PENDAHULUAN Pemberdayaan Guru Matematika Smk Kabupaten Klaten Dalam Implementasi KTSP.

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Lat ar Balakang M asalah
M at emat ika merupakan salah sat u mat a pelajaran yang diujinasionalkan
manjadi salah sat u t olok ukur kelulusan anak didik dari sat uan pendidikan. M aka
dianggap sangat pent ing dalam mempersiapkan kelulusan sisw a. Pembelajaran
mat emat ika akhir-akhir ini menunt ut banyak inovasi dari guru mat emat ika sesuai
dengan perkembangan t eknologi yang semakin pesat . Perkembangan t eknologi
mulai dari t eknologi dasar

sampai pada t eknologi informasi, dalam bent uk

barang-barang elekt ronik di dunia pasar kerja hingga pelayanan jasa yang
bersifat on line.
Pembelajaran mat emat ika di t ingkat sat uan pendidikan (sekolah) harus
dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu penget ahuan dan t eknologi
yang sedang berlangsung. M uat an kurikulum mat a pelajaran mat emat ika harus
dirancang t idak hanya unt uk sisw a melanjut kan pendidikan ke jenjang yang lebih

t inggi, t et api juga dipersiapkan unt uk anak didik memasuki dunia kerja set elah
t amat dari sekolah. Pengembangan kurikulum yang sedang berlangsung sekarang
ini

harus dipersiapkan

dengan

mat ang. Pengembangan

kurikulum

yang

diharapkan senant iasa mengakomodasi pert imbangan st akeholders dan dapat
bersinergi dengan dunia kerja.
1

2


Upaya pemerint ah unt uk memajukan dunia pendidikan t erlihat dengan
dit erbit kannya

Undang-Undang

Nomor

20

t ahun

2003

Tent ang

Sist em

Pendidikan Nasional. Undang-undang ini mengamanat kan pembaharuan secara
mendasar dalam syst em pendidikan Indonesia. Sebagai t indak lanjut dari
pelaksanaan undang-undang t ersebut , unt uk pert ama kalinya syst em pendidikan

kit a menggunakan st andarr nasional. Hal ini diberlakukannya st andart isi yang
digunakan unt uk set iap sat uan pendidikan melalui Perat uran M ent eri No 22
Tahun 2006. Karena st andart ini bersifat nasional, haruslah menjadi rujukan bagi
set iap sat uan pendidikan di negeri ini unt uk menjamin ket erlaksanaannya.
M engacu st andart isi harus pula diikut i t ujuh st andat yang lain, yakni st andart
kompet ensi lulusan, st andart penilaian, st andart sarana dan prasarana, st andart
pengelolaan, st andart t enaga pendidik dan t enaga kependidikan, st andart kepala
sekolah/ madrasah dan st andart buku (bahan ajar).
Namun demikian set elah beberapa w akt u dikeluarkannya Permen No. 22
Tahun 2006 t ent ang st andart isi, t ernyat a masih banyak mengalami masalah.
Khususnya pada mat a pelajaran mat emat ika baik dari aspek pemahaman guru
t ent ang st andart isi maupun dalam aspek implement asi di lapangan, sepert i
disinyalir Danim S. (2003 : 24) kelemahan pendidikan di Indonesia t erlet ak pada
t ingkat implement asi bukan pada desain.
Permasalahan yang t imbul dari pelaksanaan st andart isi t ersebut ant ara
lain t erlet ak pada kepadat an mat eri, st andart kompet ensi dan kompet ensi dasar
dalam st andart isi mat a pelajaran mat emat ika dirasa masih cukup luas. M eskipun

3


sudah merupakan perampingan dari kurikulum yang mendahuluinya, namum
dalam pelaksanaanya dirasakan masih padat oleh sebagian besar guru. Hal ini
disebabkan st andart kompet ensi dan kompet ensi dasar berpot ensi menimbulkan
mult i int erprest asi karena sifat nya yang t erlalu umum. Disisi lain masih
dit emukan adanya t umpang t indih diant ara kompet ensi dasar. Dit emukan
beberapa kompet ensi mempunyai indikat or dan t ujuan yang sama t et api muncul
dalam kompet ensi dasar yang berbeda.
Dari aspek penjabaran st andart kompet ensi dan kompet ensi dasar unt uk
implement asi st andart isi dit emukan beberapa kesulit an dalam penjabaran
dokumennya. Kesulit an it u mulai dari menet apkan indicat or pencapaian hasil
belajar

dari

st andart

kom pet ensi

dan


kom pet ensi

dasar, sampai

pada

pembat asan dan penyusunan mat eri pembelajaran. Juga dalam hal penyusunan
silabus dan RPP, kenyat aan di lapangan guru hanya mengadopsi silabus model
dan RPP inst ant yang sudah dit erbit kan dari berbagai sumber. Hal ini t erpaksa
dilakukan karena ket erbat asan dan ket idakberdayaan guru unt uk menyusun
secara mandiri.
Pengembangan Kurikulum Tingkat Sat uan Pendidikan (KTSP) mest inya
disusun oleh guru, komit e sekolah, konselor (guru BP/ BK) dan narasumber
dengan kepala sekolah sebagai ket ua merangkap anggot a dibaw ah supervisi
Dinas Pendidikan Kabupat en / Kot a. Fakt a di lapangan banyak dit emukan KTSP
yang hanya mengadopsi dari cont oh m odel yang ada, sehingga dokumen
t ersebut t idak dapat dikembangkan secara represent at if. Relat if lebih parah lagi

4


aspek penilaian yang selama ini dit erapkan hanya sebat as mengacu mat eri yang
ajar t anpa memperhat ikan indicat or yang sudah lebih dulu dirumuskan. Dari
bent uk aspek penilaian ini, prakt is penilaian t idak mengukur kompet ensi yang
hendak dicapai. Pemahaman guru mengenai aspek penilaian sepert i pemahaman
konsep, penerapan kom unikasi dan pemecahan masalah baik pada ranah
kognit if, afekt if dan psikom ot or sangat lah kurang.
Undang-undang Nom or 14 t ahun 2005 t ent ang Guru dan Dosen Pasal 7
mengamanat kan, bahw a profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan kualifikasi akademik, lat ar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang t ugasnya dan memiliki kompet ensi yang diperlukan unt uk
melaksanakan bidang t ugas t ersebut. Pada Pasal 9 menyat akan bahw a kualifikasi
sebagaimana dimaksud diperoleh melalui pendidikan t inggi set ingkat S1/ D4. Hal
t ersebut lebih dit egaskan pada Perat uran Pemerint ah RI Nomor 19 Tahun 2005
t ent ang St andar Nasional Pendidikan Pasal 29 yang menyat akan bahw a pendidik
pada sat uan pendidikan anak usia dini (PAUD), SD/ M I, SM P/ M t s, SM A/ M A,
SDLB/ SM PLB/ SM ALB dan SM K/ M AK masing-masing memiliki:
1. Kualifikasi akademik minimal S1/ D4.
2. Lat ar belakang pendidikan t inggi yang sesuai dengan mat a pelajaran yang
diajarkan.
3. Sert ifikat profesi guru sesuai dengan jenis dan t ingkat sekolah t empat kerjanya.

Berlakunya Undang-undang dan Perat uran Pemerint ah t ersebut menimbulkan
beberapa konsekuensi yang perlu mendapat perhat ian, mengingat kenyat aan di

5

lapangan belum sesuai dengan t unt ut an perundangan maupun perat uran
pemerint ah t ersebut . Salah sat u upaya yang dilakukan oleh pemerint ah unt uk
menjaw ab t ant angan bagi guru yang belum memiliki kualifikasi S1/ D4 adalah
dengan memberikan subsidi peningkat an kualifikasi guru.
Berdasarkan dat a dari Dit jen PM PTK, bahw a secara nasional (2.245.952
guru) yang berkualifikasi minimal adalah sebesar 837.460 (37,3 %), dan
selebihnya 1.408.492 (62,7%) adalah guru yang belum memiliki kualifikasi
akademik minimal yang diamanat kan oleh undang-undang. Agar sesuai dengan
yang diamanat kan oleh undang-undang, maka kualifikasi guru yang ada saat ini
perlu dit ingkat kan.
Di

samping kualifikasi

akademik, masih


banyak

dit emukan

guru

mat emat ika SM K yang t idak berlat ar belakang pendidikan mat emat ika. Hal ini
sering t erjadi karena rasio kebut uhan guru mat emat ika yang t idak sebanding
dengan kebut uhan jam mengajar, sement ara sekolah kejuruan sering kelebihan
guru t eknik kekurangan jam mengajar minimal. Dengan berasumsi yang t idak
bisa dipersalahkan sekolah mengambil kebijakan unt uk memanfaat kan kelebihan
guru t eknik unt uk mengajar matemat ika. Secara mat erial bahan ajar guru
mat emat ika

yang

menyelesaikan

t idak


berlat ar

belakang

t ugas pembelajaran,

namun

mat emat ika
demikian

ini

secara

cukup

bisa


konsept ual

administ rasi pembelajaran perlu w akt u pemahaman. Hal demikian akan t erat asi
manakala guru yang dimaksud diberi kesempat an unt uk memberdayakan dirinya
unt uk berkembang. Sehingga dengan kesempat an yang ada kompet ensi gurunya

6

dapat t erselamat kan secara past i, baik kompet ensi paedagogiknya, kepribadian,
sosial maupun profesionalnya. Apabila keempat kompet ensi t ersebut dapat
bersinergi bukan t idak mungkin guru mat emat ika dengan lat ar belakang yang
berbeda t et ap berkualit as sama at au bahkan mungkin lebih baik.
Secara fakt ual masih ada guru mat emat ika yang t idak mempersiapkan
perangkat pembelajarannya secara ut uh. Secara umum perangkat pembelajaran
guru mat emat ika t erdiri at as ; silabus, program t ahunan (PROTA), program
semester (PROM ES), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar kerja
sisw a, bahan ajar mat emat ika, evaluasi dan program t indak lanjut . Perangkat
pembelajaran sepert i yang t ersebut di at as sering kali guru mempersiapkan
manakala sekolah menghadapi akredit asi, it upun sering harus dengan pesan
khusus dari kepala sekolah. Sebuah fenomena m emang, guru yang secara sadar

t ugasnya menyiapkan perangkat pembelajaran t et api banyak yang t idak pernah
menghiraukan akan t ugasnya.
Berdasarkan pada masalah dan pemet aannya t ent ang pent ingnya
st andart isi sebagai dokumen kurikulum bagi guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran mat emat ika di t angkat sat uan pendidikan perlu dilakukan kajian
kembali unt uk melengkapinya. Hanya perlu dicat at selama ini kit a sudah
kehabisan energi, hingga t idak mau bersusah-susah lagi. Sement ara kit a yakin
perubahan it u t idak akan mungkin t erjadi t anpa creat ivit ies act ion kit a. Sesuai
hal it u Suyant o (2007:12) menyat akan kemajuan suat u Negara sangat dit ent ukan
oleh empat fakt or ut ama, yait u : (1) innovat ion and creat ivit ies (45%), (2) net

7

w orking (25%), (3) t ecknology (20%) dan (4) nat ural resources (10%). Dua fakt or

yang pert ama menempat kan Sumber Daya M anusia (SDM ) sebagai dimensi yang
amat st rat egis. Art inya di era perkembangan t eknologi yang belakangan sangat
pesat dibut uhkan sumber daya manusia yang memilki kemampuan dasar
inovat if, kreat if dan mampu membangun dan mengembangkan jaringan kerja
sama yang luas.
Perubahan sering membuat kit a kerepot an, t et api perubahan inilah yang
akan membaw a kit a ke arah perbaikan. Perbaikan yang kit a harapkan adalah
perbaikan yang lebih maju unt uk membangun peradaban yang lebih t inggi dan
bermart abat . Unt uk ini diperlukan perjuangan berat , oleh karenanya banyak
orang yang memilih t idak ingin berubah dengan alasan t akut repot . Dari ini pula
yang mengindikasikan bahw a manusia it u t idak ingin maju. Kalau orang sudah
t idak ingin maju konsekw ensinya harus siap m enerima resiko ket ert inggalan,
art inya dia harus siap t ergilas dengan perkembangan roda jaman.
Perubahan senant iasa akan t erjadi manakala t ingkat pendidikan manusia
diperhat ikan. Kit a masih ingat ket ika kot a Hiroshima dan Nagasaki di Jepang
luluh lant ak karena bom at om nya sekut u, m enurut sejarah yang mencuat
pert anyaan yang muncul dari seorang kaisar adalah “ berapa guru yang masih
t ersisa?” . Ini merupakan pert anyaan yang sederhana namun menyimpan energi
yang cukup dahsyat , bet apa t idak ? dengan mengedepankan kebijakan
pendidikan Jepang berhasil menjadi negara maju dengan memanfaat kan guru
sebagai mot or penggeraknya. Dengan demikian jika suat u Negara menginginkan

8

kemajuan secara cepat mengadopsi kebijakan Jepang, pendidikanlah yang harus
diperhat ikan. Berbicara pendidikan guru mengambil peran yang sangat pent ing,
maka unt uk mengaw ali perubahan gurulah yang mula-mula harus berubah lebih
berdaya guna.
Banyak orang mengat akan, bahw a guru merupakan profesi yang paling
sedikit

mendapat

penghargaan

secara

mat erial.

(Surakhmad

W.,

ht t p:/ / t ransformasi.mult ply.com/ journal/ it em/ 14). Persoalan yang sering muncul
biasanya berkait an dengan kurangnya insent if yang diberikan kepada guru
sebagai

sat u

jenis

pekerjaan

yang

professional.

(M uchlis

R.

Luddin,

ht t p:/ / t ransformasi.mult ply.com/ journal/ it em/ 15). Dengan t ingkat kebut uhan
ekonomi yang semakin lama semakin meningkat guru menjadi t idak berdaya
berkompet isi secara professional. Guru menjadi t idak berdaya mengakomodasi
set iap perkembangan dunia pendidikan. Secara real dapat dilihat dengan
berlakukanya

Kurikulum Tingkat Sat uan Pendidikan (KTSP), guru kedodoran

dalam merumuskan silabus, guru t erbebani dengan rumusan perangankat
pembelajaran yang menyert ainya.
Terlalu lama guru dininabobokan dengan slogan “ guru adalah pahlaw an
t anpa t anda jasa” , sehingga slogan yang mest inya memberikan energy yang kuat
unt uk sebuah pekerjaan yang harus dilakukan secara suka rela berubah menjadi
pelaksanaan t ugas yang t erpaksa rela. Ket ika regulasi digulirkan dengan
t erakomodasinya anggaran pendidikan 20 % di RAPBN maupun APBD banyak
agenda perbaikan kinerja t idak bisa maksimal. Hal ini t erbukt i dengan bergulirnya

9

program sert ifikasi guru yang not e ben bert ujuan unt uk meningkat kan
kesejaht eraan guru t idak maksimal di t ingkat perbaikan pendidikan. Guru
t erkekang
kemampuan

dengan
finansial,

ket erbat asan-ket erbat asan
ket erbat asan

birokrasi

ket erbat asan-ket erbat asan guru yang lain.
menghadapi

perubahan-perubahan

individu,
dan

Guru

im plem ent asi

masih

ket erbat asan
banyak

lagi

menjadi t idak berdaya
dalam

pendidikan.

Ket idakberdayaan disebabkan oleh beberapa fakt or sepert i : ket iadaan jaminan
ekonomi, ket iadaan pengalaman dalam arena polit ik, ketiadaan akses t erhadap
informasi, ket iadaan dukungan finansial, ket iadaan pelat ihan-pelat ihan, dan
adanya ket egangan fisik maupun em osional. (Suhart o E, 2009 : 61).
Ernest House dalam Sudarw an Danim (2006:190) menggambarkan profesi
guru sebagai profesi yang dibelenggu oleh kondisi economic scarcit y dan isolat ed
proffesion , di mana guru it u miskin secara ekonomi dan profesi mereka

cenderung t erisolasi. Ket idakadaan ekonomi dan dukungan finansial bagi guru
merupakan beban moral yang sangat berat . “ Profesi guru yang di dalam forumforum resmi dan di naskah-naskah formal akademik begit u mulia, di masyarakat
luas nampaknya masih menjadi semacam profesi kelas dua, ...” Danim S.
(2006:189). Kondisi ini sangat lah memprihat inkan, sebab guru merupakan
subyek yang sangat besar sumbangsihnya dalam mempersiapkan generasi masa
depan. Di sisi lain guru menganggap diri mereka sendiri sebagai manusia yang
lemah dan t idakberdaya, karena masyarakat terlanjur menganggap demikian.
Apalagi banyak orang t ua sisw a yang secara ekonomi lebih baik dari ekonom i si

10

guru, hingga sisw a nyaris t idak pernah menempat kan guru sebagai profesi yang
dihormat i.
Salah sat u yang sangat memprihat inkan dalam dunia pendidikan kit a saat
ini adalah masalah sumber daya manusia, t erut ama guru. Di sat u sisi, guru
merupakan ujung t ombak keberhasilan pendidikan. Akan t et api di sisi lain,
t ingkat kesejaht eraan dan pembinaan t erhadap guru masih jauh dari cukup
unt uk mengemban t ugas menyiapkan generasi pembangunan yang pat ut “ digugu
dan dit iru” dan harus selalu berkembang secara dinam is sesuai dengan
perkembangan jaman dan t eknologi. Kenyat aan ini merupakan persoalan klise
yang dari w akt u ke w akt u kurang mendapat kan perhat ian secara serius. Padahal
di t angan gurulah masa depan bangsa dan negeri ini dit ent ukan.
Akibat rendahnya kesejaht eraan guru dan kurang opt imalnya pembinaan
t erhadap profesi keguruan. Inilah mut u guru di lapangan, masih jauh dari
harapan. Jangankan unt uk mendapat kan guru yang menyenangkan, selagi unt uk
mendapat kan guru yang melaksanakan t ugas sesuai dengan t uposinya saja
rasanya masih jauh dari ideal.
Sebagai

bent uk

pert anggungjaw aban

moral

t erhadap

peningkat an

kualit as pendidikan di Indonesia, pemerint ah menerbit kan UU Nomor 14 Tahun
2005 t ent ang Guru dan Dosen. Dengan t erbit nya regulasi t ersebut diharapkan
pemerint ah mam pu

meningkat kan kesejaht eraan guru, karena t erbit nya UU

Nomor 14 Tahun 2005 dibarengi adanya t unjangan sert ifikasi guru sebagai
kompensasinya.

Hanya

yang

perlu

disadari

oleh

guru

adalah,

dengan

11

meningkat nya kesejaht eraan guru diharapkan guru lebih professional dan
berkualit as. Namun kit a t idak bisa menut up mat a

sekian w akt u t unjangan

sert ifikasi t urun dengan segala kekurangan dan kelebihannya, muncul t emuan
klise bahw a guru t ersert ifikasi belum menampakkan kinerja yang baik.
M enurut Rohmani sert ifikai guru baru sekadar menambah pendapat an
guru. Karena konsekuensi guru yang sudah memiliki sert ifikat akan mendapat
pendapat an t ambahan sat u kali gaji. " Harus kit a akui dengan jujur bahw a guru
mengikut i
Sement ara

sert ifikasi
esensi

karena

mot ivasi

peningkat an

unt uk

kualit as

meningkat kan

cenderung

pendapat an.

diabaikan,"

kat anya

(Kompas.com, Rabu ; 16/ 11/ 2011). Dari kondisi lapangan yang sepert i it u
perlulah kiranya unt uk diadakan penguat an-penguat an t erhadap kom pet ensi
guru unt uk meningkat kan kinerjanya.
Ket iadaan pengalaman guru di bidang polit ik berakibat ket idakberdayaan
guru dalam merumuskan st rat egi pencapaian t ujuan pendidikan. Sement ara
dengan penguat an ini diharapkan guru mampu memberikan sumbangan
signifikan bagi pemahaman w arga negara baik secara individu maupun secara
kolekt if

unt uk

senant iasa

bert anggung

jaw ab

t erhadap

perkembangan

masyarakat dan bangsanya.
Ket iadaan akses informasi bagi guru menyebabkan guru t erlambat dalam
menyikapi informasi yang berkembang. Banyak model at aupun met ode-met ode
pembelajaran t idak dapat t erjangkau oleh guru, sehingga proses pembelajaran
yang dibaw akannya menjadi monot on dan mem bosankan. Sement ara bagi anak

12

didiknya perkembangan informasi menjadi sesuat u yang sangat cepat dan
mudah didapat , sebagaimana budaya mereka t erbaw a remot e cont rol yang jadi
iconnya. Di era digit al sebagaimana t erdiskripsi menunt ut guru memberdayakan
diri dengan berbekal informasi, ket rampilan dan kompet ensi yang cukup.
Dengan bergulirnya regulasi pemerint ah dalam peningkat an layanan
pendidikan, maka guru harus diberdayakan lebih lanjut melalui pemberdayaan
individu, asosiasi at aupun pembinaan profesi. Ket iadaan

pelat ihan-pelat ihan

bagi guru menyebabkan berkurangnya ket rampilan mereka dalam menyikapi
set iap perkembangan. Adanya pelat ihan-pelat ihan bagi guru diharapkan mampu
mengupdat e t ingkat kemampuan guru, baik kemampuan akademis, kemampuan
pedagogis at aupun kemampuan manajerial pengelolaan kelas. Pelat ihanpelat ihan

yang

diharapkan

bagi

guru

adalah

pelat ihan

yang

sifat nya

implement at if akademis, bisa dalam bent uk w orkshop, bint ek at au semacamnya.
M enurut Danim S. (2003 : 24) kelemahan pendidikan di Indonesia t erlet ak
pada t ingkat implement asi bukan pada desain. Hal ini mengisyarat kan bahw a
kualit as pembelajaran lembaga pendidikan formal pada t ingkat mikro perlu
dit ingkat kan. Persoalan yang sangat pent ing bagi peningkat an pembelajaran
mat emat ika khususnya unt uk Sekolah M enengah Kejuruan (SM K). Proses
pembelajaran mat emat ika yang bermut u akan bermakna unt uk memberikan
andil yang pent ing bagi t ercapainya t ujuan pendidikan secara umum; yakni
pembent ukan manusia yang mampu berfikir logis, sist emat ik, dan cermat sert a

13

bersifat obyekt if dan t erbuka dalam menghadapi berbagai permasalahan
(Sumardiyono, 2004 : 31)
Desain Kurikulum Tingkat Sat uan Pendidikan (KTSP) dipandang sebagai
perubahan kurikulum yang ideal, yang perumusannya didasarkan at as kearifan
lokal dengan senant iasa disesuaikan menurut t unt ut an perkembangan jaman.
Perubahan kurikulum it u didasari pada kesadaran bahw a perkembangan dan
perubahan yang t erjadi dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa dan
bernegara.

Indonesia

t idak

t erlepas

dari

pengaruh

perubahan

global,

perkembangan ilmu penget ahuan dan t eknologi, sert a seni dan budaya.
Perubahan secara t erus-menerus ini menunt ut perlunya perbaikan sist em
pendidikan nasional t ermasuk penyempurnaan kurikulum unt uk mew ujudkan
masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman. Oleh karenanya KTSP harus mampu mengcover set iap perubahan dengan
segala bent uk implement asinya.
Unt uk it u upaya peningkat an mut u pendidikan harus dilakukan secara
menyeluruh

yang mencakup

pengembangan

dimensi

manusia Indonesia

seut uhnya, yakni aspek-aspek moral, akhlak, budi pekert i, penget ahuan,
ket erampilan, seni, olah raga, dan perilaku. Pengembangan aspek-aspek t ersebut
bermuara pada peningkat an dan pengembangan kecakapan hidup (life-skills)
yang diw ujudkan melalui pencapaian kompet ensi pesert a didik unt uk bert ahan
hidup, menyesuaikan diri, dan berhasil di masa dat ang. Dengan demikian pesert a
didik memiliki ket angguhan, kemandirian, dan jat i diri yang dikembangkan

14

melalui pembelajaran dan at au pelat ihan yang dilakukan secara bert ahap dan
berkesinambungan.
Tujuan ut ama pemberdayaan guru adalah unt uk memperkuat kekuasaan
guru khususnya kelompok guru yang lemah yang t idak berdaya; baik karena
kondisi int ernal maupun kondisi ekst ernal. Ket idakberdayaan guru secara
int ernal t erbangun oleh persepsi guru yang bersangkut an, yang menganggap
dirinya t idak mampu secara akademis mengemban t ugas perubahan dan
perbaikan t ersebut . Unt uk mengat asi hal ini guru harus belajar menggali dan
mengembangkan pot ensi pribadi secara baik, sehingga melahirkan sikap percaya
diri bahw a dirinya mampu unt uk melakukan perubahan t ersebut .
Ket idakberdayaan guru secara ekst ernal t erbent uk karena st rukt ur sosial
di mana guru it u berada baik di lingkungan masyarakat at aupun di lingkungan
kedinasan.
B. Landasan Yuridis
1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tent ang Sist em Pendidikan Nasional.
2. Undang-undang No. 14 Tahun 2005 Tent ang Guru dan Dosen
3. Perat uran Pemerint ah; PP No. 19 Tahun 2005 Tent ang St andart Nasional
Pendidikan
4. Perat uran M ent eri Pendidikan; Permen Nom or 22 Tahun 2006 Tent ang St andar
Isi.
5. Perat uran M ent eri Pendidikan; Permen Nom or 23 Tahun 2006 Tent ang St andar
Kompet ensi Lulusan.

15

6. Perat uran M ent eri Pendidikan; Permen Nom or 20 Tahun 2007 Tent ang St andar
Penilaian.
7. Perat uran M ent eri Pendidikan; Permen Nom or 22 Tahun 2007 Tent ang St andar
Buku.
8. Perat uran M ent eri Pendidikan; Permen Nom or 24 Tahun 2007 Tent ang St andar
Sarana dan Prasarana.
9. Perat uran M ent eri Pendidikan; Permen Nom or 19 Tahun 2007 Tent ang St andar
Pengelolaan.
10. Perat uran M ent eri Pendidikan; Permen Nom or 16 Tahun 2007 Tent ang St andar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
11. Perat uran M ent eri Pendidikan; Permen Nom or 13 Tahun 2007 Tent ang St andar
Kepala Sekolah/ M adrasah.
12. Perat uran M ent eri Pendidikan; Permen Nom or 18

Tahun 2007 Tent ang

Sert ifikasi bagi Guru dalam Jabat an.
C. Fokus Penelit ian
Berangkat dari lat ar belakang masalah ket erbat asan-ket erbat asan guru
yang begit u kompleks, dalam penelit ian ini difokuskan pada permasalahan
sebagai berikut :
1. Sejauh mana kesiapan sekolah dan guru mat emat ika SM K kelompok t eknologi,
pert anian dan kesehat an di Kabupat en Klat en dalam mengimplement asikan
kurikulum t ingkat sat uan pendidikan ?

16

2. Bagaimana pemberdayaan guru mat emat ika SM K kelompok t eknologi, pert anian
dan

kesehat an

di

Kabupat en

Klat en

dalam

mempersiapkan

perangkat

pembelajaran, yang meliput i; program t ahunan, program semest er, rencana
pelaksanaan pembelajaran dan mat eri pembelajaran ?
3. Kendala apa saja yang dihadapi guru mat emat ika SM K kelompok t eknologi,
pert anian dan kesehat an di Kabupat en Klat en dalam mengimplement asikan
kurikulum t ingkat sat uan pendidikan ?
Dari fokus penelit ian di at as, guru diharapkan dapat lebih berdaya dengan
meminimalisir

ket erbat asan-ket erbat asan

yang

ada

diant aranya

dengan

pendekat an sebagai berikut :
1. Guru hendaknya menyadari bahw a kebut uhan anak didik selalu bert ambah dan
berkembang,

maka

seyogyanya

guru

berkehendak

menambah

dan

mengembangkan kemampuannya dalam mengakomodasi set iap perubahan
berikut implement asinya.
2. Pemangku kepent ingan pendidikan hendaknya bisa menyiapkan fisilit as yang
diperlukan guru sebagai sarana penunjang kegiat an profesinya sehingga t idak
t erganggu dengan kondisi ekonomi keluarganya.
3. Adanya rumusan st rat egi pembinaan dan pem berdayaan guru secara sinergis
ant ara pelaksana pendidikan dalam hal ini kepala sekolah, pengambil kebijakan
(dinas pendidikan), masyarakat pengguna pendidikan sebagai konsumen.

17

D. Tujuan Penelit ian
Secara umum t ujuan penelit ian ini adalah unt uk mendeskripsikan sejauh
mana kesiapan sumber daya guru dalam menghadapi kurikulum t ingkat sat uan
pendidikan

dan

mengimplement asikannya.

Khususnya

dalam

memahami

perangkat pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran mat emat ika di
SM K Kabupat en Klat en. Sedangkan t ujuan khusus dari penelit ian ini adalah ;
1. Unt uk mendiskripsikan kesiapan sekolah dan guru mat emat ika SM K kelompok
t eknologi,

pert anian

dan

kesehat an

di

Kabupat en

Klat en

dalam

mengimplement asikan kurikulum t ingkat sat uan pendidikan.
2. Unt uk

mendiskripsikan

pemberdayaan

guru

mat emat ika

SM K kelompok

t eknologi, pert anian dan kesehat an di Kabupat en Klat en dalam mempersiapkan
perangkat pembelajaran, yang meliput i; program t ahunan, program semest er,
rencana pelaksanaan pembelajaran dan mat eri pembelajaran.
3. Unt uk mendiskripsikan kendala yang dihadapi guru mat emat ika SM K kelompok
t eknologi,

pert anian

dan

kesehat an

di

Kabupat en

Klat en

dalam

mengimplement asikan kurikulum t ingkat sat uan pendidikan.
E. M anfaat Penelit ian
M anfaat t eorit is yang diharapkan adalah penelit ian ini dapat dijadikan
referensi bagi penelit ian sejenis berikut nya;

unt uk kemudian secara fragat is

dapat kont ribusi posit if dalam pengelolaan sumber daya guru khususnya bagi
guru mat emat ika SM K di Kabupat en Klat en. Selain it u dengan penelit ian ini
diharapkan pemangku kepent ingan pendidikan mampu mangakomodasi dan

18

memahami bahw a manajemen pemberdayaan guru perlu adanya dukungan.
Dukungan yang diharapkan dari

manajemen pemberdayaan

guru ini adalah

dukungan yang sifat nya fasilit at if, art inya dukungan met erial maupun regulasi
yang dijadikan rujukan. Sehingga dapat memberikan informasi kepada sekolahsekolah dalam pengelolaan sumber daya guru dalam mengimplement asikan
kurikulum t ingkat sat uan pendidikan.
F. Definisi Operasional Ist ilah
Yang dimaksud pemberdayaan guru mat emat ika pada penelit ian ini
adalah usaha sadar yang dilakukan oleh guru mat emat ika, kepala sekolah
(pengaw as) at aupun assosiasi guru mat ematika SM K dalam menyiapkan
perangkat pembelajaran yang meliput i :
1. Analisis silabus besert a pemet aan mat erinya
2. Program Tahunan (Prot a)
3. Program Semest er (Promes)
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
5. Kebut uhan bahan ajar
6. Evaluasi pembelajaran
7. Program t indak lanjut pembelajaran
Pemberdayaan

guru

mencakup

direct ion,

support ,

autonomy;

Pemberdayaan guru mat emat ika adalah direct ion at au pengarahan yang berart i
pemberian arahan at au pemberian informasi t ent ang t ujuan dan t unt ut an
priorit as yang harus dicapai dari berbagai agenda organisasi. Support merupakan

19

dukungan kepercayaan dari pemangku kepent ingan unt uk mew ujudkan t ujuan
yang t elah dirum uskan. Aut onomy berart i pem berian ot orit as t erhadap guru
mat emat ika unt uk

mengembangkan

model

pembelajaran

sesuai

dengan

t unt ut an kekinian.
Pemberdayaan dapat

berasal dari guru mat emat ika sendiri (self-

empowerment ) at au dari inst it usi sekolah (dinas pendidikan) at au dari asosiasi

guru mat a pelajaran. Pemberdayaan diri guru mat emat ika adalah dengan
melakukan

kegiat an

unt uk

meningkat kan

kemampuan,

ket rampilan

dan

manajemen dalam mengat asi permasalahan pem belajaran mat emat ika.
Pemberdayaan guru mat emat ika melalui inst it usi dapat dilakukan melalui
program sekolah at aupun lew at program dinas pendidikan. Hal ini dapat
dilakukan dengan pemberian ket rampilan (skill ), penguat an kapasit as, dan
pemberian

w ew enang

t erhadap

guru

mat emat ika.

Pemberdayaan

guru

mat emat ika melalui asosiasi guru mat a pelajaran dapat berupa penyamaan
persepsi, at aupun koordinasi int er ant ar anggot a asosiasi guru mat emat ika.
St rat egi

pemberdayaan guru dapat dilakukan dengan pendekat an

pendidikan, pelat ihan, w orkshop , bint ek, seminar at aupun kegiat an lain yang
memberikan nilai penguat an bagi pengembangan guru mat emat ika. Pendidikan
adalah t ugas yang dilaksanakan guru dalam kedinasan di luar pembelajaran.
Pelat ihan merupakan usaha guru unt uk meningkat kan penget ahuan dan
ket rampilan guna pengingkat an kinerja sehingga lebih produkt if dan efisien.
Workshop adalah kegiat an khusus guru dengan bidang kerja yang t elah

20

direncanakan guna mendukung pencapaian t ujuan. Bint ek kepanjangan dari
bimbingan
mat emat ika.

t eknik

yang

merupakan

kegiat an

impelement at if

dari

guru