PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA MELALUI MODEL Peningkatan Motivasi Dan Prestasi Belajar Akuntansi Perusahaan Jasa Melalui Model Pembelajaran Kontekstual (CTL) DI MA Negeri 1 Sragen.

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR
AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) DI MA NEGERI 1
SRAGEN

NASKAH PUBLIKASI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Mencapai Derajat Magister Program Studi Manajemen Pendidikan

Oleh :

SUKAMTO
NIM Q.100090024

Oleh:

SUKAMTO
NIM: Q.100090024

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012

1

PENGESAHAN

NASKAH PUBLIKASI

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR
AKUNTANSI PERUSAHAAN JASA MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL) DI MA NEGERI 1
SRAGEN

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Pembimbing II


Dr. Sabar Narimo, M.M, M.Pd

Drs. Budi Sutrisno, M.Pd

2

PENINGKATAN

MOTIVASI

DAN

PRESTASI

BELAJAR

AKUNTANSI

PERUSAHAAN JASA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

(CTL) DI MA NEGERI 1 SRAGEN

Oleh
Sukamto 1, Sabar Narimo 2, Budi Sutrisno 3
1. Guru MA Negeri 1 Sragen, 2. Staf Pengajar UMS Surakarat,
3. Staf Pengajar UMS Surakarta.
ABSTRACT
Sukamto. Q.100090024. The improvement of Motivation and Achievements in
Learning Account on Service Company through Contextual Learning (CTL) in
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Sragen. Thesis. Post graduate of Magister
Management of Education of Muhammadiyah University of Surakarta 2012.
This research aims: (1) to know the improvement of the student motivation in learning
account on service company through contextual learning design (contextual teaching and
learning), (2) to know the improvement of the student achievement in learning account on
service company through contextual learning design (contextual teachinh and learning).
Based on this research, the improvement of motivation and achievements in learning
account on service company, the researcher used classroom action research as the method of
the research. The object of the research is learning account on service company through
contextual learning (contextual learning and teaching). Collective data is done through
observation technique, written test and documentation. Data analysis uses reduction data,

service data and conclusion.
The result shows that contextual teaching and learning design, the learning motivation
account on service company of students class XI IPS 3, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1
Sragen, to improve. After teaching and learning process, student motivation is classified into
excellent, good, and poor, on pre cycle learning motivation, excellent is 6 or 15% students,
good is 12 students or 32%, and poor 20 students or 53%. On the first cycle, excellent 29
students or 76%, good 5 students or 13%, and poor 4 students or 14%, and on the second
cycle, excellent 33 students or 87%, good 5 students or 13%, and poor is none or 0%. The
student’s achievement in learning account on service company for students class XI IPS 3,
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Sragen, is observed from passing learning, to improve. On
pra cycle is 16 students or 42% pass, 22 students or 58% didn’t pass, on the first cycle 28
students or 74% pass, and 10 students or 26% didn’t pass, on the second cycle 38 students or
100% pass. The classical mean score also improve, that’s on the pre cycle 65,79, on the first
cycle improve about 74,34, on the second cycle is about 81,45.
Key words: learning, motivation learning, achievement learning, contextual (contextual
teaching and learning).

PENDAHULUAN
Mata pelajaran akuntansi juga merupakan bagian dalam mengembangkan potensi peserta
didik, sementara pelajaran akuntansi merupakan pelajaran yang tidak atau kurang disukai

oleh kebanyakan siswa, sehingga prestasinya kurang memuaskan. Upaya untuk melakukan
1

pengayaan materi terhadap strategi pembelajaran akuntansi menjadi sesuatu yang urgen.
Terlebih pada siswa yang tingkat motivasi belajarnya rendah. Keberhasilan peserta didik
dalam belajar tidak lepas dari motivasi peserta didik.
Seorang siswa akan mempunyai motivasi yang kuat apabila model pembelajaran yang
dilakukan adalah bervariasi, menarik dan menyenangkan siswa. Tidak hanya dengan metodemetode konvensional seperti ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Tetapi harus
menggunakan strategi yang membantu siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran (Lisa,
2004: 31). Realitasnya selama ini dalam pembelajaran akuntansi di berbagai sekolah,
seringkali menekankan pada materi pokok dan lebih memaksakan target bahan ajar, yang
pada akhirnya para pengajar terkondisikan untuk sekedar memindahkan isi buku atau
mentransfer isi buku dan kurang mampu mengapresiasi strategi pembelajaran yang produktif,
aktif, kreatif, dan menyenangkan. Sementara di sisi lain, siswa kurang berpartisipasi karena
tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensi diri mereka.
Salah satu model pembelajaran yang produktif, aktif, inovatif, efektif, dan
menyenangkan adalah model pembelajaran kontekstual (constextual teaching and learning).
Dengan pendekatan kontekstual proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam
bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke
siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam konteks ini siswa

perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, mereka dalam status apa dan bagaimana
mencapainya. Mereka akan menyadari bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya.
Mereka memposisikan dirinya yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka
mempelajari sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam
upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing. Oleh karena itu
dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran melalui model pembelajaran kontekstual
(constextual teaching and learning), maka kami melakukan penelitian tersebut.
Menurut Nurhadi, (Sugiyanto 2008: 18) pembelajaran kontekstual (constextual teaching
and learning-CTL) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan
antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan
mereka sendiri-sendiri. Pengetahuan dan ketrampilan siswa diperoleh dari usaha siswa
mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan baru ketika ia belajar. Dari pengertian
di atas, bahwa pembelajaran kontekstual mengutamakan pada pengetahuan dan pengalaman
atau dunia nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kreatif,
memecahkan masalah, dan menggunakan berbagai sumber belajar.
2

Secara sederhana langkah penerapan pembelajaran kontekstual (contextual teaching and
learning), secara garis besar sebagai berikut: (a) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan

belajar

lebih

bermakna

dengan

cara

bekerja

sendiri,

menemukan

sendiri,

dan


mengkonstruksikan sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya. (b) Laksanakan sejauh
mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik. (c) Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
bertanya. (d) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok). (e) Hadirkan
model sebagai contoh pembelajaran. (f) Lakukan refleksi di akhir pertemuan. (g) Lakukan
penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. (Sugiyanto, 2008: 26).
Berdasarkan pengamatan penulis terhadap kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas,
prestasi belajar atau penilaian guru terhadap hasil evaluasi pelajaran akuntansi, pembicaraan
dengan siswa dan juga diskusi antara peneliti dan guru akuntansi, dapat dikemukakan bahwa
pengetahuan, keterampilan siswa, tentang akuntansi dalam kegiatan usaha (perusahaan)
masih kurang. Kekurangmampuan siswa dalam akuntansi meliputi kurangnya pengetahuan
tentang kegiatan usaha (perusahaan),

kurangnya latihan (praktik) akuntansi dalam

pembelajaran, belum melihat secara nyata proses pembukuan atau akuntansi dalam
perusahaan, kurang memahami betapa pentingnya peranan pembukuan atau akuntansi dalam
rangka memajukan perkembangan perusahaan. Lebih khusus lagi kekurangmampuan siswa
dalam proses pembukuan atau akuntansi adalah analisis dokumen dan pencatatan dokumen
transaksi ke dalam jurnal umum berdasarkan mekanisme debit dan kredit.
Dari hasil pengamatan di kelas dan juga diskusi antara peneliti dan guru akuntansi dapat

diidentifikasi

faktor-faktor

penyebab

permasalahan-permasalahan

tersebut.

Pertama,

ketepatan strategi pembelajaran yang dipilih dan diterapkan guru, dalam pelaksanaan
pembelajaran guru kurang memperhatikan proses dan lebih berorientasi pada hasil. Kedua,
motivasi siswa belajar akuntansi rendah atau kurang, hal ini tampak pada respon atau hasil
angket tentang motivasi belajar siswa menunjukkan siswa yang motivasi belajarnya kurang
47%, sedang 32%, dan yang motivasi belajarnya sangat baik 21%. Penyebab rendahnya
motivasi belajar akuntansi, berdasarkan hasil angket, adalah tingkat kesulitan materi yang
mencapai 54%, kepuasan pembelajran 52%, perhatian 59%, dan antusias terhadap
pembelajaran 49%. Selain itu siswa kurang atau belum memahami arti pentingnya

pembukuan atau akuntansi bagi kehidupan dan kelanjutan kegiatan usaha (perusahaan).
Ketiga, siswa belum pernah melihat secara nyata prosedur pembukuan atau akuntansi yang
terjadi di dunia usaha atau perusahaan, sehingga sulit untuk memahami proses pembukuan.
Berdasarkan pemikiran di atas, maka perlu untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK), dalam rangka meningkatkan motivasi dan prestasi belajar akuntansi perusahaan jasa,
3

dengan model pembelajaran kontekstual (constextual teaching and learning) di Madrasah
Aliyah Negeri 1 Sragen.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Peningkatan motivasi belajar akuntansi
perusahaan jasa melalui strategi pembelajaran konstektual (constextual teaching and
learning). (2) Peningkatan prestasi belajar akuntansi perusahaan jasa melalui strategi
pembelajaran konstektual (constextual teaching and learning).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis maupun praktis.
Manfaat Teoritis: 1) Dapat menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan serta
mendukung teori-teori yang telah ada. 2) Dapat digunakan sebagai referensi bagi para
penyelenggara pendidikan , khususnya bagi Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Sragen dalam
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada tahap-tahap berikutnya.
Manfaat Praktis: 1) Bagi guru mata pelajaran akuntansi khususnya dapat mengelola
pembelajaran dan memiliki gambaran pembelajaran akuntansi melalui strategi kontekstual

( constextual teaching and learning). 2) Dapat mengidentifikasi permasalahan-permasalahan
yang muncul pada pembelajaran akuntansi, dan mencari solusi pemecahannya.

METODE PENELITIAN
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan secara kualitatif dengan rancangan
penelitian tindakan kelas, yang dilaksanakan secara bersiklus. Siklus I dengan perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Demikian juga siklus-siklus berikutnya, maka jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
Data penelitian yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini berupa informasi, yang
sebagian besar berbentuk kata-kata, dari penggunaan strategi pembelajaran konstektual dalam
pembelajaran akuntansi perusahaan jasa di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Sragen. Data
tersebut akan digali dari beberapa sumber sebagai berikut: (1) Informan atau nara sumber,
yaitu guru Akuntansi dan siswa kelas XI IPS 3, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Sragen
yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar akuntansi dengan menggunakan strategi
pembelajaran kontekstual. (2) Tenaga pembukuan di dunia usaha (bengkel). (3) Peristiwa,
yaitu proses belajar mengajar akuntansi melalui strategi pembelajaran kontekstual. (4)
Dokumen, yaitu informasi tertulis yang berkenaan dengan pembelajaran akuntansi melalui
strategi kontekstual.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu observasi, tes
tertulis, dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini: (a) Secara kualitatif,
yaitu analisis dilakukan sejak awal dan sepanjang proses penelitian berlangsung. Teknik
4

analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif dari Miles dan Huberman
(2002: 16) dengan tiga prosedur, yaitu: (1) reduksi data (data reduction), (2) penyajian data
(data display), dan (3) penarikan kesimpulan/verikasi (verification). (b) Analisis secara
kuantitatif, yaitu analisis data tes secara kuantitatif atau deskriptif persentase dengan langkahlangkah sebagai berikut: (1) Menghitung nilai masing-masing aspek; (2) Merekap nilai siswa;
(3)Menghitung nilai rata-rata; (4) Menghitung persentse nilai.
Persentase ini dihitung menggunakan rumus berikut.
NP = R / SM x 100%.
Keterangan: NP : nilai dalam persen. R: skor yang dicapai; SM: skor maksimal ideal.
Hasil ini akan memberikan gambaran mengenai persentase peningkatan motivasi dan prestasi
belajar dengan Pembelajaran Kontekstual (CTL) mata pelajaran akuntansi.
Target indikator kinerja dalam penelitian tindakan kelas ini, pada siklus I: (1) Jika hasil
tes siswa mempunyai nilai rata-rata kelas mencapai lebih dari 72. (2) Meningkatkan
prosentase ketuntasan belajar siswa minimal 75%. (3) Meningkatkan motivasi belajar siswa
dalam pembelajaran mencapai 75%. (4) Peningkatan kualitas proses pembelajaran
ditunjukkan dari meningkatnya motivasi dan prestasi belajar siswa mencapai 75%. Pada
siklus II: (1) Jika hasil tes siswa mempunyai nilai rata-rata kelas mencapai lebih dari 75. (2)
Meningkatkan prosentase ketuntasan belajar siswa minimal 85%. (3) Meningkatkan motivasi
belajar siswa

dalam pembelajaran mencapai 85%. (4) Peningkatan kualitas proses

pembelajaran ditunjukkan dari meningkatnya motivasi dan prestasi belajar siswa mencapai
85%.
Rancangan dalam penelitian tindakan kelas ini memiliki empat tahap yaitu, perencanaan
(planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observating), dan refleksi
(reflecting). Ke empat tahap tersebut membentuk siklus yang dilakukan beberapa kali sesuai
dengan tingkat keberhasilan penanganan masalah yang telah dipilih untuk diatasi yang
direncanakan dua siklus.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pra Siklus.
Hasil temuan pada observasi awal bersama kolaboran dan hasil evaluasi, maka dapat
diidentifikasi masalah-masalah dalam KBM sebagai berikut: (1) Pelaksanaan pembelajaran
masih menggunakan metode ceramah, kemudian siswa diminta mengerjakan soal-soal di
Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disusun oleh tim MGMP secara individu, setelah selesai
guru memberikan jawaban di depan kelas, (2) Pembelajaran akuntansi yang disampaikan oleh
5

guru masih bersifat teacher oriented, yaitu berorientasi pada guru menyampaikan materi, atau
pola pembelajaran masih berpusat pada guru, (3) Siswa masih kurang terlibat pada kegiatan
pembelajaran, (4) Siswa kesulitan menemukan konsep cara menganalisis bukti transaksi dan
konsep cara menjurnal bukti transaksi berdasarkan mekanisme debit dan kredit, sehingga
siswa merasa jenuh, kurang memperhatikan, kurang menyampaikan pendapat, hal ini
ditunjukkan siswa dalam mengerjakan soal-soal dalam LKS belum benar, (5) Motivasi
belajar akuntansi rendah, hal ini ditunjukkan fakta hasil observasi tahap awal, dari 38 siswa
kelas yang motivasinya sangat baik (tinggi) ada 6 siswa atau 15%, 12 siswa atau 32%
motivasinya sedang, dan 20 siswa atau 53% motivasinya kurang, (6) Hasil belajar pada KD;
menganalisis transaksi keuangan (bukti transaksi) dan jurnal umum masih rendah, hal
ditunjukkan dengan fakta hasil belajar dari 38 siswa, yang belum mencapai KKM yaitu 72,
ada 22 siswa atau 58%, dan yang sudah mencapai KKM ke atas ada 16 siswa atau 42%.
Hasil Siklus I.
Perencanaan Tindakan.
Untuk memperbaiki kondisi awal atau pra siklus yaitu motivasi belajar dan prestasi
belajar yang rendah, maka peneliti melakukan rencana tindakan dengan menerapkan model
pembelajaran kontekstual. Pada tahap perencanaan dilakukan sejumlah kegiatan sebagai
berikut: (1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) akuntansi dengan
menerapkan model pembelajaran kontekstual, (2) Membuat lembar observasi atau
pengamatan untuk mengamati kegiatan siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung
untuk mengetahui motivasi belajar siswa, (3) Menyusun instrumen penilaian hasil belajar
berupa soal, untuk mengetahui prestasi belajar siswa.
Pelaksanaan Tindakan.
Pada tahap pelaksanaan tindakan peneliti melaksanakan RPP yang telah disusun dengan
menerapkan model pembelajaran kontekstual. Dalam pelaksanaan tindakan ini, selain peneliti
melakukan tindakan pembelajaran, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap siswa
tentang, perhatian siswa, aktivitas siswa dalam pembelajaran, diskusi siswa, penyampaian
pendapat, penyelesaian tugas-tugas siswa, dan antusias siswa pada akhir pelajaran, untuk
mengetahui motivasi belajar siswa.
Pengamatan dan Hasil Penelitian: (1) Hasil pengamatan yang dilakukan pada siklus I
diperoleh dari lembar pengamatan, dengan hasil pengamatan dari 38 siswa kelas XI IPS 3,
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Sragen, 29 siswa atau 76% motivasi belajarnya termasuk
kategori sangat baik (SB), 5 siswa atau 13% kategori sedang (S), dan 4 siswa atau 11%
kategori kurang (K). (2) Hasil pembelajaran akuntansi, yaitu hasil tes akhir pembelajaran
6

tindakan siklus I menunjukkan adanya peningkatan dalam hal tingkat ketuntasan belajar
siswa. Berdasarkan hasil akhir dapat diketahui bahwa, nilai rata-rata kelas 74,34, jumlah
siswa yang sudah tuntas sebanyak 28 atau 74% sedangkan yang masih belum tuntas sebanyak
10 atau 26%.
Refleksi: (1) Implementasi pembelajaran tindakan pada siklus I dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa, hal ini ditunjukkan, pada pra siklus motivasi belajar siswa dalam
kategori sangat baik (SB) ada 6 siswa atau 15%, pada siklus I meningkat menjadi 29 siswa
atau 76%, kemudian untuk motivasi belajar siswa dalam kategori kurang (K) ada 20 siswa
atau 53%, turun atau berkurang menjadi 4 siswa atau 11%. (2) Implementasi pembelajaran
tindakan pada siklus I dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini ditunjukkan, pada
pra siklus ada 16 siswa atau 42% yang tuntas, sedangkan pada siklus I meningkat menjadi 28
siswa atau 74% yang tuntas. Dan sebaliknya yang belum tuntas menurun, yaitu pada pra
siklus ada 22 siswa atau 58% belum tuntas, pada siklus I turun menjadi 10 siswa atau 26%
yang belum tuntas. (3) Menurut refleksi yang peneliti lakukan bersama dengan kolaboran
terhadap pelaksanaan tindakan pada siklus I, ditemukan beberapa kelemahan selama proses
pembelajaran, yakni: a) motivasi belajar siswa

masih kurang, bahkan untuk indikator

motivasi bertanya, aktivitas berdiskusi, dan menyampaikan pendapat masih kurang, dan
berdasarkan, penilaian indikator motivasi belajar menunjukkan, bahwa persentase
keberhasilan tindakan untuk motivasi sangat baik (SB) 69%, motivasi sedang (S) 25%, dan
motivasi kurang (K) 6%, b) dari pengamatan peneliti dan kolaboran kebanyakan siswa dalam
bertanya, aktivitas, berdiskusi, dan menyampaikan pendapat lebih berani dan lebih bebas
kepada teman sebaya, c) tingkat ketuntasan belajar siswa pada siklus I sebesar 74%, hal ini
berarti penguasaan kompetensi secara klasikal belum tercapai, yaitu menacapai ketuntasan
belajar minimal 75%, yang berarti juga peningkatan kualitas proses pembelajaran akuntansi
belum tercapai, yaitu mencapai 75%.
Dari temuan tersebut di atas ada tindakan yang harus ditambahkan atau diubah, yakni
sebagai berikut: (1) Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, khususnya pada indikator
motivasi bertanya, berdiskusi, dan menyampaikan pendapat, maka pembelajarannya
diarahkan, disempurnakan agar siswa lebih aktif dengan strategi pembelajaran diskusi, yaitu
siswa mendiskusikan kembali hasil temuannya di lapangan atau dunia usaha, (2) Guru untuk
lebih meningkatkan memberikan motivasi khususnya pada motivasi bertanya, berdiskusi, dan
menyampaikan pendapat kepada siswa. Selanjutnya akan peneliti jadikan dasar untuk
menyususn rencana tindakan pada siklus II.

7

Hasil Siklus II.
Perencanaan Tindakan Siklus II.
Berdasarkan refleksi pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus I, yang selanjutnya
disusun rencana tindakan pembelajaran siklus II sebagai upaya meningkatkan kualitas proses
pembelajaran dengan memperbaiki, meningkatkan motivasi belajar siswa yang kurang dan
meningkatkan prestasi belajar yang masih rendah. Untuk memperbaiki,

meningkatkan

motivasi belajar khususnya untuk indikator bertanya, berdiskusi, dan menyampaikan
pendapat dan meningkatkan prestasi belajar siswa, peneliti melakukan rencana tindakan
perbaikan dengan menerapkan strategi pembelajaran yang mendorong siswa lebih aktif, yaitu
mendiskusikan kembali hasil temuan siswa di lapangan atau dunia usaha.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada tahap perencanaan tindakan siklus II
sebagai berikut: (1) Menyusun RPP akuntansi untuk KD, menganalisis bukti transaksi
berdasarkan mekanisme debit dan kredit, dan cara menjurnal bukti transaksi ke dalam jurnal
umum dengan menerapkan strategi pembelajaran siswa agar lebih aktif, yaitu mendiskusikan
kembali temuannya di lapangan atau dunia usaha. (2)Membuat lembar pengamatan untuk
mengamati kegiatan siswa dan guru selama pembelajaran berlangsung. (3) Menyusun
instrumen penilaian hasil belajar berupa soal, untuk mengetahui prestasi belajar siswa.
Pelaksanaan Tindakan Siklus II.
Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus II peneliti melaksanakan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang telah disusun dengan menerapkan strategi pembelajaran yang
mendorong siswa lebih aktif, yaitu mendiskusikan kembali hasil temuannya di lapangan atau
dunia usaha. Dalam pelaksanaan tindakan ini selain peneliti memberikan tindakan
pembelajaran, peneliti juga melakukan pengamatan bersama kolaboran terhadap siswa selama
pembelajaran berlangsung tentang motivasi belajar siswa.
Pengamatan dan Hasil: (1) Hasil Pengamatan yang dilakukan pada siklus II diperoleh dari
lembar pengamatan motivasi belajar yang mencakup indikator seperti pada lembar
pengamatan siklus I. Hasil pengamatan dari 38 siswa, ada 33 siswa atau 87% motivasi
belajarnya kategori sangat baik (SB), 5 siswa atau 13% motivasi belajarnya kategori sedang
(S), dan yang motivasi belajarnya kategori kurang (K) sudah tidak ada. (2) Hasil
Pembelajaran Akuntansi, berupa hasil belajar kognitif siswa yang diperoleh dari tes tertulis.
Hasil tes akhir pembelajaran tindakan siklus II menunjukkan adanya peningkatan dalam hal
tingkat ketuntasan belajar siswa, yaitu nilai rata-rata kelas 81,45, dan jumlah siswa yang
sudah mencapai batas KKM sebanyak 38 atau 100%.

8

Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil evaluasi tindakan pembelajaran pada siklus II
dapat diperoleh refleksi implementasi pembelajaran akuntansi dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual yang pada siklus II ditingkatkan, disempurnakan dengan
menerapkan strategi pembelajaran yang mendorong siswa untuk lebih aktif, yaitu
mendiskusikan kembali hasil temuan siswa di lapangan atau dunia usaha, dapat direfleksikan
sebagai berikut: (1) Implementasi pembelajaran tindakan pada siklus II dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa. Hal ini ditunjukkan bahwa motivasi belajar siswa mengalami
peningkatan, yaitu pada siklus I motivasi belajar siswa dalam kategori sangat baik (SB) ada
24 siswa atau 76%, pada siklus II meningkat menjadi 33 siswa atau 87%, kemudian motivasi
belajar siswa dalam kategori kurang (K) pada siklus I masih ada 4 siswa atau 11%, maka
pada siklus II sudah tidak ada. (2) Implementasi pembelajaran tindakan pada siklus II dapat
meningkatkan

prestasi belajar siswa, hal ini ditunjukkan bahwa prestasi belajar siswa

mengalami peningkatan yaitu, dari 38 siswa, pada siklus I ada 28 siswa atau 74% yang tuntas,
sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 38 siswa atau 100% tuntas. Kemudian pada
siklus I siswa yang belum tuntas ada 10 siswa atau 26%, pada siklus II, sudah tidak ada atau
0%. Untuk nilai rata-rata kalsikal meningkat dari 74,34 pada siklus I menjadi 81,45 pada
siklus II. (3) Menurut refleksi yang peneliti lakukan terhadap pelaksanaan tindakan siklus II,
hal-hal yang belum berhasil dalam pembelajaran tindakan sebelumnya, maka pada siklus II
ini hasilnya sudah sesuai dengan yang diharapkan yaitu, peningkatan motivasi dan prestasi
belajar akuntansi, hal ini ditunjukkan bahwa motivasi belajar siswa 87% siswa dalam
kategori sangat baik (SB), dan prestasi belajar siswa yang diukur dengan tingkat ketuntasan
belajar telah mencapai 100%.
Analisis
Pra Siklus.
Hasil analisis pra siklus adalah sebagai berikut: (1) Pelaksanaan pembelajaran masih
menggunakan metode ceramah, kemudian siswa diminta mengerjakan soal-soal di Lembar
Kerja Siswa (LKS) yang disusun oleh tim MGMP secara individu, setelah selesai guru
memberikan jawaban di depan kelas. (2) Pembelajaran akuntansi yang disampaikan oleh guru
masih bersifat teacher oriented, yaitu berorientasi pada guru menyampaikan materi, atau pola
pembelajaran masih berpusat pada guru. (3) Siswa masih kurang terlibat pada kegiatan
pembelajaran. (4) Siswa kesulitan menemukan konsep cara menganalisis bukti transaksi dan
konsep cara menjurnal bukti transaksi berdasarkan mekanisme debit dan kredit, sehingga
siswa merasa jenuh, kurang memperhatikan, kurang menyampaikan pendapat, hal ini
9

ditunjukkan siswa dalam mengerjakan soal-soal dalam LKS belum benar. (5) Kualitas proses
pembelajaran belum optimal, hal ini ditunjukkan fakta hasil observasi tahap awal, dari 38
siswa, yang motivasinya sangat baik (tinggi) ada 6 siswa atau 15%, 12 siswa atau 32%
motivasinya sedang, dan 20 siswa atau 53% motivasinya kurang. (6) Hasil belajar belum
optimal, karena siswa masih kesulitan menemukan konsep menganalisis bukti transaksi, dan
konsep cara menjurnal dari bukti transaksi tersebut berdasarkan mekanisme debit dan kredit,
maka akibatnya hasil belajar pada KD; menganalisis transaksi keuangan (bukti transaksi) dan
jurnal umum masih rendah, hal ditunjukkan dengan fakta hasil belajar dari 38 siswa, yang
belum mencapai KKM yaitu 72, ada 22 siswa atau 58%, dan yang sudah mencapai KKM ke
atas ada 16 siswa atau 42%.
Siklus I.
Beberapa temuan pada siklus I, berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan
motivasi belajar siswa pada siklus I, sebanyak 29 siswa atau 76% dengan kategori sangat baik
(SB), 5 siswa atau 13% dengan kategori sedang (S), dan 4 siswa atau 11% dengan kategori
kurang (K). Hal ini menunjukkan motivasi belajar siswa mengalami peningkatan pada
kategori sangat baik (SB), yaitu pada pra siklus hanya ada 6 siswa atau 15%, sedangkan pada
siklus I menjadi 29 siswa atau 76%. Hal ini bahwa berdasarkan indikator kinerja peningkatan
motivasi belajar telah tercapai.
Berdasarkan data mengenai kualitas proses pembelajaran akuntansi, pada siklus I yang
dapat dilihat dari indikator motivasi belajar, bahwa persentase keberhasilan tiap kategori
adalah sangat baik (SB) 69%, sedang (S) 25% dan kurang (K) 6%, kemudian keberhasilan
tindakan mencapai 88%, hal ini berarti berdasarkan indikator kinerja, maka peningkatan
kualitas proses pembelajaran telah tercapai.
Berdasarkan data yang diperoleh mengenai hasil pembelajaran akuntansi pada siklus I,
yang dilihat dari ketuntasan belajar, jumlah siswa yang tuntas ada 28 siswa atau 74%, dan
yang belum tuntas sebanyak 10 siswa atau 26%. Hal ini berarti berdasarkan indikator kinerja
ketuntasan belajar belum tercapai. Tetapi berdasarkan data mengenai hasil tes untuk nilai
rata-rata klasikal mengalami peningkatan dari 65,79 pada pra siklus menjadi 74,34 pada
siklus I, dan berdasarkan indikator kinerja nilai rata-rata hasil tes telah tercapai yaitu lebih
dari KKM yaitu 72.
Siklus II
Pada siklus II berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan motivasi belajar siswa,
yang dikategorikan dalam kategori sangat baik (SB) motivasinya, kategori sedang (S), dan
kategori kurang (K), maka diketahui bahwa dari 38 siswa kelas XI IPS 3, Madrasah Aliyah
10

Negeri (MAN) 1 Sragen, sebanyak 33 siswa atau 87% dengan kategori sangat baik (SB), 5
siswa atau 13% dengan kategori sedang (S), dan dengan kategori kurang (K) sudah tidak ada
atau 0. Hal ini menunjukkan motivasi belajar siswa mengalami peningkatan pada kategori
sangat baik (SB), yaitu pada siklus I ada 29 siswa atau 76%, sedangkan pada siklus II
menjadi 33 siswa atau 87%. Hal ini bahwa berdasarkan indikator kinerja peningkatan
motivasi belajar telah tercapai.
Berdasarkan data mengenai kualitas proses pembelajaran akuntansi, pada siklus II yang
dapat dilihat dari indikator motivasi belajar, bahwa persentase keberhasilan tiap kategori
adalah sangat baik (SB) 89%, sedang (S) 11% dan kurang (K) 0% atau tidak ada, kemudian
persentase keberhasilan tindakan mencapai 96%, hal ini berarti berdasarkan indikator kinerja,
maka peningkatan kualitas proses pembelajaran telah tercapai.
Berdasarkan data yang diperoleh mengenai hasil pembelajaran akuntansi pada siklus II,
yang dilihat dari ketuntasan belajar, yang diukur dari KKM, maka pada siklus II dari 38
siswa kelas XI IPS 3 MA Negeri MAN 1 Sragen, jumlah siswa yang tuntas ada 38 siswa atau
100%. Hal ini berarti berdasarkan indikator kinerja ketuntasan belajar telah tercapai,
kemudian berdasarkan data mengenai hasil tes untuk nilai rata-rata klasikal mengalami
peningkatan dari 74,34 pada siklus I menjadi 81,45 pada siklus II, dan berdasarkan indikator
kinerja nilai rata-rata hasil tes telah tercapai.
Berdasarkan hasil belajar siswa atau prestasi dengan penerapan model pembelajaran
kontekstual mengalami peningkatan. Ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan ialah 58%,
pada siklus I menjadi 74% sehingga terjadi peningkatan pada siklus II menjadi 100%.
Kemudian rerata klasikal hasil belajar sebelum tindakan ialah 65,79, pada siklus I meningkat
menjadi 74,34, dan setelah siklus II mengalami peningkatan sebesar 7,11 sehingga menjadi
81,45.
Dari data di atas diketahui bahwa hasil belajar siswa sebelum diberi tindakan dan setelah
diberi tindakan mengalami peningkatan. Hal ini terlihat bahwa, sebelum pelaksanaan
tindakan rerata klasikalnya 65,79, meningkat pada siklus I menjadi 74,34, dan pada siklus II
meningkat menjadi 81,45, sehingga indikator kinerja tercapai.
PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis data motivasi belajar siswa, pembelajaran akuntansi kelas XI IPS 3,
MA Negeri 1 Sragen tahun pelajaran 2011/2012, pada KD analisis transaksi keuangan atau
bukti transaksi dan pencatatan bukti transaksi ke dalam jurnal umum berdasarkan mekanisme
debit dan kredit dengan menerapkan model pembelajaran kontekstual, diketahui terjadi
11

peningkatan persentase keberhasilan tindakan secara klasikal yang ditinjau dari kategori
motivasi belajar sangat baik (SB) pada siklus I dan siklus II, yaitu 88% menjadi 96%.
Peningkatan motivasi belajar siswa yang menerapkan indikator delapan elemen pembelajaran
kooperatif, diketahui terjadi peningkatan motivasi belajar siswa, karena siswa dalam
pembelajaran ini langsung dihadapkan pada keadaan nyata, praktik nyata di lapangan atau
dunia usaha, yang berarti siswa menggunakan masyarakat dan lingkungan sekitar, yaitu dunia
usaha sebagai sumber belajar. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Berns and
Erickson (2006), menjelaskan bahwa “Contextual teaching and learning as an innovative
instructional process that helps students connect the content they are learning to the life
contexts in which that content could be used. Problem-solving, self-regulated learning,
teaching anchored in student’ diverse life-contexts, learning from each other and together,
authentic assessment, and the use of a variety of context such as home, community, and work
sites, have been identified as practices of contextual teaching and learning”.
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan sebuah inovasi pendidikan yang
bertujuan membantu siswa menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata
sehingga materi itu dapat digunakan langsung. CTL terdiri dari problem solving, belajar
mengatur diri sendiri, menentukan arah kehidupan diri sendiri, dan saling belajar satu dengan
yang lain. Dalam CTL guru menggunakan Autentic Assessment untuk mengevaluasi
keberhasilan belajar peserta didik dan menggunakan masyarakat dan lingkungan sekitar
sebagai sumber belajar.
Peningkatan motivasi belajar siswa yang menerapkan indikator delapan elemen
pembelajaran kooperatif juga diasumsikan siswa mempunyai tingkat keaktifan yang lebih di
dalam pembelajaran dibandingkan dengan keaktifan guru. Berkurangnya porsi ceramah yang
digunakan guru, untuk merangsang siswa untuk berfikir. Dengan demikian siswa
memperoleh pengalaman sendiri setelah melaksanakan pembelajaran. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Susan Jones Sears (2007): “Contextual Teaching and
Learning (CTL) is a conception of teaching and learning that helps teachers relate subject
matter content to real world situations and motivates students to make connections between
knowledge and its applications to their lives as family members, citizens, and workers”.
Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual (CTL) adalah konsep pembelajaran yang
membantu guru mengaitkan isi materi pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi
siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan
mereka sebagai anggota keluarga, warga, dan pekerja.

12

Penerapan model pembelajaran kontekstual berpengaruh terhadap peningkatan motivasi
belajar seperti yang ditunjukkan oleh hasil observasi terhadap aktivitas kooperatif siswa kelas
XI IPS 3 MA Negeri 1 Sragen. Peningkatan motivasi belajar akuntansi tersebut diikuti
dengan peningkatan hasil belajar akuntansi. Peningkatan hasil belajar akuntansi dapat dilihat
dari peningkatan persentase ketuntasan belajar klasikal. Sebelum tindakan persentase
ketuntasan belajar klasikal hanya mencapai 42%, pada siklus I meningkat menjadi 74%, dan
pada siklus II persentase ketuntasan belajar klasikal menjadi 100%. Peningkatan ini
diasumsikan merupakan pengaruh dari penerapan model pembelajaran kontekstual.
Rendahnya persentase ketuntasan belajar sebelum tindakan dimungkinkan oleh perilaku guru
yang cenderung menguasai kelas (teaching center) dan kebiasaan ceramah. Peningkatan
ketuntasan setelah tindakan yaitu pada siklus I menjadi 74%, dan pada siklus menjadi 100%,
karena siswa lebih diberi kesempatan untuk bertanggung secara individu.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kontekstual dapat
meningkatkan motivasi belajar akuntansi usaha jasa, seperti yang ditunjukkan oleh hasil
pengamatan terhadap aktivitas kooperatif siswa kelas XI IPS 3, Madrasah Aliyah Negeri
(MAN) 1 Sragen. Peningkatan motivasi belajar akuntansi tersebut diikuti peningkatan hasil
belajar atau prestasi belajar akuntansi
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan dan analisis serta pembahasannya, maka
selanjutnya dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Penerapan model pembelajaran kontekstual
(contextual teaching and learning) dapat meningkatkan motivasi belajar akuntansi, hal ini
ditunjukkan peningkatan motivasi belajar siswa, pada pra siklus dari 38 siswa kelas XI IPS 3,
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Sragen tahun pelajaran 2011/2012, yang memiliki
motivasi belajar sangat baik (SB) ada 6 siswa atau 15%, sedang ada 12 siswa atau 32%, dan
kurang 20 siswa atau 53%, menjadi pada siklus I yang memiliki motivasi belajar sangat baik
(SB) meningkat menjadi 29 siswa atau 76%, motivasi sedang (S) 5 siswa atau 13%, kurang 4
siswa atau 11%, dan pada siklus II yang memiliki motivasi belajar sangat baik (SB) menjadi
33 siswa atau 87%, sedang 5 siswa atau 13%, dan yang motivasi belajarnya kurang (K) tidak
ada atau 0%. 2) Penerapan model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and
learning) dapat meningkatkan hasil atau prestasi belajar akuntansi, hal ini ditunjukkan
peningkatan hasil belajar atau prestasi belajar siswa, pada pra siklus dari 38 siswa kelas XI
IPS 3, Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Sragen tahun pelajaran 2011/2012, siswa yang
13

tuntas belajar ada 16 siswa atau 42%, dan 22 siswa atau 58% belum tuntas, dengan nilai
rerata klasikal 65,79, kemudian pada siklus I siswa yang tuntas belajar meningkat menjadi 28
siswa atau 74%, dan 10 siswa atau 26% belum tuntas, dengan rerata nilai klasikal 74,34, dan
pada siklus II siswa yang tuntas belajar 38 siswa atau 100% atau tuntas semua, dengan rerata
nilai klasikal 81,45.
Saran
Berdasarkan simpulan penelitian tindakan ini maka dapat disarankan hal-hal sebagai
berikut:
Untuk Kepala sekolah/madrasah: 1) Untuk lebih mendorong para guru agar mau dan
mampu menerapkan model pembelajaran kontekstual, untuk meningkatkan motivasi dan
prestasi belajar siswa. Hasil penelitian dapat memberikan gambaran bahwa penerapan model
model pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning) mampu meningkatkan
motivasi dan prsetasi belajar. 2) Memfasilitasi untuk pelaksanaan pembelajaran kontekstual
(contextual teaching and learning) agar motivasi belajar siswa meningkat, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kepada guru atau pendidik untuk menerapkan model pembelajaran

kontekstual

(contextual teaching and learning) untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
Untuk menerapkan model pembelajaran kontekstual, maka seorang guru harus memahami
dan memerlukan persiapan yang baik, sehingga guru mampu menentukan atau memilih
pokok materi yang bisa diterapkan dengan model pembelajaran kontekstual (contextual
teaching and learning) dalam pembelajaran, sehingga diperoleh hasil yang optimal.
Kepada siswa, agar motivasi belajarnya meningkat, maka siswa harus memperhatikan,
menjawab pertanyaan, bertanya, aktif, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan antusias pada akhir
pembelajaran, yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar.

14

DAFTAR PUATAKA
Asrori, Mohammad, 2008, Psikologi Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima.
Aunurrahman, 2010, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta.
Dimyati dan Mudjiono, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hakiim, Lukmanul, 2008, Perencanaan Pembelajaran, Bandung: CV Wacana Prima.
Pupuh, Fatturrohman, dan Sutikno, M Shobry, 2007, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:
Rineka Cipta.
Rosyad, Aminuddin, 2003, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sadeli, Lili. M, 2010, Dasar-Dasar Akuntansi, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Smith, Bettye. P, 2005, Construktivism of Learning, (hhtp:www.coe.edu/casestudy/Final.pdf).
Sanjaya, Wina, 2 008, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
Jakarta: Kencana.
Subadi, Tjipto, 2010, Lesson Study berbasis PTK, Surakarta, Badan Penerbit FKIP-UMS.
Suwandi, Sarwiji, 2008, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya Ilmiah,
Modul PLG: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13, Surakarta.
Sugiyanto, 2008, Model-model Pembelajaran Inovatif, Modul PLPG: Panitia Sertifikasi Guru
Rayon 13, Surakarta.
Sumiati dan Asra, 2008, Metode Pembelajaran, Bandung: CV. Wacana Prima.
Tirtonegoro, Sutratinah, 2004, Anak Super Normal dan Program Pendidikan, Jakarta: Bina
Aksara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, 2004, Jakarta: Fokus Media.
Uno, Hamzah. B, 2010, Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang
Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumiaksara.
Winkelll, 2003, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Grasindo.
Winstead, Lisa , 2004, “Increasing Academic Motivation and Cognition in Reading,
Writing, and Mathematics: Meaning-making Strategis”,University of the pacific.
Yamin, Martinis, 2007, Profesionalisasi Guru dan Implementasi KTSP, Jakarta,
Persada Pers.

15