TINJAUAN MENGENAI MUSYAWARAH SECARA ADAT DALAM PENENTUAN GANTI RUGI PENGADAAN TANAH DI KALIMANTAN TENGAH DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UN.
ABSTRAK
TINJAUAN MENGENAI MUSYAWARAH
SECARA ADAT DALAM PENENTUAN GANTI RUGI PENGADAAN TANAH
DI KALIMANTAN TENGAH DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI
PEMBANGUNAN UNTUKKEPENTINGAN UMUM
Intensitas pembangunan yang semakin meningkat dan keterbatasan
persediaan tanah membawa dampak semakin sulitnya memperoleh tanah
untuk berbagai keperluan, melonjaknya harga tanah dan kecenderungan
perkembangan penggunaan tanah secara tidak teratur, terutama di daerahdaerah strategis. Seiring dengan perkembangan masyarakat dan untuk
memperlancar jalannya pembangunan untuk kepentingan umum, di satu
pihak pemerintah memerlukan areal tanah yang cukup luas dan di pihak lain
yaitu pemegang hak atas tanah yang akan digunakan tanahnya oleh
pemerintah untuk kepentingan pembangunan tidak boleh dirugikan. Tujuan
penelitian ini untuk menganalisis proses musyawarah secara adat dalam
penentuan rugi pengadaan tanah untuk pembangunan jalan Kuala Kurun-Sei
Hanyu 2013 dan menganalisis hambatan yang timbul dalam proses
musyawarah secara adat dalam penentuan ganti rugi pengadaan tanah untuk
pembangunan jalan Kuala Kurun-Sei Hanyu tahun 2013.
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dengan
spesifikasi penelitian deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data yang
digunakan berupa studi kepustakaan untuk mendapatkan bahan-bahan atau
data-data sekunder berupa bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder yang dianalisis secara kualitatif untuk menjawab rumusan masalah
yang diajukan. Sumber data primer didapat melalui wawancara dengan
Pemerintah Kabupaten Gunung Mas, Kantor Pertanahan Kabupaten Gunung
Mas dan Masyarakat di Desa Kuala Kurun Seberang, Desa Tangirang dan
Desa Dirung Keram.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Proses musyawarah secara
adat yang dilakukan dalam penentuan ganti rugi pengadaan tanah untuk
pembangunan jalan Kuala Kurun-Sei Hanyu 2013 di Kabupaten Gunung Mas
Kalimantan Tengah, belum demokratis karena masih adanya campur tangan
dari pihak pemerintah serta belum tercapainya kesepakatan penentuan ganti
rugi dalam musyawarah umum dan hambatan yang timbul yaitu minimnya
pengetahuan dan aturan hukum tentang pengadaan tanah, banyaknya
masyarakat yang tidak hadir dalam proses musyawarah adat dan adanya
kebijakan dari Bupati Gunung Mas yang menyatakan larangan terhadap
aktivitas di lokasi pengadaan tanah serta kurangnya sosialisasi yang
dilakukan pemerintah kepada masyarakat dalam proses musyawarah secara
umum.
iv
TINJAUAN MENGENAI MUSYAWARAH
SECARA ADAT DALAM PENENTUAN GANTI RUGI PENGADAAN TANAH
DI KALIMANTAN TENGAH DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG
NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI
PEMBANGUNAN UNTUKKEPENTINGAN UMUM
Intensitas pembangunan yang semakin meningkat dan keterbatasan
persediaan tanah membawa dampak semakin sulitnya memperoleh tanah
untuk berbagai keperluan, melonjaknya harga tanah dan kecenderungan
perkembangan penggunaan tanah secara tidak teratur, terutama di daerahdaerah strategis. Seiring dengan perkembangan masyarakat dan untuk
memperlancar jalannya pembangunan untuk kepentingan umum, di satu
pihak pemerintah memerlukan areal tanah yang cukup luas dan di pihak lain
yaitu pemegang hak atas tanah yang akan digunakan tanahnya oleh
pemerintah untuk kepentingan pembangunan tidak boleh dirugikan. Tujuan
penelitian ini untuk menganalisis proses musyawarah secara adat dalam
penentuan rugi pengadaan tanah untuk pembangunan jalan Kuala Kurun-Sei
Hanyu 2013 dan menganalisis hambatan yang timbul dalam proses
musyawarah secara adat dalam penentuan ganti rugi pengadaan tanah untuk
pembangunan jalan Kuala Kurun-Sei Hanyu tahun 2013.
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dengan
spesifikasi penelitian deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data yang
digunakan berupa studi kepustakaan untuk mendapatkan bahan-bahan atau
data-data sekunder berupa bahan hukum primer maupun bahan hukum
sekunder yang dianalisis secara kualitatif untuk menjawab rumusan masalah
yang diajukan. Sumber data primer didapat melalui wawancara dengan
Pemerintah Kabupaten Gunung Mas, Kantor Pertanahan Kabupaten Gunung
Mas dan Masyarakat di Desa Kuala Kurun Seberang, Desa Tangirang dan
Desa Dirung Keram.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Proses musyawarah secara
adat yang dilakukan dalam penentuan ganti rugi pengadaan tanah untuk
pembangunan jalan Kuala Kurun-Sei Hanyu 2013 di Kabupaten Gunung Mas
Kalimantan Tengah, belum demokratis karena masih adanya campur tangan
dari pihak pemerintah serta belum tercapainya kesepakatan penentuan ganti
rugi dalam musyawarah umum dan hambatan yang timbul yaitu minimnya
pengetahuan dan aturan hukum tentang pengadaan tanah, banyaknya
masyarakat yang tidak hadir dalam proses musyawarah adat dan adanya
kebijakan dari Bupati Gunung Mas yang menyatakan larangan terhadap
aktivitas di lokasi pengadaan tanah serta kurangnya sosialisasi yang
dilakukan pemerintah kepada masyarakat dalam proses musyawarah secara
umum.
iv