STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA DENGAN MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA TOPIK KOROSI.

(1)

vi DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Ucapan Terima Kasih ... iii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... viii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Bagan ... x

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Operasional ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 9

2. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran ... 9

3. Prinsip-prinsip Penggunaan Strategi Pembelajaran dalam Konteks Standar Proses Pendidikan ... 11

B. Model Pembelajaran Berbasis Masalah 1. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 12

2. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 14

3. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah ... 15

4. Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah ... 19

5. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 21

C. Penguasaan Konsep ... 25

D. Keterampilan Berpikir Kreatif 1. Pengertian Keterampilan Berpikir Kreatif ... 27

2. Ciri-ciri Kreativitas ... 35

3. Teori Tentang Kreativitas ... 40

4. Kreativitas dan Kecerdasan ... 41

5. Proses Kreatif ... 43

6. Hubungan Kreativitas dengan Prestasi Belajar ... 44

7. Mind Map ... 45

E. Korosi 1. Pengertian Korosi ... 53

2. Korosi Besi ... 53

3. Korosi Aluminuim ... 56

4. Pencegahan Korosi ... 57


(2)

vii BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian... 64

B. Desain Penelitian ... 65

C. Prosedur Penelitian ... .66

D. Subjek Penelitian ... 68

E. Instrumen Penelitian... 69

F. Pengolahan dan Analisis Data ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Model Model Pembelajaran Berbasis Masalah yang dikembangkan Pada Topik Korosi ... 84

B. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Topik Korosi Terhadap Penguasaan Konsep Siswa. ... 90

C. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Topik Korosi ... 97

D. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa... 101

E. Hasil Observasi ... 107

F. Hasil Angket ... 108

G. Hasil Wawancara ... 115

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...117

B. Saran...118

DAFTAR PUSTAKA...120 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(3)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahapan-tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Ibrahim

(2004) ... 19

Tabel 2.2 Tahapan-tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Chin & Cia ... 20

Tabel 2.3 Model Keterampilan Berpikir : Proses Kompleks ... 33

Tabel 3.1 Penerapan Model Pembelajaran ... 68

Tabel 3.2 Pembagian Kategori Kelompok ... 69

Tabel 3.3 Kriteria Koefisien Korelasi ... 71

Tabel 3.4 Klasifikasi Analisis Reliabilitas Tes ... 72

Tabel 3.5 Tafsiran Harga Indeks Taraf Kemudahan ... 73

Tabel 3.6 Tafsiran Daya Pembeda ... 74

Tabel 3.7 Kriteria Peningkatan Gain ... 77

Tabel 3.8. Bobot Penilaian Skala Likert ... 82

Tabel 4.1 Masalah-masalah yang Dirumuskan Siswa ... 86

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas Pretes dan Postes ... 93

Tabel 4.3 Hasil Pretes, Postes, dan N-gain Kategori Kelompok ... 95

Tabel 4.4 Hasil uji beda (uji-t) Data Pretes dan Postes Tiap Kategori Kelompok Siswa ... 97

Tabel 4.5 Penguasaan Konsep Siswa Terhadap Setiap Indikator Topik Korosi . 98 Tabel 4.6 DataElemen-elemen Mind Map Semua Kelompok Siswa ... 102


(4)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Model Guilford ... 41

Gambar 2.2 Korosi Besi ... 56

Gambar 2.3 Perkaratan Besi yang Kontak dengan Timah ... 58

Gambar 2.4 Perlindungan Katode pada Besi yang dilapisi Logam Seng ... 59

Gambar 2.5 Perlindungan Katode pada Pipa Besi dengan Logam Magnesium .. 61

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Nilai Pretes, Postes dan Normalosasi Gain .. 92

Gambar 4.2 Data Hasil Pretes, Postes dan N-gain Kategori Kelompok ... 95

Gambar 4.3 Data Tingkat Penguasaan Konsep Siswa Tiap Aspek Indikator Topik Korosi ... 99

Gambar 4.4 Data Elemen-elemen Mind Map Semua Kelompok Siswa ... 102 Gambar 4.5 Data Aspek Keterampilan Berpikir Kreatif yang dikembangkan . 105


(5)

x

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A (Perangkat Pembelajaran)

1. Peta Konsep ... 123

2. Deskripsi Pembelajaran ... 124

3. RPP ... 128

4. Lembar Kerja Siswa ... 135

LAMPIRAN B (Instrumen Penelitian) 1. Pengelompokkan Siswa ... 141

2. Kisi-kisi Soal Pilihan Ganda ... 142

3. Soal Tes Pilihan Ganda ... 148

4. Tes Mind Map ... 152

5. Format Observasi ... 154

6. Kisi-kisi Angket ... 156

7. Pedoman Wawancara ... 158

LAMPIRAN C (Data Hasil Uji Coba dan Hasil Penelitian) 1. Pengolahan Data Tes Uji Coba ... 160

2. Perhitungan Normalitas Gain ... 172

3. Hasil Mind Map Siswa ... 181

4. Hasil Angket Siswa ... 183


(6)

xi

6. Hasil Observasi Kegiatan Siswa ... 190 7. Hasil Wawancara ... 201

LAMPIRAN D (Lain-lain)

1. Dokumentasi Penelitian ... 204 2. Surat Izin Penelitian ... 3. Daftar Riwayat Hidup ...


(7)

xii

DAFTAR BAGAN


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi. Perubahan yang sangat cepat dan dramatis pada abad ini merupakan fakta dalam kehidupan siswa. Pengembangan kemampuan siswa dalam bidang sains, khususnya bidang kimia merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungannya.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut perubahan metode dan strategi guru dalam membelajarkan siswa tentang sesuatu yang harus mereka ketahui untuk masa depan mereka. Oleh karena itu, perlu adanya pembelajaran yang mampu membelajarkan siswa untuk menemukan fakta dan informasi, mengolah dan mengembangkannya agar menjadi sesuatu yang berharga dan bermanfaat bagi dirinya.

Pembelajaran yang diperlukan adalah pembelajaran yang tidak hanya mengulang kembali ide, tetapi pembelajaran yang mampu mengeksplorasi ide-ide siswa. Hal ini dimaksudkan agar mereka mampu berkreativitas dan siap menghadapi masalah-masalah dalam kehidupannya. Kenyataannya masih banyak pembelajaran yang semata-mata berorientasi pada upaya mengembangkan dan menguji daya ingat siswa sehingga kemampuan berpikir siswa direduksi dan sekedar dipahami sebagai kemampuan untuk mengingat. Hal tersebut


(9)

mengakibatkan siswa terhambat dan tidak berdaya menghadapi masalah-masalah yang menuntut pemikiran dan pemecahan masalah secara kreatif.

Model pendidikan formal tersebut apabila terus dipertahankan hanya berfungsi “membunuh” kreativitas siswa karena lebih banyak mengedepankan aspek verbalisme. Sudiarta (2006) menyatakan bahwa siswa sering berhasil memecahkan masalah tertentu, tetapi gagal jika konteks masalah tersebut sedikit diubah. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa berpikir tingkat metakognitif. Hasil penelitian lainnya juga menunjukkan hal yang sama, yaitu adanya defisit dalam penerapan strategi metakognitif dalam pembelajaran. Baker,L.&Brown,A. (1984) mengatakan bahwa pendidikan formal yang berlangsung saat ini cenderung hanya mengasah aspek mengingat (remembering), dan memahami (understanding), yang merupakan low order of thinking. Hamalik (2003) mengemukakan bahwa pendidikan tradisional dengan ”Sekolah Dengar”-nya tidak mengenal, bahkan sama sekali tidak menggunakan asas aktivitas dalam proses pembelajaran. Siswa diminta menelan saja hal-hal yang disampaikan oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan sistem tuang dapat menyebabkan terjadinya pengerdilan potensi anak, padahal setiap anak lahir dengan membawa potensi yang luar biasa.

Kurikulum sains dikembangkan sedemikian rupa agar dapat memfasilitasi pemahaman konsep dan proses sains dikalangan para siswa. Pemahaman ini sangat bermanfaat bagi mereka agar dapat: 1) menanggapi isu lokal, kawasan dunia dalam berbagai segi, 2) menilai secara kritis perkembangan dalam bidang


(10)

sains dan teknologi serta dampaknya, 3) memberi sumbangan terhadap kelangsungan sains (Depdiknas, 2003).

Menurut Susanto (2002) peningkatan mutu pendidikan IPA dilakukan karena belum terpecahkannya masalah-masalah yang ada dalam pembelajaran IPA, yaitu: Pertama, pendidikan sains masih berorientasi hanya pada produk pengetahuan, kurang berorientasi pada proses sains. Kedua, pengajaran sains hanya dicurahkan melalui ceramah, tanya jawab, atau diskusi tanpa didasarkan pada hasil kerja praktek. Ketiga, pengajaran sains berfokus pada menjawab pertanyaan, guru cenderung untuk menggunakan metode tanya jawab sementara jawaban yang harus dikemukakan adalah fakta, konsep dan prinsip baku yang telah diajarkan guru atau tertulis dalam buku ajar. Seharusnya siswa menggali masalah sendiri dan menemukan jawaban atas masalahnya melalui pengamatan dan percobaan. Akinoglu & Tandagon (2007) mengemukakan bahwa yang diharapkan dari pendidikan adalah membentuk individu-individu untuk menjadi pemecah masalah yang efektif dalam kehidupannya.

Tantangan masa depan menuntut pembelajaran untuk lebih mengembangkan keterampilan berpikir kreatif dan kritis, karena pada hakekatnya tujuan akhir pendidikan adalah keterampilan berpikir. Oleh karena itu, strategi pembelajaran di sekolah tidak hanya mengajarkan konsep-konsep yang esensial saja, namun juga membangun keterampilan berpikir kreatif dan kritis siswa serta keterampilan memecahkan masalah agar dapat meningkatkan mutu pendidikan.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan keterampilan


(11)

berpikir, karena di dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dihadapkan pada masalah yang harus dipecahkan melalui bimbingan guru.

Menurut Akinoglu & Tandagon (2006) pembelajaran bukan lagi proses yang standar dalam proses pembelajaran aktif, tetapi berubah ke dalam bentuk yang disesuaikan, dimana keterampilan pemecahan masalah, berpikir kreatif dan belajar untuk belajar dikembangkan.

Belajar memecahkan masalah adalah belajar bagaimana caranya belajar. untuk mencapai tujuan tersebut siswa perlu dilatih dengan suatu model pembelajaran yaitu pembelajaran berbasis masalah. menurut Duch et.al (2003) pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu strategi pembelajaran yang dapat membantu siswa membangun pemikirannya dan keterampilan berkomunikasinya.

Sanjaya (2006) mengemukakan beberapa alasan mengapa pembelajaran berbasis masalah perlu dikembangkan. Pertama, dilihat dari aspek psikologi belajar, pembelajaran berbasis masalah berdasarkan kepada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Melalui pembelajaran berbasis masalah perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspek kognitif saja tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan masalah yang dihadapi. Kedua, dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di masyarakat. Maka pembelajaran berbasis masalah sangat penting dikembangkan dalam rangka


(12)

memberikan latihan dan kemampuan setiap individu untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Ketiga, dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, pembelajaran berbasis masalah dapat digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran, dimana selama ini kemampuan siswa untuk menyelesaikan suatu masalah kurang diperhatikan oleh guru.

Ilmu sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Ilmu sains juga diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat“ sehingga dapat membantu siswa memahami alam sekitar dan berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Jadi, bukan hanya penguasaan kumpulan fakta-fakta, konsep, atau prinsip saja juga merupakan suatu proses penemuan (Nurhadi, 2004).

Pembelajaran yang disusun dalam penelitian ini memilih topik korosi. Hal ini dikarenakan beberapa pertimbangan. Pertama, topik korosi merupakan aplikasi dari proses elektrokimia. Kedua, korosi merupakan salah satu masalah dalam kehidupan sehari-hari yang sering dianggap sepele tetapi fatal akibatnya, contohnya jembatan besi bila sudah terkorosi tidak dapat digunakan lagi dan dapat mengakibatkan kecelakaan karena korosi mengurangi umur berbagai barang atau bangunan yang menggunakan besi atau baja. Berdasarkan pertimbangan di atas, akan lebih bermakna jika siswa dilatih memecahkan masalah dengan menggunakan topik ini.


(13)

Latar belakang tersebut menjadi acuan untuk mengembangkan model pembelajaran berbasis masalah pada topik korosi, karena topik ini telah teridentifikasi memiliki keterkaitan yang erat dengan lingkungan.

Atas dasar latar belakang seperti yang telah diuraikan di atas dan mengingat pentingnya aspek penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif, serta mempertimbangkan keheterogenan kemampuan akademik siswa di sekolah yang menjadi subjek penelitian, maka judul yang diambil dalam penelitian ini adalah “Strategi Pembelajaran untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa dengan Menggunakan Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Topik Korosi”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Bagaimana strategi pembelajaran berbasis masalah yang dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa pada topik korosi “

Untuk memperjelas masalah tersebut dirumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh pembelajaran berbasis masalah pada topik korosi terhadap penguasaan konsep siswa?

2. Bagaimana pengaruh pembelajaran berbasis masalah pada topik korosi terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa?

3. Bagaimana tanggapan siswa dan guru terhadap model pembelajaran berbasis masalah yang diterapkan pada topik korosi?


(14)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengukur peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa setelah mengikuti pembelajaran berbasis masalah pada topik korosi

Secara umum penelitian ini bertujuan :

1. Mendapatkan suatu model pembelajaran berbasis masalah untuk topik korosi.

2. Mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap penguasaan konsep siswa pada topik korosi.

3. Mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan berpikir kreatif siswa pada topik korosi

4. Mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan.

D. Manfaat Penelitian

1. Memberikan contoh penerapan model pembelajaran berbasis masalah di sekolah menengah atas.

2. Memberikan alternatif strategi pembelajaran yang mengembangkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa.

3. Bagi peneliti lain. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan untuk penelitian lain.


(15)

E. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya salah pemaknaan dari setiap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka secara operasional istilah-istilah tersebut didefinisikan seperti berikut :

1. Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa dalam memahami suatu konsep, prinsip, dan keterampilan melalui situasi atau masalah yang disajikan di awal pembelajaran (Ibrahim dalam Nur, 2002).

2. Penguasaan konsep diartikan sebagai sekelompok perubahan kemampuan siswa yang dipengaruhi oleh kemampuan berpikir yang meliputi jenjang : ingatan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisa (C4), evaluasi (C5), dan kreatif (C5) (Bloom dalam Anderson dan Krathwohl, 2001).

3. Keterampilan berpikir kreatif diartikan sebagai proses berpikir yang digunakan untuk menimbulkan ide atau gagasan-gagasan baru, dan mengkomunikasikan hasil (Torrance dalam Carin & Sund, 1975).


(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, yaitu suatu penelitian yang tidak menggunakan kelas kontrol dan tidak melakukan penugasan random melainkan menggunakan kelompok subjek yang sudah ada (Ali dalam Devi, 2001).

Untuk menjawab semua pertanyaan penelitian yaitu mengenai karakteristik model pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan, peningkatan penguasaan konsep siswa pada topik korosi, tanggapan siswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan, dan tanggapan guru terhadap model pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan, maka digunakan metode deskriptif. Secara umum, metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain (Sukmadinata, 2005). Menurut Natzir (2003) “Deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu subjek, suatu set kondisi, suatu pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”. Penelitian deskriptif menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek dan subjek secara tepat.


(17)

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah One Group Pretest-Postest Design (kelompok tunggal dengan pretes-postes), yaitu suatu bentuk eksperimen yang tidak menggunakan kelas kontrol dan dapat digambarkan sebagai berikut:

Group Pretes Perlakuan Postes

Eksperimen T X T

Keterangan:

X = Perlakuan berupa penerapan model pembelajaran berbasis masalah pada topik korosi

T = Pretes dan postes untuk mengukur penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa setelah diberi perlakuan

Pelaksanaan eksperimen menggunakan tes tunggal dengan pretes dan postes dilakukan dengan cara mengadakan perlakuan terhadap kelompok, tanpa menggunakan kelompok pembanding (kelas kontrol).


(18)

C. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan digambarkan melalui alur penelitian sebagai berikut:

Bagan 3.1 Alur Kegiatan Penelitian Masalah Korosi

Kajian Topik Korosi Studi Literatur Keterampilan Berpikir Kreatif

Studi Literatur Model Pembelajaran Berbasis

Masalah

Merancang Pembelajaran Berbasis Masalah

Pembuatan Instrumen Penelitian (LKS, Tes tertulis, Mind Map Tes, Pedoman

Wawancara, Angket)

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Perbaikan

Pretes dan Mind Map Tes

KBM dengan Pembelajaran berbasis masalah

Postes dan Mind Map Tes Pelaksanaan

Wawancara dan Angket

Temuan Penelitian

Analisis Data dan Pembahasan


(19)

Adapun tahapan-tahapan yang menjadi acuan dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Melakukan analisis materi pada topik korosi pada standar isi mata pelajaran IPA MA.

b. Melakukan studi kepustakaan mengenai pembelajaran berbasis masalah. c. Membuat perangkat bahan ajar, berupa teks bahan ajar, skenario

pembelajaran, Lembar Kerja Siswa (LKS).

d. Menyusun instrumen penelitian seperti tes tertulis, mind map tes, pedoman wawancara dan angket.

e. Melakukan validasi dan reliabilitas instrumen penelitian. f. Menguji instrumen penelitian.

g. Melakukan revisi instrumen penelitian h. Menentukan sekolah lokasi penelitian. i. Mempersiapkan surat perijinan penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan penelitian dilaksanakan mulai tanggal 25 Mei – 27 Mei 2009. Jadwal penerapan model pembelajaran tercantum pada tabel 3.1


(20)

Tabel 3.1 Penerapan Model Pembelajaran

Hari/Tanggal Pertemuan Kegiatan Pembelajaran Senin/

25 Mei 2009

I a) Pretes

b) Pengenalan model yang akan digunakan beserta sistem penilaiannya

c) Pembagian kelompok belajar

d) Mengenalkan siswa pada masalah dengan membagikan LKS sebagai bahan pembelajaran e) Diskusi kelompok untuk mengeksplorasi

masalah dan merencanakan penyelidikan Selasa/

26 Mei 2009

II a) Persiapan pemecahan masalah

b) Pelaksanaan penyelidikan dalam laboratorium, perpustakaan, dan ruang multimedia

Rabu/ 27 Mei 2009

III a) Presentasi laporan hasil penyelidikan b) Refleksi hasil pembelajaran

c) Postes

d) Pemberian Angket e) Wawancara 3. Tahap Akhir

a. Melakukan pengolahan data penelitian. b. Melakukan analisis data penelitian. c. Membahas hasil temuan penelitian. d. Menyimpulkan hasil penelitian.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas XII pada salah satu MA Negeri di Kota Bandung sebanyak 35 orang siswa dengan rincian 15 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Siswa dikelompokkan berdasarkan kategori kelompok (tinggi, sedang dan rendah) berdasarkan pada nilai rata-rata ulangan harian. Pengelompokkan siswa ini didasarkan dari perhitungan 27% nilai atas sebagai


(21)

kategori tinggi, nilai tengah sebagai kategori sedang dan 27% nilai bawah sebagai kategori rendah (Arikunto, 2006).

Pembagian kategori kelompok dari siswa yang berjumlah 35 orang ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.2 Pembagian Kategori Kelompok

Kategori Kelompok Jumlah Siswa

Tinggi 9 orang

Sedang 17 orang

Rendah 9 orang

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kuasi eksperimen ini, instrumen penelitian yang dibuat meliputi tes tertulis, angket, mind maptest, dan pedoman wawancara.

1. Tes Tertulis

Tes tertulis yaitu kumpulan butir soal yang digunakan untuk mengukur penguasaan konsep siswa sebelum dan sesudah pembelajaran. Butir soal yang disusun adalah tes pilihan ganda sebanyak 20 soal.

a. Menyusun Kisi-Kisi Tes

Pembuatan kisi-kisi tes ini bertujuan untuk menentukan jenjang kognitif yang diukur sesuai dengan indikator pembelajaran.


(22)

b. Menentukan Validitas Isi Butir Soal

Validitas suatu alat ukur menunjukkan sejauh mana alat ukur itu mengukur apa yang seharusnya diukur oleh alat ukur tersebut (Firman, 1991). Instrumen yang baik adalah instrumen penelitian yang mempunyai validitas yang tinggi. Hal ini sesuai dengan Arikunto (2006) yang menyatakan bahwa “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen”.

Validitas instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah validitas isi. Pengujian validitas isi tersebut menggunakan judgement dengan penimbang ahli. Pengujian validitas instrumen penelitian dengan validitas isi tersebut bertujuan agar terdapat kesesuaian antara materi pelajaran yang telah diajarkan dengan isi instrumen yang telah dibuat.

c. Melakukan Uji Coba Butir Soal

Pelaksanaan uji coba dilakukan terhadap sekelompok siswa yang telah menerima materi pada topik korosi pada kelas XII IPA dengan kelas yang berbeda dengan kelas penelitian.

d. Melakukan Analisis Butir Soal Hasil Uji Coba

Suatu soal yang baik adalah soal yang memenuhi syarat valid (sahih), memiliki taraf kesukaran, memiliki daya pembeda, dan reliabel (andal). Uji coba dilakukan di kelas XII pada MA Negeri yang dijadikan subjek penelitian.


(23)

Langkah-langkah uji coba butir soal yang ditempuh adalah sebagai berikut:

1.) Validitas

Menghitung validitas item butir soal dengan menggunakan rumus korelasi product moment angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson, yaitu korelasi antara skor butir item dengan skor total, dengan rumus sebagai berikut:

( )( )

( )

(

)

}

{

( )

}

{

2 2 2 2

− − − = Y Y N x x N y x xy N rxy (Arikunto: 2006) Keterangan : X = Skor item

Y = Skor total N = Jumlah item

Sebuah tes dikatakan mempunyai koefisien korelasi jika terdapat korelasi antara -1,00 sampai +1,00. Koefisien negatif menunjukkan hubungan kebalikan, sedangkan koefisien positif menunjukkan kesejajaran. Kriteria koefisien korelasi menurut Arikunto (2006) adalah:

Tabel 3.3 Kriteria Koefisien Korelasi

Harga Koefisien Korelasi Interpretasi

0,80 – 1,00 Sangat tinggi

0,60 – 0,79 Tinggi

0,40 – 0,59 Cukup

0,20 – 0,39 Rendah


(24)

              −

=

2

2 11 1 S pq S n n r

2.) Menentukan Reliabilitas Isi Butir Soal

Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik (Arikunto, 2006). Suatu instrumen mempunyai reliabilitas tinggi jika dilakukan pengukuran secara berulang-ulang dengan alat ukur itu terhadap subjek yang sama dalam kondisi yang sama akan menghasilkan informasi yang sama atau mendekati sama (Firman, 1991).

Pengujian reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan internal consistency yang dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian data yang diperoleh tersebut dianalisis dengan menggunakan rumus KR-20 (Kuder Richardson) (Arikunto, 2006).

keterangan:

r = reliabilitas tes secara keseluruhan n = banyaknya item

p = proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar q = proporsi banyaknya subyek yang menjawab salah s2 = variansi total

Kemudian data yang diperoleh tersebut diinterpretasikan pada suatu koefisien reliabilitas seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.4 Klasifikasi Analisis Reliabilitas Tes (Arikunto, 2006)

Nilai r Interpretasi

0.000 – 0.199 Sangat rendah

0.200 – 0.399 Rendah

0.400 – 0.599 Cukup

0.600 – 0.799 Tinggi


(25)

3.) Taraf Kesukaran (P)

Taraf kesukaran suatu pokok uji adalah proporsi (bagian) dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada pokok uji tersebut (Arikunto, 2006). Taraf kemudahan soal dirumuskan sebagai berikut:

P =

JS B

(Arikunto, 2006) Keterangan:

P = indeks taraf kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS= jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi terhadap indeks kesukaran menggunakan acuan sebagai berikut: Tabel 3.5 Tafsiran Harga Indeks Taraf Kemudahan (Arikunto, 2006)

Indeks Kesukaran Tafsiran

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

4) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dengan siswa yang memiliki kemampuan rendah (Arikunto, 2006). Pembelahan ini didasarkan pada 27% skor teratas sebagai kelompok atas dan 27% skor terbawah sebagai kelompok bawah.

Kemudian daya pembeda untuk soal pilihan berganda ditentukan menggunakan rumus sebagai berikut:

D = A B

B B A A P P J B J B − =


(26)

Keterangan: D = daya pembeda

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

JA = banyaknya peserta kelompok atas

BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

JB = banyaknya peserta kelompok bawah

PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3.6 Tafsiran Daya Pembeda (Arikunto, 2006)

Indeks Kesukaran Tafsiran

0,00 -0,20 Jelek

0,21 - 0,40 Cukup

0,41 - 0,70 Baik

0,71-1,00 Baik Sekali

D = negatif Semuanya tidak baik 2. Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa digunakan untuk memandu siswa pada sesi kerja kelompok, untuk memecahkan masalah yang telah disajikan di awal pembelajaran.

3. Mind Map Test

Mind map test adalah instrumen yang digunakan untuk menilai perkembangan keterampilan berpikir kreatif siswa setelah penerapan model pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan. Mind map test berisi gambaran berpikir kreatif siswa mengenai topik korosi yang dituangkan melalui


(27)

kata kunci yang dihubungkan satu persatu sehingga membentuk satu peta pikiran yang berbeda-beda.

4. Lembar Observasi

Lembar observasi adalah instrumen yang digunakan untuk menilai kegiatan siswa selama pembelajaran berlangsung. Lembar observasi berisi daftar isian nilai kegiatan siswa yang digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kreatif siswa dan tahapan-tahapan pembelajaran berbasis masalah yang dilakukan oleh siswa.

5. Pedoman Wawancara

Lembar pedoman wawancara digunakan untuk mengungkap tanggapan guru mengenai penerapan model pembelajaran berbasis masalah.

6. Angket

Angket digunakan untuk memperoleh data mengenai tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang digunakan. Angket disusun dalam bentuk skala Likert, yaitu menyajikan suatu pernyataan kemudian siswa diminta pendapatnya dengan cara memberi tanda ceklist (√) pada SS jika sangat setuju, S jika setuju, TS jika tidak setuju, dan STS jika sangat tidak setuju. Pengisian angket oleh siswa dilakukan setelah siswa melaksanakan model pembelajaran. Penggunaan angket skala sikap bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah yang telah diterapkan. Model skala sikap yang digunakan adalah model skala sikap Likert.


(28)

( )

% = ×100%

soal total benar yang soal jawaban siswa Nilai

F. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil belajar dalam bentuk skor atau nilai dan merupakan data utama yang digunakan dalam menguji hipotesis, sedangkan data kualitatif merupakan data pendukung yang dianalisis dengan cara deskriptif.

1. Analisis Data Kuantitatif

a. Pengolahan Data Tes Tertulis

Analisis data kuantitatif yang dilakukan meliputi analisis data pretes dan postes. Pengolahan data hasil pretes dan postes bertujuan untuk mengetahui penguasaan konsep yang dimiliki siswa sebelum dan sesudah diterapkan pembelajaran berbasis masalah.

Analisis data yang diuji secara statistik dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menskor tiap lembar jawaban tes siswa sesuai dengan kunci jawaban.

b. Menghitung skor mentah dari setiap jawaban pretes dan postes. Jawaban yang benar diberi nilai 1 (satu) dan jawaban salah diberi nilai 0 (nol).

c. Mengubah nilai ke dalam bentuk persentase dengan cara:

d. Menghitung nilai rata-rata keseluruhan dan nilai rata-rata yang diperoleh siswa untuk masing-masing kelompok, yaitu kelompok tinggi, sedang dan rendah

% 100 x a JumlahSisw ar JawabanBen NilaiTotal Rata NilaiRata− =


(29)

e. Menghitung Normalisasi Gain antara nilai rata-rata pretes dan nilai rata-rata postes secara keseluruhan, dengan menggunakan rumus :

(David E. Meltzer, 2002) Kriteria peningkatan gain menurut Meltzer adalah sebagai berikut:

Tabel 3.7. Kriteria Peningkatan Gain

Gain Ternormalisasi (G) Kriteria Peningkatan

G < 0,5 Peningkatan rendah

0,5 ≤ G ≤ 0,7 Peningkatan sedang

G > 0,7 Peningkatan tinggi

f. Melakukan uji normalitas.

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui kondisi data apakah berdistribusi normal atau tidak. Kondisi data berdistribusi normal menjadi syarat untuk menguji hipotesis menggunakan statistik parametrik. Pengujian normalitas untuk jumlah data lebih dari 30 orang menggunakan Chi-square (χ2) dengan derajat kebebasan tertentu sebesar banyaknya kelas interval dikurangi satu (dk = k – 1) dengan rumus :

Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% dengan kriteria:

• Jika diperoleh harga χ2hitung < χ2tabel, maka data terdistribusi normal


(30)

Sedangkan pengujian normalitas untuk jumlah data kurang dari 30 orang menggunakan rumus liliofors dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Pengamatan x1, x2,..., xn dijadikan bilangan baku z1, z2, ..., zn dengan

menggunakan rumus zi =

s x xi

(x dan s masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel).

2. Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F (zi)=P(z ≤ zi).

3. Dihitung proporsi z1, z2,...,zn yang lebih kecil atau sama dengan z1 . jika

proporsi ini dinyatakan oleh S(z1),

maka s(z) =

n

z yang z z

banyaknyaz1, 2,..., ni .

4. Hitung selisih F(zi)-S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

5. Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak, selisih

tersebut.

6. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, bandingkan Lhitung dengan

Ltabel. Untuk taraf nyata α yang dipilih kriterianya adalah : tolak hipotesis

nol bahwa populasi berdistribusi normal jika L0 yang diperoleh dari data

pengamatan melebihi L dari daftar.

g. Melakukan uji homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui data sampel pada setiap

kelompok dapat dikatakan homogen atau tidak, dan bisa atau tidaknya digabung


(31)

normalisasi gain dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mencari nilai varians terbesar dan varians terkecil dengan rumus : (Riduan, 2007)

2. Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan rumus :

dk pembilang = n-1 (untuk varians terbesar) dk penyebut = n-1 (untuk varians terkecil)

• Jika diperoleh harga Fhitung < Ftabel, maka kedua variansi homogen.

• Jika diperoleh harga Fhitung > Ftabel, maka kedua variansi tidak homogen.

h. Uji Hipotesis Penelitian

Uji hipotesis penelitian didasarkan pada data nilai pre test dan data Normalized Gain (N-Gain). Menurut Sugiyono (2006), untuk sampel independen (tidak berkorelasi) mempunyai ketentuan, sebagai berikut:

Jika kedua data terdistribusi normal dan variansnya homogen maka dilanjutkan dengan uji t (test t). Adapun langkah-langkah uji t adalah sebagai berikut:

1) Membuat Ha dan Ho dalam bentuk kalimat

2) Membuat Ha dan Ho model statistik

3) Mencari rata-rata (x), standar deviasi (s), varians (s2) dan korelasi 4) Mencari nilai t dengan rumus:

2 2 2 1 2 1 2 1 n S n S X X t + −


(32)

Keterangan: n = jumlah sampel

X 1 = Rata-rata sampel ke-1

X 2 = Rata-rata sampel ke-2

2 1

S = varians sampel ke-1 2

2

S = varians sampel ke-2 5) Menentukan kaidah pengujian

- Taraf signifikansinya (α=0,05)

- Derajat kebebasan (dk) dengan rumus: dk = n1 + n2 – 2

- Kriteria pengujian dua pihak

jika :-ttabel≤ thitung≤ +ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak

6) Membandingkan ttabel dengan thitung

Jika kedua data terdistribusi normal tetapi variansnya tidak homogen maka dilanjutkan dengan uji t’ ( test t’) dengan rumus sebagai berikut :

      +       − = 2 2 2 1 2 1 2 1 " n S n S x x

t (Sugiyono, 2007)

Keterangan : x1 = rata-rata skor pretes

x2 = rata-rata skor postes

S1 = standar deviasi data skor pretes

S2 = standar deviasi data skor postes

n1 = jumlah siswa pada saat pretes

n2 = jumlah siswa pada saat postes

Jika salah satu atau kedua data terdistribusi tidak normal maka langkah


(33)

menggunakan dua sampel independen dan bila data tidak berdistribusi normal (Sugiyono 2006).

2. Analisis Data Kualitatif

Analisis data kualitatif yang dilakukan adalah analisis data hasil wawancara, mind map test, observasi dan angket.

a. Pengolahan Hasil Observasi

Data hasil observasi merupakan data pendukung dalam penelitian ini. Data observasi diperoleh melalui lembar observasi yang dilakukan pada saat pembelajaran berlangsung dan diisi oleh observer.

b. Pengolahan Hasil Wawancara

Data hasil wawancara diperoleh dari guru mata pelajaran kimia. Data tersebut diperoleh melalui rekaman yang diubah ke dalam bentuk tulisan yang selanjutnya dianalisis dan kemudian diambil suatu kesimpulan. Hasil wawancara ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan dan pendapat guru mengenai model pembelajaran berbasis masalah.

c. Pengolahan Mind Map Test

Analisis mind map test terhadap topik korosi dilakukan dengan menghitung jumlah kata kunci yang di jawab siswa sebelum penerapan model pembelajaran berbasis masalah dan setelah penerapan model pembelajaran berbasis masalah.


(34)

d. Pengolahan Hasil Angket

Analisis tanggapan siswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah dilakukan dengan menghitung persentase masing-masing jawaban siswa untuk setiap pernyataan dalam angket.

Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata sebagai berikut :

Hasil angket yang berdagrasi empat atau sampai dengan lima dianalisis dengan cara mencari nilai rata-rata dari setiap pernyatan untuk tiap pilihan jawaban, yaitu dengan memberikan nilai untuk rata-rata pilihan seperti :

Tabel 3.8. Bobot Penilaian Skala Likert

Angket empat pilihan

Pilihan jawaban Nilai

+ -

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3


(35)

Ket : + = Pernyataan Positif, - = Pernyataan Negatif

Keterangan :

f = frekuensi jawaban siswa

a = nilai untuk masing-masing option n = jumlah siswa

Berdasarkan rata-rata skor angket tanggapan siswa yang didapatkan dalam penelitian ini kemudian ditentukan interpretasi persentase kelompok responden tanggapan siswa sebagai berikut :

0 20% 40% 60% 80% 100%

Sangat Lemah Lemah Cukup Kuat Sangat Kuat (riduwan, 2009)


(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil penelitian, mengenai penguasaan konsep siswa dan keterampilan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran berbasis masalah pada topik korosi, maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Implementasi pembelajaran berbasis masalah pada materi pokok korosi logam menunjukkan peningkatan hasil belajar yang signifikan dengan N-gain 41,3% untuk semua siswa. Peningkatan hasil belajar tertinggi dicapai oleh siswa kategori tinggi (N-gain 53,9%) yang berbeda secara signifikan bila dibandingkan dengan hasil belajar siswa kategori sedang (N-gain = 38,9%), dan siswa kategori rendah (N-gain = 30,9%). Dari tujuh indikator topik korosi yang diuji peningkatan tertinggi ada pada indikator menganalisis jenis logam yang dapat mengalami korosi (N-gain = 62,9% ) dan terrendah pada indikator mendefiniskan istilah korosi (N-gain =11,4%).

2. Aspek – aspek keterampilan berpikir kreatif yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah : 1) keluwesan (fluency) sebesar 56%; 2) fleksibilitas (flexibility) sebesar 36%; dan aspek orisinalitas (originality) sebesar 33%. . 3. Siswa dan guru memberikan tanggapan positif terhadap model pembelajaran


(37)

memahami topik korosi, dan meningkatkan kesadaran diri siswa terhadap masalah lingkungannya. Tanggapan guru terhadap pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan yaitu : dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa, meningkatkan penguasaan konsep siswa, mengembangkan wawasan siswa dalam menghubungkan pembelajaran dalam kelas dengan masalah yang terjadi di lingkungan sekitar, dan kelemahan yang ditemukan dalam penelitian ini pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah memerlukan waktu yang lama serta sumber belajar yang lengkap.

B. Saran

1. Pembelajaran berbasis masalah dapat memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta mengasah kreatifitas dan kemampuan berpikir siswa, oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan model pembelajaran ini lebih lanjut untuk topik kimia yang lain.

2. Keterampilan berpikir kreatif siswa dan penguasaan konsep siswa pada topik korosi tidak dapat tercapai dengan serta merta melalui satu topik yang hanya diselenggarakan dalam tiga pertemuan, oleh karena itu sebaiknya diterapkan pada konsep lainnya yang sesuai untuk memperkuat keterampilan berpikir kreatif dan penguasaan konsep yang telah dimiliki siswa.

3. Penelitian ini sudah berusaha untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa. Namun, masih belum o[ptimal dalam instrument dan penilaian keterampilan berpikir kreatif siswa. Bagi peneliti


(38)

yang akan mengembangkan model pembelajaran yang dapat menilai keterampilan berpikr kreatif.


(39)

Akinoglu, O. & Tandagon, R.O. (2006). The effects of Problem-based Active Learning in Science Education on Students Academic Achievement, Attitude and Concept Learning. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2007, 3 (1), 71-81. Tersedia [Online]: http: www.ejmdte.com.[20 Mei 2008].

Arikunto, S. (2006).Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Baden, M.s. & Major, C.H. (2004). Foundations of Problem based Learning. SHRE

and Open University Press Imprint.

Baker, L. & Brown, A.L. (1984). Metacognitive Skills and Reading. In P.D. Pearson, M.Kamil, R. Barr & P. Mosenthal (Eds). Handbook of Reading Research (pp.353-394). New York : Longman.

Bloom & Anderson. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. Buzan, Tony. (2009). Buku Pintar Mind Map. Jakarta : Gramedia.

Carin, Arthur A., & Robert B. Sund. (1975). Teaching science through discovery. Columbus: Charless E. Merrill Publishing Company. Abell & Howell Company.

Cartono. (2007). Metode & Pendekatan dalam Pembelajaran Sains. Bandung : SPS UPI.

Chin, C. & Cia, L. (2004). Problem-based Learning: Using Student Question to Drive Knowledge Construction. Wiley to Drive Interscience. (www.Interscience. Willey.com).

Costa (ed). (1988). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking.Alexander: ASCD.

Dahar, R .W. (1996). Teori – Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Depdiknas. (2003). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Duch, B.J., Grog, S.E., and Allen, D.E. (2003). The Power of Problem-based learning a practical “how to” for teaching undergraduate courses in any discipline. Virginia: stylus publishing.

Firman, H. (1991). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: Jurusan Kimia FPMIPA IKIP.

Gulford. (1971). The Nature of Human Intelligence, London: McGraw-Hill. Hamalik, Oemar. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Ibrahin, M. & Nur, M. (2002). Pembelajaran Berdasar Masalah. Surabaya. University Press.


(40)

Lamboros, A. (2004) .Problem-Based Learning in Middle and High School Classrooms : A Teacher’s Guide to Implementation. California: Corwin Press. Liliasari. (1995). Kimia 3: untuk Sekolah Menengah Umum Kelas 3 Program IPA.

Jakarta : Depdikbud.

Mc.Groger,D. (2007). Developing Thinking Developing Learning: A Guide to Thinking Skills in Education. Berkshine: Open University Press, Mc. Graw-Hill.

Meltzer, D.E. (2002). ”The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics”. American Journal of Physics. 70, (12), 1259-1268).

Michael Purba. (2006). Kimia untuk SMA kelas XII. Jakarta : Erlangga.

Munandar, S.C.U. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Novak, & Gowin. (1985). Learning How to Learn. London: Cambridge University Press.

Oon, Seng Tan, (2003). Problem Based Learning Innovation: Using Problems to Power Learning in 21st Century. Singapore: Thomson Learning.

Purwadarminta W.J.S. (1994). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : P.N. Balai Pustaka.

Ratnaningsih, N. (2003). Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematik Siswa SMU melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis PPS UPI : Tidak diterbitkan. Riduwan dan Sunarto. (2009). Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan,

Sosial, Ekonomi Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.

Sudiarta. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran Berorientasi Pemecahan Masalah open-ended Berbantuan LKM untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Hasil Belajar Mahasiswa Matakuliah Pengantar Dasar Matematika. Jurnal Pendidikan Pengajaran UNDIKSHA 39 Nomor 2, April 2006.Singaraja : UNDIKSHA..

Sudjana. (2001). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sukmadinata, N. S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV.Alfabeta.

Sumarno, U. (2003). Efektifitas Modifikasi Model Kegiatan Praktikum dari Wheater & Dunleavy dalam Pembelajaran Ekologi Hewan. Tesis UPI . Tidak diterbitkan.


(41)

Susanto, P (2002). Keterampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Kontruktivisme, Malang : Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang.

Sonmez, D. & Lee, H. (2003). Problem-based Learning in Science. Tesedia [online] http:www.ericse.org. [20 Mei 2008].

Syaodih. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. The Liang Gie, (1995). Cara Belajar yang Efisien. Jakarta : Gajah Mada University

Press.

Nurhadi (2004). Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang : Universitas Negeri Malang.

Torrance, E.P & Khatena, J. (1976). Khatena-Torrance Creative Perception Inventory, Chicago: Stoelting.

Wang, H. C., Thomson, P., Shuler, C. F. (1998). Essential Components of Problem-Based Learning for the K-12 Inquary Science Instruction. University of Southern California.

Windura, S.(2008). Mind Map Langkah demi Langkah Cara Paling Mudah & Benar Mengajarkan dan Membiasakan Anak Menggunakan Mind Map untuk Meraih Prestasi. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan selama penelitian dan analisis data hasil penelitian, mengenai penguasaan konsep siswa dan keterampilan berpikir kreatif siswa melalui pembelajaran berbasis masalah pada topik korosi, maka peneliti memperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Implementasi pembelajaran berbasis masalah pada materi pokok korosi logam menunjukkan peningkatan hasil belajar yang signifikan dengan N-gain 41,3% untuk semua siswa. Peningkatan hasil belajar tertinggi dicapai oleh siswa kategori tinggi (N-gain 53,9%) yang berbeda secara signifikan bila dibandingkan dengan hasil belajar siswa kategori sedang (N-gain = 38,9%), dan siswa kategori rendah (N-gain = 30,9%). Dari tujuh indikator topik korosi yang diuji peningkatan tertinggi ada pada indikator menganalisis jenis logam yang dapat mengalami korosi (N-gain = 62,9% ) dan terrendah pada indikator mendefiniskan istilah korosi (N-gain =11,4%).

2. Aspek – aspek keterampilan berpikir kreatif yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah : 1) keluwesan (fluency) sebesar 56%; 2) fleksibilitas (flexibility) sebesar 36%; dan aspek orisinalitas (originality) sebesar 33%. .

3. Siswa dan guru memberikan tanggapan positif terhadap model pembelajaran yang diimplementasikan. Sebagian besar siswa merasa lebih mudah


(2)

memahami topik korosi, dan meningkatkan kesadaran diri siswa terhadap masalah lingkungannya. Tanggapan guru terhadap pembelajaran berbasis masalah yang dikembangkan yaitu : dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa, meningkatkan penguasaan konsep siswa, mengembangkan wawasan siswa dalam menghubungkan pembelajaran dalam kelas dengan masalah yang terjadi di lingkungan sekitar, dan kelemahan yang ditemukan dalam penelitian ini pelaksanaan model pembelajaran berbasis masalah memerlukan waktu yang lama serta sumber belajar yang lengkap.

B. Saran

1. Pembelajaran berbasis masalah dapat memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta mengasah kreatifitas dan kemampuan berpikir siswa, oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mengembangkan model pembelajaran ini lebih lanjut untuk topik kimia yang lain.

2. Keterampilan berpikir kreatif siswa dan penguasaan konsep siswa pada topik korosi tidak dapat tercapai dengan serta merta melalui satu topik yang hanya diselenggarakan dalam tiga pertemuan, oleh karena itu sebaiknya diterapkan pada konsep lainnya yang sesuai untuk memperkuat keterampilan berpikir kreatif dan penguasaan konsep yang telah dimiliki siswa.

3. Penelitian ini sudah berusaha untuk meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kreatif siswa. Namun, masih belum o[ptimal dalam instrument dan penilaian keterampilan berpikir kreatif siswa. Bagi peneliti


(3)

yang akan mengembangkan model pembelajaran yang dapat menilai keterampilan berpikr kreatif.


(4)

Akinoglu, O. & Tandagon, R.O. (2006). The effects of Problem-based Active Learning in Science Education on Students Academic Achievement, Attitude and Concept Learning. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2007, 3 (1), 71-81. Tersedia [Online]: http: www.ejmdte.com.[20 Mei 2008].

Arikunto, S. (2006).Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Baden, M.s. & Major, C.H. (2004). Foundations of Problem based Learning. SHRE

and Open University Press Imprint.

Baker, L. & Brown, A.L. (1984). Metacognitive Skills and Reading. In P.D. Pearson, M.Kamil, R. Barr & P. Mosenthal (Eds). Handbook of Reading Research (pp.353-394). New York : Longman.

Bloom & Anderson. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. Buzan, Tony. (2009). Buku Pintar Mind Map. Jakarta : Gramedia.

Carin, Arthur A., & Robert B. Sund. (1975). Teaching science through discovery. Columbus: Charless E. Merrill Publishing Company. Abell & Howell Company.

Cartono. (2007). Metode & Pendekatan dalam Pembelajaran Sains. Bandung : SPS UPI.

Chin, C. & Cia, L. (2004). Problem-based Learning: Using Student Question to Drive Knowledge Construction. Wiley to Drive Interscience. (www.Interscience. Willey.com).

Costa (ed). (1988). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking.Alexander: ASCD.

Dahar, R .W. (1996). Teori – Teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Depdiknas. (2003). Pengajaran Berdasarkan Masalah. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.

Duch, B.J., Grog, S.E., and Allen, D.E. (2003). The Power of Problem-based learning a practical “how to” for teaching undergraduate courses in any discipline. Virginia: stylus publishing.

Firman, H. (1991). Penilaian Hasil Belajar dalam Pengajaran Kimia. Bandung: Jurusan Kimia FPMIPA IKIP.

Gulford. (1971). The Nature of Human Intelligence, London: McGraw-Hill. Hamalik, Oemar. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.

Ibrahin, M. & Nur, M. (2002). Pembelajaran Berdasar Masalah. Surabaya. University Press.


(5)

Lamboros, A. (2004) .Problem-Based Learning in Middle and High School Classrooms : A Teacher’s Guide to Implementation. California: Corwin Press. Liliasari. (1995). Kimia 3: untuk Sekolah Menengah Umum Kelas 3 Program IPA.

Jakarta : Depdikbud.

Mc.Groger,D. (2007). Developing Thinking Developing Learning: A Guide to Thinking Skills in Education. Berkshine: Open University Press, Mc. Graw-Hill.

Meltzer, D.E. (2002). ”The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gains in Physics”. American Journal of Physics. 70, (12), 1259-1268).

Michael Purba. (2006). Kimia untuk SMA kelas XII. Jakarta : Erlangga.

Munandar, S.C.U. (1999). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Novak, & Gowin. (1985). Learning How to Learn. London: Cambridge University Press.

Oon, Seng Tan, (2003). Problem Based Learning Innovation: Using Problems to Power Learning in 21st Century. Singapore: Thomson Learning.

Purwadarminta W.J.S. (1994). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : P.N. Balai Pustaka.

Ratnaningsih, N. (2003). Peningkatan Kemampuan Berpikir Matematik Siswa SMU melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis PPS UPI : Tidak diterbitkan. Riduwan dan Sunarto. (2009). Pengantar Statistika untuk Penelitian Pendidikan,

Sosial, Ekonomi Komunikasi dan Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.

Sudiarta. (2006). Pengembangan Model Pembelajaran Berorientasi Pemecahan Masalah open-ended Berbantuan LKM untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Hasil Belajar Mahasiswa Matakuliah Pengantar Dasar Matematika. Jurnal Pendidikan Pengajaran UNDIKSHA 39 Nomor 2, April 2006.Singaraja : UNDIKSHA..

Sudjana. (2001). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sukmadinata, N. S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV.Alfabeta.

Sumarno, U. (2003). Efektifitas Modifikasi Model Kegiatan Praktikum dari Wheater & Dunleavy dalam Pembelajaran Ekologi Hewan. Tesis UPI . Tidak diterbitkan.


(6)

Susanto, P (2002). Keterampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Kontruktivisme, Malang : Jurusan Pendidikan Biologi Universitas Negeri Malang.

Sonmez, D. & Lee, H. (2003). Problem-based Learning in Science. Tesedia [online] http:www.ericse.org. [20 Mei 2008].

Syaodih. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya. The Liang Gie, (1995). Cara Belajar yang Efisien. Jakarta : Gajah Mada University

Press.

Nurhadi (2004). Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang : Universitas Negeri Malang.

Torrance, E.P & Khatena, J. (1976). Khatena-Torrance Creative Perception Inventory, Chicago: Stoelting.

Wang, H. C., Thomson, P., Shuler, C. F. (1998). Essential Components of Problem-Based Learning for the K-12 Inquary Science Instruction. University of Southern California.

Windura, S.(2008). Mind Map Langkah demi Langkah Cara Paling Mudah & Benar Mengajarkan dan Membiasakan Anak Menggunakan Mind Map untuk Meraih Prestasi. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA SISTEM PEREDARAN DARAH.

0 6 30

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA SISTEM PEREDARAN DARAH.

0 5 29

PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK DENGAN PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA PADA TOPIK LISTRIK DINAMIS.

0 0 43

PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMK PADA SUB MATERI POKOK KOROSI LOGAM.

0 1 46

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN METODE MINI PROJECT UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA TOPIK PEMISAHAN CAMPURAN.

1 3 45

Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Menggunakan Virtual Laboratory Dan Real Laboratory Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Sma Pada Topik Listrik Dinamis.

0 0 40

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA PADA TOPIK LARUTAN PENYANGGA.

0 1 21

Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Pratikum Pada Topik Pengukuran Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP

0 0 11

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA PADA KONSEP SISTEM REPRODUKSI MANUSIA

0 0 7

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI DUNIA TUMBUHAN

0 1 7