PEMBINAAN TERHADAP WARGABINAAN PELAKU TINDAK PIDANA TERORISME DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS I A CIPINANG DIKAITKAN KONSEP PEMASYARAKATAN DALAM UNDANG-UNDANG NO.12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN.

ABSTRAK
Rangkaian peristiwa teror berupa pemboman yang terjadi di wilayah Negara
Republik Indonesia telah menimbulkan rasa takut kepada masyarakat luas, baik warga negara
Indonesia ataupun warga negara asing yang sedang berada di Indonesia maupun diluar
wilayah Indonesia sekalipun. Pemberantasan terhadap aksi terorisme yang terjadi
menunjukkan hasil yang cukup baik, tetapi tidak dalam hal pembinaan bagi para pelaku yang
tertangkap dan dihukum. Belum adanya peraturan baku mengenai tata cara pembinaan
khusus bagi pelaku tindak pidana terorisme menjadi faktor utama mengingat kejahatan ini
berbeda karakteristiknya. Berdasarkan permasalahan tersebut, penulis bermaksud untuk
meneliti 3 (tiga) pokok permasalahan yaitu, pertama, mengenai konsep pembinaan serta
penempatan dalam Lembaga Pemasyarakatan saat ini sudah tepat bagi wargabinaan pelaku
tindak pidana terorisme, kedua, mengenai kendala yang terjadi dalam pembinaan
wargabinaan terorisme, ketiga, mengenai upaya pembinaan pelaku tindak pidana terorisme
dilihat dari karakteristik kejahatannya dalam Lembaga Pemasyarakatan dikaitkan dari
Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan yuridis empiris yang
bertujuan untuk memperoleh analisis data-data hukum guna memperoleh gambaran yang
menyeluruh dan sistematis mengenai norma hukum serta asas hukum dalam peraturan hukum
yang berlaku, yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.
Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa, pertama, faktor belum adanya aturan
baku yang seragam berlaku di seluruh Lapas di Indonesia mengenai tata cara pembinaan bagi

wargabinaan terorisme ini, kedua, keterbatasan pengetahuan para sipir serta keterbatasan
sarana dan prasarana yang dapat mendukung berjalannya pembinaan bagi wargabinaan
terorisme dan ketiga upaya yang dapat dilakukan dalam menangani pembinaan wargabinaan
terorisme itu sendiri.

2

ABSTRACT
The series of terror events in the form of bombings that occurred in the territory of the
Republic of Indonesia has caused fear to the public, both Indonesian citizens or foreign nationals
who were in Indonesia and outside Indonesia territory though. Eradication of terrorism that
occurred showed fairly good results, but not in terms of coaching for the perpetrators are caught
and punished. The absence of standard regulations about the manner of special coaching for the
perpetrators of terrorism became a major factor given the different characteristics of this crime.
Based on these problems, the authors intend to examine the 3 (three) the subject matter, namely,
first, the concept of coaching as well as placement in a correctional institution is now right for
wargabinaan perpetrators of terrorism, second, the constraints that occur in coaching
wargabinaan terrorism, third, the construction effort of the perpetrators of criminal acts of
terrorism seen in the characteristics of crimes linked to Correctional Institutions of Law Number
12 Year 1995 on Correctional.

The research was conducted using juridical approach that aims to obtain empirical data
analysis of the law in order to obtain a comprehensive and systematic legal norms and principles
of law in the applicable legislation, relating to the issues under study.
From the results of this study indicate that, first, a factor the absence of a uniform rule
that applies in all prisons in Indonesia regarding the procedures for wargabinaan fostering
terrorism, the second, limited knowledge of the guards as well as limited facilities and
infrastructure that can support the passage of coaching for terrorism wargabinaan and third
attempts to do in dealing with terrorism wargabinaan coaching itself.

Kata Kunci :
1. Lembaga Pemasyarakatan
2. Pembinaan dalam pemasyarakatan
3. Tindak pidana terorisme

3

Dokumen yang terkait

Harga Diri Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Kelas IIA Tanjung Gusta Medan

26 227 125

Perilaku Seks Narapidana Remaja Pria di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Anak Tanjung Gusta Medan Tahun 2005

0 40 81

Pola Pembinaan Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Wanita Tanjung Gusta Medan

5 92 134

Pengawasan Pemberian Remisi Terhadap Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Dihubungkan Dengan Tujuan Sistem Pemasyarakatan

5 32 141

Pembinaan Narapidana di Lembaga :Pemasyarakatan Menurut Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan,(Studi Kasus Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tanjung Gusta Medan)

0 32 344

Pelaksanaan Pembinaan Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (Studi Di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Binjai)

1 41 122

ANALISIS YURIDIS TERHADAP BENTUK PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN (Studi Kasus Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo).

0 0 91

SISTEM PEMIDANAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIB KABUPATEN TUBAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN.

0 1 90

SISTEM PEMIDANAAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIB KABUPATEN TUBAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN SKRIPSI

0 0 40

ANALISIS YURIDIS TERHADAP BENTUK PEMBINAAN NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN (Studi Kasus Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Sidoarjo) SKRIPSI

0 0 53