EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS CIVIC SKILLS SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE.

(1)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS

KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL) SEBAGAI UPAYA

MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

(Studi Kasus pada Lembaga Pelayanan Publik Badan Penanaman Modal dan

Perizinan Terpadu (BPMPT) Provinsi Jawa Barat)

TESIS

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister

Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun oleh:

RONNI JUWANDI

1302481

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH PASCA SARJANA


(2)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL) SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD

GOVERNANCE

(Studi Kasus pada Lembaga Pelayanan Publik Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Provinsi Jawa Barat)

Oleh Ronni Juwandi S.Pd. UPI Bandung, 2012

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Sekolah Pascasarjana

© Ronni Juwandi 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(4)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE


(5)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE


(6)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i ABSTRAK

RONNI JUWANDI (1302481) EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS CIVIC SKILLS SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN

GOOD GOVERNANCE

Partisipasi masyarakat sangat diperlukan dalam peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan satu dari sekian banyak agenda besar reformasi birokrasi yang mengamanatkan kepada pemerintah bahwa salah satu tujuan besar dari adanya reformasi adalah perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan publik yang salah satunya dilakukan oleh lembaga birokrasi. Saat ini tingkat partisipasi dan kepercayaan masyarakat kepada lembaga pemerintah khususnya lembaga pelayanan publik dapat dikatakan stagnan kalau tidak mau dikatakan mengalami dekadensi sebagai bentuk krisis kepercayaan kepada pemerintah. Padahal, dalam kenyataan sekarang ini, daya dukung dan tingkat partisipasi masyarakat sangat diperlukan sebagai indikator keberhasilan reformasi birokrasi yang menjadi tujuan utama perubahan sistem pelayanan publik saat ini.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana tingkat efektifitas dan efisiensi pelayanan publik dalam hal reformasi birokrasi yang saat ini sedang menjadi program besar pemerintah. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah efektifitas dan reformasi birokrasi dari David Osborne dan Ted Gaebler dalam bukunya yang berjudul Reinventing Goverment, serta tinjauan mengenai Civic Skills mencakup keterampilan partisipasi warga negara, dan juga konsepsi tentang good governance. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analitis dengan pendekatan kualitatif melalui teknik pengumpulan data berupa wawancara terstruktur sederhana untuk mengetahui tingkat kepuasan dari masyarakat sebagai pengguna layanan dari BPMPT, wawancara tidak terstruktur, dan juga observasi lapangan.

Berdasarkan hasil penelitian di lembaga birokrasi yang telah disebutkan di atas, ditemukan bahwa pelayanan yang dilakukan oleh BPMPT Provinsi Jawa Barat sudah menunjukkan perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanan perizinan sesuai dengan prinsip-prinsip pelayanan publik yang prima, seperti akuntabilitas, transparansi, jaminan kepastian waktu, kemudahan, serta kelancaran yang dirasakan oleh pelanggan dalam hal ini adalah masyarakat, dalam mengurus perizinan yang dibutuhkannya.


(7)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii ABSTRACT

RONNI JUWANDI (1302481) THE EFFECTIVENESS OF THE BUREAUCRATIC REFORM IN THE CONTEXT OF CIVIC SKILLS IN AN EFFORT TO REALIZE GOOD GOVERNANCE

Public participation is indispensable in increasing the quality of public services is one of the many large bureaucratic reform agenda which mandates to Governments that one of the major objectives of the reform is the improvement and enhancement of the quality of public services, one of which was conducted by the agency bureaucracy. Currently, level of participation and the trust of the community to the government agencies especially public service institutions can be said to stagnate if it does not want to be said to experience the decadence as a form of confidence to the government. Whereas, in reality right now, power support and level of public participation is indispensable as an indicator of the success of the reform of the bureaucracy which becomes the main purpose of the change of the system of public service at this time.

This research aims to look at how the level of effectiveness and efficiency of public services in terms of the reform of the bureaucracy which is currently becoming a big government program. The theory used in this research is the effectiveness and reform of the bureaucracy from David Osborne and Ted Gaebler in his book entitled Reinventing Government, as well as views about civic Skills covers the skills of participation of citizens, and also the conceptions about good governance. The methods used in this study is the method of The method used in this research is a case study method with qualitative approach through data collection techniques in the form of a simple structured interviews to find out the level of satisfaction of the public service as a user of BPMPT, unstructured interviews, and also the observation field.

Based on the results of research in the institutions of the bureaucracy that has been mentioned above, it was found that the services performed by BPMPT Provinsi Jawa Barat already showing improvement and the improvement of quality of service licensing in accordance with the principles of the public service, such as accountability, transparency, guarantee the certainty of the time, ease, as well as the perceived smoothness by the customer in this case is a society, in taking care of permissions it needs.


(8)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

iv DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 11

1. Manfaat Teoritis ... 11

2. Manfaat Praktis ... 11

E. Struktur Organisasi Tesis ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Efektifitas ... 13

1. Pengertian Efektifitas ... 13

2. Ukuran Efektifitas ... 18

B. Reformasi Birokrasi ... 21

1. Tinjauan Umum Birokrasi ... 21

2. Birokrasi Webberian ... 31

3. Birokrasi Osborne ... 34

a. Reinventing Goverment ... 34

b. Banishing Bureaucracy ... 36

C. Civic Skills ... 38

1. Tinjauan Umum Civic Skills ... 38


(9)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

v

3. Isi Civic Skills dalam PKn ... ... 44

D. Good Governance (Tata Kepemerintahan yang Baik) ... 50

1. Tinjauan Umum Good Governance ... 50

2. Komponen dan Unsur –unsur dalam Good Governance ... 53

3. Prinsip-Prinsip Good Governance ... 56

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 61

B. Instrumen Penelitian ... 66

C. Teknik Pengumpulan Data ... 66

D. Teknik Analisa Data ... 70

E. Definisi Operasional ... . 71

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Provinsi Jawa Barat ... 73

1. Sejarah Perkembangan BPMPT Provinsi Jawa Barat ... 73

2. Visi dan Misi BPMPT Provinsi Jawa Barat ... 75

3. Tugas Pokok dan Fungsi Serta Prinsip Pelayanan Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Provinsi Jawa Barat ... 76

4. Struktur Organisasi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Provinsi Jawa Barat ... 79

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 91

C. Analisis Hasil Penelitian ... 98

D. Temuan Hasil Penelitian ... 125

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 127

B. Rekomendasi ... 131


(10)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vi LAMPIRAN


(11)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Kecakapan Warga Negara ... 44

Tabel 2.2 Indikator Civic Skills Menurut Mary Kirlin ... 46

Tabel 2.2 Cakupan Civic Skills ... 48

Tabel 4.1 Fungsi Lembaga PPT dan OPD Teknis ... 74

Tabel 4.2 Triangulasi Hasil Penelitian tentang Upaya BPMPT Provinsi Jawa Barat ... 101

Tabel 4.3 Triangulasi perbandingan hasil penelitian tentang peran dan kontribusi masyarakat sebagai pengguna layanan BPMPT dalam mengembangkan kualitas pelayanan ... 111

Tabel 4.4 Evaluasi dan inovasi yang dilakukan oleh BPMPT Provinsi Jawa Barat untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik ... 119


(12)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hubungan Tiga Domain dalam Good Governance ... 55

Gambar 3.1 Triangulasi Sumber ... 69

Gambar 3.2 Triangulasi Teknik ... 69

Gambar 3.3 Triangulasi Waktu ... 69

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Provinsi Jawa Barat ... 79

Gambar 4.2 Prosedur Umum Perizinan ... 89


(13)

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pascaperubahan sistem dan struktur pemerintahan dalam pelaksanaan reformasi yang dilakukan dalam sistem pemerintahan Indonesia, merupakan sebuah langkah nyata dalam upaya meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia ke arah yang lebih baik. Upaya reformasi diwujudkan ke dalam aspek-aspek kehidupan berbangsa dan bernegara dengan perubahan struktur mekanisme organisasi yang diharapkan membantu mencapai tujuan bangsa ini melalui reformasi dalam segala aspek pemerintahan.

Reformasi telah membawa banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat Indonesia, yang tadinya sangat terbatas oleh pengaruh kekuasaan yang terlalu membatasi ruang gerak masyarakat Indonesia. Selain itu, reformasi telah mendorong masyarakat Indonesia untuk lebih leluasa dalam mengembangkan potensi dan sumber daya yang dimiliki melalui pemberdayaan pemerintah daerah dengan legitimasi yang lebih terstruktur guna melakukan perbaikan demi mewujudkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan masyarakat yang lebih baik.

Reformasi juga telah mendorong adanya perubahan dalam hubungan antara pemerintah pusat dan daerah, yang tadinya bersifat sentralisasi atau terpusat sekarang berubah. Hubungan itu menjadi desentralisasi atau kesempatan untuk mengelola daerah dengan kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah daerah dalam mengembangkan sumber daya manusia dan sumber daya alam lebih optimal dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini diperkuat dengan dasar hukum yakni Undang-Undang Republik Indonesia No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menggantikan UU RI No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.

Desentralisasi telah melahirkan adanya otonomi daerah. Dengan lahirnya otonomi daerah, setiap daerah memiliki kewenangan dan legalitas untuk mengelola serta menjamin terciptanya kesejahteraan masyarakat dengan


(14)

2

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berlandaskan pada karakter dan sumber daya daerah masing-masing. Peran pemerintah daerah sangat penting dalam menciptakan iklim pemerintahan daerah yang lebih maju dan mampu menghasilkan pembangunan yang merata, luas dan bertanggung jawab.

Keadaan Bangsa Indonesia sekarang ini mengalami keterpurukan di berbagai bidang sehingga terjadi krisis yang berkepanjangan. Krisis yang berkepanjangan ini menuntut pemerintah dan rakyatnya untuk dapat bersama-sama mengatasinya. Pemerintah merupakan lembaga yang menjalankan penyelenggaraan negara. Pemerintah mempunyai wewenang untuk mengatur kehidupan rakyat sehingga tercipta kemakmuran dan kesejahteraan.

Keberadaan daerah pada era otonomi daerah terbagi atas wilayah provinsi, kabupaten atau kota dan desa. Peranan pemerintah daerah sangat penting dalam tercapainya pembangunan di daerah. Pelaksanaan otonomi daerah sekarang ini, daerah mempunyai kebebasan untuk menentukan arah pembangunannya sendiri. Peningkatan kualitas aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugas sangat dibutuhkan sehingga mampu berkompetisi dengan sektor swasta melalui peningkatan pelayanan kepada masyarakat yang efektif dan efisien sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat.

Otonomi daerah berorentasi pada perwujudan kemandirian daerah, efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan termasuk fungsi pelayanan publik. Dalam era otonomi daerah, fungsi pelayanan publik menjadi salah satu fokus perhatian dalam upaya peningkatan kinerja pemerintah daerah. Semangat desentralisasi menghendaki pemberian pelayanan terbaik kepada publik lebih berorentasi pada kebutuhan masyarakat, sehingga secara otomatis berbagai fasilitas pelayanan publik harus lebih didekatkan sehingga mudah dijangkau oleh masyarakat atau publik.

Sebagai abdi masyarakat, pemerintah berkewajiban memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat. Desentralisasi yang bergulir sejak tahun 1999 dengan dilandasi pertama kali oleh UU RI No. 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah telah memberikan kesempatan pada pemerintah daerah untuk


(15)

3

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

melakukan berbagai perubahan demi terciptanya perbaikan pelayanan publik, percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat, dan peningkatan efektifitas dalam penyelenggaraan pemerintah. Di dalam pemerintahan Provinsi Jawa Barat sendiri desentralisasi telah menumbuhkan komitmen kuat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan iklim usaha dan peningkatan efektifitas kinerja pemerintahan dalam memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Hal ini termasuk pula dalam tataran birokrasi yang ada dalam prosedur pelayanan publik untuk menciptakan pemerintahan yang prima, sehingga benar-benar menciptakan suatu good governance atau tata kelola pemerintahan yang baik dan sangat diharapkan perwujudannya oleh bangsa ini.

Begitu banyak jenis-jenis pelayanan umum yang menyangkut segala aspek-aspek kehidupan yang diselenggarakan oleh pemerintah sehingga semua orang mau tidak mau harus menerima bahwa intervensi birokrasi melalui pelayanan umum itu absah adanya. Ketentuan bahwa birokrasi mempunyai tugas yang harus diemban untuk melayani masyarakat menjadi terbalik sehingga bukan lagi birokrasi yang melayani masyarakat akan tetapi justru masyarakat yang melayani birokrasi. Sistem pelayanan umum kepada masyarakat cenderung terlalu kaku dan lamban dalam prosedur pelayanannya. Para aparat birokrasi (birokrat) tidak lagi merasa terpanggil untuk meningkatkan efisiensi dan memperbaiki prosedur kerja tetapi justru lebih sering menolak adanya perubahan.

Etos kerja yang bertendensi mempertahankan status quo dalam sistem kerja birokrasi, nampaknya telah menimbulkan persepsi yang masif di kalangan masyarakat bahwa birokrasi identik dengan berbagai prosedur yang berbelit-belit, memakan waktu yang lama, dan sikap petugas dalam pelayanan yang terkesan

“kurang ramah” terhadap masyarakat. Yang lebih parah prosedur yang tidak

berbelit -belit itu acapkali ditunggangi oleh kepentingan sebagian orang dan pribadi dan pada akhirnya dijadikan sebagai komoditas yang diperdagangkan dan pada akhirnya jauh dari apa yang diharapkan sebagai abdi masyarakat yang melayani dengan komitmen dan integritas yang profesional.


(16)

4

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kurang baiknya cara pelayanan di tingkat bawah. Ternyata masih banyak faktor yang mempengaruhi begitu buruknya tata kerja dalam birokrasi. Sikap pandang organisasi birokrasi pemerintah kita, misalnya, terlalu berorientasi pada kegiatan (activity), dan pertanggungjawaban formal (formal accountability). Penekanan kepada hasil (product) atau kualitas layanan (service quality) sangatlah kurang, sehingga lambat laun pekerjaan-pekerjaan dalam organisasi menjadi kurang menantang dan kurang menggairahkan.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh oleh Hidayat dan Sucherly dalam Kumorotomo (2009; 159) semakin memperkuat dugaan ini. Dengan berpihak pada teori Maslow tentang tingkatan-tingkatan kebutuhan manusia, yang diberi skala 1 sampai 12, mereka mendapatkan bahwa di kalangan pegawai negeri

Indonesia “kebutuhan akan rasa aman” memperoleh skor tertinggi (8,31).

Kemudian berturut-turut peringkat selanjutnya adalah kebutuhan sosial (6,77), kebutuhan dasar/ fisiologis (6,34), kebutuhan aktualisasi diri (4,92), dan terakhir kebutuha akan harga diri (4,84). Ini menunjukkan bahwa pada umumnya pegawai negeri mempunyai rasa cemas yang tinggi terhadap kegagalan dan “ingin merasa

aman” dalam pekerjaannya. Perasaan takut gagal yang berlebihan pada akhirnya

membuat para pegawai takut mengambil resiko, takut bertindak, dan tidak berani melakukan perubahan-perubahan yang sesungguhnya diperlukan bagi perbaikan organisasi atau institusi. Anggapan yang melekat dalam benak para pegawai negeri sampai saat ini masih hinggap adalah bagus atau tidak pekerjaan/tugas yang mereka kerjakan, tidak akan mempengaruhi pendapatan mereka.

Kecenderungan lain yang melekat di dalam birokrasi adalah kurang diperhatikannya asas keterjangkauan dan pemerataan dalam pelayanan. Secara normatif birokrasi seharusnya memihak kepada golongan miskin atau kelompok-kelompok pinggiran karena merekalah yang perlu dibantu untuk ikut menikmati hasil-hasil pembangunan. Pelayanan yang mudah dan murah merupakan hal yang esensial bagi mereka karena ditilik dari kondisi ekonomis mereka tidak mungkin mendapatkan pelayanan kesejahteraan sosial yang mahal. Sangat disayangkan bahwa dalam kenyataan kita justru melihat bahwa aparatur-aparatur birokrasi


(17)

5

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

cenderung menghindari kelompok miskin karena mereka tidak ingin kehilangan klientel-klientel atau konco-konco yang telah menguntungkan atau bahkan memperkuat posisi mereka dalam tataran birokrasi.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Political and Economic Risk Consultacy (PERC) menunjukkan Indonesia sebagai negara kedua terburuk dalam hal birokrasi berinvestasi. Hasil survey menunjukkan, berinvestasi di Indonesia harus melalui prosedur yang panjang sehingga membutuhkan dana dan biaya yang besar. Indonesia hanya lebih baik dari India. India dinilai sebagai negara dengan birokrasi terburuk dengan nilai 8,95, sedangkan Indonesia memperoleh nilai 8,20. Sementara Singapura menjadi menjadi negara dengan birokrasi terbaik dengan koefisiensi nilai 2,20, diikuti Hongkong dengan 3, 10 (Kompas, 2/7/2005).

Dalam buku yang berjudul Membongkar Budaya, Nugroho F. Yudho (2007 :193) dalam artikelnya yang berjudul Hentikan Tambal Sulam yang Tanpa Arah mengambil salah satu contoh inefisiensi birokrasi di negara kita. Sebuah studi di satu kabupaten di Sumatera Barat, ditemukan ada 385 jenis persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan 14 macam perizinan. Birokrasi perizinan dan pungutan liar (pungli) yang menyebabkan pengiriman sebuah kontainer dari Jakarta menuju Batam menghabiskan biaya Rp 10 juta. Padahal, jika kontainer itu dikirim ke Jepan, biayanya hanya Rp 6 juta, atau ke Amerika Serikat, biayanya hanya menelan Rp 9 juta.

Oleh sebab itu, langkah debirokratisasi merupakan suatu keniscayaan yang harus dilaksanakan, atau tepatnya langkah yang harus diambil pemerintah adalah melalui reformasi birokrasi. Hal ini tidak bisa ditunda lagi, dan pelaksanaannya pada jajaran aparat pemerintahan hendaknya dijaga konsistensi, integritas, serta komitmen untuk mendukung langkah reformasi birokrasi ini. Prosedur yang kaku hendaknya dihapus sehingga suasana kerja akan mendukung berkembangnya inovasi dan perubahan yang menuju peningkatan kualitas pelayanan. Perizinan disederhanakan sampai ke tingkat yang benar-benar diperlukan.

Reformasi birokrasi meniscayakan kemampuan dan kecakapan warga negara yang dapat berperan seara aktif dalam membantu proses perkembangan


(18)

6

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sistem tata kelola kepemerintahan dengan memberikan kontribusi positif yang dapat berupa evaluasi kebijakan yang diambil pemerintah melalui saluran atau wadah evaluasi serta aspirasi yang telah disediakan oleh pemerintah yang merupakan syarat utama terciptanya reformasi birokrasi yang efektif dan efisien. Seperti yang dipaparkan oleh Branson (1998 : 8) tentang kategori kecakapan warga negara dalam National Standards of Civics and Goverment dan The Civic Framework for 1998 National Assesment of Educational Progress (NAEP) dalam Budimansyah dan Suryadi (2008: 58) membuat kategori mengenai kecakapan warga negara diantaranya adalah identifying and describing; explaining and analyzing; evaluating, taking and defending positions on public issues.

Melihat deskripsi kecakapan warga negara yang telah dijelaskan di atas, maka posisi dan peran strategis warga negara dalam pengambilan keputusan, khususnya dalam pembuatan kebijakan dalam program pelayanan kepada publik, dalam hal ini merupakan kebutuhan publik secara langsung menjadi tanggung jawab bersama antara warga negara dengan pemerintah yang mensyaratkan terciptanya hubungan yang sinergis demi terciptanya kualitas pelayanan publik yang diharapkan dalam reformasi birokrasi di negara kita.

Hal inilah yang tidak terdapat dalam sistem pelayanan publik di negara kita. Masyarakat sebagai pengguna layanan publik dari beragam institusi pemerintah hanyalah menjadi objek pasif dan menjadi subordinat dari kebijakan dan kewenangan yang dimiliki oleh pemerintah. Hal ini semakin diperkuat oleh Budimansyah dan Suryadi (2008:59) mengenai kecakapan warga negara untuk mampu memonitor (monitoring) dan juga memberikan evaluasi dan kritik (evaluating) terhadap sistem politik dan pemerintahan, mengisyaratkan pada kemampuan yang dibutuhkan warga negara untuk terlibat secara aktif dalam proses politik dan pemerintahan. Monitoring juga berarti fungsi pengawasan atau kembalinya hak public watchdog dari setiap warga negara. Akhirnya, kecakapan partisipatoris dalam hal mempengaruhi, mengisyaratkan pada kemampuan proses-proses politik dan pemerintahan, baik proses-proses formal maupun proses-proses informal yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat.


(19)

7

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berkaca dari masalah di atas, menurut Sedarmayanti (2009:68) pemerintah seharusnya menggunakan political will untuk dijadikan tolok ukur meninjau tingkat keseriusan dalam menjalankan reformasi birokrasi. Wacana lain adalah pemberantasan korupsi, birokrasi pemerintahan yang lebih rentan dengan korupsi yaitu inefisiensi penggunaan anggaran negara tidak tuntas dibenahi. Pemberantasan korupsi harus menyentuh birokrat dan menyediakan instrumen handal untuk mencegah korupsi. Pembenahan birokrasi tidak dapat dikesampingkan dan sudah saatnya masyarakat dan pelaku ekonomi di Indonesia turut berperan dalam mendorong reformasi birokrasi. Kebiasaan memberi agunan berupa suap, uang rokok, dan lainnya telah mendorong kerusakan sistemik dan memperparah kondisi patologi birokrasi yang sudah semakin kritis.

Melihat rentetan masalah yang menerpa tataran birokrasi dalam sektor pelayanan publik, dipandang perlu untuk melakukan suatu pembaharuan dalam bidang pelayanan umum. Salah satu pembaharuan dan inovasi yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah pembentukan lembaga yang bertugas melayani kepentingan masyarakat dalam mengurus perizinan yang baik sehingga dapat menunjang terwujudnya Provinsi Jawa Barat yang berkomitmen dan berintegritas dalam melayani masyarakat secara optimal. Lembaga yang dimaksud adalah Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) dengan dasar filosofis pembentukannya adalah penyederhanaan sistem perizinan, perbaikan pelayanan publik, pemberantasan korupsi, serta untuk meningkatkan iklim investasi yang baik.

Pembentukan lembaga tersebut searah dengan semangat reformasi birokrasi di dalam tubuh institusi guna memperbaiki sistem pelayanan yang telah berjalan berikut dengan berbagai macam kekurangan dan ketidakteraturan sistem pelayanan yang sedemikian jauh dari harapan warga negara untuk mendapatkan kualitas pelayanan yang tercermin dalam gagasan mengenai reformasi birokrasi tersebut. Lembaga ini diharapkan mampu menjadi obat penawar patologi birokrasi yang sudah akut di dalam institusi yang cenderung terkena penyakit inefisiensi dan inefektifitas dalam sistem pelayanan publik. Visi dan misi serta tugas-tugas


(20)

8

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pokok BPMPT ini merupakan akumulasi dari formulasi sistem pelayanan modern yang berdasarkan pada kualitas pelayanan publik yang prima dan optimal.

Pemerintah Provinsi Jawa Barat membentuk Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) di bawah Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPMPT) Provinsi Jawa Barat dengan tugasnya yaitu memberikan pelayanan perizinan dan non-perizinan yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi, yang poros pengelolaannya dari mulai tahap permohonan sampai tahap penerbitan dokumen, dilakukan secara terpadu dalam satu tempat.

Awalnya, PPTSP muncul karena adanya situasi dan kondisi dimana iklim usaha dan investasi di Indonesia secara umum tidak kondusif. Disinyalir salah satu penyebabnya adalah karena berbelitnya proses perizinan di daerah. Persyaratan yang banyak, tumpang tindih serta menyangkut banyak instansi teknis menyebabkan prosedur layanan menjadi tidak efesien. Dengan demikian banyak daerah berinisiatif untuk melekukan reformasi birokrasi perizinan usaha dengan membentuk PPTSP.

Untuk mengintegrasikan proses pelayanan ini, dibutuhkan sistem informasi yang handal yang dapat membantu petugas dalam usaha memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Sistem informasi yang akan dibangun harus dapat memenuhi prinsip Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu yang antara lain, penyelenggaraan perizinan mulai dari tahap pemohonan sampai penerbitan dokumen dilakukan secara terpadu dalam satu tempat, ada pemilihan antara Front Office dengan Back Office, pemohon hanya bertemu dengan petugas Front Office, pemohon ke PPTSP hanya pada saat menyerahkan dan mengambil izin dan pembayaran dilakukan lewat kasir khusus atau loket Bank serta memperhatikan hal-hal mengelolaan PPTSP dilakukan dengan menggunakan sistem informasi terpadu yang dapat diakses oleh masyarakat luas dan usaha, selain itu juga sistem informasi dapat diakses oleh seluruh unit-unit kerja pemerintah daerah.

Terbitnya Permendagri No. 24 Tahun 2006 (tanggal 6 Juli 2006) tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) semakin memperkuat dukungan atas inisiatif pembentukan unit-unit PPTSP di Indonesia.


(21)

9

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal yang ingin dicapai Permendagri ini pada dasarnya ada dua: pertama, memperluas akses publik terhadap pelayanan perijinan yang berkualitas. Kedua, mendorong peningkatan investasi, dengan menyederhanakan proses-proses perijinan.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas reformasi birokrasi dalam

konteks Civic Skill sebagai upaya mewujudkan Good Governance”.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dapat ditarik paradigma penelitian sebagai berikut.

1. Lembaga pelayanan publik BPMPT Provinsi Jawa Barat sudah melaksanakan program kerja sesuai dengan nilai-nilai kejujuran, kedisiplinan, dan tanggung jawab dilihat dari tingkat partisipasi warga negara dalam melakukan perizinan di lembaga tersebut.

2. Partisipasi warga negara dalam pengambilan keputusan merupakan faktor penting sebagai indikator keberhasilan reformasi birokrasi dalam lembaga pelayanan publik.

3. Efektifitas reformasi birokrasi didukung oleh peningkatan kualitas kecakapan partisipasi warga negara dalam pengambilan keputusan dapat dijadikan sebagai muatan materi PKn di SMA khususnya yang berkaitan dengan keterampilan berpartisipasi warga negara, serta dapat dijadikan pembahasan dalam mata kuliah Analisis kebijakan publik di LPTK, khususnya pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Dari penjelasan yang terdapat dalam latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi masalah yang akan dijadikan fokus penelitian yaitu prosedur pelayanan dari sisi kemudahan dan kesederhanaan alur pelayanan perizinan, kemudian persepsi masyarakat sebagai pengguna layanan perizinan di BPMPT Provinsi Jawa Barat, serta evaluasi dan pengawasan kinerja BPMPT dalam penyelenggaraan pelayanan perizinan secara efektif dan efisien.


(22)

10

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fokus penelitian dalam hal prosedur pelayanan yang diselenggarakan oleh BPMPT Provinsi Jawa Barat menggunakan standar acuan program reformasi birokrasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah maupun oleh lembaga yang bersangkutan. Masyarakat sebagai pengguna layanan BPMPT perlu melihat dan memahami proses pelayanan yang dilakukan, sehingga masyarakat bukan hanya menjadi objek pengguna layanan, akan tetapi bertransformasi menjadi subjek pengguna layanan yang dapat menggunakan haknya sebagai warga negara yang dapat berkontribusi melalui evaluasi dan saran yang konstruktif terhadap perbaikan kualitas pelayanan yang diberikan oleh BPMPT Provinsi Jawa Barat.

Sebagaimana yang telah dijelaskan dari identifikasi masalah di atas maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh BPMPT Provinsi Jawa Barat seiring reformasi birokrasi untuk menciptakan hubungan sinergis dengan masyarakat sebagai pengguna layanan dalam mengembangkan kecakapan warga negara (Civic Skill) ?

2. Bagaimana peran dan kontribusi masyarakat dalam kaitannya menggunakan hak dan tanggung jawab dari kecakapan warga negara (Civic Skill) sebagai pengguna layanan BPMPT dalam mengembangkan kualitas pelayanan sebagai upaya mewujudkan Good Governance?

3. Bagaimana evaluasi dan inovasi yang diterapkan oleh BPMPT Provinsi Jawa Barat dalam memberikan berbagai pelayanan perizinan dengan memperkuat peran strategis dalam mengembangkan kecakapan warga negara (Civic Skill) sehingga mampu menciptakan pelayanan prima untuk mencapai derajat good governance ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari Penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan BPMPT Provinsi Jawa Barat seiring reformasi birokrasi dalam mencipakan hubungan sinergis dengan masyarakat pengguna layanan untuk menyelenggarakan pelayanan perizinan yang efektif dan efisien


(23)

11

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Untuk mengetahui peran dan kontribusi masyarakat dalam menggunakan hak dan tanggung jawab dari kecakapan warga negara (Civic Skill) sebagai pengguna layanan BPMPT dalam mengembangkan kualitas pelayanan sebagai upaya mewujudkan Good Governance.

3. Untuk mengetahui evaluasi dan inovasi yang diterapkan oleh BPMPT Provinsi Jawa Barat dalam memberikan berbagai pelayanan perizinan dengan memperkuat peran strategis warga negara sehingga mampu menciptakan pelayanan prima untuk mencapai derajat good governance.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah : a. Manfaat Teoritis

Adapun manfaat teoritisnya adalah :

1. Untuk mengembangkan teori-teori tentang tata kepemerintahan yang baik (good governance) khususnya bagi perkembangan khazanah keilmuan Pendidikan Kewarganegaraan dengan fokus kebijakan publik dan pengambilan keputusan politik serta strategis dalam menganalisis hubungan antara warga negara dengan lembaga pemerintahan mengenai efektivitas pelayanan publik yang diselenggarakan oleh BPMPT Provinsi Jawa Barat dengan semangat reformasi birokrasi.

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

1. Bagi peneliti : Diharapkan untuk dapat mengembangkan wawasan dan keilmuan PKn khususnya dalam konteks kebijakan publik yang menganalisis hubungan warga negara dengan lembaga pemerintahan 2. Bagi pendidik dan praktisi Pendidikan Kewarganegaraan : Diharapkan

dapat menjadi referensi aktual dalam displin keilmuan PKn, khususnya pembahasan tentang tata kelola pemerintahan yang baik dengan mengikutsertakan masyarakat sebagai good citizen yang dapat


(24)

12

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menggunakan kompetensi dan kecakapan intelektual dan partisipatoris secara aktif dan kontributif serta mempertanggungjawabkannya dengan baik.

3. Bagi institusi pemerintahan : Diharapkan dapat menjadi referensi terkait dalam proses evaluasi pengambilan kebijakan khususnya yang terkait dengan sistem pelayanan publik bagi masyarakat, dengan demikian dapat mempercepat terwujudnya good gevernance.

E. Struktur Organisasi Tesis

Tesis ini terdiri dari lima bab. Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penelitian, Identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian dan struktur organisasi dari tesis. Latar belakang membahas mengenai alasan mengapa masalah dalam tesis ini perlu diteliti, pentingnya masalah tersebut untuk diteliti dan pendekatan mengatasi masalah tersebut baik secara teoritis maupun secara empiris. Identifikasi dan perumusan masalah berisi rumusan dan analisis masalah berdasarkan pemaparan pada latar belakang penelitian. Sedangkan tujuan penelitian menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian dilakukan dan berhubungan dengan perumusan masalah yang telah dipaparkan.

Manfaat penelitian merupakan manfaat yang ingin diperoleh setelah penelitian dilakukan. Struktur organisasi tesis menjelaskan tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian dalam bab. Bab II terdiri dari kajian pustaka dan penelitian terdahulu. Kajian pustaka dalam tesis ini secara garis besar terdiri dari teori tentang efektifitas kinerja, ukuran dan kriteria dari efektifitas dan relevansinya dengan peningkatan mutu dan kualitas yang dihasilkan, teori tentang reformasi birokrasi serta aplikasinya di dalam pengembangan organisasi khususnya organisasi pemerintah, teori tentang kecakapan warga negara (Civic Skill) dan teori tentang good governance serta implikasinya bagi perubahan


(25)

13

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sekaligus perbaikan sistem pengelolaan administrasi pelayanan publik yang dilakukan oleh lembaga pemerintah. Penelitian terdahulu merupakan kesimpulan dari hasil penelitian sebelumnya yang memiliki kajian yang relevan dengan permasalahan yang diangkat dalam tesis. Bab III yaitu metode penelitian, pada bab ini terdiri dari kajian tentang sumber data, instrumen penelitian, tahapan penelitian dan teknik analisis data.. Instrumen dalam penelitian ini adalah angket yang digunakan untuk mengumulkan data serta peneliti itu sendiri. Tahapan penelitian menjelaskan mengenai prosedur yang ditempuh oleh peneliti dalam proses penelitian dari mulai mengumpulkan data sampai dengan penarikan kesimpulan. Teknis analisis data berisi hal-hal yang dilakukan oleh peneliti untuk menganalisis data yang terkumpul sebelum data ini disajikan.

Bab IV adalah hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini disajikan pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, dan tujuan penelitian. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui metode kombinasi (mix methods) yang memberikan penjelasan dan pemamparan secara lebih komprhensif dan holistik dengan pendekatan secara kuantitatif dilanjutkan dengan pengolahan data secara kualitatif. Bagian pembahasan berisi diskusi tentang temuan tersebut yang dikaitkan dengan teori-teori pada bab dua. Pembahasan ini merupakan refleksi terhadap teori yang dikembangkan oleh peneliti atau penelitian sebelumnya.

Bab V adalah kesimpulan dan saran/rekomendasi. Pada bab ini disajikan kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan. Kesimpulan berhubungan dengan rumusan masalah pada bab satu, dimana kesimpulan ini berisi jawaban dari rumusan masalah. Saran berisi rekomendasi dari peneliti yang ditujukkan kepada para pembuat kebijakan, pengguna hasil penelitian yang bersangkutan dan kepada para peneliti berikutnya yang akan mengembangkan hasil penelitian ini.


(26)

61

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian

Suatu penelitian ilmiah dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya apabila menggunakan suatu metode yang sesuai dengan kajian penelitian. Metode penelitian merupakan suatu cara untuk mencari kebenaran secara ilmiah berdasarkan pada data yang sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Metode penelitian sangat dibutuhkan karena akan memperjelas langkah atau cara-cara bagaimana menghasilkan data-data yang tepat dan sesuai dengan arahan tujuan dari penelitian. Sesuai dengan judul penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

Penulisan penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif karena untuk menggambarkan atau menjelaskan suatu hal yang kemudian diklasifikasikan sehingga dapat diambil satu kesimpulan. Kesimpulan tersebut dapat lebih mempermudah dalam melakukan penelitian dan pengamatan, dengan begitu dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif menurut Burhan Bungin adalah :

“Penelitian yang menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi permasalahannya itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu. Penelitian deskriftif dapat bertipe kualitatif dan kuantitatif sedangkanyang bertipe kualitatif adalah data diungkapkan dalam bentuk kata-kata atau kalimat serta uraian-uraian.” ( Bungin, 2001:124)

Berdasarkan pengertian diatas, maka peneliti beranggapan bahwa penelitian yang dilakukan merupakan penelitian yang ditunjukan untuk memecahkan masalah pada waktu penelitian atau pada masa sekarang yang aktual, sehingga penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan gambaran tentang suatu masyarakat atau suatu kelompok tertentu.


(27)

62

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penyusunan penelitian ini, Pendekatan yang dugunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Definisi dari penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :

“Pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Dengan demikian salah satu sifat pendekatan kualitatif adalah sangat deskriptif, artinya dalam penelitian ini diusahakan mengumpulkan data-data deskriptif yang banyak dan dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian, penelitan ini juga tidak menggunakan angka-angka dan statistik, walau tidak menolak data kuantitatif”.((Nasution, 1996: 5)

Melihat penjelasan diatas, maka pendekatan yang digunakan adalah kualitatif, karena pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara. Menurut Sugiyono, metode penelitian kualitatif adalah :

“Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi”.(Sugiyono, 2005:1).

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, akan tetapi lebih menekankan pada makna.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode suatu penelitian memiliki tujuan tersendiri diantaranya untuk memperoleh segala macam fenomena atau temuan yang selanjutnya ditelaah dan dianalisis untuk diambil kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. Keberhasilan suatu penelitian salah satunya oleh metode penelitian yang tepat dan sesuai dengan tujuan penelitian sebelumnya.

Hal ini diperkuat dengan pendapat yang menyatakan bahwa:

“Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran atau sesuatu pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terjadi”. (Nazir, 1998: 63)


(28)

63

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan menggunakan metode deskriftif penulis dapat mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat secara stuasi tertentu, termasuk hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta proses-proses yang berlangsung dan pengaruhnya dari suatu fenomena.

Sementara itu, penelitian kualitatif oleh Bogdan dan Taylor mendefinisikan bahwa: “Prosedur penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang dan perilaku yang dapa diamati”. (dalam Lexy J. Moleong, 2008:4)

Adapun pengertian penelitian kualitatif menurut Moleong yakni:

“Penelitian kualitatif berakar pada penelitian alamiah sebagai keutuhan mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data,rancangan penelitianya bersifat sementara dan hasil penelitianya disepakati dan dirundingkan bersama oleh kedua belah pihak antara peneliti dan subjek penelitian”.( Lexy J. Moleong, 2008:5)

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bersifat terbuka dan mendalam untuk memperoleh data-data yang diperlukan baik secara lisan maupun tulisan dari perilaku manusia untuk dideskripsikan, diinterpretasikan dan dianalisis berdasarkan data yang diperoleh sehingga sesuai dengan tujuan penelitian.

Pada penelitian kualitatif yang menjadi instrumen utama adalah peneliti, karena peneliti terjun langsung kelapangan untuk mencari informasi melalui observasi ataupun wawancara. Hal ini seperti dikemukakan oleh Moleong bahwa: “Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama”. (Lexy J. Moleong, 2008:9)

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat yang menyatakan bahwa:

“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat post positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah sebagai lawannya adalah eksperimen), dimana peneliti adalah sebagaiinstrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data dengan triangulasi (gabungan), analisis data


(29)

64

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi”. (Sugiyono, 2009:15)

Dari pendapat di atas, dapat diambil kesimpulannya, yaitu penulis mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara tak berstruktur sehingga dapat menyelami dan memahami makna interaksi antar manusia secara mendalam dengan dibantu oleh pedoman wawancara dan observasi.

Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengandalkan analisis data, secara induktif mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara dan hasil penelitiannya disepekati oleh kedua belah pihak antar peneliti dan subjek penelitian. (Moleong, 1996:27)

Adapun tujuan dari penelitian kualitatif ini untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Dimana partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat, pemikiran dan persepsinya.

Penelitian kualitatif digunakan untuk kepentingan yang berbeda bila dibandingkan dengan penelitian kuantitatif. Sugiyono menjelaskan bahwa penelitian kualitatif dilakukan ketika:

1. Bila masalah penelitian masih belum jelas, masih remang-remang atau mungkin malah masih gelap.

2. Untuk memahami makna di balik data yang tampak. 3. Untuk memahami interaksi sosial.

4. Untuk memahami perasaan orang. 5. Untuk mengembangkan teori 6. Untuk memastikan kebenaran data.

7. Meneliti sejarah perkembangan. (Sugiyono, 2008:35)

Mengacu pada pendapat para ahli di atas, penulis memandang bahwa penelitian kualitatif sangat tepat untuk digunakan dalam penelitian yang penulis lakukan, karena penelitian ini sangat memungkinkan untuk meneliti fokus


(30)

65

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

permasalahan yang akan penulis teliti secara mendalam dalam rangka mewujudkan beberapa kepentingan penulis dalam melakukan penelitian.

Selain itu, penulis menggunakan pendekatan kualitatif karena pendekatan kualitatif memiliki banyak kelebihan, seperti halnya yang diungkapkan oleh bahwa penelitian kualitatif memiliki kompetensi sebagai berikut:

1. Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang yang akan diteliti. 2. Mampu menciptakan raport kepada setiap orang yang ada pada situasi sosial yang akan diteliti. Menciptakan raport berarti mampu menciptakan hubungan yang akrab dengan setiap orang yang ada pada konteks sosial.

3. Memiliki kepekaan untuk melihat setiap gejala yang ada pada obyek (penelitian situasi sosial).

4. Mampu menggali sumber data dengan observasi partisipan, dan wawancara mendalam secara triangulasi, serta sumber-sumber lain.

5. Mampu menganalisis data kualitatif secara induktif berkesinambungan mulai dari analisis deskriptif, domain, komponensial, dan tema kultural/budaya. 6. Mampu menguji kredibilitas, dependabiltas, konfirmabilitas, dantranferabilitas

hasil penelitian.

7. Mampu menghasilkan temuan pengetahuan, mengkontruksi fenomena,hipotesis atau ilmu baru.

8. Mampu membuat laporan secara sistematis, jelas, lengkap dan rinci,

9. Mampu membuat abstraksi hasil penelitian, dan membuat artikel untukdimuat kedalam jurnal ilmiah, dan

10.Mampu mengkomunikasikan hasil penelitian kepada masyarakat luas. (Sugiyono, 2008: 41)

Sesuai dengan pendapat diatas bahwa kompetensi yang dihasilkan melalui penelitian kualitatif dapat menciptakan suatu hal yang baru dalam berbagai hal terutama wawasan yang luas yang akan didapat oleh peneliti di lapangan. Dengan penelitian kualitatif maka apa yang dicari untuk melengkapi dan menyelesaikan penelitian ini diperoleh.


(31)

66

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atau temuannya. Supaya data yang diperoleh akurat dan valid, maka penulis bertindak sebagai instrumen utama (key instrument) atau terjun langsung ke lapangan dan menyatu dengan sumber data dalam situasi yang alamiah (natural setting).

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Studi Pustaka (Library Research)

Penelitian yang dilakukan dengan cara menelaah dan membandingkan sumber kepustakaan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis. Disamping itu dengan menggunakan studi pustaka penulis dapat memperoleh informasi tentang teknik-teknik penelitian yang diharapkan, sehingga pekerjaan peneliti tidak merupakan duplikasi.

2 Studi Lapangan (Field Research)

Peninjauan yang dilakukan langsung pada BPMPT Provinsi Jawa Barat yang menjadi objek penelitian dengan tujuan yakni, mencari bahan-bahan sebenarnya, bahan-bahan yang lebih banyak, lebih tepat, lebih up to date, disamping itu penulis juga melakukan suatu penelitian dengan cara sebagai berikut:

a) Observasi (Observation)

Pengumpulan data dengan mengamati secara langsung keadaan instansi atau lembaga dengan segala aspek kegiatan yang berhubungan dengan penelitian. Observasi dilakukan penulis terhadap prosedur penyelenggaraan sistem pelayanan perizinan dalam menciptakan, efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas publik di BPMPT Provinsi Jawa Barat.

Sutrisno Hadi mengemukakan bahwa „observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis.


(32)

67

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses ingatan dan pengamatan‟. (Sugiyono, 2008:203)

Merujuk pada pendapat di atas, melalui observasi, penulis mempunyai kesempatan untuk mengumpulkan data lebih mendalam, terinci dan lebih cermat sehingga data yang diperlukan dapat terkumpul secara menyeluruh yang didasarkan pada konteks data dalam keseluruhan situasi.

b) Wawancara (Interview)

Yaitu pengumpulan data dengan cara berkomunikasi secara langsung dengan pimpinan instansi dan bagian-bagian yang menangani masalah yang diteliti. Penulis melakukan wawancara dengan nara sumbernya, yaitu pihak-pihak yang terlibat pada pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan perizinan dalam menciptakan efektivitas pelayanan publik di BPMPT Provinsi Jawa Barat.

Nasution menjelaskan bahwa „tujuan dari wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melaui observasi‟. (Nasution, 2002: 73)

Pendapat tersebut sejalan dengan pendapatnya Susan Stainback yang mengemukakan bahwa dengan „wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam mengekspresikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal ini tidak dapat dikemukakan/ditemukan melalui observasi‟. (Sugiyono, 2008: 318)

Pengumpulan data dengan cara berkomunikasi secara langsung dengan pimpinan instansi dan bagian-bagian yang menangani masalah yang diteliti. Penulis melakukan wawancara dengan nara sumbernya, yaitu pihak-pihak yang terlibat pada pelaksanaan penyelenggaraan pelayanan perizinan dalam menciptakan efektivitas pelayanan publik di Provinsi Jawa Barat.

Untuk memeriksa keabsahan data yang diperoleh dengan menggunakan metode kualitatif diperlukan suatu teknik pengolahan data. Adapun teknik yang


(33)

68

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik kredibilitas atau memeriksa derajat kepercayaan, maka langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Memperpanjang Masa Observasi

Untuk memeriksa absah tidaknya suatu data penelitian, perpanjangan keikutsertaan peneliti di lapangan akan mengurangi kemencengan (bias) suatu data karena dengan waktu yang lebih lama di lapangan peneliti akan mengetahui keadaan secara lebih mendalam serta dapat menguji ketidakbenaran data baik yang disebabkan oleh diri peneliti itu sendiri atau pun oleh sebab subjek penelitian.

b. Pengamatan Secara Seksama

Pengamatan secara seksama dilakukan secara terus menerus untuk memperoleh gambaran nyata tentang permasalahan yang akan diteliti.

c. Triangulasi

Triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan data dengan membandingkan data yang diperoleh dari suatu sumber ke sumber lainnya pada saat yang berbeda atau membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya dengan pendekatan yang berbeda untuk mengecek atau membandingkan data yang dikumpulkan.

Sementara itu, ada juga pendapat lain yang mendefinisikan triangulasi sebagai berikut: “Triangulasi dalam pengujian kredibilitas data diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu” ( Sugiyono, 2007:125)

Adapun untuk menguji kredibilitas data, maka dalam pengolahan data penulis menggunakan metode triangulasi, yaitu:

1. Triangulasi Sumber, Patton mengungkapkan bahwa: “Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif”.(dalam Lexy J. Moleong, 2008:330)


(34)

69

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1 Triangulasi Sumber

Pegawai BPMPT

Masyarakat pemohon Perusahaan pemohon Perizinan perizinan

Sumber : Diolah oleh peneliti, 2015

2. Triangulasi Teknik, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam melakukan triangulasi teknik ini, data diperoleh dengan wawancara, lalu di cek dengan observasi, dokumentasi atau kuesioner

Gambar 3.2 Triangulasi Teknik

Wawancara

Dokumentasi Observasi Sumber : Diolah oleh peneliti, 2015

3. Triangulasi waktu, untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Dengan melakukan triangulasi waktu ini maka kita akan mengetahui hasil-hasil wawancara yang dilakukan terhadap narasumber pada waktu yang berbeda-beda, sehingga akan memperoleh perbandingan data yang diperoleh dari berbagai waktu yang kita lakukan selama penelitian.

Gambar 3.3 Triangulasi Waktu

Bulan ke-I

Bulan ke-II Bulan ke-III Sumber : Diolah oleh peneliti, 2015


(35)

70

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Mendiskusikan dengan Orang Lain (peer debriering)

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti selalu melakukan diskusi dengan orang lain untuk bertukar pikiran atau pendapat. Hal tersebut dilakukan guna mendapatkan kritik atau saran mengenai masalah yang sedang diteliti. Selain itu, dengan melakukan diskusi peneliti dapat mengetahui kelemahan atau kekurangan data.

5. Menggunakan Bahan Referensi

Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan keabsahan informasi yangdibutuhkan dengan menggunakan dukungan bahan referensi yang cukup. Selain itu, peneliti pun menggunakan alat perekam untuk wawancara agar dapat mempertahankan keaslian data. Mengupayakan referensi yang cukup adalah menyediakan semaksimal mungkin sumber data seperti: buku, jurnal, majalah, surat kabar, media elektronik serta realitas lapangan seperti catatan lapangan.

6. Melakukan Member Check

Member chek dimaksudkan untuk memeriksa keabsahan data yang dilakukan setiap akhir kegiatan wawancara. Pada akhir wawancara peneliti mengulangi garis besar data berdasarkan catatan peneliti dengan maksud agar sumber data atau subjek penelitian memperbaikinya apabila ada kekeliruan atau menambahnya kembali apabila masih kurang. Melalui member check ini diharapkan informasi yang diperoleh dapat digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan yang dimaksudkan sumber data.

D. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik analisa data deskriptif kualitatif untuk mendukung dan memperkuat analisa data statistika deskriptif yang telah dijelaskan. Penelitian kualitatif menurut Bagong Suyanto dalam bukunya “Metode Penelitian Sosial:Berbagai Alternatif Pendekatan” dapat diartikan sebagai berikut:

“Penelitian kualitatif adalah strategi penyelidikan yang naturalistis dan induktif dalam mendekati suatu suasana (setting) tanpa hipotesis-hipotesis


(36)

71

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang telah ditentukan sebelumnya. Teori muncul dari pengalaman kerja lapangan dan berakar (grounded) dalam data”.( Suyanto, 2005:183)

Penelitian kualitatif ini merupakan penyelidikan dalam mendekati suatu suasana tanpa menggunakan hipotesis-hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya, karena muncul dari pengalaman kerja lapangan dan berakar dalam data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan laporan penelitian ini ada tiga teknik, dikutip dari Sugiyono dengan bukunya “Memahami Penelitian Kualitatif”, ketiga teknik tersebut sebagai berikut:

1. Data Reduction (reduksi data), yaitu bagian dari proses analisia dengan bentuk analisis untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur data sehingga dapat disimpulkan.

2. Data Display (penyajian data), yaitu susunan informasi yang memungkinkan dapat ditariknya suatu kesimpulan, sehingga memudahkan untuk memahami apa yang terjadi.

3. Conclusion Verification (penarikan kesimpulan), yaitu suatu kesimpulan yang diverifikasi dengan melihat dan mempertanyakan kembali, dengan meninjau kembali secara sepintas pada catatan lapangan untuk memperoleh pemahaman yang lebih cepat. (Sugiyono, 2007:92-99)

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi mungkin juga tidak karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.

E. Definisi Operasional

Berdasarkan landasan teori diatas, maka dapat diambil definisi operasional sebagai berikut :

1. Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin


(37)

72

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

efektif organisasi, program atau kegiatan. (Mahmudi, 2005:92)

2. Reformasi birokrasi adalah upaya pemerintah untuk meningkatkan kinerja melalui berbagai cara dengan tujuan efektivitas, efisiensi, dan akuntabilitas. (Sedarmayanti, 2009 : 71)

3. Civic Skill adalah kecakapan kewarganegaraan yang diperlukan untuk menjadi warga negara yang seutuhnya dengan memiliki kecakapan intelektual dan kecakapan partisipatoris ( Budimansyah dan Suryadi, 2008:58)

4. Good Governance (tata kepemerintahan yang baik) adalah sistem yang memungkinkan terjadinya mekanisme penyelenggaraan pemerintahan negara yang efektif dan efisien dengan menjaga sinergi yang produktif dan kosntruktif di antara pemerintah sebaai pembuat kebijakan, sektor swasta, dan juga masyarakat. (Sedarmayanti, 2009 :67)


(38)

127

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan analisis dan hasil pembahasan, dapat diambil kesimpulan umum yaitu secara garis besar, Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Provinsi Jawa Barat dapat dikatakan bahwa BPMPT Provinsi Jawa Barat belum dapat melaksanakan pelayanan secara efektif dan efisien, yaitu kualitas pelayanan yang diberikan dapat dirasakan secara langsung oleh masyarakat dan dinilai baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan Indeks Kepuasan Masyarakat dengan pelayanan yang diberikan oleh BPMPT Provinsi Jawa Barat.

Dalam proses pelaksanaan pelayanan perizinan, BPMPT Provinsi Jawa Barat menyediakan tempat yang sangat representatif bagi para warga masyarakat yang mengantri di loket antrian. Sayangnya, untuk saat ini BPMPT Provinsi Jawa Barat belum dapat mengintegrasikan tempat antrian atau loket dengan tempat atau lokasi pusat administrasi untuk memproses layanan perizinan. Namun hal ini untuk sementara masih dapat diatasi dengan sistem online terpadu dengan mengoptimalkan situs resmi lembaga untuk meningkatkan kualitas pelayanan tanpa memerlukan waktu yang lama untuk dapat segera memproses perizinan yang telah didaftarkan oleh masyarakat sebagai pengguna layanan.

Hal ini merupakan nilai tambah bagi BPMPT untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Untuk mempercepat proses perizinan, BPMPT Provinsi Jawa Barat menyediakan tempat pembayaran bagi masyarakat dalam satu ruangan. Loket pembayaran tersebut merupakan hasil kerja sama antara BPMPT dengan salah satu bank daerah di Jawa Barat. Untuk mempermudah akses pelayanan kepada masyarakat, BPMPT telah berinovasi untuk merancang sistem terintegrasi dalam pelayanan perizinan sehingga memudahkan masyarakat yang akan melakukan proses perizinan secara cepat, efektif, serta efisien.


(39)

128

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam rangka peningkatan sumber daya aparatur yang professional, BPMPT Provinsi Jawa Barat mewajibkan seluruh karyawannya mengikuti program diklat yang dilaksanakan setiap bulan, termasuk dengan para satuan keamanan, agar sewaktu-waktu bisa dimintai bantuan jika dibutuhkan. Selain yang telah dijelaskan di atas, sistem pelayanan yang disediakan ole BPMPT sudah bisa dikatakan baik, dengan erintegrasinya BPMPT Provinsi Jawa Barat dengan instansi yang lain di kompleks dinas yang berdekatan, memungkinkan efisiensi dan efektifitas pelayanan kepada masyarakat.

Meskipun demikian, masi terdapat kendala yang dialami oleh BPMPT Provinsi Jawa Barat, yakni sosialisasi sistem pelayanan terpadu dengan menggunakan layanan online melalui situs resmi lembaga yang dapat diakses oleh masyarakat pengguna layanan yang akan melakukan proses perizinan di lembaga tersebut.

Selain kendala yag telah disebutkan di atas, kondisi lembaga yang baru digabung antara lembaga BPPT Provinsi Jawa Barat dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal yang berubah nama menjadi Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Provinsi Jawa Barat belum menghasilkan perubahan yang signifikan dalam peningkatan kualitas pelayanan perizinan untuk ukuran Provinsi Jawa Barat.

Adapun kendala yang lain adalah sistem pelayanan perizinan antara lembaga pelayanan perizinan terpadu antar kabupaten atau kota dalam lingkup Provinsi Jawa Barat, belum dilakukan sistem manajemen terpadu untuk menyelaraskan atau pengendalian sistem pelayanan yang memungkinkan masyarakat pengguna layanan dapat melakukan pendaftaran perizinan dalam satu waktu atau satu pintu sehingga koordinasi antar lembaga pelayanan perizinan dapat menghasilkan kualitas pelayanan yang efektif dan efisien sebagai tahapan reformasi birokrasi yang diharapkan untuk segera mewujudkan Good Governance.


(40)

129

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Kesimpulan Khusus

Dari pembahasan tentang hasil penelitian dalam Bab IV, penulis membuat beberapa kesimpulan khusus tentang kinerja Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPMPT) Provinsi Jawa Barat dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik, di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Mengenai upaya dari BPMPT Provinsi Jawa Barat seiring reformasi birokrasi untuk meningkatkan kualitas pelayanannya secara umum sudah bisa dikatakan efektif dan efisien. Hal ini terlihat dari proses pelaksanaan pelayanan perizinan yang dilakukan oleh BPMPT yang sudah sesuai dengan prosedur pelaksanaan standar yang telah ditetapkan oleh BPMPT. Hal ini berkaitan dengan alur atau proses pembuatan perizinan yang mencakup prinsip-prinsip pelayanan publik yang baik, seperti kepastian waktu, kepuasan pelanggan, kenyamanan dan kemudahan saat pembuatan perizinan berlangsung dan lain-lain. Selain itu, kinerja yang baik ini didukung pula oleh kualitas sumber daya aparatur yang professional dalam melaksanaan tugasnya sebagai abdi negara dengan memberikan yang terbaik bagi masyarakat dan pelayanan secara optimal.

b. Peran dan kontribusi masyarakat mengenai kinerja BPMPT khususnya yang berkaitan dengan pelayanan publik dapat dikatakan cukup baik, mengingat tugas dan tanggung jawab para pegawai BPMPT untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Meskipun diakui masih ada kendala yang dihadapi oleh BPMPT Provinsi Jawa Barat dalam pelaksanaan pelayanan perizinan sering kali terjadi dalam hal kepastian waktu. Hal ini disinyalir menyebabkan terjadinya praktek percaloan dan oknum pegawai yang memanfaatkan situasi seperti ini. Tidak dipungkiri hal di atas bisa terjadi, akan tetapi BPMPT sendiri sudah mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan seperti itu. Langkah antisipasi yang dilakukan oleh BPMPT


(41)

130

RONNI JUWANDI, 2015

EFEKTIVITAS REFORMASI BIROKRASI DALAM KONTEKS KECAKAPAN WARGA NEGARA (CIVIC SKILL)

SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Provinsi Jawa Barat adalah dengan pengawasan secara ketat dari penerimaan warga dan pendaftaran pengurusan perizinan, sampai kepada proses pembuatan perizinan, dan berakhir ketika keluarnya surat izin tersebut. Hal ini diharapkan dapat meminimalisir hal-hal yyang tidak diinginkan seperti di atas. c. Adanya evaluasi dan inovasi yang dilakukan oleh BPMPT Provinsi Jawa

Barat untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik untuk memberikan pelayanan prima dan terciptanya good governance sudah dilakukan melalui beberapa cara. Pertama, untuk meningkatkan kualitas dan mutu serta kapabilitas para pegawai yang ada di instansi BPMPT Provinsi Jawa Barat, BPMPT Provinsi Jawa Barat membuat beberapa inovasi. Di antara inovasi tersebut adalah diadakan program pendidikan dan latihan (Diklat) bagi seluruh staf dan jajaran pegawai yang ada di BPMPT Provinsi Jawa Barat. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan bagi masyarakat agar tercipta pelayanan publik yang prima dan pada akhirnya tercipta tata pemerintahan yang baik (good governance). Kedua, pelaksanaan survey yang dilakukan oleh BPMPT Provinsi Jawa Barat kepada masyarakat pengguna jasa layanan perizinan. Survey ini menjelaskan tingkat kepuasan pelanggan atas pelayanan yang diberikan oleh BPMPT Provinsi Jawa Barat, yang pada akhirnya akan memunculkan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap pelayanan yang diberikan oleh BPMPT sebagai lembaga pelayanan publik yang mengurusi segala perizinan dalam satu tempat (One Stop Service). Upaya lain yang dilakukan oleh BPMPT Provinsi Jawa Barat untuk meningkatkan kualitas kinerja para pegawainya adalah menyusun laporan akuntabilitas kinerja yang dilakukan setiap bulan. Laporan akuntabilitas ini dimaksudkan agar menjaga transparansi pembuatan perizinan sesuai dengan standar operasional yang ada.


(1)

(2)

RONNI JUWANDI, 2015

DAFTAR PUSTAKA Buku-buku

Black, James A. (1999). Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Budimansyah, D. dan Suryadi, K. (2008) PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung : SPS UPI.

Bungin, B. (2001). Metodologi Penelitian Kualitatif : Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Creswell, John W. (2012). Educational Research. Boston. Pearson Education. Handayaningrat, S. (1982.) Administrasi Pemerintahan Dalam Pembangunan

Nasional. Jakarta: PT.Gunung Agung.

Hasolong, H. (2011). Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta

Jack. R. Fraenkel, dkk (2012). How To Design And Evaluate Research In Education. New York: McGraw-Hill Companies.

Kumorotomo, W. (2009). Etika Administrasi Negara. Jakarta: Rajawali Press.

Mahmudi. (2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Makmur. (2011). Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan. Bandung: Refika Aditama.

Moenir, H.A.S. (2006). Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Nugroho, R. (2004). Kebijakan Publik. Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: Gramedia.

Osborne, D. Dan Gaebler, T. (1999). Mewirausahakan Birokrasi (Reinventing Government) . Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Osborne, D. Dan Plastrik, P. (2000). Memangkas Birokrasi (Banishing Bureaucracy)) . Jakarta: PPM.

Sedarmayanti. (2009). Reformasi Administrasi Publik, Reformasi Birokrasi, dan Kepemimpinan Masa Depan. Bandung: Refika Aditama.


(3)

Setiyono, B. (2012). Birokrasi dalam Perspektif Politik dan Administrasi. Bandung: Nuansa.

Sinambela. (2006). Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: PT Pertja.

Steers, M. Richard. (1985). Efektivitas Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. (2007). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono (2013). Metode Penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung: Alfabeta. Supriyono. R.A. (2002) Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi

Kedua.Yogyakarta:BPFE

Syamsudin, N. (1994). Integrasi Ketahanan Nasional. Bandung: Alfabeta

Suyanto, B. (2005) Metode Penelitian Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta: Prenada Media.

Tim Penyusun. (2014) Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.

Toha, M. (2008) Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta: Fajar Interpratama Offset.

Winarno. 2013. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan isi, strategi dan pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara

Zahnd, Markus. (2006) Perancangan Kota Terpadu. Yogyakarta: PT.Graha Ilmu.

Jurnal

Samin, Rumzi. (2011) Reformasi Birokrasi. Jurnal FISIP UMRAH. 2(2), hlm.

173-174.

Wiratraman, Herlambang Perdana. (2007) Neo-Liberalisme, Good Governance, dan Hak Asasi Manusia. Jurnal Hukum Jentera XV, Januari-Maret 2007. Hlm. 4-8 Rahadian, Achmad Hidayat. Mewujudkan Good Governance melalui Pelayanan


(4)

RONNI JUWANDI, 2015

Publik. Jurnal Ilmiah STIAMI. Hlm. 57-62

Soebhan, Syafuan Rozi. (2000) Model Reformasi Birokrasi Indonesia. PPW LIPI. Hlm. 2-6

Djakfar, Yunizir. (2011) Perwujudan Good Governance di Era Otonomi Daerah. Jurnal Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Baturaja. 4 (8). Hlm. 26-29 Djakfar, Yunizir. (2011) Implementasi Etika Birokrasi dalam Meningkatkan

Akuntabilitas Aparat. Jurnal Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Baturaja. 4 (7). Hlm. 11-14

Raharjo Jati, Wasisto. (2011) Inovasi Pelayanan Publik Setengah Hati:

Studi Pelayanan Publik SAMSAT Kota Yogyakarta. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Gajah Mada. 15 (1). Hlm. 68-71

Damanik, Janianton. (2005) Kebijakan publik dan Praksis Democratic Governance di Sektor Pariwisata. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada. 8 (3). Hlm. 338-346

Noer Arfani, Riza. (2005) Governance sebagai Pengelolaan Konflik. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada. 8 (3). Hlm. 311-321

Soharko. (2005) Masyarakat Sipil, Modal Sosial dan Tata Pemerintahan yang Demokratis. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada. 8 (3). Hlm. 264-279

Sugiono, Muhadi. (2005) Globalisasi, Global Governance, dan Prospek Governance di Dunia Ketiga. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada. 8 (3). Hlm. 251-265

Pratikno. (2005) Good Governance, dan Governability. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada. 8 (3). Hlm. 236-248

Pratikno. (2005) Good Governance, dan Governability. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada. 8 (3). Hlm. 236-248

Thoha, Miftah. (2000) Reformasi Birokrasi Publik Pasca Orde Baru. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada. 4 (1). Hlm. 81-92

Akhmaddhian, Suwari. (2000) Pengaruh Reformasi Birokrasi Terhadap Perizinan Penanaman Modal Di Daerah. Jurnal Dinamika Hukum. 12 (3). Hlm. 472-479


(5)

Nuh, Muchammad. (2013) Pengaruh Reformasi Birokrasi Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Publik. Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya. Hlm.1-7 Prasodjo, Eko dan Kurniawan, Teguh. (2008) Reformasi Birokrasi dan Good

Governance : Kasus Best Practices dari Sejumlah Daerah di Indonesia. Jurnal FISIP Universitas Indonesia. Hlm. 2-9

Hanafiah, Hanafie. (2013) Strategi Reformasi Birokrasi. Jurnal Ilmiah UIN Jakarta. Hlm. 1-12

Wahyuningsih, Rutiana Dwi. (2011) Membangun Kepercayaan Publik Melalui Kebijakan Sosial Inklusif. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 15 (1). Hlm. 32-36

Muttaqin, Andhyka. (2011) Inovasi Birokrasi Sebagai Syarat Pelayanan Publik. Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan. 2 (1). Hlm. 195-198 Anwaruddin, Awang. (2004) Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik Melalui

Reformasi Birokrasi. Jurnal Ilmu Administrasi. 1 (1). Hlm. 20-30

Soedjais, Zaenal. (2003) Good Governance, Daya Saing, dan Investasi Global. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. 6 (3). Hlm. 315-323

Alamsyah. (2010) Strategi Penguatan Good Gevernance Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi di Era Otonomi Daerah. Jurnal Ilmiah Unbaja. 3 (6). Hlm. 1-4

Yulisnaningsih. (2010) Penerapan Good Governance, Perspektif Teoritik Birokrasi, dan Administrasi Publik. Jurnal Ilmiah Unbaja. 3 (5). Hlm. 75-79.

Soetomo. (2011) Efektifitas Kebijakan Sosial dalam Pemecahan Masalah Sosial. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gajah Mada. 15 (1). Hlm. 17-26 Hayat. (2014) Konsep Kepemimpinan Dalam Reformasi Birokrasi : Aktualisasi

Pemimpin Dalam Pelayanan Publik Menuju Good Governance. Jurnal Borneo Administrator. 10 (1). Hlm. 72-81

Dokumen

Departemen Dalam Negeri (2004) Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah. Jakarta: Depdagri.


(6)

RONNI JUWANDI, 2015

Pedoman Organisasi Perangkat Daerah. Jakarta: Sekretariat Negara.

Sekretariat Daerah (2008) Peraturan Pemerintah Provinsi Jawa Barat No. 550 Tahun 2008 Tentang Prosedur Pelayanan Perizinan Satu Pintu di Provinsi Jawa Barat. Bandung: Sekretariat Daerah.

Departemen Dalam Negeri (2006) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(PPTSP). Jakarta: Depdagri.

Departemen Pendayagunaan Aparatur Negara (1993) Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun 1993 Tentang Pedoman Pelayanan Umum. Jakarta: Departemen Pendayagunaan Aparatur Negara.

UU Republik Indonesia No.23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

Artikel

Yudho, Nugroho F. (2007). "Hentikan Tambal Sulam yang Tanpa Arah", dalam Membongkar Budaya. Jakarta: Kompas.

Internet

Online. Tersedia : http://dodisupandiblog.blogspot/tujuan-dan-fungsi-pkn.html. 28 Oktober 2014.

Online. Tersedia : http://yanti41.blogspot.com/2014/07/civic-skills.html 20 Februari 2015.