PENDIDIKAN KARAKTER (TELAAH KRITIS PEMIKIRAN ABDUL MALIK FADJAR TAHUN 1990-2010) Pendidikan Karakter (Telaah Kritis Pemikiran Abdul Malik Fadjar Tahun 1990-2010).

PENDIDIKAN KARAKTER
(TELAAH KRITIS PEMIKIRAN ABDUL MALIK FADJAR TAHUN 1990-2010)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh:
Farvin Sabilla Matin
NIM: G 000 110 058
NIRM: 11/X/02.2.1/0930

FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015

ABSTRAK
Farvin Sabilla Matin, Pendidikan Karakter “Telaah Kritis Pemikiran Abdul
Malik Fadjar Tahun 1990-2010”, Skripsi. Surakarta: Fakultas Agama Islam,

Program Studi Tarbiyah, Universitas Muhammadiyah Surakarta 2015.
Pendidikan saat ini dihadapkan dengan masalah-masalah mentalitas yang
terkait dengan persoalan karakter. Berkembangnya penyakit korupsi, penyalah
gunaan kekuasaan, perusakan lingkungan, kekerasan, dan sejenisnya
menunjukkan lemahnya karakter sebagai bangsa yang seharusnya memiliki jati
diri yang kuat. Hadrinya pendidikan karakter diharapkan mampu membenahi
moralitas generasi muda agar menjadi lebih baik lagi.
Dalam hal ini penulis menggunakan jenis kepustakaan (library research)
dengan metode pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi, data yang
diperoleh dari sumber tersebut dikumpulkan dan diseleksi kemudian dibahas
menggunakan metode Analisis Sintesis dan Metode Interpretasi.
Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis menemukan bahwa: (1)
Karakteristik pemikiran pendidikan karakter Abdul Malik Fadjar adalah
mengintegrasikan antara ilmu dan moral sehingga tidak ada dikotomi antara ilmu
dan moral itu sendiri. Sehingga dari rahim pendidikan mampu menghasilkan
sumber daya manusia (SDM) yang tangguh yang berwujud manusia-manusia
yang cerdas secara intelektual, sosial, dan spiritual, serta memilik kepribadian
muslim atau insan kamil, yaitu kondisi fisik dan mentalnya merupakan satu
kesatuan secara terpadu. Sehingga dalam penampilannya dan kegiatanya tidak
terjadi dikotomi antara rohani dan jasmani, dunia dan ukhrowi. (2) Kelebihan

pemikiran pendidikan karakter Abdul Malik Fadjar adalah pertama Konsep
pendidikan karakter yang ditawarkan oleh Malik sangat rasional dan mudah untuk
di implementasikan dalam lembaga pendidikan. Kedua, konsep pendidikan
karakter yang ditawarkan oleh Malik mampu mengintergrasikan antara ilmu dan
moral. Sehingga tidak terjadi dikotomi antara ilmu dan moral tersebut. (3)
Kekuranga pemikiran pendidikan karakter Abdul Malik Fadjar adalah pertama
Konsep pendidikan karakter yang ditawarkan oleh Malik tidak tersusun secara
sistematis dan terstruktur. Ini disebabkan karena Malik belum pernah membuat
buku yang secara khusus membahas tentang pendidikan karakter. Kedua, konsep
pendidikan karakter yang ditawarkan oleh Malik belum mampu menyelesaikan
berbagai persoalan moralitas bangsa saat ini. Karena konsep pendidikan karakter
yang ditawarkan oleh Malik bersifat jangka panjang. Karena bersifat jangka
panjang, maka membutuhkan waktu yang lama untuk dapat merealisasikan
konsep ideal yang ditawarkan oleh Malik.
Kata Kunci: Pendidikan Karakter, Moralitas, Insan Kamil.
kemerdekaannya dengan dinamika

PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia sungguh telah
melewati


masa

panjang

dari

perkembangan dan masalah yang
kompleks.

Disatu

pihak

kemajuan-kemajuan

agar menjadi lebih baik lagi. Karena

yang berarti dalam kehidupannya


bagaimana pun generasi mudalah

terutama

kualitas

yang akan memegang kendali negeri

dan

ini dikemudian hari nanti. Apabila

menunjukkan

dibidang

sumberdaya

intelektual


penguasaan ilmu teknologi, tetapi

baik

pada saat yang sama di hadapkan

bangsa ini kedepannya.

pada

masalah-masalah

mentalitas

yang

terkait

persoalan


dengan

karakter. Berkembangnya penyakit
korupsi, penyalah gunaan kekuasaan,
perusakan
dan

lingkungan,

sejenisnya

kekerasan,

menunjukkan

lemahnya karakter sebagai bangsa
yang seharusnya memiliki jati diri
yang kuat.

pemudanya


Hadirnya pendidikan karakter
sebenarnya bukanlah hal yang baru,
karena

sebelumnya

sudah

ada

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn),
Pendidikan Agama, Pendidikan Budi
Pekerti dan sebagainya. Hanya saja,
pendidikan karakter ini memiliki
kelebihan karena merangkum tiga
aspek kecerdasan siswa sekaligus,

karakter


hadir

yaitu kecerdasan afektif, kecerdasan

sebagai solusi untuk menyelesaikan

kognitif

problem moralitas dan karakter yang

psikomotorik.

kian memburuk tersebut. Pendidikan
diharapkan

mampu

membenahi moralitas generasi muda

1


baiklah

1

Pendidikan

karakter

maka

Haedar
Nashir,
Pendidikan
Karakter Berbasis Agama & Budaya
(Yogyakarta: Multi Presindo, 2013), hlm. 3.

dan

kecerdasan


Rumusan Masalah:

(1) Apa

karakteristik pendidikan karakter dari
pemikiran Abdul Malik Fadjar? (2)
Apa

kelebihan

dan

kekurangan

pemikran pendidikan karakter Abdul

keseharian

Malik Fadjar?


pengasuhan. (2) Skripsi Abdulwahib

Tujuan Penelitian: (1) Untuk
mengetahui karakteristik pendidikan
karakter

menurut

Fadjar.

(2)

Abdul

Untuk

Malik

mengetahui

kelebihan dan kekurangan pemikiran
Abdul

Malik

Fadjar

tentang

santri

dibawah

(IAIN Walisongo Semarang 2008)
yang berjudul “Corak Pemikiran A.
Malik

Fadjar

Tentang

Pengembangan Madrasah Pada Era
Globalisasi

di

Indonesia

Pemikiran

Tokoh

(Studi

Pendidikan)”

Menyimpulkan bahwa: A. Malik

Pendidikan Karakter.

Fadjar adalah seorang tokoh nasional
Tinjauan Pustaka: (1) Skirpsi
Miswanto

(UMS

2012)

yang

berjudul “Upaya Pesantren Dalam
Membentuk Karakter Anak (Studi
Kasus Di Salafuyah Ula Islamic
Centre

Bin

Piyungan,
2011/2012)”

Baz

Karanggayam,

Bantul,

Yogyakarta

dapat

disimpulkan

bahwa: peranan pesantren Salafiyah
Ula dalam membentuk karakter anak,
menerapkan model kurikulum dalam
bentuk formal yang terdiri dari
materi umum dan agama dan juga
kegiatan non formal yang menangani

yang

benar-benar

mampu

mengartikulasikan dirinya dalam tiga
dimensi sekaligus; yaitu sebagai
cendekiawan,

intelektual

dan

pengabdi. Gagasan-gagasan beliau
yang segar khususnya mengenai
madrasah

yang

telah

banyak

dipublikasikan diberbagai media, dan
gagasan

segarnya

mengenai

pendidikan masa depan benar-benar
menggambarkan

komitmen

dan

dedikasi beliau sebagai figur dalam
artikulasi tiga dimensi tersebut. (3)

Disertasi Muh. Idris (UIN Syarif

Kerangka teoritik: (1) Pengertian

Hidaytullah Jakarta: 2008) yang

Pendidikan

berjudul “Visi dan Praksis A.Malik

karakter menurut Agus Wibowo

Fadjar

adalah

dalam

Pendidikan

Pengembangan

Islam”

Karakter:

Pendidkan

pendidikan

yang

disimpulkan

menanamkan dan mengembangkan

bahwa: Visi dan praksis A. Malik

karakter-karakter luhur kepada anak

Fadjar

pengembangan

didik, sehingga mereka memiliki

pendidikan Islam bermuara pada

karakter luhur itu, menerapkan dan

pembaharuan

mempraktikkan

dalam

pendidikan

dan
yang

modernisasi
pada

kehidupannya, entah dalam keluarga,

yang

sebagai anggota masyarakat dan

dan

warga negara.2 Berbeda dengan Agus

teknologi. Maka peran pendidikan

Wibowo, menurut Rohinah M. Noor,

Islam

pendidikan karakter adalah proses

konsep

berpijak

dalam

tauhid

mengintegrasikan

sains

dalam

perkembangan

merespon

globalisasi

akan

pemberian

tuntunan

peserta/anak

semakin menemukan momentumnya

didik

dalam

Hal

seutuhnya yang berkarakter dalam

tersebut sebagai penguatan kembali

dimensi hati, pikir, raga, serta rasa

dalam menentukan jati dirinya dalam

dan karsa.3 Sedangkan menurut Heri

membangun budaya dan peradaban

Gunawan,

mengembangkannya.

agar

menjadi

pendidikan

manusia

karakter

umat yang lebih harmonis dan
2

dinamis.

Agus
Wibowo,
Pendidikan
Karakter, hlm. 36.
3
Rohinah
M.Noor,
Mengembangkan Karakter Anak Secara
Efektif di Sekolah dan di Rumah”
(Yogyakarta: Pedagogia, 2012), hlm. 36.

adalah upaya-upaya yang dirancang

atau

dan dilaksankan secara sistematis

bagaimana guru bertoleransi, dan

untuk

berbagai hal lainnya. Pendidikan

menanamkan

nilai-nilai

menyampaikan

materi,

yang

karakter memiliki esensi dan makna

berhubungan dengan Tuhan Yang

yang sama dengan pendidikan moral

Maha Esa, diri sendiri, sesama

dan pendidikan akhlak.5 (2) Tujuan

manusia,

dan

Pendidikan Karakter: Menurut Abdul

kebangsaan yang terwujud dalam

Majid dan Dian Andayani, tujuan

pikiran, sikap, perasaan, perkataan,

pendidikan karakter adalah untuk

dan perbuatan berdasarkan norma-

merubah manusia menjadi lebih baik

norma agama, hukum, tata krama,

dalam

budaya, dan adat istiadat.4 Berbeda

keterampilan.6

dengan Heri Gunawan, Muhammad

pendidikan karakter menurut Heri

Jafar Anwar dan Muhammad A.

Gunawan adalah untuk membentuk

Salam mendefinisikan pendidikan

bangsa yang tangguh, kompetitif,

karakter adalah segala sesuatu yang

berakhlak

mulia,

dilakukan

bergotong

prilaku

peserta

didik

lingkungan,

guru,

mempengaruhi

pengetahuan,

yang

mampu

bertoleran,

karakter

peserta

berjiwa

sikap

Sedangkan

patriotik,

dan
tujuan

bermoral,
royong,

berkembang

didik. Guru membantu membentuk

dinamis,

watak

pengetahuan dan teknologi yang

peserta

didik.

Hal

ini

mencakup keteladanan bagaimana
perilaku guru, cara guru berbicara
4

Heri
Gunawan,
Pendidikan
Karakter
Konsep
dan
Implementasi
(Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 28.

5

berorientasi

ilmu

Muhammad Jafar Anwar dan
Muhammad A. Salam, Membumikan
Pendidikan
karakter:
Implementasi
Pendidikan Berbobot Nilai dan Moral
(Jakarta: CV. Suri Tatu’uw,2015), hlm. 33.
6
Abdul Majid dan Dian Andayani,
Pendidikan Karakter Perspektif, hlm 30.

semuanya dijiwai oleh iman dan

yang

takwa kepada Tuhan yang Maha Esa

Kelima,

pancasila.7

berdasarkan

Senada

penuh

emosional.

dengan

tantangan.

membentuk

kecerasan

Keenam,

membentuk

dengan apa yang disampaikan oleh

anak didik yang berwatak pengasih,

Heri Gunawan, tujuan pendidikan

penyayang, sabar, beriman, takwa,

karakter

menurut

Sulhan

bertanggung jawab, amanah, jujur,

adalah

untuk

mengembangkan

adil, dan mandiri.9 (3) Nilai-Nilai

Najib

mampu

Karakter yang Diharapkan: Menurut

luhur

Haedar Nashir nilai-nilai karater

pancasila.8 Hamdani Hamid dan Beni

yang diharapkan adalah nilai-nilai

Ahmad Saebani menjelaskan secara

yang bersifat aktual dalam berprilaku

lebih sistematis bahwa pendidikan

(behavior values) yaitu seperti sikap

karakter betujuan untuk: Pertama,

jujur (benar), adil, amanah, arif, rasa

membentuk siswa berpikir rasional,

malu,

dewasa, dan bertanggung jawab.

disiplin,

Kedua,

mengembangkan

sikap

toleran, cinta tanah air atau cinta

mental

yang

Ketiga,

bangsa atau kewargaan.10 Sedangkan

membina kepekaan sosial anak didik.

nilai-nilai karakter yang diharapkan

Keempat,

mental

menurut Kemendiknas sebagaiman

optimis dalam menjalani kehidupan

dikutip oleh Agus Wibowo adalah

karakter

bangsa

mewujudkan

7

agar

nilai-nilai

terpuji.

membangun

Heri
Gunawan,
Pendidikan
Karakter Konsep, hlm. 30.
8
Najib Sulhan, Pandual Praktis
pengembangan Karakter dan budaya
Bangsa (Surabaya: Jaring Pena, 2011),hlm.
5.

tanggung

9

mandiri,

jawab,

berani,

kasih

sayang,

Hamdani Hamid dan Beni Ahmad
Saebani, Pendidikan Karakter Perspektif
Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm.
39.
10
Haedar
nashir,
Pendidikan
Karakter berbasis, hlm. 100.

religius, jujur, toleransi, disiplin,

pendidkan karakter dapat dilakukan

kerja

melalui

keras,

kreatif,

mandiri,

sikap-sikap

keteladanan,

demokratis, rasa ingin tau, semangat

penanaman

kebangsaan,

air,

pembiasaan, menciptakan suasana

prestasi

yang kondusif, serta integrasi dan

bersahabat/komunikatif, cinta damai,

internalisasi.13 Pendidikan karakter

gemar membaca, peduli lingkungan,

semestinya bersifat utuh dan terpadu,

peduli sosial dan tanggung jawab.11

bahkan haruslah menyeluruh atau

Sedangkan nilai-nilai karakter yang

holistik. Karena itu semua pihak dan

diharapkan menurut Thomas Lickona

para pemangku kepentingan tidak

sebagaimana

oleh

boleh berlepas tangan dari tanggung

dan

jawab pendidikan karakter. Para

cinta

tanah

menghargai

dikutip

Muhammad

Jafar

Muhammad

A.

Ketulusan

hati

Anwar
Salam
atau

adalah
kejujuran

pihak

kedisiplinan,

di

lembaga

pendidikan,

pemerintah, partai politik, media

(Honesty), belas kasih (compassion),

massa,

kegagahberanian (courage), kasih

kemasyarakatan,

sayang (kindness), control diri (self

swasta dan swadaya masyarakat,

control), kerja sama (cooperation),

keluarga, dan seluruh institusi sosial

dan kerja keras (diligence or hard

dalam masyarakat berkewajiban dan

work).12

Furqon

bertanggung

jawab

dalam

Hidayatullah strategi implementasi

membentuk

karakter

generasi

(4)

Menurut

pengusaha,

organisasi

lembaga-lembaga

11

Agus
Wibowo,
Pendidikan
Karakter, hlm. 43-44.
12
Muhammad Jafar Anwar dan
Muhammad A. Salam, Membumikan
Pendidikan karakter, hlm. 177.

13

Furqon Hidayatullah, Pendidikan
Karakter: Membangun , hlm. 39.

bangsa.14 Agar pendidikan karakter

dilakukan.16 Penelitian kepustakaan

dapat berhasil, maka syarat utama

(library research) adalah data yang

yang harus dipenuhi, diantaranya: (1)

diteliti berupa naskah-naskah atau

teladan

majalah-majalah

dari

pimpinan

guru,

sekolah

karyawan,
dan

para

dari

yang

bersumber

kepustakaan.17

khasanah

pemangku kebijakan di sekolah; (2)

Prosedur dari penelitian ini adalah

pendidikan karakter dilakukan secara

untuk menghasilkan data deskriptif

konsisten dan secara terus-menerus;

yang berupa data tertulis setelah

dan (3) penanaman nilai-nilai karater

dilakukan

utama.15

(concrete analyze) dari suatu teks.18

analisis

pemikiran

Metode Pengumpuln Data: Dalam

METODE PENELITIAN

jenis penggolongannya, penelitian ini
Jenis Penelitian: Jenis penelitian
ini adalah penelitian kepustakaan
dengan menggunakan

pendekatan

deskriptif analisis, yaitu pencarian
berupa fakta, hasil dan ide pemikiran
seseorang melalui cara mencari,
menganalisis, membuat interpretasi
serta

melakukan

terhadap

14

hasil

perpustakaan

yang bertujuan untuk mengumpulkan
data dan informasi dengan bantuan
bermacam-macam
terdapat

diruangan

material

yang

perpustakaan,

seperti: buku-buku, majalah-majalah,
dokumen, catatan dan kisah-kisah

generalisasi

penelitian

Haedar
nashir,
Karakter berbasis, hlm. 18-19.
15
Agus
Wibowo,
Karakter, hlm. 45.

tergolong penelitian

yang

Pendidikan
Pendidikan

16

Munzir, Metodologi Penelitian
Pendidikan (Jakarta: Rajawali Press, 1999),
hlm. 62.
17
M. Nasir, Metodologi Penelitian
(Jakarta: Eresco, 1985), hlm. 54.
18
Steven Adam J. Moleong,
Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 3.

lainnya.19

sejarah

Maka

metode

tentang pendapat, teori, dalil, hukum-

pengumpulan data yang digunakan

hukum,

peneliti adalah metode dokumentasi.

berhubungan

Metode dokumenasi adalah teknik

penelitian.21 Metode Analisis Data:

pengumpulan

(1)

data

yang

tidak

dan

lain-lain
dengan

Metode

yang
masalah

Analisis

Sintesis,

langsung ditunjukan pada subjek

Menurut Pardoyo, analisis sintesis

penelitian, tetapi melalui dokumen.

adalah

metode

Dokumen adalah cacatan tertulis

secara

kritis,

yang isinya merupakan pernyataan

definisi yang dikemukakan oleh para

tertulis yang disusun oleh seseorang

tokoh atau pemikir, sehingga dapat

atau

diketahui kelebihan dan kekurangan

lembaga

pengujian

suatu

untuk

keperluan

peristiwa,

dan

untuk

menelaah

menelaah

masing-masing

untuk

istilah,

kemudian

berguna bagi sumber data, bukti,

menentukan definisi atau pengertian

informasi kealamiahan yang sukar

baru yang lebih tepat dan lengkap.22

diperoleh, sukar ditemukan, dan

Metode ini penulis gunakan untuk

membuka kesempatan untuk lebih

menelaah

memperluas pengetahuan terhadap

pemikiran

sesuatu

yang

mengumpulkan

diselidiki.20
data

Cara
melalui

secara
Abdul

kritis
Malik

terhadap
Fadjar

tentang konsep pendidikan karakter.
(2) Metode

Interpretasi, Metode

peninggalan tertulis seperti arsip-

interpretasi adalah menyelami karya

arsip dan termasuk juga buku-buku

tokoh, untuk menangkap arti dan

19

Mardalis, Metode Penelitian
(Jakarta: Bumi Aksara, 1989), hlm. 29.
20
Mahmud H,Metode Penelitian
Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2011),
hlm. 183

21

Margono S,Metodologi Penelitian
Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),
hlm. 181
22
Pardoyo, Sekularisasi dalam
polemik (Jakarta: Graffiti, 1993), hlm. 14.

nuansa yang dimaksudkan tokoh

yang mengemuka semisal suburnya

secara khas.23 Metode ini penulis

KKN

gunakan untuk mengkritisi data atau

Nepotisme),

buku-buku karya Abdul Malik Fadjar

konflik

yang

pemikiran-

penyalahgunaan

pendidikan

tawuran antar pelajar, pola hidup

memuat

pemikirannya

tentang

(Korupsi

antar

sosial,

etnis,

kekerasan,

obat

terlarang,

menjadi problematika garda depan

HASIL PENELITIAN

negeri
Konsep
Malik

Pendidikan
Fadjar:

Karakter
(1)

Latar

belakang pemikiran. Pendidikan saat
ini sedang terjadi proses keterpisahan
antara ilmu dan moral, yang tidak
menguntungkan bagi kemaslahatan
hidup manusia. Ini semua tercermin
dari merajalelanya gejala budaya
menyontek, ijazah aspal (asli tapi
palsu), dan orang-orang berilmu tapi
tidak

disintegrasi

dan

konsumtif dan hedonistik, akan tetap

karakter.

Abdul

Kolusi

bermoral.

Dampaknya,

persoalan-persoalan kemasyarakatan

ini.

Menurut

Malik

keterpisahan antara ilmu dan moral
disebabkan karena ilmu dan moral
berada dalam jenis pengetahuan yang
memiliki
Apabila

karakteristik
hakikat

petunjuk

tersendiri.

moral

adalah

apa

yang

tentang

seharusnya dilakukan oleh manusia,
maka

ilmu

senantiasa

berupaya

mengungkapkan
sebagaimana

realitas

adanya.

Penjelasan

demikian hampir menjadikan ilmu
sebagai pengatahuan yang bebas
nilai.

Sedangkan

moral

selalu

23

Anton Bakker dan Achmad
Charris Zubair, Metodologi Pendidikan
Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm.
63.

cenderung memaksakan nilai-nilai

itu, meski terhadap argumentasi-

melahirkan manusia yang cerdas otak

argumentasi

dan

Namun
seksama,

ilmiah

jika

sekalipun.

dicermati

pandangan

secara
mengenai

keahliannya,

kepribadian
Idealnya

tetapi

dan

juga

tindakannya.

pendidikan

harus

dikotomi (keterpisahan) antara ilmu

melahirkan manusia yang terampil

dan moral dapat berakhir dengan satu

keahliannya, cerdas intelektualnya,

titik temu, yakni adanya keterkaitan

dan

hubungan

menjadi

yang

tak

terpisahkan

mulia

akhlaknya

sosok

sehingga

manusia

yang

antara ilmu dan moral itu sendiri.

sempurna. Dan inilah yang kemudian

Sebab

disebut

pada

kenyataannya,

sebagai

manusia

yang

perkembangan ilmu memang tidak

berkarakter. Dengan terbentuknya

dapat dipisahkan dari etika dan

manusia yang berkarakter, maka

moral. (2) Pengertian pendidikan

apapun tantangan dan godaan yang

karakter. Menurut Malik pendidikan

dihadapi, insya Allah tidak akan

karakter adalah pendidikan yang

menjatuhkan diri

mampu menghasilkan sumber daya

perilaku yang menyimpang dalam

manusia (SDM) yang tangguh yang

masyarakat

serta

berwujud

yang

melampaui

batas.

cerdas secara intelektual, sosial, dan

pendidikan

spiritual, serta memiliki dedikasi dan

pendidikan karakter adalah untuk

disiplin,

jujur,

membentuk bangsa yang tangguh,

inovatif.

Pada intinya, pendidikan

kompetitif,

karakter

bukan

bermoral,

manusia-manusia

tekun

hanya

ulet,

dan

sekedar

pada perilaku-

perilaku
(3)

karakter:

berakhlak
bertoleran,

yang
Tujuan
Tujuan

mulia,
bergotong

royong,

berjiwa

patriotik,

penyadaran jelas mengandung makna

berkembang dinamis, berorientasi

dan implikasi yang mendasar karena

ilmu pengetahuan dan teknologi yang

akan bersentuhan dengan aspek yang

semuanya dijiwai oleh iman dan

paling

takwa kepada Tuhan yang Maha Esa

manusia, yaitu dinamika kejiwaan

berdasarkan

dan kerohaniaan. Dua aspek inilah

pancasila.

pendidikan

karakter

dijelaskan

diatas,

Tujuan

sebagaimana
hanya

akan

yang

dalam

dapat

manusia

dari

menjadi
dalam

kehidupan

pendorong
membangun

berhasil ketika lembaga pendidikan

kehidupan yang berkebudayaan dan

mampu mengelola perannya dengan

berperadaban. Sehingga dari rahim

baik dan benar. Pendidikan harus

pendidikan, khususnya pendidikan

mampu

kepercayaan

Islam terlahir kepribadian muslim

masyarkat sebagai sebuah lembaga

atau insan kamil, yaitu kondisi fisik

yang dapat menghasilkan generasi

dan

masa depan bangsa yang cerdas dan

kesatuan secara terpadu. Sehingga

tangguh

dalam

menjaga

baik

secara

intelektual

mentalnya

merupakan

penampilannya

satu

dan

maupun secara moral. Dalam hal ini

kegiatanya tidak terjadi dikotomi

menurut Malik, fungsi yang paling

antara rohani dan jasmani, dunia dan

esensial

adalah

ukhrowi. (4) Strategi implementasi

terhadap

pendidikan karakter: Menurut Malik,

dari

melakukan
manusia

pendidikan

penyadaran

peserta

didik

implementasi pendidikan karakter

kedudukannya

dan

dapat dilaksanakan melalui proses

perannya dalam kehidupan ini. Kata

belajar mengajar dalam lembaga

mengenai

sebagai

pendidikan. Dalam hal ini Malik

kebijaksanaan, menghormati kepada

lebih menitikberatkan kepada peran

yang lebih tua, dan lain sebagainya.

lembaga pendidikan Islam. Dalam

Selain itu dalam hal ini, guru dituntut

konteks inilah lembaga pendidikan

agar mampu membawa peserta didik

Islam berpeluang besar memerankan

untuk dapat menjadikan agamanya

diri secara optimal dalam upaya

sebagai landasan moral, etik dan

meningkatkan SDM yang dibutuhkan

spiritual,

masa depan. Strategi implementasi

kesehariannya.

pendidikan karakter dapat dilakukan
melalui

sikap-sikap

penanaman

keteladanan,
kedisiplinan,

pembiasaan, menciptakan suasana
yang kondusif, serta integrasi dan
internalisasi.

Keteladanan

yang

dimaksud oleh Malik adalah seorang
guru

harus

memberikan

perilaku-perilaku

yang

contoh
positif

terhadap peserta didik dalam setiap
perbuatannya. Baik didalam maupun
diluar kelas. Sehingga peserta didik
akan

memiliki

nilai-nilai

kedisiplinan, keberanian, kejujuran,
kebersihan,

keteraturan,

dalam

kehidupan

KESIMPULAN
Setelah

melakukan

pengkajian

terhadap pemikiran Abdul Malik
Fadjar tentang konsep pendidikan
karakter, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut: (1) Karakteristik
pemikiran pendidikan karakter Abdul
Malik

Fadjar

adalah

mengintegrasikan antara ilmu dan
moral sehingga tidak ada dikotomi
antara ilmu dan moral itu sendiri.
Sehingga dari rahim

pendidikan

mampu menghasilkan sumber daya
manusia (SDM) yang tangguh yang
berwujud

manusia-manusia

yang

cerdas secara intelektual, sosial, dan

tersebut. (3) Kekurangan pemikiran

spiritual, serta memilik kepribadian

pendidikan karakter Abdul Malik

muslim atau insan kamil, yaitu

Fadjar

kondisi

mentalnya

pendidikan karakter yang ditawarkan

kesatuan secara

oleh Malik tidak tersusun secara

fisik

merupakan

dan

satu

terpadu.

Sehingga

dalam

pertama

adalah

sistematis

dan

Konsep

terstruktur.

Ini

penampilannya dan kegiatanya tidak

disebabkan karena Malik belum

terjadi dikotomi antara rohani dan

pernah membuat buku yang secara

jasmani, dunia dan ukhrowi. (2)

khusus

Kelebihan

pendidikan

pendidikan karakter. Kedua, konsep

karakter Abdul Malik Fadjar adalah

pendidikan karakter yang ditawarkan

pertama Konsep pendidikan karakter

oleh

yang ditawarkan oleh Malik sangat

menyelesaikan berbagai persoalan

rasional

di

moralitas bangsa saat ini. Karena

lembaga

konsep pendidikan karakter yang

pemikiran

dan

mudah

implementasikan
pendidikan.

untuk

dalam
Kedua,

konsep

membahas

Malik

ditawarkan

belum

tentang

mampu

oleh

Malik

bersifat

panjang.

Karena

bersifat

pendidikan karakter yang ditawarkan

jangka

oleh

jangka panjang, maka membutuhkan

Malik

mampu

mengintergrasikan antara ilmu dan

waktu

moral.

merealisasikan konsep ideal yang

Sehingga

tidak

terjadi

dikotomi antara ilmu dan moral

yang

lama

ditawarkan oleh Malik.

untuk

dapat

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Nur Uhbiyati. 2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PY Rineka Cipta
Ahmad Syafii Maarif, dkk. 2009. “70 Tahun H.A Malik fadjar”. Surakarta: UMS
Anwar, Muhammad Jafar dan Muhammad A. Salam. 2015. Membumikan
Pendidikan karakter: Implementasi Pendidikan Berbobot Nilai dan Moral.
Jakarta: CV. Suri Tatu’uw
Bakker, Anton dan Achmad Charris Zubair. 1990. Metodologi Pendidikan
Filsafat. Yogyakarta: Kanisius
Baswedan, Anies. 2015. Merawat Tenun Kebangsaan: Refleksi Ihwal
Kepemimpinan, Demokrasi, dan Pendidikan. Jakarta: PT Serambi Ilmu
Semesta
Fadjar, Abdul Malik. 2008. Tinta yang tak Pernah Habis. Jakarta: INTI
Fadjar, Abdul Malik. 1999. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta Timur: Fadjar
Dunia
Fadjar, Abdul Malik. 1995. Pergumulan Pemikiran Pendidikan Tinggi Islam.
Malang: Penerbitan Mahasiswa Bestari UMM
Fadjar, Abdul Malik. 2005. Holistika Pemikiran Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta
Hamid, Hamdani dan Beni Ahmad Saebani. 2013. Pendidikan Karakter Perspektif
Islam. Bandung: Pustaka Setia
Hidayatullah, Furqon. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban
Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka
Hudijono, Anwar dan Anshari Thayib. 2006. Darah Guru Darah Muhammadiyah
Perjalanan Hidup Abdul Malik Fadjar. Jakarta: Kompas
H, Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia
Listyarti, Retno. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif dan
Kreatif. Jakarta: Erlangga

Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2012. Pendidikan Karakter Perspektif Islam.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mardalis. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
Moleong, Steven Adam J. 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Mudyahardjo, Radja. 2012. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang
Dasar-Dasar Pendidikan Pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia.
Jakarta: PT Raja Grafindo
Muhadjir, Noeng, dkk. 1994. “Di Seputar Percakapan Pendidikan dalam
Muhammadiyah”. Yogayakarta: Pustaka SM
Munzir. 1999. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press
M.Noor, Rohinah. 2012. Mengembangkan Karakter Anak Secara Efektif di
Sekolah dan di Rumah”. Yogyakarta: Pedagogia
Nashir, Haedar. 2013. Pendidikan Karakter Berbasis Agama & Budaya.
Yogyakarta: Multi Presindo
Nasir, M. 1985. Metodologi Penelitian. Jakarta: Eresco
Pardoyo. 1993. Sekularisasi dalam polemic. Jakarta: Graffiti
Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter
.Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sulhan, Najib. 2011. Pandual Praktis pengembangan Karakter dan budaya
Bangsa. Surabaya: Jaring Pena
S, Margono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter Strategi Membangun Bangsa
Berperdaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar