ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
HUTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA
SKRIPSI
Oleh :
Hilman Rosyaidi
0611010042/FE/IESP
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
2011
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
HUTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyar atan
Dalam Memperoleh Gelar Sar jana Ekonomi
J ur usan Ekonomi Pembangunan
Hilman Rosyaidi
0611010042/FE/IESP
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
2011
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
USULAN PENELITIAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
HUTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA
Yang diajukan
Hilman Rosyaidi
0611010042/FE/IESP
telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi
Pembimbing Utama
Tanggal : …………………..
Drs. Ec. Arif Bachtiar , Msi
NIP : 1916101041993031001
Mengetahui
Ketua J ur usan Ekonomi Pembangunan
Dra.EC.Wiwin Pr iana Pr imandhanna, MT
NIP:196008101990031001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
HUTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA
SKRIPSI
Yang diajukan
Hilman Rosyaidi
0611010042/FE/IESP
Disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec. Arif Bachtiar , Msi
NIP : 1916101041993031001
Tanggal : …………………..
Mengetahui
Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran”
J awa Timur
Drs. Rahman Amr ullah Suwaidi, MS
NIP : 196003301986031003
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
HUTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA
SKRIPSI
Disusun oleh :
Hilman Rosyaidi
0611010042/FE/IESP
Telah diper tahankan dihadapan
Dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi
J ur usan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur
Pada tanggal 17 J uni 2006
Pembimbing Utama
Drs. Ec. H. Ilham, MM
Tim Penguji
Ketua
Dr s. Ec. H. Usman Ali, MKes
Sekretar is
Drs. Ec. Arief Bachtiar, Msi
Anggota
Drs.Ec. H. Ilham, MM
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran”
J awa Timur
DR. Dhani Ichsanuddin Nur, MM
NIP. 030 202 389
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
VOLUME EKSPOR PLYWOOD
DI J AWA TIMUR
SKRIPSI
Disusun oleh :
Ratna Puspita Dewi
0211010219/FE/IESP
Telah diper tahankan dihadapan
Dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi
J ur usan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur
Pada tanggal 17 J uni 2006
Tim Penguji
Ketua
Pembimbing Utama
Drs. Ec. Wiwin Pr iana, MT
Drs. Ec. Soerjadi, MS
Sekr etaris
Drs. Ec. Samsul Huda, MT
Anggota
Dr s. Ec. Wiwin Pr iana, MT
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran”
J awa Timur
DR. Dhani Ichsanuddin Nur, MM
NIP. 030 202 389
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
KATA PENGANTAR
Puji syukur Peneliti panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena hanya dengan Rahmat-Nya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“BEBERAPA
FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
TABUNGAN
MASYARAKAT PADA BANK UMUM DI JAWA TIMUR”, sebagai salah
satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah di Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada
kesempatan
ini
peneliti
menyampaikan
terimakasih
dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada Ir. Hamidah Hendra Rini, M.Si,
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, koreksi, serta
saran hingga terwujudnya skripsi ini. Untuk itu pula dalam kesempatan ini
peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Drs. EC. Marseto, Msi selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa
Timur.
4. Drs. EC. Wiwin Priana Primandhana, MT selaku Dosen wali yang telah
meluangkan waktu dalam membimbing dan mendampingi peneliti
selama menempuh pendidikan didalam perkuliahan.
i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..........................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah ..................................................................
5
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................
5
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ........................................................
7
2.2. Landasan Teori ......................................................................... 11
2.2.1. Ekspor........................................................................... 11
2.2.1.1. ....................................................................... 12
2.2.1.2. ....................................................................... 13
2.2.1.3. Manfaat or ...................................................... 14
2.2.1.4. Faktor yang Meningkatkan ............................. 15
2.2.2.
r ................................................................................... 16
2.2.3.
..................................................................................... 17
2.2.4.
..................................................................................... 20
2.2.5. Hubungan Ekspor – Impor ............................................ 23
2.2.6. Chenery – Stront Two qap Model .................................. 25
2.2.7. Pertumbuhan Ekonomi .................................................. 26
2.2.7.1. Pengertian dan Ciri-ciri Pertumbuhan Ekonomi 26
2.2.7.2. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi ................... 27
2.2.8. Produk Domestik Bruto (PDB) ...................................... 33
2.2.9. Pengertian Perdagangan Internasional ........................... 35
2.2.9.1. Tujuan Perdagangan Internasional ................... 37
2.2.9.2. Manfaat Perdagangan Internasional ................. 27
2.2.9.3. ....................................................................... 38
2.2.10. Teori Permintaan Penawaran ......................................... 42
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.11. Kurva IS – LM ............................................................. 44
2.2.12. Kurs .............................................................................. 46
2.2.13. Valuta Asing ................................................................. 47
2.2.13.1.Macam-macam Kurs Valuta Asing .................. 48
2.2.14. Devisa ........................................................................... 50
2.2.15. Investasi ........................................................................ 50
2.2.16. Barang dan Jasa ............................................................. 51
2.3. Kerangka Pikir .......................................................................... 52
2.4. Hipotesis ................................................................................... 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ......................... 56
3.1.1. Ekspor Non Migas .......................................................... 56
3.1.2. Impor Non Migas ............................................................ 56
3.2. Teknik Penentuan Sampel ......................................................... 57
3.3. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 57
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ............................................. 57
DAFTAR PUSTAKA
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Fungsi Ekspor............................................................................... 22
Gambar 2
Fungsi Impor ................................................................................ 23
Gambar 3
Kurva Permintaan dan Penawaran................................................. 42
Gambar 4
Kurva IS – LM ............................................................................ 45
Gambar 5
Kerangka Pikir .............................................................................. 54
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
HUTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA
Oleh :
Hilman Rosyaidi
ABSTRAKSI
Sebagian negara berkembang indonesia dalam pengembanagn nasional
memerlukan investasi dalama jumlah besar. Dalam megnetasi pemerintah
memasukkan modal dari luar negeri disebut pinjaman luar negeri
Penelitian ini bertujuan untuk megnanalisa pegnaruh tingkat investasi (X1)
Tabungan (X2), Pengeluaran Pemerintah (X3), Penerimaan Pemerintah (X4),
Ekspor (X5), dan Impor (X6) data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan data sekunder yang diambil selama kurun waktu 20 tahun periode
waktu triwulan sejak awal tahun 1990 sampai dengan awal 2010. Data sekunder
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur cabang Surabaya dan
Bank Indonesia. Untuk analisis data menggunakan alat bantu Statistic Program
For Social Science (SPSS). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi linier berganda dan uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t dan uji-F
statistik.
Berdasarkan hasil analisis pengujian secara Simultan menunjukkan
adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat Investasi (X1), Tabungan (X2),
Pengeluaran Pemerintah (X3), Penerimaan Pemerintah (X4), Ekspor (X5), dan
Impor (X6) terhadap Tabungan Masyarakat pada Bank Umum (Y). Hal ini
diketahui dari uji F yaitu diperoleh nilai Fhitung = 147,804 > Ftabel = 3,59.
Sedangkan secara Parsial variable tingkat inflasi (X1), tidak berpengaruh secara
nyata terhadap Tabungan Masyarakat (Y) dengan menggunakan uji t dimana t
hitung = 1,266 < t tabel = 2,201. Produk Domestik Regional Bruto (X2), tidak
berpengaruh secara nyata terhadap Tabungan Masyarakat (Y) dengan
menggunakan uji t dimana t hitung = 1, 921 < t tabel = 2,201, sedangkan variabel
Jumlah Uang Beredar (X3) berpengaruh secara nyata atau signifikan terhadap
Tabungan Masyarakat (Y) dimana t hitung = 7,284 > t tabel = 2,201.
Kata kunci :
Tingkat Inflasi, Produk Domestik Regional Bruto, Jumlah Uang
Beredar, dan tabungan Masyarakat pada Bank Umum.
ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sebagai
negara
berkembang
Indonesia
banyak
mengalami
kesulitan dalam pelaksanaan pembangunannya. Salah satunya adalah
terbatasnya sumber dana yang dapat digunakan untuk membiayai
pembangunan. Dalam mengatasi keterbatasan dana tersebut, pemerintah
Indonesia memasukkan modal dari luar negeri yang disebut pinjaman luar
negeri.
Salah satu kebijakan pemerintah dalam mengatur pinjaman luar
negeri melalui Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia (TAP MPR-RI) No :
IV / MPR / 1998 yang berbunyi sebagai berikut : “Pembangunan nasional
memerlukan investasi dalam jumlah yang besar dan pelaksanaannya
berdasarkan kemampuan sendiri,
sedangkan bantuan luar
negeri
merupakan pelengkap. Oleh karena itu diperlukan usaha yang sungguhsungguh untuk mengerahkan dana-dana investasi yang bersambung pada
tabungan masyarakat, tabungan pemerintah, serta penerimaan devisa yang
berasal dari ekspor dan jasa-jasa. Pengerahan dari dana investasi tersebut
harus ditingkatkan dengan cepat sehingga peranan bantuan luar negeri
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
yang merupakan pelengkap semakin berkurang. Sehingga pada akhirnya
mampu membiayai sendiri seluruh pembangunan“ (Anonim, 1994 : 358).
Dewasa ini wacana mengenai hutang luar negeri bukan lagi
merupakan suatu hal yang tabu seperti dulu. Apalagi posisi hutang luar
negeri Indonesia saat ini menempati urutan nomer empat terbesar di dunia
setelah Meksiko, India, dan Brazil. Meski hampir setiap orang menyadari
bahwa konsekuensi dari hutang adalah mengembalikannya, namun tidak
banyak yang bisa berbuat atas ketergantungan mereka terhadap pemberi
hutang. Semakin besar penerimaan hutang, semakin besar pula resiko
adanya investasi masalah di luar persoalan transaksi hutang-piutang itu
sendiri. Ini berarti bahwa mau tidak mau negara peminjam harus
menerima kebijakan-kebijakan yang ditetapkan secara sepihak
oleh
negara pemberi pinjaman (negara pendonor). Dan tentunya mempunyai
implikasi yang sangat besar terhadap kelangsungan hidup suatu negara,
bila negara-negara tersebut
menginginkan kebijakan yang sudah
ditentukan oleh negara pendonor. Misalnya, terjadi resesi ekonomi yang
berkepanjangan pada suatu negara, menurunnya nilai ekspor, dan nilai
tukar mata uang yang terus merosot. (Prasetyanti, 1999 : 166).
Dimulai dari krisis mata uang Bath di Thailand, lebih melebar ke
Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, Malaysia, Philipina, dan akhirnya
merambah di Indonesia pada pertengahan tahun 1997. Malapetaka yang
pada mulanya hanya krisis moneter ini kemudian berubah menjadi krisis
keuangan dan ekonomi yang berkepanjangan menjadi krisis politik dan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
sosial yang diwarnai dengan kekerasan. Rezim militer Soeharto yang telah
berkuasa selama 32 tahun tumbang, gelombang revormasi dan hukum
mulai dijalankan. Tetapi dalam hal ini landasan perekonomian sudah
terlanjur babak belur karena memang tidak mempunyai infrastrukturinfrastruktur perekonomian yang kuat. Prakarsa Bank Dunia, IMF, dan
lembaga-lembaga internasional lainnya memberikan dana bantuan dan
pinjaman baru dalam jumlah besar. Kemudian justru semakin membuka
“borok-borok” sistem perekonomian Indonesia yang selama ini “tidak
masalah dengan hutang luar negeri” serta merta berubah. Mulai muncul
analisis-analisis terbuka dan berani memperlihatkan data secara gamblang,
tentang berbagai penyakit mengenai hutang luar negeri separah yang
pernah dialami oleh semua negara penghutang berat dan bermasalah di
dunia. (Topatimasang, 1999 : 6)
Hingga Juli 1999 hutang luar negeri Indonesia telah mencapai
angka US $ 150 Milliar, suatu jumlah yang mencatat rekor hutang terbesar
diantara semua negara penghutang berat di dunia ketiga yang melampaui
rekor fantastik pada dasawarsa hutang tahun 1980-an. Jika tolak ukur
Bank Dunia digunakan, jumlah hutang luar negeri lebih besar dari
pendapatan, dimana hutang per kapita rata-rata US $ 377. Sedangkan
pendapatan perkapita per tahun nilai aktualnya hanya US $425, maka
sebenarnya Indonesia sudah layak masuk dalam kategori kelompok
“Negara Miskin Penghutang Berat”. Bahkan proyeksi Bank Dunia
memperlihatkan jumlah hutang luar negeri Indonesia tetap besar dan tidak
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
lebih kecil dibandingkan dengan 10 tahun lalu, yakni US $ 49,3 Milliar
pada tahun 2000 nanti, itupun masih dengan asumsi jika keadaan
perekonomian dapat dipulihkan. (Topatimasang, 1999 : 6).
Menurut (J amli, 1996 : 209) sistem ini dalam jangka pendek dapat
menunjang stabilitas nilai tukar. Namun demikian, karena tingginya laju
inflasi di Indonesia dengan negara-negara mitra dagang. Sistem tersebut
telah menyebabkan nilai tukar Rupiah mengalami overload, maka hal ini
akan berdampak negatif terhadap daya saing komoditi Indonesia di pasar
internasional yang nantinya dapat menjurus pada defisit neraca
pembayaran Indonesia. Ini berarti menurunnya cadangan nasional baik di
Bank Sentral maupun di Bank Devisa. Jika defisit dibiarkan berlarut-larut,
maka akan mengakibatkan semakin berkurangnya cadangan nasional serta
mempersulit negara dalam hubungan keuangan dengan perekonomian
dunia.
Hutang luar negeri merupakan kegiatan dan transaksi ekonomi
yang terinspirasi dari Marshall Plan dan dilandasi oleh prespektif teoritis
tentang perlunya aliran modal dari kawasan terbelakang. Transfer dana
dalam program Marshall Plan bertujuan untuk memperbaiki perekonomian
negara-negara Eropa yang hancur akibat dari Perang Dunia II. Program
tersebut dinilai berhasil dan kemudian ditransplantasikan ke negara-negara
miskin di bagian selatan dunia., yang kemudian menimbulkan fenomena
baru dalam perekonomian dunia, yaitu krisis hutang luar negeri.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Krisis hutang luar negeri di negara berkembang pada tahun 1980-an
sangat
mempengaruhi
kondisi
ekonomi
dan
politik
dunia (Rudolf H. Straham, 1999 : 89).
Sejarah telah menunjukkan, tujuh tahun setelah meledaknya krisis
hutang di seluruh dunia, tatanan di banyak negara berkembang semakin
nampak merosot. Dalam kerusuhan yang diikuti dengan diumumkannya
program penghematan nasional yang didukung oleh Dana Moneter
Indonesia (IMF). Maka setelah Meksiko, Brazil, dan negara penghutang
lainnya pertama kali mengumumkan ketidakmampuannya membayar
kembali semua hutang-hutang yang semakin besar.
Keseluruhan jumlah hutang negara dunia bagian ketiga sudah melonjak
dari US $ 831 Milliar menjadi sekitar US $ 1.300 Milliar (J ohn Cavaragh
dan Robin Broad, 99 : 235).
Di Indonesia pokok persoalannya yang menyangkut hutang luar
negeri kini menduduki persoalan utama dalam perekonomian Indonesia
(Sritua Arif, 1999 : 73). Beban hutang yang menumpuk dalam waktu
yang relatif singkat selama tiga tahun setelah krisis, ditambah lagi proses
pemulihan ekonomi yang tidak komprehensif dan konsisten. Indonesia
sebenarnya sudah masuk ke dalam perangkap hutang luar negeri. Hutang
luar negeri kita setiap tahunnya meningkat terus, baik jumlah stock
maupun cicilannya. Bahkan (Faisal Basri, 2002 : 259) menyebutkan
bahwa Indonesia telah terjebak dalam perangkap hutang (debt trap)
dimana pembayaran cicilan dan bunga hutang ditutup kembali dengan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
hutang baru. Semenjak tahun 1987 total cicilan (pokok dan bunga) hutang
luar negeri kita sudah jauh lebih besar dari pinjaman baru yang dapat kita
terima. Artinya, kita meminta untuk membayar kembali kewajibankewajiban atas hutang yang telah ada sebelumnya. Ini jelas merupakan
beban yang semakin berat bagi perekonomian nasional, khususnya pada
APBN dan neraca pembayaran.
Pembayaran cicilan beserta bunga dari akumulasi hutang luar
negeri pemerintah yang dibayar melalui APBN telah menyebabkan
anggaran negara menjadi sarat dengan beban pembayaran hutang.
Sementara pengeluaran untuk pembangunan menjadi relatif terabaikan.
Hal ini akan menyebabkan berkurangnya kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat pada masa yang akan datang. Rakyat harus merelakan sebagian
besar pajak yang dibayarnya untuk negara kreditur. Padahal rakyat berhak
untuk menikmati pertumbuhan ekonomi dari pajak yang telah dibayarnya.
Pada dasarnya dana yang berasal dari hutang luar negeri
dimaksudkan untuk membantu akibat keterbatasan akumulasi modal
dalam negeri, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi yang diinginkan. Di Indonesia hutang luar negeri
digunakan untuk mengatasi defisit pada anggaran pemerintah (APBN) dan
untuk pengendalian defisit pada neraca pembayaran yang biasa dikenal
dengan model tiga kesenjangan (Three Gaps Model) (T. Alun, 1992:213).
Suatu masalah yang saat ini menggelisahkan negara berkembang
adalah masalah pembayaran kembali hutang-hutang yang telah diperoleh
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
di masa lalu karena adanya persyaratan yang harus dipenuhi oleh negara
penghutang. Ada kalanya persyaratan tersebut tidak mampu dipenuhi, dan
negara yang menghadapi masalah semacam itu tidak mempunyai
kesanggupan untuk membayar kembali hutang mereka. Kesulitan yang
paling banyak dihadapi negara berkembang adalah menciptakan tabungan
dalam mata uang asing untuk mencicil pembayaran kembali pinjaman.
Sebagai akibat dari pencairan hutang luar negeri yang jumlahnya
pada umumnya selalu lebih besar dari pembayaran cicilan atau angsuran
pokok pinjaman, maka total hutang luar negeri Indonesia cenderung
meningkat terus.
Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah hutang luar negeri
pemerintah Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun 1992
sebesar 48.768 Juta US $ hingga tahun 1995 sebesar 59.589 Juta US $.
Meskipun pada tahun 1997 mengalami penurunan jumlah hutang menjadi
sebesar 53.865 Juta US $ tetapi pada tahun 1998 kembali mengalami
peningkatan sebesar 67.316 Juta US $ hingga tahun 2000 sebesar 74.690
Juta US $. Penurunan jumlah hutang pemerintah Indonesia kembali
mengalami penurunan pada tahun 2008 sebesar 69.403 Juta US $ namun
kembali lagi mengalami peningkatan pada tahun 2002 sebesar 74.071 Juta
US $ hingga tahun 2010 sebesar 82.269 Juta US $.
Buruknya pengelolaan hutang dapat dilihat dari empat faktor
sebagai berikut,
(i) Hutang dalam bentuk valuta asing dipakai
untuk proyek yang penerimaannya dalam bentuk Rupiah, (ii) Hutang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
jangka pendek untuk membiayai proyek jangka panjang, (iii) Resiko
fluktuasi nilai tukar tidak diamankan, dan (iv) Dana yang diperoleh Bank
lebih banyak disalurkan untuk kelompok usahanya sendiri, sehingga
penyaluran kredit yang dananya berasal dari luar negeri tidak lagi
mengindahkan azas kehati-hatian dan kelayakan usaha.
1.2
Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya yang
berisikan pokok pikiran, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor ekonomi apakah yang mempengaruhi hutang luar negeri
Indonesia.
2. Seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap hutang luar
negeri Indonesia.
1.3
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang telah
dikemukakan oleh peneliti maka tujuan yang dicapai sehubungan dengan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi hutang luar
negeri.
2. Untuk mengetahui faktor manakah yang mempunyai pengaruh besar
terhadap hutang luar negeri.
1.4
Manfaat Penelitian
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. Bagi Peneliti
Sebagai
bahan
pertimbangan
selanjutnya
bagi
peneliti
yang
berhubungan dengan hutang luar negeri.
2. Bagi Kampus UPN “Veteran” Jawa Timur
a. Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
praktisi maupun akademisi yang ingin mengetahui tentang
hutang luar negeri di Indonesia.
b. Diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian dengan topik yang sama.
3. Bagi Masyarakat dan Pemerintah
Dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu bagian dari
media informasi yang berkaitan dengan hutang luar negeri dan dapat
menjadi masukan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan
tertentu mengenai permasalahan yang disebabkan oleh hutang luar
negeri.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1.
Hasil Penelitian Terdahulu
a.
Puspitasari (2000 : 75), UPN “Veteran” Jawa Timur :
Judul penelitian mengeai “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi
Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia” melalui analisa uji
regresi linier berganda, dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan uji f untuk uji regresi secara simultan cadangan
devisa
(X1),
pengeluaran
pemerintah (X2),
dan tabungan
masyarakat (X3) terhadap hutang luar negeri pemerintah Indonesia
(Y).
Dengan nilai f hitung = 12,332 > f tabel = 5,41 menggunakan Level
of Signifikan sebesar α = 0,05. Sedangkan dari pengujian secara
parsial menggunakan uji t dengan α = 0,05 dapat diketahui bahwa
variabel bebas cadangan devisa (X1) berpengaruh negatif terhadap
variabel terikat dengan t hitung = –2,667
<
t tabel = –2,015 untuk
variabel bebas pengeluaran pemerintah (X2) diperoleh t hitung = –
2,886
<
t tabel
= –2,015 yang berarti bahwa pengeluaran
pemerintah berpengaruh negatif terhadap variabel terikat. Untuk
variabel bebas tabungan masyarakat (X3) diperoleh t hitung = 3,179
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
>
t tabel = 2,015 yang berarti bahwa tabungan masyarakat
berpengaruh posotif terhadap hutang luar negeri.
Variabel tabungan masyarakat mempunyai pengaruh yang paling
dominan terhadap variabel terikat, yaitu sebesar 66,3 % .
Sedangkan variabel pengeluaran pemerintah 62,6 % dan cadangan
devisa 56 %.
b.
Sudyarwati (2000 : ix), UPN “Veteran” Jawa Timur :
Judul penelitian mengenai “Tinjauan Terhadap Beberapa Faktor
Yang Mempengaruhi Debt Service Ratio di Indonesia”. Penelitian
ini menggunakan model linier berganda, menyatakan bahwa kurs
valuta asing (Rupaih dan US $), kinerja sektor industri, sektor
pertanian, suku bunga kredit ekspor secara bersama-sama
berpengaruh terhadap Debt Service Ratio (DSR) karena f hitung =
2,417 untuk suku bungan kredit ekspor
>
t tabel = 2,228 yang
berarti secara parsial keempat variabel bebas tersebut mempunyai
pengaruh yang bermakna terhadap DSR. Variabel yang paling
dominan berpengaruh terhadap DSR yaitu kinerja sector pertanian
yang terlihat dari nilai t hitung yang besar.
c.
Aryanto (1996 : 91), UPN ‘Veteran” Jawa Timur :
Judul penelitian mengenai “Permintaan Hutang Luar Negeri
Indonesia”. Menyatakan kesenjangan investasi tabungan (X1),
kesenjangan ekspor-impor (X2) dan target pertumbuhan ekonomi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
(X3) secara simultan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
hutang luar negeri (Y). Secara parsial variabel bebas yaitu
kesenjangan investasi-tabungan (X1) dan target pertumbuhan
ekonomi (X3) mempunyai pengaruh positif dan sebaliknya untuk
kesenjangan ekspor-impor (X2) menunjukkan pengaruh negatif
terhadap variabel terikat pinjaman luar negeri.
d.
Arbani (1995 : 88), UPN “Veteran” Jawa Timur :
Judul penelitian mengenai “Pengaruh Pinjaman Luar Negeri
Pemerintah
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Indonesia”.
Berkesimpulan bahwa secara bersama-sama pinjaman luar negeri
(X1), tabungan pemerintah (X2), penanaman modal asing (X3), dan
penanaman modal dalam negeri (X4) memperlihatkan pengaruh
yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi (Y). Secara
individu pinjaman luar negeri (X1), tabungan pemerintah (X2),
penanaman modal asing (X3), dan penanaman modal dalam negeri
(X4) mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Adanya
kecenderungan
penggunaan
pinjaman
luar
negeri
pemerintah yang meningkat disertai syarat-syarat pinjaman yang
menyebabkan semakin beratnya beban hutang yang harus
ditanggung.
e.
Hettira Kusumadani (1999 : 63), UPN “Veteran” Jawa Timur :
Judul penelitian mengenai “Pengaruh Pinjaman Luar Negeri dan
Investasi Swasta Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Menunjukkan secara simultan pinjaman luar negeri (X1) tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi (Y), serta PMA (X2)
dan PMDN (X3) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia (Y).
2.2.
Landasan Teori
2.2.1. Hutang Luar Negeri
Pengembangan ekonomi suatu negara tidak hanya dilakukan
dengan tekad yang membaja dari seluruh rakyatnya untuk membangun
suatu negara, tetapi lebih dari itu harus didukung oleh ketersediaan sumber
daya ekonomi yang baik seperti sumber daya alam, sumber daya manusia,
sumber daya modal yang produktif. Dengan kata lain tanpa adanya daya
dukung yang cukup kuat dari sumber daya ekonomi yang produktif, maka
pembangunan
ekonomi
tidak
dapat
dilaksanakan
dengan
baik (Anonim, 2000 : 84).
Adanya tingkat kemakmuran yang relatif rendah di negara
berkembang menimbulkan implikasi penting terhadap kemampuan negara
melakukan penanaman modal. Akibat dari kemampuan masyarakat yang
rendah antaranya : (i) tingkat tabungan yang dapat diwujudkan masyarakat
relatif terbatas; dan (ii) kemampuan warga untuk membayar pajak juga
terbatas.
Tingkat kemampuan negara berkembang menyediakan tabungan dan
membayar adalah jauh lebih rendah dari negara maju. Hal tersebut dapat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
menimbulkan masalah besar bagi negara berkembang. Di satu pihak,
usaha untuk mempercepat pembangunan ekonomi memerlukan modal
besar. Di lain pihak, kemampuan menyediakan modal sangat terbatas.
Oleh sebab itu, negara berkembang perlu melakukan berbagai usaha untuk
memperoleh lebih banyak dana untuk pembangunan.
Dalam teori Neo-Klasik menunjukkan bahwa modal bukan
merupakan faktor utama dalam menciptakan pembangunan ekonomi di
negara maju. Berbagai halangan telah menyadari bahwa beberapa faktor
lain seperti tersedianya tenaga ahli dalam berbagai bidang, entrepreneur
yang cukup, sistem pemerintahan yang efisien, kesanggupan untuk
menciptakan dan menggunakan teknologi yang lebih modern dan sikap
masyarakat, memegang peranan yang penting dalam menciptakan
pembangunan ekonomi. Namun demikian, para ahli ekonomi tetap yakin
bahwa dana modal mempunyai kedudukan istimewa dalam pembangunan.
Hal tersebut didasarkan pada kesanggupan modal untuk menciptakan
faktor-faktor lain yang penting dalam pembangunan, antara lain
administrasi pemerintahan yang efisien, modernisasi sektor industri,
pengembangan sektor pertanian yang memerlukan tenaga administratif,
berbagai jenis tenaga ahli, entrepreneur, dan pengembangan maupun
perbaikan berbagai jenis prasarana.
Usaha pengerahan modal untuk pembangunan dapat dibedakan
kepada pengerahan modal dalam negeri dan luar negeri. Modal dalam
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
negeri berasal dari tiga sumber : (i) tabungan sukarela masyarakat; (ii)
tabungan pemerintah; dan (iii) tabungan paksa.
Tetapi hampir semua negara berkembang modal-modal tersebut kurang
cukup untuk membiayai program pembangunan dan memcapai tingkat
pertumbuhan tertentu. Kekurangan tersebut dapat dipenuhi dari modal luar
negeri.
Apabila
belum
dapat
memenuhi,
maka
diatasi
dengan
memperlambat laju pembangunan atau melaksanakan program anggaran
belanja negara secara defisit yaitu pengeluaran negara lebih besar
daripada penerimaan. Namun cara ini enggan dilakukan karena defisit
dalam anggaran belanja negara akan menimbulkan inflasi dan akan
berdampak negatif pada pembangunan ekonomi.
Dalam menanggulangi tingkat kemiskinan di negara-negara
berkembang untuk mencapai tingkat pembangunan yang pesat, terdapat
dua segi yaitu dari segi penawaran modal dan segi permintaan modal.
Dari segi penawaran modal, lingkungan perangkap kemiskinan
dapat dinyatakan sebagai tingkat pendapatan masyarakat yang rendah,
yang diakibatkan oleh tingkat produktifitas yang rendah dan menyebabkan
kemampuan masyarakat untuk menabung juga rendah. Oleh karena tingkat
pembentukan modal yang rendah, maka suatu negara tersebut akan
mengalami kekurangan modal.
Dari
segi
permintaan
modal,
lingkungan
perangkap
kemiskinan
mempunyai bentuk yang sedikit berbeda. Di negara-negara miskin
perangsang untuk melakukan penanaman modalnya rendah karena
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
keterbatasan luas pasar untuk berbagai jenis barang, dan hal ini
menyebabkan rendahnya pendapatan masyarakat. Adanya pendapatan
masyarakat yang rendah disebabkan oleh rendahnya produktifitas sebagai
akibat dari pembentukan modal yang terbatas yang berawal dari
kurangnya rangsangan untuk menanam modal.
Untuk mendukung proses produksi barang-barang modal yang
tidak dikonsumsi secara langsung, tapi digunakan untuk proses produksi
selanjutnya guna menghasilkan barang dan jasa. Dengan demikian perlu
tersedia modal atau dana pembiayaan nasional yang berasal dari :
1.
Sumber modal dalam negeri, diantaranya adalah beberapa
tabungan yang diciptakan dan dihimpun dengan cara menghemat
atau menekan konsumsi barang sekarang, baik dari sektor swasta
dan masyarakat.
2.
Sumber modal luar negeri, adalah berupa pinjaman dari penduduk
atau lembaga-lembaga dari negara lain dalam bentuk hibah (grant),
bantuan (pinjaman) luar negeri dan penanaman modal asing.
Modal luar negeri dibedakan menjadi tiga, yaitu : (i) bantuan luar negeri;
(ii) pinjaman luar negeri yang bersumber dari pemerintah negara asing
atau pihak asing; dan (iii) penanaman modal asing yang berasal dari pihak
swasta.
Dana luar negeri memungkinkan suatu negara mencapai tingkat
pembangunan yang direncanakan tanpa menghadapi inflasi. Manfaat
lainnya adalah dapat mentransfer teknologi modern dan tenaga-tenaga ahli
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
yang dapat mempercepat proses modernisasi serta meningkatkan efisiensi
pelaksanaan pembangunan. Adapun masalah yang timbul dari modal asing
yaitu masalah pembayaran kembali pinjaman (debt-servicing problem).
Dana luar negeri memberikan dua sumbangan penting bagi usaha
pembangunan : (i) aliran modal yang berlaku bukan didorong oleh tujuan
untuk mencari keuntungan; dan (ii) dana tersebut diberikan kepada negara
penerima atau dipinjamkan dengan syarat yang lebih ringan daripada yang
berlaku dalam pasar internasional. Yang tergolong sebagai bantuan luar
negeri adalah pemberian (great) dan pinjaman luar negeri (loan). Aliran
modal luar negeri lainnya, yaitu pinjaman dari perusahaan-perusahaan
swasta dan badan-badan kauangan swasta, tetapi penanaman modal asing
tidaklah memenuhi syarat untuk digolongkan sebagai bantuan luar negeri.
Ini disebabkan karena syarat-syarat pinjaman swasta dan penanaman
modal asing di negara berkembang adalah sama dengan yang berlaku di
pasar internasional. Pada umumnya pihak swasta asing mau menanamkan
modal di negara berkembang bukan atas keinginan memberi bantuan,
tetapi untuk memperoleh keuntungan.
Pinjaman dan Penanaman Modal Asing
Dalam melakukan pinjaman luar negeri, pada umumnya dilakukan
oleh pihak pemerintah, tetapi saat ini permohonan aliran dana dari luar
negeri tersebut juga dapat dilakukan oleh pihak swasta. Bahkan pada
kenyataannya hutang pihak swasta lebih besar daripada hutang yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dilakukan oleh pihak pemerintah. Dalam hal ini untuk melakukan hutang
luar negeri biasanya pihak swasta menjaminkan anggunannya kepada
pemerintah, kemudian pemerintah akan membuka jaminan (garantie) pada
pihak luar negeri sehingga hutang tersebut bisa terealisir. Bila demikian,
sebenarnya yang melakukan hutang pada luar negeri itu adalah
pemerintah, bukan pihak swasta sebab swasta hutang pada pemerintah
dalam bentuk valas. Namun ada berbagai dampak yang terjadi karena
membengkaknya hutang swasta, salah satunya adalah merosotnya nilai
tukar rupiah. Melemahnya nilai tukar rupiah yang berkepanjangan
mengakibatkan beban pembayaran hutang luar negeri meningkat. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagian hutang luar negeri swasta
tidak dilindungi nilai, penggunaan hutang jangka pendek untuk
pembiayaan usaha jangka panjang, serta hutang luar negeri yang
dipergunakan untuk pembiayaan usaha yang berorientasi domestik. Di
samping itu, melemahnya nilai tukar juga menurunkan kepercayaan
kreditur terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali hutanghutangnya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Walaupun bantuan luar negeri yang diterima pemerintah, modal
luar negeri yang digunakan untuk mengisi kekurangan modal di sektor
swasta tidak boleh digolongkan sebagai bantuan luar negeri. Ini
disebabkan karena syarat-syarat pinjaman swasta dan penanaman modal
asing di negara berkembang adalah sama dengan yang berlaku di pasar
internasional. Pada umumnya pihak swasta asing mau menanamkan modal
di negara berkembang bukan atas keinginan memberi bantuan, tetapi untuk
memperoleh keuntungan. Oleh karenanya aliran modal tersebut walaupun
membantu mengatasi masalah kekurangan tabungan dan mata uang asing,
tidak dapat dipandang sebagai bantuan luar negeri.
Aliran modal asing dinamakan sebagai bantuan luar negeri apabila
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Merupakan aliran modal yang bukan didorong oleh tujuan untuk
mencari keuntungan.
2.
Dana tersebut dipinjamkan dengan syarat yang lebih ringan
dari
pada
yang
berlaku
di
dalam
pasar
internasional
(Sukirno, 1985 : 371).
Dalam penanaman modal asing terdapat kebaikan dan kelemahan
di dalam proses penggunaannya, yaitu :
a.
Kebaikan penanaman modal asing
Giatnya usaha negara berkembang menarik modal langsung
dari luar negri disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, oleh
kesadaran bahwa bantuan luar negeri dan pinjaman luar negeri
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
masih belum cukup untuk mengatasi masalah jurang ganda (jurang
tabungan dan jurang mata uang asing) yang dihadapi.
Seperti bantuan luar negeri, penanaman modal asing dan
khususnya
langsung
dapat
membantu
negara
berkembang
mengatasi masalah kekurangan tabungan dan mata uang asing.
Ditinjau dari sudut ini, penanaman modal asing akan mempertinggi
tingkat penanaman modal yang akan mempercepat tingkat
pembangunan ekonomi. Disamping itu penanaman modal langsung
juga membawa tenaga manajemen, entrepreneur, keahlian teknik,
dan pengetahuan mengenai pasar dan pemasaran dari barangbarang yang dihasilkan.
Dalam
jangka
panjang
perusahaan
asing
dapat
mempercepat proses alih teknologi baru (transfer of technology) ke
negara
berkembang
karena dalam mendirikan perusahaan-
perusahaan di negara tersebut dan teknologi yang digunakan adalah
teknologi yang jauh lebih baik. Hadirnya modal asing dapat
memberikan keuntungan bagi masyarakat, pemerintah, dan
perusahaan
nasional.
Dengan
penanaman
modal
langsung
masyarakat akan memeroleh kesempatan kerja lebih dan mengatasi
masalah pengangguran. Adanya produktifitas yang tinggi dengan
menggunakan teknologi odern masyarakat akan mendapatkan gaji
yang tinggi, selain itu akan memperoleh harga barang berkualitas
yang lebih murah. Pemerintah mendapatkan keuntungan sumber
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
penghasilan pendapatan yang berupa pajak dan royalty dari
perusahaan asing
untuk
memperoleh
konsesi pengusahaan
kekayaan alam yang dimiliki negara. Keuntungan bagi perusahaan
nasional adalah lebih mudah memperoleh bahan baku dan dapat
menjual hasil usahanya kepada perusahaan asing dengan
menggunakan teknologi yang lebih baik.
b.
Kelemahan penanaman modal asing
Dalam jangka panjang penanaman modal asing dapat
memperburuk masalah kekurangan mata uang asing, apabila: (i)
hasil-hasil mereka tidak diekspor atau tidak menggantikan barangbarang impor; (ii) mereka mengimpor bahan mentah dari luar
negeri dan mengirimkan keuntungan yang diperoleh perusahaan
induk ke luar negeri. Adanya keunggulan pengetahuan teknologi,
keahlian masyarakat dan pemasaran yang dimiliki perusahaan
asing
akan
menghambat
perkembangan serta melemahkan
persaingan dari perusahaan-perusahaan nasional. Apabila akibat
yang ditimbulkan dapat mematikan perusahaan nasional yang ada,
maka
akan
berakibat
cukup
serius
karena
menimbulkan
pengangguran dan menghapuskan mata pencaharian sekelompok
masyarakat.
Menurut Zainulbasri, yang melandasi mengalirnya bantuan luar
negeri ke negara-negara debitur di bagi menjadi dua hal, yaitu :
1.
Motivasi Politik
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Digunakan oleh Amerika Serikat untuk mengucurkan dana bantuan
dalam merekonstruksi kembali perekonomian Eropa Barat setelah
hancur akibat Perang Dunia II dan program ini dikenal dengan
Marshall Plan.
2.
Motivasi Ekonomi
Landasan ini digunakan dalam memberikan bantuan, setidaktidaknya pencerminan dari empat argumen penting di bawah ini :
a.
Foreign Exchange Contraints, dimana negara-negara
penerima
bantuan
khususnya
negara
berkembang
mengalami kekurangan dalam mengakumulasi tabungan
domestik yang dimiliki. Sehingga tingkat tabungan yang
ada tidak mampu memenuhi kebutuhan akan tingkat
investasi
yang
dibutuhkan
dalam
proses
memicu
pertumbuhan ekonomi.
b.
Growth and Saving,, yaitu untuk memfasilitasi dan
mengakselerasi
proses
pembangunan
dengan
cara
meningkatkan pertambahan tabungan domestik sebagai
akibat dari tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi.
c.
Technical Assistance, merupakan pendamping dari bantuan
keuangan yang bentuknya adalah transfer sumber daya
manusia tingkat tinggi kepada negara-negara penerimaan
bantuan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
d.
Absorptive Capacity, yakni dalam bentuk apa dana bantuan
tersebut akan digunakan oleh negara penerima bantuan
(Zainalbasri, 2000 : 281-282).
Perusahaan swasta adalah merupakan bentuk-bentuk usaha yang
diadakan pihak swasta , pimpinan, upah, bidang usaha, dan tata tertib
dalam perusahaan tersebut ada dan ditentukan oleh pihak swasta. pihak
swasta dapat bergerak bebas berusaha dalam arti disamping untuk
mencapai
tujuan-tujuan
usahanya
harus
ikut
pula
memberikan
kesejahteraan pada masyarakat banyak dan inipun harus diartikan bahwa
segala barang yang dihasilkan harus membantu usaha-usaha pemerintah
dalam mencapai masyarakat adil makmur yang menjadi tujuan negra
Indonesia.
Pada umumnya kebijakan melakukan hutang luar negeri dilakukan
oleh pihak pemerintah, tetapi saat ini permohonan aliran dana dari luar
negeri tersebut juga dapat dilakukan oleh pihak swasta. Bahkan pada
kenyataannya hutang pihak swasta lebih besar daripada hutang yang
dilakukan oleh pihak pemerintah.
Dalam hal ini untuk melakukan hutang luar negeri biasanya pihak
swasta menjaminkan anggunannya pada pemerintah, dan pemerintah akan
membuka jaminan (garantie) pada pihak luar negeri sehingga hutang
tersebut bisa terealisir. Dengan demikian, sebenarnya yang melakukan
hutang pada luar negeri itu adalah pemerintah, bukan pihak swasta sebab
swasta hutang pada pemerintah dalam bentuk valas. Namun ada berbagai
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dampak yang terjadi karena membengkaknya hutang swasta, salah satunya
adalah merosotnya nilai tukar rupiah.
Melemahnya
nilai
tukar
rupiah
yang
berkepanjangan
mengakibatkan beban pembayaran hutang luar negeri meningkat. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagian hutang luar negeri swasta
tidak dilindungi nilai, penggunaan hutang jangka pendek untuk
pembiayaan usaha jangka panjang, serta hutang luar negeri yang
dipergunakan untuk pembiayaan usaha yang berorientasi domestik. Di
samping itu, melemahnya nilai tukar juga menurunkan kepercayaan
kreditur terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali hutanghutangnya.
Kepada Pihak swasta yang 'kebetulan' mempunyai Hutang Luar
negeri yang dilakukan secara langsung tanpa sepengetahuan Pemerintah ,
dihimbau agar dapat bekerja sama dengan TPULNS secara terbuka dengan
memberitahukan perusahaan mana saja dalam Groupnya yang mempunyai
hutang luar negeri, berapa total hutang, serta berapa dan kapan jatuh
tempo hutang luar negeri trsebut. Dengan demikian , keinginan IMF dan
Bank dunia untuk menyelesaikan hutang swasta ini dapat segera direalisir,
dan akan segera diikuti dengan pulihnya krisis moneter dan Ekonomi.
Dari beberapa pengertian yang terdapat di atas mengenai hutang
luar negeri, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pinjaman luar negeri
adalah pinjaman yang berasal dari penduduk, pemerintah atau badan-
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
badan internasional yang berada di luar negeri dan mempunyai kewajiban
untuk mengembalikannya dalam jangka waktu dan persyaratan tertentu.
2.2.1.2.Definisi Bantuan Luar Negeri
Terdapat beberapa definisi mengenai pinjaman luar negeri menurut
beberapa ahli ekonomi, antara lain :
1.
Pinjaman luar negeri adalah pinjaman yang berasal dari pemerintah
atau badan-badan internasional, dan pinjaman tersebut merupakan
bantuan penuh karena negara penerima mempunyai kewajiban
untuk
membayar
bunga
atas
pinjaman
tersebut
(Sukirno, 1985 : 372)
2.
Pinjaman luar negeri adalah pinjaman yang berasal dari penduduk
atau lembaga negara lain (Supar moko, 1991 : 241).
Pada umumnya negara yang tidak mempunyai tabungan dalam
negeri yang cukup untuk membiayai pertumbuhan ekonominya akan
menutup gap pembayaran dengan mencari sumber-sumber dana yang
berasal dari luar negeri. Aliran modal asing yang masuk tersebut
mempunyai dua karakteristik yang berbeda, yaitu modal yang harus
dibayar kembali dan modal yang tidak harus dibayar kembali.
Besarnya unsur bantuan yang terkandung dalam pinjaman luar
negeri tergantung pada syarat-syarat pembayaran kembali, yaitu:
1.
Kepada tenggang waktu (grace periode) atau jika waktu dimana
cicilan pembayaran kembali pinjaman tidak perlu dilakukan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.
Kepada jangka waktu pembayaran kembali (maturity atau
amortization periode).
3.
Kepada tingkat bunga atas bantuan yang diberikan.
Unsur kandungan bantuan yang tinggi dinamakan sebagai
pinjaman bersyarat ringan (soft loan), dimana tenggang waktu bertambah
lama jika waktu pembayaran bertambah panjang dan tingkat bunga
bertambah rendah. Apabila sebaliknya, maka pinjaman luar negeri tersebut
tergolong sebagai pinjaman bersyarat berat (hard loan).
Syarat-syarat yang diberikan tergantung pada berbagai faktor
ekonomi maupun politik seperti pendapatn perkapita, tingkat pertumbuhan
ekonomi yang diharapkan, tingkat perkembangan luar negeri dari negara
yang menerima bantuan, hubungan atau ikatan politik antara negara
pemberi dan penerima bantuan, jenis dan motif negara donor dalam
memberikan bantuan. Walaupun demikian, secara umum dapat dikatakan
bahwa semakin miskin dan semaki rumit masalah pembangunan yang
dihadapi suatu negara maka semakin ringan persyaratan bantuan yang
diberikan.
Banyak alasan yang mendorong negara maju memberikan bantuan
kepada negara berkembang, antara lain adalah untuk membantu
mempercepat pembangunan ekonominya, untuk mengeratkan hubungan
ekonomi dan politik serta membendung pengaruh idiologi yang
bertentangan dengan negara pemberi bantuan. Ditinjau dari sudut untuk
membantu pembangunan ekonomi, ada dua peran utama bantuan luar
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
negeri yaitu mengatasi masalah kekurangan tabungan dan mata uang
asing. Disamping itu kekurangan dana ini dinamakan masalah jurang
ganda atau the two gaps problem, yaitu jurang tabungan (saving gap)
berarti tabungan dalam negeri tidak cukup untuk membiayai penanaman
modal, dan jurang mata uang asing (foreign exchange gap) berarti mata
uang asing yang tersedia tidak mencukupi untuk biaya impor.
Biasanya bantuan luar negeri akan dilakukan apabila tabungan
yang dikerahkan kurang dari penanaman modal yang akan dilaksanakan.
Dalam hal ini bantuan luar negeri berfungsi sebagai dana untuk menutupi
jurang tabungan, maka penanaman modal yang lebih tinggi diharapkan
akan mempercepat tingkat pertumbuhan ekonomi.
Untuk menjamin agar hutang-hutang dapat dibayar kembali
haruslah : (i) proyek-proyek yang dibiayai tersebut mencapai sukses; (ii)
secara keseluruhan per
HUTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA
SKRIPSI
Oleh :
Hilman Rosyaidi
0611010042/FE/IESP
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
2011
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
HUTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyar atan
Dalam Memperoleh Gelar Sar jana Ekonomi
J ur usan Ekonomi Pembangunan
Hilman Rosyaidi
0611010042/FE/IESP
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
2011
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
USULAN PENELITIAN
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
HUTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA
Yang diajukan
Hilman Rosyaidi
0611010042/FE/IESP
telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi
Pembimbing Utama
Tanggal : …………………..
Drs. Ec. Arif Bachtiar , Msi
NIP : 1916101041993031001
Mengetahui
Ketua J ur usan Ekonomi Pembangunan
Dra.EC.Wiwin Pr iana Pr imandhanna, MT
NIP:196008101990031001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
HUTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA
SKRIPSI
Yang diajukan
Hilman Rosyaidi
0611010042/FE/IESP
Disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Drs. Ec. Arif Bachtiar , Msi
NIP : 1916101041993031001
Tanggal : …………………..
Mengetahui
Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran”
J awa Timur
Drs. Rahman Amr ullah Suwaidi, MS
NIP : 196003301986031003
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
HUTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA
SKRIPSI
Disusun oleh :
Hilman Rosyaidi
0611010042/FE/IESP
Telah diper tahankan dihadapan
Dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi
J ur usan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur
Pada tanggal 17 J uni 2006
Pembimbing Utama
Drs. Ec. H. Ilham, MM
Tim Penguji
Ketua
Dr s. Ec. H. Usman Ali, MKes
Sekretar is
Drs. Ec. Arief Bachtiar, Msi
Anggota
Drs.Ec. H. Ilham, MM
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran”
J awa Timur
DR. Dhani Ichsanuddin Nur, MM
NIP. 030 202 389
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ANALISIS BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
VOLUME EKSPOR PLYWOOD
DI J AWA TIMUR
SKRIPSI
Disusun oleh :
Ratna Puspita Dewi
0211010219/FE/IESP
Telah diper tahankan dihadapan
Dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi
J ur usan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veter an” J awa Timur
Pada tanggal 17 J uni 2006
Tim Penguji
Ketua
Pembimbing Utama
Drs. Ec. Wiwin Pr iana, MT
Drs. Ec. Soerjadi, MS
Sekr etaris
Drs. Ec. Samsul Huda, MT
Anggota
Dr s. Ec. Wiwin Pr iana, MT
Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran”
J awa Timur
DR. Dhani Ichsanuddin Nur, MM
NIP. 030 202 389
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
KATA PENGANTAR
Puji syukur Peneliti panjatkan atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena hanya dengan Rahmat-Nya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“BEBERAPA
FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
TABUNGAN
MASYARAKAT PADA BANK UMUM DI JAWA TIMUR”, sebagai salah
satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah di Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada
kesempatan
ini
peneliti
menyampaikan
terimakasih
dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada Ir. Hamidah Hendra Rini, M.Si,
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan petunjuk, koreksi, serta
saran hingga terwujudnya skripsi ini. Untuk itu pula dalam kesempatan ini
peneliti menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Drs. EC. Marseto, Msi selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa
Timur.
4. Drs. EC. Wiwin Priana Primandhana, MT selaku Dosen wali yang telah
meluangkan waktu dalam membimbing dan mendampingi peneliti
selama menempuh pendidikan didalam perkuliahan.
i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..........................................................................
1
1.2. Perumusan Masalah ..................................................................
5
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................
5
1.4. Manfaat Penelitian ....................................................................
6
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ........................................................
7
2.2. Landasan Teori ......................................................................... 11
2.2.1. Ekspor........................................................................... 11
2.2.1.1. ....................................................................... 12
2.2.1.2. ....................................................................... 13
2.2.1.3. Manfaat or ...................................................... 14
2.2.1.4. Faktor yang Meningkatkan ............................. 15
2.2.2.
r ................................................................................... 16
2.2.3.
..................................................................................... 17
2.2.4.
..................................................................................... 20
2.2.5. Hubungan Ekspor – Impor ............................................ 23
2.2.6. Chenery – Stront Two qap Model .................................. 25
2.2.7. Pertumbuhan Ekonomi .................................................. 26
2.2.7.1. Pengertian dan Ciri-ciri Pertumbuhan Ekonomi 26
2.2.7.2. Teori-teori Pertumbuhan Ekonomi ................... 27
2.2.8. Produk Domestik Bruto (PDB) ...................................... 33
2.2.9. Pengertian Perdagangan Internasional ........................... 35
2.2.9.1. Tujuan Perdagangan Internasional ................... 37
2.2.9.2. Manfaat Perdagangan Internasional ................. 27
2.2.9.3. ....................................................................... 38
2.2.10. Teori Permintaan Penawaran ......................................... 42
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.11. Kurva IS – LM ............................................................. 44
2.2.12. Kurs .............................................................................. 46
2.2.13. Valuta Asing ................................................................. 47
2.2.13.1.Macam-macam Kurs Valuta Asing .................. 48
2.2.14. Devisa ........................................................................... 50
2.2.15. Investasi ........................................................................ 50
2.2.16. Barang dan Jasa ............................................................. 51
2.3. Kerangka Pikir .......................................................................... 52
2.4. Hipotesis ................................................................................... 55
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ......................... 56
3.1.1. Ekspor Non Migas .......................................................... 56
3.1.2. Impor Non Migas ............................................................ 56
3.2. Teknik Penentuan Sampel ......................................................... 57
3.3. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 57
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ............................................. 57
DAFTAR PUSTAKA
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Fungsi Ekspor............................................................................... 22
Gambar 2
Fungsi Impor ................................................................................ 23
Gambar 3
Kurva Permintaan dan Penawaran................................................. 42
Gambar 4
Kurva IS – LM ............................................................................ 45
Gambar 5
Kerangka Pikir .............................................................................. 54
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
HUTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA
Oleh :
Hilman Rosyaidi
ABSTRAKSI
Sebagian negara berkembang indonesia dalam pengembanagn nasional
memerlukan investasi dalama jumlah besar. Dalam megnetasi pemerintah
memasukkan modal dari luar negeri disebut pinjaman luar negeri
Penelitian ini bertujuan untuk megnanalisa pegnaruh tingkat investasi (X1)
Tabungan (X2), Pengeluaran Pemerintah (X3), Penerimaan Pemerintah (X4),
Ekspor (X5), dan Impor (X6) data yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu
menggunakan data sekunder yang diambil selama kurun waktu 20 tahun periode
waktu triwulan sejak awal tahun 1990 sampai dengan awal 2010. Data sekunder
diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur cabang Surabaya dan
Bank Indonesia. Untuk analisis data menggunakan alat bantu Statistic Program
For Social Science (SPSS). Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
regresi linier berganda dan uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t dan uji-F
statistik.
Berdasarkan hasil analisis pengujian secara Simultan menunjukkan
adanya pengaruh yang signifikan antara tingkat Investasi (X1), Tabungan (X2),
Pengeluaran Pemerintah (X3), Penerimaan Pemerintah (X4), Ekspor (X5), dan
Impor (X6) terhadap Tabungan Masyarakat pada Bank Umum (Y). Hal ini
diketahui dari uji F yaitu diperoleh nilai Fhitung = 147,804 > Ftabel = 3,59.
Sedangkan secara Parsial variable tingkat inflasi (X1), tidak berpengaruh secara
nyata terhadap Tabungan Masyarakat (Y) dengan menggunakan uji t dimana t
hitung = 1,266 < t tabel = 2,201. Produk Domestik Regional Bruto (X2), tidak
berpengaruh secara nyata terhadap Tabungan Masyarakat (Y) dengan
menggunakan uji t dimana t hitung = 1, 921 < t tabel = 2,201, sedangkan variabel
Jumlah Uang Beredar (X3) berpengaruh secara nyata atau signifikan terhadap
Tabungan Masyarakat (Y) dimana t hitung = 7,284 > t tabel = 2,201.
Kata kunci :
Tingkat Inflasi, Produk Domestik Regional Bruto, Jumlah Uang
Beredar, dan tabungan Masyarakat pada Bank Umum.
ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sebagai
negara
berkembang
Indonesia
banyak
mengalami
kesulitan dalam pelaksanaan pembangunannya. Salah satunya adalah
terbatasnya sumber dana yang dapat digunakan untuk membiayai
pembangunan. Dalam mengatasi keterbatasan dana tersebut, pemerintah
Indonesia memasukkan modal dari luar negeri yang disebut pinjaman luar
negeri.
Salah satu kebijakan pemerintah dalam mengatur pinjaman luar
negeri melalui Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) dan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat Indonesia (TAP MPR-RI) No :
IV / MPR / 1998 yang berbunyi sebagai berikut : “Pembangunan nasional
memerlukan investasi dalam jumlah yang besar dan pelaksanaannya
berdasarkan kemampuan sendiri,
sedangkan bantuan luar
negeri
merupakan pelengkap. Oleh karena itu diperlukan usaha yang sungguhsungguh untuk mengerahkan dana-dana investasi yang bersambung pada
tabungan masyarakat, tabungan pemerintah, serta penerimaan devisa yang
berasal dari ekspor dan jasa-jasa. Pengerahan dari dana investasi tersebut
harus ditingkatkan dengan cepat sehingga peranan bantuan luar negeri
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
yang merupakan pelengkap semakin berkurang. Sehingga pada akhirnya
mampu membiayai sendiri seluruh pembangunan“ (Anonim, 1994 : 358).
Dewasa ini wacana mengenai hutang luar negeri bukan lagi
merupakan suatu hal yang tabu seperti dulu. Apalagi posisi hutang luar
negeri Indonesia saat ini menempati urutan nomer empat terbesar di dunia
setelah Meksiko, India, dan Brazil. Meski hampir setiap orang menyadari
bahwa konsekuensi dari hutang adalah mengembalikannya, namun tidak
banyak yang bisa berbuat atas ketergantungan mereka terhadap pemberi
hutang. Semakin besar penerimaan hutang, semakin besar pula resiko
adanya investasi masalah di luar persoalan transaksi hutang-piutang itu
sendiri. Ini berarti bahwa mau tidak mau negara peminjam harus
menerima kebijakan-kebijakan yang ditetapkan secara sepihak
oleh
negara pemberi pinjaman (negara pendonor). Dan tentunya mempunyai
implikasi yang sangat besar terhadap kelangsungan hidup suatu negara,
bila negara-negara tersebut
menginginkan kebijakan yang sudah
ditentukan oleh negara pendonor. Misalnya, terjadi resesi ekonomi yang
berkepanjangan pada suatu negara, menurunnya nilai ekspor, dan nilai
tukar mata uang yang terus merosot. (Prasetyanti, 1999 : 166).
Dimulai dari krisis mata uang Bath di Thailand, lebih melebar ke
Korea Selatan, Taiwan, Hongkong, Malaysia, Philipina, dan akhirnya
merambah di Indonesia pada pertengahan tahun 1997. Malapetaka yang
pada mulanya hanya krisis moneter ini kemudian berubah menjadi krisis
keuangan dan ekonomi yang berkepanjangan menjadi krisis politik dan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
sosial yang diwarnai dengan kekerasan. Rezim militer Soeharto yang telah
berkuasa selama 32 tahun tumbang, gelombang revormasi dan hukum
mulai dijalankan. Tetapi dalam hal ini landasan perekonomian sudah
terlanjur babak belur karena memang tidak mempunyai infrastrukturinfrastruktur perekonomian yang kuat. Prakarsa Bank Dunia, IMF, dan
lembaga-lembaga internasional lainnya memberikan dana bantuan dan
pinjaman baru dalam jumlah besar. Kemudian justru semakin membuka
“borok-borok” sistem perekonomian Indonesia yang selama ini “tidak
masalah dengan hutang luar negeri” serta merta berubah. Mulai muncul
analisis-analisis terbuka dan berani memperlihatkan data secara gamblang,
tentang berbagai penyakit mengenai hutang luar negeri separah yang
pernah dialami oleh semua negara penghutang berat dan bermasalah di
dunia. (Topatimasang, 1999 : 6)
Hingga Juli 1999 hutang luar negeri Indonesia telah mencapai
angka US $ 150 Milliar, suatu jumlah yang mencatat rekor hutang terbesar
diantara semua negara penghutang berat di dunia ketiga yang melampaui
rekor fantastik pada dasawarsa hutang tahun 1980-an. Jika tolak ukur
Bank Dunia digunakan, jumlah hutang luar negeri lebih besar dari
pendapatan, dimana hutang per kapita rata-rata US $ 377. Sedangkan
pendapatan perkapita per tahun nilai aktualnya hanya US $425, maka
sebenarnya Indonesia sudah layak masuk dalam kategori kelompok
“Negara Miskin Penghutang Berat”. Bahkan proyeksi Bank Dunia
memperlihatkan jumlah hutang luar negeri Indonesia tetap besar dan tidak
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
lebih kecil dibandingkan dengan 10 tahun lalu, yakni US $ 49,3 Milliar
pada tahun 2000 nanti, itupun masih dengan asumsi jika keadaan
perekonomian dapat dipulihkan. (Topatimasang, 1999 : 6).
Menurut (J amli, 1996 : 209) sistem ini dalam jangka pendek dapat
menunjang stabilitas nilai tukar. Namun demikian, karena tingginya laju
inflasi di Indonesia dengan negara-negara mitra dagang. Sistem tersebut
telah menyebabkan nilai tukar Rupiah mengalami overload, maka hal ini
akan berdampak negatif terhadap daya saing komoditi Indonesia di pasar
internasional yang nantinya dapat menjurus pada defisit neraca
pembayaran Indonesia. Ini berarti menurunnya cadangan nasional baik di
Bank Sentral maupun di Bank Devisa. Jika defisit dibiarkan berlarut-larut,
maka akan mengakibatkan semakin berkurangnya cadangan nasional serta
mempersulit negara dalam hubungan keuangan dengan perekonomian
dunia.
Hutang luar negeri merupakan kegiatan dan transaksi ekonomi
yang terinspirasi dari Marshall Plan dan dilandasi oleh prespektif teoritis
tentang perlunya aliran modal dari kawasan terbelakang. Transfer dana
dalam program Marshall Plan bertujuan untuk memperbaiki perekonomian
negara-negara Eropa yang hancur akibat dari Perang Dunia II. Program
tersebut dinilai berhasil dan kemudian ditransplantasikan ke negara-negara
miskin di bagian selatan dunia., yang kemudian menimbulkan fenomena
baru dalam perekonomian dunia, yaitu krisis hutang luar negeri.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Krisis hutang luar negeri di negara berkembang pada tahun 1980-an
sangat
mempengaruhi
kondisi
ekonomi
dan
politik
dunia (Rudolf H. Straham, 1999 : 89).
Sejarah telah menunjukkan, tujuh tahun setelah meledaknya krisis
hutang di seluruh dunia, tatanan di banyak negara berkembang semakin
nampak merosot. Dalam kerusuhan yang diikuti dengan diumumkannya
program penghematan nasional yang didukung oleh Dana Moneter
Indonesia (IMF). Maka setelah Meksiko, Brazil, dan negara penghutang
lainnya pertama kali mengumumkan ketidakmampuannya membayar
kembali semua hutang-hutang yang semakin besar.
Keseluruhan jumlah hutang negara dunia bagian ketiga sudah melonjak
dari US $ 831 Milliar menjadi sekitar US $ 1.300 Milliar (J ohn Cavaragh
dan Robin Broad, 99 : 235).
Di Indonesia pokok persoalannya yang menyangkut hutang luar
negeri kini menduduki persoalan utama dalam perekonomian Indonesia
(Sritua Arif, 1999 : 73). Beban hutang yang menumpuk dalam waktu
yang relatif singkat selama tiga tahun setelah krisis, ditambah lagi proses
pemulihan ekonomi yang tidak komprehensif dan konsisten. Indonesia
sebenarnya sudah masuk ke dalam perangkap hutang luar negeri. Hutang
luar negeri kita setiap tahunnya meningkat terus, baik jumlah stock
maupun cicilannya. Bahkan (Faisal Basri, 2002 : 259) menyebutkan
bahwa Indonesia telah terjebak dalam perangkap hutang (debt trap)
dimana pembayaran cicilan dan bunga hutang ditutup kembali dengan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
hutang baru. Semenjak tahun 1987 total cicilan (pokok dan bunga) hutang
luar negeri kita sudah jauh lebih besar dari pinjaman baru yang dapat kita
terima. Artinya, kita meminta untuk membayar kembali kewajibankewajiban atas hutang yang telah ada sebelumnya. Ini jelas merupakan
beban yang semakin berat bagi perekonomian nasional, khususnya pada
APBN dan neraca pembayaran.
Pembayaran cicilan beserta bunga dari akumulasi hutang luar
negeri pemerintah yang dibayar melalui APBN telah menyebabkan
anggaran negara menjadi sarat dengan beban pembayaran hutang.
Sementara pengeluaran untuk pembangunan menjadi relatif terabaikan.
Hal ini akan menyebabkan berkurangnya kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat pada masa yang akan datang. Rakyat harus merelakan sebagian
besar pajak yang dibayarnya untuk negara kreditur. Padahal rakyat berhak
untuk menikmati pertumbuhan ekonomi dari pajak yang telah dibayarnya.
Pada dasarnya dana yang berasal dari hutang luar negeri
dimaksudkan untuk membantu akibat keterbatasan akumulasi modal
dalam negeri, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi yang diinginkan. Di Indonesia hutang luar negeri
digunakan untuk mengatasi defisit pada anggaran pemerintah (APBN) dan
untuk pengendalian defisit pada neraca pembayaran yang biasa dikenal
dengan model tiga kesenjangan (Three Gaps Model) (T. Alun, 1992:213).
Suatu masalah yang saat ini menggelisahkan negara berkembang
adalah masalah pembayaran kembali hutang-hutang yang telah diperoleh
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
di masa lalu karena adanya persyaratan yang harus dipenuhi oleh negara
penghutang. Ada kalanya persyaratan tersebut tidak mampu dipenuhi, dan
negara yang menghadapi masalah semacam itu tidak mempunyai
kesanggupan untuk membayar kembali hutang mereka. Kesulitan yang
paling banyak dihadapi negara berkembang adalah menciptakan tabungan
dalam mata uang asing untuk mencicil pembayaran kembali pinjaman.
Sebagai akibat dari pencairan hutang luar negeri yang jumlahnya
pada umumnya selalu lebih besar dari pembayaran cicilan atau angsuran
pokok pinjaman, maka total hutang luar negeri Indonesia cenderung
meningkat terus.
Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah hutang luar negeri
pemerintah Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun 1992
sebesar 48.768 Juta US $ hingga tahun 1995 sebesar 59.589 Juta US $.
Meskipun pada tahun 1997 mengalami penurunan jumlah hutang menjadi
sebesar 53.865 Juta US $ tetapi pada tahun 1998 kembali mengalami
peningkatan sebesar 67.316 Juta US $ hingga tahun 2000 sebesar 74.690
Juta US $. Penurunan jumlah hutang pemerintah Indonesia kembali
mengalami penurunan pada tahun 2008 sebesar 69.403 Juta US $ namun
kembali lagi mengalami peningkatan pada tahun 2002 sebesar 74.071 Juta
US $ hingga tahun 2010 sebesar 82.269 Juta US $.
Buruknya pengelolaan hutang dapat dilihat dari empat faktor
sebagai berikut,
(i) Hutang dalam bentuk valuta asing dipakai
untuk proyek yang penerimaannya dalam bentuk Rupiah, (ii) Hutang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
jangka pendek untuk membiayai proyek jangka panjang, (iii) Resiko
fluktuasi nilai tukar tidak diamankan, dan (iv) Dana yang diperoleh Bank
lebih banyak disalurkan untuk kelompok usahanya sendiri, sehingga
penyaluran kredit yang dananya berasal dari luar negeri tidak lagi
mengindahkan azas kehati-hatian dan kelayakan usaha.
1.2
Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya yang
berisikan pokok pikiran, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Faktor-faktor ekonomi apakah yang mempengaruhi hutang luar negeri
Indonesia.
2. Seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap hutang luar
negeri Indonesia.
1.3
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan yang telah
dikemukakan oleh peneliti maka tujuan yang dicapai sehubungan dengan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi hutang luar
negeri.
2. Untuk mengetahui faktor manakah yang mempunyai pengaruh besar
terhadap hutang luar negeri.
1.4
Manfaat Penelitian
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1. Bagi Peneliti
Sebagai
bahan
pertimbangan
selanjutnya
bagi
peneliti
yang
berhubungan dengan hutang luar negeri.
2. Bagi Kampus UPN “Veteran” Jawa Timur
a. Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi
praktisi maupun akademisi yang ingin mengetahui tentang
hutang luar negeri di Indonesia.
b. Diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti lain yang ingin
melakukan penelitian dengan topik yang sama.
3. Bagi Masyarakat dan Pemerintah
Dari penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu bagian dari
media informasi yang berkaitan dengan hutang luar negeri dan dapat
menjadi masukan bagi pemerintah dalam menentukan kebijakan
tertentu mengenai permasalahan yang disebabkan oleh hutang luar
negeri.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1.
Hasil Penelitian Terdahulu
a.
Puspitasari (2000 : 75), UPN “Veteran” Jawa Timur :
Judul penelitian mengeai “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi
Hutang Luar Negeri Pemerintah Indonesia” melalui analisa uji
regresi linier berganda, dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan uji f untuk uji regresi secara simultan cadangan
devisa
(X1),
pengeluaran
pemerintah (X2),
dan tabungan
masyarakat (X3) terhadap hutang luar negeri pemerintah Indonesia
(Y).
Dengan nilai f hitung = 12,332 > f tabel = 5,41 menggunakan Level
of Signifikan sebesar α = 0,05. Sedangkan dari pengujian secara
parsial menggunakan uji t dengan α = 0,05 dapat diketahui bahwa
variabel bebas cadangan devisa (X1) berpengaruh negatif terhadap
variabel terikat dengan t hitung = –2,667
<
t tabel = –2,015 untuk
variabel bebas pengeluaran pemerintah (X2) diperoleh t hitung = –
2,886
<
t tabel
= –2,015 yang berarti bahwa pengeluaran
pemerintah berpengaruh negatif terhadap variabel terikat. Untuk
variabel bebas tabungan masyarakat (X3) diperoleh t hitung = 3,179
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
>
t tabel = 2,015 yang berarti bahwa tabungan masyarakat
berpengaruh posotif terhadap hutang luar negeri.
Variabel tabungan masyarakat mempunyai pengaruh yang paling
dominan terhadap variabel terikat, yaitu sebesar 66,3 % .
Sedangkan variabel pengeluaran pemerintah 62,6 % dan cadangan
devisa 56 %.
b.
Sudyarwati (2000 : ix), UPN “Veteran” Jawa Timur :
Judul penelitian mengenai “Tinjauan Terhadap Beberapa Faktor
Yang Mempengaruhi Debt Service Ratio di Indonesia”. Penelitian
ini menggunakan model linier berganda, menyatakan bahwa kurs
valuta asing (Rupaih dan US $), kinerja sektor industri, sektor
pertanian, suku bunga kredit ekspor secara bersama-sama
berpengaruh terhadap Debt Service Ratio (DSR) karena f hitung =
2,417 untuk suku bungan kredit ekspor
>
t tabel = 2,228 yang
berarti secara parsial keempat variabel bebas tersebut mempunyai
pengaruh yang bermakna terhadap DSR. Variabel yang paling
dominan berpengaruh terhadap DSR yaitu kinerja sector pertanian
yang terlihat dari nilai t hitung yang besar.
c.
Aryanto (1996 : 91), UPN ‘Veteran” Jawa Timur :
Judul penelitian mengenai “Permintaan Hutang Luar Negeri
Indonesia”. Menyatakan kesenjangan investasi tabungan (X1),
kesenjangan ekspor-impor (X2) dan target pertumbuhan ekonomi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
(X3) secara simultan mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
hutang luar negeri (Y). Secara parsial variabel bebas yaitu
kesenjangan investasi-tabungan (X1) dan target pertumbuhan
ekonomi (X3) mempunyai pengaruh positif dan sebaliknya untuk
kesenjangan ekspor-impor (X2) menunjukkan pengaruh negatif
terhadap variabel terikat pinjaman luar negeri.
d.
Arbani (1995 : 88), UPN “Veteran” Jawa Timur :
Judul penelitian mengenai “Pengaruh Pinjaman Luar Negeri
Pemerintah
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi
Indonesia”.
Berkesimpulan bahwa secara bersama-sama pinjaman luar negeri
(X1), tabungan pemerintah (X2), penanaman modal asing (X3), dan
penanaman modal dalam negeri (X4) memperlihatkan pengaruh
yang sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi (Y). Secara
individu pinjaman luar negeri (X1), tabungan pemerintah (X2),
penanaman modal asing (X3), dan penanaman modal dalam negeri
(X4) mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
Adanya
kecenderungan
penggunaan
pinjaman
luar
negeri
pemerintah yang meningkat disertai syarat-syarat pinjaman yang
menyebabkan semakin beratnya beban hutang yang harus
ditanggung.
e.
Hettira Kusumadani (1999 : 63), UPN “Veteran” Jawa Timur :
Judul penelitian mengenai “Pengaruh Pinjaman Luar Negeri dan
Investasi Swasta Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Menunjukkan secara simultan pinjaman luar negeri (X1) tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi (Y), serta PMA (X2)
dan PMDN (X3) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi di Indonesia (Y).
2.2.
Landasan Teori
2.2.1. Hutang Luar Negeri
Pengembangan ekonomi suatu negara tidak hanya dilakukan
dengan tekad yang membaja dari seluruh rakyatnya untuk membangun
suatu negara, tetapi lebih dari itu harus didukung oleh ketersediaan sumber
daya ekonomi yang baik seperti sumber daya alam, sumber daya manusia,
sumber daya modal yang produktif. Dengan kata lain tanpa adanya daya
dukung yang cukup kuat dari sumber daya ekonomi yang produktif, maka
pembangunan
ekonomi
tidak
dapat
dilaksanakan
dengan
baik (Anonim, 2000 : 84).
Adanya tingkat kemakmuran yang relatif rendah di negara
berkembang menimbulkan implikasi penting terhadap kemampuan negara
melakukan penanaman modal. Akibat dari kemampuan masyarakat yang
rendah antaranya : (i) tingkat tabungan yang dapat diwujudkan masyarakat
relatif terbatas; dan (ii) kemampuan warga untuk membayar pajak juga
terbatas.
Tingkat kemampuan negara berkembang menyediakan tabungan dan
membayar adalah jauh lebih rendah dari negara maju. Hal tersebut dapat
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
menimbulkan masalah besar bagi negara berkembang. Di satu pihak,
usaha untuk mempercepat pembangunan ekonomi memerlukan modal
besar. Di lain pihak, kemampuan menyediakan modal sangat terbatas.
Oleh sebab itu, negara berkembang perlu melakukan berbagai usaha untuk
memperoleh lebih banyak dana untuk pembangunan.
Dalam teori Neo-Klasik menunjukkan bahwa modal bukan
merupakan faktor utama dalam menciptakan pembangunan ekonomi di
negara maju. Berbagai halangan telah menyadari bahwa beberapa faktor
lain seperti tersedianya tenaga ahli dalam berbagai bidang, entrepreneur
yang cukup, sistem pemerintahan yang efisien, kesanggupan untuk
menciptakan dan menggunakan teknologi yang lebih modern dan sikap
masyarakat, memegang peranan yang penting dalam menciptakan
pembangunan ekonomi. Namun demikian, para ahli ekonomi tetap yakin
bahwa dana modal mempunyai kedudukan istimewa dalam pembangunan.
Hal tersebut didasarkan pada kesanggupan modal untuk menciptakan
faktor-faktor lain yang penting dalam pembangunan, antara lain
administrasi pemerintahan yang efisien, modernisasi sektor industri,
pengembangan sektor pertanian yang memerlukan tenaga administratif,
berbagai jenis tenaga ahli, entrepreneur, dan pengembangan maupun
perbaikan berbagai jenis prasarana.
Usaha pengerahan modal untuk pembangunan dapat dibedakan
kepada pengerahan modal dalam negeri dan luar negeri. Modal dalam
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
negeri berasal dari tiga sumber : (i) tabungan sukarela masyarakat; (ii)
tabungan pemerintah; dan (iii) tabungan paksa.
Tetapi hampir semua negara berkembang modal-modal tersebut kurang
cukup untuk membiayai program pembangunan dan memcapai tingkat
pertumbuhan tertentu. Kekurangan tersebut dapat dipenuhi dari modal luar
negeri.
Apabila
belum
dapat
memenuhi,
maka
diatasi
dengan
memperlambat laju pembangunan atau melaksanakan program anggaran
belanja negara secara defisit yaitu pengeluaran negara lebih besar
daripada penerimaan. Namun cara ini enggan dilakukan karena defisit
dalam anggaran belanja negara akan menimbulkan inflasi dan akan
berdampak negatif pada pembangunan ekonomi.
Dalam menanggulangi tingkat kemiskinan di negara-negara
berkembang untuk mencapai tingkat pembangunan yang pesat, terdapat
dua segi yaitu dari segi penawaran modal dan segi permintaan modal.
Dari segi penawaran modal, lingkungan perangkap kemiskinan
dapat dinyatakan sebagai tingkat pendapatan masyarakat yang rendah,
yang diakibatkan oleh tingkat produktifitas yang rendah dan menyebabkan
kemampuan masyarakat untuk menabung juga rendah. Oleh karena tingkat
pembentukan modal yang rendah, maka suatu negara tersebut akan
mengalami kekurangan modal.
Dari
segi
permintaan
modal,
lingkungan
perangkap
kemiskinan
mempunyai bentuk yang sedikit berbeda. Di negara-negara miskin
perangsang untuk melakukan penanaman modalnya rendah karena
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
keterbatasan luas pasar untuk berbagai jenis barang, dan hal ini
menyebabkan rendahnya pendapatan masyarakat. Adanya pendapatan
masyarakat yang rendah disebabkan oleh rendahnya produktifitas sebagai
akibat dari pembentukan modal yang terbatas yang berawal dari
kurangnya rangsangan untuk menanam modal.
Untuk mendukung proses produksi barang-barang modal yang
tidak dikonsumsi secara langsung, tapi digunakan untuk proses produksi
selanjutnya guna menghasilkan barang dan jasa. Dengan demikian perlu
tersedia modal atau dana pembiayaan nasional yang berasal dari :
1.
Sumber modal dalam negeri, diantaranya adalah beberapa
tabungan yang diciptakan dan dihimpun dengan cara menghemat
atau menekan konsumsi barang sekarang, baik dari sektor swasta
dan masyarakat.
2.
Sumber modal luar negeri, adalah berupa pinjaman dari penduduk
atau lembaga-lembaga dari negara lain dalam bentuk hibah (grant),
bantuan (pinjaman) luar negeri dan penanaman modal asing.
Modal luar negeri dibedakan menjadi tiga, yaitu : (i) bantuan luar negeri;
(ii) pinjaman luar negeri yang bersumber dari pemerintah negara asing
atau pihak asing; dan (iii) penanaman modal asing yang berasal dari pihak
swasta.
Dana luar negeri memungkinkan suatu negara mencapai tingkat
pembangunan yang direncanakan tanpa menghadapi inflasi. Manfaat
lainnya adalah dapat mentransfer teknologi modern dan tenaga-tenaga ahli
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
yang dapat mempercepat proses modernisasi serta meningkatkan efisiensi
pelaksanaan pembangunan. Adapun masalah yang timbul dari modal asing
yaitu masalah pembayaran kembali pinjaman (debt-servicing problem).
Dana luar negeri memberikan dua sumbangan penting bagi usaha
pembangunan : (i) aliran modal yang berlaku bukan didorong oleh tujuan
untuk mencari keuntungan; dan (ii) dana tersebut diberikan kepada negara
penerima atau dipinjamkan dengan syarat yang lebih ringan daripada yang
berlaku dalam pasar internasional. Yang tergolong sebagai bantuan luar
negeri adalah pemberian (great) dan pinjaman luar negeri (loan). Aliran
modal luar negeri lainnya, yaitu pinjaman dari perusahaan-perusahaan
swasta dan badan-badan kauangan swasta, tetapi penanaman modal asing
tidaklah memenuhi syarat untuk digolongkan sebagai bantuan luar negeri.
Ini disebabkan karena syarat-syarat pinjaman swasta dan penanaman
modal asing di negara berkembang adalah sama dengan yang berlaku di
pasar internasional. Pada umumnya pihak swasta asing mau menanamkan
modal di negara berkembang bukan atas keinginan memberi bantuan,
tetapi untuk memperoleh keuntungan.
Pinjaman dan Penanaman Modal Asing
Dalam melakukan pinjaman luar negeri, pada umumnya dilakukan
oleh pihak pemerintah, tetapi saat ini permohonan aliran dana dari luar
negeri tersebut juga dapat dilakukan oleh pihak swasta. Bahkan pada
kenyataannya hutang pihak swasta lebih besar daripada hutang yang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dilakukan oleh pihak pemerintah. Dalam hal ini untuk melakukan hutang
luar negeri biasanya pihak swasta menjaminkan anggunannya kepada
pemerintah, kemudian pemerintah akan membuka jaminan (garantie) pada
pihak luar negeri sehingga hutang tersebut bisa terealisir. Bila demikian,
sebenarnya yang melakukan hutang pada luar negeri itu adalah
pemerintah, bukan pihak swasta sebab swasta hutang pada pemerintah
dalam bentuk valas. Namun ada berbagai dampak yang terjadi karena
membengkaknya hutang swasta, salah satunya adalah merosotnya nilai
tukar rupiah. Melemahnya nilai tukar rupiah yang berkepanjangan
mengakibatkan beban pembayaran hutang luar negeri meningkat. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagian hutang luar negeri swasta
tidak dilindungi nilai, penggunaan hutang jangka pendek untuk
pembiayaan usaha jangka panjang, serta hutang luar negeri yang
dipergunakan untuk pembiayaan usaha yang berorientasi domestik. Di
samping itu, melemahnya nilai tukar juga menurunkan kepercayaan
kreditur terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali hutanghutangnya.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Walaupun bantuan luar negeri yang diterima pemerintah, modal
luar negeri yang digunakan untuk mengisi kekurangan modal di sektor
swasta tidak boleh digolongkan sebagai bantuan luar negeri. Ini
disebabkan karena syarat-syarat pinjaman swasta dan penanaman modal
asing di negara berkembang adalah sama dengan yang berlaku di pasar
internasional. Pada umumnya pihak swasta asing mau menanamkan modal
di negara berkembang bukan atas keinginan memberi bantuan, tetapi untuk
memperoleh keuntungan. Oleh karenanya aliran modal tersebut walaupun
membantu mengatasi masalah kekurangan tabungan dan mata uang asing,
tidak dapat dipandang sebagai bantuan luar negeri.
Aliran modal asing dinamakan sebagai bantuan luar negeri apabila
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Merupakan aliran modal yang bukan didorong oleh tujuan untuk
mencari keuntungan.
2.
Dana tersebut dipinjamkan dengan syarat yang lebih ringan
dari
pada
yang
berlaku
di
dalam
pasar
internasional
(Sukirno, 1985 : 371).
Dalam penanaman modal asing terdapat kebaikan dan kelemahan
di dalam proses penggunaannya, yaitu :
a.
Kebaikan penanaman modal asing
Giatnya usaha negara berkembang menarik modal langsung
dari luar negri disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, oleh
kesadaran bahwa bantuan luar negeri dan pinjaman luar negeri
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
masih belum cukup untuk mengatasi masalah jurang ganda (jurang
tabungan dan jurang mata uang asing) yang dihadapi.
Seperti bantuan luar negeri, penanaman modal asing dan
khususnya
langsung
dapat
membantu
negara
berkembang
mengatasi masalah kekurangan tabungan dan mata uang asing.
Ditinjau dari sudut ini, penanaman modal asing akan mempertinggi
tingkat penanaman modal yang akan mempercepat tingkat
pembangunan ekonomi. Disamping itu penanaman modal langsung
juga membawa tenaga manajemen, entrepreneur, keahlian teknik,
dan pengetahuan mengenai pasar dan pemasaran dari barangbarang yang dihasilkan.
Dalam
jangka
panjang
perusahaan
asing
dapat
mempercepat proses alih teknologi baru (transfer of technology) ke
negara
berkembang
karena dalam mendirikan perusahaan-
perusahaan di negara tersebut dan teknologi yang digunakan adalah
teknologi yang jauh lebih baik. Hadirnya modal asing dapat
memberikan keuntungan bagi masyarakat, pemerintah, dan
perusahaan
nasional.
Dengan
penanaman
modal
langsung
masyarakat akan memeroleh kesempatan kerja lebih dan mengatasi
masalah pengangguran. Adanya produktifitas yang tinggi dengan
menggunakan teknologi odern masyarakat akan mendapatkan gaji
yang tinggi, selain itu akan memperoleh harga barang berkualitas
yang lebih murah. Pemerintah mendapatkan keuntungan sumber
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
penghasilan pendapatan yang berupa pajak dan royalty dari
perusahaan asing
untuk
memperoleh
konsesi pengusahaan
kekayaan alam yang dimiliki negara. Keuntungan bagi perusahaan
nasional adalah lebih mudah memperoleh bahan baku dan dapat
menjual hasil usahanya kepada perusahaan asing dengan
menggunakan teknologi yang lebih baik.
b.
Kelemahan penanaman modal asing
Dalam jangka panjang penanaman modal asing dapat
memperburuk masalah kekurangan mata uang asing, apabila: (i)
hasil-hasil mereka tidak diekspor atau tidak menggantikan barangbarang impor; (ii) mereka mengimpor bahan mentah dari luar
negeri dan mengirimkan keuntungan yang diperoleh perusahaan
induk ke luar negeri. Adanya keunggulan pengetahuan teknologi,
keahlian masyarakat dan pemasaran yang dimiliki perusahaan
asing
akan
menghambat
perkembangan serta melemahkan
persaingan dari perusahaan-perusahaan nasional. Apabila akibat
yang ditimbulkan dapat mematikan perusahaan nasional yang ada,
maka
akan
berakibat
cukup
serius
karena
menimbulkan
pengangguran dan menghapuskan mata pencaharian sekelompok
masyarakat.
Menurut Zainulbasri, yang melandasi mengalirnya bantuan luar
negeri ke negara-negara debitur di bagi menjadi dua hal, yaitu :
1.
Motivasi Politik
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Digunakan oleh Amerika Serikat untuk mengucurkan dana bantuan
dalam merekonstruksi kembali perekonomian Eropa Barat setelah
hancur akibat Perang Dunia II dan program ini dikenal dengan
Marshall Plan.
2.
Motivasi Ekonomi
Landasan ini digunakan dalam memberikan bantuan, setidaktidaknya pencerminan dari empat argumen penting di bawah ini :
a.
Foreign Exchange Contraints, dimana negara-negara
penerima
bantuan
khususnya
negara
berkembang
mengalami kekurangan dalam mengakumulasi tabungan
domestik yang dimiliki. Sehingga tingkat tabungan yang
ada tidak mampu memenuhi kebutuhan akan tingkat
investasi
yang
dibutuhkan
dalam
proses
memicu
pertumbuhan ekonomi.
b.
Growth and Saving,, yaitu untuk memfasilitasi dan
mengakselerasi
proses
pembangunan
dengan
cara
meningkatkan pertambahan tabungan domestik sebagai
akibat dari tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi.
c.
Technical Assistance, merupakan pendamping dari bantuan
keuangan yang bentuknya adalah transfer sumber daya
manusia tingkat tinggi kepada negara-negara penerimaan
bantuan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
d.
Absorptive Capacity, yakni dalam bentuk apa dana bantuan
tersebut akan digunakan oleh negara penerima bantuan
(Zainalbasri, 2000 : 281-282).
Perusahaan swasta adalah merupakan bentuk-bentuk usaha yang
diadakan pihak swasta , pimpinan, upah, bidang usaha, dan tata tertib
dalam perusahaan tersebut ada dan ditentukan oleh pihak swasta. pihak
swasta dapat bergerak bebas berusaha dalam arti disamping untuk
mencapai
tujuan-tujuan
usahanya
harus
ikut
pula
memberikan
kesejahteraan pada masyarakat banyak dan inipun harus diartikan bahwa
segala barang yang dihasilkan harus membantu usaha-usaha pemerintah
dalam mencapai masyarakat adil makmur yang menjadi tujuan negra
Indonesia.
Pada umumnya kebijakan melakukan hutang luar negeri dilakukan
oleh pihak pemerintah, tetapi saat ini permohonan aliran dana dari luar
negeri tersebut juga dapat dilakukan oleh pihak swasta. Bahkan pada
kenyataannya hutang pihak swasta lebih besar daripada hutang yang
dilakukan oleh pihak pemerintah.
Dalam hal ini untuk melakukan hutang luar negeri biasanya pihak
swasta menjaminkan anggunannya pada pemerintah, dan pemerintah akan
membuka jaminan (garantie) pada pihak luar negeri sehingga hutang
tersebut bisa terealisir. Dengan demikian, sebenarnya yang melakukan
hutang pada luar negeri itu adalah pemerintah, bukan pihak swasta sebab
swasta hutang pada pemerintah dalam bentuk valas. Namun ada berbagai
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
dampak yang terjadi karena membengkaknya hutang swasta, salah satunya
adalah merosotnya nilai tukar rupiah.
Melemahnya
nilai
tukar
rupiah
yang
berkepanjangan
mengakibatkan beban pembayaran hutang luar negeri meningkat. Hal ini
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagian hutang luar negeri swasta
tidak dilindungi nilai, penggunaan hutang jangka pendek untuk
pembiayaan usaha jangka panjang, serta hutang luar negeri yang
dipergunakan untuk pembiayaan usaha yang berorientasi domestik. Di
samping itu, melemahnya nilai tukar juga menurunkan kepercayaan
kreditur terhadap kemampuan debitur untuk membayar kembali hutanghutangnya.
Kepada Pihak swasta yang 'kebetulan' mempunyai Hutang Luar
negeri yang dilakukan secara langsung tanpa sepengetahuan Pemerintah ,
dihimbau agar dapat bekerja sama dengan TPULNS secara terbuka dengan
memberitahukan perusahaan mana saja dalam Groupnya yang mempunyai
hutang luar negeri, berapa total hutang, serta berapa dan kapan jatuh
tempo hutang luar negeri trsebut. Dengan demikian , keinginan IMF dan
Bank dunia untuk menyelesaikan hutang swasta ini dapat segera direalisir,
dan akan segera diikuti dengan pulihnya krisis moneter dan Ekonomi.
Dari beberapa pengertian yang terdapat di atas mengenai hutang
luar negeri, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pinjaman luar negeri
adalah pinjaman yang berasal dari penduduk, pemerintah atau badan-
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
badan internasional yang berada di luar negeri dan mempunyai kewajiban
untuk mengembalikannya dalam jangka waktu dan persyaratan tertentu.
2.2.1.2.Definisi Bantuan Luar Negeri
Terdapat beberapa definisi mengenai pinjaman luar negeri menurut
beberapa ahli ekonomi, antara lain :
1.
Pinjaman luar negeri adalah pinjaman yang berasal dari pemerintah
atau badan-badan internasional, dan pinjaman tersebut merupakan
bantuan penuh karena negara penerima mempunyai kewajiban
untuk
membayar
bunga
atas
pinjaman
tersebut
(Sukirno, 1985 : 372)
2.
Pinjaman luar negeri adalah pinjaman yang berasal dari penduduk
atau lembaga negara lain (Supar moko, 1991 : 241).
Pada umumnya negara yang tidak mempunyai tabungan dalam
negeri yang cukup untuk membiayai pertumbuhan ekonominya akan
menutup gap pembayaran dengan mencari sumber-sumber dana yang
berasal dari luar negeri. Aliran modal asing yang masuk tersebut
mempunyai dua karakteristik yang berbeda, yaitu modal yang harus
dibayar kembali dan modal yang tidak harus dibayar kembali.
Besarnya unsur bantuan yang terkandung dalam pinjaman luar
negeri tergantung pada syarat-syarat pembayaran kembali, yaitu:
1.
Kepada tenggang waktu (grace periode) atau jika waktu dimana
cicilan pembayaran kembali pinjaman tidak perlu dilakukan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.
Kepada jangka waktu pembayaran kembali (maturity atau
amortization periode).
3.
Kepada tingkat bunga atas bantuan yang diberikan.
Unsur kandungan bantuan yang tinggi dinamakan sebagai
pinjaman bersyarat ringan (soft loan), dimana tenggang waktu bertambah
lama jika waktu pembayaran bertambah panjang dan tingkat bunga
bertambah rendah. Apabila sebaliknya, maka pinjaman luar negeri tersebut
tergolong sebagai pinjaman bersyarat berat (hard loan).
Syarat-syarat yang diberikan tergantung pada berbagai faktor
ekonomi maupun politik seperti pendapatn perkapita, tingkat pertumbuhan
ekonomi yang diharapkan, tingkat perkembangan luar negeri dari negara
yang menerima bantuan, hubungan atau ikatan politik antara negara
pemberi dan penerima bantuan, jenis dan motif negara donor dalam
memberikan bantuan. Walaupun demikian, secara umum dapat dikatakan
bahwa semakin miskin dan semaki rumit masalah pembangunan yang
dihadapi suatu negara maka semakin ringan persyaratan bantuan yang
diberikan.
Banyak alasan yang mendorong negara maju memberikan bantuan
kepada negara berkembang, antara lain adalah untuk membantu
mempercepat pembangunan ekonominya, untuk mengeratkan hubungan
ekonomi dan politik serta membendung pengaruh idiologi yang
bertentangan dengan negara pemberi bantuan. Ditinjau dari sudut untuk
membantu pembangunan ekonomi, ada dua peran utama bantuan luar
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
negeri yaitu mengatasi masalah kekurangan tabungan dan mata uang
asing. Disamping itu kekurangan dana ini dinamakan masalah jurang
ganda atau the two gaps problem, yaitu jurang tabungan (saving gap)
berarti tabungan dalam negeri tidak cukup untuk membiayai penanaman
modal, dan jurang mata uang asing (foreign exchange gap) berarti mata
uang asing yang tersedia tidak mencukupi untuk biaya impor.
Biasanya bantuan luar negeri akan dilakukan apabila tabungan
yang dikerahkan kurang dari penanaman modal yang akan dilaksanakan.
Dalam hal ini bantuan luar negeri berfungsi sebagai dana untuk menutupi
jurang tabungan, maka penanaman modal yang lebih tinggi diharapkan
akan mempercepat tingkat pertumbuhan ekonomi.
Untuk menjamin agar hutang-hutang dapat dibayar kembali
haruslah : (i) proyek-proyek yang dibiayai tersebut mencapai sukses; (ii)
secara keseluruhan per