menjadi terobosan baru dalam meningkatkan kemampuan bermain drama siswa dan mengatasi persoalan yang ada dihadapi dalam pengajaran bermain drama. Teknik ini dapat memberikan acuan dan cara yang tepat dalam bermain drama yang baik.

Teknik akting Stanislavski telah banyak diterapkan dalam grup-grup teater yang ada di seluruh dunia. Menjadi pembelajaran dan dasar latihan utama bagi seorang calon aktor untuk mementaskan sebuah pertunjukan drama. Hal ini dikarenakan Teknik ini mengacu kepada pemain drama/aktor sebagai titik fokus permainan drama/pementasan. Bukan berorientasi kepada pentas atau pertunjukan. Dengan kata lain pelatihannya atau langkah-langkah pelatihannya memberikan pemahaman dan pelatihan pada panca indra dan kejiwaan seorang aktor untuk berakting secara natural. Hingga akhirnya tiap bagian tubuh akan terlatih untuk bermain dengan emosi daan kejiwaan yang tepat. Maka teknik ini


(15)

sangat cocok untuk dikembngkan pada pemain pemula, atau pemain drama pada tahap perkembangan.

Hanya saja, penerapannya terbatas pada orang-orang yang hendak mendalami dunia pertunjukan teater di kalangan tertentu atau kalangan orang-orang dalam grup teater itu sendiri, tidak sampai pada penerapan terhadap siswa dan pembelajaran di sekolah-sekolah. Dari kenyataan tersebut, yang menjadi sorotan bagi peneliti apakah teknik akting Stanislavsky juga dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan bermain drama pada siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penerapan Teknik Akting Stanislavsky dalam meningkatkan kemampuan bermain drama.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Pengajaran sastra di sekolah mengalami kemunduran. Hanya sebatas teori tanpa peraktik dan pengalaman yang jelas.

2. Kemampuan bermain drama siswa sangatlah rendah. Karena

pengajaran drama yang diberikan hanya sepintas lalu saja. Hal ini terbukti dari kenyataan pengajaran di sekolah-sekolah dan pertunjukan drama siswa.

3. Kompetensi dasar pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia menuntut siswa mampu


(16)

menyampaikan dan mengekspresikan dialog dan ekspresi sesuai dengan watak tokoh dalam drama dengan baik.

4. Guru masih terkesan memudahkan pengajaran tentang bermain drama. Hanya dengan metode ceramah atau menyuruh siswa memperagakan di depan kelas.

5. Apakah teknik akting stanislavski dapat meningkatkan kemampuan bermain drama siswa?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dapat dibatasi pada penerapan teknik akting Stanislavski dalam meningkatan kemampuan bermain drama siswa kelas XI MAN I Medan Tahun Ajaran 2008/2009. Untuk mendukung penelitian ini peneliti memilih naskah “Eyang Sukro” Karya Suyadi San.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas dapat dirumuskan maslah penelitian yaitu:

1. Bagaimanakah kemampuan siswa bermain drama dengan menggunakan Teknik Akting Stanislavsky?

2. Apakah Teknik Akting Stanislavsky dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bermain drama?


(17)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kemampuan bermain drama siswa kelas XI MAN 1 Tahun Pembelajaran 2008/2009 dengan menggunakan Teknik Akting Stanislavsky.

2. Mengetahui keefektivan Teknik Akting Stanislavsky dalam meningkatkan keterampilan bermain drama Siswa kelas XI MAN 1 Medan tahun pembelajaran 2008/2009.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai gambaran dan bahan informasi bagi sekolah untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam bermain drama.

2. Sebgai bahan masukan bagi guru dalam upaya meningkatkan

kemampuan siswa dalam bermain drama dengan menggunakan teknik Akting Stanislavsky.

3. Sebagai sumbangsih untuk kemajuan dunia pendidikan Bahasa dan Sastra serta dunia sastra Indonesia.

4. Sebagai pedoman atau bahan masukan bagi peneliti sebagai calom guru yang kelak akan mengajarkan bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia.

5. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi teman-teman yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap materi ini.


(18)

57 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan siswa bermain drama mengalami peningkatan yang signifikan dengan menggunakan Teknik Akting Stanislavsky.

2. Teknik Akting Stanislavsky efektif diterapkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bermain drama.


(19)

B. Saran

1. Kemampuan siswa dalam bermain drama perlu ditingkatkan lagi. Hal tersebut tentunya memerlukan Strategi pembelajaran yang lebih efektif digunakan dalam proses belajar mengajar (PBM) di sekolah. Salah satu Strategi belajar dan mengajar yang dapat dijadikan alternatif adalah penerapan teknik akting Stanislavsky, yang memang dirancang untuk mempersiapkan aktor yang baik dalam bermain drama.

2. Para guru khususnya, disarankan untuk memahami terlebih dahulu dan menerapkan teknik-teknik yang sesuai terhadap pembelajaran bermain drama. Hingga pembelajaran bermain drama dapat mencapai kompetensi yang diharapkan.

3. Disarankan agar peneliti selanjutnya tetap memperhatikan perkembangan model-model pembelajaran/Strategi-strategi pembelajaran yang digunakan di sekolah khususnya dalam pembelajaran bermain drama.


(1)

Pendapat serupa diungkapkan pula oleh Artika seorang pengamat pendidikan, seni, dan budaya Undiksha Singaraja (2005: 5), “Dunia teater dan drama memang jarang muncul di lingkungan remaja, khususnya dari kalangan pelajar SMP maupun SMA. Sekolah dinilai memandang teater maupun drama sebagai seni yang ekslusif sehingga tak diadaptasi dengan baik. Dunia teater dan drama perlu ruang gerak, waktu yang banyak dan cara yang tepat. Sedangkan guru belum menempatkan waktu dan pengajaran dengan cara semestinya.”

Untuk itu guru dituntut mencari, memahami dan menerapkan suatu pengajaran drama sesuai dengan kebutuhan siswa dan tepat untuk memngarahkan siswa dalam bermain drama. Sebuah pengajaran yang bersentuhan langsung terhadap drama dan tentang cara meningkatkan kemampuan bermain drama siswa.

Teknik akting Stanislavsky mungkin dapat menjadi terobosan baru dalam meningkatkan kemampuan bermain drama siswa dan mengatasi persoalan yang ada dihadapi dalam pengajaran bermain drama. Teknik ini dapat memberikan acuan dan cara yang tepat dalam bermain drama yang baik.

Teknik akting Stanislavski telah banyak diterapkan dalam grup-grup teater yang ada di seluruh dunia. Menjadi pembelajaran dan dasar latihan utama bagi seorang calon aktor untuk mementaskan sebuah pertunjukan drama. Hal ini dikarenakan Teknik ini mengacu kepada pemain drama/aktor sebagai titik fokus permainan drama/pementasan. Bukan berorientasi kepada pentas atau pertunjukan. Dengan kata lain pelatihannya atau langkah-langkah pelatihannya memberikan pemahaman dan pelatihan pada panca indra dan kejiwaan seorang aktor untuk berakting secara natural. Hingga akhirnya tiap bagian tubuh akan terlatih untuk bermain dengan emosi daan kejiwaan yang tepat. Maka teknik ini


(2)

sangat cocok untuk dikembngkan pada pemain pemula, atau pemain drama pada tahap perkembangan.

Hanya saja, penerapannya terbatas pada orang-orang yang hendak mendalami dunia pertunjukan teater di kalangan tertentu atau kalangan orang-orang dalam grup teater itu sendiri, tidak sampai pada penerapan terhadap siswa dan pembelajaran di sekolah-sekolah. Dari kenyataan tersebut, yang menjadi sorotan bagi peneliti apakah teknik akting Stanislavsky juga dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan bermain drama pada siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang penerapan Teknik Akting Stanislavsky dalam meningkatkan kemampuan bermain drama.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Pengajaran sastra di sekolah mengalami kemunduran. Hanya sebatas teori tanpa peraktik dan pengalaman yang jelas.

2. Kemampuan bermain drama siswa sangatlah rendah. Karena pengajaran drama yang diberikan hanya sepintas lalu saja. Hal ini terbukti dari kenyataan pengajaran di sekolah-sekolah dan pertunjukan drama siswa.

3. Kompetensi dasar pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia menuntut siswa mampu


(3)

menyampaikan dan mengekspresikan dialog dan ekspresi sesuai dengan watak tokoh dalam drama dengan baik.

4. Guru masih terkesan memudahkan pengajaran tentang bermain drama. Hanya dengan metode ceramah atau menyuruh siswa memperagakan di depan kelas.

5. Apakah teknik akting stanislavski dapat meningkatkan kemampuan bermain drama siswa?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dapat dibatasi pada penerapan teknik akting Stanislavski dalam meningkatan kemampuan bermain drama siswa kelas XI MAN I Medan Tahun Ajaran 2008/2009. Untuk mendukung penelitian ini peneliti memilih naskah “Eyang Sukro” Karya Suyadi San.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas dapat dirumuskan maslah penelitian yaitu:

1. Bagaimanakah kemampuan siswa bermain drama dengan menggunakan Teknik Akting Stanislavsky?

2. Apakah Teknik Akting Stanislavsky dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam bermain drama?


(4)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kemampuan bermain drama siswa kelas XI MAN 1 Tahun Pembelajaran 2008/2009 dengan menggunakan Teknik Akting Stanislavsky.

2. Mengetahui keefektivan Teknik Akting Stanislavsky dalam meningkatkan keterampilan bermain drama Siswa kelas XI MAN 1 Medan tahun pembelajaran 2008/2009.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Sebagai gambaran dan bahan informasi bagi sekolah untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam bermain drama.

2. Sebgai bahan masukan bagi guru dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam bermain drama dengan menggunakan teknik Akting Stanislavsky.

3. Sebagai sumbangsih untuk kemajuan dunia pendidikan Bahasa dan Sastra serta dunia sastra Indonesia.

4. Sebagai pedoman atau bahan masukan bagi peneliti sebagai calom guru yang kelak akan mengajarkan bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia.

5. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi teman-teman yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap materi ini.


(5)

57 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan siswa bermain drama mengalami peningkatan yang signifikan dengan menggunakan Teknik Akting Stanislavsky.

2. Teknik Akting Stanislavsky efektif diterapkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam bermain drama.


(6)

B. Saran

1. Kemampuan siswa dalam bermain drama perlu ditingkatkan lagi. Hal tersebut tentunya memerlukan Strategi pembelajaran yang lebih efektif digunakan dalam proses belajar mengajar (PBM) di sekolah. Salah satu Strategi belajar dan mengajar yang dapat dijadikan alternatif adalah penerapan teknik akting Stanislavsky, yang memang dirancang untuk mempersiapkan aktor yang baik dalam bermain drama.

2. Para guru khususnya, disarankan untuk memahami terlebih dahulu dan menerapkan teknik-teknik yang sesuai terhadap pembelajaran bermain drama. Hingga pembelajaran bermain drama dapat mencapai kompetensi yang diharapkan.

3. Disarankan agar peneliti selanjutnya tetap memperhatikan perkembangan model-model pembelajaran/Strategi-strategi pembelajaran yang digunakan di sekolah khususnya dalam pembelajaran bermain drama.