Potensi Danau Siais Sebagai Objek Wisata Di Desa Rianiate Kabupaten Tapanuli Selatan

(1)

POTENSI DANAU SIAIS SEBAGAI OBJEK WISATA DI DESA

RIANIATE KABUPATEN TAPANULI SELATAN

KERTAS KARYA

OLEH

JAHRONA

082204047

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

POTENSI DANAU SIAIS SEBAGAI OBJEK WISATA DI DESA

RIANIATE KABUPATEN TAPANULI SELATAN

OLEH

JAHRONA

082204047

Dosen Pembimbing,

Dosen Pembaca,

Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si.

Drs. Jhonson Pardosi, M.Si.

NIP. 19600711 198903 2 001

NIP. 19660420 199203 1 003


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya : Potensi Danau Siais Sebagai Objek Wisata

Di Desa Rianiate Kabupaten Tapanuli

Selatan

Oleh

: JAHRONA

NIM

: 082204047

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A.

NIP. 19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

Ketua,

Arwina Sufika, SE., M.Si.

NIP. 19640821 199802 2 001


(4)

ABSTRAK

Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai salah satu Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara memiliki berbagai ragam sumber daya alam dan budaya sebagai objek dan daya tarik wisata. Salah satu objek wisata di Kabupaten Tapanuli Selatan yang sangat potensial adalah Danau Siais di Desa Rianiate yang sampai sekarang masih terbengkalai pembangunannya. Padahal objek wisata Danau Siais ini memiliki potensi yang memadai yang seharusnya dapat dikembangkan menjadi objek wisata yang menarik. Kawasan di sekitar Danau Siais masih sangat alami. Danau Siais dikelilingi oleh bukit-bukit yang merupakan hutan tropis. Selain memiliki pemandangan yang indah, masyarakat Desa Rianiate masih menjujung tinggi adat istiadat, kebudayaan yang mereka miliki. Masyarakat Desa Rianiate juga masyarakat yang sangat ramah.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan kertas karya yang berjudul “Potensi Danau Siais Sebagai Objek Wisata Di Desa Rianiate Kabupaten Tapanuli Selatan” ini, guna memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi D-III Pariwisata, Bidang Keahlian Usaha Wisata, Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini, baik bantuan moril maupun materil. Untuk ini dengan segala keikhlasan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Arwina Sufika, SE, M.Si. selaku Ketua Program Studi D-III Pariwisata Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.

3. Solahuddin Nasution, SE, MSP. selaku Koordinator Praktek Bidang Keahlian Usaha Wisata Program Studi D-III Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.


(6)

4. Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini.

5. Drs. Jhonson Pardosi, M.Si. selaku dosen pembaca yang telah memberikan saran dan petunjuk atas penyempurnaan kertas karya ini.

6. Seluruh Staff Pengajar Program Studi D-III Pariwisata yang telah mendidik penulis selama duduk di bangku perkuliahan.

7. Teristimewa untuk kedua orang tuaku, H. Syahrul Hidayat Harahap dan Hj. Masyuda Harahap yang senantiasa memberikan perhatian, doa restu serta menjadikan penulis pribadi yang mandiri.

8. Seluruh teman-teman mahasiswa angkatan 2008 jurusan Usaha Wisata.

Penulis menyadari, pembahasan dalam kertas karya ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput dari kesalahan, baik ditinjau dari segi pengalaman, penyusunan materi, maupun tehnik penulisan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan kertas karya ini.

Demikian harapan penulis dan semoga kertas karya ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Medan, Mei 2011 Penulis,

Jahrona


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Metode Penelitian ... 7

1.6 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Pengertian Pariwisata ... 9

2.2 Pengertian Wisatawan ... 12

2.3 Pengertian Pariwisata Sebagai Suatu Industri ... 13

2.4 Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata ... 14

2.5 Pengertian Prasarana dan Sarana Pariwisata ... 15

2.5.1 Sarana Pariwisata ... 15

2.5.2 Prasarana Pariwisata ... 16

2.6 Pengertian Kebudayaan dan Hubungan dengan Pariwisata ... 18

BAB III TINJAUAN UMUM KABUPATEN TAPANULI SELATAN ... 19

3.1 Geografi ... 19

3.2 Sejarah Kabupaten Tapanuli Selatan ... 20

3.3 Kependudukan ... 27


(8)

3.3.2 Mata Pencaharian ... 28

3.4 Sarana dan Prasarana ... 29

3.4.1 Kondisi Jalan ... 29

3.4.2 Angkutan Darat ... 30

3.4.3 Angkutan Udara ... 31

3.4.4 Pendidikan ... 32

3.4.5 Kesehatan ... 33

3.5 Fasilitas Sarana Prasarana Kepariwisataan ... 34

BAB IV POTENSI DANAU SIAIS SEBAGAI OBJEK WISATA DI DESA RIANIATE KABUPATEN TAPANULI SELATAN ... 36

4.1 Potensi Sumber Daya Alam ... 36

4.2 Potensi Sumber Daya Budaya ... 39

4.3 Potensi Sumber Daya Manusia ... 44

BAB V PENUTUP ... 47

5.1 Kesimpulan ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49 LAMPIRAN


(9)

ABSTRAK

Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai salah satu Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara memiliki berbagai ragam sumber daya alam dan budaya sebagai objek dan daya tarik wisata. Salah satu objek wisata di Kabupaten Tapanuli Selatan yang sangat potensial adalah Danau Siais di Desa Rianiate yang sampai sekarang masih terbengkalai pembangunannya. Padahal objek wisata Danau Siais ini memiliki potensi yang memadai yang seharusnya dapat dikembangkan menjadi objek wisata yang menarik. Kawasan di sekitar Danau Siais masih sangat alami. Danau Siais dikelilingi oleh bukit-bukit yang merupakan hutan tropis. Selain memiliki pemandangan yang indah, masyarakat Desa Rianiate masih menjujung tinggi adat istiadat, kebudayaan yang mereka miliki. Masyarakat Desa Rianiate juga masyarakat yang sangat ramah.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Melihat semakin kompleksnya permasalahan dalam menyambut era pasar bebas khususnya di bidang ekonomi, terlebih bagi negara yang semakin berkembang, harapan akan sektor pariwisata sebagai peluang dalam meningkatkan perekonomian negara semakin terbuka. Demikian juga halnya dengan Indonesia, sebagai negara yang kaya akan objek wisata.

Melihat prospek yang dijanjikan dari pengembangan kepariwisata serta potensi yang terkandung di dalamnya, pemerintah Indonesia telah mencanangkan pengembangan kepariwisataan nasional sebagai salah satu alternatif penghasil devisa andalan di samping minyak dan gas bumi. Program pengembangan pariwisata merupakan program pembangunan yang minim akan kerusakan lingkungan jika ditangani oleh insan-insan pariwisata yang profesional dengan pembangunan yang menggunakan konsep ramah lingkungan. Melalui pengembangan kepariwisataan yang berpihak pada lingkungan dan masyarakat maka pengembangan kepariwisataan tersebut akan menjadi peluang kerja yang sangat luas.

Pengembangan suatu komponen pariwisata akan membuka peluang untuk pengembangan usaha lainnya yang dibutuhkan oleh komponen tersebut, dengan


(11)

demikian akan membuka kesempatan kerja yang lebih luas dan merata. Hal inilah yang menyebabkan penanganan kepariwisataan harus merupakan pengelolaan yang lintas sektoral, dengan pengertian harus ditangani oleh seluruh instansi pemerintah yang ada serta didukung sepenuhnya oleh masyarakat banyak.

Daerah Tujuan Wisata (DTW) Sumatera Utara seperti, Danau Toba, Sipiso-piso, Brastagi, Bukit lawang, dan lain-lain merupakan beberapa daerah tujuan wisata yang ada di Indonesia, yang sudah lama menjadi daerah yang mendapat perhatian dari wisatawan mancanegara. Sebagai daerah tujuan wisata utama yang ketiga setelah Bali dan Jawa Tengah, Sumatera Utara semakin berbenah diri dalam menghadapi kunjungan wisatawan di masa yang akan datang. Hal ini terbukti dari semakin menjamurnya pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh kepariwisataan.

Adapun objek-objek wisata yang sering di kunjungi di daerah kabupaten Tapanuli Selatan selama ini antara lain :

Tabel 1 : 1

Objek-Objek Wisata di Kabupaten Tapanuli Selatan

No. Nama Objek Jenis Objek Potensi

1. Tor Simago-mago Alam Pemandangan alam dan udara segar pengunungan

2. Parsariran Alam Sungai

3. Aek Sijorni Alam Air Terjun 4. Simarpinggan Alam Air terjun


(12)

5. Sipirok Alam Pemandian air panas

6. Siais Alam Danau

7. Marsabut Alam Danau

8. Kawah Gunung Sibual-buali

Alam Pemandanga alam dan udara segar pengunungan 9. Batang Toru Alam Sungai

Sumber : BPS, Tapanuli Selatan Dalam Angka 2010

Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai salah satu Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara memiliki berbagai ragam sumber daya alam dan budaya sebagai objek dan daya tarik wisata. Dengan perencanaan pembangunan dan pengembangan yang baik, semua aset kepariwisataan yang dimiliki dapat dikembangkan dengan optimal. Hingga saat ini, hampir semua aset potensial itu belum terkelola secara memadai. Salah satu aset kepariwisataan kabupaten Tapanuli Selatan yang sangat potensial adalah Danau Siais yang sampai sekarang masih terbengkalai pembangunannya.

Danau Siais merupakan danau terluas kedua di Sumatera Utara setelah Danau Toba. Danau ini terletak di Desa Raniate. Danau Siais memiliki potensi yang cukup memadai untuk dikembangkan. Danau Siais dikelilingi oleh bukit-bukit yang merupakan hutan tropis. Di lereng-lereng bukit masyarakat memanfaatkan lahan dengan bercocok tanam, yang umumnya adalah tanaman padi, jagung, ketela rambat, kacang tanah, kedelai, sayur-sayuran, buah-buahan dan lain-lain. Masyarakat setempat umumnya bermata pencaharian sebagai petani.


(13)

Selain Sumber Daya Masyarakat lokal, Danau Siais juga memiliki Sumber Daya Budaya yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Masyarakat desa Raniate ini masih memegang teguh adat dan budaya mandailing seperti upacara-upacara adat dan tari-tarian daerah dalam acara perkawinan. Kebudayaan mandailing masyarakat di desa ini juga merupakan daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung. Semua potensi alam, budaya dan kehidupan masyarakat desa Raniate merupakan modal utama yang cukup menarik bagi pengunjung yang datang ke desa tersebut.

Masyarakat desa Raniate adalah masyarakat yang sangat ramah. Mereka sangat mendukung upaya pengembangan Danau Siais sebagai salah satu objek wisata di kabupaten Tapanuli Selatan. Pengembangan objek wisata Danau Siais ini diharapkan dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat setempat. Danau Siais juga dapat menjadi objek wisata baru bagi masyarakat setempat.

Berdasarkan potensi yang dimiliki Danau Siais di Desa Raniate yang penulis uraikan di atas, maka judul kertas karya yang akan penulis angkat adalah “Potensi Danau Siais Sebagai Objek Wisata Di Desa Rianiate Kabupaten Tapanuli Selatan”.


(14)

1.2.Perumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dibicarakan dalam kertas karya ini adalah :

1. Bagaimana potensi Sumber Daya Alam (SDA) desa Raniate sebagai daya tarik wisata.

2. Bagaimana potensi Sumber Daya Budaya (SDB) desa Raniate sebagai daya tarik wisata.

3. Bagaimana potensi Sumber Daya Manusia (SDM) desa Raniate sebagai daya tarik wisata.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Tujuan khusus :

1. Mengetahui potensi sumber daya alam yang terdapat di desa Raniate sebagai daya tarik wisata.

2. Mengetahui potensi sumber daya budaya yang terdapat di desa Raniate sebagai daya tarik wisata

3. Mengetahui potensi sumber daya manusia yang terdapat di desa Raniate sebagai daya tarik wisata.

2. Tujuan umum :

Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai salah satu kelengkapan akademis untuk meraih gelar Ahli Madya Pariwisata


(15)

Program Diploma III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian diharapkan akan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kepariwisataan, khususnya pariwisata alam (ekoturism) baik dari potensi sumber daya alam, budaya dan sumber daya manusianya.

2. Manfaat Praktis

1. Untuk memperkenalkan potensi wisata yang terdapat di daerah Kabupaten Tapanuli Selatan.

2. Himbauan kepada semua pihak untuk memberikan perhatian dalam pengembangan daerah wisata di Tapanuli Selatan.

3. Memperdalam pengetahuan di bidang pariwisata serta mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang didapat selama masa perkuliahan.

4. Melengkapi salah satu persyaratan akademis dalam menyelesaikan program pendidikan non gelar bidang pariwisata.


(16)

1.5. Metode Penelitian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Library Research ( Penelitian keperpustakaan )

Merupakan pengumpulan data yang dilakukan melalui keperpustakaan berupa buku-buku, majalah-majalah, brosur serta bahan-bahan dari perkuliahan yang terkait dengan objek penelitian.

2. Field Research ( Penelitian lapangan )

Yaitu penelitian dilakukan dengan cara :

Observasi, yaitu pengamatan langsung dilakukan pada daerah objek wisata

tersebut dengan mengambil foto-foto, melakukan wawancara kepada pihak-pihak yang dianggap tokoh masyarakat di desa tersebut, dan lain-lain.

1.6. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam penulisan kertas karya ini, penulis membagi tulisan ini menjadi lima bab dengan urutan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini, penulis akan menguraiakan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.


(17)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Menguraikan tentang kepariwisataan yang meliputi, pengertian pariwisata, pengertian wisatawan, pengertian pariwisata sebagai suatu industri, pengertian objek dan daya tarik wisata, pengertian prasarana dan sarana pariwisata, pengertian kebudayaan dan hubungannya dengan pariwisata.

BAB III TINJAUAN UMUM KABUPATEN TAPANULI SELATAN

Menguraikan tentang geografis kabupaten Tapanuli Selatan, sejarah kabupaten Tapanuli Selatan, kependudukan, prasarana dan sarana, potensi wisata.

BAB IV POTENSI DANAU SIAIS SEBAGAI OBJEK WISATA DI DESA RANIATE KABUPATEN TAPANULI SELATAN

Menguraikan potensi Sumber Daya Alam, Sumber Daya Budaya, dan Sumber Daya Manusia objek wisata Danau Siais.

BAB V PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(18)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pariwisata

Keberadaan pariwisata dalam suatu daerah bisa dikatakan merupakan suatu gejala yang kompleks di dalam masyarakat. Di sini terdapat suatu keterkaitan antara daerah objek wisata yang memiliki daya tarik, masyarakat/penduduk setempat, dan wisatawan itu sendiri. Sejak dahulu kegiatan pariwisata sudah banyak dilakukan oleh masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia. Di Indonesia sendiri kata pariwisata mulai memasyarakat pada tahun 1958, yaitu setelah diadakannya Musyawarah Nasional Turisme II di Tretes (Jawa Timur) pada tanggal 12 sampai dengan 14 Juni 1958.

Secara etimologi kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri atas dua suku kata yaitu “pari” yang berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, dan keliling. Sedangkan kata “wisata” yang berarti perjalanan atau bepergian. Dengan demikian pengertian dari kata pariwisata berarti suatu perjalanan yang dilakukan secara berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ketempat lain. Menurut definisi yang luas seperti yang dikatakan oleh Spillane (1985 : 5) pariwisata adalah : “… Perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian


(19)

dan kebahagian dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam, dan ilmu”.

Pariwisata menyangkut perjalanan dari suatu tempat ketempat lain atau disebut dengan istilah tour. Seperti batasan yang diberikan oleh WATA ( World

Assosoation of Travel Agent ), tour adalah : “… Perlawatan keliling yang memakan

waktu lebih dari tiga hari yang diselenggarakan oleh Biro Perjalanan Wisata ( BPW ) dengan acara antara lain peninjauan beberapa kota atau objek wisata di dalam maupun di luar negeri”. Selain pengertian di atas, beberapa ahli juga merumuskan pengertian pariwisata sebagai berikut : Sihite ( 2000 : 46-47 ) mengatakan :

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meniggalkan tempatnya semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beranekaragam.

Spillane (1985: 23) mengatakan : “… Pariwisata adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain”. Yoeti ( 1996 : 118 ) mengatakan :

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain, dengan maksud bukan untuk berusaha ( business ) atau untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam.

Pariwisata menurut Robert McIntosh dan Shaskinant Gupta Dalam Yoeti, (1992 :8 ) mengatakan: “… Gabungan gejala dan hubungan yang timbul dari interaksi


(20)

wisatawan, bisnis, pemerintah tuan rumah serta masyarakat tuan rumah dalam proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung lainnya”.

Wahab dalam bukunya yang berjudul An Introduction On Tourism Theory (Dalam Yoeti 1983 : 107) mengatakan :

Pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar, yang mendapat pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri, meliputi tempat tinggal orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialami dimana ia memperoleh pekerjaan tetap serta mengemukakan bahwa pariwisata itu terdiri dari tiga unsur yaitu :

a. Manusaia (man), adalah orang yang melakukan pariwisata.

b. Ruang (space), adalah daerah atau ruang lingkup tempat melakukan perjalanan.

c. Waktu (time), adalah waktu yang digunakan selama dalam perjalanan dan tinggal di daerah tujuan wisata.

Sedangkan pengertian kepariwisataan dan segala hal yang berkaitan lainnya menurut Undang-undang nomor 9 tahun 1990 pada bab I pasal I sebagai berikut :

Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Artinya semua kegitan dan urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan, pariwisata baik yang dilakukan oleh pemerintah, pihak swasta dan masyarakat disebut kepariwisataan. Sedangkan orang yang melakukan perjalanan wisata ketempat objek-objek wisata disebut wisatawan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa pariwisata bersifat sementara, dilakukan dalam jangka waktu pendek, dan pelaku wisata akan kembali ke tempat asalnya. Aktivitas atau hal ini tentunya melibatkan beberapa komponen wisata seperti sarana transportasi, akomodasi, restoran, souvenir, dan lain-lain, serta dilakukan dengan tujuan tertentu yaitu untuk mencari kesenangan dan bukan untuk mencari nafkah.


(21)

2.2. Pengertian Wisatawan

Orang-orang yang datang berkunjung ke suatu tempat atau negara, biasanya disebut sebagai pengunjung (visitor). Pengunjung-pengunjung ini umumnya datang ke suatu tempat dengan bermacam-macam motivasi. Wisatawan adalah bagian yang termasuk di dalamnya namun tidak semua pengunjung dapat disebut sebagai wisatawan.

Berdasarkan pasal 5 Resolusi Dewan Ekonomi dan Dewan social Perserikatan Bangsa-Bangsa No.870, (Dalam Yoeti 1983: 123) mengatakan : “…Visitor atau pengunjung adalah, setiap orang yang mengunjungi suatu negara yang bukan merupakan tempat tinggalnya yang biasa, dengan alasan apapun juga, kecuali mengusahakan sesuatu pekerjaan yang dibayar oleh negara yang di kunjunginya”. Menurut Yoeti (1996:133-135) ada bermacam-macam jenis pengunjung, beberapa di antaranya adalah :

1. Wisatawan (Tourist), yaitu pengunjungan sementara yang sekurang-kurangnya tinggal selama 24 jam di negara atau daerah yang dikunjunginya berdasarkan tujuan perjalanannya yang dikelompokkan sebagai berikut :

a. Orang-orang yang mengunjungi suatu negara untuk pleasure atau liburan

b. Orang-orang yang mengunjungi suatu negara karena family reason visit friend and relative

c. Orang-orang yang mengunjungi suatu Negara karena urusan MICE (

Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition )

d. Orang-orang yang datang ke suatu Negara karena urusan sekolah

e. Orang-orang yang datang ke suatu negara sebagai utusan bidang olahraga ataupun hanya sekedar menonton pertandingan olahraga.

f. Orang-orang yang mengunjungi suatu negara karena alasan keagamaan.


(22)

2. Pelancong (Excurtionist) yaitu orang-orang yang mengunjungi suatu negara yang tinggal kurang dari 24 jam di negara yang di kunjunginya termasuk pelancong yang menggunakan kapal pesiar.

2.3. Pengertian Pariwisata Sebagai Suatu Industri

Pariwisata dikatakan sebagai industri, karena di dalamnya terdapat berbagai aktivitas yang bisa menghasilkan produk berupa barang dan jasa. Akan tetapi, makna industri di sini bukan sebagaimana pengertian industri pada umumnya yaitu adanya pabrik atau mesin-mesin yang besar atau kecil yang penuh dengan asap. Industri pariwisata tidak seperti pengertian industri pada umumnya, sehingga industri pariwisata disebut industri tanpa asap.

Uraian di atas sejalan dengan konsep industri pariwisata yang dikemukakan oleh Yoeti (1996 : 153) mengatakan : “… Industri pariwisata adalah kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa (goods and service) yang dibutuhkan wisatawan pada khususnya dan

traveler pada umumnya, selama dalam perjalanan”.

Pengertian lain yang sejalan dengan uraian di atas tentang industri pariwisata adalah seperti yang dikemukakan oleh Damardjati dikutip oleh Sihite (2000:54) mengatakan:

“… Industri pariwisata adalah rangkuman dari berbagai macam yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk/jasa-jasa/layanan-layanan atau services,


(23)

yang nantinya baik secara langsung ataupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan selama perjalanannya”.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapatlah dikatakan bahwa industri pariwisata adalah kumpulan dari bermacam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan maupun traveler selama dalam perjalanannya.

2.4 Pengertian Objek dan Daya Tarik Wisata

Menurut Oka Yoeti (1996:174-176) beberapa hal yang menjadi daya tarik bagi orang yang mengunjungi suatu daerah, mengatakan :

a. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, dalam istilah pariwisata disebut natural amenities, yang termasuk dalam kelompok ini adalah hutan, iklim, pemandangan dan bentuk tanah, flora dan fauna, pusat-pusat kesehatan.

b. Hasil ciptaan manusia yang dalam istilah pariwisatanya disebut man made

supply yang berupa benda-benda bersejarah, kebudayaan, dan keagamaan.

c. Tata cara hidup masyarakat (way to life) yaitu segala sesuatu yang merupakan aktivitas atau kegiatan hidup manusia yang khas dan mempunyai daya tarik tersendiri yang dapat dijadikan objek wisata.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa objek wisata itu adalah unsur-unsur lingkungan hidup yang terdiri dari sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai daya tarik sasaran wisata. Lain hal dengan atraksi wisata yang dalam hal ini bersinonim dengan pengertian entertainmeny atau hiburan, yaitu segala sesuatu yang


(24)

telah di persiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat, dinikmati dan yang termasuk dalam hal itu adalah tari-tarian, nyanyian, kesenian rakyat tradisional, dan upacara adat.

Yang penting diperhatikan dalam pengembangan suatu daerah untuk menjadi daerah tujuan wisata agar dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan harus memenuhi 3 syarat, yang dikemukakan oleh Yoeti (1985 : 164 ) mengatakan :

a. Daerah itu harus mempunyai apa yang disebut sebagai something to see, yang artinya di tempat tersebut harus ada objek wisata dan atrakasi wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain.

b. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah something to do, yang artinya di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat mereka betah tinggal lebih lama lagi di tempat itu.

c. Di daerah tersebut harus tersedia apa yang disebut dengan istilah something to buy, yang artinya di tempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja (shopping), terutama barang-barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal masing-masing.

2.5 Pengertian Prasarana dan Sarana Pariwisata 2.5.1 Sarana Pariwisata

Sarana kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung maupun tidak langsung serta kehidupannya banyak tergantung pada kedatangan wisatawan. Sarana kepariwisataan dapat dibagi menjadi 3 bagian (Yoeti 1996:9-12) mengatakan :

1. Sarana pokok kepariwisataan ( Main Tourism Superstructure )

Sarana pokok kepariwisataan adalah perusahaan yang hidup dan sangat tergantung pada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata. Sarana pokok kepariwisataan berfungsi dalam memberikan fasilitas pokok


(25)

yang dapat memberikan pelayanan bagi kedatangan wisatawan. Perusahaan yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah :

a. Perusahaan yang kegiatannya mempersiapkan dan merencanakan perjalanan wisatawan atau disebut dengan receiptive tourist plan yaitu perusahaan yang mempersiapkan perjalanan dan penyelenggaraan tour-tour bagi wisatawan seperti Travel Agent, Tour Operator, dan lain-lain. b. Perusahaan yang member pelayanan di daerah tujuan kemana itu pergi,

atau bisa disebut residential tourism plan yaitu perusahaan yang memberikan layanan penginapan, menyediakan makanan dan minuman di daerah tujuan wisata, misalnya : hotel, hostel homestay, cottage, pension, dan sebagainya.

2. Sarana Pelengkap Kepariwisataan ( Supplementing Tourism Suprastructure ). Merupakan perusahaan atau tempat yang menyediakan fasilitas rekreasi yang fungsinya melengkapi sarana pokok kepariwisataan dan membuat wisatawan dapat lebih lama tinggal di suatu daerah tujuan wisata yang dikunjunginya. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah sarana/fasilitas olah raga dan sarana lainnya.

3. Sarana Penunjang Kepariwisataan

Merupakan perusahaan yang menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok. Fungsinya tidak hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal di suatu daerah tujuan wisata, tetapi mempunyai fungsi yang lebih penting, yaitu agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan uangnya di tempat yang dikunjunginya. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah : Night Club, Steam Baths, Casinos dan lain-lain.

2.5.2 Prasarana Pariwisata

Prasarana dalam kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses kepariwisataan dapat berjalan lancar sehingga dapat memudahkan serta memberikan pelayanan kepada wisatawan. Menurut Wahab dalam buku Yoeti, (1982:172) mengatakan :

Prasarana kepariwisataan (Tourism Infrastructures) adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberi pelayanan kepada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beranekaragam. Yang termasuk dalam kelompok prasarana pariwisata adalah :


(26)

1. Instalasi Pembangkit Tenaga Listrik dan Instalasi Penyediaan air minum. 2. Prasarana perhubungan seperti : jaringan jalan raya, kereta api, pelabuhan

udara, pelabuhan laut, terminal dan stasiun.

3. Sistem pengairan atau irigasi untuk kepintingan pertanian, peternakan dan lain sebagainya.

Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan lokasi akan meningkatkan aksebilitas suatu objek wisata yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik objek wisata itu sendiri. Di samping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata, seperti bank, apotik, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat perbelanjaan, dan lain sebagainya.

Dalam melaksanakan pembangunan prasarana wisata diperlukan koordinasi yang mantap antara instansi terkait bersama dengan instansi pariwisata di berbagai tingkat. Dukungan instansi terkait dalam membangun prasarana wisata sangat diperlukan bagi pengembangan pariwisata di daerah. Koordinasi di tingkat perencanaan yang dilanjutkan dengan koordinasi di tingkat pelaksanaan merupakan modal utama suksesnya pembangunan pariwisata.

Dalam pembangunan prasarana pariwisata pemerintah lebih dominan karena pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan tersebut, seperti yang meningkatkan arus informasi, arus lalu-lintas ekonomi, arus mobilitasi manusia antara daerah dan sebagainya, yang tentu saja dapat meningkatkan kesempatan berusaha dan bekerja masyarakat.


(27)

2.6. Pengertian Kebudayaan dan Hubungannya dengan Pariwisata

Menurut Koentjaraningrat (1997:1-5) mengatakan : “… seluruh sistem gagasan dan rasa, tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikannya miliknya dengan proses belajar”.

Kebudayaan dapat dipahami dalam tiga aspek, yakni aspek material, prilaku dan ide. Dalam bentuk material mencakup antara lain peralatan hidup, arsitektur, pakaian, makanan olahan, hasil teknololgi dan lain-lain. Dalam wujud prilaku mencakup kegiatan ritual perkawinan, upacara-upacara keagamaan atau kematian, seni pertunjukan, antara lain sistem keyakinan, pengetahuan nilai-nilia dan norma-norma. Dan dalam wujud ide mencakup kumpulan ide-ide, dan gagasan, antara lain karangan dan buku-buku.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kebudayaan adalah hasil karya manusia yang berupa benda, kesenian, maupun adat istiadat dan lain sebagainya. Ke semua wujud dari kebudayaan tersebutlah yang merupakan salah satu potensi pariwisata yang mendukung perkembangan kepariwisataan. Dari pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pariwisata mempunyai hubungan yang erat dengan kebudayaan.


(28)

BAB III

TINJAUAN UMUM KABUPATEN TAPANULI SELATAN

3.1 Geografi

Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan terletak pada garis 0º58’35” - 2º07’33” Lintang Utara dan 98º42’50 - 99º34’16” Bujur Timur dengan batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten Tapanuli Utara

b. Sebalah Timur berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas Utara, Kabupaten Padang Lawas, dan Labuhan Batu

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal dan Samudera Indonesia.

Luas wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan 4,367.05 Km² sedangkan ketinggiannya berkisar antara 0-1.925,3 m di atas permukaan laut. (BPS, Tapanuli Selatan dalam Angka 2010: 2).


(29)

3.2 Sejarah Kabupaten Tapanuli Selatan

Pada zaman penjajahan Belanda, Kabupaten Tapanuli Selatan disebut

Afdeeling Padangsidimpuan yang dikepalai oleh seorang Residen yang berkedudukan

di Padangsidimpuan.

Afdeeling Padangsidimpuan dibagi atas 3 (tiga) onder afdeling,

masing-masing dikepalai oleh seorang Contreleur dibantu oleh masing-masing Demang, yaitu:

1. Onder Afdeeling Angkola dan Sipirok, berkedudukan di Padangsidimpuan.

Onder ini terbagi atas 3 distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang Asisten Demang yaitu :

a. Distrik Angkola berkedudukan di Padangsidimpuan b. Distrik Batang Toru berkedudukan di Btang Toru c. Distrik Sipirok berkedudukan di Sipirok

2. Onder Afdeeling Padang Lawas, berkedudukan di Sibuhuan. Onder ini di bagi

atas 3 onder distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang Asisten Demang, yaitu :

a. Distrik Padang Bolak berkedudukan di Gunung Tua b. Distrik Barumun dan Sosa berkedudukan di Sibuhuan c. Distik Dolok berkedudukan di Sipiongot


(30)

3. Onder Afdeeling Mandailing dan Natal, berkedudukan di Kota Nopan. Onder ini terbagi atas 5 onder distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang Asisten Demang, yaitu :

a. Distrik Panyabungan berkedudukan di Panyabungan b. Distrik Kota Nopan berkedudukan di Kota Nopan c. Distrik Muara Sipongi berkedudukan di Muara Sipongi d. Distrik Natal berkedudukan di Natal

e. Distrik Batang Natal berkedudukan di Muara Soma

Tiap-tiap onder distrik dibagi atas beberapa Luhat yang dikepalai oleh seorang Kepala Luhat (Kepala Kurai) dan tiap-tiap Luhat dibagi atas beberapa kampung yang dikepalai oleh seorang Kepala Hoofd dan dibantu oleh seorang kepala Ripo apabila kampung tersebut mempunyai penduduk yang besar jumlahnya.

Daerah Angkola Siporok dibentuk menjadi suatu Kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati yang berkedudukan di Padangsidimpuan. Daerah Padang Lawas dijadikan suatu Kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati berkedudukan di Gunung Tua. Bupati pertamanya adalah Parlindungan Lubis dan kemudian Sutan Katimbung.

Daerah Mandailing Natal dijadikan sebagai suatu Kabupaten yang dikepalai seorang Bupati berkedudukan di Panyabungan. Bupati pertama adalah Junjungan Lubis dan kemudian digantikan oleh Fachruddin Nasution. Sesudah tentara Belanda


(31)

memasuki kota Padangsidimpuan dan Gunung Tua, daerah administrasi pemerintahan masih tetap sebagaimana biasa, hanya kantor Bupati dipindahkan secara gerilya ke daerah yang aman yang belum dimasuki oleh Belanda.

Setelah RI menerima kedaulatan pada akhir tahun 1949, maka pembagian Daerah Administrasi Pemerintahan mengalami perubahan pula. Semanjak awal tahun 1950nterbentuklah Daerah Tapanuli Selatan dan seluruh pegawai yang ada pada kantor Bupati Angkola Sipirok, Padang Lawas dan Mandailing Natal ditentukan menjadi pegawai Kantor Bupati Kabupaten Tapanuli Selatan yang berkedudukan di Padangsidimpuan.

Pada periode Bupati KDH Tapanuli Selatan dipegang oleh Raja Junjungan Lubis, terjadi penambahan 6 kecamatan sehingga menjadi 17 kecamatan. Penambahan kecamatan tersebut antara lain :

1. Kecamatan Batang Angkola berasal dari sebagian Kecamatan Padangsidimpuan dengan ibu negerinya Pintu Padang.

2. Kecamatan Siabu berasal dari sebagian Kecamatan Panyabungan dengan ibu negerinya Siabu.

3. Kecamatan Sipirok Dolok Hole berasal dari sebagaian Kecamatan Sipirok dengan ibu negerinya Sipagimbar.

4. Kecamatan Sosa berasal dari sebagian Kecamatan Barumun dengan ibu negerinya Pasar Ujung Batu.


(32)

5. Kecamatan Sosopan berasal dari sebagian kecamatan Barumun dan Sosa dengan ibu negerinya Sosopan.

6. Kecamatan Barumun Tengah berasal dari sebagian Kecamatan Padang Bolak dengan ibu negerinya Binanga.

Sejak tanggal 30 Nopember 1982, wilayah Padangsidimpuan dimekarkan menjadi kecamatan Psp Timur, Psp Barat, Psp Utara dan Psp Selatan dimana Kecamatan Psp Utara dan Psp Selatan dibentuk menjadi Kota Administratif Padangsidimpuan (PP Nomor 32 Tahun 1982). Pada tahun 1992 Kecamatan Natal dimekarkan menjadi 3 Kecamatan yaitu :

a. Kecamatan Natal dengan ibukotanya Natal.

b. Kecamatan Muara Batang Gadis dengan ibukotanya Singkuang. c. Kecamatan Batahan dengan ibukotanya Batahan.

Pada tahun 1992 itu juga dibentuk Kecamatan Siais dengan ibukotanya Simarpinggan yang berasal dari sebagian Kecamatan Psp Barat. Kemudian pada Tahun 1996 sesuai dengan PP.RI No.1 Tahun 1996 Tanggal 3 Januari 1996 dibentuk Kecamatan Halongonan dengan ibukotanya Huta Imbaru, yang merupakan pemekaran dari Kecamatan Padang Bolak.

Dengan keluarnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1998 dan disyahkan pada tanggal 23 Nopember 1998 tentang pembentukan Kabupaten Mandailing Natal maka Kabupaten Tapanuli Selatan dimekarkan menjadi


(33)

2 Kabupaten, yaitu Kabupaten Mandailing Natal (ibukotanya Panyabungan) dengan jumlah daerah administrasi 8 Kecamatan dan Kabupaten Tapanuli Selatan (ibukotanya Padangsidimpuan) dengan jumlah daerah administrasi 16 kecamatan.

Selanjutnya Tahun 1999 sesuai dengan PP.RI No.43 Tahun 1999 Tanggal 26 Mei 1999 terjadi pemekaran Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan antara lain :

1. Kecamatan Sosopan dimekarkan menjadi 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Sosopan dengan ibukotanya Sosopan dan Kecamatan Batang Onang dengan ibukotanya Pasar Matanggor.

2. Kecamatan Padang Bolak dimekarakan menjadi 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Padang Bolak dengan ibukotanya Gunung Tua dan Kecamatan Padang Bolak Julu dengan ibukotanya Batu Gana.

3. Kecamatan Sipirok dimekarkan menjadi 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Sipirok dengan ibukotanya Sipirok dan Kecamatan Arse dengan ibukotanya Arse.

4. Kecamatan Dolok dimekarkan menjadi 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Dolok dengan ibukotanya Sipiongot dan Kecamatan Dolok Sigompulon dengan ibukotanya Pasar Simundol.

Pada tahun 2002 sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kecamatan Sayur Matinggi, Marancar, Aek Bilah, Ulu Barumun, Portibi, Huta Raja Tinggi, Batang Lubu Sutam,


(34)

Simangambat dan Kecamatan Huristak, kecamatan-kecamatan yang dibentuk sebagaimana tersebut di atas berasal dari :

1. Kecamatan Sayur Matinggi dengan ibukotanya Sayurmatinggi berasal dari sebagai Kecamatan Batang Angkola.

2. Kecamatan Marancar dengan ibukotanya Marancar berasal dari sebagian Kecamatan Batang Toru.

3. Kecamatan Aek Bilah dengan ibukotanya Biru berasal dari sebagian Kecamatan Saipar Dolok Hole.

4. Kecamatan Ulu Barumun dengan ibukotanya Pasar Paringgonan berasal dari sebagian Kecamatan Barumun.

5. Kecamatan Lubuk Barumun dengan ibukotanya Pasar Latong berasal dari sebagaian Kecamatan Barumun.

6. Kecamatan Portibi dengan ibukotanya Portibi berasal dari sebagian Kecamatan Padang Bolak.

7. Kecamatan Huta Raja Tinggi dengan ibukotanya Huta Raja Tinggi berasal dari sebagian Kecamatan Sosa.

8. Kecamatan Batang Lubu Sutam dengan ibukotanya Pinarik berasal dari sebagian Kecamatan Sosa.

9. Kecamatan Simangambat dengan ibukotanya Langkimat berasal dari sebagian Kecamatan Barumun Tengah.


(35)

10.Kecamatan Huristak dengan ibukotanya Huristak dengan ibukotanya Huristak dari sebagian Kecamatan Barumun Tengah.

Dengan keluarnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007 dan disyahkan pada tanggal 10 Agustus 2007 tentang pembentukan Kabupaten Padang Lawas Utara dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 dan disyahkan pada tanggal 10 Agustus 2007 tentang pembentukan Kabupaten Padang Lawas maka Kabupaten Tapanuli Selatan dimekarkan menjadi 3 Kabupaten, yaitu Kabupaten Padang Lawas Utara (ibukotanya Gunung Tua) dengan jumlah daerah Administrasi 8 Kecamatan ditambah 10 desa dari Wilayah Kecamatan Padangsidimpuan Timur dan Kabupaten Padang Lawas (ibukotanya Sibuhuan) dengan jumlah daerah administrasi 9 Kecamatan sedangkan Kabupaten Tapanuli Selatan (ibukotanya Sipirok) dengan jumlah daerah administrasi 11 Kecamatan.

Pada tahun 2007 sesuai dengan Peraturan Daerah kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 12 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Muara Batang Toru, yang berasal dari sebagian Wilayah Kecamatan Batang Toru dan Kecamatan Angkola Barat. Kemudian pada tahun yang sama sesuai dengan Peraturan Daearah Kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 13 Tahun 2007 tentang Perabuhan nama Kecamatan Padangsidimpuan Timur, Kecamatan Padangsidimpuan Barat dan Kecamatan Siais, menjadi Kecamatan Angkola Timur, Kecamatan Angkola Barat dan Kecamatan Angkola Selatan.


(36)

Pada Tahun 2008, sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Pembantukkan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa menjadi Kelurahan, maka desa dan kelurahan yang awalnya terdiri atas 503 desa/kelurahan menjadi 248 desa/kelurahan. (BPS, Tapanuli Selatan Dalam Angka 2010: 1-5).

3.3. Kependudukan

3.3.1. Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Selatan berdasarkan angka agret hasil sensus penduduk 2010 (SP 2010) sebesar 264,108 jiwa yang terdiri dari 131,435 jiwa penduduk perempuan, sedangkan jumlah rumah tangga sebanyak 60,793 rumah tangga. Bila dibandingkan dengan luas Kabupaten Tapanuli Selatan (4,367.05 Km²) maka rata tingkat kepadatan penduduknya mencapai 60 jiwa per Km² dan rata-rata sebanyak 4 jiwa disetiap rumah tangga. Sedangkan rasio jenis kelamin/sex ratioi Kabupaten Selatan adalah 99.07, hal ini menunjukkan jumlah penduduk perumpuan lebih banyak dari laki-laki dengan perbandingan setiap 100 orang perempuan terdapat 99.07 orang laki-laki. Kabupaten Tapanuli Selatan mayoritas agama Islam (90,00 persen), Kristen Protestan (7,86 persen) dan Kristen Katolik (1,06 persen ), Budha (0,98 persen), dan Hindu (0,10 persen), ( lihat tabel 3 : 1 ).


(37)

Tabel 3 : 1

Kecamatan, Luas Wilayah (Km²), Jumlah Kelurahan/Desa, Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km²)

Sumber : BPS, Tapanuli Selatan Dalam Angka 2010

3.3.2. Mata Pencaharian

Masyarakat setempat umumnya bermata pencaharian sebagai petani. Sektor Pertanian merupakan tulang punggung perekonomian di kabupaten Tapanuli Selatan. Beberapa jenis tanaman pangan diusahakan di Kabupaten Tapanuli Selatan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kedelai, sayur-sayuran,

No Kecamatan

Luas Wilayah (Km²) Kelurahan/ Desa Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk ( Jiwa/Km²)

1. Batang Angkola 474.70 36 32.132 68

2. Sayur Matinggi 519.60 36 37.657 72

3. Angkola Timur 286.40 15 18.502 65

4. Angkola Selatan 301.31 18 27.752 92

5. Angkola Barat 413.60 23 41.283 100

6. Batang Toru 384.20 23 28.732 75

7. Marancar 86.88 12 9.313 107

8. Sipirok 577.18 40 30.406 53

9. Arse 248,75 10 7.868 32

10. Saipar Dolok Hole 474.13 14 12.656 27

11. Aek Bilah 327.17 12 6.399 20

12. Muara Batang Toru 273.17 9 11.405 42


(38)

buah-buahan dan lain-lain. Produksi padi pada tahun 2009 adalah 152,771 ton. Tanaman buah-buahan yang produksinya besar di daerah ini adalah buah salak. Salak merupakan produksi yang cukup besar untuk pasokan industri pengolahan buah. Komoditi perkebunan yang banyak diusahakan masyarakat Tapanuli Selatan diantaranya adalah karet dan kelapa sawit.

3.4. Sarana dan Prasarana

3.4.1. Kondisi Jalan

Jalan merupakan salah satu sarana yang penting dalam memperlancar kegiatan perekonomian. Pembangunan sarana jalan bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat atas angkutan barang dan jasa serta meningkatkan perekonomian. Panjang jalan di Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2009 adalah 1,278.04 km yang terbagi atas jalan Provinsi (161.17 km) dan jalan Kabupaten (1,116.87 km). Sedangkan menurut kelas jalan, sebagian besar jalan di Tapanuli Selatan berklasifikasi III B, dengan kondisi jalan 313.71 km baik, 261.07 km sedang, 450.94 km rusak dan 91.15 km rusak berat, ( lihat tabel 3 : 2 ).


(39)

Tabel 3 : 2

Panjang Jalan Kabupaten Tapanuli Selatan Menurut Kondisi Tahun 2008 – 2009

Kondisi Jalan 2008 2009

Baik 284.87 313.71

Sedang 238.18 261.07

Rusak 485.02 450.94

Rusak Berat 101.57 91.15

Sumber : BPS, Tapanuli Selatan Dalam Angka 2010

3.4.2. Angkutan Darat

Jumlah perusahaan angkutan darat di Kabupaten Tapanuli Selatan pada Tahun 2009 adalah 14 perusahaan, terdiri dari 10 perusahaan angkutan bus dan 4 perusahaan angkutan truk. Dari 10 perusahaan angkutan bus jumlah armada angkutan yang dikuasi adalah sebanyak 1.157 armada dengan rata-rata kemampuan daya angkut adalah sebanyak 17 orang per angkutan. Kemudian dari 4 perusahaan angkutan truk terdapat 190 angkutan truk dengan rata-rata daya angkut sebesar 5.490 Kg per armada, ( lihat tabel 3 : 3 ).

Tabel 3 : 3

Jumlah Perusahaan Angkutan dan Jumlah Armada Tahun 2010 No. Jenis Sarana

Angkutan

Jumlah Perusahaan

Jumlah Armada

1. Bus 10 1.157

2. Truk 4 190


(40)

3.4.3. Angkutan Udara

Bandar Udara di Kabupaten Tapanuli Selatan adalah Aek Godang. Jarak Bandar Udara Aek Godang dari Kabupaten Tapanuli Selatan adalah 30 km. Bandar Udara Aek Godang ini merupakan bandara domestik. Berdasarkan data dari Bandar Udara Aek Godang, jumlah penerbangan domestik yang datang dan berangkat melalui bandara Aek Godang masing-masing sebanyak 330. Dari 330 penerbangan ini, jumlah penumpang yang datang melalui bandara Aek Godang sebanyak 2.252 orang sedangkan jumlah penumpang yang berangkat melalui Bandara udara Aek Godang pada tahun 2010 adalah sebanyak 2.529 orang, ( lihat tabel 3 : 4 ).

Tabel 3 : 4

Jumlah Penerbangan Domestik Melalui Bandara Aek Godang Tahun 2010

Penerbangan Domestik

Pesawat

Datang 330

Berangkat 330

Penumpang

Datang 2.252

Berangkat 2.529

Bagasi

Bongkar 19.676

Muat 22.209


(41)

3.4.4. Pendidikan

Penyedian sarana fisik pendidikan dan jumlah tenaga guru yang memadai merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan partisipasi sekolah penduduk. Data menunjukkan, gambaran yang jelas tentang jumlah sekolah, kelas, guru dan murid pada tahun ajaran 2009/2010 dari jenjang pendidikan dasar sampai tingkat atas.

Tabel 3 : 5

Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru SD, SMP, SMA di Kabupaten Tapanuli Selatan No. Tingkat

Sekolah

Sekolah Murid Guru

1. Sekolah Dasar 295 11,841 2,765

2. SMP 68 18,533 1,425

3. SMA 29 8,043 589

4. SMK 16 2,450 135

Sumber : BPS, Tapanuli Selatan Dalam Angka 2010

Pada tahun ajaran tersebut, jumlah Sekolah Dasar (SD) 295 buah, guru 2,765 orang dan murid 11,841 orang. Sedangkan untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama terdapat 68 buah sekolah, 1,425 orang guru dan 18,533 murid. Sementara itu untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Atas terdapat 29 sekolah dengan 589 orang guru dan 8,043 orang murid. Untuk Sekolah Menengah Kejuruan sekolah ada 16 buah, guru 135 orang dan murid 2,450 orang.


(42)

Jika dibandingkan dengan tahun 2008, jumlah murid di masing-masing tingkat pendidikan pada tahun 2009 meningkat. Pendidikan Dasar meningkat sebesar 4.85 persen, Pendidikan Menengah Pertama meningkat 3.75 persen, Pendidikan Menengah Atas meningkat 3.57 persen, dan Pendidikan Kejuruan meningkat 15.08 persen, ( lihat tabel 3 : 5 ).

3.4.5 Kesehatan

Ketersediaan sarana kesehatan berupa rumah sakit, klinik, dan puskesmas merupakan faktor menunjang perbaikan kualitas hidup. Jumlah rumah sakit umum yang ada di Tapanuli Selatan terdiri dari 1 rumah sakit negeri dengan jumlah kapasitas tempat tidur rumah sakit sebanyak 100 buah. Puskesmas di Kabupaten Tapanuli Selatan berjumlah 15 buah dan puskesmas pembantu sebanyak 55 buah. Sedangkan balai pengobatan/klinik ada 7 buah, ( lihat tabel 3 : 6 ).

Tabel 3 : 6

Sarana Kesehatan di Tapanuli Selatan No. Jenis Sarana

Kesehatan

Jumlah Jumlah Dokter

Jumlah Perawat

1. Rumah Sakit Umum 1 6 42

2. Puskesmas 15 32 38

3. Puskesmas Pembantu 55 55 113

4. Klinik 7 7 14


(43)

3.5. Fasilitas Sarana Prasarana Kepariwisataan

Hotel dan Restoran adalah fasilitas-fasilitas kepariwisataan yang dimiliki Kabupaten Tapanuli Selatan. Berdasarkan hasil sensus pada tahun 2010 Hotel dan akomodasi yang ada di Kabupaten Tapanuli Selatan berjumlah 4 hotel dan 8 Losmen. Satu hotel berklasifikasi hotel berbintang dua yaitu Hotel Tor Sibohi Nauli, yang terdiri dari 32 kamar dan 64 tempat tidur. Tiga hotel berklasifikasi melati, masing-masing hotel melati terdiri dari 19 kamar dan 38 tempat tidur dan ada delapan hotel berklasifikasi losmen. Restoran di Kabupaten Tapanuli Selatan hanya ada dua yaitu : Restoran Angin Berhembus, dan Restoran Pariginan. Kedua Restoran tersebut menjual makanan khas Kabupaten Tapanuli Selatan seperti : gulai ikan mas, daun ubi tumbuk, gulai ikan sale dan lain-lain.

Tabel 3 : 7

Jumlah Hotel Menurut Klasifikasi Tahun 2010 No. Klasifikasi Jumlah

Hotel

Jumlah Kamar

Jumlah Tempat Tidur

1. Bintang 1 32 64

2. Melati 3 75 124

3. Losmen 8 84 100

Sumber : BPS, Tapanuli Selatan Dalam Angka 2010.

Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki berbagai potensi alam yang dapat digali serta dilestarikan menjadi salah satu aset dalam mendukung pengembangan sektor pariwisata. Potensi kepariwisataan kabupaten Tapanuli Selatan ditinjau dari segi objek daerah tujuan wisata cukup beragam, dimulai dari kawasan danau sampai


(44)

dengan kawasan pengunungan. Adapun objek-objek wisata yang sering di kunjungi di daerah Kabupaten Tapanuli Selatan selama ini antara lain :

Tabel 3 : 8

Objek-Objek Wisata Di Kabupaten Tapanuli Selatan

No. Nama Objek Jenis Objek Potensi

1. Tor Simago-mago Alam Pemandangan alam dan udara segar pengunungan

2. Parsariran Alam Sungai

3. Aek Sijorni Alam Air Terjun 4. Simarpinggan Alam Air terjun

5. Sipirok Alam Pemandian air panas

6. Siais Alam Danau

7. Marsabut Alam Danau

8. Kawah Gunung Sibual-buali

Alam Pemandanga alam dan udara segar pengunungan

9. Batang Toru Alam Sungai


(45)

BAB IV

POTENSI DANAU SIAIS SEBAGAI OBJEK WISATA DI DESA RIANIATE KABUPATEN TAPANULI SELATAN

4.1 Potensi Sumber Daya Alam

Danau Siais terletak di desa Rianiate Kecamatan Siais Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Selatan, dengan jarak tempuh 45 km dari ibu kota Kabupaten Padang Sidimpuan. Desa Rianiate merupakan salah satu desa tertua di Kabupaten Tapanuli Selatan, yang disebabkan letak desa ini dekat dengan Pantai Barat. Danau Siais yang berada di Rianiate ini terjadi karena menyusutnya air pantai barat yang meninggalkan bekas pada daerah terendah di kawasan ini sehingga memungkinkan terkumpulnya air, baik itu air dari gunung ataupun mata airnya sendiri.

Di sepanjang jalan menuju Danau Siais terdapat perkebunan sawit dan karet milik Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara (PTPN) III Batangtoru, yang merupakan pemandangan yang dapat dilihat sepanjang perjalanan menuju Danau Siais. Perkebunan ini merupakan perkebunan peninggalan zaman kolonialisme Belanda yang masih menopang pertumbuhan ekonomi daerah.

Danau Siais merupakan danau terluas kedua di Sumatera Utara setelah Danau Toba (Kompas, 17 Desember 2005). Danau ini memiliki potensi sumber daya alam yang cukup memadai untuk dikembangkan. Danau Siais memiliki pemandangan yang sangat indah. Danau Siais masih bersifat alami, yaitu dikelilingi oleh bukit-bukit yang


(46)

merupakan hutan tropis. Selain keindahan danuanya, Desa Rianiate juga memiliki potensi atau daya tarik lain yaitu air terjun. Air terjun ini berjarak kira-kira 10 km dari kawasan Danau Siais. Air terjun ini memiliki ketinggian kurang lebih 200 meter serta dikelilingi hutan alami dan udara yang sejuk. Air terjun ini dinamakan Air Terjun Sirambe, dan masyarakat setempat menyebutnya Aek Sirambe .

Kawasan Danau Siais memiliki pemandangan alam yang indah dan alami sehingga pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan membangun bumi perkemahan. Pada bulan Oktober 2006, Danau Siais pernah menjadi tuan rumah dalam kegiatan jambore pramuka se-Sumatera Utara. Kegiatan pramuka inilah yang merupakan langkah awal Danau Siais mulai dikenal oleh masyarakat Kabupaten Tapnuli Selatan sebagai salah satu objek wisata yang berpotensi untuk dikembangkan.

Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan kini terus berupaya memperkenalkan Danau Siais sebagai objek wisata baru di daerah tersebut. Salah satunya adalah dengan cara mengadakan kegiatan tahunan di Danau Siais seperti : Perlombaan Dayung Tradisional dan Kolaborasi Musik Tradisional dengan Musik Modern. Dengan adanya kegiatan tahunan tersebut diharapkan masyarakat berkunjung ke Danau Siais dan untuk mendukung kegiatan ini Pemerintah Daerah telah menyediakan fasilitas penginapan berupa sebuah mess yang terdiri dari 18 kamar, begitupun fasilitas pendukung kepariwisataan lainnya seperti : rumah makan, listik, dan toilet.


(47)

Dalam pengembangan kepariwisataan di kawasan ini, permasalahan yang dihadapi saat ini adalah sarana jalan menuju ke Danau Siais yang keadaannya kini sangat rusak. Kerusakan jalan membuat jarak tempuh menjadi relative lama, sekitar tiga hingga empat jam. Jalan rusak di mulai dari desa Simataniari hingga lokasi Danau Siais yang berjarak 15 km dan kondisi jalan hampir semuanya tak beraspal. Jalan dari desa Simataniari menunju Danau Siais semakin parah pada saat hujan, dengan kata lain, jalan sama sekali tidak dapat dilalui kendaraan roda empat.

Selain keindahan danau dan air terjunnya, Desa Rianiate juga memiliki keunikan lain yaitu ribuan ekor ikan jurung yang ada di danau tersebut dan masyarakat setempat sering menyebutnya dengan ikan mera atau ikan kramat. Ikan kramat ini berada di sungai kecil yang mengalir di Desa Rianiate. Jenis ikan ini cukup beragam meskipun sebenarnya didominasi ikan jurung dengan populasi sekitar 10.000 ekor dengan rata-rata berat 1 sampai 2 kg per ekor dan panjang 50 cm, namun ikan tersebut tidak pernah di konsumsi oleh masyarakat karena diyakini dapat membawa malapetaka. Konon kabarnya sekitar tahun 1940-an ikan tersebut ditebar oleh Syekh Tabuyung, seorang guru tasawuf yang tinggal di masjid dekat sungai. Ikan-ikan tersebut terus berkembang hingga kini masih tetap ada dan menjadi salah satu daya tarik wisata di Desa Rianiate.


(48)

4.2 Potensi Sumber Daya Budaya

Selain memiliki potensi alam yang menarik, Desa Rianiate juga memiliki potensi budaya yang tak kalah menariknya sebagai daya tarik wisata. Masyarakat Desa Rianiate yang umumnya adalah suku Mandailing, memiliki kebudayaan yang cukup menarik untuk dapat diberdayakan dan dijadikan sebagai atraksi wisata di kawasan Danau Siais.

Suku Mandailing adalah salah satu dari sekian ratus suku bangsa penduduk asli Indonesia. Dari zaman dahulu sampai sekarang suku bangsa tersebut turun temurun mendiami wilayah etnisnya sendiri yang terletak di Kabupaten Tapanuli Selatan, Provinsi Sumatera Utara. Menurut tradisi, orang Mandailing menamakan wilayah etnisnya sebagai, Tano Rura Mandailing yang artinya ialah tanah lembah Mandailing. Tapi namanya yang populer sekarang ialah Mandailing, sama dengan nama suku bangsa yang mendiaminya.

Wilayah etnis Mandailing terdiri dari dua bagian, yang masing-masing dinamakan Mandailing Godang (Mandailing Besar). Mandailing Godang dipimpin oleh raja-raja dari marga Nasution, berada di bagian utara. Mandailing Julu (Mandailing Hulu), berada di bagian selatan dan berbatasan dengan daerah Provinsi Sumatera Barat, penduduk di kawasan Mandailing Julu dipimpin oleh raja-raja dari marga Lubis.


(49)

Desa Rianiate termasuk daerah Mandailing Godang (Mandailing Besar) meskipun sekarang pembagian wilayah etnis tersebut tidak dipermasalahkan oleh masyarakat Mandailing. Sebagian besar warganya bertempat tinggal di daerah pendesaan dan hidup sebagai petani dengan mengolah sawah dan mengerjakan kebun karet, kopi, kulit manis, dan sebagainya. Meskipun sudah banyak terjadi perubahan, tapi sampai saat ini, masyarakat Mandailing masih memiliki kelompok-kelompok kekerabatan yang dibentuk berdasarkan hubungan darah dan hubungan perkawinan. Kelompok kekerabatan yang dibentuk berdasarkan hubungan darah oleh orang Mandailing dinamakan marga. Hubungan kekerabatan antara orang-orang Mandailing dalam satu marga disebut kahangi (abang-adik).

Suku bangsa atau masyarakat Mandailing terdiri dari banyak marga atau kelompok kerabat satu keturunan yang masing-masing punya nama sendiri, dan yang terbesar ialah marga Lubis dan marga Nasution. Setiap marga juga punya tokoh nenek moyangnya sendiri. Tokoh nenek moyang orang-orang Mandailing marga Lubis ialah seorang yang bernama Namora Pande Bosi. Orang-orang Mandailing marga Nasution punya nenek moyang yang bernama Si Baroar. Demikianlah menurut lagenda atau mitos yang diyakini oleh masyarakat Mandailing.

Upacara perkawinan dalam adat Mandailing disebut dengan horja (pesta). Prosesi upacara perkawinan Mandailing dimulai dari musyawarah adat Makkobar


(50)

menggunakan bahasa Mandailing. Setiap anggota berbalas tutur yang teratur seperti berbalas pantun. Setelah makkobar atau makkatai masuklah ke prosesi mangupa. Upacara adat mangupa merupakan bagian dari rangkaian upacara adat perkawinan hingga sekarang masih diselenggarakan dan amat penting bagi masyarakat Mandailing. Karena menurut tradisi atau adat masyarakat tersebut upacara mangupa merupakan sarana utama bagi para kerabat untuk menyampaikan doa dan harapan mereka agar pengantin yang baru memasuki gerbang perkawinan memperoleh kebahagian dan kesentosaan dalam hidup berumah tangga. Di samping itu, upacara

mangupa merupakan ritual yang digunakan oleh para kerabat untuk menetapkan

berbagai kebijaksanaan tradisional yang diperlukan oleh sepasang pengantin untuk membina rumah tangga bahagia menurut konsep masyarakat.

Kelompok kekerabatan yang dibentuk berdasarkan hubungan perkawinan terdiri dari dua bagian, yaitu kelompok kerabat pemberi anak gadis dalam perkawinan yang dinamakan mora dan kelompok kerabat penerima anak gadis yang dinamakan

anak boru. Dengan demikian dalam masyarakat Mandailing terdapat tiga kelompok

kekerabatan, yaitu mora, kahanggi (orang-orang yang se-marga atau yang punya hubungan kekerabatan berabang-adik) dan anak boru. Ketiga kelompok kekerabatan tersebut digunakan oleh masyarakat Mandailing sebagai komponen tumpuan untuk sistem sosialnya yang dinamakan Dalian Natolu (tumpuan yang tiga). Sistem sosial yang dinamakan Dalian Natolu itu berfungsi sebagai mekanisme untuk melaksanakan adat dalam kehidupan masyarakat Mandailing. wujud pelaksanaan adat yang


(51)

menggunakan sistem sosial Dalian Natolu dapat dilihat pada waktu penyelenggaraan upacara adat.

Dalam masyarakat Mandailing suatu upacara adat hanya dapat diselengarakan jika didukung bersama oleh mora, kahangi dan anak boru yang berfungsi sebagai tumpuan. Kalau salah satu di antaranya tidak ikut mendukung, maka dengan sendirinya upacara adat tidak boleh atau tidak dapat diselenggarakan. Keadaan yang demikian itu menunjukkan dan membuktikan bahwa dalam kehidupan masyarakat Mandailing adat dan pelaksanaannya tidak dapat dipisahkan dari sistem sosial

Dalian Natolu. Oleh karena itu, adat masyarakat Mandailing disebut adat Dalian

Natolu.

Masyarakat Mandailing juga memiliki ragam bahasa yang dinamakan hata

bulung-bulung (bahasa daun-daunan). Ragam bahasa tersebut dinamakan hata

bulung-bulung karena yang digunakan sebagai kata-katanya ialah daun

tumbuh-tumbuhan. Selain mempunyai bahasa sendiri, suku Mandailing juga mempunyai aksara yang dinamakan surat tulak-tulak. Pada masa dahulu aksara tersebut terutama digunakan untuk menuliskan ilmu pengobatan, mantra-mantra, ilmu perbintangan (astronomi) dan andung-andung (ratapan) dalam kitab tradisional yang terbuat dari kulit kayu atau beberapa ruas bambu. Kitab tradisional tersebut dinamakan pustaha.

Selain upacara adat dan bahasa, budaya masyarakat Mandailing yang bisa dilihat juga dari bangunan dan rumah rumah penduduk dengan arsitektur atau seni


(52)

bina bangunan adat berupa istana raja yang dinamakan Sopo Sio Dalam Mangadong atau Bagas Godang dan balai sidang adat yang dinamakan Sopo Sio Rancang

Magodang atau Sopo Godang. Bangunan bagas godang, sopo godang dan rumah

penduduk di Mandailing berbentuk rumah panggung dengan menggunakan banyak tiang. Tiang-tiang bangunan yang terbuat dari kayu biasanya ditegakkan di atas batu ceper berukuran relatif besar. Pada masa sekarang tidak banyak lagi bangun-bangunan dengan arsitektur tradisional yang dapat ditemukan di Mandailing. Sebagian besar sudah punah dimakan waktu dan yang masih tersisa rata-rata usianya sudah tua. Tetapi mayoritas masyarakat desa rianiate masih tinggal di rumah-rumah panggung.

Kesemua adat budaya baik yang berupa seni, bangunan, upacara-upacara adat, maupun tata cara kehidupan masyarakat setempat merupakan sesuatu yang tidak ternilai untuk diberdayakan sehingga menjadi daya tarik bagi orang yang berkunjung ke daerah ini.


(53)

4.3 Potensi Sumber Daya Manusia

Masyarakat desa rianiate ini pada umumnya bermata pencaharian petani. Selain bertani sebagian kecil masyarakat desa rianiate bermata pencaharian nelayan. Para nelayan yang berada di desa rianiate ini membuat sendiri perahunya. Masyarakat desa rianiate ini terkenal pandai dalam membuat perahu. Hasil tangkapan ikan para nelayan di olah menjadi ikan sale. Ikan sale ini merupakan makanan ciri khas dari desa rianiate.

Selain petani dan nelayan sebagian kecil masyarakat desa rianiate membuat usaha industri kecil seperti rumah makan, dan usaha dalam bentuk kerajinan tangan. Adapun kerajinan tangan yang dibuat oleh masyarakat desa rianiate ini adalah seni pembuatan vase bunga dari tanah liat. Kerajinan tangan vase bunga ini dapat menjadi oleh-oleh atau souvenir bagi wisatawan.

Masyarakat desa rianiate sangat mendukung upaya pengembangan Danau Siais sebagai salah satu objek wisata di kabupaten Tapanuli Selatan. Adapun dampak positif yang diharapkan dapat dirasakan oleh masyarakat Desa Rianiate jika pengembangan kawasan objek wisata Danau Siais berhasil dikembangkan dengan baik adalah :

1. Tingkat pengangguran akan semakin berkurang 2. Pengetahuan masyarakat akan semakin bertambah


(54)

3. Desa rianiate semakin dikenal oleh masyarakat sebagai daerah tujuan wisata yang memiliki banyak potensi wisata.

Pengembangan kepariwisataan di Desa Rianiate juga tidak menutup kemungkinan membawa dampak negatif terhadap lingkungan (alam), budaya dan masyarakat setempat, namun dengan perencanaan yang matang dan penanganan yang profesional maka pengaruh atau dampak negatif dari kepariwisataan tentunya akan dapat diantisipasi dan diminimalisir.

Jumlah penduduk yang mendiami desa rianiate berdasarkan sensus penduduk tahun 2009 mencapai 26.401 jiwa dengan perincian 13.181 jiwa laki-laki dan 13.220 jiwa perempuan. Diantara penduduk terdapat 865 orang tamat Sekolah Dasar (SD), 600 orang tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), 335 orang tamat Sekolah Lanjut Tingkat Atas (SLTA), 700 orang yang belum mengecap pendidikan, dan 150 orang buta huruf. Fasilitas pendidikan yang terdapat di desa rianiate yaitu : Sekolah Dasar (SD) 8 buah, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) 2 buah, Sekolah Lanjut Tingkat Atas 2 buah, ( lihat tabel 4 : 1 ).

Tabel 4 : 1

Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah

SD 865

SMP 600

SMA 335

Belum Mengecap Pendidikan 700

Buta Huruf 150


(55)

Berdasarkan data pendidikan di atas kemampuan masyarakat desa Rianiate dalam mengelola objek wisata Danau Siais sangatlah kurang. Hal ini terlihat dari tingkat pendidikan yang rendah di desa Rianiate. Permasalahan tingkat pendidikan yang rendah di desa Rianiate merupakan salah satu hambatan dalam pengembangan objek wisata Danau Siais.

Pengembangan objek wisata Danau Siais tentu tidak dapat berjalan begitu saja. Banyak kendala yang harus ditagani secara profesional dan memerlukan campur tangan banyak pihak, baik Pemerintah Daerah maupun pihak-pihak lainnya. Upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia merupakan salah satu pendorong bagi pengembangan objek wisata Danau Siais. Salah satu upaya tersebut adalah pemerintah memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat setempat, baik diselenggarakan secara formal maupun non formal. Dengan adanya upaya dalam meningkatkan pendidikan masyarakat setempat, merupakan salah satu alternatif meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di desa Rianiate dalam mengembangkan objek wisata Danau Siais.

Oleh karena itu kemauan, kerja keras dan kerjasama dari seluruh pihak terkait tentu sangat dibutuhkan untuk mewujudkan pengembangan dan keberadaan objek wisata Danau Siais di desa Rianiate Kabupaten Tapanuli Selatan.


(56)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Objek wisata Danau Siais merupakan salah satu objek wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan. Danau Siais banyak menyimpan potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang dapat dikembangkan dan masih bersifat alami. Danau Siais merupakan danau terluas kedua di Sumatera Utara setelah Danau Toba (Kompas, 17 Desember 2005). Danau Siais memiliki pemandangan alamnya yang indah seperti hamparan danau yang luas, perbukitan, pegunungan dan air terjun. Tetapi dalam pengembangannya objek wisata Danau Siais banyak mendapat kendala. Hambatan atau kendala seperti rusaknya infrastruktur jalan bisa jadi merupakan kendala yang cukup berat sehingga memerlukan perhatian yang cukup besar, begitupun pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana lainnya juga masih sangat dibutuhkan.

Danau Siais juga memiliki Sumber Daya Budaya (SDB) yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Masyarakat desa Rianiate ini masih memegang teguh adat dan budaya mandailing seperti upacara-upacara adat dan tari-tarian daerah dalam acara perkawinan. Kebudayaan mandailing masyarakat di desa ini juga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung.


(57)

Potensi Sumber Daya Manusia (SDM) desa Rianiate berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat sangatlah rendah. Kemampuan masyarakat desa Rianiate dalam mengelola Danau Siais menjadi objek wisata sangat kurang. Hal ini terlihat dari tingkat pendidikan yang rendah. Rata-rata masyarakat desa rianiate adalah tamatan Sekolah Dasar (SD). Hal inilah yang merupakan salah satu hambatan dalam mengembangkan objek wisata Danau Siais. Pengembangan objek wisata Danau Siais harus ditagani secara professional dan memerlukan bantuan banyak pihak, baik Pemerintah Daerah maupun pihak-pihak lainnya. Sehingga dibutuhkan kerjasama dari Pemerintah Daerah dan pihak-pihak terkait lainnya, agar pengembangan objek wisata Danua Siais di desa Rianiate Kabupaten Tapanuli Selatan dapat terwujud.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

BPS, 2010. Tapanuli Selatan dalam Angka 2010. Sipirok.

Hasibuan, L.P. 1989. Pangupa: Buku Nenek Moyang Masyarakat Tapanuli Selatan. Medan : Basis.

Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabeta.

Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi.

Undang-undang No.9 tahun 1990, Tentang Kepariwisataan.


(59)

LAMPIRAN

Gambar 1 : Danau Siais


(60)

Gambar 3 : Air Terjun Sirambe


(1)

Berdasarkan data pendidikan di atas kemampuan masyarakat desa Rianiate dalam mengelola objek wisata Danau Siais sangatlah kurang. Hal ini terlihat dari tingkat pendidikan yang rendah di desa Rianiate. Permasalahan tingkat pendidikan yang rendah di desa Rianiate merupakan salah satu hambatan dalam pengembangan objek wisata Danau Siais.

Pengembangan objek wisata Danau Siais tentu tidak dapat berjalan begitu saja. Banyak kendala yang harus ditagani secara profesional dan memerlukan campur tangan banyak pihak, baik Pemerintah Daerah maupun pihak-pihak lainnya. Upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia merupakan salah satu pendorong bagi pengembangan objek wisata Danau Siais. Salah satu upaya tersebut adalah pemerintah memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat setempat, baik diselenggarakan secara formal maupun non formal. Dengan adanya upaya dalam meningkatkan pendidikan masyarakat setempat, merupakan salah satu alternatif meningkatkan kualitas sumberdaya manusia di desa Rianiate dalam mengembangkan objek wisata Danau Siais.

Oleh karena itu kemauan, kerja keras dan kerjasama dari seluruh pihak terkait tentu sangat dibutuhkan untuk mewujudkan pengembangan dan keberadaan objek wisata Danau Siais di desa Rianiate Kabupaten Tapanuli Selatan.


(2)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Objek wisata Danau Siais merupakan salah satu objek wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan. Danau Siais banyak menyimpan potensi Sumber Daya Alam (SDA) yang dapat dikembangkan dan masih bersifat alami. Danau Siais merupakan danau terluas kedua di Sumatera Utara setelah Danau Toba (Kompas, 17 Desember 2005). Danau Siais memiliki pemandangan alamnya yang indah seperti hamparan danau yang luas, perbukitan, pegunungan dan air terjun. Tetapi dalam pengembangannya objek wisata Danau Siais banyak mendapat kendala. Hambatan atau kendala seperti rusaknya infrastruktur jalan bisa jadi merupakan kendala yang cukup berat sehingga memerlukan perhatian yang cukup besar, begitupun pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana lainnya juga masih sangat dibutuhkan.

Danau Siais juga memiliki Sumber Daya Budaya (SDB) yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai daya tarik wisata. Masyarakat desa Rianiate ini masih memegang teguh adat dan budaya mandailing seperti upacara-upacara adat dan tari-tarian daerah dalam acara perkawinan. Kebudayaan mandailing masyarakat di desa ini juga dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung.


(3)

Potensi Sumber Daya Manusia (SDM) desa Rianiate berdasarkan tingkat pendidikan masyarakat sangatlah rendah. Kemampuan masyarakat desa Rianiate dalam mengelola Danau Siais menjadi objek wisata sangat kurang. Hal ini terlihat dari tingkat pendidikan yang rendah. Rata-rata masyarakat desa rianiate adalah tamatan Sekolah Dasar (SD). Hal inilah yang merupakan salah satu hambatan dalam mengembangkan objek wisata Danau Siais. Pengembangan objek wisata Danau Siais harus ditagani secara professional dan memerlukan bantuan banyak pihak, baik Pemerintah Daerah maupun pihak-pihak lainnya. Sehingga dibutuhkan kerjasama dari Pemerintah Daerah dan pihak-pihak terkait lainnya, agar pengembangan objek wisata Danua Siais di desa Rianiate Kabupaten Tapanuli Selatan dapat terwujud.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

BPS, 2010. Tapanuli Selatan dalam Angka 2010. Sipirok.

Hasibuan, L.P. 1989. Pangupa: Buku Nenek Moyang Masyarakat Tapanuli

Selatan. Medan : Basis.

Marpaung, Happy. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung : Alfabeta.

Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi.

Undang-undang No.9 tahun 1990, Tentang Kepariwisataan.


(5)

LAMPIRAN

Gambar 1 : Danau Siais


(6)

Gambar 3 : Air Terjun Sirambe