MODEL WISATA DAMAI (MWD) (Studi Tentang Preferensi, Model dan Aplikasi Wisata Damai di Kawasan Pariwisata Kuta Bali).
MODEL WISATA DAMAI ( M W D )
(Studi Tentang Preferensi, Model dan Aplikasi Wisata Damai
di Kawasan Pariwisata Kuta Bali)
Nyoman Ariana1), Made Sukana2) I Nyoman Jamin Ariana 3)
1
Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana
email: [email protected]
2
Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana
email: [email protected]
3
Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana
email: [email protected]
Abstract
Peace tourism is a product that combine tourism with social harmony. It is a very important to be
conducted a research because of people's living conditions often happen several social deviations
such as: the high rate of criminality, inter-ethnic conflict, and disharmony among religions. Based on
background the goal of this study is to analyze the preferences of tourists to the development of
Ground Zero Monument as a product of peace tourism in Kuta Bali. The concept that is used to solve
the research focus are the concept of peace tourism and the development of tourism products. The
approach that is used on this research are Integrating research between qualitative and quantitative
approaches. Methods of data collection is conducted by making observations (observation),
questionnaires, interviews, and documents. Meanwhile, to defining of variable operational is
determined to be several attributes are: Physical attractiveness; non-physical attractiveness; visiting
activities of tourist; facilities; transport; souvenirs; and service. Samples of research is determined
by purposive sampling is taken as many as 100 tourists. Data is analyzed with method of conjoint
analysis that is the effort to evaluate the value of the product by combining a number of value offered
of each attribute. The results show that the preferences of tourists to the product of peace tourism on
Ground Zero Monument Kuta Bali are: it is necessary to offer statue of monument (miniature) and a
the history book of monument as a souvenir for the tourists, (-0.330), providing adequate facilities
monuments (-0.302), giving a special place for tourists to pray (-0.257), packaging of products to
accommodate the values of peace symbols (-0.210), packaging of monument design that’s is
interesting for the tourist (-0.067), should be provided interpreters (guides to explain the monument (0.050), and it is not be provided the transportation for the tourist because they are more likely to use
private vehicles (-0.050). While the level of interest in the product of peace tourism in Monument
Ground Zero from highest to lowest based attribute utility value is as follows: souvenirs (16.509%),
physical attractiveness (15.775%), services (14.889%), non-physical attractiveness (14.461% ),
facilities (13.820%), attractions (12.648%), and transport (11.898).
Kata Kunci ; Wisata Damai, Monumen Ground Zero dan Kuta
i
1. PENDAHULUAN
Dalam
sejarah
akademis,
pengembangan perdamaian melalui pariwisata,
masih minim dikaryakan oleh para ahli
pariwisata. Salah satu ahli yang mendalami
pariwisata damai adalah Salazar pada tahun
2006 dengan memfokuskan kajiannya tentang
Building a Culture of Peace Thorugh Tourism.
Selain gagasan tersebut, pendapat dalam
membangun
pariwisata
damai
juga
dikemukakkan oleh dua Pemimpin nasional
yaitu: pertama mantan presiden Megawati
Soekarno Putri menggemakan perdamaian
melalui pariwisata pada acara akbar ATF (Asia
Tourism Forum) di Yogyakarta Tahun 2005.
Sedangkan kedua Presiden Susilo Bambang
Yodhoyono memberikan apresiasi terhadap
pariwisata, bahwa perdamaian bisa dilakukan
melalui pembangunan pariwisata. Pernyataan
presiden ini, disampaikan saat diresmikannya
The Institute of Peace and Democracy.
(Ariana : 2011).
Kawasan Pariwisata Kuta merupakan
salah satu kawasan pariwisata yang paling
menonjol di Bali dan merupakan salah satu
magnet penarik bagi wisatawan mancanegara
yang sudah terkenal sejak masa awal sejarah
pembangunan pariwisata Bali (sejak tahun
1920-an). Dengan termasyurnya Kuta sebagai
primadona pariwisata Bali maka tepat bila
Kuta sebagai trade mark dan jendela
pariwisata Bali di dunia internasional (The
Window of Tourism For Bali). (Pitana dkk :
2000 hal 3-4)
Menggali potensi dan mengkemas
wisata
damai
sebagai
wisata
baru,
merupakan wadah penyeimbang kondisi
pariwisata Kuta kini, Beberapa hasil penelitian
mengemukakan bahwa Kuta memiliki angka
kriminalitas relatif tinggi Mahagangga (2011).
Disamping itu temuan Ariana (2011) ada
beberapa dampak negatif pariwisata terhadap
masyarakat Kuta yang kian hari semakin
meluas seperti: gaya hidup masyarakat
cenderung meniru western style, kolektivitas
digantikan karakter individu, Alih fungsi
lahan, dan persaingan dunia bisnis semakin
tidak sehat.
Dari dua telaah tentang pariwisata
baik yang positif dan negatif dalam kaitan
dampak sosial budaya dan ekonomi
masyarakat. Ternyata Kuta masih ada peluang
untuk membangun pariwisata yang mengarah
pada kearifan dan keunikan masyarakat
setempat. Ada beberapa alasan
yang
memperkuat alasan tersebut yaitu: adanya
sejarah akulturasi antar etnis, pendirian
Monumen Ground Zero sebagai monumen
perdamaian,
dan tingginya aktivitas
tradisi dan penerapan nilainilai filosofis masyarakat.Pentingnya menggali
potensi pariwisata baru khususnya tentang
nilai –nilai/ esensi dalam
pariwisata,
dipertegas oleh Richard dan Wilson (2007)
yang mengatakan bahwa, terjadi perubahan
mendasar
dari tahapan perkembangan
pariwisata yang sering dipopulerkan dengan
istilah tourism style. Dulu pariwisata
mengarah pada pengembangan massal (mass
tourism), Selanjutnya menjadi suguhan
pariwisata yang mengarah pada pemanfaatan
kualitas budaya (cultural tourism). perubahan
ini tidak berhenti pada epicentrum tersebut,
tetapi kembali mengalami perubahan menuju
kreativitas dalam usaha kemasan wisata baru.
Bentuk nyata pada kemasan tersebut,
mengarah pada produk berbasis pengalaman
baru (a new experiences).
Berkaitan dengan hal tersebut sangat
penting kiranya diteliti terutama terkait
dengan nilai-nilai kemanusian (humanis)
seperti: kebersamaan, keadilan, solidaritas,
keharmonisan, demokrasi, dan persahabatan
melalui pemanfaatan Monumen Ground Zero
untuk dijadikan sebagai simbol perdamaian
untuk menuju pengembangan pariwisata
Damai (peace Tourism)
di Kawasan
Pariwisata Kuta Badung Bali. Sehingga
monumen tersebut tidak lagi dikenang
sebagai tempat memunculkan kebencian dan
dendam, tetapi bisa menjadi sarana instropeksi
diri untuk mengembangkan pariwisata yang
sesuai dengan nilai dan budaya luhur bangsa
Indonesia dan belajar menumbuhkan rasa
kasih
sayang
dengan
menggemakan
perdamaian melalui pembangunan pariwisata.
Berdasarkan dari alur berpikir
tersebut, maka masalah yang dapat
dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
bagaimana preferensi (pilihan) wisatawan
terhadap produk wisata damai pada Monumen
Ground Zero Kuta Bali.
2. KAJIAN LITERATUR
2.1 Pariwisata Damai
Salazar (2006) dalam artikel yang
berjudul Building a Culture of Peace through
Tourism: Reflexive and Analytical Notes and
Queries mengatakan “perdamaian tidak dapat
dilihat secara langsung dan relatif sulit diukur.
Tetapi, perdamaian bisa diartikan sebagai
tindakan/perilaku
yang
tidak
adanya
peperangan, aksi terorisme, dan kekerasan.
Pandangan ini dilengkapi dengan memberikan
definisi bahwa pariwisata damai (peace
tourism) adalah konsep baru dalam khasanah
keilmuan pariwisata. Pariwisata damai dapat
diartikan
sebagai
sebuah
kebebasan,
ketenangan dan tanpa peperangan yang
dibangun dari kedamaian dalam diri, alam
lingkungan dan Tuhan.
Kim et all (2007) dalam artikel yang
berjudul Using Tourism To Promote Peace On
The Korean Peninsula dalam Annal Of
Tourism Recearch, mengatakan bahwa
pariwisata sangat potensial dijadikan sebagai
usaha mempromosikan nilai kedamaian
terhadap masyarakat. Sebagai contoh dengan
aktivitas pariwisata ternyata dapat mengurangi
konflik antar-negara antara Korea Selatan dan
Korea Utara. Ditambahkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Ki Lee et all (2011) yang
dipublikasi pada international journal of
tourism research. Cara yang bisa dilakukan
untuk menciptakan
kedamaian
adalah
membangun
pariwisata
dengan
cara
membuatkan strategi kombinasi antara
kebijakan pemerintah, nilai budaya dan politik.
Temuan
lain
tentang
definisi
pariwisata damai dikemukakkan oleh Damore
(1998), pariwisata damai adalah pembangunan
pariwisata yang mempercepat rasa saling
pengertian dalam masyarakat. Pengembangan
pariwisata yang memperhatikan kekuatan
pariwisata dapat membantu umat manusia
menuju kehidupan yang damai dan harmonis.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksankan pada
Monumen Ground Zero di Kawasan
Pariwisata Kuta Kecamatan Kuta Kabupaten
Badung Provinsi Bali. Ada beberapa alasan
dipilihnya lokasi penelitian ini yaitu sebgai
berikut: (1) Monumen ini sebagai satusatunya tugu peringatan tragedi kemanusian
Bom Bali. (2) Kuta sebagai primadona
pariwisata Bali, (3) masyarakat Kuta yang
heterogen. (4) Kuta dikenal sebagai destinasi
yang ramah dan eksotis, dan (5) Monumen
banyak dikunjungi oleh wisatawan baik
wisatawan nusantara maupun mancanegara.
3.2 Ruang Lingkup Penelitian
Preferensi
(pilihan)
wisatawan
terhadap produk wisata damai adalah suatu
kemasan produk/layanan baik secara fisik
maupun nonfisik yang akan ditawarkan kepada
wisatawan di Monumen Ground Zero. Adapun
batasan variabel penelitian preferensi (pilihan)
wisatawan terhadap produk wisata damai
ditetapkan dengan 7 (tujuh) variabel dan 14
(empat belas) indikator. Jumlah variabel yang
dimaksud meliputi: (1) daya tarik fisik
(design & penataan monumen dan arsitektur
monumen; (2) daya tarik non fisik (pluralisme
& harmonisasi dan
simbol perdamaian);
aktivitas wisata (berdoa dan
jalan-jalan);
fasilitas (publik dan monumen); transportasi
(angkutan umum dan kendaraan pribadi);
cenderamata (CD & t-shirt monumen dan
miniatur monumen & sejarah); pelayanan
(interpreteter pemandu dan kunjungan mandiri
oleh wisatawan).
Tabel 3.1 Ruang Lingkup Penelitian
No
Variabel
1
Daya Tarik Fisik
2
Daya Tarik Non
Fisik
3
Aktivitas Wisata
4
Fasilitas
5
Transportasi
6
Cenderamata
7
Pelayanan
Indikator
a. Design
dan
Penataan
Monumen
b. Arsitektur Monumen
a. Pluralisme dan Harmonisasi
b. Simbol Perdamaian
a. Berdoa
b. Jalan-jalan
a. Publik
b. Monumen
a. Angkutan umum
b. Kendaraan Pribadi
a. CD dan T-Shirt Monumen
b. Miniatur Monumen dan
Sejarah
c. Interpreteter (Pemandu)
d. Kunjungan Mandiri oleh
wisatawan
3.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan Data dilakukan dengan
observasi
lapangan,
studi
dokumentasi,
wawancara dan penyebaran kuesioner. Namun
untuk fokus riset ini lebih dominan digunakan
berupa
penyebaran
kuesioner.
Daftar
pertanyaan ini disusun berdasarkan rangking
untuk mengetahui sejauh mana tingkat
persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap
pertanyaan yang diajukan yaitu berupa stimuli
atau kemasan produk pariwisata damai.
3.4 Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah conjoint analysis.
Menurut Gudono (2012) analisis conjoint
sangat tepat dipergunakan untuk meneliti
dampak-dampak atribut suatu benda atau
jasa secara serempak terhadap preferensi
seseorang terhadap
benda atau
jasa
tertentu. Sedangkan (Hair et.al., 2006,
menambahkan,
conjoint adalah usaha
mengevaluasi nilai dari produk/jasa/ide
(nyata
atau
hipotesis)
dengan
mengkombinasi dari sejumlah nilai yang
ditawarkan dari masing-masing atribut.
Utility secara konsep dasar mengukur nilai
dari analisis conjoint, adalah penilaian
(judgement) yang unik secara subyektif dari
setiap individu. Mencakup seluruh fitur dari
produk atau jasa, baik nyata atau tidak
nyata, dan oleh karena itu diukur seluruh
preferensi. Dalam analisis conjoint, utilitas
adalah asumsi yang menjadi dasar
menggunakan nilai pada setiap level dalam
setiap atribut dan menunjukkan cara
hubungan timbal balik utilitas yang
diformulasikan untuk kombinasi banyak
atribut. Untuk memudahkan proses analisis
penelitian ini dibantu dengan menggunakan
software SPSS versi 19.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.2.3 Hasil Preferensi Wisatawan Terhadap
Produk Wisata Damai
Alat analisis utama yang digunakan
dalam penelitian ini ialah analisis conjoin.
Cara analisis ini mengasumsikan bahwa
produk wisata damai dapat didefinisikan
sebagai suatu serial dari tingkat atribut
spesifik, serta utilitas pilihan wisatawan secara
total/keseluruhan yang ditentukan oleh utilitas
parsial
(partworths)
yang
selanjutnya
disumbangkan oleh setiap tingkat atribut pada
produk wisata damai. Analisis ini dapat
memberikan identifikasi kombinasi atribut
wisata damai yang paling disukai oleh
wisatawan dan identifikasi kepentingan relatif
dari setiap atribut/variabel.
Tujuan untuk membatasi jumlah atribut
dan taraf digunakan untuk menghindari
komplikasi dalam pengolah data. Dengan
dibatasi jumlahnya maka wisatawan akan
lebih mudah untuk memilih kombinasi stimuli
dalam melakukan perangkingan. Dalam
Penelitian ini menggunakan 7 atribut/variabel
dan 14 subatribut (level) (Tabel 4.1.).
Kemungkinan kombinasi yang terbentuk dari
berbagai subatribut tersebut ialah 2 x 2 x 2 x 2
x 2 x 2 x 2 = 128 stimuli.
Tabel 4.1 Jumlah Atribut dan Subatribut Model Wisata Damai
Atribut
Level
Subatribut
A
Daya Tarik
Fisik
1
2
B
Daya Tarik
Non Fisik
3
4
C
D
Aktivitas
Wisata
Fasilitas
E
Transportasi
F
Cenderamata
5
6
7
8
9
10
11
12
G
Pelayanan
A1. Design dan Penataan
Monumen
A2. Arsitektur Monumen
B1.
Pluralisme
dan
Harmonisasi
B2. Simbol Perdamaian
C1. Berdoa
C2. Jalan-jalan
D1. Publik
D2. Monumen
E1. Angkutan umum
E2. Kendaraan Pribadi
F1. CD dan T-Shirt
Monumen
F2. Miniatur Monumen dan
Sejarah
G1.
Interpreteter
(Pemandu)
G2. Kunjungan Mandiri
oleh wisatawan
13
14
Secara teoritis, Berdasarkan pada Tabel
4.2 seorang responden harus menilai 128
Stimuli dengan kombinasi atributnya masingmasing yang tidak praktis dan menyulitkan
responden/wisatawan. Oleh karena itu
digunakan suatu cara yaitu prosedur ortogonal
(SPSS) untuk membantu menciptakan
kombinasi stimuli dari 18 kemungkinan
tersebut, agar tidak semua kombinasi harus
dianalisis lebih lanjut (Tabel 5.9), Sehingga
ditemukan delapan stimuli. Stimuli tersebut
kemudian direpresentasikan menjadi delapan
jenis produk wisata damai yang masingmasing memiliki kombinasi atribut berbeda.
Tabel 4.2 Hasil Prosedur Ortogonal: Stimuli Untuk
Preferensi Produk Wisata Damai
Sti
mu
li
Daya
Tari
k
Fisik
Daya
Tarik
Non
Fisik
Atra
ksi
Wis
ata
Fasil
itas
Tra
nspo
rtasi
Cendr
amata
Pelayanan
I
Desai
n dan
Penat
aan
Mon
umen
Arsite
ktur
Mon
umen
Pluralis
me dan
Harmo
nisasi
Jalan
-jalan
Publi
k
Kend
araan
Priba
di
Patung
Monum
en dan
Sejarah
Mandiri
Pluralis
me dan
Harmo
nisasi
Prayer
Monu
men
Kenda
raan
Priba
di
Patung
Monum
en dan
Sejarah
Pemandu
II
III
Desai
n dan
Penat
aan
Mon
umen
Simbol
Perdam
aian
Praye
r
Mon
umen
Trans
porta
si
Umu
m
Patung
Monum
en dan
Sejarah
Mandiri
IV
Desai
n dan
Penat
aan
Mon
umen
Pluralis
me dan
Harmo
nisasi
Praye
r
Publi
k
Trans
porta
si
Umu
m
CD dan
T-Shirt
Monum
en
Pemandu
V
Arsit
ektur
Mon
umen
Pluralis
me dan
Harmo
nisasi
Jalan
-jalan
Mon
umen
Trans
porta
si
Umu
m
CD dan
T-Shirt
Monum
en
Mandiri
VI
Arsit
ektur
Mon
umen
Simbol
Perdam
aian
Praye
r
Publi
k
Kend
araan
Priba
di
CD dan
T-Shirt
Monum
en
Mandiri
VII
Desai
n dan
Penat
aan
Mon
umen
Simbol
Perdam
aian
Jalan
-jalan
Mon
umen
Kend
araan
Priba
di
CD dan
T-Shirt
Monum
en
Pemandu
VII
I
Arsit
ektur
Mon
umen
Simbol
Perdam
aian
Jalan
-jalan
Publi
k
Trans
porta
si
Umu
m
Patung
Monum
en dan
Sejarah
Pemandu
transportasi
dengan
nilai
kepentingan
11.898%,
responden
lebih
menyukai
kendaraan pribadi (skor -0,042) dibandingkan
dengan kendaraan umum (skor 0,042). Untuk
lebih jelasnya disajikan pada Tabel 4.3 dan
Tabel 4.4
Tabel 4.3 Penilaian Umum Preferensi Wisatawan dan
Utilitas Produk Wisata Damai
Atribut
Sub-Atribut
Utilitas
Preferensi
Daya Tarik Fisik
Dari Tabel 4.2 wisatawan diminta
untuk memberikan pendapat mengenai
delapan jenis produk wisata damai tersebut.
Pendapat responden diurutkan dari 1 sampai 8
untuk menandai jenis produk wisata damai
yang paling disukai (1) sampai ke produk
wisata damai lainya yang paling tidak disukai
(8). Pendapat setiap wisatawan disebut
sebagai utilitas yang dinyatakan dengan angka
dan menjadi dasar perhitungan konjoin dalam
menelusuri preferensi.
Preferensi wisatawan dalam memilih
produk wisata damai ditemukan bahwa atribut
dan sub-atribut yang disukai oleh wisatawan
adalah sebagai berikut: Pertama, atribut
cenderamata
memiliki persentase nilai
kepentingan relatif tertinggi yaitu 16.509 %.
Terkait dengan subatributnya wisatawan lenih
menyukai patung monumen dan sejarah (skor 0,330) bila dibandingkan dengan CD dan TShirt Monumen (skor 0,330). Kedua, atribut
daya tarik fisik dengan persentase nilai
kepentingan relatif 15.775 % yang lebih
disukai wisatawan adalah desain dan penataan
monumen (skor -0,069) dibandingkan dengan
arsitektur monumen (skor -0,067). Ketiga,
atribut pelayanan dengan nilai kepentingan
relatif 14.889% , responden lebih menyukai
pelayanan interpreter (pemandu) (skor -0,050)
dibandingkan
pelayanan mandiri
oleh
wisatawan (skor 0,050). Keempat, daya tarik
non fisik dengan nilai kepentingan relatif
14.461% , responden lebih menyukai simbol
perdamaian (skor -0,210) dibandingkan
pluralisme dan harmonisasi (skor 0,210).
Selanjutnya Kelima, yaitu atribut fasilitasnya
dengan nilai kepentingan relatif 13.820%,
responden lebih menyukai fasilitas monumen
(skor -0,302) dibandingkan fasilitas publik
(skor -0,302). Keenam yaitu atribut Atraksi
Wisata dengan nilai kepentingan relatif
12.648%, responden lebih menyukai berdoa
(skor -0,257) dibandingkan dengan jalan-jalan
(skor 0,257). Dan Ketujuh yaitu atribut
Daya
Fisik
Tarik
Non
Atraksi Wisata
Fasilitas
Transportasi
Cendramata
Pelayanan
Desain dan Penataan
Monumen
Arsitektur Monumen
Pluralisme
dan
Harmonisasi
Simbol Perdamaian
Berdoa
Jalan-jalan
Publik
Monumen
Angkutan umum
kendaraan pribadi
CD
dan
T-Shirt
Monumen
Patung Monumen dan
Sejarah
Interpreteter
Mandiri
(Constant)
-.067
.067
.210
-.210
-.257
.257
.302
-.302
.042
-.042
.330
-.330
-.050
.050
4.490
Desain dan
Penataan
Monumen
Simbol
Perdamaian
Berdoa
Fasilitas
Monumen
Kendaraan pribadi
Patung Monumen
dan Sejarah
Interpreteter
(pemandu)
Tabel4.3 Nilai Kepentingan Relatif Produk Wisata Damai
Atribut
Nilai Kepentingan Relatif (%)
Daya Tarik Fisik
15.775
Daya Tarik Non Fisik
14.461
Atraksi Wisata
12.648
Fasilitas
13.820
Transportasi
11.898
Cendramata
16.509
Pelayanan
14.889
Korelasi secara Pearson dan Kendall
menghasilkan angka yang relatif kuat yaitu
1,000 dan 1,000 (di atas 0,5). Hai ini
menunjukkan hubungan yang kuat antara
estimasi dan faktual, artinya hasil perhitungan
dari model regresi berkorelasi sangat kuat
dengan data yang diperoleh berdasarkan
pendapat wisatawan terhadap pilihan produk
wisata damai. Dan untuk nilai koefisien a = 5
%. Pada nilai uji signifikansi keenam korelasi
diperoleh signifikansi 0,000 (dibawah 0,05),
maka
korelasi
tersebut
mempunyai
signifikansi yang cukup kuat karena berada
dibawah nilai koefisien a = 5% (0,05). Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pendapat
dari 100 orang responden/wisatawan tersebut
dapat diterima untuk menggambarkan
preferensi wisatawan terhadap produk wisata
damai di Monument Ground Zero Kuta Bali.
Tabel 4.4
Pengukuran Realibilitas dan Validitas
Metode
Pearson's R
Kendall's tau
Value
1.000
1.000
Sig.
.000
.000
5. KESIMPULAN
Preferensi wisatawan terhadap produk
wisata damai pada Monumen Ground Zero
Kuta Bali ialah perlu disediakan patung
monument (miniatur) dan buku sejarah
monumen sebagai cenderamata, (-0,330),
disediakan fasilitas monumen yang memadai
(-0,302), berikan tempat khusus bagi
wisatawan
untuk
berdoa
(-0,257),
pengekemasan produk mengakomodir nilainilai simbol perdamaian (-0,210), mengkemas
desain dan penataan monumen yang baik dan
menarik (-0,067), perlu disediakan interpreter
(pemandu untuk menjelaskan) monumen (0,050), dan tidak perlu disediakan alat
transportasi karena wisatawan lebih cenderung
menggunakan kendaraan pribadi (-0,050).
Sedangkan tingkat kepentingan terhadap
produk wisata damai di Monument Ground
Zero dari atribut tertinggi sampai terendah
berdasarkan nilai utilitas yaitu
sebagai
berikut: cendramata (16,509%), daya tarik
fisik (15,775%), pelayanan (14,889 %), daya
tarik non fisik (14,461 %), fasilitas (13,820%),
atraksi wisata (12,648 %), dan transportasi
(11,898).
6. REFERENSI
Abramson,J. and Mizrahi, T. 1994. Examining Social
Work/Physician Colaboration ; a n Application of
Grounded Theory Methods Dalam Blaxter, L. Hughes, C.
dan Tight, M. 2001. How To Research . Second Edition.
Maidenhead, Berkshire. England. Alih Bahasa Agustina.
How To Research Seluk-Beluk Melakukan Riset. PT
Indeks Kelompok Gramedia.
Anonim. 2005. Peraturan Daerah Propinsi Tingkat I Bali
No. 3 Tahun 2005 Tentang Penetapan Kawasan
Pariwisata di Bali.
Ariana, Nyoman. 2011. Peluang Pariwisata Damai di Bali
Dalam Putra, Darma dan Pitana I Gde. Hiperdemokrasi
Dalam Pembangunan Pariwisata Persembahan Untuk
Prof. Ida Bagus Adnyana Manuaba. (hal 71-86). Pustaka
Larasan. Denpasar.
Aritonang R. L. R. 2005. Kepuasan Pelanggan Pengukuran
dan Penganalisisan
dengan SPSS. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Blaxter, L. Hughes, C. dan Tight, M. 2001. How To Research .
Second Edition. Maidenhead, Berkshire. England. Alih
Bahasa Agustina. How To Research Seluk-Beluk
Melakukan Riset. PT Indeks Kelompok Gramedia.
Chanwick Robin A. (1994) Concepts, Definitions and
measures used in travel and tourism research. In Travel
Tourism, and Hospitality Research, A handbook for
Manager and Researchers.Editor J.R. Brent Ritchie and
Charles R. Goeldner second edition. John Wiley and
Sons,Inc Canada.
Damore,L. 1998. Tourism-The World Peace industry Jurnal Of
Travel Research.Vol. 27. No.1. Pp 35-40.
Dinas Pariwisata Propinsi Bali, 2001. Perkembangan
Akomodasi di Propinsi Bali Tahun 1996-2000.
Denpasar. Bali.
Gudono, 2012. Analisi Data Multivariat. BPFE. Yogyakarta
Ki Lee Choong, Lawrence J. Bendle, Yoo Shik Yoon, MyungJa Kim. 2011. Thanatourism or peace tourism : perceived
value at a North Korean Resort From Indigenous
Perspective. International Journal of Tourism Reserach
Vol 14, issue 1 page 71-90.January/pebruari 2012.
Kim, Samuel Seongseop, et all. 2007.Using Tourism To Promote
Peace On The Korean Peninsula. dalam Annal Of Tourism
Recearch Vol.34, No. 2, pp291-309.
Kusmayadi dan Sugiarto, E. 2000. Metodologi Penelitian alam
Bidang Kepariwisataan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Mahagangga, Oka. 2011. Tantangan Keamanan Pariwisata Bali:
Kajian Pemetaan Kriminalitas di Daerah Wisata Bali.
Dalam Putra, Darma dan Pitana I Gde. Hiperdemokrasi
Dalam Pembangunan Pariwisata Persembahan Untuk Prof.
Ida Bagus Adnyana Manuaba. Pustaka Larasan. Denpasar.
Mak James. 2008. Developing A Dream Destination : Tourism
And Tourism Policy Planning In Hawai. Versa Press.
Hawai
Margana Sri. 2011. Kolonialisme Kebudayaan dan Kebalian:
Dari Konggres
Kebudayaan Bali I Tahun 1937
disampaikan pada Seminar Nasional Kebudayaan Dalam
Rangka Dies Natalis UNUD Ke 49. Universitas Udayana
Denpasar.
Murni, Ni. N. S. 1995. Pariwisata I. Bandung : Pusat
Pengembangan Pendidikan Politeknik. Palguna, A. A. N.
2001. Dinamika Masyarakat Menuju Civil Society (Study
Kasus) Objek Wisata Alas Kedaton di Desa Kukuh
Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan (Tesis).
Denpasar : Univesitas Udayana.
Pendit, N. S. 1997. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar. Jakarta :
PT Pradnya Paramita. Pitana, I Gede dkk. 2000. Kuta
Cermin Retak Pariwisata Bali. Bali Post, Denpasar Bali.
Pitana, I G. Dan Surya D, I. K. 2009. Pengantar
Ilmu Pariwisata. CV Andi Offset. Yogyakarta.
Pujani, L.P. K. 2000. Pekerja Anak Pada Sektor Informal
Penjual Postcard di Objek Wisata Tanah Lot, Tabanan,
Bali (Studi Tentang Pemaknaan kerja Dalam Perspektif
Budaya Kewiraswataan ) (Tesis). Denpasar : Universitas
Udayana.
Putra, H. S. A (et al), 1998. Model Pariwisata pedesaan Sebagai
Alternatif Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta :
Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada.
Richards G. Wilson Julie. Tourism, Creativity
Development. Routledge. USA and Canada.
and
Riduwan. 2003. Dasar-Dasar Statistik, Cet. 3 Bandung :
Alfabeta.
Reisinger, Yvette and Turner Lindsay. 2003. Cross-Cultural
Behaviour In Tourism Concepts and Analysis. An imprint
of elseiver Science Limited Linacre House. Butter
Heinemann. Great Britain
Sharpley. Richard. 2005 Managing The Coutryside for Tourism
: a Governance Perspective dalam Pender. Lesley and
Sharpley. Richard. The Management of Tourism . SAGE
Publication. California.
Spillane. J. J. 1987. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prosfeknya
:Yogyakarta : Kanisius. Surjandari,Isti. 2009. Conjoint
Analisis : Konsep dan Aplikasi. Trisakti Jakarta.
Suryasih, Ida Ayu. 2008. Pengelolaan Objek dan Daya
Tarik Wisata Berbasis Tri Hita Karana. Dalam Majalah
Analisis Pariwisata. Vol. 8, No. 2, 2008 Hal 25-29.
Tom Baum and Jithendran Kokkranikal “ Human Resources
Management in Tourism” dalam buku yang berjudul : The
Management of Tourism karya : Lesley Pender and
Richard Sharpley.
Yoeti, O. A. 1997. Perencanaan Pengembangan Pariwisata,
Jakarta : PT. Pradnya Paramita. Zalazar,Noel B. 2006.
Building a Culture of Peace Though Tourism : Reflexive
and Analytical Notes and Queries. Universitas
Humanistica, No. 62. Fcs, Facultad De Ciencias Sociales.
http:www.javariana.edu.co. 17 Desember 2008.
http://www.newsgrups.derkeiler.com.
tanggal 27 Desember 2008
Menyelamatkan
Bali
(Studi Tentang Preferensi, Model dan Aplikasi Wisata Damai
di Kawasan Pariwisata Kuta Bali)
Nyoman Ariana1), Made Sukana2) I Nyoman Jamin Ariana 3)
1
Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana
email: [email protected]
2
Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana
email: [email protected]
3
Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana
email: [email protected]
Abstract
Peace tourism is a product that combine tourism with social harmony. It is a very important to be
conducted a research because of people's living conditions often happen several social deviations
such as: the high rate of criminality, inter-ethnic conflict, and disharmony among religions. Based on
background the goal of this study is to analyze the preferences of tourists to the development of
Ground Zero Monument as a product of peace tourism in Kuta Bali. The concept that is used to solve
the research focus are the concept of peace tourism and the development of tourism products. The
approach that is used on this research are Integrating research between qualitative and quantitative
approaches. Methods of data collection is conducted by making observations (observation),
questionnaires, interviews, and documents. Meanwhile, to defining of variable operational is
determined to be several attributes are: Physical attractiveness; non-physical attractiveness; visiting
activities of tourist; facilities; transport; souvenirs; and service. Samples of research is determined
by purposive sampling is taken as many as 100 tourists. Data is analyzed with method of conjoint
analysis that is the effort to evaluate the value of the product by combining a number of value offered
of each attribute. The results show that the preferences of tourists to the product of peace tourism on
Ground Zero Monument Kuta Bali are: it is necessary to offer statue of monument (miniature) and a
the history book of monument as a souvenir for the tourists, (-0.330), providing adequate facilities
monuments (-0.302), giving a special place for tourists to pray (-0.257), packaging of products to
accommodate the values of peace symbols (-0.210), packaging of monument design that’s is
interesting for the tourist (-0.067), should be provided interpreters (guides to explain the monument (0.050), and it is not be provided the transportation for the tourist because they are more likely to use
private vehicles (-0.050). While the level of interest in the product of peace tourism in Monument
Ground Zero from highest to lowest based attribute utility value is as follows: souvenirs (16.509%),
physical attractiveness (15.775%), services (14.889%), non-physical attractiveness (14.461% ),
facilities (13.820%), attractions (12.648%), and transport (11.898).
Kata Kunci ; Wisata Damai, Monumen Ground Zero dan Kuta
i
1. PENDAHULUAN
Dalam
sejarah
akademis,
pengembangan perdamaian melalui pariwisata,
masih minim dikaryakan oleh para ahli
pariwisata. Salah satu ahli yang mendalami
pariwisata damai adalah Salazar pada tahun
2006 dengan memfokuskan kajiannya tentang
Building a Culture of Peace Thorugh Tourism.
Selain gagasan tersebut, pendapat dalam
membangun
pariwisata
damai
juga
dikemukakkan oleh dua Pemimpin nasional
yaitu: pertama mantan presiden Megawati
Soekarno Putri menggemakan perdamaian
melalui pariwisata pada acara akbar ATF (Asia
Tourism Forum) di Yogyakarta Tahun 2005.
Sedangkan kedua Presiden Susilo Bambang
Yodhoyono memberikan apresiasi terhadap
pariwisata, bahwa perdamaian bisa dilakukan
melalui pembangunan pariwisata. Pernyataan
presiden ini, disampaikan saat diresmikannya
The Institute of Peace and Democracy.
(Ariana : 2011).
Kawasan Pariwisata Kuta merupakan
salah satu kawasan pariwisata yang paling
menonjol di Bali dan merupakan salah satu
magnet penarik bagi wisatawan mancanegara
yang sudah terkenal sejak masa awal sejarah
pembangunan pariwisata Bali (sejak tahun
1920-an). Dengan termasyurnya Kuta sebagai
primadona pariwisata Bali maka tepat bila
Kuta sebagai trade mark dan jendela
pariwisata Bali di dunia internasional (The
Window of Tourism For Bali). (Pitana dkk :
2000 hal 3-4)
Menggali potensi dan mengkemas
wisata
damai
sebagai
wisata
baru,
merupakan wadah penyeimbang kondisi
pariwisata Kuta kini, Beberapa hasil penelitian
mengemukakan bahwa Kuta memiliki angka
kriminalitas relatif tinggi Mahagangga (2011).
Disamping itu temuan Ariana (2011) ada
beberapa dampak negatif pariwisata terhadap
masyarakat Kuta yang kian hari semakin
meluas seperti: gaya hidup masyarakat
cenderung meniru western style, kolektivitas
digantikan karakter individu, Alih fungsi
lahan, dan persaingan dunia bisnis semakin
tidak sehat.
Dari dua telaah tentang pariwisata
baik yang positif dan negatif dalam kaitan
dampak sosial budaya dan ekonomi
masyarakat. Ternyata Kuta masih ada peluang
untuk membangun pariwisata yang mengarah
pada kearifan dan keunikan masyarakat
setempat. Ada beberapa alasan
yang
memperkuat alasan tersebut yaitu: adanya
sejarah akulturasi antar etnis, pendirian
Monumen Ground Zero sebagai monumen
perdamaian,
dan tingginya aktivitas
tradisi dan penerapan nilainilai filosofis masyarakat.Pentingnya menggali
potensi pariwisata baru khususnya tentang
nilai –nilai/ esensi dalam
pariwisata,
dipertegas oleh Richard dan Wilson (2007)
yang mengatakan bahwa, terjadi perubahan
mendasar
dari tahapan perkembangan
pariwisata yang sering dipopulerkan dengan
istilah tourism style. Dulu pariwisata
mengarah pada pengembangan massal (mass
tourism), Selanjutnya menjadi suguhan
pariwisata yang mengarah pada pemanfaatan
kualitas budaya (cultural tourism). perubahan
ini tidak berhenti pada epicentrum tersebut,
tetapi kembali mengalami perubahan menuju
kreativitas dalam usaha kemasan wisata baru.
Bentuk nyata pada kemasan tersebut,
mengarah pada produk berbasis pengalaman
baru (a new experiences).
Berkaitan dengan hal tersebut sangat
penting kiranya diteliti terutama terkait
dengan nilai-nilai kemanusian (humanis)
seperti: kebersamaan, keadilan, solidaritas,
keharmonisan, demokrasi, dan persahabatan
melalui pemanfaatan Monumen Ground Zero
untuk dijadikan sebagai simbol perdamaian
untuk menuju pengembangan pariwisata
Damai (peace Tourism)
di Kawasan
Pariwisata Kuta Badung Bali. Sehingga
monumen tersebut tidak lagi dikenang
sebagai tempat memunculkan kebencian dan
dendam, tetapi bisa menjadi sarana instropeksi
diri untuk mengembangkan pariwisata yang
sesuai dengan nilai dan budaya luhur bangsa
Indonesia dan belajar menumbuhkan rasa
kasih
sayang
dengan
menggemakan
perdamaian melalui pembangunan pariwisata.
Berdasarkan dari alur berpikir
tersebut, maka masalah yang dapat
dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
bagaimana preferensi (pilihan) wisatawan
terhadap produk wisata damai pada Monumen
Ground Zero Kuta Bali.
2. KAJIAN LITERATUR
2.1 Pariwisata Damai
Salazar (2006) dalam artikel yang
berjudul Building a Culture of Peace through
Tourism: Reflexive and Analytical Notes and
Queries mengatakan “perdamaian tidak dapat
dilihat secara langsung dan relatif sulit diukur.
Tetapi, perdamaian bisa diartikan sebagai
tindakan/perilaku
yang
tidak
adanya
peperangan, aksi terorisme, dan kekerasan.
Pandangan ini dilengkapi dengan memberikan
definisi bahwa pariwisata damai (peace
tourism) adalah konsep baru dalam khasanah
keilmuan pariwisata. Pariwisata damai dapat
diartikan
sebagai
sebuah
kebebasan,
ketenangan dan tanpa peperangan yang
dibangun dari kedamaian dalam diri, alam
lingkungan dan Tuhan.
Kim et all (2007) dalam artikel yang
berjudul Using Tourism To Promote Peace On
The Korean Peninsula dalam Annal Of
Tourism Recearch, mengatakan bahwa
pariwisata sangat potensial dijadikan sebagai
usaha mempromosikan nilai kedamaian
terhadap masyarakat. Sebagai contoh dengan
aktivitas pariwisata ternyata dapat mengurangi
konflik antar-negara antara Korea Selatan dan
Korea Utara. Ditambahkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Ki Lee et all (2011) yang
dipublikasi pada international journal of
tourism research. Cara yang bisa dilakukan
untuk menciptakan
kedamaian
adalah
membangun
pariwisata
dengan
cara
membuatkan strategi kombinasi antara
kebijakan pemerintah, nilai budaya dan politik.
Temuan
lain
tentang
definisi
pariwisata damai dikemukakkan oleh Damore
(1998), pariwisata damai adalah pembangunan
pariwisata yang mempercepat rasa saling
pengertian dalam masyarakat. Pengembangan
pariwisata yang memperhatikan kekuatan
pariwisata dapat membantu umat manusia
menuju kehidupan yang damai dan harmonis.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksankan pada
Monumen Ground Zero di Kawasan
Pariwisata Kuta Kecamatan Kuta Kabupaten
Badung Provinsi Bali. Ada beberapa alasan
dipilihnya lokasi penelitian ini yaitu sebgai
berikut: (1) Monumen ini sebagai satusatunya tugu peringatan tragedi kemanusian
Bom Bali. (2) Kuta sebagai primadona
pariwisata Bali, (3) masyarakat Kuta yang
heterogen. (4) Kuta dikenal sebagai destinasi
yang ramah dan eksotis, dan (5) Monumen
banyak dikunjungi oleh wisatawan baik
wisatawan nusantara maupun mancanegara.
3.2 Ruang Lingkup Penelitian
Preferensi
(pilihan)
wisatawan
terhadap produk wisata damai adalah suatu
kemasan produk/layanan baik secara fisik
maupun nonfisik yang akan ditawarkan kepada
wisatawan di Monumen Ground Zero. Adapun
batasan variabel penelitian preferensi (pilihan)
wisatawan terhadap produk wisata damai
ditetapkan dengan 7 (tujuh) variabel dan 14
(empat belas) indikator. Jumlah variabel yang
dimaksud meliputi: (1) daya tarik fisik
(design & penataan monumen dan arsitektur
monumen; (2) daya tarik non fisik (pluralisme
& harmonisasi dan
simbol perdamaian);
aktivitas wisata (berdoa dan
jalan-jalan);
fasilitas (publik dan monumen); transportasi
(angkutan umum dan kendaraan pribadi);
cenderamata (CD & t-shirt monumen dan
miniatur monumen & sejarah); pelayanan
(interpreteter pemandu dan kunjungan mandiri
oleh wisatawan).
Tabel 3.1 Ruang Lingkup Penelitian
No
Variabel
1
Daya Tarik Fisik
2
Daya Tarik Non
Fisik
3
Aktivitas Wisata
4
Fasilitas
5
Transportasi
6
Cenderamata
7
Pelayanan
Indikator
a. Design
dan
Penataan
Monumen
b. Arsitektur Monumen
a. Pluralisme dan Harmonisasi
b. Simbol Perdamaian
a. Berdoa
b. Jalan-jalan
a. Publik
b. Monumen
a. Angkutan umum
b. Kendaraan Pribadi
a. CD dan T-Shirt Monumen
b. Miniatur Monumen dan
Sejarah
c. Interpreteter (Pemandu)
d. Kunjungan Mandiri oleh
wisatawan
3.3 Pengumpulan Data
Pengumpulan Data dilakukan dengan
observasi
lapangan,
studi
dokumentasi,
wawancara dan penyebaran kuesioner. Namun
untuk fokus riset ini lebih dominan digunakan
berupa
penyebaran
kuesioner.
Daftar
pertanyaan ini disusun berdasarkan rangking
untuk mengetahui sejauh mana tingkat
persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap
pertanyaan yang diajukan yaitu berupa stimuli
atau kemasan produk pariwisata damai.
3.4 Analisis Data
Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah conjoint analysis.
Menurut Gudono (2012) analisis conjoint
sangat tepat dipergunakan untuk meneliti
dampak-dampak atribut suatu benda atau
jasa secara serempak terhadap preferensi
seseorang terhadap
benda atau
jasa
tertentu. Sedangkan (Hair et.al., 2006,
menambahkan,
conjoint adalah usaha
mengevaluasi nilai dari produk/jasa/ide
(nyata
atau
hipotesis)
dengan
mengkombinasi dari sejumlah nilai yang
ditawarkan dari masing-masing atribut.
Utility secara konsep dasar mengukur nilai
dari analisis conjoint, adalah penilaian
(judgement) yang unik secara subyektif dari
setiap individu. Mencakup seluruh fitur dari
produk atau jasa, baik nyata atau tidak
nyata, dan oleh karena itu diukur seluruh
preferensi. Dalam analisis conjoint, utilitas
adalah asumsi yang menjadi dasar
menggunakan nilai pada setiap level dalam
setiap atribut dan menunjukkan cara
hubungan timbal balik utilitas yang
diformulasikan untuk kombinasi banyak
atribut. Untuk memudahkan proses analisis
penelitian ini dibantu dengan menggunakan
software SPSS versi 19.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.2.3 Hasil Preferensi Wisatawan Terhadap
Produk Wisata Damai
Alat analisis utama yang digunakan
dalam penelitian ini ialah analisis conjoin.
Cara analisis ini mengasumsikan bahwa
produk wisata damai dapat didefinisikan
sebagai suatu serial dari tingkat atribut
spesifik, serta utilitas pilihan wisatawan secara
total/keseluruhan yang ditentukan oleh utilitas
parsial
(partworths)
yang
selanjutnya
disumbangkan oleh setiap tingkat atribut pada
produk wisata damai. Analisis ini dapat
memberikan identifikasi kombinasi atribut
wisata damai yang paling disukai oleh
wisatawan dan identifikasi kepentingan relatif
dari setiap atribut/variabel.
Tujuan untuk membatasi jumlah atribut
dan taraf digunakan untuk menghindari
komplikasi dalam pengolah data. Dengan
dibatasi jumlahnya maka wisatawan akan
lebih mudah untuk memilih kombinasi stimuli
dalam melakukan perangkingan. Dalam
Penelitian ini menggunakan 7 atribut/variabel
dan 14 subatribut (level) (Tabel 4.1.).
Kemungkinan kombinasi yang terbentuk dari
berbagai subatribut tersebut ialah 2 x 2 x 2 x 2
x 2 x 2 x 2 = 128 stimuli.
Tabel 4.1 Jumlah Atribut dan Subatribut Model Wisata Damai
Atribut
Level
Subatribut
A
Daya Tarik
Fisik
1
2
B
Daya Tarik
Non Fisik
3
4
C
D
Aktivitas
Wisata
Fasilitas
E
Transportasi
F
Cenderamata
5
6
7
8
9
10
11
12
G
Pelayanan
A1. Design dan Penataan
Monumen
A2. Arsitektur Monumen
B1.
Pluralisme
dan
Harmonisasi
B2. Simbol Perdamaian
C1. Berdoa
C2. Jalan-jalan
D1. Publik
D2. Monumen
E1. Angkutan umum
E2. Kendaraan Pribadi
F1. CD dan T-Shirt
Monumen
F2. Miniatur Monumen dan
Sejarah
G1.
Interpreteter
(Pemandu)
G2. Kunjungan Mandiri
oleh wisatawan
13
14
Secara teoritis, Berdasarkan pada Tabel
4.2 seorang responden harus menilai 128
Stimuli dengan kombinasi atributnya masingmasing yang tidak praktis dan menyulitkan
responden/wisatawan. Oleh karena itu
digunakan suatu cara yaitu prosedur ortogonal
(SPSS) untuk membantu menciptakan
kombinasi stimuli dari 18 kemungkinan
tersebut, agar tidak semua kombinasi harus
dianalisis lebih lanjut (Tabel 5.9), Sehingga
ditemukan delapan stimuli. Stimuli tersebut
kemudian direpresentasikan menjadi delapan
jenis produk wisata damai yang masingmasing memiliki kombinasi atribut berbeda.
Tabel 4.2 Hasil Prosedur Ortogonal: Stimuli Untuk
Preferensi Produk Wisata Damai
Sti
mu
li
Daya
Tari
k
Fisik
Daya
Tarik
Non
Fisik
Atra
ksi
Wis
ata
Fasil
itas
Tra
nspo
rtasi
Cendr
amata
Pelayanan
I
Desai
n dan
Penat
aan
Mon
umen
Arsite
ktur
Mon
umen
Pluralis
me dan
Harmo
nisasi
Jalan
-jalan
Publi
k
Kend
araan
Priba
di
Patung
Monum
en dan
Sejarah
Mandiri
Pluralis
me dan
Harmo
nisasi
Prayer
Monu
men
Kenda
raan
Priba
di
Patung
Monum
en dan
Sejarah
Pemandu
II
III
Desai
n dan
Penat
aan
Mon
umen
Simbol
Perdam
aian
Praye
r
Mon
umen
Trans
porta
si
Umu
m
Patung
Monum
en dan
Sejarah
Mandiri
IV
Desai
n dan
Penat
aan
Mon
umen
Pluralis
me dan
Harmo
nisasi
Praye
r
Publi
k
Trans
porta
si
Umu
m
CD dan
T-Shirt
Monum
en
Pemandu
V
Arsit
ektur
Mon
umen
Pluralis
me dan
Harmo
nisasi
Jalan
-jalan
Mon
umen
Trans
porta
si
Umu
m
CD dan
T-Shirt
Monum
en
Mandiri
VI
Arsit
ektur
Mon
umen
Simbol
Perdam
aian
Praye
r
Publi
k
Kend
araan
Priba
di
CD dan
T-Shirt
Monum
en
Mandiri
VII
Desai
n dan
Penat
aan
Mon
umen
Simbol
Perdam
aian
Jalan
-jalan
Mon
umen
Kend
araan
Priba
di
CD dan
T-Shirt
Monum
en
Pemandu
VII
I
Arsit
ektur
Mon
umen
Simbol
Perdam
aian
Jalan
-jalan
Publi
k
Trans
porta
si
Umu
m
Patung
Monum
en dan
Sejarah
Pemandu
transportasi
dengan
nilai
kepentingan
11.898%,
responden
lebih
menyukai
kendaraan pribadi (skor -0,042) dibandingkan
dengan kendaraan umum (skor 0,042). Untuk
lebih jelasnya disajikan pada Tabel 4.3 dan
Tabel 4.4
Tabel 4.3 Penilaian Umum Preferensi Wisatawan dan
Utilitas Produk Wisata Damai
Atribut
Sub-Atribut
Utilitas
Preferensi
Daya Tarik Fisik
Dari Tabel 4.2 wisatawan diminta
untuk memberikan pendapat mengenai
delapan jenis produk wisata damai tersebut.
Pendapat responden diurutkan dari 1 sampai 8
untuk menandai jenis produk wisata damai
yang paling disukai (1) sampai ke produk
wisata damai lainya yang paling tidak disukai
(8). Pendapat setiap wisatawan disebut
sebagai utilitas yang dinyatakan dengan angka
dan menjadi dasar perhitungan konjoin dalam
menelusuri preferensi.
Preferensi wisatawan dalam memilih
produk wisata damai ditemukan bahwa atribut
dan sub-atribut yang disukai oleh wisatawan
adalah sebagai berikut: Pertama, atribut
cenderamata
memiliki persentase nilai
kepentingan relatif tertinggi yaitu 16.509 %.
Terkait dengan subatributnya wisatawan lenih
menyukai patung monumen dan sejarah (skor 0,330) bila dibandingkan dengan CD dan TShirt Monumen (skor 0,330). Kedua, atribut
daya tarik fisik dengan persentase nilai
kepentingan relatif 15.775 % yang lebih
disukai wisatawan adalah desain dan penataan
monumen (skor -0,069) dibandingkan dengan
arsitektur monumen (skor -0,067). Ketiga,
atribut pelayanan dengan nilai kepentingan
relatif 14.889% , responden lebih menyukai
pelayanan interpreter (pemandu) (skor -0,050)
dibandingkan
pelayanan mandiri
oleh
wisatawan (skor 0,050). Keempat, daya tarik
non fisik dengan nilai kepentingan relatif
14.461% , responden lebih menyukai simbol
perdamaian (skor -0,210) dibandingkan
pluralisme dan harmonisasi (skor 0,210).
Selanjutnya Kelima, yaitu atribut fasilitasnya
dengan nilai kepentingan relatif 13.820%,
responden lebih menyukai fasilitas monumen
(skor -0,302) dibandingkan fasilitas publik
(skor -0,302). Keenam yaitu atribut Atraksi
Wisata dengan nilai kepentingan relatif
12.648%, responden lebih menyukai berdoa
(skor -0,257) dibandingkan dengan jalan-jalan
(skor 0,257). Dan Ketujuh yaitu atribut
Daya
Fisik
Tarik
Non
Atraksi Wisata
Fasilitas
Transportasi
Cendramata
Pelayanan
Desain dan Penataan
Monumen
Arsitektur Monumen
Pluralisme
dan
Harmonisasi
Simbol Perdamaian
Berdoa
Jalan-jalan
Publik
Monumen
Angkutan umum
kendaraan pribadi
CD
dan
T-Shirt
Monumen
Patung Monumen dan
Sejarah
Interpreteter
Mandiri
(Constant)
-.067
.067
.210
-.210
-.257
.257
.302
-.302
.042
-.042
.330
-.330
-.050
.050
4.490
Desain dan
Penataan
Monumen
Simbol
Perdamaian
Berdoa
Fasilitas
Monumen
Kendaraan pribadi
Patung Monumen
dan Sejarah
Interpreteter
(pemandu)
Tabel4.3 Nilai Kepentingan Relatif Produk Wisata Damai
Atribut
Nilai Kepentingan Relatif (%)
Daya Tarik Fisik
15.775
Daya Tarik Non Fisik
14.461
Atraksi Wisata
12.648
Fasilitas
13.820
Transportasi
11.898
Cendramata
16.509
Pelayanan
14.889
Korelasi secara Pearson dan Kendall
menghasilkan angka yang relatif kuat yaitu
1,000 dan 1,000 (di atas 0,5). Hai ini
menunjukkan hubungan yang kuat antara
estimasi dan faktual, artinya hasil perhitungan
dari model regresi berkorelasi sangat kuat
dengan data yang diperoleh berdasarkan
pendapat wisatawan terhadap pilihan produk
wisata damai. Dan untuk nilai koefisien a = 5
%. Pada nilai uji signifikansi keenam korelasi
diperoleh signifikansi 0,000 (dibawah 0,05),
maka
korelasi
tersebut
mempunyai
signifikansi yang cukup kuat karena berada
dibawah nilai koefisien a = 5% (0,05). Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pendapat
dari 100 orang responden/wisatawan tersebut
dapat diterima untuk menggambarkan
preferensi wisatawan terhadap produk wisata
damai di Monument Ground Zero Kuta Bali.
Tabel 4.4
Pengukuran Realibilitas dan Validitas
Metode
Pearson's R
Kendall's tau
Value
1.000
1.000
Sig.
.000
.000
5. KESIMPULAN
Preferensi wisatawan terhadap produk
wisata damai pada Monumen Ground Zero
Kuta Bali ialah perlu disediakan patung
monument (miniatur) dan buku sejarah
monumen sebagai cenderamata, (-0,330),
disediakan fasilitas monumen yang memadai
(-0,302), berikan tempat khusus bagi
wisatawan
untuk
berdoa
(-0,257),
pengekemasan produk mengakomodir nilainilai simbol perdamaian (-0,210), mengkemas
desain dan penataan monumen yang baik dan
menarik (-0,067), perlu disediakan interpreter
(pemandu untuk menjelaskan) monumen (0,050), dan tidak perlu disediakan alat
transportasi karena wisatawan lebih cenderung
menggunakan kendaraan pribadi (-0,050).
Sedangkan tingkat kepentingan terhadap
produk wisata damai di Monument Ground
Zero dari atribut tertinggi sampai terendah
berdasarkan nilai utilitas yaitu
sebagai
berikut: cendramata (16,509%), daya tarik
fisik (15,775%), pelayanan (14,889 %), daya
tarik non fisik (14,461 %), fasilitas (13,820%),
atraksi wisata (12,648 %), dan transportasi
(11,898).
6. REFERENSI
Abramson,J. and Mizrahi, T. 1994. Examining Social
Work/Physician Colaboration ; a n Application of
Grounded Theory Methods Dalam Blaxter, L. Hughes, C.
dan Tight, M. 2001. How To Research . Second Edition.
Maidenhead, Berkshire. England. Alih Bahasa Agustina.
How To Research Seluk-Beluk Melakukan Riset. PT
Indeks Kelompok Gramedia.
Anonim. 2005. Peraturan Daerah Propinsi Tingkat I Bali
No. 3 Tahun 2005 Tentang Penetapan Kawasan
Pariwisata di Bali.
Ariana, Nyoman. 2011. Peluang Pariwisata Damai di Bali
Dalam Putra, Darma dan Pitana I Gde. Hiperdemokrasi
Dalam Pembangunan Pariwisata Persembahan Untuk
Prof. Ida Bagus Adnyana Manuaba. (hal 71-86). Pustaka
Larasan. Denpasar.
Aritonang R. L. R. 2005. Kepuasan Pelanggan Pengukuran
dan Penganalisisan
dengan SPSS. Jakarta : PT
Gramedia Pustaka Utama.
Blaxter, L. Hughes, C. dan Tight, M. 2001. How To Research .
Second Edition. Maidenhead, Berkshire. England. Alih
Bahasa Agustina. How To Research Seluk-Beluk
Melakukan Riset. PT Indeks Kelompok Gramedia.
Chanwick Robin A. (1994) Concepts, Definitions and
measures used in travel and tourism research. In Travel
Tourism, and Hospitality Research, A handbook for
Manager and Researchers.Editor J.R. Brent Ritchie and
Charles R. Goeldner second edition. John Wiley and
Sons,Inc Canada.
Damore,L. 1998. Tourism-The World Peace industry Jurnal Of
Travel Research.Vol. 27. No.1. Pp 35-40.
Dinas Pariwisata Propinsi Bali, 2001. Perkembangan
Akomodasi di Propinsi Bali Tahun 1996-2000.
Denpasar. Bali.
Gudono, 2012. Analisi Data Multivariat. BPFE. Yogyakarta
Ki Lee Choong, Lawrence J. Bendle, Yoo Shik Yoon, MyungJa Kim. 2011. Thanatourism or peace tourism : perceived
value at a North Korean Resort From Indigenous
Perspective. International Journal of Tourism Reserach
Vol 14, issue 1 page 71-90.January/pebruari 2012.
Kim, Samuel Seongseop, et all. 2007.Using Tourism To Promote
Peace On The Korean Peninsula. dalam Annal Of Tourism
Recearch Vol.34, No. 2, pp291-309.
Kusmayadi dan Sugiarto, E. 2000. Metodologi Penelitian alam
Bidang Kepariwisataan. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Mahagangga, Oka. 2011. Tantangan Keamanan Pariwisata Bali:
Kajian Pemetaan Kriminalitas di Daerah Wisata Bali.
Dalam Putra, Darma dan Pitana I Gde. Hiperdemokrasi
Dalam Pembangunan Pariwisata Persembahan Untuk Prof.
Ida Bagus Adnyana Manuaba. Pustaka Larasan. Denpasar.
Mak James. 2008. Developing A Dream Destination : Tourism
And Tourism Policy Planning In Hawai. Versa Press.
Hawai
Margana Sri. 2011. Kolonialisme Kebudayaan dan Kebalian:
Dari Konggres
Kebudayaan Bali I Tahun 1937
disampaikan pada Seminar Nasional Kebudayaan Dalam
Rangka Dies Natalis UNUD Ke 49. Universitas Udayana
Denpasar.
Murni, Ni. N. S. 1995. Pariwisata I. Bandung : Pusat
Pengembangan Pendidikan Politeknik. Palguna, A. A. N.
2001. Dinamika Masyarakat Menuju Civil Society (Study
Kasus) Objek Wisata Alas Kedaton di Desa Kukuh
Kecamatan Marga Kabupaten Tabanan (Tesis).
Denpasar : Univesitas Udayana.
Pendit, N. S. 1997. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar. Jakarta :
PT Pradnya Paramita. Pitana, I Gede dkk. 2000. Kuta
Cermin Retak Pariwisata Bali. Bali Post, Denpasar Bali.
Pitana, I G. Dan Surya D, I. K. 2009. Pengantar
Ilmu Pariwisata. CV Andi Offset. Yogyakarta.
Pujani, L.P. K. 2000. Pekerja Anak Pada Sektor Informal
Penjual Postcard di Objek Wisata Tanah Lot, Tabanan,
Bali (Studi Tentang Pemaknaan kerja Dalam Perspektif
Budaya Kewiraswataan ) (Tesis). Denpasar : Universitas
Udayana.
Putra, H. S. A (et al), 1998. Model Pariwisata pedesaan Sebagai
Alternatif Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta :
Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada.
Richards G. Wilson Julie. Tourism, Creativity
Development. Routledge. USA and Canada.
and
Riduwan. 2003. Dasar-Dasar Statistik, Cet. 3 Bandung :
Alfabeta.
Reisinger, Yvette and Turner Lindsay. 2003. Cross-Cultural
Behaviour In Tourism Concepts and Analysis. An imprint
of elseiver Science Limited Linacre House. Butter
Heinemann. Great Britain
Sharpley. Richard. 2005 Managing The Coutryside for Tourism
: a Governance Perspective dalam Pender. Lesley and
Sharpley. Richard. The Management of Tourism . SAGE
Publication. California.
Spillane. J. J. 1987. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prosfeknya
:Yogyakarta : Kanisius. Surjandari,Isti. 2009. Conjoint
Analisis : Konsep dan Aplikasi. Trisakti Jakarta.
Suryasih, Ida Ayu. 2008. Pengelolaan Objek dan Daya
Tarik Wisata Berbasis Tri Hita Karana. Dalam Majalah
Analisis Pariwisata. Vol. 8, No. 2, 2008 Hal 25-29.
Tom Baum and Jithendran Kokkranikal “ Human Resources
Management in Tourism” dalam buku yang berjudul : The
Management of Tourism karya : Lesley Pender and
Richard Sharpley.
Yoeti, O. A. 1997. Perencanaan Pengembangan Pariwisata,
Jakarta : PT. Pradnya Paramita. Zalazar,Noel B. 2006.
Building a Culture of Peace Though Tourism : Reflexive
and Analytical Notes and Queries. Universitas
Humanistica, No. 62. Fcs, Facultad De Ciencias Sociales.
http:www.javariana.edu.co. 17 Desember 2008.
http://www.newsgrups.derkeiler.com.
tanggal 27 Desember 2008
Menyelamatkan
Bali