EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SERAI (Cymbopogon nardus) DALAM MEMBUNUH LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III.

EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SERAI (Cymbopogon nardus)
DALAM MEMBUNUH LARVA NYAMUK Aedes aegypti INSTAR III

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Ijasah S1 Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :
YOGIE ARYANTO
J 410 040 016

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2008

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir
di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian
lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (Kristina et al, 2004).
Virus dengue merupakan anggota dari famili flaviviridae dan genus
flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Keempat serotipe ini menimbulkan gejala yang
berbeda-beda jika menyerang manusia (Satari dan Meliasari, 2004).
Penyakit DBD merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
di Indonesia. Sejak tahun 1968 jumlah kasusnya cenderung meningkat dan
penyebarannya bertambah luas. Hal ini disebabkan karena semakin tersebar
luasnya virus dengue oleh nyamuk penularnya di berbagai wilayah Indonesia.
Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas penduduk sejalan
dengan semakin bagusnya fasilitas transportasi (Depkes RI, 2005).
Penyakit DBD menimbulkan kekhawatiran masyarakat karena
perjalanan penyakit ini yang cepat, dapat menyebabkan kematian dalam waktu
yang singkat dan sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) di Indonesia
(Depkes RI, 2005). KLB DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan

1


Incident Rate (IR) sebesar 35,19 per 100.000 penduduk dan Case Fatality
Rate (CFR) sebesar 2%. Pada tahun 1999, IR menurun tajam sebesar 10,17
per 100.000 penduduk, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung
meningkat yaitu 15,99 per 100.000 penduduk pada tahun 2000; 21,66 per
100.000 penduduk pada tahun 2001; 19,24 per 100.000 penduduk pada tahun
2002; dan 23,87 per 100.000 penduduk pada tahun 2003 (Kristina et al, 2004).
Perkembangan teknologi saat ini belum mampu menemukan vaksin
atau obat untuk mencegah DBD. Pengobatan terhadap penderita DBD hanya
bersifat simptomatis dan suportif, yaitu pengobatan menurut gejala dan
pengobatan dengan dukungan secara psikologi. Penatalaksanaan penderita
DBD didasarkan pada perubahan utama yang terjadi pada penderita, yaitu
adanya kerusakan sistem vaskuler dengan akibat meningkatnya permeabilitas
dinding pembuluh darah (Depkes RI, 2005).
Langkah-langkah untuk mengatasi penyakit DBD dapat dilakukan
dengan cara pemberantasan sarang nyamuk (PSN) atau dengan memutus
siklus hidup nyamuk (Nadesul, 2007). Cara yang bisa dilakukan adalah
dengan 3 M yaitu: 1). menguras dan menyikat bak mandi, bak WC, dan lainlain. 2). menutup tempat penampungan air rumah tangga (tempayan, drum,
dan lain-lain), serta 3). mengubur, menyingkirkan atau memusnahkan barangbarang bekas seperti kaleng, ban, dan lain-lain (Depkes RI, 2005).
Pemberantasan sarang nyamuk, terutama untuk membasmi larva
Aedes aegypti dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida pembasmi

jentik (larvasida). Namun demikian penggunaan bahan-bahan kimia yang

2

kurang hati-hati dapat menimbulkan bahaya bagi kesehatan manusia yaitu
sesak nafas apabila baunya menyengat dan alergi pada kulit, selain itu
biasanya

harganya

mahal

(Setyorini,

2006).

Pengendalian

dengan


menggunakan bahan-bahan kimia dianggap kurang efektif (Depkes RI, 2005).
Oleh karena itu perlu dicari alternatif lain yang lebih sederhana dan tidak
merugikan kesehatan.
Penggunaan bahan alam, misalnya tanaman, merupakan salah satu
alternatif yang bisa digunakan. Serai (Cymbopogon nardus) merupakan salah
satu tanaman yang dapat digunakan sebagai larvasida. Banyak kandungan
senyawa kimia dalam daun serai, diantaranya minyak atsiri serai yang terdiri
dari senyawa sitral, sitronela, geraniol, mirsena, nerol, farnesol methil
heptenol dan dipentena. Kandungan yang paling banyak adalah geraniol yang
merupakan senyawa kimia yang paling besar dalam tanaman serai
(Cymbopogon nardus) yaitu sebesar 65-90% dan sitronela sebesar 30-45%
(Santoso, 1992). Menurut Abidillah (2007) senyawa sitronela mempunyai
sifat racun dehidrasi (desiccant). Racun tersebut merupakan racun kontak
yang dapat mengakibatkan kematian pada nyamuk.
Beberapa penelitian telah memanfaatkan tanaman sebagai larvasida,
yaitu penggunaan biji mimba (Budi, 2002), Sumarno (2005) telah
memanfaatkan minyak atsiri sebagai repelent nyamuk Aedes aegypti. Menurut
penelitian Setyorini (2006) memanfaatkan minyak astiri serai (Andropogon
nardus) sebagai obat nyamuk semprot untuk membunuh nyamuk Aedes
aegypti, dan menurut Fattahrinjani (tanpa tahun) telah memanfaatkan ekstrak


3

daun serai (Cymbopogon nardus) sebagai obat nyamuk semprot. Pada
penelitian ini penulis ingin menggunakan ekstrak daun serai (Cymbopogon
nardus) sebagai larvasida terhadap nyamuk Aedes aegypti.
Berdasarkan uji pendahuluan, diketahui bahwa dosis terkecil yang
dapat mematikan 100% larva adalah 0,75%. Oleh karena itu pada uji yang
sesungguhnya dosis yang digunakan adalah 0% (kontrol), 0,15%, 0,30%,
0,45%, 0,60%, dan 0,75%. Pada penelitian ini penulis akan meneliti tentang
pemanfaatan ekstrak daun serai sebagai larvasida untuk membunuh larva
nyamuk Aedes aegypti instar III.

B. Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh ekstrak daun serai (Cymbopogon nardus) terhadap
kematian larva nyamuk Aedes aegypti ?
2. Bagaimanakah efektivitas ekstrak daun serai (Cymbopogon nardus) dalam
membunuh larva Aedes aegypti ?

3. Berapakah konsentrasi ekstrak daun serai (Cymbopogon nardus) yang
paling efektif dalam membunuh larva Aedes aegypti ?

C. Hipotesis
Ada pengaruh pemberian ekstrak daun serai (Cymbopogon nardus)
terhadap kematian larva Aedes aegypti

4

D. Tujuan penelitian
1. Menentukan pengaruh ekstrak daun serai (Cymbopogon nardus) terhadap
jumlah kematian larva Aedes aegypti.
2. Mengetahui efektivitas ekstrak daun serai (Cymbopogon nardus) dalam
membunuh larva Aedes aegypti.
3. Mengetahui konsentrasi ekstrak daun serai (Cymbopogon nardus) yang
paling efektif dalam membunuh larva Aedes aegypti.

D. Manfaat penelitian
1. Bagi penulis
Menambah dan memperluas pengetahuan penulis mengenai efektivitas

daun serai (Cymbopogon nardus) dalam membunuh larva nyamuk Aedes
aegypti.
2. Bagi masyarakat
Dengan adanya penelitian ini penulis berharap dapat membantu
memecahkan masalah yang ada di masyarakat, terutama penggunaan daun
serai (Cymbopogon nardus) dalam upaya pemberantasan nyamuk Aedes
aegypti sebagai vektor penular penyakit demam berdarah.

E. Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup materi dalam penelitian ini adalah penggunaan
ekstrak serai (Cymbopogon nardus) sebagai larvasida dalam membunuh larva
Aedes aegypti.

5