NASKAH PUBLIKASI PEMBERDAYAAN GURU MATEMATIKA SMK KABUPATEN KLATEN Pemberdayaan Guru Matematika Smk Kabupaten Klaten Dalam Implementasi KTSP.
1
NASKAH PUBLIKASI
PEM BERDAYAAN GURU M ATEM ATIKA SM K KABUPATEN KLATEN
DALAM IM PLEM ENTASI KTSP
Oleh
D A RN O
NIM : Q 100 090 217
PROGRAM STUDI M ANAJEM EN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS M UHAM M ADIYAH SURAKARTA
2013
2
3
4
PEM BERDAYAAN GURU M ATEM ATIKA SM K SEBAGAI UPAYA IM PLEM ENTASI KTSP DI
KABUPATEN KLATEN
Oleh
1
2
3
Darno , Eko Supriyanto , Ning Set yaningsih
1
M ahasiswa Program Pasca Sarjana Universit as M uhammadiyah Surakarta ,
darnoklat [email protected]
2
St af Pengajar Pasca Sarjana Universit as M uhammadiyah Surakart a,
[email protected]
3
St af Pengajar Pasca Sarjana Universitas M uhammadiyah Surakarta
Abstrak
Tujuan penelit ian ini adalah unt uk (1) mendiskripsikan kesiapan sekolah dan guru
matemat ika SM K di Kabupat en Klaten dalam mengimplementasikan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. (2) mendiskripsikan pemberdayaan guru mat emat ika
SM K di Kabupat en Klat en dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran. (3)
mendiskripsikan kendala yang dihadapi guru matemat ika SM K di Kabupat en Klat en
dalam mengimplement asikan Kurikulum Tingkat Sat uan Pendidikan. Subyek
penelit ian ini adalah guru matematika, Kepala Sekolah atau pengaw as dan pengurus
M GM P di SM K kelompok t eknologi, pertanian dan kesehat an Kabupaten Klaten.
M etode pengumpulan dat a menggunakan w aw ancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini adalah (1) diskripsi kinerja guru matemat ika SM K dalam
mempersiapkan perangkat pembelajaran sebagai implement asi KTSP. (2) diskripsi
pembinaan dan pendampingan sekolah t erhadap guru matemat ika SM K di
Kabupat en Klat en. (3) diskripsi ket erlibatan M GM P sebagai organisasi guru mata
pelajaran sebagai mit ra kerja sekolah dalam merealisasikan perangkat
pembelajaran.
Kat a kunci : pemberdayaan, guru matematika, perangkat pembelajaran
1
5
EM POW ERING OF VOCATIONAL M ATHEM ATICS TEACHERS AS KTSP IM PLEM ENTATION IN
DISTRICT KLATEN
By
1
2
3
Darno , Eko Supriyanto , Ning Set yaningsih
1
A st udent of Post Graduat e Teachers M uhammadiyah University of Surakarta,
darnoklat [email protected]
2
St aff Post Graduat e Teachers M uhammadiyah University of Surakart a,
[email protected]
3
St aff Post Graduate Teachers M uhammadiyah Universit y of Surakart a
Abstract
The purposes of t his research are to (1) describe school readiness and mathemat ics
t eacher’s at SM K Klat en in implementing the Educat ion Unit Level Curriculum. (2) describe
t he vocational school mathemat ics
t eacher’s empowering
in Klat en in preparing
component of learning. (3) describe t he const raints faced mathemat ics t eacher’s at SM K
Klat en in implementing the Educat ion Unit Level Curriculum. Research subject is
mathematics t eacher’s, principal or superintendent and M GM P board in vocat ional of
t echnology, agri cult ure, and healthy group Klaten. The methods for collect ing data are
interview s, observation and documentat ion. The result s of this research are (1) descript ion
t he performance mathematisc teacher’s
of vocat ional school in preparing t he
implementat ion of learning as Curriculum Education Unit. (2) descript ion of coaching and
ment oring mathematics t eachers of vocat ional schools in the District of Klaten. (3)
description t he involvement of the organizat ion for M GM P subject t eachers as partners in
realizing t he learning administrat ion.
Keywords: empow erment , mat hemat ics t eachers, components of learning
2
6
Pendahuluan
M enurut Danim (2003 : 24) kelemahan pendidikan di Indonesia terlet ak pada
t ingkat implementasi bukan pada desain. Hal ini mengisyaratkan bahw a kualit as
pembelajaran lembaga pendidikan formal pada t ingkat mikro perlu ditingkat kan.
Persoalan yang sangat
penting bagi peningkat an pembelajaran mat ematika
khususnya unt uk Sekolah M enengah Kejuruan (SM K). Proses pembelajaran
matemat ika yang bermutu akan bermakna dalam memberikan andil yang penting
bagi tercapainya t ujuan pendidikan secara umum; yakni pembent ukan manusia yang
mampu berfikir logis, sist ematik, dan cermat serta bersifat obyekt if dan terbuka
dalam menghadapi berbagai permasalahan (Sumardiyono, 2004 : 31)
Desain Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dipandang sebagai
perubahan kurikulum yang ideal, yang perumusannya didasarkan atas kearifan lokal
dengan senantiasa disesuaikan menurut t unt ut an perkembangan jaman. Perubahan
kurikulum it u didasari pada kesadaran bahw a perkembangan dan perubahan yang
t erjadi dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa dan bernegara. Indonesia t idak
t erlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu penget ahuan dan
t eknologi, serta seni dan budaya. Perubahan secara t erus-menerus ini menunt ut
perlunya perbaikan sist em pendidikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum
unt uk mew ujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri
7
dengan perubahan zaman. Oleh karenanya KTSP harus mampu mengcover setiap
perubahan dengan segala bent uk implementasinya.
Secara umum kurikulum tingkat sat uan pendidikan bersifat sangat normat if,
yang sebenarnya t idak jauh berbeda dari kurikulum yang berlaku sebelumnya.
Secara operasional kurikulum tingkat sat uan pendidikan cukup ideal dalam konsep
namun berat dalam implementasinya. Kurikulum t ingkat sat uan pendidikan ini lebih
menonjolkan penekanan paradigma dan pendekat an yang t elah ada dalam konsepkonsep pendidikan. Konsep-kosep yang indah ini tidak akan mampu memperbaiki
sist em
pendidikan
kit a
jika
t idak
disert ai
dengan
semangat
unt uk
mengimplementasikannya. Untuk menjaw ab persoalan tersebut, akan lebih baik
kiranya jika kit a t ingkat kan usaha memperbaiki kualitas guru dalam mengaw al
ket erlaksanaan KTSP. Sebagus apapun
sebagai
pelaksana
di
kurikulum yang dipersiapkan, jika guru
lapangan,
t idak
memiliki
kemampuan
mengimplementasikannya dengan baik, maka kualit as yang diharapkan akan t et ap
saja hanya menjadi angan-angan dan impian yang t ak bert epi.
Hasil penelit ian menunjukkan peranan guru lebih besar dari komponen lain
sepert i sisw a, sarana prasarana dan lingkungan. Bagaimanapun guru yang
berkualit as akan dapat menangani kekurangan sarana prasarana dengan kreatifit as
model pembelajaran yang bisa mengarahkan tercapainya indikat or pembelajaran.
Karena itu guru menjadi sangat strat egis dan penting dalam upaya mewujudkan
8
pencapaian tujuan pendidikan. Apapun kurikulumnya jika guru tidak menyadari
pent ingnya melakukan inovasi dan peningkat an kualit as diri, maka sulit diharapkan
capaian pengetahuan, sikap dan ket rampilan siswa.
Sat u persoalan yang cukup memprihat inkan selama ini ialah kurangnya
manajemen pemberdayaan guru, lemahnya kont rol kinerja guru, minimnya
pembinaan
t erhadap guru. Sehingga guru
tidak berdaya t erhadap sebuah
perubahan. Jika para dosen mudah mendapatkan kesempat an unt uk mengikut i
seminar, lokakarya bahkan mendapat kan beasisw a S2 dan S3, t idak demikian
dengan guru. Pelat ihan
dan kesempatan guru untuk meng-upgrade SDM masih
minim, Sehingga masih ada guru yang mengajar dengan kemampuan dan
penget ahuan seadanya. Ada guru yang hanya mengandalkan pola “ talk and chalk”
yang dikhaw atirkan hanya membuat murid-murid apat is dan st res. Bukan karena
beban kurikulum t et api cara komunikasi dan interaksi guru yang masih sangat
konvensional dan t radisional. Hal t ersebut
ditambah lagi dengan kondisi
kesejaht eraan para guru terutama guru honorer yang masih jauh dari kat egori layak.
Rasanya perhat ian pemerintah t erhadap guru masih jauh dari kat a cukup, ini
t erut ama jika dibandingkan dengan beban berat yang dipikul oleh mereka dalam
rangka mencerdaskan anak bangsa.
Unt uk it u upaya peningkat an mutu pendidikan harus dilakukan secara
menyeluruh yang mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya,
9
yakni aspek-aspek moral, akhlak, budi pekert i, pengetahuan, keterampilan, seni,
olah raga, dan perilaku. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada
peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup (life-skills) yang diwujudkan
melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup, menyesuaikan
diri, dan berhasil di masa dat ang. Dengan demikian peserta didik memiliki
ket angguhan, kemandirian, dan jat i diri yang dikembangkan melalui pembelajaran
dan at au pelat ihan yang dilakukan secara bert ahap dan berkesinambungan.
Tujuan utama pemberdayaan guru adalah untuk memperkuat penguasaan
guru khususnya kelompok guru yang lemah dan t idak berdaya; baik karena kondisi
int ernal
maupun
kondisi
eksternal.
Ket idakberdayaan
guru
secara internal
t erbangun oleh persepsi guru yang bersangkutan, yang menganggap dirinya t idak
mampu secara akademis mengemban t ugas perubahan dan perbaikan t ersebut .
Untuk mengat asi hal ini guru harus belajar menggali dan mengembangkan pot ensi
pribadi secara baik, sehingga melahirkan sikap percaya diri bahw a dirinya mampu
unt uk melakukan perubahan tersebut .
Ket idakberdayaan guru secara eksternal terbent uk karena st rukt ur sosial di
mana guru it u berada baik di lingkungan masyarakat at aupun di lingkungan
kedinasan. Di lingkungan masyarakat guru merupakan tokoh panutan yang
mengedepankan pelayanan sosial masyarakat . Namun demikian secara ekonomi
guru di tengah-t engah masyarakat nya menjadi w arga kelas dua. Di lingkungan
10
kedinasan, guru senant iasa terkurung dalam sistem yang cenderung kurang
memberikan ruang gerak unt uk pengembangan potensi diri.
M etode Penelitian
Jenis penelit ian ini t ermasuk penelit ian kualit at if dimana prosedur penelitian
menghasilkan dat a deskript if berupa kat a-kat a tert ulis at au lisan dari orang dan
perilaku yang dapat diamat i (Bogdan dan Taylor dalam M oleong, 2010:4).
Penelit iann kualit at if merupakan penelitian yang bermaksud unt uk memahami
fenomena t ent ang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, mot ivasi dan lain-lain (M oleong, 2010:6). Kelompok yang dit elit i adalah
merupakan komunit as kecil yakni guru mat emat ika SM K kelompok teknologi,
pertanian dan kesehatan di Kabupaten Klat en yang mempunyai karakt er yang
berbeda-beda. Penelitian ini menggunakan pendekat an fenomenologi, ethnografi.
Art inya guru yang sudah t ahu akan t ugas dan kuw ajibannya dalam merencanakan
pembelajaran, namun masih dit emukan beberapa guru mat emat ika SM K khususnya
kelompok teknologi, pert anian dan kesehat an yang t idak merumuskan perencanaan
t ersebut , ini sebuah fenomena yang patut dicarikan solusinya. Fenomena t ersebut
t ernyat a bukan isapan jempol belaka karena berlangsung secara terus menerus
hingga terasa bembudaya di lingkungan pendidikan.
M etode yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelit ian ini
adalah : (1) w aw ancara mendalam, yait u w aw ancara yang dilakukan t idak
11
menggunakan
st ruktur
yang
ketat,
dengan
pertanyaan
yang
fokus pada
permasalahan agar informasi yang diperoleh cukup mendalam sesuai dengan
karakterist ik penelitian kualit at if. Dalam penelit ian kualit at if penelit i merupakan
salah sat u alat pengumpul dat a, sehingga dengan kapasit asnya dapat mengarahkan
dat a penelit ian supaya lebih fokus.
Informan yang diw aw ancarai adalah guru
matemat ika SM K kelompok t eknologi, Kepala Sekolah, pengaw as, dan pengurus
M GM P mat emat ika. Data yang ingin diperoleh dalam w aw ancara adalah data
t entang perangkat pembelajaran yang disiapkan oleh guru mat emat ika SM K dalam
merencanakan pembelajaran melalui RPP, prota dan promes. (2) Observasi,
pengamat an langsung t erhadap aktifit as guru matematika SM K dalam merumuskan
perangkat pembelajaran dan implement asinya di lapangan. (3) Dokumentasi,
sebagai upaya peneliti unt uk menemukan bukti fisik perangkat pembelajaran yang
dirumuskan oleh guru mat emat ika SM K khususnya kelompok teknologi, pert anian
dan kesehat an.
Hasil penelitian dan Pembahasan
M enurut kualifikasi pendidikan guru mat emat ika SM K kelompok teknologi,
pertanian dan kesehat an Kabupat en Klat en cukup memadai karena semua
berpendidikan sarjana, meskipun masih ada sarjana non pendidikan tet api sudah
berijazah AKTA IV. Dari informasi ini rasanya t idak perlu membedakan t ingkat
pendidikan dalam memberdayakan guru-guru t ersebut .
12
Karakt eristik guru mat ematika SM K kelompok t eknologi, pertanian dan
kesehatan Kabupat en Klaten menurut masa kerja kebanyakan lebih dari lima t ahun.
Respon yang diperoleh dari hasil w aw ancara, bahw a guru yang t elah memiliki masa
kerja lebih banyak cenderung merasa lebih berpengalaman hingga mereka
beranggapan tidak perlu lagi membuat perangkat pembelajaran segala. M ereka
berfikir t anpa perangkat pembelajaran saja siswa yang dididiknya sudah pint er. Guru
yang sudah lama memilki pengalaman mengajar relat if menunjukkan penurunan
kinerja, hal ini sesuai dengan pernyataan Jeremy M eyer ;
“ teachers st op show ing signs of improvement aft er about four years on the job –
even aft er a mast er’s degree or obtaining tenure”
blogs.denverpost .com/ coloradoclassroom/ 2009/ 04/ 22/ researcher-t eacher-improvement plat eaus-after-4-years post ed Aprill 22, 2009, 09.31 M T.
Status kepegawaian guru mat emat ika SM K kelompok teknologi, pertanian dan
kesehat an di Kabupaten Klaten kebanyakan guru sw asta, bahkan
lebih dari 50% yang
t ersebar di lebih dari 50 sekolah. Dari sekian banyak sekolah berstat us swasta, sehingga
perlu adanya kebijakan part isipat if dari berbagai fihak.
Struktur kurikulum t ingkat satuan pendidikan mengalokasikan waktu pembelajaran
matemat ika berdurasi waktu minimal 516 jam pembelajaran. Operasionalnya di t ingkat
satuan pendidikan waktu pembelajaran mat ematika teralokasikan 4 – 6 jam pembelajaran
set iap pekannya. Hal ini perlu penyikapan secara profesional, karena kalau t idak akan
menyebabkan
ada
guru
yang
kebanyakan
jam
mengajar,
sehingga
perangkat
13
pembelajarannya sedikit terabaikan. Di sisi lain ada guru yang belum cukup jam
pembelajarannya, sehingga harus mengajar di lebih dari satu sekolah dengan mobilit as
t ambahan yang menyebabkan berkurangnya waktu unt uk membuat rumusan perangkat
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan t emuan M omon Sudarma yang mengemukakan bahwa,
pembahasan beban kerja bisa menyebabkan (a) guru t idak efekt if dalam memberikan
layanan pendidikan, (b) rendahnya produkt ivit as guru sebagai t enaga profesi, (c) adanya
guru yang bekerja separoh w akt u, (d) tingginya kemungkinan guru untuk memiliki t empat
kerja lebih dari satu lokasi dengan alasan untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Interpretasi Hasil dan Analisis Kesenjangan
Int erpret asi hasil dan analisis kesenjangan dilakukan berdasarkan tema-t ema yang
t erbentuk untuk set iap t ujuan khusus penelit ian ini. Pembahasan t ema-t ema
t ersebut adalah sebagai berikut :
a. Respon guru mat emat ika SM K kelompok t eknologi t erhadap keragaman
perangkat pembelajaran
Sesuai lampiran Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 Tentang St andar
Proses Untuk Sat uan Pendidikan Dasar dan M enengah, yang menyat akan bahw a
perencanaan proses pembelajaran meliput i silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
Lebih dari 90% guru mat ematika SM K di Kabupat en Klat en menyiapkan
RPP, meskipun banyak diant aranya sekedar memenuhi tuntutan t ugas dan
kew ajiban. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan perangkat
14
pembelajaran yang penting bagi guru. RPP digunakan unt uk memberi arah
pembelajaran dalam mencapai t ujuan pembelajaran. Joseph dan Leonard dalam
M ulyasa E. (2006; 221) mengungkapkan : “ teaching w it hout adequat e w ritt en
planning is sloppy and almost alw ays ineffect ive, because t he t eacher has not
t hought out exactly w hat to do and how t o do it .” Dari kut ipan ini menguatkan
betapa
pentingnya
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
dalam
rangka
menyukseskan implement asi kurikulum t ingkat satuan pendidikan di t ingkat
sekolah.
M unculnya pernyat aan bahw a, “ guru yang penting actionnya bukan
perencanaan mengajarnya” pat isipan memberikan umpan balik bahwa action
yang t erencana akan jauh lebih baik dari pada action secara spontanitas. Karena
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP)
memuat
set idaknya
t ujuan
pembelajaran dan st rat egi pencapaiannya. Unt uk mencapai t ujuan yang t elah
dit et apkan membutuhkan ident ifikasi, met odologi dan pengorganisasian mat eri
pembelajaran dari sinilah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menjadi
sangat diperlukan dalam pembelajaran. Sesuai dengan konsep Cynthia dalam E.
M ulyasa (2006; 221) yang mengemukakan bahw a proses pembelajaran yang
dimulai dengan fase pengembangan perencanaan pelaksanaan pembelajaran
ketika kompetensi dan met odologi telah diident ifikasi akan mampu membantu
15
guru dalam mengorganisikan mat eri standar, sert a mengantisipasi pesert a didik
dan masalah-masalah yang mungkin t imbul dalam pembelajaran.
Responden menyat akan bahw a format perangkat pembelajaran yang
sering berubah-ubah memberikan kesulitan tersendiri bagi guru matemat ika di
SM K dalam mengimplementaskani kurikulum t ingkat
sat uan pendidikan.
Disamping kurangnya penguasaan guru matematika t erhadap perkembangan
t eknologi informasi. Sesuai dengan konsep Joko Prast ow o (2010; 39) yang
menyat akan bahw a pemberdayaan masyarakat harus melek t eknologi. Art inya
pemberdayaan pendidikan dalam hal ini guru matematika SM K kelompok
t eknologi, pert anian dan kesehat an dapat memanfaat kan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga tujuan yang diharapkan dapat t ercapai
dengan baik.
b. St rat egi pembuat an perangkat pembelajaran
Dari cat atan lapangan dit emukan guru mat ematika kesulitan dalam
memetakan w akt u pembelajaran. Ada beberapa hal yang melat arbelakangi hal
t ersebut, antara lain;
1) Silabus dengan durasi w akt unya yang diadopsi secara utuh, sehingga guru
sulit membuat analisis berdasarkan kalender pendidikan.
2) Sekolah t idak merumuskan kalender pendidikan.
16
3) M asuknya muatan-muat an budaya dan pembentukan karakter bangsa
berakibat bert ambahnya kebut uhan w aktu.
4) M asuknya kegiat an-kegiatan sekolah non akademik dalam
kalender
pendidikan menyebabkan berkurangnya w akt u efektif pembelajaran.
c. M engelola perangkat pembelajaran secara kolekt if.
Banyaknya perangkat pembelajaran yang harus disiapkan, menyebabkan
ket idak efekt ifan kerja guru. M uncullah kesepahaman sesama guru sejenis
untuk berkolaborasi menyikapi perangkat pembelajaran.
dengan t eman sejaw at relat if dapat
Pola kolaborasi
meringankan beban guru dalam
pembuatan perangkat pembelajaran yang beraneka ragam. Bent uk kolaborasi
yang diharapkan dapat membentuk semangat kebersamaan mencari solusi
dengan membuat analisis perangkat pembelajaran yang baik, bukan unt uk
sekedar copy past e.
Ket ika responden dit anya t entang bagaimana harapan guru t erhadap
M GM P matematika, jaw aban yang muncul adalah hendaknya M GM P
matemat ika membuat terobosan dalam pembuat an perangkat pembelajaran
hingga meringankan beban gur secara umum. Seperti disampaikan E. M ulyasa
(2009 : 80) M GM P juga dapat menyusun dan mengevaluasi perkembangan
pembelajaran. M ulyasa E. (2006 : 38) mengungkapkan bahw a M GM P yang
dilakukan dengan int ensif dapat dijadikan sebagai w ahana pengembangan diri
17
guru untuk meningkat kan kapasit as dan kemampuan guru sert a menambah
pengetahuan dan ket erampilan dalam pembelajaran.
d. Penyiapan bahan ajar mat ematika
Penyiapan bahan ajar bagi guru khususnya guru matemat ika sangatlah
pent ing art inya. Umumnya bahan ajar unt uk pembelajaran mat emat ika
disiapkan oleh tim musyaw arah guru mata pelajaran (M GM P) matematika.
M eskipun bahan ajar yang disiapkan oleh M GM P sifatnya sebagai pendaping
buku teks, namun banyak guru matemat ika yang sering menjadikannya
sebagai acuan ut ama. Hal ini disebabkan keterbatasan buku t eks yang
dit erbitkan oleh pusat kurikulum dan perbukuan.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahw a adanya beberapa guru yang t idak
menyiapkan perangkat pembelajaran yang m eliput i; program t ahunan, program semest er,
rencana pelaksanaan pembelajaran dan perangkat pembelajaran yang lain disebabkan
beberapa hak berikut , antara lain :
1.
Kurangnya kesadaran guru mat emat ika akan pent ingnya perangkat pembelajaran.
Perangkat
pembelajaran
khususnya
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
bermanfaat untuk memandu, m engarahkan proses pembelajaran supaya lebih efektif
dan efisien. Dengan RPP pembelajaran jadi lebih mudah dan t erarah. Unt uk
memberdayakan guru matemat ika SM K Kabupat en Klaten yang kurang kesadarannya
dalam memahami pentingnya perangkat pembelajaran, maka satuan pendidikan atau
18
instit usi di at asnya perlu memahamkan guru-guru tersebut dengan melakukan
pembinaan secara kolekt if individual. Art inya kepala sekolah, pengaw as atau dinas
pendidikan dapat bersinergi dapat m elakukan pembinaan secara umum apabila secara
umum tidak berhasil dapat dilakukan secara individu dengan cara memanggilnya unt uk
diberi pengarahan.
2.
Kurangnya pemahaman guru t erhadap tugas pokoknya
Untuk memberdayakan guru mat ematika SM K di Kabupaten Klat en yang kurang bisa
memahami akan tugas pokoknya perlu ditunjukkan regulasi yang mengat ur t ugas
pokok guru berikut implikasi logisnya.
3.
Kurangnya kemampuan unt uk mengakses perubahan dan perkembangan t eknologi
informasi
M asih cukup banyak guru mat emat ika SM K Kabupat en Klat en yang kurang mampu
mengakses perubahan t erut ama t erkait dengan perkembangan t eknologi informasi hal
ini dapat dilihat adanya guru sertifikasi yang kurang memenuhi great lulus uji
kompetensi guru (UKG). Untuk memberdayakan guru mat ematika SM K Kabupat en
Klaten yang kurang mampu merumuskan perangkat pembelajaran diupayakan adanya
w orkshop awal tahun pembelajaran. Guru matemat ika juga dituntut untuk menguasai
t eknologi informasi, maka sekolah dapat melaksanakan pelatihan secara lebih intensif.
At au yang pernah dilaksanakan melalui kegiatan M GM P melaksanakan pelat ihan
computer tingkat dasar yang meliput i pengelolaan mocrosoft w ord dan M icrosoft
excel dan pelatihan comput er tingkat lanjut yang meliputi ; pengelolaan pembelajaran
dengan pow erpoint dan akses int ernet .
19
4.
Lemahnya kontrol penjaminan proses pembelajaran
Ada guru matemat ika SM K Kabupat en Klat en yang tidak merumuskan perangkat
pembelajaran karena relat ive tidak pernah dit anyakan, tidak pernah dikont rol. Unt uk
memberdayakan guru mat ematika SM K yang sepert i ini supervise pembelajaran dapat
dilakukan secara konsist en. Hal ini dapat dilaksanakan melalui kepala sekolah dengan
w akil kepala sekolah urusan kurikulum at au juga bisa juga dilaksanakan oleh pengawas.
5.
M alasnya guru yang bersangkutan
Untuk memberdayakan guru matemat ika SM K Kabupaten Klat en yang malas membuat
perangkat pembelajaran secara persuasive dilakukan dengan pemberian reward atau
punishment.
20
DAFTAR PUSTAKA
Anif , S., 2012, Profesi Guru (Antara Konsep, Implementasi dan Pola Pembinaa),
Surakarta, Badan Penerbit an UM S.
Cheng M . L. Diana; Yuen P. K. 2010, The Development of Special Educat ion in M acau ,
Internat ional Journal of Educat ion , Vol 25, No. 2
Danim S, 2003. Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan , Bandung, Pust aka Set ia.
.............., 2006. Agenda Pembaharuan Sist em Pendidikan , Yogyakarta,
Pustaka
Pelajar.
David A. Watkins, 2005, From beginning t eacher educat ion t o professional teaching:
A Study of t he t hinking of Hong Kong primary science teachers, Teaching
and Teacher Educat ion 21 (2005) 524 – 541
Dep. Dik. Nas. 2008, BIM BINGAN TEKNIS (Teknis Penyusunan KTSP pada Sekolah
M enengah Kejuruan), Jakarta, Dirjen. Pembinaan SM K.
James M . Smith, Brian A. Lotven, 1999. Teacher empow erment in a rural sett ing :
fact versus fantasy, Education, Spring
Jeremy M eyer, 2009. blogs.denverpost.com/ coloradoclassroom/ 2009/ 04/ 22/ researcherteacher-improvement -plat eaus-aft er-4-years post ed Aprill 22, 2009, 09.31 M T.
Lexy J. M oleong, 2010. M et odologi Penelit ian Kualitatif , Edisi Revisi, Bandung, PT.
Remaja Rosdakarya.
M arjuki, S., H.M , 2010. Pendidikan Nonformal (Dimensi dalam Keaksaraan
Fungsional, Pelat ihan dan Andragogi), Bandung, PT. Remaja Rosdakarya
Offset.
M ulyasa, E, 2006. Kurikulum Tingkat Sat uan Pendidikan , Bandung, PT. Remaja Rosda
Karya.
................., 2009. Kurikulum Yang Disempurnakan , Bandung, PT. Remaja
Karya.
17
Rosda
21
M uchlis R. Luddin, Ketidakberdayaan Guru,
ht tp:/ / t ransformasi.multply.com/ journal/ item/ 15
Niess M . L., 2005, Preparing t eachers to teach science and mathemat ics w ith
technology: Developing a t echnology pedagogical content know ledge,
Teaching and Teacher Educat ion 21 (2005) 509 – 523
Paul M . Terry, “ Empow ering Teachers As Leaders” , University of M emphis, National
FORUM Journals, 4000 Lock Lane Suite 9/ KL, Lake Charles, LA 70605
Paul Ernest,2005. “ Empow erment In M at hematics Educat ion” , University of Exet er,
United Kingdom, November 2010.
Partanto, P. A. ; M . Dahlan Al Barry, 1994, Kamus Ilmiah Populer , Ariloka, Surabaya
Prast ow o J., 2010, Belajar Dari M asyarakat , Yogyakarta, Samudra Biru.
Rogier A. van’t Rood, 2002, “ Implement ing t he Empow erment Triangle”
Rohmani, Kompas.com, Rabu ; 16/ 11/ 2011
Rokhman W ., J. 2003. Pemberdayaan dan komit men : Upaya mencapai kesuksesan
organisasi
dalam
menghadapi
persaingan
global,
htt p:/ / w ww .
educ.queensu.ca/ ar/ reports/ Jw ebst er.pdf. Diakses pada t anggal 25 Juni
2010
Sant yasa W ayan I, 2007. Dimensi-dimensi Teoritis Peningkat an Profesionalitas Guru ,
Singaraja Bali, Universit as Pendidikan Ganesha.
Sudarma M ,
2007, Pemberdayaan Guru M elalui Vit alisasi Beban Kerja, Jurnal
Educare, Vol. 1 Tahun I Januari – Juli 2007. UPI Bandung
Suhart o E., 2009. M embangun M asyarakat M embardayakan Rakyat , Bandung, PT
Refika Adit ama.
Spradley James P., 2007, M et ode Etnografi Edisi II. Yogyakart a: Tiara W acana, .
Steven Z. At hanases, 2005, Focusing new t eacher on diversity and equit y: Tow ard a
know ledge base for mentors, Teaching and Teacher Education 21 (2005)
843 – 862
22
Sugiyono, 2009. M etode Penelit ian Pendidikan Pendekat an Kuant itatif, Kualit at if dan
R & D, Bandung, Alfabeta.
..............., 2011. M etode Penelit ian Kuantit at if , Kualit at if dan R & D, Bandung,
Alfabet a.
Sukmadinat a, N. S., 2006, Pengendalian M ut u Pendidikan Sekolah M enengah,
Bandung, Refika Aditama.
Sumardiyono, 2004, Paket Pembinaan Penataran: Karakt eristik M at emat ika dan
Implikasinya Terhadap Pembelajaran M atematika .
ht tp:/ / p4tkmatemat ika.org/ downloads/ ppp/ PPP04_KarM t k.pdf.
Didownload pada 25 November 2011.
Sufyarma,
ht tp:/ / t ransformasi.multiply.com/ journal/ item/ 15,
Thursday,
02
December 2010 diakses 7 Desember 2010
Suyant o, 2007, Tant angan Profesional Guru di era Global, Universitas Negeri
Yogyakarta.
Suryana, 2009, Achievement M ot ivat ion and Empow erment (Seri M anajemen
Sumberdaya M anusia), Sekolah Pascasarjana, Universit as Pendidikan
Indonesia.
Surakhmad W ., Guru Pahlaw an Yang M erana, ,
ht tp:/ / t ransformasi.multply.com/ journal/ item/ 14 . Diakses 3 Pebruari 2011.
Sut opo, H.B, 2006, M et odologi Penelit ian kualit at if (Dasar Teori dan Terapannya
dalam Penelitian), Universit as Sebelas M aret Surakart a
NASKAH PUBLIKASI
PEM BERDAYAAN GURU M ATEM ATIKA SM K KABUPATEN KLATEN
DALAM IM PLEM ENTASI KTSP
Oleh
D A RN O
NIM : Q 100 090 217
PROGRAM STUDI M ANAJEM EN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS M UHAM M ADIYAH SURAKARTA
2013
2
3
4
PEM BERDAYAAN GURU M ATEM ATIKA SM K SEBAGAI UPAYA IM PLEM ENTASI KTSP DI
KABUPATEN KLATEN
Oleh
1
2
3
Darno , Eko Supriyanto , Ning Set yaningsih
1
M ahasiswa Program Pasca Sarjana Universit as M uhammadiyah Surakarta ,
darnoklat [email protected]
2
St af Pengajar Pasca Sarjana Universit as M uhammadiyah Surakart a,
[email protected]
3
St af Pengajar Pasca Sarjana Universitas M uhammadiyah Surakarta
Abstrak
Tujuan penelit ian ini adalah unt uk (1) mendiskripsikan kesiapan sekolah dan guru
matemat ika SM K di Kabupat en Klaten dalam mengimplementasikan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. (2) mendiskripsikan pemberdayaan guru mat emat ika
SM K di Kabupat en Klat en dalam mempersiapkan perangkat pembelajaran. (3)
mendiskripsikan kendala yang dihadapi guru matemat ika SM K di Kabupat en Klat en
dalam mengimplement asikan Kurikulum Tingkat Sat uan Pendidikan. Subyek
penelit ian ini adalah guru matematika, Kepala Sekolah atau pengaw as dan pengurus
M GM P di SM K kelompok t eknologi, pertanian dan kesehat an Kabupaten Klaten.
M etode pengumpulan dat a menggunakan w aw ancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini adalah (1) diskripsi kinerja guru matemat ika SM K dalam
mempersiapkan perangkat pembelajaran sebagai implement asi KTSP. (2) diskripsi
pembinaan dan pendampingan sekolah t erhadap guru matemat ika SM K di
Kabupat en Klat en. (3) diskripsi ket erlibatan M GM P sebagai organisasi guru mata
pelajaran sebagai mit ra kerja sekolah dalam merealisasikan perangkat
pembelajaran.
Kat a kunci : pemberdayaan, guru matematika, perangkat pembelajaran
1
5
EM POW ERING OF VOCATIONAL M ATHEM ATICS TEACHERS AS KTSP IM PLEM ENTATION IN
DISTRICT KLATEN
By
1
2
3
Darno , Eko Supriyanto , Ning Set yaningsih
1
A st udent of Post Graduat e Teachers M uhammadiyah University of Surakarta,
darnoklat [email protected]
2
St aff Post Graduat e Teachers M uhammadiyah University of Surakart a,
[email protected]
3
St aff Post Graduate Teachers M uhammadiyah Universit y of Surakart a
Abstract
The purposes of t his research are to (1) describe school readiness and mathemat ics
t eacher’s at SM K Klat en in implementing the Educat ion Unit Level Curriculum. (2) describe
t he vocational school mathemat ics
t eacher’s empowering
in Klat en in preparing
component of learning. (3) describe t he const raints faced mathemat ics t eacher’s at SM K
Klat en in implementing the Educat ion Unit Level Curriculum. Research subject is
mathematics t eacher’s, principal or superintendent and M GM P board in vocat ional of
t echnology, agri cult ure, and healthy group Klaten. The methods for collect ing data are
interview s, observation and documentat ion. The result s of this research are (1) descript ion
t he performance mathematisc teacher’s
of vocat ional school in preparing t he
implementat ion of learning as Curriculum Education Unit. (2) descript ion of coaching and
ment oring mathematics t eachers of vocat ional schools in the District of Klaten. (3)
description t he involvement of the organizat ion for M GM P subject t eachers as partners in
realizing t he learning administrat ion.
Keywords: empow erment , mat hemat ics t eachers, components of learning
2
6
Pendahuluan
M enurut Danim (2003 : 24) kelemahan pendidikan di Indonesia terlet ak pada
t ingkat implementasi bukan pada desain. Hal ini mengisyaratkan bahw a kualit as
pembelajaran lembaga pendidikan formal pada t ingkat mikro perlu ditingkat kan.
Persoalan yang sangat
penting bagi peningkat an pembelajaran mat ematika
khususnya unt uk Sekolah M enengah Kejuruan (SM K). Proses pembelajaran
matemat ika yang bermutu akan bermakna dalam memberikan andil yang penting
bagi tercapainya t ujuan pendidikan secara umum; yakni pembent ukan manusia yang
mampu berfikir logis, sist ematik, dan cermat serta bersifat obyekt if dan terbuka
dalam menghadapi berbagai permasalahan (Sumardiyono, 2004 : 31)
Desain Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dipandang sebagai
perubahan kurikulum yang ideal, yang perumusannya didasarkan atas kearifan lokal
dengan senantiasa disesuaikan menurut t unt ut an perkembangan jaman. Perubahan
kurikulum it u didasari pada kesadaran bahw a perkembangan dan perubahan yang
t erjadi dalam kehidupan bermasyarakat , berbangsa dan bernegara. Indonesia t idak
t erlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu penget ahuan dan
t eknologi, serta seni dan budaya. Perubahan secara t erus-menerus ini menunt ut
perlunya perbaikan sist em pendidikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum
unt uk mew ujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri
7
dengan perubahan zaman. Oleh karenanya KTSP harus mampu mengcover setiap
perubahan dengan segala bent uk implementasinya.
Secara umum kurikulum tingkat sat uan pendidikan bersifat sangat normat if,
yang sebenarnya t idak jauh berbeda dari kurikulum yang berlaku sebelumnya.
Secara operasional kurikulum tingkat sat uan pendidikan cukup ideal dalam konsep
namun berat dalam implementasinya. Kurikulum t ingkat sat uan pendidikan ini lebih
menonjolkan penekanan paradigma dan pendekat an yang t elah ada dalam konsepkonsep pendidikan. Konsep-kosep yang indah ini tidak akan mampu memperbaiki
sist em
pendidikan
kit a
jika
t idak
disert ai
dengan
semangat
unt uk
mengimplementasikannya. Untuk menjaw ab persoalan tersebut, akan lebih baik
kiranya jika kit a t ingkat kan usaha memperbaiki kualitas guru dalam mengaw al
ket erlaksanaan KTSP. Sebagus apapun
sebagai
pelaksana
di
kurikulum yang dipersiapkan, jika guru
lapangan,
t idak
memiliki
kemampuan
mengimplementasikannya dengan baik, maka kualit as yang diharapkan akan t et ap
saja hanya menjadi angan-angan dan impian yang t ak bert epi.
Hasil penelit ian menunjukkan peranan guru lebih besar dari komponen lain
sepert i sisw a, sarana prasarana dan lingkungan. Bagaimanapun guru yang
berkualit as akan dapat menangani kekurangan sarana prasarana dengan kreatifit as
model pembelajaran yang bisa mengarahkan tercapainya indikat or pembelajaran.
Karena itu guru menjadi sangat strat egis dan penting dalam upaya mewujudkan
8
pencapaian tujuan pendidikan. Apapun kurikulumnya jika guru tidak menyadari
pent ingnya melakukan inovasi dan peningkat an kualit as diri, maka sulit diharapkan
capaian pengetahuan, sikap dan ket rampilan siswa.
Sat u persoalan yang cukup memprihat inkan selama ini ialah kurangnya
manajemen pemberdayaan guru, lemahnya kont rol kinerja guru, minimnya
pembinaan
t erhadap guru. Sehingga guru
tidak berdaya t erhadap sebuah
perubahan. Jika para dosen mudah mendapatkan kesempat an unt uk mengikut i
seminar, lokakarya bahkan mendapat kan beasisw a S2 dan S3, t idak demikian
dengan guru. Pelat ihan
dan kesempatan guru untuk meng-upgrade SDM masih
minim, Sehingga masih ada guru yang mengajar dengan kemampuan dan
penget ahuan seadanya. Ada guru yang hanya mengandalkan pola “ talk and chalk”
yang dikhaw atirkan hanya membuat murid-murid apat is dan st res. Bukan karena
beban kurikulum t et api cara komunikasi dan interaksi guru yang masih sangat
konvensional dan t radisional. Hal t ersebut
ditambah lagi dengan kondisi
kesejaht eraan para guru terutama guru honorer yang masih jauh dari kat egori layak.
Rasanya perhat ian pemerintah t erhadap guru masih jauh dari kat a cukup, ini
t erut ama jika dibandingkan dengan beban berat yang dipikul oleh mereka dalam
rangka mencerdaskan anak bangsa.
Unt uk it u upaya peningkat an mutu pendidikan harus dilakukan secara
menyeluruh yang mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya,
9
yakni aspek-aspek moral, akhlak, budi pekert i, pengetahuan, keterampilan, seni,
olah raga, dan perilaku. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada
peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup (life-skills) yang diwujudkan
melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup, menyesuaikan
diri, dan berhasil di masa dat ang. Dengan demikian peserta didik memiliki
ket angguhan, kemandirian, dan jat i diri yang dikembangkan melalui pembelajaran
dan at au pelat ihan yang dilakukan secara bert ahap dan berkesinambungan.
Tujuan utama pemberdayaan guru adalah untuk memperkuat penguasaan
guru khususnya kelompok guru yang lemah dan t idak berdaya; baik karena kondisi
int ernal
maupun
kondisi
eksternal.
Ket idakberdayaan
guru
secara internal
t erbangun oleh persepsi guru yang bersangkutan, yang menganggap dirinya t idak
mampu secara akademis mengemban t ugas perubahan dan perbaikan t ersebut .
Untuk mengat asi hal ini guru harus belajar menggali dan mengembangkan pot ensi
pribadi secara baik, sehingga melahirkan sikap percaya diri bahw a dirinya mampu
unt uk melakukan perubahan tersebut .
Ket idakberdayaan guru secara eksternal terbent uk karena st rukt ur sosial di
mana guru it u berada baik di lingkungan masyarakat at aupun di lingkungan
kedinasan. Di lingkungan masyarakat guru merupakan tokoh panutan yang
mengedepankan pelayanan sosial masyarakat . Namun demikian secara ekonomi
guru di tengah-t engah masyarakat nya menjadi w arga kelas dua. Di lingkungan
10
kedinasan, guru senant iasa terkurung dalam sistem yang cenderung kurang
memberikan ruang gerak unt uk pengembangan potensi diri.
M etode Penelitian
Jenis penelit ian ini t ermasuk penelit ian kualit at if dimana prosedur penelitian
menghasilkan dat a deskript if berupa kat a-kat a tert ulis at au lisan dari orang dan
perilaku yang dapat diamat i (Bogdan dan Taylor dalam M oleong, 2010:4).
Penelit iann kualit at if merupakan penelitian yang bermaksud unt uk memahami
fenomena t ent ang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, mot ivasi dan lain-lain (M oleong, 2010:6). Kelompok yang dit elit i adalah
merupakan komunit as kecil yakni guru mat emat ika SM K kelompok teknologi,
pertanian dan kesehatan di Kabupaten Klat en yang mempunyai karakt er yang
berbeda-beda. Penelitian ini menggunakan pendekat an fenomenologi, ethnografi.
Art inya guru yang sudah t ahu akan t ugas dan kuw ajibannya dalam merencanakan
pembelajaran, namun masih dit emukan beberapa guru mat emat ika SM K khususnya
kelompok teknologi, pert anian dan kesehat an yang t idak merumuskan perencanaan
t ersebut , ini sebuah fenomena yang patut dicarikan solusinya. Fenomena t ersebut
t ernyat a bukan isapan jempol belaka karena berlangsung secara terus menerus
hingga terasa bembudaya di lingkungan pendidikan.
M etode yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelit ian ini
adalah : (1) w aw ancara mendalam, yait u w aw ancara yang dilakukan t idak
11
menggunakan
st ruktur
yang
ketat,
dengan
pertanyaan
yang
fokus pada
permasalahan agar informasi yang diperoleh cukup mendalam sesuai dengan
karakterist ik penelitian kualit at if. Dalam penelit ian kualit at if penelit i merupakan
salah sat u alat pengumpul dat a, sehingga dengan kapasit asnya dapat mengarahkan
dat a penelit ian supaya lebih fokus.
Informan yang diw aw ancarai adalah guru
matemat ika SM K kelompok t eknologi, Kepala Sekolah, pengaw as, dan pengurus
M GM P mat emat ika. Data yang ingin diperoleh dalam w aw ancara adalah data
t entang perangkat pembelajaran yang disiapkan oleh guru mat emat ika SM K dalam
merencanakan pembelajaran melalui RPP, prota dan promes. (2) Observasi,
pengamat an langsung t erhadap aktifit as guru matematika SM K dalam merumuskan
perangkat pembelajaran dan implement asinya di lapangan. (3) Dokumentasi,
sebagai upaya peneliti unt uk menemukan bukti fisik perangkat pembelajaran yang
dirumuskan oleh guru mat emat ika SM K khususnya kelompok teknologi, pert anian
dan kesehat an.
Hasil penelitian dan Pembahasan
M enurut kualifikasi pendidikan guru mat emat ika SM K kelompok teknologi,
pertanian dan kesehat an Kabupat en Klat en cukup memadai karena semua
berpendidikan sarjana, meskipun masih ada sarjana non pendidikan tet api sudah
berijazah AKTA IV. Dari informasi ini rasanya t idak perlu membedakan t ingkat
pendidikan dalam memberdayakan guru-guru t ersebut .
12
Karakt eristik guru mat ematika SM K kelompok t eknologi, pertanian dan
kesehatan Kabupat en Klaten menurut masa kerja kebanyakan lebih dari lima t ahun.
Respon yang diperoleh dari hasil w aw ancara, bahw a guru yang t elah memiliki masa
kerja lebih banyak cenderung merasa lebih berpengalaman hingga mereka
beranggapan tidak perlu lagi membuat perangkat pembelajaran segala. M ereka
berfikir t anpa perangkat pembelajaran saja siswa yang dididiknya sudah pint er. Guru
yang sudah lama memilki pengalaman mengajar relat if menunjukkan penurunan
kinerja, hal ini sesuai dengan pernyataan Jeremy M eyer ;
“ teachers st op show ing signs of improvement aft er about four years on the job –
even aft er a mast er’s degree or obtaining tenure”
blogs.denverpost .com/ coloradoclassroom/ 2009/ 04/ 22/ researcher-t eacher-improvement plat eaus-after-4-years post ed Aprill 22, 2009, 09.31 M T.
Status kepegawaian guru mat emat ika SM K kelompok teknologi, pertanian dan
kesehat an di Kabupaten Klaten kebanyakan guru sw asta, bahkan
lebih dari 50% yang
t ersebar di lebih dari 50 sekolah. Dari sekian banyak sekolah berstat us swasta, sehingga
perlu adanya kebijakan part isipat if dari berbagai fihak.
Struktur kurikulum t ingkat satuan pendidikan mengalokasikan waktu pembelajaran
matemat ika berdurasi waktu minimal 516 jam pembelajaran. Operasionalnya di t ingkat
satuan pendidikan waktu pembelajaran mat ematika teralokasikan 4 – 6 jam pembelajaran
set iap pekannya. Hal ini perlu penyikapan secara profesional, karena kalau t idak akan
menyebabkan
ada
guru
yang
kebanyakan
jam
mengajar,
sehingga
perangkat
13
pembelajarannya sedikit terabaikan. Di sisi lain ada guru yang belum cukup jam
pembelajarannya, sehingga harus mengajar di lebih dari satu sekolah dengan mobilit as
t ambahan yang menyebabkan berkurangnya waktu unt uk membuat rumusan perangkat
pembelajaran. Hal ini sesuai dengan t emuan M omon Sudarma yang mengemukakan bahwa,
pembahasan beban kerja bisa menyebabkan (a) guru t idak efekt if dalam memberikan
layanan pendidikan, (b) rendahnya produkt ivit as guru sebagai t enaga profesi, (c) adanya
guru yang bekerja separoh w akt u, (d) tingginya kemungkinan guru untuk memiliki t empat
kerja lebih dari satu lokasi dengan alasan untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Interpretasi Hasil dan Analisis Kesenjangan
Int erpret asi hasil dan analisis kesenjangan dilakukan berdasarkan tema-t ema yang
t erbentuk untuk set iap t ujuan khusus penelit ian ini. Pembahasan t ema-t ema
t ersebut adalah sebagai berikut :
a. Respon guru mat emat ika SM K kelompok t eknologi t erhadap keragaman
perangkat pembelajaran
Sesuai lampiran Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 Tentang St andar
Proses Untuk Sat uan Pendidikan Dasar dan M enengah, yang menyat akan bahw a
perencanaan proses pembelajaran meliput i silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP).
Lebih dari 90% guru mat ematika SM K di Kabupat en Klat en menyiapkan
RPP, meskipun banyak diant aranya sekedar memenuhi tuntutan t ugas dan
kew ajiban. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) merupakan perangkat
14
pembelajaran yang penting bagi guru. RPP digunakan unt uk memberi arah
pembelajaran dalam mencapai t ujuan pembelajaran. Joseph dan Leonard dalam
M ulyasa E. (2006; 221) mengungkapkan : “ teaching w it hout adequat e w ritt en
planning is sloppy and almost alw ays ineffect ive, because t he t eacher has not
t hought out exactly w hat to do and how t o do it .” Dari kut ipan ini menguatkan
betapa
pentingnya
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
dalam
rangka
menyukseskan implement asi kurikulum t ingkat satuan pendidikan di t ingkat
sekolah.
M unculnya pernyat aan bahw a, “ guru yang penting actionnya bukan
perencanaan mengajarnya” pat isipan memberikan umpan balik bahwa action
yang t erencana akan jauh lebih baik dari pada action secara spontanitas. Karena
rencana
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP)
memuat
set idaknya
t ujuan
pembelajaran dan st rat egi pencapaiannya. Unt uk mencapai t ujuan yang t elah
dit et apkan membutuhkan ident ifikasi, met odologi dan pengorganisasian mat eri
pembelajaran dari sinilah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menjadi
sangat diperlukan dalam pembelajaran. Sesuai dengan konsep Cynthia dalam E.
M ulyasa (2006; 221) yang mengemukakan bahw a proses pembelajaran yang
dimulai dengan fase pengembangan perencanaan pelaksanaan pembelajaran
ketika kompetensi dan met odologi telah diident ifikasi akan mampu membantu
15
guru dalam mengorganisikan mat eri standar, sert a mengantisipasi pesert a didik
dan masalah-masalah yang mungkin t imbul dalam pembelajaran.
Responden menyat akan bahw a format perangkat pembelajaran yang
sering berubah-ubah memberikan kesulitan tersendiri bagi guru matemat ika di
SM K dalam mengimplementaskani kurikulum t ingkat
sat uan pendidikan.
Disamping kurangnya penguasaan guru matematika t erhadap perkembangan
t eknologi informasi. Sesuai dengan konsep Joko Prast ow o (2010; 39) yang
menyat akan bahw a pemberdayaan masyarakat harus melek t eknologi. Art inya
pemberdayaan pendidikan dalam hal ini guru matematika SM K kelompok
t eknologi, pert anian dan kesehat an dapat memanfaat kan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi sehingga tujuan yang diharapkan dapat t ercapai
dengan baik.
b. St rat egi pembuat an perangkat pembelajaran
Dari cat atan lapangan dit emukan guru mat ematika kesulitan dalam
memetakan w akt u pembelajaran. Ada beberapa hal yang melat arbelakangi hal
t ersebut, antara lain;
1) Silabus dengan durasi w akt unya yang diadopsi secara utuh, sehingga guru
sulit membuat analisis berdasarkan kalender pendidikan.
2) Sekolah t idak merumuskan kalender pendidikan.
16
3) M asuknya muatan-muat an budaya dan pembentukan karakter bangsa
berakibat bert ambahnya kebut uhan w aktu.
4) M asuknya kegiat an-kegiatan sekolah non akademik dalam
kalender
pendidikan menyebabkan berkurangnya w akt u efektif pembelajaran.
c. M engelola perangkat pembelajaran secara kolekt if.
Banyaknya perangkat pembelajaran yang harus disiapkan, menyebabkan
ket idak efekt ifan kerja guru. M uncullah kesepahaman sesama guru sejenis
untuk berkolaborasi menyikapi perangkat pembelajaran.
dengan t eman sejaw at relat if dapat
Pola kolaborasi
meringankan beban guru dalam
pembuatan perangkat pembelajaran yang beraneka ragam. Bent uk kolaborasi
yang diharapkan dapat membentuk semangat kebersamaan mencari solusi
dengan membuat analisis perangkat pembelajaran yang baik, bukan unt uk
sekedar copy past e.
Ket ika responden dit anya t entang bagaimana harapan guru t erhadap
M GM P matematika, jaw aban yang muncul adalah hendaknya M GM P
matemat ika membuat terobosan dalam pembuat an perangkat pembelajaran
hingga meringankan beban gur secara umum. Seperti disampaikan E. M ulyasa
(2009 : 80) M GM P juga dapat menyusun dan mengevaluasi perkembangan
pembelajaran. M ulyasa E. (2006 : 38) mengungkapkan bahw a M GM P yang
dilakukan dengan int ensif dapat dijadikan sebagai w ahana pengembangan diri
17
guru untuk meningkat kan kapasit as dan kemampuan guru sert a menambah
pengetahuan dan ket erampilan dalam pembelajaran.
d. Penyiapan bahan ajar mat ematika
Penyiapan bahan ajar bagi guru khususnya guru matemat ika sangatlah
pent ing art inya. Umumnya bahan ajar unt uk pembelajaran mat emat ika
disiapkan oleh tim musyaw arah guru mata pelajaran (M GM P) matematika.
M eskipun bahan ajar yang disiapkan oleh M GM P sifatnya sebagai pendaping
buku teks, namun banyak guru matemat ika yang sering menjadikannya
sebagai acuan ut ama. Hal ini disebabkan keterbatasan buku t eks yang
dit erbitkan oleh pusat kurikulum dan perbukuan.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahw a adanya beberapa guru yang t idak
menyiapkan perangkat pembelajaran yang m eliput i; program t ahunan, program semest er,
rencana pelaksanaan pembelajaran dan perangkat pembelajaran yang lain disebabkan
beberapa hak berikut , antara lain :
1.
Kurangnya kesadaran guru mat emat ika akan pent ingnya perangkat pembelajaran.
Perangkat
pembelajaran
khususnya
Rencana
Pelaksanaan
Pembelajaran
(RPP)
bermanfaat untuk memandu, m engarahkan proses pembelajaran supaya lebih efektif
dan efisien. Dengan RPP pembelajaran jadi lebih mudah dan t erarah. Unt uk
memberdayakan guru matemat ika SM K Kabupat en Klaten yang kurang kesadarannya
dalam memahami pentingnya perangkat pembelajaran, maka satuan pendidikan atau
18
instit usi di at asnya perlu memahamkan guru-guru tersebut dengan melakukan
pembinaan secara kolekt if individual. Art inya kepala sekolah, pengaw as atau dinas
pendidikan dapat bersinergi dapat m elakukan pembinaan secara umum apabila secara
umum tidak berhasil dapat dilakukan secara individu dengan cara memanggilnya unt uk
diberi pengarahan.
2.
Kurangnya pemahaman guru t erhadap tugas pokoknya
Untuk memberdayakan guru mat ematika SM K di Kabupaten Klat en yang kurang bisa
memahami akan tugas pokoknya perlu ditunjukkan regulasi yang mengat ur t ugas
pokok guru berikut implikasi logisnya.
3.
Kurangnya kemampuan unt uk mengakses perubahan dan perkembangan t eknologi
informasi
M asih cukup banyak guru mat emat ika SM K Kabupat en Klat en yang kurang mampu
mengakses perubahan t erut ama t erkait dengan perkembangan t eknologi informasi hal
ini dapat dilihat adanya guru sertifikasi yang kurang memenuhi great lulus uji
kompetensi guru (UKG). Untuk memberdayakan guru mat ematika SM K Kabupat en
Klaten yang kurang mampu merumuskan perangkat pembelajaran diupayakan adanya
w orkshop awal tahun pembelajaran. Guru matemat ika juga dituntut untuk menguasai
t eknologi informasi, maka sekolah dapat melaksanakan pelatihan secara lebih intensif.
At au yang pernah dilaksanakan melalui kegiatan M GM P melaksanakan pelat ihan
computer tingkat dasar yang meliput i pengelolaan mocrosoft w ord dan M icrosoft
excel dan pelatihan comput er tingkat lanjut yang meliputi ; pengelolaan pembelajaran
dengan pow erpoint dan akses int ernet .
19
4.
Lemahnya kontrol penjaminan proses pembelajaran
Ada guru matemat ika SM K Kabupat en Klat en yang tidak merumuskan perangkat
pembelajaran karena relat ive tidak pernah dit anyakan, tidak pernah dikont rol. Unt uk
memberdayakan guru mat ematika SM K yang sepert i ini supervise pembelajaran dapat
dilakukan secara konsist en. Hal ini dapat dilaksanakan melalui kepala sekolah dengan
w akil kepala sekolah urusan kurikulum at au juga bisa juga dilaksanakan oleh pengawas.
5.
M alasnya guru yang bersangkutan
Untuk memberdayakan guru matemat ika SM K Kabupaten Klat en yang malas membuat
perangkat pembelajaran secara persuasive dilakukan dengan pemberian reward atau
punishment.
20
DAFTAR PUSTAKA
Anif , S., 2012, Profesi Guru (Antara Konsep, Implementasi dan Pola Pembinaa),
Surakarta, Badan Penerbit an UM S.
Cheng M . L. Diana; Yuen P. K. 2010, The Development of Special Educat ion in M acau ,
Internat ional Journal of Educat ion , Vol 25, No. 2
Danim S, 2003. Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan , Bandung, Pust aka Set ia.
.............., 2006. Agenda Pembaharuan Sist em Pendidikan , Yogyakarta,
Pustaka
Pelajar.
David A. Watkins, 2005, From beginning t eacher educat ion t o professional teaching:
A Study of t he t hinking of Hong Kong primary science teachers, Teaching
and Teacher Educat ion 21 (2005) 524 – 541
Dep. Dik. Nas. 2008, BIM BINGAN TEKNIS (Teknis Penyusunan KTSP pada Sekolah
M enengah Kejuruan), Jakarta, Dirjen. Pembinaan SM K.
James M . Smith, Brian A. Lotven, 1999. Teacher empow erment in a rural sett ing :
fact versus fantasy, Education, Spring
Jeremy M eyer, 2009. blogs.denverpost.com/ coloradoclassroom/ 2009/ 04/ 22/ researcherteacher-improvement -plat eaus-aft er-4-years post ed Aprill 22, 2009, 09.31 M T.
Lexy J. M oleong, 2010. M et odologi Penelit ian Kualitatif , Edisi Revisi, Bandung, PT.
Remaja Rosdakarya.
M arjuki, S., H.M , 2010. Pendidikan Nonformal (Dimensi dalam Keaksaraan
Fungsional, Pelat ihan dan Andragogi), Bandung, PT. Remaja Rosdakarya
Offset.
M ulyasa, E, 2006. Kurikulum Tingkat Sat uan Pendidikan , Bandung, PT. Remaja Rosda
Karya.
................., 2009. Kurikulum Yang Disempurnakan , Bandung, PT. Remaja
Karya.
17
Rosda
21
M uchlis R. Luddin, Ketidakberdayaan Guru,
ht tp:/ / t ransformasi.multply.com/ journal/ item/ 15
Niess M . L., 2005, Preparing t eachers to teach science and mathemat ics w ith
technology: Developing a t echnology pedagogical content know ledge,
Teaching and Teacher Educat ion 21 (2005) 509 – 523
Paul M . Terry, “ Empow ering Teachers As Leaders” , University of M emphis, National
FORUM Journals, 4000 Lock Lane Suite 9/ KL, Lake Charles, LA 70605
Paul Ernest,2005. “ Empow erment In M at hematics Educat ion” , University of Exet er,
United Kingdom, November 2010.
Partanto, P. A. ; M . Dahlan Al Barry, 1994, Kamus Ilmiah Populer , Ariloka, Surabaya
Prast ow o J., 2010, Belajar Dari M asyarakat , Yogyakarta, Samudra Biru.
Rogier A. van’t Rood, 2002, “ Implement ing t he Empow erment Triangle”
Rohmani, Kompas.com, Rabu ; 16/ 11/ 2011
Rokhman W ., J. 2003. Pemberdayaan dan komit men : Upaya mencapai kesuksesan
organisasi
dalam
menghadapi
persaingan
global,
htt p:/ / w ww .
educ.queensu.ca/ ar/ reports/ Jw ebst er.pdf. Diakses pada t anggal 25 Juni
2010
Sant yasa W ayan I, 2007. Dimensi-dimensi Teoritis Peningkat an Profesionalitas Guru ,
Singaraja Bali, Universit as Pendidikan Ganesha.
Sudarma M ,
2007, Pemberdayaan Guru M elalui Vit alisasi Beban Kerja, Jurnal
Educare, Vol. 1 Tahun I Januari – Juli 2007. UPI Bandung
Suhart o E., 2009. M embangun M asyarakat M embardayakan Rakyat , Bandung, PT
Refika Adit ama.
Spradley James P., 2007, M et ode Etnografi Edisi II. Yogyakart a: Tiara W acana, .
Steven Z. At hanases, 2005, Focusing new t eacher on diversity and equit y: Tow ard a
know ledge base for mentors, Teaching and Teacher Education 21 (2005)
843 – 862
22
Sugiyono, 2009. M etode Penelit ian Pendidikan Pendekat an Kuant itatif, Kualit at if dan
R & D, Bandung, Alfabeta.
..............., 2011. M etode Penelit ian Kuantit at if , Kualit at if dan R & D, Bandung,
Alfabet a.
Sukmadinat a, N. S., 2006, Pengendalian M ut u Pendidikan Sekolah M enengah,
Bandung, Refika Aditama.
Sumardiyono, 2004, Paket Pembinaan Penataran: Karakt eristik M at emat ika dan
Implikasinya Terhadap Pembelajaran M atematika .
ht tp:/ / p4tkmatemat ika.org/ downloads/ ppp/ PPP04_KarM t k.pdf.
Didownload pada 25 November 2011.
Sufyarma,
ht tp:/ / t ransformasi.multiply.com/ journal/ item/ 15,
Thursday,
02
December 2010 diakses 7 Desember 2010
Suyant o, 2007, Tant angan Profesional Guru di era Global, Universitas Negeri
Yogyakarta.
Suryana, 2009, Achievement M ot ivat ion and Empow erment (Seri M anajemen
Sumberdaya M anusia), Sekolah Pascasarjana, Universit as Pendidikan
Indonesia.
Surakhmad W ., Guru Pahlaw an Yang M erana, ,
ht tp:/ / t ransformasi.multply.com/ journal/ item/ 14 . Diakses 3 Pebruari 2011.
Sut opo, H.B, 2006, M et odologi Penelit ian kualit at if (Dasar Teori dan Terapannya
dalam Penelitian), Universit as Sebelas M aret Surakart a