KESIAPSIAGAAN GURU SMA N 1 PRAMBANAN DALAM MENGHADAPI BENCANA GEMPABUMI Kesiapsiagaan Guru SMA N 1 Prambanan Dalam Menghadapi Bencana Gempabumi.
KESIAPSIAGAAN GURU SMA N 1 PRAMBANAN DALAM
MENGHADAPI BENCANA GEMPABUMI
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Pendidikan Geografi
Diajukan Oleh :
AGUSTIAN DENY ARDIANSYAH
A 610100096
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2014
KESIAPSIAGAAN GURU SMA N 1 PRAMBANAN DALAM
MENGHADAPI BENCANA GEMPABUMI
Oleh:
Agustian Deny Ardiansyah1 dan R. Muh. Amin Sunarhadi, S.Si.,M.P2
1
2
Mahasiswa Pendidikan Geografi Universitas Muhhamadiyah Surakarta
Staf Pengajar Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana gempabumi merupakan salah satu
usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
masyarakat dalam menghadapi bencana gempabumi. Penelitian kesiapsiagaan
guru SMA N 1 Prambanan dalam menghadapi bencana gempabumi bertujuan
untuk menghasikan informasi tentang kesiapsiagaan guru SMA N 1 Prambanan
dalam menghadapi bencana gempabumi melalui parameter pengetahuan dan
sikap, rencana tanggap darurat, sistem peringatan bencana, mobilisasi sumber
daya dan pemahaman guru SMA N 1 Prambanan tentang bencana gempabumi
melalui cara berfikir ORID (Objektif, Refektif, Interpretatif, dan Decision).
Metode dalam penelitian ini adalah metode sensus dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif serta mengambil keseluruhan populasi guru SMA N 1
Prambanan yang berjumlah 55 orang sebagai responden. Pengumpulan data
menggunakan dokumentasi dan quisioner dengan melakukan pengujian instrumen
penelitian (quisioner) melalui uji validitas dan realiabilitas. Data dianalisa secara
deskriptif kuantitatif dengan perhitungan persentase dan indeks. Hasil penelitian
menyimpukan (1) pemahaman guru tentang bencana gempabumi relatif baik
dengan jawaban yang cendrung mengarah pada jawaban sangat sesuai atau
dengan persentase 83,81% dari 100% yang diharapkan (2) kesiapsiagaan guru
SMA N 1 Prambanan dalam menghadapi bencana gempabumi dikategorikan siap
dengan nilai indeks 71,9.
Kata Kunci: Kesiapsiagaan Guru, Bencana Gempabumi, ORID, Indeks,
Persentase
lempeng
A. Pendahuluan
Ancaman bencana alam di
Indonesia
merupakan
aktif
dunia,
yaitu
Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-
refleksi
Australia, dan Lempeng Pasifik
kondisi geografis Indonesia yang
(Pribadi dkk., 2008:11). Interaksi
terletak
antar lempeng-lempeng tersebut
di
empat
pertemuan
1
lebih
lanjut
menempatkan
Kabupaten
Klaten
,
2006:1).
Indonesia sebagai wilayah yang
Gempabumi 27 Mei Tahun 2006
memiliki aktivitas kegunungapian
juga menimbulkan korban luka
dan kegempaan yang cukup tinggi
sebayak 20.272 jiwa serta korban
(Hartono, 2011:1). Interaksi antar
meninggalsebanyak 1.176 jiwa
lempeng
(Badan Penanggulangan Bencana
juga
mengakibatkan
pembentukan relief permukaan
Daerah
bumi
2006:1).
yang
pegunungan
bervariasi,
dengan
dari
lerengnya
Kabupaten
Kerusakan
Klaten
,
infrastruktur
yang curam dan mengisaratkan
bangunan dan timbulnya korban
ancaman bencana tanah longsor
jiwa juga terjadi pada warga
hingga wilayah landai sepanjang
sekolah dan sekolah, tercatat 73
pantai dengan ancaman bencana
orang meninggal, 33 cacat, 158
banjir
luka parah dan 204 luka ringan,
dan
tsunami
(Hartono,
2011:1).
dari jumlah tersebut terdapat 219
Kurniawan dkk., (2011:158)
siswa (62 siswa meninggal, 22
Kabupaten Klaten dalam kategori
siswa mengalami cacat dan 135
rawan bencana singgel hazard
siswa mengalami luka berat) serta
gempabumi menempati peringkat
255 dari 306 sekolahan yang
2
tersebar
se-kabupaten
Tingkat
di
Indonesia.
kerawanan
gempabumi
dibuktikan
bencana
oleh
di
Kecamatan
Gantiwarno, Trucuk, Jogonalan,
Cawas,
Banyat,
Wedi,
dan
peristiwa gempabumi 27 Mei
Prambanan mengalami kerusakan
Tahun 2006 yang mengakibatkan
(Koran Kompas edisi 12 Juli
678 unit fasilitas pendidikan dan
2006).
26 unit fasilitas kesehatan rusak
Secara geografis, SMA N 1
serta mengakibatkan 96.253 unit
Prambanan terletak pada 7° 43'
rumah warga rusak ringan, 63.615
55.93"LS - 110° 30' 7.62"BT dan
unit rusak berat, dan 32.277 unit
secaraadministratif terletak di Jl.
rumah
Manisrenggo - Prambanan, Desa
roboh
(Badan
Penanggulangan Bencana Daerah
Kebondalem
Lor,
Kecamatan
2
Prambanan, Kabupaten Klaten.
pemahaman
Merefleksi
gempabumi.
letak
SMA
N
1
tentang
bencana
di
Ancaman bencana gempabumi
Kabupaten Klaten dan kejadian
di SMA N 1 Prambanan dan peran
bencana
guru dalam menanamkan sikap
Prambanan
yang
berada
gempabumi
27Mei
Tahun 2006 dengan korban jiwa
kesiapsiagaan
maupun kerusakan infrastruktur
gempabumi, mendorong peneliti
bangunan
melakukan
yang
mengindikasikan
Prambanan
tidak
sedikit,
bencana
penelitian
yang
1
berkenaan dengan kesiapsiagaan
ancaman
guru dalam menghadapi bencana
yang
gempabumi dan pemahaman guru
SMA
memiliki
bencana
N
gempabumi
sewaktu - waktu dapat terjadi.
Ancaman bencana gempabumi
tentang
bencana
dengan
judul
gempabumi
“Kesiapsiagaan
di SMA N 1 Prambanan perlu
Guru SMA N 1 Prambanan
direspon oleh guru, karena dapat
Dalam
menjadi
Gempabumi”.
batu
pemahaman
konsep
loncatan
bencana,
bencana,
bencana
dan
dalam
konsep-
wawasan
pengetahuan
Menghadapi
Berdasarkan
atas,
dapat
Bencana
pemaparan
di
dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut.
bencana
1. Bagaimana pemahaman guru
gempabumi di sekolah dengan
SMA N 1 Prambanan tentang
melakukan
bencana gempabumi?.
kesiapsiagaan
upaya-upaya
pengurangan
resiko
bencana
2. Bagaimana
tingkat
gempabumi, antara lain dengan
kesiapsiagaan guru SMA N 1
melakukan kesiapsiagaan dalam
Prambanan dalam menghadapi
menghadapi
bencana gempabumi?
bencana
Tujuan yang ingin dicapai
gempabumi.Permasalahanya,
apakah
guru
telah
memiliki
kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana
gempabumi
dan
dalam penelitian ini adalah
1. Mengetahui pemahaman guru
SMA N 1 Prambanan tentang
bencana gempabumi.
3
2. Mengetahui
tingkat
maupun
faktor
kesiapsiagaan guru SMA N 1
sehingga
Prambanan dalam menghadapi
timbulnya
bencana gempabumi,
kerusakan
mengakibatkan
kerugian
B. Landasan Teori
manusia
korban
jiwa,
lingkungan,
harta
benda
dan
dampak psikologis.
1. Bencana
Secara etimologi bencana
2. Bencana Alam
berasal dari Bahasa Sansekerta,
Bencana alam merupakan
vancana yang berarti godaan,
bencana yang menyebabkan
tipuan,
terjadinya
kerusakan
kecelakaan. Bencana (disaster)
infrastruktur
bangunan,
menurut
(2011:280)
timbulnya
merupakan fungsi dari kondisi
kerusakan
yang tidak normal yang terjadi
hilangnya harta benda yang
pada
disebabkan oleh peristiwa alam
kerusakan,
Noor
masyarakat
dan
dan
korban
jiwa,
lingkungan,
mempunyai
kecendrungan
atau
kehilangan
kehidupannya,
yang disebabkan oleh alam,
harta benda, dan lingkungan
antara lain bencana gunung
sumberdayanya serta kondisi
meletus,
dimana
bencana kekeringan, bencana
masyarakat
tidak
serangkaian
peristiwa
bencana
longsor,
mempunyai kemampuan untuk
angin
keluar dari dampak atau akibat
ekstrem, bencana tsunami dan
yang ditimbulkannya.
bencana gempabumi (IDEP,
Kurniawan dkk., (2011:2)
mengartikan bencana sebagai
suatu peristiwa atau rangkaian
topan
atau
cuaca
2007:X).
3. Bencana Gempabumi
Bencana
gempabumi
peristiwa yang mengancam dan
merupakan
mengganggu kehidupan dan
yang terjadi karena getaran
penghidupan masyarakat yang
yang dirasakan di permukaan
disebabkan baik oleh faktor
bumi secara tiba-tiba akibat
alam dan atau faktor non alam
adanya sumber getar di dalam
fenomena
alam
4
bumi
melalui
pergeseran
menghayati
pengalaman
lempeng-lempeng bumi yang
bencana atau membandingkan
mengakibatkan
timbulnya
kondisi sebelum dan sesudah
korban jiwa, hilangnya harta
terjadi bencana, ketakutan, dan
benda, kerusakan infrastruktur
mungkin pengalaman positif
bangunan,
masyarakat
kerusakan
lingkungan
dan
dampak
psikologis.
realitas
(R),
kesadaran
yang
dialami
masyarakat
(guru)
dalam
4. Pemahaman Bencana
memahami pengaruh langsung
Pemahaman
mengenai
maupun tidak langsung dari
bencana menurut Lazan dan
bencana terhadap masyarakat,
Sarmiento
keluarga,
(2003:54)
Jufriadi
dkk.,
didasarkan
atas
dalam
khususnya
diungkapkan (I) dan kemauan
bencana
ORID
penting
masyarakat
atau
membangun
bencana
menghadapi
(Objective,
Reflektive, Interpretatif, and
Decision).
adaptasi
dapat
diungkap
dengan
proses
kembali
kejadian
dengan
mempertimbangkan,
sejauh
mengingat
mana
bencana
tingkat
untuk
(guru)
dalam
komitmen
bencana
terhadap
dan
berbagai
perubahan yang dialami oleh
masyarakat (D).
5. Parameter
ORID
depan
keutuhan
melalui dinamika berfikir dan
bertindak
masa
menjadi
untuk
resiko
dan
(2012:54)
berfikir
memahami
dalam
Guru
Kesiapsiagaan
Dalam
Menghadapi
Bencana Gempabumi
Sopaheluwakan
(2006:156)
digunakan
dkk.,
parameter
dalam
yang
mengukur
sensitivitas masyarakat (guru)
kesiapsiagaan
dalam
bencana
menghadapi
bencana
melalui sensori (O), sejauh
gempabumi
adalah
mana
pengetahuan
merespon
tingkat
masyarakat
(guru)
reflektif
dalam
guru
dan
dalam
sikap,
rencana tanggap darurat, sistim
5
peringatan
bencana,
serta
mobilisasi sumber daya.
1. Pengetahuan
dan
seluruh
pengetahuan
yang dilakukan guru dalam
yang
dalam
kemampuan
warga
terhadap
sekolah
ancaman
atau
potensi bencana yang ada
di
lingkungan
secara
kemampuan
maupun daya dan upaya
guru
membangun
daya
sikap
ketrampilan
dimiliki
sumber
merupakan
dan
merupakan
4. Mobilisasi
cepat
sekolah
dan
tepat
guna.
menyiapkan
manusia,
sumberdaya
sarana
dan
prasarana, serta finansial
dalam
rangka
kesiapsiagaan
dalam
menghadapi bencana.
C. Metode Penelitian
Metode
yang
peneliti
gunakan dalam penelitian ini
2. Rencana tanggap darurat
adalah metode sensus dengan
merupakan tindakan cepat
mengambil
dan tepat guna pada saat
populasi
terjadi
yang
Prambanan yang berjumlah 55
dengan
orang sebagai responden dan
dan
menggunakan dokumentasi dan
bencana
dilakukan
guru
memadukan
guru
mempertimbangkan sistem
quisioner
penanggulangan
pengumpul
bencana
keseluruhan
SMA
sebagai
N
1
alat
datanya.
yang sesuai dengan daerah
Pendekatan dalam penelitian
bencana.
ini menggunakan pendekatan
3. Sistim peringatan bencana
merupakan tindakan yang
dilakukan
guru
kuantitatif.
Pendekatan
kuantitatif
dalam
menggunakan quisioner yang
membentuk suatu sistem
dibagikan pada responden yang
dalam
memuat
rangka
variabel
tentang
guru
tentang
meningkatkan kemampuan
pemahaman
warga
bencana gempabumi dengan
sekolah
menghadapi bencana.
dalam
parameter Objective, Reflektif,
6
Interpretatif dan Decision serta
tingkat
dalam
guru
penelitian
bencana
persentase
kesiapsiagaan
menghadapi
Persentase
ini
Objektif,
sikap
Interpretatif,
pengetahuan,
meliputi
parparameter
gempabumi dengan parameter
dan
dalam
Reflektif,
dan
Decision.
rencana tanggap darurat, sistim
Hasil
peringatan bencana, mobilisasi
persentase
sumber daya.
jelaskan secara kualitatif untuk
Data
melalui
hasil
dianalisis
kemudian
di
mengetahui pemahaman guru
kemudian
tentang bencana gempabumi di
quisioner
bentuk
melalui
penyadapan
diubah menjadi data kuantitatif
dalam
perhitungan
skor
secara
SMA N 1 Prambanan.
Analisa
dan
deskriptif
digunakan
data
yang
peneliti
untuk
kuantitatif dengan perhitungan
mengkaji tingkat kesiapsiagaan
indek dan persentase untuk
guru SMA N 1 Prambanan
menyampaikan
dalam
kesiapsiagaan
tingkat
guru
menghadapi
dalam
bencana
menghadapi
gempabumi
analisa
bencana
menggunakan
data
deskriptif
gempabumi dan pemahaman
kuantitatif dengan perhitungan
guru
indeks pada setiap parameter.
tentang
bencana
Angka
gempabumi di SMA N 1
indeks
dalam
penelitian ini meliputi indeks
Prambanan.
Analisa
data
yang
digunakan
peneliti
untuk
mengkaji
pemahaman
guru
per
parameter
pengetahuan
dan
yaitu
sikap,
rencana tanggap darurat, sistim
SMA N 1 Prambanan tentang
peringatan
bencana
mobilisasi sumber daya pada
menggunakan
gempabumi
analisa
data
bencana
serta
sumber data quisioner. Tingkat
deskriptif kuantitatif dengan
kesiapsiagaan
perhitungan persentase.
menghadapi
guru
dalam
bencana
7
gempabumi
dikategorikan
dengan menjumlahkan skor rill
menjadi lima.
pertanyaan dalam parameter
Tabel 1. Kategori Tingkat Kesiapsiagaan
Guru DalamMenghadapai Bencana
Gempabumi
bersangkutan. Indeks berada di
No
1
2
3
4
5
Nilai indeks
80-100
65-79
55-64
40-54
0-39
Katagori
Sangat siap
Siap
Hampir siap
Kurang siap
Belum siap
Sumber: Sopaheluwakan., dkk (2006:47)
Indeks
per
pengetahuan
parameter
dan
sikap,
rencana tanggap darurat, sistim
peringatan
bencana,
dan
mobilisasi
sumber
daya
indek
angka
menggunakan
gabungan
“semua
setiap
tidak
ditimbang
pertanyaan
parameter
dalam
memiliki
bobot yang sama”. Penentuan
nilai
indek
dalam
setiap
parameter dihitung berdasarkan
rumus.
kisaran nilai 0 -100, sehingga
semakin tinggi nilai indek,
semakin
kesiapsiagaan
tingkat
yang dimiliki
oleh guru.
D. Analisa dan Pembahasan
a. Pemahaman Guru SMA N 1
Prambanan Tentang Bencana
Gempabumi
Analisa data yang digunakan
peneliti
untuk
mengkaji
pemahaman guru SMA N 1
Prambanan
tentang
bencana
gempabumi menggunakan analisa
data
deskriptif
kuantitatif
denganperhitungan persentase dan
dimaknai
secara
kualitatif.
Persentase dalam penelitian ini
meliputi
Reflektif,
Indeks =
tinggi
persentase
Objektif,
Interpretatif,
dan
Decisioion.
Sumber: Sopaheluwakan., dkk (2006:47)
Skor maksimum parameter
diperoleh
dari
jumlah
pertanyaan dalam parameter
yang
masing
-
masing
pertanyaan bernilai satu dan
total skor riil parameter didapat
8
1. Objektif
Parameter objektif merupakan
parameter yang menekankan pada
sejauh mana tingkat sensitivitas
guru dalam merespon bencana
melalui
pemaparan
sensori.
hasil
Berikut
perhitungan
persentasentase parameter objektif.
Tabel 2 Tahap Objekif dalam bencana gempabumi
Sumber:Data Primer Penelitian, 2013
[ket: TS: tidak sesuai, KS: kurang sesuai, S: sesuai, SS: sangat sesuai]
9
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat
SMA N 1 Prambanan telah memiliki
disimpulkan tingkat sensitivitas guru
pemahaman
dalam
dampak yang timbul akibat bencana
memahami
bencana
dalam
merespon
gempabumi secara sensori relatif
gempabumi.
baik,
cendrung
pemahaman tersebut, guru dapat
menjawab sesuai dan sangat sesuai
mempersiapkan hal yang dilakukan
dengan persentase jawaban 69,1%
untuk meminimlisir kerusakan fisik
yang
maupun sosial yang di timbulkan
karena
guru
menyatakan
bencana
sehingga
gempabumi mengakibatkan korban
akibat bencana gempabumi.
jiwa serta luka, 61,8% menyebabkan
2. Refektif
kehilangan
teman,
saudara
merupakan
krabat.
Tingkat sensitivitas guru dalam
memahami
bencana
gempabumi
Refektif
Parameter
atau
dari
parameter
yang
menekankan pada sejauh mana
tingkat
reflektif
guru
dalam
secara sensorin juga terlihat dari
menghayati pengalaman bencana
hasil persentase jawaban 58,2% yang
atau
menyatakan
sebelum
bencana
gempabumi
membandingkan
dan
sesudah
kondisi
terjadi
mendorng warga untuk saling tolong
bencana, ketakutan, dan mungkin
- menolong, 52,7% menyebabkan
pengalaman positif guru dalam
warga
bencana. Berikut pemaparan hasil
mengungsi,
52,7%
menyebabkan hancurnya bangunan
perhitungan
sekolah,
parameter reflektif.
50,9%
mengakibatkan
persentasentase
gangguan pada aktivitas sekolah, dan
49,1% masyarakat belum sadar akan
cara
penyelamatan
diri
ketika
gempabumi terjadi.
Hasil pemaparan analisa data
di atas, dapat disimpulkan, guru
10
Tabel 3. Tahap Refektif dalam bencana gempabumi
Sumber:Data Primer Penelitian, 2013
[ket: TS: tidak sesuai, KS: kurang sesuai, S: sesuai, SS: sangat sesuai]
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat
sangat
sesuai dengan
persentase
disimpulkan tingkat sensitivitas guru
jawaban 58,2% yang menyatakan
dalam
memahami
bencana
kekhawatiran banyak peserta didik
secara
reflektif
akan
gempabumi
dikategorikan
baik,
karena
cendrung menjawab sesuai dan
guru
menjadi
korban
bila
bila
merefleksi bencana gempabumi 27
Mei
Tahun
dan
58,2%
yang
11
menyatakan
kekhawatiran
gempabumi
akan
membuat
3. Interpretatif
Parameter
Interpretatif
merupakan parameter yang
kehilangan anggota keluarga.
Tingkat sensitivitas guru dalam
menekankan pada kesadaran
gempabumi
realitas yang dialami guru
secara reflektif juga terlihat dari hasil
dalam memahami pengaruh
persentase
yang
langsung
maupun
gempabumi
langsung
dari
akan menghancurkan rumaah, 56,4%
terhadap
yang menyatakan takut tidak bisa
keluarga, dan masa depan.
menyelamatkan diri jika sewaktu-
Berikut
waktu terjadi bencana gempabumi,
perhitungan persentasentase
54,5% menyatakan sedih dengan
parameter Interpretatif.
memahami
menyatakan
bencana
jawaban
56,4%
bencana
tidak
bencana
masyarakat,
pemaparan
hasil
kejadian gempabumi dan 47,3%
menyatakan sedih karena bencana
gempabumi mengganggu aktivitas
sekolah.
Hasil pemaparan analisa data di
atas, dapat disimpulkan, guru SMA
N 1 Prambanan telah memiliki
pemahaman
dalam
merespon
dampak bencana gempabumi baik
pada
individu
guru
maupun
lingkungan tempat tinggal, sehingga
dari pemahaman tersebut guru dapat
melakukan
tular
informasi
pendidikan
mengenai
bencana
gempabumi
pada
keluarga,
masyarkat dan peserta didik.
12
Tabel 4 Tahap terpretatif dalam bencana gempabumi
Sumber:Data Primer Penelitian, 2013
[ket: TS: tidak sesuai, KS: kurang sesuai, S: sesuai, SS: sangat sesuai]
mengenai hal-hal yang dilakukan
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat
disimpulkan
secara
Interpretatif
guru cendrung menjawab sesuai dan
sangat
sesuai dengan
persentase
jawaban 72,7% membuat individu
guru sadar akan kebesara ALLAH
SWT,
67,3%
menyatakan
gempabumi membuat individu guru
untuk lebih mandiri, 60% membuat
individu guru banyak belajar
dalam
menghadapi
bencana
gempabumi dan 52,7% menyatakan
perlu
melakukan
dalam
kesiapsiagaan
menghadapi
bencana
gempabumi.
Hasil pemaparan analisa data
di
atas,
pemahaman
Prambanan
gempabumi
dapat
guru
disimpulkan
SMA
tentang
secara
N
1
bencana
Interpretatif
dengan mengingat kembali peristiwa
gempabumi 27 Mei Tahun 2006,
menunjukan
guru
SMA
N
1
13
Prambanan
telah
memiliki
pemahaman
dalam
merespon
dampak bencana gempabumi.
Pemahaman
ditunjukan
bencana
tersebut
dengan
gempabumi
memahami
membuat
4. Decision
Parameter Decision merupakan
parameter yang menekankan pada
kemauan
masyarakat
dalam
membangun komitmen menghadapi
bencana
dan
adaptasi
terhadap
individu guru lebih bersikap tenang
berbagai perubahan yang dialami
dan sabar dalam menghadapinya,
oleh
sehingga dari pemahaman tersebut
bencana. Berikut pemaparan hasil
guru dapat melakukan persiapan atau
perhitungan
hal-hal
parameter decision.
yang
perlu
dilakukan
masyarakat
seteah
terjadi
persentasentase
sebelum terjadi bencana gempabumi
untuk ditularkan kepada keluarga,
masyarakat dan peserta didik.
Tabel 5. Tahap Decision dalam bencana gempabumi
Sumber:Data Primer Penelitian, 2013
[ket: TS: tidak sesuai, KS: kurang sesuai, S: sesuai, SS: sangat sesuai]
14
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat
dalam
merespon
bencana
disimpulkan secara decision guru
gempabumi dengan mempersiapkan
cendrung
dan
baik secara individu, warga sekolah
persentase
atau masyarakat untuk melakukan
sangat
menjawab
sesuai
sesuai dengan
jawaban
69%
merapikan
sekolah,
menyatakan
barang-barang
60%
ikut
penting
kesiapsiagaan
dalam
menghadapi
bencana gempabumi.
menyatakan
masyarakat
perlu
mendapat
penyuluhan
dalam
menghadapi
bencana gempabumi oleh badan
penanggulangan
58,2%
bencana
daerah,
membantu
warga
menyelamatkan diri ketika bencana
gempabumi 27 mei ahun 2006.
Pemahaman
guru
tentang
bencana gempabumi secara decision
juga terlihat dari hasil persentase
jawaban
54,5%
pendidikan
kesiapsiagaan
menghadapi
bencana
perlu
peserta
segera
didik
ekstrakulikuler
menyatakan
dalam
gempabumi
diberikan
melalui
kepada
kegiatyan
sekolah,
54,5%
menyatakan sekolah perlu membuat
jalur evakuasi bencana dan 52,7%
warga
sekolah
perlu
mendapat
simulasi tentang tata cara dalam
menghadapi bencana gempabumi.
Hasil pemaparan analisa data di
atas, menunjukan guru SMA N 1
Prambanan
memiliki
pemahaman
15
b. Kesiapsiagaan
Guru
menghadapi
bencana
SMA N 1 Prambanan
gempabumi adalah 71,9
Dalam
(siap).
Menghadapi
Bencana Gempabumi
Kesiapsiagaan guru
Hal
tersebut
didasarkan pada akumulasi
skor
kesiapsiagaan
55
dalam
menghadapi
responden per parameter
bencana
gempabumi
pengetahuan
dan
sikap,
merupaan satu kesatuan
rencana tanggap darurat,
dalam
sistim peringatan bencana
setiap
parameter
pengetahuan dan sikap,
dan
mobilisasi
sumber
rencana tanggap darurat,
daya
dengan
kategori
sistim peringatan bencana
sangat siap sebanyak 20
dan
orang
mobilisasi
sumber
(36%),
siap
11
daya. Berikut perhitungan
orang (20%), hampir siap
indeks
kesiapsiagaaan
17 orang (31%), kurang
guru SMA N 1 Prambanan
siap 7 orang (13%) dan
dalam
belum siap 0 orang (0%).
menghadapi
bencana gempabumi.
Berikut
Indeks =
tingkat
sajian
responden
menghadapi
grafik
kesiapsiagaan
dalam
bencana
gempabumi.
=
=
X 100
X 100
= 71,9 (Siap)
Berdasarkan indeks
di
atas,
diketahui
kesiapsiagaan guru SMA
N 1 Prambanan dalam
16
Sipil
UGM,
penyedian
sistim
peringatan bencana dalam bentuk
bel/speker yang terpasang di setiap
ruang, penyedian sumber informasi
peringatan bencana seperti televisi
serta jaringan internet
Kesiapsiagaan
dipengaruhi
oleh
guru
juga
daerah
tempat
tinggal guru dimana 73,4% guru
Gambar 1. Grafik Kesiapsiagaan Guru SMA N 1
Prambanan Dalam Menghadapi Bencana
SMA N 1 Prambanan berasal dari
daerah rawan bencana gempabumi
Gempabumi (Sumber: Peneliti 2013)
tinggi, 24,4% berasal dari daerah
Indeks kesiapsiagaan guru SMA
rawan bencana gempabumi rendah,
N 1 Prambanan dalam menghadapai
dan 2,2% berasal dari daerah rawan
bencana
bencan gempabumi sedang.
gempabumi
yang
menunjukan tingkat kesiapsiagaan
guru siap, juga didasarkan pada fakta
di
lapangan
yang
menunjukan
adanya dukungan dari pihak sekolah
dalam
menyediakan
sarana
dan
prasaran kesiapsiagaan sekolah.
Saranan dan prasarana tersebut
berupa pamflet atau majalah dinding
yang memuat tentang pendidikan
kesiapsiagaan
bencana
dalam
gempabumi,
menghadapi
penyedian
sarana pra bencana seperti kotak P3K
(tas siaga bencana), tandu, tenda,
kain
kasa,
pengecekan
dan
struktur
obat-obatan,
bangunan
sekolah oleh Tim Assesment Tehnik
17
18
E. Kesimpulan Dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
Badan
1. Kesimpulan
a. Pemahaman guru SMA N
tentang
bencana
Penanggulangan
Bencana
Daerah
Kabupaten
Klaten.
baik
2006. Data Kerusakan
dengan jawaban cendrung
Dan Korban Meninggal
sangat sesuai atau dengan
Akibat Gempabumi 26
persentase
Mei
gempabumi
relatif
83,81%
dari
100% yang diharapkan.
b. Kesiapsiagaan guru SMA
Tahun
2006.
Klaten:
Badan
Penanggulangan
N 1 Prambanan dalam
Bencana
menghadapi
Kabupaten Klaten.
bencana
gempabumi dikategorikan
Daerah
Hartono.
2011.
siap dengan nilai indeks
“Kesiapsiagaan
71,9.
Masyarakat
2. Saran
a. Guru dapat membuat suatu
Dalam
Menghadapi
Bencana
Gempabumi
Di
peraturan yang berakaitan
Kecamatan
dengan
kesiapsiagaan
Pangalengan Kabupaten
dalam
menghadapi
Bandung” (Skripsi S-1).
bencana
gempabumi
Bandung:
secara
tertulis
melalui
b. Dalam menularkan sikap
bencana
kepada peserta didik guru
bekerjasama dengan badan
penanggulangan
Kab
bencana
Klaten
melakukan
Pendidikan Indonesia.
IDEP. 2007. Penanggulangan
rapat sekolah.
kesiapsiagaan
Universitas
untuk
simulasi
Bencana
Masyarakat.
Berbasis
Jakarta:
IDEP.
Kompas. 12 Juli 2006. “
Pascagempa
225
Sekolah Rusak, Guru
dan Murid Cacat”.
bencana gempabumi.
19
Kurniawan,
Lilik,
Yunus,
Ridwan
Mohd.
Amri,
Roby
Narwawi
Pramudiata.
2011.
Indeks Rawan Bencana
Indonesia.
Jakarta:
Badan
Nasional
Noor,
Djauhari.
2011.
Geologi
Untuk
Perencanaan.
Yogyakarta:
Graha
Ilmu.
Sopaheluwakan, Jan, deny
hidayat,
Haryadi
Penanggulangan
Permana,
Krisna
Bencana.
Pribadi, Febrin Ismail,
Lazan, G. B. dan Sarmiento,
D.
M.
M.
2003.
Koen
Mayers,
Widayatun,
Titik
“Facilitating
Handayani,
Del
Psycological
Afriyadi
Recontruction” Dalam
Daliyo, Fitranita, Laila
Jufriadi,
Nagib,
Hena
Akhmad,
Diah
Akhmad
Afandi,
Bustomi,
Ngadi,
Yugo
Ayu,
Kumoro, Irina Rafliana,
M.
Teti Argo. 2006. Kajian
Rahman, Raehanayati,
Kesiapsiagaan
Sanndy Viky Ariyanto,
Masyarakat
Ika Karlina Laila Nur
Bencana
Suciningtyas.
dan Tsunami. Jakarta:
“Sosialisasi
LIPI-UNESCO/ISDR.
Dalam
Gempabumi
“Penguranagan Resiko
Bencana”
Di
Kecamatan Tempursari
Kabupaten
Sebagai
Pendidikan
Lumajang
Upaya
Mitigasi
Bencana”. ERUDIO. 1
(1), 50-58.
20
MENGHADAPI BENCANA GEMPABUMI
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Pendidikan Geografi
Diajukan Oleh :
AGUSTIAN DENY ARDIANSYAH
A 610100096
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2014
KESIAPSIAGAAN GURU SMA N 1 PRAMBANAN DALAM
MENGHADAPI BENCANA GEMPABUMI
Oleh:
Agustian Deny Ardiansyah1 dan R. Muh. Amin Sunarhadi, S.Si.,M.P2
1
2
Mahasiswa Pendidikan Geografi Universitas Muhhamadiyah Surakarta
Staf Pengajar Pendidikan Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAK
Kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana gempabumi merupakan salah satu
usaha yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
masyarakat dalam menghadapi bencana gempabumi. Penelitian kesiapsiagaan
guru SMA N 1 Prambanan dalam menghadapi bencana gempabumi bertujuan
untuk menghasikan informasi tentang kesiapsiagaan guru SMA N 1 Prambanan
dalam menghadapi bencana gempabumi melalui parameter pengetahuan dan
sikap, rencana tanggap darurat, sistem peringatan bencana, mobilisasi sumber
daya dan pemahaman guru SMA N 1 Prambanan tentang bencana gempabumi
melalui cara berfikir ORID (Objektif, Refektif, Interpretatif, dan Decision).
Metode dalam penelitian ini adalah metode sensus dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif serta mengambil keseluruhan populasi guru SMA N 1
Prambanan yang berjumlah 55 orang sebagai responden. Pengumpulan data
menggunakan dokumentasi dan quisioner dengan melakukan pengujian instrumen
penelitian (quisioner) melalui uji validitas dan realiabilitas. Data dianalisa secara
deskriptif kuantitatif dengan perhitungan persentase dan indeks. Hasil penelitian
menyimpukan (1) pemahaman guru tentang bencana gempabumi relatif baik
dengan jawaban yang cendrung mengarah pada jawaban sangat sesuai atau
dengan persentase 83,81% dari 100% yang diharapkan (2) kesiapsiagaan guru
SMA N 1 Prambanan dalam menghadapi bencana gempabumi dikategorikan siap
dengan nilai indeks 71,9.
Kata Kunci: Kesiapsiagaan Guru, Bencana Gempabumi, ORID, Indeks,
Persentase
lempeng
A. Pendahuluan
Ancaman bencana alam di
Indonesia
merupakan
aktif
dunia,
yaitu
Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-
refleksi
Australia, dan Lempeng Pasifik
kondisi geografis Indonesia yang
(Pribadi dkk., 2008:11). Interaksi
terletak
antar lempeng-lempeng tersebut
di
empat
pertemuan
1
lebih
lanjut
menempatkan
Kabupaten
Klaten
,
2006:1).
Indonesia sebagai wilayah yang
Gempabumi 27 Mei Tahun 2006
memiliki aktivitas kegunungapian
juga menimbulkan korban luka
dan kegempaan yang cukup tinggi
sebayak 20.272 jiwa serta korban
(Hartono, 2011:1). Interaksi antar
meninggalsebanyak 1.176 jiwa
lempeng
(Badan Penanggulangan Bencana
juga
mengakibatkan
pembentukan relief permukaan
Daerah
bumi
2006:1).
yang
pegunungan
bervariasi,
dengan
dari
lerengnya
Kabupaten
Kerusakan
Klaten
,
infrastruktur
yang curam dan mengisaratkan
bangunan dan timbulnya korban
ancaman bencana tanah longsor
jiwa juga terjadi pada warga
hingga wilayah landai sepanjang
sekolah dan sekolah, tercatat 73
pantai dengan ancaman bencana
orang meninggal, 33 cacat, 158
banjir
luka parah dan 204 luka ringan,
dan
tsunami
(Hartono,
2011:1).
dari jumlah tersebut terdapat 219
Kurniawan dkk., (2011:158)
siswa (62 siswa meninggal, 22
Kabupaten Klaten dalam kategori
siswa mengalami cacat dan 135
rawan bencana singgel hazard
siswa mengalami luka berat) serta
gempabumi menempati peringkat
255 dari 306 sekolahan yang
2
tersebar
se-kabupaten
Tingkat
di
Indonesia.
kerawanan
gempabumi
dibuktikan
bencana
oleh
di
Kecamatan
Gantiwarno, Trucuk, Jogonalan,
Cawas,
Banyat,
Wedi,
dan
peristiwa gempabumi 27 Mei
Prambanan mengalami kerusakan
Tahun 2006 yang mengakibatkan
(Koran Kompas edisi 12 Juli
678 unit fasilitas pendidikan dan
2006).
26 unit fasilitas kesehatan rusak
Secara geografis, SMA N 1
serta mengakibatkan 96.253 unit
Prambanan terletak pada 7° 43'
rumah warga rusak ringan, 63.615
55.93"LS - 110° 30' 7.62"BT dan
unit rusak berat, dan 32.277 unit
secaraadministratif terletak di Jl.
rumah
Manisrenggo - Prambanan, Desa
roboh
(Badan
Penanggulangan Bencana Daerah
Kebondalem
Lor,
Kecamatan
2
Prambanan, Kabupaten Klaten.
pemahaman
Merefleksi
gempabumi.
letak
SMA
N
1
tentang
bencana
di
Ancaman bencana gempabumi
Kabupaten Klaten dan kejadian
di SMA N 1 Prambanan dan peran
bencana
guru dalam menanamkan sikap
Prambanan
yang
berada
gempabumi
27Mei
Tahun 2006 dengan korban jiwa
kesiapsiagaan
maupun kerusakan infrastruktur
gempabumi, mendorong peneliti
bangunan
melakukan
yang
mengindikasikan
Prambanan
tidak
sedikit,
bencana
penelitian
yang
1
berkenaan dengan kesiapsiagaan
ancaman
guru dalam menghadapi bencana
yang
gempabumi dan pemahaman guru
SMA
memiliki
bencana
N
gempabumi
sewaktu - waktu dapat terjadi.
Ancaman bencana gempabumi
tentang
bencana
dengan
judul
gempabumi
“Kesiapsiagaan
di SMA N 1 Prambanan perlu
Guru SMA N 1 Prambanan
direspon oleh guru, karena dapat
Dalam
menjadi
Gempabumi”.
batu
pemahaman
konsep
loncatan
bencana,
bencana,
bencana
dan
dalam
konsep-
wawasan
pengetahuan
Menghadapi
Berdasarkan
atas,
dapat
Bencana
pemaparan
di
dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut.
bencana
1. Bagaimana pemahaman guru
gempabumi di sekolah dengan
SMA N 1 Prambanan tentang
melakukan
bencana gempabumi?.
kesiapsiagaan
upaya-upaya
pengurangan
resiko
bencana
2. Bagaimana
tingkat
gempabumi, antara lain dengan
kesiapsiagaan guru SMA N 1
melakukan kesiapsiagaan dalam
Prambanan dalam menghadapi
menghadapi
bencana gempabumi?
bencana
Tujuan yang ingin dicapai
gempabumi.Permasalahanya,
apakah
guru
telah
memiliki
kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana
gempabumi
dan
dalam penelitian ini adalah
1. Mengetahui pemahaman guru
SMA N 1 Prambanan tentang
bencana gempabumi.
3
2. Mengetahui
tingkat
maupun
faktor
kesiapsiagaan guru SMA N 1
sehingga
Prambanan dalam menghadapi
timbulnya
bencana gempabumi,
kerusakan
mengakibatkan
kerugian
B. Landasan Teori
manusia
korban
jiwa,
lingkungan,
harta
benda
dan
dampak psikologis.
1. Bencana
Secara etimologi bencana
2. Bencana Alam
berasal dari Bahasa Sansekerta,
Bencana alam merupakan
vancana yang berarti godaan,
bencana yang menyebabkan
tipuan,
terjadinya
kerusakan
kecelakaan. Bencana (disaster)
infrastruktur
bangunan,
menurut
(2011:280)
timbulnya
merupakan fungsi dari kondisi
kerusakan
yang tidak normal yang terjadi
hilangnya harta benda yang
pada
disebabkan oleh peristiwa alam
kerusakan,
Noor
masyarakat
dan
dan
korban
jiwa,
lingkungan,
mempunyai
kecendrungan
atau
kehilangan
kehidupannya,
yang disebabkan oleh alam,
harta benda, dan lingkungan
antara lain bencana gunung
sumberdayanya serta kondisi
meletus,
dimana
bencana kekeringan, bencana
masyarakat
tidak
serangkaian
peristiwa
bencana
longsor,
mempunyai kemampuan untuk
angin
keluar dari dampak atau akibat
ekstrem, bencana tsunami dan
yang ditimbulkannya.
bencana gempabumi (IDEP,
Kurniawan dkk., (2011:2)
mengartikan bencana sebagai
suatu peristiwa atau rangkaian
topan
atau
cuaca
2007:X).
3. Bencana Gempabumi
Bencana
gempabumi
peristiwa yang mengancam dan
merupakan
mengganggu kehidupan dan
yang terjadi karena getaran
penghidupan masyarakat yang
yang dirasakan di permukaan
disebabkan baik oleh faktor
bumi secara tiba-tiba akibat
alam dan atau faktor non alam
adanya sumber getar di dalam
fenomena
alam
4
bumi
melalui
pergeseran
menghayati
pengalaman
lempeng-lempeng bumi yang
bencana atau membandingkan
mengakibatkan
timbulnya
kondisi sebelum dan sesudah
korban jiwa, hilangnya harta
terjadi bencana, ketakutan, dan
benda, kerusakan infrastruktur
mungkin pengalaman positif
bangunan,
masyarakat
kerusakan
lingkungan
dan
dampak
psikologis.
realitas
(R),
kesadaran
yang
dialami
masyarakat
(guru)
dalam
4. Pemahaman Bencana
memahami pengaruh langsung
Pemahaman
mengenai
maupun tidak langsung dari
bencana menurut Lazan dan
bencana terhadap masyarakat,
Sarmiento
keluarga,
(2003:54)
Jufriadi
dkk.,
didasarkan
atas
dalam
khususnya
diungkapkan (I) dan kemauan
bencana
ORID
penting
masyarakat
atau
membangun
bencana
menghadapi
(Objective,
Reflektive, Interpretatif, and
Decision).
adaptasi
dapat
diungkap
dengan
proses
kembali
kejadian
dengan
mempertimbangkan,
sejauh
mengingat
mana
bencana
tingkat
untuk
(guru)
dalam
komitmen
bencana
terhadap
dan
berbagai
perubahan yang dialami oleh
masyarakat (D).
5. Parameter
ORID
depan
keutuhan
melalui dinamika berfikir dan
bertindak
masa
menjadi
untuk
resiko
dan
(2012:54)
berfikir
memahami
dalam
Guru
Kesiapsiagaan
Dalam
Menghadapi
Bencana Gempabumi
Sopaheluwakan
(2006:156)
digunakan
dkk.,
parameter
dalam
yang
mengukur
sensitivitas masyarakat (guru)
kesiapsiagaan
dalam
bencana
menghadapi
bencana
melalui sensori (O), sejauh
gempabumi
adalah
mana
pengetahuan
merespon
tingkat
masyarakat
(guru)
reflektif
dalam
guru
dan
dalam
sikap,
rencana tanggap darurat, sistim
5
peringatan
bencana,
serta
mobilisasi sumber daya.
1. Pengetahuan
dan
seluruh
pengetahuan
yang dilakukan guru dalam
yang
dalam
kemampuan
warga
terhadap
sekolah
ancaman
atau
potensi bencana yang ada
di
lingkungan
secara
kemampuan
maupun daya dan upaya
guru
membangun
daya
sikap
ketrampilan
dimiliki
sumber
merupakan
dan
merupakan
4. Mobilisasi
cepat
sekolah
dan
tepat
guna.
menyiapkan
manusia,
sumberdaya
sarana
dan
prasarana, serta finansial
dalam
rangka
kesiapsiagaan
dalam
menghadapi bencana.
C. Metode Penelitian
Metode
yang
peneliti
gunakan dalam penelitian ini
2. Rencana tanggap darurat
adalah metode sensus dengan
merupakan tindakan cepat
mengambil
dan tepat guna pada saat
populasi
terjadi
yang
Prambanan yang berjumlah 55
dengan
orang sebagai responden dan
dan
menggunakan dokumentasi dan
bencana
dilakukan
guru
memadukan
guru
mempertimbangkan sistem
quisioner
penanggulangan
pengumpul
bencana
keseluruhan
SMA
sebagai
N
1
alat
datanya.
yang sesuai dengan daerah
Pendekatan dalam penelitian
bencana.
ini menggunakan pendekatan
3. Sistim peringatan bencana
merupakan tindakan yang
dilakukan
guru
kuantitatif.
Pendekatan
kuantitatif
dalam
menggunakan quisioner yang
membentuk suatu sistem
dibagikan pada responden yang
dalam
memuat
rangka
variabel
tentang
guru
tentang
meningkatkan kemampuan
pemahaman
warga
bencana gempabumi dengan
sekolah
menghadapi bencana.
dalam
parameter Objective, Reflektif,
6
Interpretatif dan Decision serta
tingkat
dalam
guru
penelitian
bencana
persentase
kesiapsiagaan
menghadapi
Persentase
ini
Objektif,
sikap
Interpretatif,
pengetahuan,
meliputi
parparameter
gempabumi dengan parameter
dan
dalam
Reflektif,
dan
Decision.
rencana tanggap darurat, sistim
Hasil
peringatan bencana, mobilisasi
persentase
sumber daya.
jelaskan secara kualitatif untuk
Data
melalui
hasil
dianalisis
kemudian
di
mengetahui pemahaman guru
kemudian
tentang bencana gempabumi di
quisioner
bentuk
melalui
penyadapan
diubah menjadi data kuantitatif
dalam
perhitungan
skor
secara
SMA N 1 Prambanan.
Analisa
dan
deskriptif
digunakan
data
yang
peneliti
untuk
kuantitatif dengan perhitungan
mengkaji tingkat kesiapsiagaan
indek dan persentase untuk
guru SMA N 1 Prambanan
menyampaikan
dalam
kesiapsiagaan
tingkat
guru
menghadapi
dalam
bencana
menghadapi
gempabumi
analisa
bencana
menggunakan
data
deskriptif
gempabumi dan pemahaman
kuantitatif dengan perhitungan
guru
indeks pada setiap parameter.
tentang
bencana
Angka
gempabumi di SMA N 1
indeks
dalam
penelitian ini meliputi indeks
Prambanan.
Analisa
data
yang
digunakan
peneliti
untuk
mengkaji
pemahaman
guru
per
parameter
pengetahuan
dan
yaitu
sikap,
rencana tanggap darurat, sistim
SMA N 1 Prambanan tentang
peringatan
bencana
mobilisasi sumber daya pada
menggunakan
gempabumi
analisa
data
bencana
serta
sumber data quisioner. Tingkat
deskriptif kuantitatif dengan
kesiapsiagaan
perhitungan persentase.
menghadapi
guru
dalam
bencana
7
gempabumi
dikategorikan
dengan menjumlahkan skor rill
menjadi lima.
pertanyaan dalam parameter
Tabel 1. Kategori Tingkat Kesiapsiagaan
Guru DalamMenghadapai Bencana
Gempabumi
bersangkutan. Indeks berada di
No
1
2
3
4
5
Nilai indeks
80-100
65-79
55-64
40-54
0-39
Katagori
Sangat siap
Siap
Hampir siap
Kurang siap
Belum siap
Sumber: Sopaheluwakan., dkk (2006:47)
Indeks
per
pengetahuan
parameter
dan
sikap,
rencana tanggap darurat, sistim
peringatan
bencana,
dan
mobilisasi
sumber
daya
indek
angka
menggunakan
gabungan
“semua
setiap
tidak
ditimbang
pertanyaan
parameter
dalam
memiliki
bobot yang sama”. Penentuan
nilai
indek
dalam
setiap
parameter dihitung berdasarkan
rumus.
kisaran nilai 0 -100, sehingga
semakin tinggi nilai indek,
semakin
kesiapsiagaan
tingkat
yang dimiliki
oleh guru.
D. Analisa dan Pembahasan
a. Pemahaman Guru SMA N 1
Prambanan Tentang Bencana
Gempabumi
Analisa data yang digunakan
peneliti
untuk
mengkaji
pemahaman guru SMA N 1
Prambanan
tentang
bencana
gempabumi menggunakan analisa
data
deskriptif
kuantitatif
denganperhitungan persentase dan
dimaknai
secara
kualitatif.
Persentase dalam penelitian ini
meliputi
Reflektif,
Indeks =
tinggi
persentase
Objektif,
Interpretatif,
dan
Decisioion.
Sumber: Sopaheluwakan., dkk (2006:47)
Skor maksimum parameter
diperoleh
dari
jumlah
pertanyaan dalam parameter
yang
masing
-
masing
pertanyaan bernilai satu dan
total skor riil parameter didapat
8
1. Objektif
Parameter objektif merupakan
parameter yang menekankan pada
sejauh mana tingkat sensitivitas
guru dalam merespon bencana
melalui
pemaparan
sensori.
hasil
Berikut
perhitungan
persentasentase parameter objektif.
Tabel 2 Tahap Objekif dalam bencana gempabumi
Sumber:Data Primer Penelitian, 2013
[ket: TS: tidak sesuai, KS: kurang sesuai, S: sesuai, SS: sangat sesuai]
9
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat
SMA N 1 Prambanan telah memiliki
disimpulkan tingkat sensitivitas guru
pemahaman
dalam
dampak yang timbul akibat bencana
memahami
bencana
dalam
merespon
gempabumi secara sensori relatif
gempabumi.
baik,
cendrung
pemahaman tersebut, guru dapat
menjawab sesuai dan sangat sesuai
mempersiapkan hal yang dilakukan
dengan persentase jawaban 69,1%
untuk meminimlisir kerusakan fisik
yang
maupun sosial yang di timbulkan
karena
guru
menyatakan
bencana
sehingga
gempabumi mengakibatkan korban
akibat bencana gempabumi.
jiwa serta luka, 61,8% menyebabkan
2. Refektif
kehilangan
teman,
saudara
merupakan
krabat.
Tingkat sensitivitas guru dalam
memahami
bencana
gempabumi
Refektif
Parameter
atau
dari
parameter
yang
menekankan pada sejauh mana
tingkat
reflektif
guru
dalam
secara sensorin juga terlihat dari
menghayati pengalaman bencana
hasil persentase jawaban 58,2% yang
atau
menyatakan
sebelum
bencana
gempabumi
membandingkan
dan
sesudah
kondisi
terjadi
mendorng warga untuk saling tolong
bencana, ketakutan, dan mungkin
- menolong, 52,7% menyebabkan
pengalaman positif guru dalam
warga
bencana. Berikut pemaparan hasil
mengungsi,
52,7%
menyebabkan hancurnya bangunan
perhitungan
sekolah,
parameter reflektif.
50,9%
mengakibatkan
persentasentase
gangguan pada aktivitas sekolah, dan
49,1% masyarakat belum sadar akan
cara
penyelamatan
diri
ketika
gempabumi terjadi.
Hasil pemaparan analisa data
di atas, dapat disimpulkan, guru
10
Tabel 3. Tahap Refektif dalam bencana gempabumi
Sumber:Data Primer Penelitian, 2013
[ket: TS: tidak sesuai, KS: kurang sesuai, S: sesuai, SS: sangat sesuai]
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat
sangat
sesuai dengan
persentase
disimpulkan tingkat sensitivitas guru
jawaban 58,2% yang menyatakan
dalam
memahami
bencana
kekhawatiran banyak peserta didik
secara
reflektif
akan
gempabumi
dikategorikan
baik,
karena
cendrung menjawab sesuai dan
guru
menjadi
korban
bila
bila
merefleksi bencana gempabumi 27
Mei
Tahun
dan
58,2%
yang
11
menyatakan
kekhawatiran
gempabumi
akan
membuat
3. Interpretatif
Parameter
Interpretatif
merupakan parameter yang
kehilangan anggota keluarga.
Tingkat sensitivitas guru dalam
menekankan pada kesadaran
gempabumi
realitas yang dialami guru
secara reflektif juga terlihat dari hasil
dalam memahami pengaruh
persentase
yang
langsung
maupun
gempabumi
langsung
dari
akan menghancurkan rumaah, 56,4%
terhadap
yang menyatakan takut tidak bisa
keluarga, dan masa depan.
menyelamatkan diri jika sewaktu-
Berikut
waktu terjadi bencana gempabumi,
perhitungan persentasentase
54,5% menyatakan sedih dengan
parameter Interpretatif.
memahami
menyatakan
bencana
jawaban
56,4%
bencana
tidak
bencana
masyarakat,
pemaparan
hasil
kejadian gempabumi dan 47,3%
menyatakan sedih karena bencana
gempabumi mengganggu aktivitas
sekolah.
Hasil pemaparan analisa data di
atas, dapat disimpulkan, guru SMA
N 1 Prambanan telah memiliki
pemahaman
dalam
merespon
dampak bencana gempabumi baik
pada
individu
guru
maupun
lingkungan tempat tinggal, sehingga
dari pemahaman tersebut guru dapat
melakukan
tular
informasi
pendidikan
mengenai
bencana
gempabumi
pada
keluarga,
masyarkat dan peserta didik.
12
Tabel 4 Tahap terpretatif dalam bencana gempabumi
Sumber:Data Primer Penelitian, 2013
[ket: TS: tidak sesuai, KS: kurang sesuai, S: sesuai, SS: sangat sesuai]
mengenai hal-hal yang dilakukan
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat
disimpulkan
secara
Interpretatif
guru cendrung menjawab sesuai dan
sangat
sesuai dengan
persentase
jawaban 72,7% membuat individu
guru sadar akan kebesara ALLAH
SWT,
67,3%
menyatakan
gempabumi membuat individu guru
untuk lebih mandiri, 60% membuat
individu guru banyak belajar
dalam
menghadapi
bencana
gempabumi dan 52,7% menyatakan
perlu
melakukan
dalam
kesiapsiagaan
menghadapi
bencana
gempabumi.
Hasil pemaparan analisa data
di
atas,
pemahaman
Prambanan
gempabumi
dapat
guru
disimpulkan
SMA
tentang
secara
N
1
bencana
Interpretatif
dengan mengingat kembali peristiwa
gempabumi 27 Mei Tahun 2006,
menunjukan
guru
SMA
N
1
13
Prambanan
telah
memiliki
pemahaman
dalam
merespon
dampak bencana gempabumi.
Pemahaman
ditunjukan
bencana
tersebut
dengan
gempabumi
memahami
membuat
4. Decision
Parameter Decision merupakan
parameter yang menekankan pada
kemauan
masyarakat
dalam
membangun komitmen menghadapi
bencana
dan
adaptasi
terhadap
individu guru lebih bersikap tenang
berbagai perubahan yang dialami
dan sabar dalam menghadapinya,
oleh
sehingga dari pemahaman tersebut
bencana. Berikut pemaparan hasil
guru dapat melakukan persiapan atau
perhitungan
hal-hal
parameter decision.
yang
perlu
dilakukan
masyarakat
seteah
terjadi
persentasentase
sebelum terjadi bencana gempabumi
untuk ditularkan kepada keluarga,
masyarakat dan peserta didik.
Tabel 5. Tahap Decision dalam bencana gempabumi
Sumber:Data Primer Penelitian, 2013
[ket: TS: tidak sesuai, KS: kurang sesuai, S: sesuai, SS: sangat sesuai]
14
Berdasarkan Tabel 4.4 dapat
dalam
merespon
bencana
disimpulkan secara decision guru
gempabumi dengan mempersiapkan
cendrung
dan
baik secara individu, warga sekolah
persentase
atau masyarakat untuk melakukan
sangat
menjawab
sesuai
sesuai dengan
jawaban
69%
merapikan
sekolah,
menyatakan
barang-barang
60%
ikut
penting
kesiapsiagaan
dalam
menghadapi
bencana gempabumi.
menyatakan
masyarakat
perlu
mendapat
penyuluhan
dalam
menghadapi
bencana gempabumi oleh badan
penanggulangan
58,2%
bencana
daerah,
membantu
warga
menyelamatkan diri ketika bencana
gempabumi 27 mei ahun 2006.
Pemahaman
guru
tentang
bencana gempabumi secara decision
juga terlihat dari hasil persentase
jawaban
54,5%
pendidikan
kesiapsiagaan
menghadapi
bencana
perlu
peserta
segera
didik
ekstrakulikuler
menyatakan
dalam
gempabumi
diberikan
melalui
kepada
kegiatyan
sekolah,
54,5%
menyatakan sekolah perlu membuat
jalur evakuasi bencana dan 52,7%
warga
sekolah
perlu
mendapat
simulasi tentang tata cara dalam
menghadapi bencana gempabumi.
Hasil pemaparan analisa data di
atas, menunjukan guru SMA N 1
Prambanan
memiliki
pemahaman
15
b. Kesiapsiagaan
Guru
menghadapi
bencana
SMA N 1 Prambanan
gempabumi adalah 71,9
Dalam
(siap).
Menghadapi
Bencana Gempabumi
Kesiapsiagaan guru
Hal
tersebut
didasarkan pada akumulasi
skor
kesiapsiagaan
55
dalam
menghadapi
responden per parameter
bencana
gempabumi
pengetahuan
dan
sikap,
merupaan satu kesatuan
rencana tanggap darurat,
dalam
sistim peringatan bencana
setiap
parameter
pengetahuan dan sikap,
dan
mobilisasi
sumber
rencana tanggap darurat,
daya
dengan
kategori
sistim peringatan bencana
sangat siap sebanyak 20
dan
orang
mobilisasi
sumber
(36%),
siap
11
daya. Berikut perhitungan
orang (20%), hampir siap
indeks
kesiapsiagaaan
17 orang (31%), kurang
guru SMA N 1 Prambanan
siap 7 orang (13%) dan
dalam
belum siap 0 orang (0%).
menghadapi
bencana gempabumi.
Berikut
Indeks =
tingkat
sajian
responden
menghadapi
grafik
kesiapsiagaan
dalam
bencana
gempabumi.
=
=
X 100
X 100
= 71,9 (Siap)
Berdasarkan indeks
di
atas,
diketahui
kesiapsiagaan guru SMA
N 1 Prambanan dalam
16
Sipil
UGM,
penyedian
sistim
peringatan bencana dalam bentuk
bel/speker yang terpasang di setiap
ruang, penyedian sumber informasi
peringatan bencana seperti televisi
serta jaringan internet
Kesiapsiagaan
dipengaruhi
oleh
guru
juga
daerah
tempat
tinggal guru dimana 73,4% guru
Gambar 1. Grafik Kesiapsiagaan Guru SMA N 1
Prambanan Dalam Menghadapi Bencana
SMA N 1 Prambanan berasal dari
daerah rawan bencana gempabumi
Gempabumi (Sumber: Peneliti 2013)
tinggi, 24,4% berasal dari daerah
Indeks kesiapsiagaan guru SMA
rawan bencana gempabumi rendah,
N 1 Prambanan dalam menghadapai
dan 2,2% berasal dari daerah rawan
bencana
bencan gempabumi sedang.
gempabumi
yang
menunjukan tingkat kesiapsiagaan
guru siap, juga didasarkan pada fakta
di
lapangan
yang
menunjukan
adanya dukungan dari pihak sekolah
dalam
menyediakan
sarana
dan
prasaran kesiapsiagaan sekolah.
Saranan dan prasarana tersebut
berupa pamflet atau majalah dinding
yang memuat tentang pendidikan
kesiapsiagaan
bencana
dalam
gempabumi,
menghadapi
penyedian
sarana pra bencana seperti kotak P3K
(tas siaga bencana), tandu, tenda,
kain
kasa,
pengecekan
dan
struktur
obat-obatan,
bangunan
sekolah oleh Tim Assesment Tehnik
17
18
E. Kesimpulan Dan Saran
DAFTAR PUSTAKA
Badan
1. Kesimpulan
a. Pemahaman guru SMA N
tentang
bencana
Penanggulangan
Bencana
Daerah
Kabupaten
Klaten.
baik
2006. Data Kerusakan
dengan jawaban cendrung
Dan Korban Meninggal
sangat sesuai atau dengan
Akibat Gempabumi 26
persentase
Mei
gempabumi
relatif
83,81%
dari
100% yang diharapkan.
b. Kesiapsiagaan guru SMA
Tahun
2006.
Klaten:
Badan
Penanggulangan
N 1 Prambanan dalam
Bencana
menghadapi
Kabupaten Klaten.
bencana
gempabumi dikategorikan
Daerah
Hartono.
2011.
siap dengan nilai indeks
“Kesiapsiagaan
71,9.
Masyarakat
2. Saran
a. Guru dapat membuat suatu
Dalam
Menghadapi
Bencana
Gempabumi
Di
peraturan yang berakaitan
Kecamatan
dengan
kesiapsiagaan
Pangalengan Kabupaten
dalam
menghadapi
Bandung” (Skripsi S-1).
bencana
gempabumi
Bandung:
secara
tertulis
melalui
b. Dalam menularkan sikap
bencana
kepada peserta didik guru
bekerjasama dengan badan
penanggulangan
Kab
bencana
Klaten
melakukan
Pendidikan Indonesia.
IDEP. 2007. Penanggulangan
rapat sekolah.
kesiapsiagaan
Universitas
untuk
simulasi
Bencana
Masyarakat.
Berbasis
Jakarta:
IDEP.
Kompas. 12 Juli 2006. “
Pascagempa
225
Sekolah Rusak, Guru
dan Murid Cacat”.
bencana gempabumi.
19
Kurniawan,
Lilik,
Yunus,
Ridwan
Mohd.
Amri,
Roby
Narwawi
Pramudiata.
2011.
Indeks Rawan Bencana
Indonesia.
Jakarta:
Badan
Nasional
Noor,
Djauhari.
2011.
Geologi
Untuk
Perencanaan.
Yogyakarta:
Graha
Ilmu.
Sopaheluwakan, Jan, deny
hidayat,
Haryadi
Penanggulangan
Permana,
Krisna
Bencana.
Pribadi, Febrin Ismail,
Lazan, G. B. dan Sarmiento,
D.
M.
M.
2003.
Koen
Mayers,
Widayatun,
Titik
“Facilitating
Handayani,
Del
Psycological
Afriyadi
Recontruction” Dalam
Daliyo, Fitranita, Laila
Jufriadi,
Nagib,
Hena
Akhmad,
Diah
Akhmad
Afandi,
Bustomi,
Ngadi,
Yugo
Ayu,
Kumoro, Irina Rafliana,
M.
Teti Argo. 2006. Kajian
Rahman, Raehanayati,
Kesiapsiagaan
Sanndy Viky Ariyanto,
Masyarakat
Ika Karlina Laila Nur
Bencana
Suciningtyas.
dan Tsunami. Jakarta:
“Sosialisasi
LIPI-UNESCO/ISDR.
Dalam
Gempabumi
“Penguranagan Resiko
Bencana”
Di
Kecamatan Tempursari
Kabupaten
Sebagai
Pendidikan
Lumajang
Upaya
Mitigasi
Bencana”. ERUDIO. 1
(1), 50-58.
20