PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA TOPIK LARUTAN PENYANGGA.

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang Masalah

Dewasa ini perkembangan sains dan teknologi telah mengendalikan dunia
secara global, yang berimbas pada perubahan sosial yang semakin pesat.
Kenyataan tersebut menjadi tantangan bagi dunia pendidikan. Proses pendidikan
harus mempersiapkan siswa yang kritis, agar siswa tidak hanya memahami
konsep namun juga memiliki kemampuan menyelesaikan masalah dalam
kehidupannya dengan konsep-konsep yang telah dipelajarinya.
Di sisi lain beberapa hasil penelitian seperti PISA, Programme for
International Student Assesment tahun 2003 menunjukkan bahwa dalam bidang
sains, kemampuan siswa Indonesia berada pada tingkat paling bawah yaitu
peringkat ke-38 dari 41 negara yang disurvey. Siswa hanya mampu mengingat
fakta, terminologi, dan hukum sains serta menggunakan pengetahuan sains yang
bersifat umum (Nugroho, 2004). Selain itu survey yang dilakukan oleh “Trends in
Internasional Mathematics and sciencies study” (TIMSS) 2000 menempatkan
Indonesia pada posisi ke-34 untuk bidang matematika dan posisi ke-32 untuk
bidang sains dari 38 negara yang disurvey. Data penelitian ini menggambarkan

masih rendahnya kualitas pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Indonesia.
Depdiknas (2003) mengungkapkan bahwa sejauh ini pendidikan di
Indonesia masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai
kerangka fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih terfokus kepada guru
sebagai sumber pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi

2

mengajar. Susanto (2002) mengemukakan bahwa belum adanya mutu pendidikan
IPA ada hubungannya dengan belum terpecahkannya masalah-masalah yang ada
dalam pembelajaran IPA. Menurut Susanto (2002) terdapat tiga permasalahan
dalam pembelajaran IPA. Pertama, pendidikan masih berorientasi hanya pada
produk pengetahuan, kurang berorientasi pada proses sains. Kedua, pengajaran
sains hanya mencurahkan pengetahuan, dalam hal ini fakta, konsep, dan prinsip
sains lebih banyak dicurahkan melalui ceramah, tanya jawab, atau diskusi tanpa
didasarkan pada hasil kerja praktek. Ketiga, pengajaran sains berfokus pada
menjawab pertanyaan, guru cenderung untuk menggunakan metode tanya jawab,
sementara jawaban yang ‘harus’dikemukakan adalah fakta, konsep, dan prinsip
baku yang telah diajarkan guru atau tertulis dalam buku ajar. Padahal seharusnya
siswa menggali masalah sendiri dan menemukan jawaban atas masalahnya

melalui pengamatan dan percobaan.
Kajian masalah pendidikan di Indonesia juga dilakukan oleh Blazely dan
World Bank, “Education In Indonesia, From Crisis To Recovery”, (Suhardan,
2006). Hasil penelitiannya mengemukakan bahwa pembelajaran di sekolah
cenderung teoritik, tidak terkait dengan lingkungan anak, anak kurang memahami
cara belajar, kurang terampil memecahkan masalah kehidupan, pendidikan
memisahkan anak dari lingkungannya dan “Many teacher are poorly trainned”.
Semua gambaran buram tersebut menunjukkan betapa memprihatinkan kondisi
mutu pendidikan nasional Indonesia. Indonesia perlu segera mengatasinya, supaya
tidak terlalu ketinggalan jauh oleh negara-negara tetangga.

3

Strategi pembelajaran di sekolah yang tidak hanya mengajarkan konsepkonsep yang esensial saja, namun juga membangun keterampilan berpikir kritis
siswa serta keterampilan memecahkan masalah dapat meningkatkan mutu
pendidikan. Hal ini karena pada hakekatnya tujuan akhir pendidikan adalah
keterampilan berpikir. Liliasari (2000) mengungkapkan bahwa dalam pendidikan,
berpikir kritis terbukti dapat mempersiapkan peserta didik berpikir pada berbagai
disiplin ilmu menuju pemenuhan sendiri akan kebutuhan intelektual dan
mengembangkan peserta didik sebagai individu berpotensi.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu alternatif model
pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan keterampilan
berpikir, karena di dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dihadapkan pada
masalah yang harus dipecahkan melalui bimbingan guru.
Menurut

Sanjaya

(2006)

pembelajaran

berbasis

masalah

perlu

dikembangkan karena tiga hal berikut. Pertama, dilihat dari aspek psikologi
belajar, pembelajaran berbasis masalah berdasarkan pada psikologi kognitif yang

berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat
adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal fakta tetapi
suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Melalui
pembelajaran berbasis masalah perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada
aspek kognitif saja tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotor melalui
penghayatan secara internal akan masalah yang dihadapi. Kedua, dilihat dari
aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk
mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di masyarakat, maka pembelajaran

4

berbasis masalah sangat penting dikembangkan dalam rangka pemberian latihan
dan kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang
dihadapinya. Ketiga, dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan
pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan untuk memperbaiki sistem
pembelajaran, dimana selama ini kemampuan siswa untuk menyelesaikan suatu
masalah kurang diperhatikan oleh guru.
Ilmu kimia merupakan salah satu rumpun IPA yang mempelajari sifat,
struktur, komposisi dan perubahan materi serta energi yang menyertainya. Dalam
proses belajar mengajar kimia, guru dapat mengembangkan keterampilan berpikir

melalui strategi pembelajaran berbasis masalah. Hal ini sesuai dengan tujuan dan
fungsi

pembelajaran

kimia

(Depdiknas,

2004)

yaitu

sebagai

wahana

pengembangan keterampilan intelektual, kreatifitas, dan sikap ilmiah.
Pada penelitian ini, pembelajaran yang disusun memilih topik larutan
penyangga. Hal ini dikarenakan beberapa pertimbangan. Pertama, berdasarkan

pengamatan, ada kecenderungan pembelajaran topik larutan penyangga di sekolah
hanya dilakukan melalui latihan soal berupa hitungan atau menentukan mana yang
termasuk sistem penyangga saja. Kedua, konsep larutan penyangga sangat erat
kaitannya dengan fenomena dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada sistem
tubuh, kedokteran, industri, makanan, farmasi, dan juga pertanian. Oleh karena
itu, akan lebih bermakna jika siswa dilatih memecahkan masalah dan merancang
percobaan dengan menggunakan konsep ini.
Strategi pembelajaran yang melatih siswa untuk memecahkan masalah dan
merancang percobaan, akan memberi siswa banyak kesempatan untuk

5

meningkatkan

keterampilan

berpikirnya.

Dengan


demikian

diharapkan

keterampilan berpikir kritis siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran
berbasis masalah.
Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan studi lebih mendalam tentang
pembelajaran berbasis masalah untuk pemahaman konsep dan keterampilan
berpikir kritis siswa pada topik larutan penyangga.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam tesis ini
adalah :
“Bagaimana pembelajaran berbasis masalah pada topik larutan penyangga dapat
meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa?”
Untuk memperjelas masalah di atas, maka dirumuskan pertanyaanpertanyaan penelitian sebagai berikut :
1.


Bagaimana

karakteristik

pembelajaran

berbasis

masalah

yang

dikembangkan untuk topik larutan penyangga?
2.

Sejauhmana pembelajaran berbasis masalah pada topik larutan penyangga
dapat meningkatkan pemahaman konsep?

3.


Indikator berpikir kritis manakah yang dikembangkan pada pembelajaran
berbasis masalah untuk topik larutan penyangga?

4.

Sejauhmana pembelajaran berbasis masalah pada topik larutan penyangga
dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis?

6

5.

Apa kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran berbasis masalah yang
dikembangkan?

6.

Bagaimana tanggapan siswa dalam mempelajari topik larutan penyangga
dengan menerapkan pembelajaran berbasis masalah?


C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan
penelitian ini adalah :
1.

Mendapatkan suatu model pembelajaran berbasis masalah untuk topik
larutan penyangga.

2.

Mengetahui sejauhmana pembelajaran berbasis masalah pada topik larutan
penyangga dapat meningkatkan pemahaman konsep.

3.

Menemukan indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan pada

pembelajaran berbasis masalah untuk topik larutan penyangga.

4.

Mengetahui sejauhmana pembelajaran berbasis masalah pada topik larutan
penyangga dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis.

5.

Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran berbasis masalah
yang dikembangkan.

6.

Mengetahui tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah untuk
topik larutan penyangga.

7

D.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.

Bagi siswa, model pembelajaran berbasis masalah ini diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa.

2.

Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran
serta memperkaya pengetahuan guru tentang model pembelajaran mengenai
topik larutan penyangga dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis msalah.

3.

Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi dalam mengembangkan model pembelajaran berbasis masalah
pada bahan kajian yang lain.

E.

Definisi Operasional

1.

Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menuntut
aktivitas mental siswa dalam memahami suatu konsep, prinsip, dan
keterampilan melalui situasi atau masalah yang disajikan di awal
pembelajaran (Ibrahim dan Nur, 2002)

2.

Berpikir kritis merupakan cara berpikir reflektif yang masuk akal atau
berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus
diyakini dan apa yang harus dilakukan (Ennis dalam Costa, 1985).

3.

Pemahaman konsep diartikan sebagai kemampuan siswa memahami makna
ilmu pengetahuan secara ilmiah baik secara teori maupun penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari (Slameto, 1991)

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian desain penelitian quasi experiment
(eksperimen semu). Desain penelitian tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
Tes awal

Perlakuan

Tes akhir

O

X

O

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Keterangan :
O adalah tes awal dan tes akhir yang berfungsi untuk mengukur kemampuan
siswa sebelum dan sesudah penerapan model pembelajaran. Instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data tes awal dan tes akhir sama yakni berupa
soal tes uraian topik Larutan Penyangga. X adalah perlakuan berupa penerapan
model pembelajaran berbasis masalah untuk topik larutan penyangga.
B. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di suatu SMA Swasta Kabupaten Bandung Barat
pada semester II tahun ajaran 2007/2008. Subyek dalam penelitian ini adalah: 32
orang siswa kelas XI yang sedang mempelajari topik larutan penyangga.

C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

35

1. Tes tertulis
Tes tertulis ini berisi soal uraian yang bertujuan untuk mengukur pemahaman
konsep larutan penyangga dan kemampuan berpikir kritis sebelum dan
sesudah implementasi pembelajaran.
Sebelum soal digunakan instrumen tes tertulis tersebut diujicobakan pada
siswa yang telah mempelajari topik larutan penyangga. Skor yang diperoleh
dari uji coba tersebut dianalisis untuk mengetahui validitas setiap butir soal
dan reliabilitasnya.
2. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar kerja siswa digunakan untuk memandu siswa pada sesi kerja
kelompok, untuk memecahkan masalah yang telah disajikan di awal
pembelajaran.
3. Panduan wawancara guru
Lembar panduan wawancara digunakan untuk mengungkap tanggapan guru
mengenai kelebihan dan kekurangan diterapkannya pembelajaran berbasis
masalah.
4. Angket
Penggunaan angket adalah untuk mengungkap tanggapan siswa dengan
diterapkannya pembelajaran berbasis masalah.
5. Format observasi kegiatan siswa dan guru
Format observasi kegiatan siswa dan guru digunakan untuk mengungkap
aktivitas guru dan siswa selama diterapkannya pembelajaran berbasis masalah.

36

D. Prosedur Penelitian
Terdapat beberapa tahapan prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini,
diantaranya : tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Secara garis
besar, alur penelitiannya terdapat pada Gambar 3.1.
1. Tahap Persiapan
Kegiatan pokok yang dilakukan pada tahap ini adalah mengkaji variabelvariabel yang terlibat dalam penelitian, serta penyusunan instrumen penelitian.
Variabel bebas yang terlibat pada penelitian ini adalah bahan kajian larutan
penyangga, keterampilan berpikir kritis, dan pembelajaran berbasis masalah.
Studi literatur larutan penyangga dimulai dengan mengkaji buku paket untuk
menentukan konsep yang pada proses pembelajaran perlu dilatihkan dengan
keterampilan berpikir kritis. Kemudian dilanjutkan dengan melakukan analisis
konsep yang meliputi label konsep, definisi konsep, atribut konsep, hierarki
konsep, dan membuat peta konsep.
Studi keterampilan berpikir kritis dilakukan dengan mengidentifikasi
indikator-indikator keterampilan berpikir kritis yang tepat dan sesuai dengan
konsep yang diajarkan.
Sedangkan studi pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan mencari
”problem-based” yang sesuai dengan konsep larutan penyangga.
Instrumen penelitian yang dibuat adalah soal untuk mengukur pemahaman
konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa, lembar kerja siswa (LKS),
angket, panduan wawancara, dan format observasi kegiatan siswa dan guru.

37

2. Tahap Pelaksanaan
Pembelajaran yang telah disusun diimplementasikan pada pembelajaran kimia
secara kolaborasi oleh peneliti dan guru kimia. Implementasi model ini
memerlukan waktu enam kali petemuan, yang terdiri dari empat kali
pertemuan untuk implementasi model pembelajaran dan dua kali pertemuan
untuk tes. Setelah selesai mengimplementasikan model pembelajaran, maka
dilakukan wawancara dengan guru untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan diterapkannya pembelajaran berbasis masalah dan pengisian
angket

untuk

mengetahui

tanggapan

siswa

dengan

diterapkannya

pembelajaran berbasis masalah.
3. Tahap Akhir
Setelah implementasi pembelajaran dilakukan dengan tuntas, dan semua data
telah terkumpul selanjutnya dilakukan analisis data, pembahasan, dan
penarikan kesimpulan.

38

 Kajian larutan penyangga : analisis konsep
 Kajian keterampilan berpikir kritis : analisis indikator
berpikir kritis
 Kajian pembelajaran berbasis masalah
Penyusunan Proposal Penelitian

Persiapan

Penyusunan Instrumen
Rencana pembelajaran, lembar kerja siswa, butir soal,
angket, panduan wawancara, lembar observasi kegiatan
siswa dan guru.
Uji Coba
Uji Validitas dan Reliabilitas Soal

Tes Awal

Penerapan Pembelajaran
Berbasis Masalah
Tes Akhir

Pelaksanaan

Angket

Wawancara
Temuan Penelitian

Analisis dan Pembahasan
Akhir

Penarikan Kesimpulan

Gambar 3.1. Alur Penelitian

39

E. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengelompokan siswa menjadi kategori tinggi, sedang, dan rendah.
Terdapat tiga puluh dua orang siswa yang dijadikan subyek penelitian
yang dikelompokan dalam tiga kategori yaitu kelompok tinggi, sedang
atau rendah.
Menurut Arikunto (2006), untuk mengetahui kedudukan siswa pada
kelompok

tinggi,

sedang

atau

rendah,

dapat

dilakukan

dengan

menggunakan standar deviasi. Data yang digunakan untuk keperluan
pengelompokan siswa ini adalah data rata-rata tiga nilai ulangan harian
siswa. Kelompok tinggi terdiri dari siswa dengan skor yang besarnya sama
dengan atau lebih besar dari skor rata-rata secara keseluruhan siswa
ditambah standar deviasi. Untuk kelompok rendah ditentukan dengan
melihat siswa yang memiliki skor yang besarnya skor rata-rata
keseluruhan siswa dikurangi standar deviasi. Sedangkan untuk kelompok
sedang terdiri dari skor yang terletak diantara kelompok tinggi dan rendah.
Berdasarkan pernyataan Arikunto (2006) tersebut, diperoleh kelompok
tinggi yang terdiri dari siswa dengan rata-rata nilai ulangan ≥ 70,73 (4
orang), kelompok sedang dengan rata-rata nilai ulangan antara 70,73 dan
56,86 (23 orang) serta kelompok rendah dengan rata-rata nilai ulangan
56,86 (5 orang). Tujuan dari pengelompokan seperti ini adalah untuk
mengetahui apakah penerapan model pembelajaran ini memiliki pengaruh
yang sama untuk siswa kategori kelompok tinggi sedang atau rendah.

40

2. Menganalisis respon siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
baik sebelum dan sesudah perlakuan penerapan pembelajaran berbasis
masalah antara kelompok tinggi, sedang dan rendah.
3. Menganalisis pemahaman konsep siswa dari masing-masing soal tes awal
dan tes akhir siswa, membandingkan peningkatannya dalam prosen (%),
kemudian ditafsirkan berdasarkan kriteria peningkatan kemampuan pada
Tabel 3.1.
Tabel 3.1
Tafsiran Peningkatan Kemampuan
Nilai (%)
0
1-25
26-49
50
51-75
76-99
100

4.

Tafsiran
Tidak ada
Sebagian kecil
Hampir separuhnya
Separuhnya
Sebagian besar
Hampir seluruhnya
Seluruhnya
(Koentjaraningrat, 1999)

Menganalisis kemampuan berpikir kritis siswa dari masing-masing soal
tes awal dan tes akhir siswa, membandingkan peningkatannya dalam
persen (%),kemudian ditafsirkan berdasarkan kriteria peningkatan
kemampuan pada Tabel 3.1.

5. Menganalisis kelebihan dan kekurangan pembelajaran berbasis masalah
6. Mengidentifikasi tanggapan siswa mengenai diterapkannya pembelajaran
berbasis masalah.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Model pembelajaran berbasis masalah pada topik larutan penyangga memiliki
karakteristik :
a. Tahap-tahap pembelajaran model pembelajaran berbasis masalah ini
dimulai dengan eksplorasi masalah; persiapan pemecahan masalah; serta
eksperimen, presentasi, dan refleksi.
b. Pembelajaran berbasis masalah dapat melatih siswa untuk lebih kreatif.
Siswa dapat merancang percobaan dengan menggunakan alat dan bahan
yang sederhana.
2. Model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan pemahaman
konsep. Kenaikan terbesar ada pada konsep larutan penyangga (84,38%)
sedang konsep yang mengalami peningkatan paling rendah adalah konsep
perhitungan pH larutan penyangga setelah penambahan sedikit basa (12,50%).
3. Indikator keterampilan berpikir kritis yang dikembangkan dalam model
pembelajaran berbasis masalah adalah : “mengidentifikasi atau merumuskan
masalah, merancang percobaan mencakup perencanaan untuk mengontrol
varibel, mencari persamaan dan perbedaan, menjawab pertanyaan apa yang
dimaksud dengan....?, mengaplikasikan prinsip yang dapat diterima dan
memberikan alasan”.
4. Pembelajaran berbasis masalah pada topik larutan penyangga dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa. Indikator keterampilan

108

berpikir kritis yang mengalami peningkatan tertinggi adalah keterampilan
memberikan alasan (84,38%), sedangkan indikator keterampilan berpikir kritis
yang mengalami peningkatan terendah adalah mengidentifikasi atau
merumuskan masalah (12,50%).
5. Model pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan memiliki
kelebihan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis, pemahaman
konsep, menarik bagi siswa dan dapat menghubungkan pembelajaran dalam
kelas dengan masalah yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Kekurangan dari
pembelajaran berbasis masalah adalah waktu yang digunakan lama serta
sumber belajar harus tersedia dengan cukup lengkap.
6. Menurut siswa model pembelajaran berbasis masalah pada topik larutan
penyangga dapat memotivasi siswa untuk belajar, serta mengasah kreatifitas
dan kemampuan berpikir siswa.

B. Saran

1. Model pembelajaran berbasis masalah dapat memotivasi siswa untuk belajar
serta mengasah kreatifitas dan kemampuan berpikir siswa, oleh karena itu
perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan model pembelajaran ini lebih
lanjut untuk topik kimia yang lain.
2. Keterampilan berpikir kritis dan pemahaman konsep larutan penyangga siswa
tidak dapat dicapai dengan serta merta melalui satu topik yang hanya
diselenggarakan dalam empat pertemuan, oleh karena itu sebaiknya diterapkan

109

pada konsep lainnya yang sesuai untuk memperkuat keterampilan berpikir
kritis dan pemahaman konsep yang telah dimiliki siswa pembelajaran ini.
3. Penelitian ini sudah menggambarkan hampir seluruhnya siswa sudah mampu
memberikan alasan mengapa darah dapat mempertahankan pH sesuai
problem-based yang yang diberikan, namun belum optimal dalam soal
perhitungan pH larutan penyangga. Bagi peneliti yang akan mengembangkan
model pembelajaran berbasis masalah pada topik larutan penyangga,
sebaiknya membuat problem-based yang berhubungan dengan perhitungan pH
larutan penyangga.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulhak, I. (2002). Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Andira.
_________. (2001). Komunikasi Pembelajaran: Pendekatan Konvergensi dalam
Peningkatan Kualitas dan Efektivitas Pembelajaran. Pidato Pengukuhan
Guru Besar. UPI Bandung. 18 Oktober.
Akinoglu, O. & Tandagon, R.O. (2006). The Effects of Problem-based Active
Learning in Science Education on Students Academic Achievement,
Attitude and Concept Learning. Eurasia Journal of Mathematics, Science &
Technology Education, 2007, 3 (1), 71-81. Tesedia [Online] : http :
www.ejmdte.com. [01 Mei 2007]
Arikunto, S. (2006). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Azwar, Saifuddin. (1997). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Baden, M.S. & Major, C.H. (2004). Foundations of Problem-based Learning.
SHRE and Open University Press Imprint.
Chin, C. & Chia, L. (2004). Problem-based Learning : Using Students Question
to Drive Knowledge Construction. Wiley to Drive Interscience. (www.
Interscience. Wiley.com)
______________. (2005). Problem-based Learning : Using Ill-Structured
Problems in Biology Project Work. Wiley Interscince. (www. Interscience.
Wiley.com)
Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Biologi
Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
__________. (2004). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Puskur. Balitbang
Devi, P.K. (2001). Pengembangan Model Pembelajaran Sifat Koligatif Larutan
untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis melalui Kegiatan
Eksperimen dan Non-Eksperimen. Tesis. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia. Tidak diterbitkan.
Duch, B.J., Grog, S.E., and Allen, D.E. (2007). The Power of Problem-Based
Learning A Practical “How to” For Teaching Undergraduate Courses in
Any Discipline. Virginia : Stylus Publishing.

111

Ennis, R. H. (1985). Goals for a Critical Thinking Curriculum. In A.L. Costa
(ed.). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking.
Alexandra: ASCD.
Ibrahim, M. & Nur, M. (2000). Pembelajaran Berdasar Masalah. Surabaya.
University Press.
Heikkinen, H. (1993). Chemcom Chemistry in the Community second edition.
USA : American Chemical Society.
Koentjaraningrat. (1999). Metode-metode Penelitian Kemasyarakatan. Jakarta :
Gramedia
Lamboros, A. (2004). Problem-Based Learning in Middle and High School
Classrooms : A Teacher’s Guide to Implementation. California : Corwin
Press
Liliasari. (2000). Pengembangan Keterampilan Berpikir Kritis untuk
Mempersiapkan Calon Guru IPA Memasuki Era Globalisasi. Seminar
Nasional Pengembangan Pend. MIPA di Era Globalisasi.
McTighe, J; Schollenberger, J. (1985). Why Teach Thinking: A Statement of
Rationale. In A.L. Costa (ed.). Developing Minds: A Resource Book for
Teaching Thinking. Alexandra: ASCD.
Moore, John T. (2007). Kimia For Dummies. Pakar Raya pakarnya pustaka
Bandung
Nugroho. (2004). Nilai Minimal UAN 4,01 haruskah ditampik?. Suara Merdeka.
(4 Mei 2004)
Omay, S. (2005). Kima untuk SMA Kelas XI Semester-2. Bandung : Penerbit
Regina.
Oon, Seng Tan. (2003). Problem-based Learning Innovation : Using Problems to
Power Learning in 21st Century. Singapore: Thomson Learning.
Penner, K. (1995). Teaching Critical
http://web.ucs.ubc.ca/kpenner/c-think.htm.

Thinking.

Regent

College.

Presseisen, B.Z. (1985). Thinking Skill: Meaning and Models. In A.L. Costa (ed.).
Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandra:
ASCD.

112

Ratnaningsih, N. (2003). Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematik Siswa
SMU melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis PPS UPI: Tidak
diterbitkan.
Rustaman, N & Riyanto, A .(2003). Perencanaan dan Penilaian Praktikum di
Perguruan Tinggi. Hand Out Program Applied Approach bagi Dosen Baru
Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung, 13-25 Januari.
Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.
Salirawati, D., Meiliana, F. K., Suprihatiningrum, J. (2007). Belajar Kimia Secara
Menarik untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Grasindo.
Slameto. (1991). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sonmez, D. & Lee, H. (2003). Probelem-based Learning in Science. Tersedia
[online] http: www.ericse.org. [01 Mei 2007]
Suharlan, D. (2006). Supervisi Bantuan Profesional (Layanan
Meningkatkan Mutu Pembelajaran). Bandung : Mutiara Ilmu

dalam

Susanto, P. (2002). Keterampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme.
Malang : Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang.
Syaodih, N. (2005). Pengantar Penelitian Pendidikan. Bandung : Penerbit UPI
Bandung
Tanti, H.R. (2000). Analisis Keterampilan Intelektual yang Mendasari Eksplanasi
Guru pada Sub Pokok Bahasan Larutan Penyangga. Skripsi Jurusan
Pendidikan Kimia UPI Bandung : Tidak dipublikasikan.

Torrance, E.P & Khatena, J. (1976). Khatena-Torrance Creative Perception
Inventory, Chicago: Stoelting.
Wang, H. C., Thomson, P., & Shuler, C.F. (1998). Essential Components of
Problem-Based Learning for the K-12 Inquary Science Instruction.
University of Southern California.
Yayan. S. (2000). Kimia Dasar 2. Bandung: Alkemi.

113

Dokumen yang terkait

PENERAPAN PRAKTIKUM BERBASIS MASALAH PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA

2 23 231

PEMBELAJARAN INKUIRI PADA TOPIK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA.

0 1 46

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR ANALITIS SISWA SMA PADA KONSEP HIDROLISIS GARAM.

0 0 34

Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMP Pada Topik Cahaya.

4 12 41

STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA TOPIK KOROSI.

0 6 41

PENGEMBANGAN MODUL KIMIA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS XI IPA SMA.

3 4 17

Pengembangan Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Materi Kimia Larutan Penyangga Kelas Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa XI SMA di Karanganyar.

1 1 15

Keefektifan Pembelajaran Fisika Berbasis Kerja Laboratorium dengan Metode Eksperimen Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Keterampilan Proses, dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA.

0 0 1

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN POE (PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA

0 0 8

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI LARUTAN PENYANGGA

1 2 20