PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE MELALUI TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBACA PETA LINGKUNGAN SETEMPAT (KABUPATEN/KOTA) (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang).

(1)

HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMBACA PETA LINGKUNGAN SETEMPAT

(KABUPATEN/KOTA)

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang)

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

UNTUNG WALUYO 0605265

PROGRAM S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

KAMPUS SUMEDANG

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE MELALUI TEKNIK NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA

DALAM MEMBACA PETA LINGKUNGAN SETEMPAT (KABUPATEN/KOTA)

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang)

Oleh

UNTUNG WALUYO 0605265

Disetujui dan Disahkan oleh Pembimbing I,

Diah Gusrayani, M.Pd. NIP. 197808222005012003

Pembimbing II,

Drs. H. Dadang Kurnia, M.Pd. NIP. 195606021981111001

Mengetahui

Ketua Program PGSD S-1 Kelas UPI Kampus Sumedang,

Riana Irawati, M.Si. NIP. 198011252005012002


(3)

Saya menyatakan bahwa skripsi ini yang berjudul “Penggunaan Media Puzzle dengan Teknik Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Membaca Peta Lingkungan Setempat Kabupaten/Kota di Kelas IV SDN Cipancar” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang di jatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Sumedang, Juni 2013 Yang Membuat Pernyataan

UNTUNG WALUYO NIM: 0605265


(4)

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAAN

PERNYATAAN... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Pemecahan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Hasil Penilitian 9 1. Bagi Siswa ... 9

2. Bagi Guru ... 9

3. Bagi Peneliti ... 9

F. Bantasan Istilah... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran IPS ... 11

1. Pengertian IPS ... 11

2. Tujuan Pembelajaran IPS ... 13

B. Media Pembelajaran ... 16


(5)

vii

b. Prinsip Pemilihan dan Penggunaan Media

...

19

C. Pengunaan Media Puzzle ... 19

1. Pengertian Puzzle ... 19

2. Manfaat Puzzle ... 25

D. Peta ... 25

1. Pengertian Peta ... 25

2. Jenis –jenis peta ... 25

3. Komponene Peta ... 26

E. Model Kooperatif Teknik Numbered Heads ... 28

1. Pengertian Model Kooperatif ... 28

2. Teknik Teknik Pembelajaran Kooperatif ... 29

3. Teknik Numbered Heads Together ... 30

a. Pengertian Teknik Numbered Heads Together ... 30

b. Langkah-Langkah pembelajaran Teknik Numbered Heads ... 30

c. Kekurangan Dan Kelebihan Teknik Numbered Heads Together .. 31

F. Temuan Hasil Yang Relevan ... 31

G. Hipotesis Tindakan ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

1. Lokasi penelitian ... 33

2. Waktu penelitian ... 33

B. Subjek Penelitian ... 34

C. Metode dan Design Penelitian ... 35

1. Metode Penelitian ... 35


(6)

viii

a. Tahap Perencanaan Tindakan ... 37

b. Tahap Pelaksanaan ... 37

c. Tahap Observasi ... 38

d. Tahap Refleksi ... 39

D. Instrumen Penelitian ... 40

a. Format Observasi ... 40

b. Pedoman Wawancara ... 40

c. Test Hasil Belajar ... 41

E. Teknik Pengolahaan Data ... 42

a. Teknik Pengolahaan Proses ... 42

b. Teknik Pengolahaan Hasil ... 42

F. Validasi Data ... 44

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN A. Paparan Data Awal ... 46

B. Paparan Data Tindakan ... 49

1. Paparan Data Tindakan Siklus I ... 49

a. Paparan Data Perencanaan Tindakan Siklus I ... 49

b. Paparan Data Proses Siklus I ... 50

1). Awal Pembelajaran ... 51

2). Inti Pembelajaran ... 52

3). Akhir Pembelajaran ... 53

a. Paparan Data Hasil Siklus I ... 57

b. Analisis dan Refleksi Siklus I ... 58

2. Paparan Data Tindakan Siklus II ... 60

a. Paparan Data Perencanaan Siklus II ... 60

b. Paparan Data Proses Siklus II ... 61

1) Awal Pembelajaran ... 62


(7)

ix

c. Paparan Data Hasil Siklus II ... 67

d. Analisis dan Refleksi Siklus II ... 69

1. Paparan Pendapat Siswa dan Guru ... 70

2. Paparan Pendapat Guru ... 70

C. Pembahasan ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 82


(8)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

Data Hasil Test Awal ... 4 Tabel 3.1

Jadwal Penelitian ... 33 Tabel 3.2

Daftar Siswa – Siswi kelas IV SD Cipancar ... 34 Tabel 4.1

Kinerja Guru Dan aktivitas siswa pada materi membaca peta kelas IV SDN

Cipancar ... 47 Tabel 4.2

Data awal hasil belajar siswa pada materi membaca peta kelas IV SDN Cipancar . 48 Tabel 4.3

Hasil observasi Kinerja guru siklus I materi membaca peta kelas IV SDN

Cipancar ... 54 Tabel 4.4

Hasil observasi aktivitas siswa siklus I pada materi membaca peta kelas IV SDN Cipancar ... 56 Tabel 4.5

Data hasil belajar siklus I ... 57 Tabel 4.6

Hasil observasi kinerja guru siklus I materi membaca peta kelas IV SDN

Cipancar ... 65 Tabel 4.7

Hasil Observasi aktivitas aktivitas siswa siklus I pada materi membaca peta kelas IV SDN Cipancar ... 66 Tabel 4.8

Data hasil belajar siklus II ... 68 Tabel 4.9


(9)

xi

DAFTAR GAMBAR GAMBAR 3.3


(10)

xii

DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1

Presentase peningkatan hasil belajar dan ketuntasan pelaksanaan tindakan

siklus I ... 59 Grafik 4.2

Presentase peningkatan hasil belajar dan ketuntasan pelaksanaan tindakan


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (PIPS) adalah ilmu yang diajarkan pada siswa sekolah dasar di samping ilmu-ilmu lainnya untuk membekali kehidupan mereka kelak. PIPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial dibingkai dalam frame pendidikan. Melalui mata pelajaran PIPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Materi pembelajaran PIPS disusun secara komprehensif, runtut, dan terpadu sehingga dalam implementasi kurikulum PIPS ini memungkinkan adanya multimetode dalam proses pembelajaran.

Pentingnya mempelajari PIPS akan dirasakan secara langsung terutama dengan hal-hal yang berkaitan dengan sosial-kemasyarakatan yang pada hakikatnya manusia adalah zoon politicon. Dengan Ilmu Pengetahuan Sosial manusia belajar bagaimana bergaul di kumpulan sosial tertentu, bagaimana menanggapi dan memberikan solusi tepat terhadap gejala sosial yang timbul.

Tujuan ilmu pengetahuan sosial menurut Hanifah (Djuanda, 2009:124)“untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupan di masyarakat”. Manfaat mempelajari IPS adalah secara sistematis, siswa difasilitasi untuk memperoleh: a) pengalaman langsung apabila dalam pembelajaran memanfaatkan lingkungan alam sekitar sebagai sumber belajar

b) kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosialyang terjadi di masyarakat

c) kemampuan mengembangkan pengetahuan sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi serta mempersiapkan diri untuk terjun ke dunia masyarakat.

PIPS perlu dipelajari dengan baik tak terlepas dengan keadaan maupun fenomena yang berkembang saat ini. Dengan harapan apabila siswa mampu menganalisis sebuah permasalahan maupun gejala sosial baik yang negatif maupun positif, maka siswa


(12)

2

sendirilah yang akan menanggapi dan mengambil tindakan bagaimana sebaiknya langkah yang perlu diambil untuk menghadapi suatu gejala dan fenomena sosial tersebut.

Dalam mewujudkan ketercapaian pendidikan IPS diperlukan berbagai upaya pengembangan pembelajaran IPS. Upaya pengembangan tersebut antara lain dengan perencanaan pembelajaran yang optimal, pemanfaatan metode, dan penggunaan media pembelajaran. Klasifikasi penggunaan media pembelajaran dipandang peneliti untuk meningkatkan ketercapaian pendidikan IPS. Hal ini berkaitan dengan karakteristik dari anak sekolah dasar.

Menurut Piaget (Hamzah, 2006: 11) mengemukakan tentang tahap perkembangan kognitif siswa sebagai berikut:

Proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui siswa, yang dalam hal ini Piaget membaginya menjadi 4 tahap, yaitu tahap sensori-motor (ketika anak berumur 1,5 sampai 2 tahun), tahap pra-operasional (2/3 sampai 7/8 tahun), tahap operasional konkret (7/8 sampai 12/14 tahun), tahap operasional formal (14 tahun atau lebih).

Pada pembelajaran di kelas IV berdasarkan kurikulum KTSP Ilmu Pengetahuan Sosial, salah satu Standar Kompetensi yang harus dikuasai siswa adalah membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana. Melihat Standar Kompetensi di atas terdapat pembelajaran membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dimana siswa dituntut untuk dapat membaca peta kabupaten/kota. Kemampuan ini merupakan kompetensi yang dianggap cukup sulit oleh beberapa siswa mengingat peta adalah bahasa simbol sehingga tidak semua orang mampu menerjemahkannya. Selain itu untuk siswa yang tidak bergaya belajar visual, peta akan terlihat kaku dan membosankan sehingga rumit untuk dimengerti.

Tujuan dari Ilmu Pengetahuan Sosial SD berdasarkan KTSP (2006: 30) sebagai berikut:

1. Mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis;

2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan sosial;

3. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan;

4. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk baik secara nasional maupun global.


(13)

Dari tujuan Ilmu Pengetahuan Sosial di atas nampak bahwa apa yang dirumuskan Depdiknas dalam KTSP merupakan indikator-indikator untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang aktif, kreatif, tanggap terhadap masalah sosial dan mampu berkompetisi untuk memajukan Negara Indonesia. Pendidikan IPS sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Dari mulai SD sampai perguruan tinggi dipelajari pendidikan IPS. Hal ini disebabkan pendidikan IPS bermanfaat bagi kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Sesuai dengan tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menurut Trianto (2010: 176) sebagai berikut:

Secara umum, pembelajaran ini akan terasa sangat monoton. Agar keterampilan dan minat siswa pada pembelajaran ini dapat meningkat, maka guru harus melakukan kegiatan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Guru seyogyanya memberikan informasi mengenai tujuan, manfaat, dan langkah-langkah pembelajaran serta apersepsi yang dapat mengaitkan pemikiran siswa ke arah manfaat apa yang bisa mereka dapat ketika mampumembaca peta lingkungan kabupaten dan kota madya setempat. Selanjutnya pada kegiatan inti guru harus dapat menjelaskan materi mengenai langkah-langkah membaca peta dengan menggunakan strategi, metode, teknik, media dan sumber belajar yang menunjang pada pembelajaran membaca peta. Guru juga baiknya mengadakan evaluasi di sepanjang pembelajaran, misalnya dengan melakukan tanya jawab selama proses pembelajaran untuk mempermudah siswa memonitor pemahamannya sendiri.Selain itu, guru jug selayaknya membimbing dan mengawasi siswa dalam kegiatan membaca peta. Pada kegiatan akhir sebaiknya guru

mengadakan evaluasi, tes kinerja, pos tes mengenai materi yang diajarkan. Akhir pembelajaran guru harus membuat kesimpulan, penilaian hasil membaca peta sehingga siswa dapat memahami letak kesalahan dalam membacanya.

Pada kenyataannya di lapangan, untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran membaca peta provinsi/kabupaten/kota, kegiatan pembelajaran tidak semudah dan semulus seperti yang ditargetkan. Seperti yang dialami saat observasi awal di kelas IV SDN Cipancar, siswa masih mengalami beberapa kesulitan, terutama dalam


(14)

4

menentukan letak wilayah provinsi/kabupaten/kota, perbatasan-perbatasan kabupaten/kota, dan kenampakan alam kabupaten/kota.

Awalnya guru menjelaskan materi mengenai membaca peta lingkungan setempat dan mengingatkan kembali pelajaran yang telah dipelajari sebelumnya. Sesekali siswa menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Kemudian guru meminta siswa untuk membaca peta. Pada saat siswa membaca peta provinsi/kabupaten/kota, guru berkeliling menggunakan bimbingan individu pada beberapa anak yang terus menerus bertanya. Tetapi ada kecendrungan siswa digiring untuk melihat contoh yang terdapat pada buku paket. Adapun beberapa siswa yang tidak bisa mengerjakannya melihat pekerjaan temannya. Kemudian guru mengumpulkan hasil kerja siswa. Setelah dikoreksi ternyata ada beberapa siswa yang sudah bisa membaca peta provinsi/kabupaten/kota, namun belum tepat. Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa kurang termotivasi. Hal ini terlihat pada saat guru menjelaskan materi tentang membaca peta provinsi/kabupaten/kota secara rinci, siswa terlihat pasif. Mereka enggan untuk bertanya dan kurang antusias ketika guru menanyakan beberapa hal tentang membaca peta provinsi/kabupaten/kota.

Merujuk pada uraian kejadian yang terjadi di atas, maka peneliti mengadakan observasi dan melakukan tes awal serta melakukan wawancara untuk mendapatkan data lengkap mengenai proses pembelajaran yang terjadi dan hasil yang didapat. Tes dilakukan pada hari Jum’at tanggal 27 November 2012 di kelas IV SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang dalam pembelajaran membaca peta provinsi/kabupaten/kota. Hasil tes menunjukkan bahwa kemampuan siswa belum optimal, masih banyak yang hasil tesnyamasih kurang dari KKM, hal ini terlihat dari 20 siswa hanya 8 orang siswa yang tuntas dan 12 siswa yang belum tuntas Adapun data tes awalnya sebagai berikut.


(15)

Tabel 1.1 Data HasilTesAwal

No NamaSiswa

L /

P NilaiAkhir

Ketuntasan

Tuntas BelumTunt as

1 AdityaKresna L 33,3 

2 Ahmad Kusdinar L 66,7 

3 AndriAlbar P 77,8 

4 AustyIntania P 33,3 

5 ChindyJuli L 55,5 

6 Citra Aurela P 66,7 

7 EkaFitriyantini P 44,4 

8 Fahmi Abdul M L 44,4 

9 FahranBaido L 66,7 

10 FalqiMuzaki P 44,4 

11 ImanFirmansyah P 66,7 

12 MualifFadilah P 77,8 

13 NurulAuliawati L 33,3 

14 Oni Wisnu H L 22,2 

15 RianFirmansyah P 22,2 

16 RisyeFitria P 44,4 

17 ShilfiNurdiantifa L 66,7 

18 Lisa Ardhiani P 33,3 

19 Tegar Abdul L 33,3 

20 Yuri Fauziah P 77,8 

Jumlah 8 12

Persentase 40% 60%

Nilai KKM = 2+2+1 x 100 = 60 9

Keterangan :

Jika siswa mendapat nilai  60 dikatakan tuntas Jika siswa mendapat nilai  60 dikatakan belum tuntas

Berdasarkan perhitungan kriteria ketuntasan untuk pembelajaran membaca peta provinsi/kabupaten/kota di kelas IV SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, nilai minimal yang harus dicapai oleh siswa adalah 60.

Dari tes hasil yang sudah dilakukan, hanya 8 orang atau 40 % siswa yang dikatakan tuntas menurut KKM dan siswa yang tidak mencapai batas ketuntasan berjumlah 12 orang atau 60 %.


(16)

6

Dan pada saat pelaksanaan observasi dan wawancara di kelas IV SDN Cipancar ditemukan beberapa permasalahan, yaitu :

1. Siswa kurang memahami bagaimana cara menentukan letak wilayah suatu provinsi/kabupaten/kota pada peta.

2. Siswa kesulitan dalam menentukan perbatasan-perbatasan provinsi/kabupaten/kota pada peta

3. Siswa kesulitan dalam mengidentifikasi kenampakan alamprovinsi/kabupaten/kota pada peta.

Hal tersebut dipengaruhi oleh banyak sekali faktor, namun dari hasil penggalian awal ini, mengerucut pada penyebab:

1. Guru hanya menggunakan media peta provinsi/kabupaten/kota yang tidak ada garis astronomisnya, sehingga siswa kebingungandalam menentukan letak suatu provinsi/kabupaten/kota dengan tepat.

2. Guru hanya sekilas dalam membahas materi penunjuk arah mata angin sehingga siswa kesulitan dalam menentukan perbatasan-perbatasan provinsi/kabupaten/kota.

3. Guru hanya menjelaskan kepada siswa nama-nama kenampakan alam dari buku paket saja, tidak langsung menunjukan dari peta karena media petanya tidak dilengkapi dengan gambar atau simbol dari kenampakan alam.

Berdasarkan permasalahan yang terjadi di kelas IV SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang, maka peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas dengan alternatif pemecahan masalah, yaitu penerapan permainan menyusunpuzzle melalui teknik numbered heads together.

Permainan Puzzle adalah permainan menyusun gambar peta provinsi/ kabupaten/kota yang berukuran besar dibingkai dan bagian tengahnya dipotong-potong menjadi kepingan kecil, lalu kepingan-kepingan gambar tersebut diacak dan disusun kembali oleh siswa menjadi sebuah gambar utuh.

Model kooperatif teknik numbered heads adalah kegiatan yang dilakukan dengan membagi siswa kepada beberapa kelompok dan setiap siswa dalam kelompok mendapatkan nomor. Kemudian guru memberikan tugas untuk membaca peta provinsi/kabupaten/kota melalui soal latihan dan masing-masing kelompok mengerjakannya, setelah selesai kelompok harus memutuskan jawaban yang dianggap


(17)

paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya, dan selanjutnya guru memanggil salah satu nomor. Anak didik yang dipanggil melaporkan hasil kerjasamanya di depan kelas. Keunggulan teknik ini adalah untuk memberikan kesempatan kepada anak didik untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong anak didik untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.Mengapa teknik ini cocok digabungkan dengan media puzzle, karena orang yang ditunjuk secara acak memiliki probabilitas mampu mewakili temannya yang lain secara 50-50. Jika yang terpilih adalah siswa yang asor, kelompok akan sedikit dirugikan kecuali jika kelompok tersebut rata berbagi pengalaman belajar dan pemahamannya. Teknik puzzle bisa mencairkan iklim yang cukup mampu memicu konflik ini karena kekuatan permainan biasanya mampu mencairkan suasana dan bersifat menyenangkan.

Dari latar berakang tersebut, diambillah judul “Penerapan Permainan Menyusun Puzzle Melalui Teknik Numbered Heads Together untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Membaca Peta Lingkungan Setempat (Provinsi/Kabupaten/Kota) di Kelas IV SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang”.

B. Rumusan Masalah

Siswa kelas IV SDN Cipancar seharusnya mampu dalam membaca peta lingkungan setempat khususnya peta provinsi/kabupaten/kota, tetapi pada kenyataannya, siswa di kelas IV SDN Cipancar belum semuanya memiliki kemampuan membaca peta provinsi/kabupaten/kota melebihi kriteria ketuntasan minimal yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran membaca peta, diantaranya yaitu guru hanya menggunakan media petaprovinsi/ kabupaten/kota yang tidak ada garis astronomisnya, sehingga siswa kebingungan dalam menentukan letak suatuprovinsi/ kabupaten/kota dengan tepat kemudian guru hanya sekilas dalam membahas materi penunjuk arah mata angin sehingga siswa kesulitan dalam menentukan perbatasan-perbatasan provinsi/kabupaten/kota dan guru hanya menjelaskan kepada siswa nama-nama kenampakan alam dari buku paket saja, tidak langsung menunjukan dari peta karena media petanya tidak dilengkapi dengan gambar atau simbol dari kenampakan alam.


(18)

8

Dari permasalahan tersebut, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan secara umum yaitu bagaimanakah proses pelaksanaan pembelajaran dan hasil pembelajaran membaca peta lingkungan setempat (provinsi/kabupaten/kota) dengan penerapan permainan menyusun puzzle melalui teknik numbered heads.

Secara khusus rumusan masalah yang diajukan tersebut diperinci sebagai berikut : a. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran membaca peta dengan permainan menyusun puzzle melalui teknik numbered heads di kelas IV SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?

b. Bagaimana aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pelaksanaan pembelajaran membaca peta (provinsi/kabupaten/kota) dengan penerapan permainan menyusun puzzle melalui teknik numbered heads?

c. Bagaimana peningkatan kemampuan siswa dalam membaca peta dengan penerapan media puzzle dan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads di kelas IV SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang?

C. Pemecahan Masalah

Dalam mengatasi permasalahan yang telah dirumuskan perlu dicari alternatif pemecahan masalah. Maka peneliti mengambil alternatif dengan penerapan permainan menyusun puzzle melalui teknik numbered heads. Penerapan permainan menyusun puzzle melalui teknik numbered heads dirasa tepat untuk membantu meningkatkan keterampilan membaca peta provinsi/kabupaten/kota. Selain biaya yang dikeluarkan untuk membuat permainanpuzzleini tidak besar, dalam menggunakan permainan ini juga tidak susah, guru hanya membagikan puzzle yang masih teracak, kemudian siswa disuruh untuk menyusun puzzle yang masih teracak tersebut menjadi gambar yang utuh. Dari puzzle yang telah tersusun, siswa akan mengetahui gambar peta provinsi/kabupaten/kota berikut dengan letak,perbatasan-perbatasannya kemudian kenampakan alam dari peta tersebut.

Adapun langkah-langkah pembelajaran Model kooperatif teknik numbered heads adalah sebagai berikut.

1. Guru membagi siswa kepada beberapa kelompok dan setiap siswa dalam kelompok mendapatkan nomor.


(19)

2. kemudian guru memberikan tugas untuk membaca peta kabupaten/kota melalui soal latihan dan masing-masing kelompok mengerjakannya

3. kelompok harus memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya

4. guru memanggil salah satu nomor

5. siswa yang dipanggil melaporkan hasil kerjasamanya di depan kelas.

Keunggulan teknik ini adalah mampumemberikan kesempatan kepada anak didik untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong anak didik untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.

Dengan melihat paparan di atas maka diyakini bahwa dengan Penerapan permainan menyusun puzzle melalui teknik numbered headsdapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota) di kelas IV SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran dengan menerapkan permainan menyusun puzzle melalui teknik numbered headsdalam rangka meningkatkan kemampuan siswa membaca peta lingkungan setempat (provinsi/kabupaten/kota) di kelas IV SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang

2. Untuk mengetahui aktivitas siswa dan kinerja guru dalampelaksanaan pembelajaran membaca peta (provinsi/kabupaten/kota) dengan penerapan permainan menyusun puzzle melalui teknik numbered headsdalam rangka meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca peta lingkungan setempat provinsi/kabupaten/kota) di kelas IV SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang.

3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca peta lingkungan setempat (provinsi/kabupaten/kota) di kelas IV SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan Kabupaten Sumedang dengan penerapan permainan menyusun puzzle melalui teknik numbered heads.


(20)

10

E. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca peta lingkungan setempat (provinsi/kabupaten/kota) khususnya kemampuanmembaca peta kabupaten/kota.

2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan guru tentang penggunaan media, metode, model dan teknik pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran membaca peta lingkungan setempat (provinsi/kabupaten/kota). 3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang berharga dan bahan data atau informasi tentang penggunaan penerapan permainan menyusun puzzle melalui teknik numbered heads dalam untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca peta lingkungan setempat (provinsi/kabupaten/kota).

F. Batasan Istilah

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka definisi operasionalnya dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Permainan Puzzle adalahpermainan menyusun gambar yang sangat populer, biasanya dimainkan oleh anak-anak. Sebuah gambar berukuran besar dibingkai dan bagian tengahnya dipotong-potong menjadi kepingan kecil, lalu kepingan-kepingan gambar tersebut diacak dan disusun kembali menjadi sebuah gambar utuh (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia).

2. Meningkatkan Kemampuan adalah membuat hasil prestasi belajar siswa jadi lebih baik dan meningkatkan siswa khususnya dalam membaca peta provinsi/kabupaten/kota (Depdiknas, 2007:707).

3. Model kooperatif teknik numbered heads adalah kegiatan yang dilakukan dengan memberikan kesempatam kepada anak didik untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat (Saputra, 2007:95).


(21)

4. Peta adalah gambar seluruh atau sebagian dari permukaan bumi yang dilukiskan ke suatu bidang datar dengan perbandingan atau skala tertentu (Hisnu, 2008:1).


(22)

12

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Djuanda, Dadan. Dkk.(2009). Model Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Hamalik, Oeman. (2001). Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara. Hisnu, Tantya. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : Depsiknas

Kasbulah, K.(1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdikbud

Lie. A. 2002. Kooperatif Learning. Jakarta: GramediaWidyaSarana Indonesia. Mulyasa, 2002.KurikulumBerbasisKompetensi. Bandung: RinekaRosdaKarya.

Nasution, 1995.BerbagaiPendekatandalam Proses BelajardanMengajar.Jakarta : PT. BumiAksara.

Pudjiastuti, Sri Rahayu. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : STKIP Kusuma Negara Jakarta.

Saputra, M. Yudha. (2007). Model Pembelajaran Kooperatif. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. IPS. Jakarta; Bumi Aksara

Solihatin. Etin. Raharjo. 2007.

Sutardi, Didi. Dkk. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung : UPI PRESS. Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Kelas. Bandung : Angkasa.


(23)

33

METODE PENELITIAN

A. Lokasidan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi dilaksanakannya penelitian tindakan kelas ini adalah di SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan pada pertimbangan bahwa peneliti merupakan guru di SDN Cipancar dan pihak sekolah memberikan sambutan yang positif terhadap pembaharuan mengajar yang dilakukan.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang dilakukan direncanakan kurang lebih selama lima bulan untuk melaksanakan tiga siklus terhitung dari mulai bulan Januari 2013– Juni 2013.

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No. Uraian

Kegiatan

Tahun 2012/2013

Januari Februari Maret April Mei

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Pembuatan

Proposal 2 Seminar

Proposal 3. Perbaikan

Proposal 3 Perencanaa

n 4

Pelaksanaan Siklus I Siklus II Siklus III 5 Pembuatan


(24)

34

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas IV SDN CipancarKecamatan Sumedang Selatan yang berjumlah 20 siswa terdiri dari 9 siswa perempuan dan 11 siswa laki–laki.

Untuk lebih jelasnya mengenai nama-nama siswa yang menjadi subjek penelitian ini yaitu siswa kelas IV, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2

Daftar Siswa-Siswi Kelas IV SDN Cipancar Tahun Ajaran 2011/2012

No. Nama Siswa Jenis Kelamin

L P

1 2 3 4

1. Aditya Kresna 

2. Ahmad Kusdinar 

3. Andri Albar 

4. Austy Intania 

5. Chindy Juli 

6. Citra Aurela 

7. Eka Fitriyantini 

8. Fahmi Abdul M 

9. Fahran Baido 

10. Falqi Muzaki 

11. Iman Firmansyah 

12. Mualif Fadilah 

13. Nurul Auliawati 

14. Oni Wisnu H 

15. Rian Firmansyah 

16. Risye Fitria 

17. Shilfi Nurdiantifa 

18. Lisa Ardhiani 

19. Tegar Abdul 

20. Yuri Fauziah 


(25)

C. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian menurut Furchan (Hatimah, 2007: 81) mengatakan bahwa, „Metode penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi‟. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa metode penelitian sangat penting dalam proses penelitian.

Metode peneiltian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). Hopkins ( Wiriatmadja, 2008: 11) mengatakan tentang pengertian penelitian tindakan kelas bahwa:

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.

Sejalan dengan pemikiran Hopkins, Wiriaatmadja (2008: 13) secara ringkas mengemukakan, “penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengoorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri”.

Dari kedua pengertian penelitian tindakan kelas di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian reflektif yang dilakukan guru terhadap pembelajaran yang dilaksanakannya, dan melakukan tindakan-tindakan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan tindakan tersebut guru terlibat di dalamnya dan membutuhkan orang lain, maka dari itu penelitian tindakan kelas dilaksanakan secara kolaboratif. Adapun desain yang diterapkan dalam penelitian ini adalah desain Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). “Penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri” (Wiriaatmadja, 2008: 13). 2. Desain Penelitian

Model penelitian yang digunakan adalah model Spiral dari Kemmis dan Taggart (1988) yaitu model siklus yang dilakukan berulang-ulang dan


(26)

36

berkelanjutan yang terdiri dari empat tahap yaitu, perencanaan (plan), tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Berikut gambar dari model tindakan kelas dari Kemmis dan Taggart.

Gambar 3.1

Model Spiral Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2008 : 66)

Berdasarkan gambar di atas, langkah pertama yang dilakukan peneliti sebelum melakukan tindakan, yaitu membuat rencana tindakan (plan). Langkah kedua, setelah rencana disusun dengan baik, maka rencana tersebut dilaksanakan (action). Langkah ketiga, peneliti mengadakan pengamatan terhadap proses pelaksanaan tindakan (observe) melalui lembar observasi bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Langkah keempat, berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka langkah selanjutnya yaitu mengadakan refleksi (reflect) atas tindakan yang telah dilakukan pada langkah sebelumnya. Demikian seterusnya kegiatan tersebut berulang-ulang


(27)

sampai peneliti dapat menyelesaikan masalah yang ditelitinya dengan hasil yang optimal.

Model siklus tersebut meliputi langkah-langkah kegiatan sebagai berikut :

a. Tahap Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan disusun berdasarkan pada masalah yang hendak dipecahkan dan hipotesis tindakan yang diajukan agar terjadi perubahan dan peningkatan dalam pembelajaran membaca peta provinsi/kabupaten/kota dengan penerapan permainan menyusun puzzle melalu iteknik numbered heads. Langkah-langkah perencanaannya yaitu :

1. Melakukan kunjungan ke SD, mengurus perizinan kepada kepala sekolah mengenai penelitian tindakan kelas yang akan dilaksanakan.

2. Mewawancarai guru kelas yang kelasnya akan dijadikan objek penelitian mengenai apa saja yang menjadi kendala dalam pembelajaran IPS.

3. Melakukan wawancara kepada siswa kelas IV SDN Cipancar seputar kendala yang dirasakan dalam pembelajaran IPS.

4. Penetapan observasi dilakukan oleh guru di SDN Cipancar dan peneliti sebagai model.

5. Melakukan diskusi dengan guru yang bersangkutan /observer dalam rangka memecahkan masalah dan mencari alternative pemecahan masalahnya dalam pembelajaran membaca peta provinsi/kabupaten/kota.

6. Mempersiapkan alat instrumen data yang nantinya akan digunakan dalam pelaksanaan tindakan kelas diantaranya lembar observasi, lembar wawancara, format penilaian proses dan penilaian hasil belajar siswa.

7. Menetapkan waktu pelaksanaan tindakan penelitian dengan menerapkan permainan menyusun puzzle melalui teknik numbered heads.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahapan pelaksanaan tindakan, peneliti berperan sebagai model atau sebagai guru yang mengajar, sedangkan guru SDN Cipancar menjadi observer. Dalam pelaksanaannya peneliti menerapkan permainan menyusun puzzle melalui teknik numbered heads untuk meningkatkan kemampuan membaca peta


(28)

38

provinsi/kabupaten/kota. Apabila pelaksanaan siklus I belum memenuhi target yang telah ditetapkan, maka pembelajaran dilakukan pada siklus selanjutnya sampai tercapai target yang telah ditetapkan.Adapun langkah-langkah rencana pelaksanaan pembelajaran membaca peta kabupaten/kota dengan penerapan permainan menyusun puzzle melalui teknik numbered heads di kelas IV SDN Cipancar adalah sebagai berikut :

1. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi dari membaca peta 2. Siswa bertanya jawab tentang materi yang tealah di jelaskan oleh guru. 3. Siswa membentuk kelompok yang heterogen menjadi empat kelompok. 4. Guru membagikan puzzle gambar peta yang masih teracak pada setiap

kelompok.

5. Setiap siswa diberi nomor untuk digunakan pada saat melaksanakan kooperatif teknik Numbered Heads Together.

6. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang tentang cara-cara pembelajaran yang akan dilaksanakan di dalam kelompok.

7. Setiap kelompok menyusun puzzle dengan benar. 8. Semua kelompok menyebutkan gambar puzzle tersebut.

9. Siswa diperintahkan untuk melihat ke belakang puzzle, karena dibelakang puzzle tersebut terdapat soal yang harus dikerjakan.

10. Siswa mengerjakan soal dengan cara berkelompok.

11. Anggota kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya.

12. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa yang dipanggil harus melaporkan kerjasamanya di depan kelas.

13. Siswa diberikan lembar evaluasi oleh guru untuk dikerjakan secara individu.

14. Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya.

c. Tahap Observasi

“Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan


(29)

ini dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa” (S.Margono, 1997 : 158).

Pelaksanaan observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, karena atau informasi yang dikumpulkan adalah data tentang proses berupa perubahan kinerja pembelajaran dan hasil belajar siswa. Observasi dipandang sebagai teknik yang paling tepat untuk mengumpulkan data tentang proses kegiatan guru dan aktivitas siswa.

Kegiatan dalam pengamatan seperti mencatat dan mendokumentasikan segala temuan dilakukan oleh observer dengan mengisi lembar observasi, sehingga dengan begitu dapat diketahui seberapa jauh keberhasilannya, adanya dampak positif atau negatif dari pelaksanaan tindakan yang nantinya akan berujung pada pertimbangan untuk perbaikan tindakan selanjutnya.

Menurut Kasboulah (1998 : 74) berkaitan dengan tahapan observasi ini adalah sebagai berikut :

Kegiatan observasi atau pengamatan dalam penelitian pendidikan kelas dapat disejajarkan kedudukannya dengan pengumpulan data dalam penelitian formal. Istilah observasi lebih sering dipergunakan dalam penelitian tindakan kelas, karena data atau informasi yang dikumpulkan adalah data tentang proses perubahan kinerja pembelajaran, walau data tentang hasil kegiatan pembelajaran juga diperlukan. Observasi dikatakan sebagai teknik yang paling tepat pada penelitian tindakan kelas, karena observasi mengumpulkan data tentang kegiatan. Penelitian tindakan kelas lebih cenderung disebut penelitian kualitatif, sehingga datanya pun cenderung kualitatif.

d. Tahap Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan akhir dari penelitian; yakni peneliti mengkaji, melihat, serta mempertimbangkan hasil atau dampak dari pelaksanaan tindakan dari berbagai kriteria.Refleksi ini dilakukan untuk mengetahui segala hal yang terjadi dan diperoleh dalam proses dan hasil pembelajaran, yang dilakukan dengan cara:

1. Mengecek data yang diperoleh selama melakukan penelitian.

2. Mendiskusikan hasil yang diperoleh yang terkait dalam pelaksanaan penelitian.


(30)

40

3. Menyusun rencana yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya, untuk mengetahui hal-hal yang perlu di perbaiki dalam siklus selanjutnya. D. InstrumenPenelitian

Secara sederhana, instrument dapat diartikan sebagai alat ukur atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah di olah.

Adapun Instrumen yang digunakan dalam penelitian :

a. Format Observasi

Format observasi digunakan untuk mengumpulkan data. Format ini merupakan panduan yang berisi hal-hal pokok untuk dicermati pada saat pelaksanaan tindakan berlangsung.

Dalam penelitian yang akan dilaksanakan, penulis akan melaksanakan observasi ke SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui atau mengamati guru dan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar, pada saat kegiatan membaca peta provinsi/kabupaten/kota..

Sehingga dari hasil observasi tersebut, dapat ditemukan permasalahan dalam membaca peta kabupaten/kota pada siswa. Karena itu perlu mengkaji penyebabnya dan mencari solusi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca peta kabupaten/kota di kelas IV SDN Cipancar Kecamatan Sumedang Selatan. Adapun lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, adapun formatnya (terlampir).

b. Pedoman Wawancara

Teknik wawancara dilakukan sebagai upaya untuk mencari data tentang pendapat siswa mengenai proses belajar yang dialaminya, dimana percakapan itu berisi cerita yang telah dilaksanakannya pembelajaran membaca peta kabupaten/kota dengan penerapan permainan menyusun puzzle melalui teknik numbered heads. Selain itu, wawancara tersebut juga dilakukan sebagai upaya untuk mencari data tentang pendapat guru mengenai penerapan permainan


(31)

menyusun puzzle melalui teknik numbered heads dalam pembelajaran membaca peta kabupaten/kota. Di dalamnya memuat beberapa pertanyaan yang akan menjadi acuan untuk berkomunikasi dengan responden.

Pedoman wawancara bila digunakan untuk menguji kebenaran dan kemantapan suatu data, metode wawancara menjadi kriterium.Dalam fungsinya sebagai kriterium maka wawancara harus dilaksanakan dengan hati-hati. Sangat tidak dibenarkan bila metode wawancara sebagai kriterium diselenggarakan secara tergesa-gesa, tanpa persiapan yang matang (Arikunto , 2004 : 89).

Wawancara yang dilaksanakan oleh peneliti, dipadukan dengan wawancara yang sifatnya dinamis, tidak kaku, dan tidak terfokus pada suatu konsep wawancara yang tertulis. Tetapi berupa percakapan santai menanti bel pulang berbunyi. Dimana percakapan itu berisi seputar kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru kelasnya sehari-hari. Adapun format wawancara yang digunakan diantaranya adalah format atau lembar wawancara guru dan format wawancara untuk siswa (terlampir).

Alat instrument untuk wawancara berupa pedoman wawancara yang meliputi nama yang di wawancarakan, waktu wawancara, tempat wawancara, masalah-masalah berupa pertanyaan yang diajukan disertakan kesimpulan wawancara. (format pedoman wawancara terlampir).

c. Tes Hasil Belajar

Tes merupakan alat pengukuran data yang berharga dalam penelitian. Tes adalah seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang dijadikan penetapan skor angka. Tes dilakukan untuk mengukur dan mengetahui kemampuan dan keberhasilan siswa setelah dilakukannya tindakan melalui alat pengumpulan data yang digunakan.

Format penilaian digunakan oleh peneliti untuk menilai hasil proses belajar dan hasil akhir siswa dalam pembelajaran membaca peta kabupaten/kota, adapun format penilaian dalam membaca peta provinsi/kabupaten/kota yaitu format penilaian hasil belajar. (terlampir).


(32)

42

E. Teknik Pengolahan Data a. Teknik Pengolahan Proses

Pengolahan data dimulai setelah data terkumpul dari alat pengumpul data seperti wawancara, observasi, tes hasil belajar, dan lembar kerja siswa kemudian diolah dan dianalisis serta dimaknai dan disimpulkan.

Dalam pengolahan data proses (kegiatan guru dan aktivitas siswa) dengan mengolah data yang terkumpul dalam instrument (lembar observasi) kemudian disesuaikan dengan indikator atau aspek yang diamati dan menginterprestasikan dengan rentang skala yang telah ditentukan. Aspek yang dinilai dalam penilaian proses ada 3 aspek yaitu kerjasama, disiplin, dan keaktifan. Masing-masing aspek memiliki skor tertinggi 3, dan data proses dapat diperoleh saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Setelah itu baru dianalisis dan menyimpulkan data proses (kegiatan guru dan aktivitas siswa) sehingga dapat melakukan refleksi terhadap tindakan yang akan direncanakan pada pertemuan atau siklus selanjutnya, adapun format penilaian proses (terlampir).

b. Teknik Pengolahan Hasil

Cara pengolahan data hasil belajar siswa yaitu dengan menentukan terlebih dahulu KKM dengan tujuan untuk mencari batas nilai siswa yang tuntas dan belum tuntas. Ada pun cara untuk penghitungan KKM adalah sebagai berikut :

KompetensiDasar

KKM

Skor Nilai

Kompleks-itas Intake

DayaDu kung

1 2 3 1 2 3 1 2 3

Membaca lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana.

Mendeskripsikan letak wilayah

kabupaten/kota √ √ √ 5 60

Menentukan perbatasan-perbatasan

kabupaten/kota √ √ √ 5 60

Mengidentifikasi kenampakan alam


(33)

Deskriptor Kompleksitas

a. Guru memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan pada peserta didik.

b. Guru kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang bervariasi. c. Guru menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang diajarkan. Daya Dukung

a. Sarana pendidikan sesuai dengan tuntutan kompetensi b. Ketersediaan tenaga, manajemen sekolah

c. Prasarana pendidikan sesuai dengan tuntutan kompetensi Intake

a. Peserta didik mempunyai kemampuan penalaran tinggi. b. Peserta didik yang cakap/terampil menerapkan konsep.

c. Peserta didik yang cermat, kreatif dan inovatif dalam penyelesaian tugas/pekerjaan.

Kriteria Penilaian untuk Daya Dukung dan Intake 3 (Baik) = Jika ketiga indikator dilaksanakan 2 (Cukup) = Jika hanya dua indikator dilaksanakan 1 (Kurang) = Jika hanya satu indikator yang dilaksanakan Kriteria Penilaian untuk Kompleksitas

3 (Kurang) = Jika hanya satu indikator dilaksanakan 2 ( Cukup) = Jika hanya dua indikator yang dilaksanakan 1 (Baik) = Jika ketiga indikator dilaksanakan.

Skor Ideal = Skor tertinggi kompleksitas + Skor tertinggi daya dukung + Skor tertinggi Intake

= 3 + 3 + 3 = 9

Nilai = Skor Perolehan x 100 Skor Ideal

Maka Nilai KKM = 2+2+1 x 100 = 60 9


(34)

44

Keterangan :

Jika siswa mendapat nilai  60 dikatakan tuntas

Jika siswa mendap[at nilai  60 dikatakan belum tuntas

Setelah batas tuntas diketahui maka berlanjut pada penilaian hasil kerja siswa. Ada 5 aspek yang dinilai dari hasil kerja siswa yaitu menentukabn nama kabupaten/kota/provinsi, mendeskripsikan letak provinsi/kabupaten/kota, menentukan perbatasan-perbatasan provinsi/kabupaten/kota, mengidentifikasi kenampakan alam kabupaten/kota, dan mengidentifikasi banyaknya kecamatan pada kabupaten. Setiap aspek memiliki skor maksimal 3 sehingga skor total ideal adalah 15. Langkah selanjutnya menghitung persentase dan menentukan lulus atau tidaknya siswa, dengan cara penilaian skor perolehan dari 3 aspek dibagi skor ideal dikali 100.

Skor Ideal = 15

Nilai = Skor Perolehan x 100 Skor Ideal

Dari hasil kegiatan ini kemudian dianalisis sehingga dapat diketahui aspek-aspek mana yang masih belum dicapai oleh setiap individu, dan peneliti dapat menentukan tindakan untuk pertemuan selanjutnya dengan menitikberatkan pada aspek yang belum tercapai secara optimal.

5. Validasi Data

Kegiatan validasi data yaitu menetapkan keabsahan data dengan teknik pemeriksaan untuk menghasilkan data yang valid (tepat) sehingga data yang dilaporkan peneliti sesuai dengan data yang sesungguhnya yang terjadi di lapangan.

Adapun validasi data yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pendapat Hopkins ( Wiraatmaja, 2005:168-171), yaitu :

a. Member check, yaitu untuk mendapatkan kebenaran dengan cara meninjau kembali keterangan-keterangan yang diperoleh selama observasi, wawancara


(35)

dengan menginformasikannya pada guru maupun siswa melalui kegiatan reflektif kolaboratif pada setiap akhir kegiatan pembelajaran. Pada kesempatan ini peneliti mengemukakan hasil temuan sementara di kelas IV ini agar memperoleh tanggapan, sanggahan, kritikan, informasi baik dari guru maupun siswa, sehingga peneliti menemukan titik terang dari data yang benar-benar memiliki validasi yang tinggi.

b. Triangulasi yaitu memeriksa kebenaran data yang diperoleh peneliti, dengan membandingkan terhadap hasil yang diperoleh sumber lain yaitu guru dan siswa. Dari data tersebut peneliti melihat keadaan sebenarnya, mewawancarai sedikit padasiswa untuk mengetahui gambaran tentang permainan dan teknik yang akan peneliti gunakan yaitu penerapan permaina nmenyusun puzzle melalui teknik numbered heads.

c. Audit Trail yaitu mengecek kebenaran prosedur dan metode pengumpulan data dengan cara mendiskusikannya terhadap guru dan teman-teman peneliti. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang akurat.

d. Expert Opinion dilakukan dengan cara mengkonsultasikan hasil semua peneliti kepada para ahli. Dalam kegiatan ini peneliti secara berkali-kali mengkonsultasikan hasil temuan peneliti pada pembimbing (Dosen) untuk memperoleh arahan dan masukan sehingga temuan penelitian dapat dipertanggungjawabkan.


(36)

77 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan oleh peneliti pada bab sebelumnya, tentang pelaksanaan dan hasil tindakan dengan penggunaan media puzzle dengan menggunakan teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar pada materi membaca peta di kelas IV SDN Cipancar, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan gambar fotografi untuk meningkatkan hasil belajar pada materi kaitan aktivitas ekonomi dengan sumber daya alam terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan dalam penelitian ini yang melakukan kegiatan di dalam tahap ini sepenuhnya dilakukan oleh guru. Kegiatan yang dilakukan meliputi mempersiapkan RPP, mempersiapkan media pembelajaran, mempersiapkan teknik pembelajaran, mempersiapkan materi pembelajaran, mempersiapkan alat evaluasi dan instrumen penelitian. Pada tahap ini, kegiatan yang terpenting adalah mempersiapkan media pembelajaran yaitu puzzle sebagai perwujudan dari permainan merangkai sebuah petakabupaten. Kemudian hal yang penting kedua adalah pembuatan LKS dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa, sehingga bisa membantu siswa dalam pembelajaran. LKS ini mengalami perubahan pada perencanaan penelitian ini sebanyak satu kali yaitu pada siklus II yang peta yang digunakan adalah peta jawa barat sehingga siswa tidak jenuh dalam mengerjakan LKS. Pada tahap perencanaan kinerja guru ini mengalami peningkatan setiap siklusnya. Adapun persentase ketercapaian indikator kinerja guru pada perencanaan ini dari setiap siklus, adalah tindakan siklus I sebesar 77%, tindakan siklus II 100 %.

2. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, terdapat dua kegiatan yang dilakukan yaitu aktivitas siswa dan kinerja guru. Kinerja guru pada tahapan ini meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru mengkondisikan


(37)

kelas, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan mengadakan apersepsi. Pada kegiatan inti, guru membagi siswa dalam lima kelompok, memberi nomor kepada setiapsiswa, membagikan puzzle kepada tiap kelompok, membagikan LKS, menjelaskan cara mengerjakan LKS, membimbing sswa dalam diskusi, meminta perwakilan siswa dalam kelompok untuk presentasi, dan tanya jawab dengan siswa. Pada kegiatan akhir, guru membimbing siswa menyimpulkan materi, dan mengadakan evaluasi. Perbaikan pada kegiatan pada siklus II yaitu guru meminta siswa yang perwakila untuk menempelkan hasil puzzle pada papan tulis yang kemudian diamati. Berdasarkan data yang diperoleh, persentase ketercapaian target kinerja guru dalam penelitian ini adalah pada tindakan siklus I sebesar 77,8 %, dan pada tindakan siklus II sebesar 92,3 %. Kemudian pada aktivitas siswa yang di dalamnya meliputi tiga aspek yang diobservasi yaitu aktif mengamati peta, responsif diskusi dan aktif presentasi. Serangkaian aktivitas siswa tersebut pada setiap siklusnya dalam penelitian ini mengalami peningkatan. Hal ini diperoleh dari data hasil observasi penilaian aktivitas siswa. Adapun persentase rata-rata penilaian aktivitas siswa dari setiap siklusnya adalah untuk tindakan siklus I sebesar 60 %, dan tindakan siklus II sebesar 90 %, dengan target

pencapaian ketuntasan ≥76 %.

3. Evaluasi

Pada tahap evaluasi, yang terdiri dari kegiatan guru dan aktivitas siswa. Untuk kinerja guru pada saat penilaian dari ketiga siklus dalam penelitian ini telah mencapai target yaitu 90 % dari siklus I dan siklus II. Kemudian pada tahap ini, untuk hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari setiap siklusnya. Hasil belajar dalam penelitian ini merupakan hasil pengolahan nilai tes tertulis. Untuk nilai tertulis persentase rata-rata kelas dalam setiap siklusnya adalah tindakan siklus I sebesar 60%, dan tindakan siklus II sebesar 90 %. Sedangkan peningkatan nilai aktivitas siswa telah dijelaskan di atas. Nilai hasil belajar tersebut dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), jika nilai siswa kurang dari KKM, maka dinyatakan belum tuntas, dan jika nilai siswa sama dengan atau lebih dari KKM, maka dinyatakan tuntas. Adapun Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan adalah 60. Sehingga peningkatan


(38)

79

hasil belajar siswa pada materi membaca peta dapat dilihat dari persentase ketuntasan siswa. Adapun persentase ketuntasan untuk tindakan siklus I adalah 60 %, dan tindakan siklus II adalah 90 % dengan target pencapaian ketuntasan

≥76 %.

Berdasarkan gambaran yang telah peneliti paparkan di atas, telah membuktikan bahwa “Jika guru menerapkan permainan menyusun puzzle melalui teknik numbered heads together, maka kemampuan siswa dalam membaca peta kabupaten/kota di kelas IV SDN Cipancar dapat meningkat”

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dengan penggunaan media puzzle untuk meningkatkan kemampuan siswa membaca peta yang dilaksanakan dalam dua siklus, maka dapat dikemukakan beberapa saran.

1. Bagi Guru

Dalam menyampaikan materi pembelajaran khususnya menerangkan peta, alangkah lemah jika guru tidak menggunakan media sama sekali. Sebaiknya guru menggunakan media untuk mempermudah siswa dalam memahami materi dan memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran sehingga suasana belajar menjadi lebih hidup dan menyenangkan.

2. Bagi Peneliti yang Lainnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan jika ada yang ingin meneliti dengan menggunakan media atau model serupa, serta dapat dijadikan pengembangan penelitian lebih lanjut dalam pembelajaran IPS materi lainnya.

3. Bagi Sekolah

Sebaiknya dilakukan kerjasama yang baik dari seluruh pihak, agar setiap masalah pembelajaran dapat dicarikan solusi penyelesaian yang terbaik secara bersama-sama serta mendukung pengadaan media di sekolah, misalnya dengan pengadaan media dalam pembelajaran IPS baik media sederhana maupun media lainnya.


(39)

4.Bagi Lembaga

Skripsi ini dapat memperkaya situs penelitian bagi UPI ke depannya dan dapat membantu meningkatkan kualitas lembaga pada umumnya, kualitas dosen dan mahasiswa khususnya.


(40)

81

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Erlangga.

Awan, Mutakin dan Triyanto.2007. Model-model Pembelajaran Konstruktivis. Jakarta: Prestasi Pustaka.]

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. (2008). Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Sekolah Dasar. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Djamarah, S.B. dan Zain, A. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka

Cipta.

Djuanda, Dadan. Dkk.(2009). Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Bandung: Upi Press

Hamalik, Oeman. (2001). Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara. Hisnu, Tantya. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : Depdiknas.

Kasbulah, K.(1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdikbud.

Lie. A. 2002. Kooperatif Learning. Jakarta: GramediaWidyaSarana Indonesia. Mulyasa, 2002.Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rineka Rosda Karya. Nasution, 1995. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.Jakarta :

PT. BumiAksara.

Pudjiastuti, Sri Rahayu. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : STKIP Kusuma Negara Jakarta.

Rahayu, Sri Palupi.2010. Peningkatan Pemahaman bangun daftar melalui media kertas lipat dan permainan puzzle pada kelas I-A SDN Made 1 Kecamatan Sambikerep.Surabaya. Universitas Negeri Malang.


(41)

Sanjaya, Wina. (2006). Model Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.

Saputra, M. Yudha. (2007). Model Pembelajaran Kooperatif. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. IPS. Jakarta; Bumi Aksara

Solihatin. Etin. Raharjo. 2007.Cooperative Leraning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara

Sutardi, Didi. Dkk. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung : UPI PRESS. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Sadiman, Arif. (2006). Media Pendidikan, Pengertian, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sapriya. 2008. Pendidikan IPS. Bandung: Labolatorium PKN UPI Press. Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Wibawa, Basuki dan Farida Mukti. 1992. Media Pengajaran. Bandung: UPI Press Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Kelas. Bandung : Angkasa.


(1)

77 A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan oleh peneliti pada bab sebelumnya, tentang pelaksanaan dan hasil tindakan dengan penggunaan media puzzle dengan menggunakan teknik numbered heads together untuk meningkatkan hasil belajar pada materi membaca peta di kelas IV SDN Cipancar, dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan gambar fotografi untuk meningkatkan hasil belajar pada materi kaitan aktivitas ekonomi dengan sumber daya alam terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

1. Perencanaan

Pada tahap perencanaan dalam penelitian ini yang melakukan kegiatan di dalam tahap ini sepenuhnya dilakukan oleh guru. Kegiatan yang dilakukan meliputi mempersiapkan RPP, mempersiapkan media pembelajaran, mempersiapkan teknik pembelajaran, mempersiapkan materi pembelajaran, mempersiapkan alat evaluasi dan instrumen penelitian. Pada tahap ini, kegiatan yang terpenting adalah mempersiapkan media pembelajaran yaitu puzzle sebagai perwujudan dari permainan merangkai sebuah petakabupaten. Kemudian hal yang penting kedua adalah pembuatan LKS dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa, sehingga bisa membantu siswa dalam pembelajaran. LKS ini mengalami perubahan pada perencanaan penelitian ini sebanyak satu kali yaitu pada siklus II yang peta yang digunakan adalah peta jawa barat sehingga siswa tidak jenuh dalam mengerjakan LKS. Pada tahap perencanaan kinerja guru ini mengalami peningkatan setiap siklusnya. Adapun persentase ketercapaian indikator kinerja guru pada perencanaan ini dari setiap siklus, adalah tindakan siklus I sebesar 77%, tindakan siklus II 100 %.

2. Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, terdapat dua kegiatan yang dilakukan yaitu aktivitas siswa dan kinerja guru. Kinerja guru pada tahapan ini meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru mengkondisikan


(2)

78

kelas, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan mengadakan apersepsi. Pada kegiatan inti, guru membagi siswa dalam lima kelompok, memberi nomor kepada setiapsiswa, membagikan puzzle kepada tiap kelompok, membagikan LKS, menjelaskan cara mengerjakan LKS, membimbing sswa dalam diskusi, meminta perwakilan siswa dalam kelompok untuk presentasi, dan tanya jawab dengan siswa. Pada kegiatan akhir, guru membimbing siswa menyimpulkan materi, dan mengadakan evaluasi. Perbaikan pada kegiatan pada siklus II yaitu guru meminta siswa yang perwakila untuk menempelkan hasil puzzle pada papan tulis yang kemudian diamati. Berdasarkan data yang diperoleh, persentase ketercapaian target kinerja guru dalam penelitian ini adalah pada tindakan siklus I sebesar 77,8 %, dan pada tindakan siklus II sebesar 92,3 %. Kemudian pada aktivitas siswa yang di dalamnya meliputi tiga aspek yang diobservasi yaitu aktif mengamati peta, responsif diskusi dan aktif presentasi. Serangkaian aktivitas siswa tersebut pada setiap siklusnya dalam penelitian ini mengalami peningkatan. Hal ini diperoleh dari data hasil observasi penilaian aktivitas siswa. Adapun persentase rata-rata penilaian aktivitas siswa dari setiap siklusnya adalah untuk tindakan siklus I sebesar 60 %, dan tindakan siklus II sebesar 90 %, dengan target pencapaian ketuntasan ≥76 %.

3. Evaluasi

Pada tahap evaluasi, yang terdiri dari kegiatan guru dan aktivitas siswa. Untuk kinerja guru pada saat penilaian dari ketiga siklus dalam penelitian ini telah mencapai target yaitu 90 % dari siklus I dan siklus II. Kemudian pada tahap ini, untuk hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari setiap siklusnya. Hasil belajar dalam penelitian ini merupakan hasil pengolahan nilai tes tertulis. Untuk nilai tertulis persentase rata-rata kelas dalam setiap siklusnya adalah tindakan siklus I sebesar 60%, dan tindakan siklus II sebesar 90 %. Sedangkan peningkatan nilai aktivitas siswa telah dijelaskan di atas. Nilai hasil belajar tersebut dibandingkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), jika nilai siswa kurang dari KKM, maka dinyatakan belum tuntas, dan jika nilai siswa sama dengan atau lebih dari KKM, maka dinyatakan tuntas. Adapun Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan adalah 60. Sehingga peningkatan


(3)

hasil belajar siswa pada materi membaca peta dapat dilihat dari persentase ketuntasan siswa. Adapun persentase ketuntasan untuk tindakan siklus I adalah 60 %, dan tindakan siklus II adalah 90 % dengan target pencapaian ketuntasan ≥76 %.

Berdasarkan gambaran yang telah peneliti paparkan di atas, telah membuktikan bahwa “Jika guru menerapkan permainan menyusun puzzle melalui teknik numbered heads together, maka kemampuan siswa dalam membaca peta kabupaten/kota di kelas IV SDN Cipancar dapat meningkat”

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dengan penggunaan media puzzle untuk meningkatkan kemampuan siswa membaca peta yang dilaksanakan dalam dua siklus, maka dapat dikemukakan beberapa saran.

1. Bagi Guru

Dalam menyampaikan materi pembelajaran khususnya menerangkan peta, alangkah lemah jika guru tidak menggunakan media sama sekali. Sebaiknya guru menggunakan media untuk mempermudah siswa dalam memahami materi dan memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran sehingga suasana belajar menjadi lebih hidup dan menyenangkan.

2. Bagi Peneliti yang Lainnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan jika ada yang ingin meneliti dengan menggunakan media atau model serupa, serta dapat dijadikan pengembangan penelitian lebih lanjut dalam pembelajaran IPS materi lainnya.

3. Bagi Sekolah

Sebaiknya dilakukan kerjasama yang baik dari seluruh pihak, agar setiap masalah pembelajaran dapat dicarikan solusi penyelesaian yang terbaik secara bersama-sama serta mendukung pengadaan media di sekolah, misalnya dengan pengadaan media dalam pembelajaran IPS baik media sederhana maupun media lainnya.


(4)

80

4.Bagi Lembaga

Skripsi ini dapat memperkaya situs penelitian bagi UPI ke depannya dan dapat membantu meningkatkan kualitas lembaga pada umumnya, kualitas dosen dan mahasiswa khususnya.


(5)

81

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Erlangga.

Awan, Mutakin dan Triyanto.2007. Model-model Pembelajaran Konstruktivis. Jakarta: Prestasi Pustaka.]

Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. Depdiknas. (2008). Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Sekolah Dasar. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Djamarah, S.B. dan Zain, A. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka

Cipta.

Djuanda, Dadan. Dkk.(2009). Model Pembelajaran di Sekolah Dasar. Bandung: Upi Press

Hamalik, Oeman. (2001). Proses Belajar Mengajar. Bandung : Bumi Aksara. Hisnu, Tantya. (2008). Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : Depdiknas.

Kasbulah, K.(1999). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdikbud.

Lie. A. 2002. Kooperatif Learning. Jakarta: GramediaWidyaSarana Indonesia. Mulyasa, 2002.Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rineka Rosda Karya. Nasution, 1995. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar.Jakarta :

PT. BumiAksara.

Pudjiastuti, Sri Rahayu. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta : STKIP Kusuma Negara Jakarta.

Rahayu, Sri Palupi.2010. Peningkatan Pemahaman bangun daftar melalui media kertas lipat dan permainan puzzle pada kelas I-A SDN Made 1 Kecamatan Sambikerep.Surabaya. Universitas Negeri Malang.


(6)

82

Sanjaya, Wina. (2006). Model Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media.

Saputra, M. Yudha. (2007). Model Pembelajaran Kooperatif. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. IPS. Jakarta; Bumi Aksara

Solihatin. Etin. Raharjo. 2007.Cooperative Leraning Analisis Model Pembelajaran IPS. Jakarta : Bumi Aksara

Sutardi, Didi. Dkk. (2007). Pembaharuan dalam PBM di SD. Bandung : UPI PRESS. Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Sadiman, Arif. (2006). Media Pendidikan, Pengertian, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sapriya. 2008. Pendidikan IPS. Bandung: Labolatorium PKN UPI Press. Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Wibawa, Basuki dan Farida Mukti. 1992. Media Pengajaran. Bandung: UPI Press Wiriaatmadja, Rochiati. (2005). Metode Penelitian Kelas. Bandung : Angkasa.


Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA MATERI POKOK KEANEKARAGAMAN HAYATI (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA Assalam Lampung Selatan Se

2 27 65

PENGGUNAAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 BATANGHARI OGAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 10 52

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNINGTIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DALAMPEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 1 KUTOARJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 23 51

NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

0 0 9

MENINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DI KELAS VII.2 SMP NEGERI 1 BARRU

0 2 6

PENGGUNAAN COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI HASIL BELAJAR SISWA SMP

0 0 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DENGAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA DAN HASIL BELAJAR SEJARAH SISWA SMA

0 0 13

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI BILANGAN BULAT MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS IV SDN I DAREN SKRIPSI

0 0 23

PENGEMBANGAN MEDIA PUZZLE UNTUK KECAKAPAN MEMBACA PETA BUTA PADA SISWA SEKOLAH DASAR

1 6 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 3 MIJEN KUDUS

0 1 23