Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya pencapaian fault-free performance pembelajaran troubleshooting sistem pesawat udara mahasiswa program Diploma III Program Studi Teknik Pesawat Udara (Prodi TPU) Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia, Curug Tan

(1)

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN

TROUBLESHOOTING PADA SIMULATOR SISTEM

PESAWAT UDARA UNTUK MENINGKATKAN FAULT-FREE

PERFORMANCE

(Suatu Studi Pada Mata Kuliah Praktik Sistem Pesawat Udara di Program Studi Teknik Pesawat Udara STPI- Curug)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Program Studi Pengembangan Kurikulum

Disusun Oleh: Wira Gauthama

NIM 1201063

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN KURIKULUM SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN

TROUBLESHOOTING PADA SIMULATOR SISTEM

PESAWAT UDARA UNTUK MENINGKATKAN FAULT-FREE

PERFORMANCE

(Suatu Studi Pada Mata Kuliah Praktik Sistem Pesawat Udara di Program Studi Teknik Pesawat Udara STPI- Curug)

Oleh Wira Gauthama

S.T Universitas Mercu Buana Jakarta, 2001

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pengembangan Kurikulum

© Wira Gauthama 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2014

Hak Cipta dilindungi undang – undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

(4)

(5)

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRAK

Wira Gauthama, Pengembangan Modul Pembelajaran Troubleshooting Pada Simulator Sistem Pesawat Udara Untuk Meningkatkan Fault-Free Performance (Suatu Studi Pada Mata Kuliah Praktik Sistem Pesawat Udara di Program Studi Teknik Pesawat Udara STPI- Curug). Tesis Pada Program Studi Pengembangan Kurikulum SPs Universitas Pendidikan Indonesia.

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya pencapaian fault-free performance

pembelajaran troubleshooting sistem pesawat udara mahasiswa program Diploma III Program Studi Teknik Pesawat Udara (Prodi TPU) Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia, Curug Tangerang. Sebagai pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar melakukan langkah – langkah kritikal dalam

troubleshooting sistem pesawat udara dengan benar dan tanpa kegagalan yang dipandu oleh modul, pembelajaran ini dipengaruhi oleh faktor kesiapan simulator, kesiapan mahasiswa dan efektifitas modul. Studi pendahuluan memperlihatkan penyebab rendahnya pencapaian tersebut adalah tidak efektifnya modul dalam mengarahkan mahasiswa untuk melakukan troubleshooting dengan benar dan tanpa kegagalan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi pembelajaran troubleshooting saat ini, mendesain modul belajar yang mampu meningkatkan fault-free performance, membuat langkah – langkah implementasinya dalam pembelajaran, membuat suatu bentuk penilaian fault-free

performance dan menganalisis dampak penggunaan modul belajar. Dengan

menggunakan metodologi Research and Development, penelitian dilakukan terhadap 56 mahasiswa Diploma III TPU Angkatan ke-11 melalui tiga tahap utama penelitian yaitu studi pendahuluan, tahap perencanaan dan penyusunan modul serta tahap pengembangan dan ujicoba modul sampai ditemukannya modul yang efektif meningkatkan fault-free performance sebagai hasil uji coba lebih luas. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap dosen, studi dokumentasi pada dokumen kurikulum dan modul, kuesioner kepada mahasiswa, tes hasil belajar dan observasi praktik. Temuan penelitian adalah suatu modul pembelajaran yang efektif meningkatkan fault-free performance diperlihatkan dengan perhitungan statistik t-hitungt-tabel pada uji terbatas dan lebih luas serta

peningkatan nilai rata – rata pada setiap tahap uji coba. Peningkatan tersebut mengindikasikan pengembangan konten modul baru memiliki dampak signifikan dan efektif terhadap meningkatnya pencapaian fault-free performance melalui peningkatan pencapaian sub – sub kompetensi dalam troubleshooting yaitu mengidentifikasi kerusakan, menentukan tingkat kerusakan, mengeliminasi kerusakan dan memperbaiki atau mengganti suku cadang.


(6)

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Kata Kunci : fault-free performance, troubleshooting, modul pembelajaran ABSTRACT

Wira Gauthama, The Development of Student Troubleshooting Learning Module of Aircraft System Maintenance Simulator in Increasing the Achievement of Fault-Free Performance (A Study in the Aircraft System Maintenance Practical Learning of Aircraft Maintenance Training Study Programme, STPI Curug-Tangerang). A Thesis in Curriculum Development Study, Postgraduate School of Indonesia University of Education.

This research study is based on a fact of a low student’s achievement in fault-free performance competency in the Aircraft System Maintenance Practical Learning of Aircraft Maintenance Training Study Programme, STPI Curug - Tangerang. As a part of maintenance training with its learning objective is the student’s experiencing how to establish the critical steps in aircraft system troubleshooting process correctly and without any faults, it is affected by the readiness of simulator, readiness of students, and learning module’s efectiveness. The result of prelimenary study shows that the predominant factor of low achievement is that the learning module has a low impact to the ability of students in establishing the troubleshooting steps correctly and without any faults. The specific objectives of this study are to identify the recent learning condition, designing a type of learning module which has an effectiveness to increase the fault-free performance, designing its learning implementation steps, designing an appropriate evaluation, and to analyze the instructional outcome of implemented learning module. By the methodology of Research and Development which is divided into three main phase : prelimenary study, planning and designing phase, and development and tryout phase, 56 students of study programme Diploma III Aircraft Maintenance Training division are involved as the research sample. Data collecting method is established by teacher’s interview, documentation research, students’s questionaire, test results, and observation of practical learning session. The results of study presents that by the result of t-valuest-tables in each phase of modules

tryout and a significant improvement of test result in a each tryout phase are definite indications that the development of an emergent learning module’s content has a signifcant impact and increased effectivity to the increasing the achievement of fault-free performance, which is constructed by improvement of


(7)

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sub-competencies in troubleshooting as the enabling objectives namely the ability of students in identifying the malfunction, determining the malfunction’s severity, elimination the cause, and replacing or repairing discrepants components.


(8)

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ....... 1

B.Identifikasi Masalah ... 7

C.Rumusan Masalah ... 9

D.Pertanyaan Penelitian ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 10

1. Tujuan Umum ... 10

2. Tujuan Khusus ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 11

G.Definisi Operasional ... 12

BAB II KAJIAN TEORI ... 13

A.Pengertian dan Konsep Dasar Pembelajaran ... 13

1. Konsep Dasar Pembelajaran ... 13

a. Pembelajaran Individual Berbasis Kompetensi ... 16

b. Pembelajaran Troubleshooting dan Human Performance .. 18

2. Konsep Pembelajaran Untuk Orang Dewasa (Teori Andragogi) ... 21


(9)

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Konsep Dasar Modul Pembelajaran ... 24

b. Karakteristik Pengajaran Dengan Menggunakan Modul .... 29

c. Komponen – Komponen Modul Pembelajaran ... 31

d. Langkah Pengembangan Modul ... 35

e. Kriteria Evaluasi Modul ... 39

4. Modul Pembelajaran Troubleshooting ... 40

B.Simulator Perawatan Sistem Pesawat Udara ... 43

1. Konsep Dasar Media Pembelajaran ... 43

2. Karakteristik Simulasi dan Simulator ... 45

a. Karakteristik Simulasi ... 45

b. Karakteristik Simulator ... 47

3. Model Pembelajaran dengan Simulasi ... 49

C.Kompetensi Fault-Free Performance dalam Pembelajaran Troubleshooting di Simulator ... 51

1. Pengertian dan Konsep Dasar Kompetensi ... 52

2. Kompetensi Fault-Free Performance ... 54

a. Fault-Free Performance Dalam Perawatan Pesawat Udara... 54 b. Karakteristik dan Indikator Fault-Free Performance Dalam Simulasi Perawatan Sistem Pesawat Udara ... 56

c. Penyebab Fault-Performance Dalam Pembelajaran Troubleshooting di Simulator ... 58

D.Penelitian Yang Relevan ... 60

E. Kerangka Berpikir ... 60

BAB III METODELOGI PENELITIAN ... 64

A.Metode Penelitian ... 64

B.Prosedur Penelitian ... 65

1. Tahap Studi Pendahuluan (Prelimenary Study) ... 69 2. Tahap Perencanaan dan Penyusuan Modul Pembelajaran 70


(10)

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Troubleshooting ...

3. Tahap Pengembangan dan Uji Coba ... 72

C.Populasi dan Sampel Penelitian ... 73

D.Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 74

E. Teknik Analisis Data ... 76

F. Waktu Penelitian ... 77

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 78

A.Hasil Penelitian ... 78

1. Hasil Studi Pendahuluan ... 78

a. Kegiatan dan Pandangan Mahasiswa Dalam Pembelajaran Troubleshooting... 79

b. Pandangan dan Kondisi Dosen Dalam Pembelajaran Troubleshooting ... 92

c. Penilaian Dosen Pendamping Terhadap Modul atau Manual Pembelajaran Troubleshooting Saat ini ... 104

2. Perencanaan dan Penyusunan Modul Pembelajaran ... 106

a. Tahap Perencanaan Modul ... 106

b. Perencanaan subjek ujicoba, lokasi dan waktu ujicoba (uji lapangan) ... 110

c. Tahap kegiatan penyusunan draft modul pembelajaran ... 110

d. Tahap Justifikasi Reviewer Modul dan Ahli Materi ... 110

3. Hasil Pengembangan dan Uji Coba Lapangan Modul ... 117

a. Hasil Uji Coba Terbatas ... 117

b. Refleksi Terhadap Hasil Uji Coba Terbatas 1 – 4 ... 133

c. Hasil Uji Coba Lebih Luas ... 142

B.Pembahasan ... 161

1. Kondisi Pembelajaran Troubleshooting di Program Studi Teknik Pesawat Udara STPI Curug ... 161


(11)

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Modul Pembelajaran Troubleshooting pada Pembelajaran

Mata Kuliah Perawatan Sistem Pesawat Udara ... 174

a. Pengembangan Modul Troubleshooting ... 174

b. Implementasi Modul Troubleshooting Dalam Pembelajaran ... 178

c. Penilaian Pencapaian Fault-Free Performance Dalam Troubleshooting ... 183

d. Produk Pengembangan ... 186

e. Karakteristik dan Analisis ... 187

3. Dampak Penggunaan Modul Pembelajaran Troubleshooting Terhadap Fault-Free Performance Mahasiswa ... 190

a. Hasil Belajar Mahasiswa Secara Umum ... 190

b. Peningkatan Fault-Free Performance Mahasiswa ... 192

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 201

A. Simpulan ... 201

B. Rekomendasi ... 203

DAFTAR PUSTAKA ... 204 LAMPIRAN – LAMPIRAN


(12)

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Perkembangan dan pengaruh globalisasi transportasi udara dalam dekade terakhir ini berpengaruh langsung terhadap peningkatan kebutuhan dan kualifikasi tenaga teknisi pesawat udara. Salah satu pengaruh globalisasi dalam cakupan regional negara – negara di Asia Tenggara berwujud dalam bentuk ASEAN Single Aviation Market (ASAM) tahun 2015 atau dikenal sebagai “ASEAN Open Skies”,

yang berdampak langsung terhadap estimasi tambahan tenaga kerja bidang penerbangan dengan berbagai tingkatan kecakapan dan keterampilan (Sutarmadji, 2012). Kebutuhan ini tentu diharapkan dapat dipenuhi dari sekolah – sekolah vokasional, baik di tingkat menengah maupun tingkat perguruan tinggi.

Sebagai salah satu perguruan tinggi kedinasan di bawah Kementerian Perhubungan Republik Indonesia, maka Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug mengemban amanah Undang – Undang Penerbangan No. 1 Tahun 2009 untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan teknisi pesawat udara melalui program studi teknik pesawat udara selain juga sebagai pendidikan tinggi yang menjadi bagian dari pendidikan nasional yang diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional serta UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Program Studi Teknik Pesawat Udara (Prodi TPU) STPI Curug mempunyai peran signifikan untuk menghasilkan lulusan – lulusan yang dapat mengisi dan memanfaatkan salah satu peluang bertambahnya kesempatan kerja sebagai keuntungan dari ASEAN Open Skies di bidang perawatan pesawat udara.

Pendidikan nasional dalam Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan


(13)

2

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bangsa, dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri. Sebagai pendidikan tinggi, STPI Curug menyelenggarakan pendidikan vokasi program diploma yang diperuntukkan bagi lulusan pendidikan menengah atau sederajat untuk mengembangkan keterampilan dan penalaran dalam penerapan Ilmu Pengetahuan dan atau Teknologi, dengan misi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta penelitian teknologi terapan di bidang penerbangan dalam rangka mencerdaskan bangsa dengan menciptakan sumber daya manusia penerbangan yang memiliki iman dan taqwa, berkualitas internasional, mampu bersaing, mandiri dan profesional. Program Studi Teknik Pesawat Udara (Prodi TPU) STPI Curug berfungsi untuk melaksanakan pendidikan, pelatihan dan penelitian teknologi terapan dalam bidang perawatan pesawat udara.

Penerbangan, dalam Undang – Undang No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan merupakan bagian dari sistem transportasi nasional yang mempunyai karakteristik mampu bergerak dalam waktu cepat, menggunakan teknologi tinggi, padat modal, manajemen yang andal, serta memerlukan jaminan keselamatan dan keamanan yang optimal, perlu dikembangkan potensi dan peranannya yang efektif dan efisien, serta membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis. Pembinaan penerbangan dilakukan oleh pemerintah dan salah satu maksud pembinaan tersebut adalah untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berjiwa kedirgantaraan, profesional, dan mampu memenuhi kebutuhan penyelenggaraan penerbangan. Peran pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam penerbangan dinyatakan dalam Pasal 58 UU No. 1 tentang Penerbangan Tahun 2009 yang menyatakan bahwa setiap personel pesawat udara wajib memiliki lisensi atau sertifikat kompetensi yang sah dan masih berlaku, dan sertifikat kompetensi tersebut diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan yang diselenggarakan lembaga yang telah diakreditasi.

Teknisi perawatan pesawat udara merupakan salah satu personel pesawat udara yang terkait langsung dengan pelaksanaan pengoperasian pesawat udara.


(14)

3

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Annex 1 Personnel Licencing yang dikeluarkan oleh International Civil Aviation Organization, ICAO, (2000, hlm. 4-1) mengemukakan tugas – tugas teknisi perawatan pesawat udara yang tercakup dalam terminologi “aircraft maintenance” memperlihatkan cakupan tugas – tugas yang diperlukan dalam menjamin terlaksananya suatu kelaikan udara yang berkelanjutan (continuing airwothiness), sehingga seorang calon teknisi harus mampu menampilkan suatu level pengetahuan tertentu sesuai dengan tanggungjawabnya sebagai pemegang lisensi perawatan pesawat dan melakukan pekerjaan – pekerjaan perawatan yang sesuai dengan cakupan tanggungjawab perawatan yang dibebankan kepadanya.

Dalam rangka pemenuhan tujuan mempersiapkan calon teknisi pesawat udara yang berkualitas, memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mampu menjamin keselamatan dan keamanan penerbangan yang optimal dan sesuai dengan kebutuhan industri penerbangan moderen serta kemajuan teknologi pesawat udara, maka pendidikan dan atau pelatihan tersebut memerlukan suatu proses pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Berdasarkan pengertian pembelajaran yang dikemukakan oleh Miarso (2009, hlm. 545) sebagai “usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain” yang dapat dilakukan oleh seseorang atau suatu tim yang memiliki kemampuan dan kompetensi dalam merancang dan atau mengembangkan sumber belajar yang diperlukan, maka pembelajaran yang berkualitas adalah “pembelajaran yang antara lain adalah memiliki kesesuaian dengan standar tertentu, kesesuaian dengan kebutuhan tertentu, kesepadanan dengan karakteristik dan kondisi tertentu, dengan tuntutan zaman, ketersediaan pada saat dibutuhkan, keterandalan dalam berbagai kondisi, daya tarik yang tinggi”. Pembelajaran yang efektif menurut Miarso (2009, hlm. 546) adalah “pembelajaran yang menghasilkan belajar yang bermanfaat dan bertujuan kepada para mahasiswa melalui pemakaian prosedur yang tepat.” Salah satu indikator terjadi pembelajaran yang efektif menurut identifikasi yang dilakukan oleh Wotruba dan Wright (1975) dalam Miarso (2009, hlm. 546)


(15)

4

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berdasarkan kajiannya atas sejumlah penelitian adalah adanya hasil belajar mahasiswa yang baik.

Hasil belajar yang baik bagi mahasiswa Prodi TPU telah ditetapkan dalam suatu standar kompetensi tertentu yang berstandar Internasional, maupun standar nasional dalam bentuk Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (Civil Avition Safety Regulation, CASR) yang diterbitkan oleh Kementerian Perhubungan RI. Salah satu kompetensi yang ditentukan adalah kemampuan untuk melakukan pencarian dan perbaikan terhadap kerusakan pada sistem pesawat udara tanpa melakukan kesalahan atau yang biasa disebut dengan troubleshooting (AC 65-2, 1998) dengan fault-free performance yang merupakan standar dalam praktik perawatan di lapangan sehingga perlu dilatihkan dalam pembelajaran.

Pembelajaran troubleshooting dalam kurikulum Prodi TPU diadopsi dari FAA (Flight Standard Service, AC 147-3A, 2005, hlm. 3,4) termasuk dalam

Teaching Level 3 yang mengarahkan mahasiswa untuk memiliki hands-on manipulative skill, dan memerlukan media instruksional yang tepat dan memadai untuk memungkinkan mahasiswa dilatih untuk mengembangkan “hands on manipulative skill” yang memadai tersebut untuk mensimulasikan kondisi Return

To Service (RTS), yaitu pengembangan keterampilan yang diperlukan mahasiswa

untuk membuat suatu bagian atau komponen pesawat menjadi laik udara (airworthy condition). Tujuan pembelajaran troubleshooting adalah agar mahasiswa memiliki kemampuan untuk melakukan identifikasi terhadap kerusakan, mengeliminasi kerusakan, memperbaiki serta mengembalikan kondisi pesawat udara menjadi laik udara sebagai salah satu kompetensi yang diharapkan.

Untuk memenuhi tujuan pembelajaran tersebut, pembelajaran

troubleshooting mahasiswa Prodi TPU dilakukan pada simulator perawatan yang

memiliki fungsi troubleshooting. Gagne (1985, hlm. 284) mengungkapkan bahwa “jika resiko kerusakan atau faktor keamanan merupakan bagian dari kinerja bebas dari kegagalan atau fault-free performance dijadikan tujuan atau hasil suatu pembelajaran, maka media yang dipilih dapat berupa perlengkapan yang ril (real equipment) atau simulasi tugas – tugas yang nyata (real task simulation) dengan mempergunakan media ril tersebut.”


(16)

5

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sifat kritis dan keamanan dari pekerjaan atau pembelajaran praktik tersebut dengan fault-free performance mengakibatkan perlunya media representasi kegiatan nyata dalam bentuk simulasi di suatu simulator. Pentingnya pemanfaatan simulasi diperlukan untuk berbagai tugas perawatan pesawat udara, sehingga dapat membantu mendesain sistem pelatihan perawatan pesawat udara melalui analisis interaksi faktor – faktor yang mempengaruhi performansi dan kemungkinan performansi lain yang muncul saat melakukan pekerjaan sebagai teknisi (Cacciabue, Mauri dan Owen, 2003, hlm. 229). Kecelakaan pesawat udara yang disebabkan oleh faktor perawatan memang kecil tetapi berakibat serius. Data dari Australian Transport Safety Board (ATSB) pada Line Maintenance

(perawatan lini) dalam Cacciabue, Mauri dan Owen (2003, hlm. 229) mengungkapkan bahwa 95% error dalam bidang perawatan pesawat udara disebabkan oleh kesalahan manusia. Latihan – latihan perawatan dalam praktik perawatan sistem pesawat udara untuk mencapai fault free performance

diharapkan dapat mengurangi human error yang terjadi dalam bidang perawatan di lapangan. Berdasarkan standar dalam AC 147-3A (2005, hlm. Appendiks 3 dan 4), pembelajaran troubleshooting pada semua simulator tersebut memiliki bobot pembelajaran (Teaching Level) 3.

Hasil pengamatan awal yang dilakukan penulis terhadap hasil pencapaian (prestasi belajar) mahasiswa dalam pembelajaran troubleshooting di simulator dengan menggunakan modul yang dipergunakan sekarang memperlihatkan bahwa pencapaian fault-free performance mahasiswa yang melakukan pembelajaran

troubleshooting tersebut masih rendah. Hal ini terlihat dalam tabel 1.1 di bawah ini yang merupakan rekapitulasi hasil pencapaian fault-free performance dalam

troubleshooting mata kuliah praktikum simulator perawatan sistem listrik pesawat udara dalam empat program pendidikan tiga tahun terakhir.

Tabel 1.1 Rekapitulasi Rata – Rata Prosentase Hasil Pencapaian Fault-Free Performance Mahasiswa Prodi TPU (Sumber : Rekapitulasi Laporan Pendidikan Prodi TPU 2009-2012)

Deskripsi Nilai Program Pendidikan


(17)

6

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

TPU V TPU VI A

TPU VI B

TPU VII Nilai Rata – Rata

Fault Free Performance dalam

Troubleshooting

61,14 % 61,57 % 63,43 % 63,86 %

Tabel tersebut memperlihatkan bahwa dengan batas lulus 70 %, sebagian besar mahasiswa tidak mampu mencapai item – item indikator kemampuan mengerjakan identifikasi kerusakan dan penggantian atau perbaikan komponen dengan tanpa kesalahan. Pencapaian sub – sub kompetensi pendukung lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 208.

Hasil pengamatan awal tersebut mengindikasikan bahwa proses pembelajaran belum mampu menghasilkan pencapaian fault-free performance

yang ditetapkan dalam tujuan pembelajaran. Sebagai suatu pembelajaran yang diharapkan dapat membentuk kompetensi utama sebagai seorang calon teknisi pesawat udara maka perlu dilakukan kajian yang mendalam untuk dapat mengetahui faktor penyebab utama dan upaya perbaikannya sehingga tujuan pencapaian kompetensi dapat tercapai.

B.Identifikasi Masalah

Proses pembelajaran troubleshooting di Prodi TPU dipengaruhi oleh berbagai aspek sebagaimana juga pembelajaran perawatan yang lain. Aspek pertama adalah lingkungan belajar yang mampu menampilkan lingkungan belajar

troubleshooting yang serepresentatif dan senyata mungkin dengan realitas, dalam hal ini telah diperankan oleh simulator perawatan sistem pesawat udara. Simulator yang berfungsi baik dapat memerankan sistem pesawat udara yang sesungguhnya bagi mahasiswa sehingga mereka akan dikondisikan seperti pada pesawat sesungguhnya, dengan latihan – latihan yang merepresentasikan kegiatan

troubleshooting di lapangan. Simulator yang tidak berfungsi baik akan menyebabkan kedalaman dan jumlah latihan yang diperlukan menjadi tidak memadai.


(18)

7

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Aspek selanjutnya adalah kondisi mahasiswa yang akan melakukan pembelajaran troubleshooting, mencakup bagaimana penguasaan mereka terhadap konsep – konsep troubleshooting dan sistem pesawat udara. Aspek ini berkaitan dengan kesiapan melakukan pembelajaran di simulator. Belajar Troubleshooting

memerlukan akumulasi berbagai pengetahuan dan keterampilan dasar yang telah dipelajari pada semester – semester sebelumnya, sehingga kesiapan mahasiswa dalam menguasai materi – materi dasar pembelajaran sangat diperlukan.

Aspek yang memiliki pengaruh penting lain adalah terkait dengan modul belajar troubleshooting. Pembelajaran troubleshooting di Prodi TPU seharusnya merupakan pembelajaran individual dengan menggunakan modul sebagai panduan dalam mempelajari troubleshooting yang disimulasikan pada simulator perawatan sistem pesawat udara. Sebagai suatu pembelajaran, hasil pembelajaran

troubleshooting yang baik tidak terlepas dari pengaruh berbagai komponen proses pembelajaran sebagaimana diungkapkan oleh Sanjaya (2011, hlm. 141) yang terdiri dari komponen tujuan, isi atau materi, metode, media dan evaluasi. Pembelajaran individual mempergunakan modul pada dasarnya “didesain agar mampu mengarahkan mahasiswa untuk melakukan interaksi secara mandiri dengan modul tanpa bantuan teman sejawat atau pengajar”, sebagaimana dinyatakan oleh Dick, Carey dan Carey (2009, hlm. 223). Modul pembelajaran

troubleshooting yang menjadi panduan bagi mahasiswa Prodi TPU untuk

melakukan kegiatan – kegiatan pembelajaran secara umum tidak memiliki konten bagaimana suatu kegiatan troubleshooting dilakukan dengan ukuran keselamatan tertentu dan tidak terdapat mekanisme untuk menguji kemajuan pencapaian kompetensi mahasiswa secara mandiri.

Berdasarkan latar belakang di atas dan pengamatan awal yang dilakukan, Penulis mengidentifikasi rendahnya pencapaian fault-free performance

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

1. Kesiapan perlengkapan praktik dan simulasi yang memadai. Simulator perawatan sistem pesawat udara telah menjadi fasilitas latihan kelengkapan standar Prodi TPU sehingga tingkat kesiapannya selalu diupayakan untuk


(19)

8

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

optimum melalui sistem perawatan yang digunakan. Kerusakan yang terjadi dapat menyebabkan beberapa item simulasi tidak dapat dilakukan. Ada kalanya kerusakan yang terjadi dapat mengganggu keberlanjutan pembelajaran namun dapat diatasi dengan simulator lain yang dalam kondisi yang baik.

2. Kesiapan mahasiswa untuk melakukan praktik dan simulasi di simulator, terkait dengan penguasaan materi – materi dasar (pengetahuan dan keterampilan prasyarat) yang dibutuhkan untuk melakukan pembelajaran

troubleshooting di simulator. Pengetahuan dan keterampilan dasar tersebut dipelajari pada semester – semester awal sehingga memerlukan waktu bagi mahasiswa untuk mereviu materi tersebut.

3. Modul pembelajaran tidak menampilkan kegiatan yang merepresentasikan pencapaian fault-free performance.

Sistematika atau sekuensial dan konten secara umum tidak menampilkan urutan kegiatan dan materi pembelajaran yang merepresentasikan kegiatan melatih pencapaian fault-free performance melalui prosedur kegiatan troubleshooting yang dilakukan. Modul tidak menyediakan mekanisme untuk mengukur keberhasilan pembelajaran troubleshooting dan pencapaian fault-free performance melalui kegiatan troubleshooting tersebut secara mandiri walaupun simulator memiliki karakteristik yang mampu menyediakan mekanisme tersebut. Dalam interaksi pembelajaran, mahasiswa masih memerlukan diskusi dengan dosen atau instruktur terutama sekali pada materi yang memiliki potensi resiko terhadap kerusakan peralatan atau bahaya bagi pengguna, karena modul pembelajaran yang dipergunakan tidak memiliki

feedback atau umpan balik yang memadai bagi mahasiswa untuk mengukur apakah tindakan yang mereka lakukan benar atau salah.

Pengamatan awal yang dilakukan tersebut di atas memperlihatkan bahwa modul yang dipergunakan belum optimal untuk mendukung pencapaian fault-free

performance mahasiswa walaupun pencapaian keterampilan teknis

troubleshooting telah memenuhi batas kriteria keberhasilan minimum yang dipersyaratkan.


(20)

9

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Standar yang ditetapkan dalam kurikulum untuk pembelajaran

troubleshooting adalah level 3 pembelajaran, yang menuntut kriteria pembelajaran

troubleshooting yang tinggi karena terkait dengan kemampuan mahasiswa melakukan perawatan seperti pada sistem pesawat sesungguhnya dan dengan kemampuan sebagai seorang teknisi yang telah tersertifikasi dengan melakukan setiap pekerjaan perawatan dengan tingkat keselamatan atau fault-free performance yang tinggi. Standar tersebut juga memperlihatkan hubungan yang erat antara kegiatan perawatan dalam troubleshooting dengan fault-free performance sebagai suatu wilayah yang saling mendukung, sehingga dalam pendidikan teknisi perawatan pesawat diperlukan suatu bentuk modul pembelajaran sebagai bahan ajar yang mampu mendukung pembelajaran

troubleshooting di simulator perawatan sistem pesawat udara untuk

mengakomodasi terbentuknya kemampuan teknis troubleshooting bersamaan dengan kompetensi fault-free performance.

C.Rumusan Masalah

Kemampuan melakukan troubleshooting dengan fault-free performance

bagi mahasiswa Prodi TPU adalah sebagai hasil dari implementasi kurikulum sebagai suatu proses pembelajaran dan dipengaruhi oleh faktor kesiapan simulator, kondisi mahasiswa dan modul yang dipergunakan. Pembelajaran

troubleshooting dengan tanpa kegagalan tersebut dipelajari oleh mahasiswa secara simulasi pada suatu simulator perawatan sistem pesawat udara. Proses pembelajaran troubleshooting mengharuskan mahasiswa secara mandiri untuk melakukan interaksi secara aktif dengan modul pembelajaran sebagai bahan ajar yang menjadi panduan dalam pembelajaran. Dick, Carey dan Carey (2009, hlm. 223) mengemukakan bahwa bahan ajar yang didesain harus memungkinkan siswa untuk belajar baik informasi dan keterampilan baru secara mandiri tanpa bantuan teman sejawat ataupun pengajar. Pendapat tersebut menegaskan bahwa pembelajaran troubleshooting merupakan bentuk dari pembelajaran individual yang memerlukan adanya suatu bahan ajar dalam bentuk modul pembelajaran


(21)

10

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang tepat dan mengandung pengetahuan, konsep, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan mahasiswa untuk dikuasai secara mandiri untuk mencapai kemampuan akhir dalam bentuk fault-free performance. Dengan mempertimbangkan kesiapan media simulator telah dioptimumkan dan kesiapan belajar mahasiswa dapat ditingkatkan melalui reviu – reviu pada materi yang relevan, maka berdasarkan latar belakang masalah dan konsep teoritis yang mendukung munculnya permasalahan tersebut, penulis melakukan pembatasan dan perumusan masalah agar kajian ini dapat tersusun secara fokus dan sistematis pada :

“ Modul pembelajaran troubleshooting seperti apakah yang dapat meningkatkan

fault free performance mahasiswa pada suatu simulator perawatan sistem pesawat udara?”

D.Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, penulis mengembangkan pertanyaan – pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana kondisi pembelajaran troubleshooting di simulator perawatan sistem pesawat udara dengan menggunakan modul di Program Studi Pesawat yang terjadi saat ini ?

2. Modul pembelajaran troubleshooting seperti apa yang dapat dipergunakan mahasiswa di simulator perawatan sistem pesawat udara agar dapat meningkatkan fault-free performance-nya? Pertanyaan tersebut diurai lebih rinci dalam pertanyaan – pertanyaan di bawah ini :

a. Bagaimanakah desain modul pembelajaran yang berhubungan dengan kemampuan troubleshooting dan fault-free performance?

b. Bagaimanakah langkah – langkah implementasi modul pembelajaran tersebut dapat dilakukan untuk meningkatkan fault-free performance ? c. Evaluasi modul pembelajaran seperti apa yang dapat mengukur tercapainya


(22)

11

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Apakah dampak pengembangan modul pembelajaran troubleshooting terhadap

fault-free performanc troubleshooting mahasiswa?

E.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan beberapa kegiatan kajian sebagai bagian dari proses untuk mengembangkan suatu bentuk modul pembelajaran

troubleshooting yang bertujuan untuk meningkatkan fault-free performance. Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran umum tentang perumusan suatu bentuk modul pembelajaran troubleshooting yang sesuai dengan karakteristik pekerjaan perawatan pesawat sehingga pembelajaran tersebut dapat meningkatkan fault-free performance mahasiswa. Sedangkan secara spesifik, penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi kondisi pembelajaran troubleshooting bermodul pada simulator perawatan sistem pesawat yang dilakukan mahasiswa pada saat ini dan pengaruhnya terhadap pencapaian fault-free performance.

2. Mendesain dan mengembangkan suatu desain modul belajar troubleshooting

yang mampu meningkatkan fault-free performance, yang terdiri dari kegiatan : a. Merumuskan suatu desain modul pembelajaran troubleshooting berdasarkan

karakteristik perawatan sistem pesawat udara, karakteristik simulator, dan karakteristik pembelajaran troubleshooting yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan fault-free performance.

b. Merumuskan dan melakukan langkah – langkah implementasi modul pembelajaran tersebut dalam pembelajaran troubleshooting.

c. Melakukan kajian bagaimana bentuk evaluasi yang dapat dikembangkan terhadap modul pembelajaran untuk mengukur pencapaian standar fault-free performance.

3. Menganalisis dampak implementasi pengembangan modul pembelajaran

troubleshooting terhadap peningkatan fault-free perfromance mahasiswa.


(23)

12

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dari sudut pandang operasional dan kebijakan kurikulum yaitu :

1. Dapat dipergunakan oleh mahasiswa pengembang kurikulum sebagai acuan pembanding dalam mengembangkan modul belajar dengan konten – konten yang tepat sesuai dengan kompetensi spesifik yang diharapkan sebagai hasil belajar.

2. Implementasi modul dalam pembelajaran dapat dijadikan upaya untuk meningkatkan kemampuan dosen pendamping dalam menguasai latihan – latihan troubleshooting yang spesifik di simulator.

3. Konten – konten spesifik dalam modul terkait keselamatan dan sikap kerja dapat menempatkan posisi dosen pendamping benar – benar sebagai safety supervisor sehingga keselamatan mahasiswa pengguna dan peralatan dapat lebih terjamin.

G.Definisi Operasional

Penelitian ini melibatkan beberapa istilah – istilah operasional kunci yang perlu didefinisikan terlebih dahulu. Definisi – definisi tersebut adalah :

1. Pembelajaran Troubleshooting : merupakan kegiatan pembelajaran berbentuk simulasi dan praktik untuk mencari, mengidentifikasi sumber kerusakan serta melakukan perbaikan atau penggantian yang diperlukan dalam suatu sistem pesawat udara untuk mengembalikan kondisi pesawat dapat diterbangkan kembali. Kegiatan tersebut merepresentasikan kegiatan serupa di lapangan namun dilakukan dalam suatu simulator perawatan sistem pesawat udara. Modul pembelajaran troubleshooting pada dasarnya merupakan panduan mahasiswa dalam melakukan praktik troubleshooting pada simulator perawatan sistem pesawat udara yang mengandung konten berupa kegiatan – kegiatan troubleshooting sebagaimana konten yang terdapat dalam manual perawatan sistem pesawat udara sesungguhnya.

2. Fault - Free Performance : akumulasi kemampuan seseorang teknisi, dalam cakupan ini adalah seorang mahasiswa untuk melakukan suatu kegiatan


(24)

13

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembelajaran dalam bentuk pekerjaan perawatan atau kegiatan beresiko lain dengan tanpa kesalahan, dimana dalam keadaan nyata kesalahan tersebut dapat berakibat fatal terhadap keselamatan peralatan dan manusia. Fault-free performance merupakan kompetensi sebagai hasil belajar yang diharapkan setelah mahasiswa melakukan simulasi dan praktik pada suatu sistem pesawat udara. Pengukuran hasil belajar dilakukan dengan observasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan mahasiswa.


(25)

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah “Research and

Development” atau penelitian dan pengembangan. Pengertian penelitian dan pengembangan menurut Sukmadinata (2012, hlm. 164) adalah “suatu proses atau langkah – langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan”. Pengertian tersebut memberikan penjabaran tentang Penelitian dan Pengembangan sebagai suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk – produk pendidikan. Metode ini didasarkan pada langkah – langkah penelitian yang mengarah pada siklus, dimana pada setiap langkah yang akan dilalui atau dilakukan selalau mengacu pada hasil langkah sebelumnya yang sudah diperbaiki hingga akhirnya diperoleh suatu produk pendidikan yang baru atau model pembelajaran yang efektif dan kapabel. Borg dan Gall (1989) dalam Sukmadinata (2011, hlm. 169) mengemukakan tentang 10 (sepuluh) langkah yang dilakukan dalam Research dan Development tersebut yaitu : (1) research and information collecting, (2) planning, (3) develop primary form product, (4)

prelimenary field testing, (5) main product revision, (6) main field testing, (7)

operational product revision, (8) operational field testing, (9) final product revision, (10) dissemination and distribution.

Sukmadinata (2012, hlm. 167) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan, ada beberapa metode yang digunakan, yaitu metode : deskriptif, evaluatif dan eksperimental. Dihubungkan dengan penelitian ini, maka metode penelitian deskriptif digunakan dalam studi pendahuluan untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada, yang mencakup : (a) kondisi modul yang sudah ada sebagai bahan pembanding atau embrio, (b) kondisi pengguna yaitu mahasiswa dan dosen pendamping, dan (c) kondisi faktor pendukung dan


(26)

65

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penghambat pengembangan dan penggunaan modul yang akan dikembangkan seperti kondisi lingkungan fisik ruangan praktik dan pengelolaan simulator. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi proses ujicoba pengembangan modul, melalui serangkaian ujicoba dan dievaluasi pada setiap ujicoba tersebut. Berdasarkan temuan – temuan kemudian dilakukan penyempurnaan – penyempurnaan. Metode eksperimen digunakan untuk menguji keefektifitasan modul dengan membandingkan terhadap suatu kelompok kontrol atau pembanding. Pembandingan hasil eksperimen pada kedua kelompok akan menunjukkan tingkat keefektifitasan modul tersebut.

Produk yang dimaksud dalam penelitian ini berbentuk cetakan berupa modul pembelajaran troubleshooting yang diharapkan dapat mengarahkan mahasiswa dapat meningkatkan kompetensi melakukan troubleshooting tanpa kegagalan. Sukmadinata (2012, hlm. 166) menyatakan bahwa pembuatan modul atau bahan ajar yang baik menuntut penelitian dan pengembangan. Pengembangan modul dalam penelitian ini terkait dengan beberapa aspek, antara lain jenjang pendidikan, mata kuliah atau kurikulum, persyaratan sertifikasi personil perawatan pesawat udara, aspek dari modul yang dikembangkan (sekuens, prosedur, konten), kemampuan simulator yang dipergunakan serta kualifikasi dosen pendamping. Dalam proses untuk menemukan bentuk modul yang sesuai dengan kebutuhan – kebutuhan tersebut, suatu studi pendahuluan perlu dilakukan di lapangan terkait kondisis pembelajaran yang berlangsung di simulator yang dilakukan mahasiswa

.

B.Prosedur Penelitian

Pada dasarnya prosedur dalam penelitian ini menggunakan Research and Development merujuk kepada teori Borg dan Gall (1989) dalam Sukmadinata (2012, hlm. 169) yang mengemukakan sepuluh langkah yang harus ditempuh dalam penelitian dan pengembangan :


(27)

66

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Penelitian dan pengumpulan informasi (research and information collecting) : termasuk di dalam kegiatan penelitian ini adalah reviu literatur, dokumen dan observasi di lapangan dan di laboratorium pembelajaran simulator. Pengumpulan informasi tentang persyaratan pekerjaan perawatan serta data – data lapangan awal termasuk pembelajaran troubleshooting serta pencapaian

fault-free performance pada kondisi saat ini yang memperlihatkan apakah perlu pengembangan modul dan menunjang isi dari modul yang dikembangkan. 2. Perencanaan (planning) : termasuk di dalamnya menyusun rencana penelitian

meliputi kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, merumuskan tujuan penelitian pengembangan modul, menyusun langkah – langkah penelitian, kemungkinan pengujian modul dalam lingkup terbatas. 3. Mengembangkan draft dari modul (develop primary form product):

mempersiapkan bentuk modul awal yang dikembangkan yang mencakup konten, interaksi dan prosedur modul pembelajaran.

4. Uji coba lapangan awal (primary field testing) : melibatkan mahasiswa dan instruktur yang melakukan unit pembelajaran troubleshooting pada suatu simulator perawatan yang sesuai dan dilakukan pada kelas tertentu. Selama uji coba dilakukan pengamatan, wawancara dan penyebaran angket.

5. Merevisi hasil uji coba (main product revision) : dilakukan terhadap hasil uji coba terbatas (lapangan awal) mengenai implementasi modul praktik

troubleshooting dan hasilnya akan menjadi bahan ujicoba yang lebih luas. 6. Ujicoba model lebih luas (main field testing) : melibatkan kelas dan subjek

lebih banyak. Data kuantitatif hasil pretes dan postes dikumpulkan dan hasilnya dievaluasi sesuai tujuan. Uji cobalebih luas akan dilaksanakan untuk dua kelas Diploma III Teknik Pesawat Udara dengan simulator yang memiliki karakteristik sama.

7. Penyempurnaan hasil uji coba model lebih luas (operational product revision) : perbaikan model pembelajaran berdasarkan uji coba model lebih luas yang


(28)

67

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dilakukan peneliti bekerjasama dengan dosen pendamping pembelajaran

troubleshooting.

8. Ujicoba modul yang melibatkan lebih banyak lagi kelas dan subjek (operational field testing).

9. Perbaikan model akhir (final product revision), berdasarkan hasil uji coba model lebih luas dengan mempertimbangkan masukan – masukan dari dosen pendamping.

10. Diseminasi dan implementasi. Pada langkah ini dilakukan publikasi keberhasilan ujicoba modul dan kemungkinan hasil penelitian diterbitkan dalam jurnal.

Berdasarkan sepuluh langkah di atas dengan mempertimbangkan saran dosen pembimbing, keterbatasan waktu yang ada dan kesesuaian dengan batasan dan tujuan penelitian, prosedur penelitian tersebut selanjutnya direncanakan untuk melaksanakan langkah – langkah 1,2,3,4,5,6, dan 7 yang dikelompokkan menjadi tiga kelompok langkah utama, yaitu : (1) studi pendahuluan, (2) perencanaan dan desain modul, dan (3) ujicoba modul. Pada kelompok langkah utama ke-3 yaitu ujicoba modul, berdasarkan pendapat Sukmadinata (2012, hlm. 187) bahwa “untuk penelitian penyusunan tesis, kegiatan penelitian dan pengembangan dapat dihentikan sampai dihasilkan draft final”, maka ujicoba modul direncanakan selesai sampai dengan ditemukannya suatu bentuk draft akhir modul pembelajaran

troubleshooting yang telah diujicoba terbatas dan lebih luas. Dampak dari penelitian dan pengembangan modul tersebut yaitu pencapaian fault-free performance diharapkan sudah terukur pada ujicoba terbatas dan lebih luas. Pernyataan ini didasarkan pada pendapat Sukmadinata (2012, hlm. 187) yang

menyatakan bahwa “dampak dari penerapan model sudah ada, baik pada ujicoba

terbatas maupun ujicoba lebih luas, karena selama pelaksanaan pembelajaran ada tugas – tugas yang dilakukan siswa juga ada tes akhir pokok bahasan, yang dapat dipandang sebagai hasil atau dampak dari penerapan model”. Berdasarkan konsep – konsep prosedur penelitian tersebut, disusun suatu langkah – langkah penelitian


(29)

68

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengembangan modul pembelajaran troubleshooting sebagaimana terlihat pada Gambar 3.1 di bawah ini

STUDI KEPUSTAKAAN PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN MODUL PENGEMBANGAN DAN UJICOBA MODUL STUDI PENDAHULUAN

Mengkaji Konsep dan Teori Troubleshooting

Mengkaji dokumen kurikulum

Mengkaji Konsep dan Teori Fault-free performance

Mengkaji konsep perawatan dan hasil penelitian terkait STUDI LAPANGAN Proses pembelajaran Penggunaan modul Implementasi kurikulum Perawatan Penggunaan simulator

Praktik troubleshooting

di lapangan

Perencanaan Modul :

Tujuan penggunaan

Pengguna modul

Deskripsi komponen modul dan penggunaannya Perencanaan Uji Lapangan Penyusunan draft Modul :

Perumusan tujuan (terminal behaviour)

Penyusunan criterion item.

Analisis karakteristik siswa dan entry behaviour Pengurutan

sekuensial, konten dan pemilihan media

Uji coba terbatas :

Draft modul

Implementasi

Evaluasi proses ujicoba (konten, sekuensial)

Penyempurnaan

Uji coba lebih luas :

Implementasi

Evaluasi proses ujicoba (konten, sekuensial)

Evaluasi dampak

(outcome)

penggunaan modul

Penyempurnaan Justifikasi reviewer


(30)

69

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Gambar 3.1. Langkah – Langkah Pengembangan Modul Pembelajaran

TroubleshootingDengan Metode “Research and Development

Langkah – langkah penelitian di atas dapat diuraikan secara lebih rinci pada penjelasan sebagai berikut :

1. Tahap Studi Pendahuluan (Prelimenary Study)

Pada tahap kegiatan yang dilakukan adalah penjajagan awal yang secara umum bertujuan untuk mengumpulkan informasi sebanyak mungkin tentang apa dan bagaimana variabel penelitian tersebut. Studi pendahuluan ini mencakup : a. Studi kepustakaan yang mengkaji teori – teori, konsep dan dokumen yang

berkaitan. Studi ini bertujuan untuk :

1) menghimpun dan mengkaji teori dan konsep – konsep yang mendasari pengembangan modul pembelajaran troubleshooting.

2) mengkaji dokumen kurikulum pembelajaran troubleshooting di simulator dan dokumen standar pekerjaan perawatan pesawat udara.

3) Menghimpun dan mengkaji konsep – konsep tentang fault-free performance

dalam perawatan pesawat udara.

4) mengkaji konsep perawatan sistem pesawat udara yang terkait serta penelitian – penelitan yang terkait dengan pembelajaran di simulator.

b. Studi lapangan. Dalam studi ini dilakukan kegiatan menghimpun data dan mendapatkan gambaran umum tentang kondisi pembelajaran troubleshooting

di simulator perawatan sistem pesawat di Program Studi Teknik Pesawat Udara STPI Curug untuk melihat bagaimana proses pembelajaran troubleshooting, penggunaan modul pembelajaran troubleshooting yang tersedia, penggunaan

Fasilitas pendukung

Hasil kajian kepustakaan dan studi lapangan

Draft awal modul siap ujicoba lapangan

Model Modul hasil ujicoba lebih luas


(31)

70

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

simulator dalam pembelajaran troubleshooting, dan fasilitas pembelajaran lain yang mendukung, sebagai pertimbangan untuk mengembangkan modul pembelajaran troubleshooting yang tepat untuk meningkatkan fault-free performance mahasiswa.

Hasil studi pendahuluan digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan modul pembelajaran troubleshooting yang tepat sebagai panduan mahasiswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran troubleshooting

secara mandiri dan dapat meningkatkan fault-free performance sesuai dengan standar dalam kurikulum.

2. Tahap Perencanaan dan Penyusunan Modul Pembelajaran

Troubleshooting

Dalam tahap ini terdapat tiga langkah utama kegiatan yang dilakukan, mengacu pada Sukmadinata (2012, hlm.173) yang meliputi rancangan produk yang dihasilkan, serta proses pengembangannya, yaitu :

a. Tahap perencanaan modul, mengacu pada konsep Sukmadinata (2012, hlm. 173) yaitu rancangan produk yang akan dikembangkan minimal mencakup : (1) tujuan dari penggunaan produk (modul pembelajaran), (2) siapa pengguna modul pembelajaran tersebut, (3) deskripsi dari komponen – komponen modul dan penggunaannya.

b. Perencanaan subjek ujicoba dan lokasi ujicoba (uji lapangan), baik untuk ujicoba awal, ujicoba lebih luas dan pengujian produk akhir, perhitungan biaya, orang – orang yang akan membantu, alat dan bahan serta perkiraan waktu yang diperlukan.

c. Tahap kegiatan penyusunan draft modul pembelajaran, mengacu pada langkah – langkah pengembangan bahan ajar (instructional materials) dalam bentuk modul sebagaimana yang dikemukakan oleh Russel (1974) dalam Vembrianto (1975, hlm. 3) dan dipadukan dengan langkah – langkah


(32)

71

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengembangan oleh Dick, Carey and Carey (2009, hlm. 236). Langkah penyusunan ini bersinggungan dengan langkah pengembangan modul dalam langkah ujicoba dan evaluasi sehingga dapat diintegrasikan menjadi langkah – langkah penyusunan dan pengembangkan yang integral. Aliran langkah kegiatan penyusunan ini menjadi patokan dalam penyusunan dan penyempurnaan modul pada langkah – langkah penelitian berikutnya. Secara lebih rinci langkah – langkah penyusunan suatu modul pembelajaran berdasarkan Russel (1974) dalam Vembrianto (1975, hlm. 63) adalah :

1) Merumuskan tujuan – tujuan.

Tujuan yang dirumuskan dalam langkah ini adalah tingkah laku atau kemampuan akhir (terminal behaviour) seperti apa yang diharapkan dengan modul pembelajaran. Jika tujuan sudah ditentukan dengan tepat maka langkah – langkah untuk mencapai tujuan tersebut dapat ditentukan dengan tepat. Dalam pembelajaran troubleshooting dengan modul pembelajaran ini tujuan yang ditetapkan adalah mahasiswa dengan melaksanakan pembelajaran

troubleshooting mampu meningkatkan fault-free performance sesuai dengan standar yang ditetapkan. Indikator pencapaian tujuan tersebut tercakup dalam standar FAA-S-8081-26, -27 dan -28.

2) Menyusun Criterion Item.

Penyusunan kriteria ini digunakan untuk mengukur apakah mahasiswa sudah memiliki perubahan tingkah laku yang diharapkan. Penyusunan kriteria ini berfungsi ganda yaitu dalam tahap penyusunan modul untuk mengetahui bagian – bagian mana pada modul yang perlu disempurnakan dan sebagai evaluasi saat modul dipergunakan. Berdasarkan batasan tersebut, criterion item

dalam pengembangan modul ini bersumber dari standar FAA-S-8081-26, -27 dan -28 dan dapat dikembangkan dan disempurnakan berdasarkan hasil ujicoba.


(33)

72

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Analisis dilakukan untuk mengetahui pengetahuan dan keterampilan seperti apa yang telah dimiliki siswa sehingga tidak terjadi pengulangan dan duplikasi kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahui kondisi tersebut perlu dilakukan entry test (pre tes).

4) Melakukan pengurutan sekuensial pembelajaran dan pemilihan media.

Tujuan langkah ini adalah untuk menyusun dan menyajikan bahan dan sumber – sumber pembelajaran secara optimal. Fungsi media membantu mahasiswa dalam mencapai tujuan belajar yang telah dirumuskan dengan semaksimal mungkin memberikan pengalaman belajar langsung bagi mahasiswa dalam mempelajari sesuatu (troubleshooting). Sekuensial modul pembelajaran dalam penyusunan ini diarahkan pada sekuensial pick format

(Kroes, Watkins dan Delp, 1993) berdasarkan fakta bahwa sekuens ini umumnya dipergunakan pada troubleshooting chart dalam manual perawatan pesawat udara.

5) Melakukan uji coba modul

Uji coba modul berfungsi untuk mendapatkan feedback yaitu informasi yang diperlukan untuk memperbaiki diskrepansi apa yang dicapai oleh mahasiswa dan apa yang seharusnya dicapai. Feedback dapat berbentuk tertulis, lisan ataupun pengamatan tingkah laku.

6) Mengevaluasi modul

Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui efektifitas modul. Efektifitas dalam cakupan ini adalah efektifitas pembelajaran mahasiswa dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan modul tersebut.

Langkah – langkah tersebut memperlihatkan suatu irisan dengan langkah pengembangan modul secara horisontal yaitu (langkah 5) uji coba modul dan (langkah 6) evaluasi modul. Untuk mengintegrasikan langkah – langkah tersebut dan tidak terjadinya duplikasi kegiatan, maka langkah (5) dan (6) didesain


(34)

73

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menjadi bagian dari pengembangan secara horisontal yaitu pada langkah utama ke-3 Uji coba modul yang dikembangkan. Hasil uji coba kemudian dievaluasi untuk dilakukan perbaikan dan penyempurnaan seperlunya.

3. Tahap pengembangan dan ujicoba

Dalam tahap ini dilakukan kegiatan ujicoba modul di laboratorium perawatan sistem pesawat udara khususnya di simulator perawatan sistem pesawat udara dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan draft modul pembelajaran

troubleshooting pada simulator dengan fitur troubleshooting. Untuk kepentingan penelitian ini berdasarkan kondisi yang ada, yaitu jumlah simulator yang terbatas dan tidak semua akademi teknik penerbangan memiliki simulator yang sejenis sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan uji coba lebih luas di akademi atau sekolah tinggi yang lain, maka uji coba terbatas dan uji coba lebih luas dilakukan di lingkungan prodi TPU STPI Curug. Uji coba lebih luas tetap dilakukan dalam prodi yang sama namun dengan melibatkan jumlah mahasiswa yang lebih banyak. Kegiatan – kegiatan yang dilakukan pada ujicoba modul tersebut dilakukan pada tahap – tahap :

a. Uji coba terbatas.

Uji coba terbatas dilaksanakan di dua kelas program studi Diploma III Teknik Pesawat Udara yang sedang berlangsung, yaitu program DIII TPU Angkatan ke-11 A dan 11B yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan eksperimen dengan masing – masing sampel 10 mahasiswa. Observasi dilakukan pada pembelajaran dengan draft modul yang diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran. Evaluasi dilakukan terhadap pelaksanaan proses pembelajaran, dan analisis data dilakukan berdasarkan hasil observasi, hasil tes dan hasil angket. Hasil evaluasi tersebut diharapkan dapat memberikan item – item perbaikan terhadap konten modul untuk mencapai tujuan yang diharapkan.


(35)

74

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Uji coba lebih luas.

Ujicoba lebih luas dilakukan dengan penelitian eksperimen akan dilaksanakan dengan jumlah mahasiswa yang lebih banyak dan masih dalam lingkup prodi Teknik Pesawat Udara dengan simulator dengan fitur

troubleshooting sejenis. Mahasiswa yang menjadi sampel untuk Uji Coba lebih luas berjumlah 36 orang yang terdiri dari 18 orang dari program D III TPU Angkatan ke-11 A dan 18 mahasiswa dari program D III TPU Angkatan ke-11 B dalam masing – masing kelompok eksperimen dan kontrol. Evaluasi dilakukan terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan draft modul yang sudah mengalami perbaikan dan melakukan perbandingan hasil pre tes dan pos tes. Pengembangan modul pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini diuji coba melalui pendekatan eksperimen untuk menilai bagaimana pengaruh penggunaannya dalam meningkatkan fault-free performance mahasiswa. Untuk memperkuat hasil observasi, dilakukan suatu

performance monitoring yang cermat dan teliti pada saat proses pembelajaran. Hasil observasi dan tes pada tahap uji coba ini menjadi bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan modul.

C.Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Program Studi Teknik Pesawat Udara jenjang Diploma III pada program D III TPU Angkatan ke-11 A dan B. Untuk kebutuhan penelitian ini maka keseluruhan populasi program D III TPU 11 A dan B yang berjumlah 56 mahasiswa dijadikan sampel. Untuk uji coba terbatas, mahasiswa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan masing – masing 10 mahasiswa. Untuk uji coba lebih luas, jumlah mahasiswa diperbanyak untuk masing – masing kelompok menjadi 18 mahasiswa setiap kelompok sehingga semua anggota populasi terlibat dalam penelitian. Sesuai dengan jumlah simulator yang ada di laboratorium avionik prodi TPU,


(36)

75

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

maka mahasiswa dibagi menjadi beberapa kelompok praktik dengan jumlah per kelompok 4 – 5 mahasiswa per simulator per kelompok.

D.Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Secara garis besar teknik pengumpulan data pada pelaksanaan penelitian ini terdiri dari observasi, wawancara, studi dokumenter, dan tes hasil belajar sesuai dengan tiga tahapan kegiatan yaitu studi pendahuluan, perencanaan modul pembelajaran, serta pengembangan dan ujicoba.

Pada tahap studi pendahuluan pengumpulan data menggunakan lembar observasi, wawancara dan studi dokumenter. Pada tahap perencanaan modul pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumenter. Pada tahap pengembangan dan uji coba model pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi dan tes hasil belajar.

1. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap dosen atau instruktur pendamping dan laboran laboratorium simulator perawatan sistem pesawat untuk mendapatkan data proses pembelajaran troubleshooting. Wawancara dilakukan dengan format panduan wawancara terstruktur yang telah disusun agar pertanyaan yang diajukan sesuai dengan tujuan.

2. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati langsung proses pembelajaran

troubleshooting yang dilakukan mahasiswa baik pada saat studi pendahuluan, uji coba, dan asesmen praktik akhir. Tujuan observasi adalah untuk mendapatkan data sebanyak mungkin tentang apa dan bagaimana proses penggunaan modul pembelajaran troubleshooting yang digunakan oleh mahasiswa dan dilakukan secara kontinyu sampai didapatkan data yang memadai.


(37)

76

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Studi dokumentasi bertujuan untuk mengkaji dokumen – dokumen yang dapat memberikan data yang relevan dengan permasalahan penelitian. Berdasarkan hal tersebut, fokus studi dokumentasi ini adalah dokumen kurikulum, dokumen standar perawatan, manual – manual perawatan dan dokumen terkait dengan pengembangan modul pembelajaran troubleshooting. 4. Kuesioner

Metode kuesioner menggunakan kumpulan pertanyaan tertulis yang diberikan kepada mahasiswa untuk dijawab secara tertulis. Kuesioner dalam penelitian ini merupakan instrumen pendukung untuk mendapatkan data pelaksanaan penelitian terhadap proses pembelajaran troubleshooting dengan menggunakan modul pembelajaran yang telah didesain.

5. Tes hasil belajar

Cakupan kegiatan pembelajaran troubleshooting baik yang dikemukakan oleh Kroes, Watkins dan Delp (1993) maupun Kinnison (2004, hlm. 255) memperlihatkan bahwa kegiatan tersebut memerlukan dan menghasilkan semua aspek kemampuan manusia sebagai hasil belajar, yaitu aspek kognitif, keterampilan dan sikap. Berdasarkan pandangan tersebut, maka dikembangkan instrumen untuk dapat mengukur semua aspek tersebut secara optimal. Tes hasil belajar dalam pembelajaran troubleshooting ini dikatagorikan sebagai

performance-based test berdasarkan tujuan penelitian adalah untuk mengukur

fault-free performance dan tes untuk mengukur hasil belajar aspek kognitif dikembangkan dalam bentuk tes objektif pilihan ganda. Performance-based test yang disebut dengan proficiencies atau kemahiran ini cocok untuk diterapkan pada lingkungan pembelajaran dengan simulasi kerja, sebagaimana yang diungkapkan oleh Hodges (2002, hlm. 42) sebagai “ Performance-based tests can be measured by developing a simulated work task, project, or case study. Most common in the corporate environment is the simulated work task”. Bentuk tes ini sebenarnya adalah suatu bentuk observasi tingkah laku yang diukur berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya dan biasanya


(38)

77

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menggunakan behavioral check list. Hodges menekankan bahwa behavioral

checklist ini didesain untuk menguji kemampuan mahasiswa untuk melakukan

suatu pekerjaan dengan benar pada suatu situasi simulasi dan berhasil baik untuk suatu kegiatan pengukuran kemahiran fisik yang mengandung unsur – unsur tugas diskrit dan sekuensial, sebagaimana suatu pembelajaran

troubleshooting. Bentuk tes ini akan dipergunakan dalam instrumen penelitian dengan menggunakan indikator pembelajaran troubleshooting yang telah diidentifikasi sebelumnya.

E.Teknik Analisis Data

Sesuai dengan tahapan pada proses pengumpulan data yang dilakukan, proses analisis data dilakukan terhadap data yang dikumpulkan dalam tahapan tersebut, yaitu : studi pendahuluan, perencanaan, serta pengembangan dan ujicoba. 1. Hasil Studi Pendahuluan

Dilakukan deskripsi kualititatif agar diperoleh gambaran kecenderungan tentang pelaksanaan pembelajaran troubleshooting dan efektifitas modul, dibandingkan dengan dilapangan serta tuntutan kurikulum

2. Perencanaan Modul

Analisis data hasil studi studi awal adalah analisis kualitatif untuk memperoleh draf awal modul.

3. Pengembangan dan Uji Coba

Data yang diperoleh dari hasil observasi selama mahasiswa menggunakan modul, baik pada tahap uji coba terbatas maupun ujicoba luas. Hasil ini dikomunikasikan dan didiskusikan dengan dosen pendamping untuk penyempurnaan rancangan dan pelaksanaan pembelajaran troubleshooting

selanjutnya. Hasil kuesioner mahasiswa dianalisis dan dihitung persentasenya untuk menentukan pandangan mahasiswa tentang pembelajaran


(39)

78

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

wawancara dosen dianalisis dan dihitung persentasenya untuk melihat kecenderungan pandangan dosen tentang pembelajaran troubleshooting.

Data hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif menggunakan SPss versi 17. Analisis diawali dengan mencari mean, standar deviasi dan selanjutnya digunakan uji t untuk menguji perbedaaan hasil antara pretes dan postes pada masing – masing kelompok, dan perbedaan antara kelompok eksperimen dan kontrol baik dalam pretes dan postes.

F. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2014 dan pengumpulan data dilakukan pada semester IV kalender akademik Program Studi Teknik Pesawat Udara yaitu Bulan Juni sampai dengan September 2014 untuk mata kuliah praktik perawatan sistem pesawat udara bertempat di laboratorium simulator Avionics

Workshop and Lab Program Studi Teknik Pesawat Udara Sekolah Tinggi

Penerbangan Indonesia Curug – Tangerang, sebagaimana tergambar dalam Tabel di bawah ini.

Tabel 3.1. Rencana Kerangka Waktu Kegiatan Penelitian

No Deskripsi Kegiatan

Tahun dan Bulan

2013 2014

11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pengajuan Judul

2 Studi Pendahuluan

3 Penyusunan dan Pengajuan

Proposal

4 Sidang Proposal

5 Perbaikan proposal/tesis 6 Penyusunan draf awal modul 7 Uji coba terbatas dan revisi 8 Uji coba lebih luas dan

penyempurnaan


(40)

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik simpulan sebagai berikut :

1. Kondisi pembelajaran troubleshooting yang berlangsung di Program Studi Teknik Pesawat Udara berkaitan dengan penggunaan modul pembelajaran memperlihatkan bahwa pembelajaran berlangsung dengan interaksi mahasiswa dengan modul yang rendah dan ketergantungan pada dosen yang tinggi, adanya kerumitan dan tingkat kesulitan tinggi dalam langkah pembelajaran, penguasaan konsep masih rendah, kemajuan belajar mahasiswa pada setiap langkah troubleshooting tidak terukur dan pemanfaatan kapasitas simulator masih minim dalam pembelajaran. Hal tersebut teridentifikasi disebabkan oleh modul memiliki aktifitas belajar tidak lengkap dan rumit, tidak adanya mekanisme penilaian kemajuan belajar dan materi konsep dasar serta kegagalan menggali secara optimal kapabilitas simulator. Semua faktor tersebut mengindikasikan perlunya pengembangan modul yang dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam troubleshooting tanpa kegagalan. 2. Untuk mengembangkan modul pembelajaran troubleshooting baru yang dapat

meningkatkan fault-free performance dilakukan melalui kegiatan :

a. Mendesain modul dengan tahapan : (1) perencanaan yang meliputi perencanaan tujuan, pengguna, waktu, dan deskripsi komponen modul, (2) penyusunan draft modul yang dikembangkan berdasarkan Garis Besar Langkah Pengembangan Modul Troubleshooting yang disusun berdasarkan konsep – konsep penyusunan modul sesuai teori pengembangan modul belajar, (3) penilaian draft modul oleh ahli modul dan ahli materi, (4) pengembangan modul melalui uji coba dan penyempurnaan. Rumusan modul memiliki konten – konten yang merepresentasikan sekuensial aktifitas belajar troubleshooting dengan diawali pendalaman konsep dasar


(1)

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dan dilanjutkan dengan simulasi dan praktik proses troubleshooting. Kotak konsep Note, Caution dan Warning memberikan peringatan bagi mahasiswa bagaimana untuk melakukan simulasi secara hati – hati, cermat dan respon terhadap resiko kegagalan kerja.

b. Mengembangkan langkah – langkah Implementasi Modul dalam Pembelajaran dengan membagi kegiatan pembelajaran menjadi kegiatan (1) pendahuluan berupa persiapan dan pengukuran kemampuan awal, (2) kegiatan inti 1 pendalaman konsep, (3) kegiatan inti 2 dalam bentuk simulasi dan praktik troubleshooting, dan (3) kegiatan penutup yaitu penilaian kemampuan akhir mahasiswa. Peran utama dosen dalam semua kegiatan pembelajaran adalah sebagai observer keselamatan kegiatan, selain peran menjelaskan di awal dan menguji di akhir kegiatan.

c. Mengembangkan bentuk evaluasi yang berfungsi mendiagnosis kelemahan pengembangan modul dalam meningkatkan fault-free performance mahasiswa yang dilakukan : (1) pada tahap awal pengembangan dilakukan penilaian oleh ahli modul dan ahli materi untuk memastikan modul telah memenuhi kaidah – kaidah keilmuan terkait, (2) dalam proses pengembangan tahap uji coba melalui pos asesmen pencapaian fault-free performance mahasiswa untuk penyempurnaan konten, (3) dalam implementasi pembelajaran dilakukan dalam bentuk pre-asesmen (entry test) untuk mengukur kesiapan pengetahuan dasar, tes mandiri untuk mengukur kemajuan sub-kompetensi, dan pos asesmen untuk mengukur pencapaian kompetensi utama (terminal objective).

3. Dampak pengembangan modul terhadap fault-free performance mahasiswa memperlihatkan bahwa hasil belajar secara umum mengalami peningkatan yang terukur dari hasil analisis uji coba terhadap sub – sub kompetensi penyusun kompetensi utama. Peningkatan Fault-free performance dalam troubleshooting sebagai dampak instruksional tercermin dari hasil observasi terhadap proses mahasiswa melakukan troubleshooting dengan peningkatan tingkat kecermatan, kehati-hatian, respon terhadap umpan balik dan


(2)

203

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pengelolaan waktu bekerja, selain peningkatan penguasaan konsep, ketepatan dan urutan prosedur kerja serta ketepatan hasil kerja.

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, terdapat beberapa rekomendasi yang perlu dipertimbangkan oleh pihak – pihak terkait, yaitu :

1. Untuk mahasiswa pengembangan kurikulum yang berprofesi sebagai pengajar di berbagai institusi pendidikan hendaknya dapat mengembangkan modul pembelajaran yang mampu menggali konten yang benar – benar dapat meningkatkan kompetensi spesifik peserta didik yang bermanfaat untuk kelanjutan belajar mereka.

2. Untuk meningkatkan kemampuan dosen dalam mengoperasikan simulator dan meningkatkan pengelolaan dalam pembelajaran troubleshooting hendaknya dapat dikembangkan suatu bentuk pelatihan yang tepat.

3. Untuk dosen pendamping, hendaknya dapat melakukan peran sebagai safety supervisor dengan efektif agar mahasiswa dapat selalu terawasi dalam melakukan kegiatan dengan resiko tinggi di simulator yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya.


(3)

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Alm, Torbjorn (2007). Simulator-Based Design, Methodology and Vehicle Display Applications, Sweden : Linkoping University

Billet, Stephen (2010). Learning Through Practice, Models, Traditions, Orientation and Approaches, New York : Springer

Brady, Laurie (1990). Curriculum Development, Third Edition. New York : Prentice – Hall

Bratten, Jack E. (1969). A System Approach to The Improvement of Instruction, (Media and Methods ; Instructional Technology In Higher Education, Ed. Unwin, Derick), London : McGraw-Hill

Cacciabue, P. Carlo, Mauri C, Owen D (2003). The Development of Model and Simulation of an Aviation Maintenance Task Performance. Journal of Cognition, Technology and Work. (2003) 5: 229–247 DOI 10.1007/s10111-003-0133-z

Campbell, R.D., Bagshaw, M. (2002). Human Performance and Limitation in Aviation, Third Edition, UK : Blackwell Science

Cartwright, Robert (2003). Training and Development Express, UK : Capstone Publishing

Danim, Sudarwan (2010). Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi, Bandung : Penerbit Alfabeta

Dhillon, B. S. (2009). Human Reliability, Error, and Human Factors in Engineering Maintenance : With Reference to Aviation and Power Generation, USA : Taylor and Francis Group

Dick, Walter dan Carey, Lou (1978). The Systematic Design of Instruction, USA : Scott, Foresman and Company

Dick, Walter ; Carey, Lou ; Carey, James O. (2009). The Systematic Design of Instruction Seventh Edition, USA : Pearson Education

Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan RI (1998. Advisory Circular No. 65-2, Jakarta


(4)

205

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Djohar, As’ari (2007). Pendidikan Kejuruan : Bab XLVIII dari buku Rujukan Filsafat, Teori dan Fraksis Ilmu Pendidikan, Bandung : UPI Press

Finch, Curtis R., Crunkilton, John R. (1979). Curriculum Development in Vocational and Technical Education, Planning, Content, and Implementation, Boston Massachusetts USA : Allyn And Bacon

Gagne, Robert M. (1985), The Condition of Learning and Theory of Instruction, New York : Holt, Rinehart and Winston

Gerlach, Vernon dan Ely, Donald P. (1980). Teaching and Media, A Systemic Approach. New Jersey, USA : Prentice – Hall

Gross, John M. (2002). Fundamentals of Preventive Maintenance, New York, USA : American Management Association

Hodges, Tony K. (2002). Linking Learning and Performance, A Practical Guide To Measuring Learning and On the Job Application, Oxford UK : Butterwort Heinemann

International Civil Aviation Organization, (2001). Annex 1 Personnel Licencing Ninth Edition, ICAO

Joyce, Bruce, Weil, Marsha dan Calhoun, Emily (2011). Models of Teaching ; Model – Model Pembelajaran (Edisi kedelapan , versi Bahasa Indonesia), Yogyakarta : Penerbit Pustaka Pelajar

Kamil, Mustofa (2007). Teori Andragogi, Bab 11 dari Buku Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Editor Ali, dkk, Bandung : Pedagogiana Press

Kinnison, Harry A. (2004). Aviation Maintenance Management, New York USA : McGraw-Hill

Kroes, Michael J., Watkins, William A., Delp, Frank (1993). Aircraft Maintenance and Repair, Sixth Edition, New York : Macmillan/McGraw-Hill

Lateef, Fatimah (2010). Simulation – Based Learning : Just like the real thing. Journal of Emergencies, Trauma and Shock. DOI: 10.4103/0974-2700.70743

Mansfield, B (2005). Chapter 3 Competence and Standar of Competenced Based Education and Training Book Edited by John W. Burke, UK : Falmer Press


(5)

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Miarso, Yusufhadi (2009). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media Grup

Miller, John P., Seller, Wayne (1985). Curriculum Perspectives and Practices, New York : Longman

Oliva, Peter F. (1992). Developing the Curriculum, New York : Harper and Publisher

Print, Murray (1993). Curriculum Development and Design, NSW Australia : Allen & Unwin

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Udara (PPSDMPU) (2013). Kurikulum Program Studi Teknik Pesawat Udara 2013, Curug, Tangerang : PPSDMPU

Reiser, Robert A, and Dempsey, John V. (2002). Trends and Issues in Instructional Design and Technology, USA : Merill Prentice Hall

Rusman, (2012). Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer, Bandung : Penerbit Alfabeta

Sanjaya, Wina (2011a). Kurikulum dan Pembelajaran, Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta : Kencana Prenada Media Grup

______________ (2011b). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta : Kencana Prenada Media Grup

_______________(2012). Sistem Komunikasi Pembelajaran. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup

Seel, Norbert M. dan Djikstra, Sanne (2008). Curriculum, Plans and Process in Instructional Design, Mahwah, New Jersey USA: , Lawrence Erlbaum Associates, Publisher.

Seller, John P dan Miller, Wayne (1985). Curriculum Perspective and Practice. USA : Longman

Smaldino, Sharon E., Lowther, Deborah L., Russel, James D (2012). Instructional Technology and Media For Learning (versi Bahasa Indonesia : Teknologi Pembelajaran dan Media untuk Belajar), Jakarta : Kencana Prenada Media Grup.


(6)

207

Wira Gauthama,2014

Pengembangan modul pembelajaran troubleshooting pada simulator sistem pesawat udara untuk meningkatkan fault-free performance

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sukmadinata, Nana S. (2011). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya

__________________. (2012). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya

Sukmadinata, Nana S. dan Syaodih, Erliana (2012). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi, Bandung : PT. Refika Aditama

Suprijanto, H. (2008). Pendidikan Orang Dewasa, Dari Teori hingga Aplikasi, Edisi ke-2, Jakarta : PT. Bumi Aksara

Sutarmadji, Bambang (2012). Menuju “ASEAN Single Aviation Market 2015” dalam Bidang Perawatan Pesawat Udara. Makalah Diskusi Ilmiah Program Studi Teknik Pesawat Udara STPI Curug 9 Desember 2012.

Taba, Hilda (1962). Curriculum Development Theory and Practice, USA : Harcourt, Brace & World, Inc

US Department of Transportation (2003). Aviation Mechanic Powerplant Practical Test Standard, FAA-S-8081-28 w/ Changes 1 & 2, Washington USA : FAA Flight Standar Service

U.S. Department of Transportation (2003). Aviation Mechanic Airframe Practical Test Standard, FAA-S-8081-27 w/ Changes 1, 2, & 3, Washington, D.C. 20591 : Flight Standard Service

US Department of Transportation (2005). Certification and Operation of Aviation Maintenance Technician Schools, AC 147-3A, Washington USA : FAA Flight Standar Service

Vembriarto, ST. (1975). Pengantar Pengajaran Modul, Yogyakarta : Yayasan Pendidikan Paramita

Warsita, Bambang (2008). Teknologi Pembelajaran, Landasan dan Aplikasinya, Jakarta : PT. Rineka Cipta