Uji aktivitas sitotoksik tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes (Mart.) Solms) terhadap sel HeLa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK
TANAMAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes (Mart.) Solms)
TERHADAP SEL HeLa
Natasha Queen Ferdinand
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan,
Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, 55282, Indonesia.
Telp. (0274) 883037, Fax. (0274) 886529
natashaqueen_ferdinand@yahoo.com
ABSTRAK
Tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes (Mart.) Solms) merupakan
tanaman dengan proses pertumbuhan sangat cepat yang tumbuh di air dan
termasuk gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Pada penelitian
sebelumnya telah diketahui kandungan senyawa metabolit sekunder tanaman
eceng gondok diantaranya adalah tannin, alkaloid, terpenoid, flavonoid dan
senyawa fenolik.
Setelah melakukan determinasi, tanaman eceng gondok diekstrak
menggunakan etanol 70%. Fraksi n-heksana, etil asetat dan metanol dari ekstrak
etanol 70% tanaman eceng gondok didapatkan dengan sistem fraksinasi
bertingkat. Hasil ekstrak dan fraksi-fraksi diuji aktivitas sitotoksiknya terhadap sel

HeLa dengan metode MTT.
Dalam metode MTT, garam tetrazolium yang berwarna kuning akan
dipecah menjadi kristal formazan berwarna ungu sehingga dapat dibaca
absorbansinya menggunakan plate reader untuk memperoleh nilai IC50.
Didapatkan nilai IC50 paling baik pada fraksi etil asetat daun tanaman eceng
gondok sebesar 31,75µg/mL. Fraksi etil asetat daun tanaman eceng gondok
mengandung senyawa yang dapat berpendar pada deteksi sinar UV366nm.
Kata kunci: IC50, metabolit sekunder, sel HeLa, sitotoksisitas, tanaman eceng
gondok

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Water hyacinth plant (Eichornia crassipes (Mart.) Solms) is a plant with a
very rapid growth process that grows in water and include weeds that can damage
the aquatic environment. In previous studies has been known that water hyacinth
plant contain secondary metabolites such as tannins, alkaloids, terpenoids,
flavonoids and phenolic compounds.
After performing determination, the water hyacinth plant extracted using

70% ethanol. The fraction of n-hexane, ethyl acetate and methanol from 70%
ethanol extract of water hyacinth plants obtained by fractionation system
stratified. Results of extracts and fractions were tested cytotoxic activity against
HeLa cells with MTT method.
In the method of MTT, a yellow tetrazolium salt will be split into a purple
formazan crystals that can be read using a plate reader absorbance to obtain IC50
values. IC50 values obtained are best in ethyl acetate fraction of the water hyacinth
plant leaves 31,75μg / mL. The fraction of ethyl acetate leaves of water hyacinth
plant contains fluorescent compounds on the detection of UV366nm rays.
Keywords: Cytotoxicity, HeLa cells, IC50, Secondary metabolites, Water hyacinth
plant

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK
TANAMAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes (Mart.) Solms)
TERHADAP SEL HeLa

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Srudi Farmasi

Oleh :
Natasha Queen Ferdinand
NIM : 138114045

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017

i

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN JUDUL

UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK
TANAMAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes (Mart.) Solms)

TERHADAP SEL HeLa

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Srudi Farmasi

Oleh :
Natasha Queen Ferdinand
NIM : 138114045

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2017

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan,
lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh
Dia kepada Allah, Bapa kita. ~ Kolose 3:17

Practice the pause.
When in doubt, pause.
When angry, pause.
When tired, pause.
When stressed, pause.
And when you pause,

Pray!”
I saw they were gone time by time. I tought that i was alone, but
than I realize, God have His plan for everything I did!
Karya ini kupersembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu membimbing dan menyertaiku
Papi, Suster dan Keluargaku yang selalu memberi dukungan doa dan semangat
Sahabat dan teman-teman seperjuangan
Dan almamater tercintaku, Sanata Dharma

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
kasih dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul UJI
AKTIVITAS SITOTOKSIK TANAMAN ECENG GONDOK (Eichornia
crassipes (Mart.) Solms) TERHADAP SEL HeLa sebagai syarat untuk
memperoleh gelar sarjana farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan
dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Aris Widayanti, M.Si., Ph.D., Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma yang telah mendukung penelitian ini.
2. Ibu Dr. Puji Astuti, M.Sc., Apt. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan selama penelitian, saran dan kritik dari awal hingga
akhir proses penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Yunita Linawati, M.Sc., Apt. selaku dosen penguji yang telah mendukung
terlaksananya penelitian dan penyusunan skripsi ini serta selalu memberikan
saran serta arahan yang berharga bagi penulis.
4. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah

mendukung terlaksananya penelitian dan penyusunan skripsi ini serta selalu
memberikan saran serta arahan yang berharga bagi penulis.
5. Bapak F. Dika Octa Riswanto. M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Akedemik
yang senantiasa membimbing dari awal hingga akhir dan terus memberika
semangat dan motivasi.
6. Segenap dosen dan seluruh staff Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
yang telah membantu proses pembelajaran selama perkuliahan dari awal
hingga akhir.
7. Mas Dwi, Mas Sarwanto dan Mas Narto yang tidak pernah mengeluh dan
sabar dalam membantu dalam membuat surat, memberikan informasi
akademik selama proses perkuliahan, proses penyusunan proposal penelitian
skripsi dan bahkan sampai akhir penulis menyelesaikan skripsi.

viii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8. Bapak Wagiran selaku laboran laboratorium Farmakognosi Fitokimia, Mas
Sigit selaku penanggung jawab kebun Herbal dan seluruh laboran Fakultas
Farmasi


Universitas Sanata Dharma

yang telah membantu

proses

pembelajaran selama perkuliahan dari awal hingga akhir dan membantu
pelaksanaan penelitian skripsi penulis.
9. Ibu Wisni selaku Tata Usaha Unit II Fakultas Farmasi dan Mbak Juanna
selaku pembimbing penelitian di Laboratorium Parasitologi Fakultas
Kedokteran, Universitas Gadjah Mada yang telah membantu dalam proses
dan pelaksanaan penelitian skripsi ini serta selalu memberikan arahan yang
berguna bagi penulis.
10. Bapak Eko selaku staff Universitas Kristen Duta Wacana yang membantu
penulis dalam proses pelaksanaan penelitian skripsi.
11. Sr. Leoni OSU, suster, wali dan orang tua yang tidak pernah lelah utuk
memberikan dukungan semangat dan doa yang selalu menguatkan hati
penulis dalam menyelesaikan perkuliahan S1 ini.
12. Papi Yanto Santoso, yang selalu memberi dukungan baik secara materi

maupun semangat dan doa sehingga membuat penulis sadar untuk selalu
bertanggung jawab dalam menjalankan perkuliahan ini.
13. Keluarga tercinta Papa, Tante, Kakak dan Saudara penulis selalu memberikan
motivasi, saran dan dukungan doa dari awal hingga akhir penyusunan skripsi
ini.
14. Theodorus Kristianto Dau, teman seperjuangan dalam penyelesaian skripsi
yang selalu membantu, memberi semangat dan motivasi, juga selalu sabar
menghadapi penulis dalam proses menyelesaikan skripsi ini.
15. Ajeng Dwi Kartika, Gracia Elwy Nona, Dewita Cici dan Sari Kusuma
sebagai teman dan sahabat yang selalu memberikan dorongan dan motivasi
yang sangat berarti selama perkuliahan khususnya dalam proses penyelesaian
skripsi penulis.
16. Teman-teman FSM B, FST dan seluruh angkatan 2013 yang telah berbagi
suka dan duka selama berada di Fakultas Farmasi Sanata Dharma.

ix

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17. Seluruh pihak yang tidak dapat diucapkan namanya satu per satu yang telah

mendukung penulis selama proses penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dalam perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi setiap pembacanya. Terima kasih.

Yogyakarta, 9 Oktober 2016

Penulis

x

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA......................................... vi
LEMBAR PERYATAAN PUBLIKASI .......................................................... ix
PRAKATA ....................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
ABSTRAK ....................................................................................................... xv
ABSTRACT ....................................................................................................... xvi
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
METODE PENELITIAN................................................................................. 2
PEMBAHASAN DAN HASIL........................................................................ 5
KESIMPULAN ................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14
LAMPIRAN ..................................................................................................... 16
BIOGRAFI PENULIS ..................................................................................... 43

xi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel I.

Nilai IC50 Senyawa Uji Tanaman Eceng Gondok dan Pelarut DMSO
1% .......................................................................................................... 8

Tabel II. Hasil Perkiraan Golongan Senyawa pada Fraksi Etil Asetat Daun Eceng
Gondok ................................................................................................. 12
Tabel III. Hasil Prediksi Golongan Senyawa pada Fraksi Etil Asetat Daun Eceng
Gondok ................................................................................................ 13

xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Prinsip Pembentukan Kristal Formazan Berwarna Ungu pada Metode
MTT ...................................................................................................... 6
Gambar 2. Kontrol Sel HeLa .................................................................................. 7
Gambar 3. Hasil Elusi dengan Fase Gerak Optimasi .............................................. 9
Gambar 4. Identifikasi Senyawa Flavonoid .......................................................... 10
Gambar 5. Identifikasi Senyawa Alkaloid ............................................................ 10
Gambar 6. Identifikasi Senyawa Polifenol ........................................................... 11
Gambar 7. Identifikasi Senyawa Triterpenoid ...................................................... 11

xiii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Determinasi Tanaman Eceng Gondok (Eichornia crassipes (Mart.)
Solms) ............................................................................................. 16
Lampiran 2. Ethical Clearance ........................................................................... 17
Lampiran 3. Tanaman Eceng Gondok Untuk Determinasi ................................. 18
Lampiran 4. Data Penimbangan Ekstraksi dan Fraksinasi .................................. 19
Lampiran 5. Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi ....................................................... 20
Lampiran 6. Pembuatan Stok Sampel Uji ........................................................... 22
Lampiran 7. Menghitung Kepadatan Sel ............................................................ 23
Lampiran 8. Hasil Uji Sitotoksik ........................................................................ 24
Lampiran 9. Perhitungan Nilai IC50 ................................................................... 29
Lampiran 10. Optimasi Fase Gerak ...................................................................... 39

xiv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

UJI AKTIVITAS SITOTOKSIK
TANAMAN ECENG GONDOK (Eichornia crassipes (Mart.) Solms)
TERHADAP SEL HeLa
Natasha Queen Ferdinand
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan,
Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta, 55282, Indonesia.
Telp. (0274) 883037, Fax. (0274) 886529
natashaqueen_ferdinand@yahoo.com
ABSTRAK
Tanaman eceng gondok (Eichornia crassipes (Mart.) Solms) merupakan
tanaman dengan proses pertumbuhan sangat cepat yang tumbuh di air dan
termasuk gulma yang dapat merusak lingkungan perairan. Pada penelitian
sebelumnya telah diketahui kandungan senyawa metabolit sekunder tanaman
eceng gondok diantaranya adalah tannin, alkaloid, terpenoid, flavonoid dan
senyawa fenolik.
Setelah melakukan determinasi, tanaman eceng gondok diekstrak
menggunakan etanol 70%. Fraksi n-heksana, etil asetat dan metanol dari ekstrak
etanol 70% tanaman eceng gondok didapatkan dengan sistem fraksinasi
bertingkat. Hasil ekstrak dan fraksi-fraksi diuji aktivitas sitotoksiknya terhadap sel
HeLa dengan metode MTT.
Dalam metode MTT, garam tetrazolium yang berwarna kuning akan
dipecah menjadi kristal formazan berwarna ungu sehingga dapat dibaca
absorbansinya menggunakan plate reader untuk memperoleh nilai IC50.
Didapatkan nilai IC50 paling baik pada fraksi etil asetat daun tanaman eceng
gondok sebesar 31,75µg/mL. Fraksi etil asetat daun tanaman eceng gondok
mengandung senyawa yang dapat berpendar pada deteksi sinar UV366nm.
Kata kunci: IC50, metabolit sekunder, sel HeLa, sitotoksisitas, tanaman eceng
gondok

xv

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Water hyacinth plant (Eichornia crassipes (Mart.) Solms) is a plant with a
very rapid growth process that grows in water and include weeds that can damage
the aquatic environment. In previous studies has been known that water hyacinth
plant contain secondary metabolites such as tannins, alkaloids, terpenoids,
flavonoids and phenolic compounds.
After performing determination, the water hyacinth plant extracted using
70% ethanol. The fraction of n-hexane, ethyl acetate and methanol from 70%
ethanol extract of water hyacinth plants obtained by fractionation system
stratified. Results of extracts and fractions were tested cytotoxic activity against
HeLa cells with MTT method.
In the method of MTT, a yellow tetrazolium salt will be split into a purple
formazan crystals that can be read using a plate reader absorbance to obtain IC 50
values. IC50 values obtained are best in ethyl acetate fraction of the water hyacinth
plant leaves 31,75μg / mL. The fraction of ethyl acetate leaves of water hyacinth
plant contains fluorescent compounds on the detection of UV366nm rays.
Keywords: Cytotoxicity, HeLa cells, IC50, Secondary metabolites, Water hyacinth
plant

xvi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENDAHULUAN
Kanker merupakan penyebab kematian kedua terbesar di dunia. Terapi penyakit
tersebut menyebabkan efek samping yang berat, sehingga dilakukan penelitian untuk
menemukan sumber alternatif pengobatan kanker dengan efek samping lebih rendah
(Lenora et al, 2015). Kanker ditandai dengan proliferasi sel secara abnormal dimana terjadi
pembelahan sel yang tidak dapat dihentikan. Perkembangan kanker timbul dari berlebihnya
proliferasi sel, tidak cukupnya apoptosis, ataupun kombinasi keduanya (Abdul et al, 2009).
Kanker serviks atau kanker leher rahim, merupakan penyakit kanker yang terdapat
pada serviks. Setelah kanker payudara, kanker serviks termasuk penyakit kanker kedua
yang paling banyak diderita (Kementerian Kesehatan RI, 2015). Dinyatakan bahwa
terdapat 528.000 kasus penyakit kanker serviks pada tahun 2012, dan mayoritas terjadi di
negara berkembang (GLOBOCAN, 2012). Di Indonesia prevalensi penyakit kanker pada
penduduk semua umur tahun 2013 sebesar 1.4‰ atau sekitar 347.792 orang (Kementerian
Kesehatan RI, 2015).
Tanaman banyak digunakan untuk pengobatan di berbagai negara dan merupakan
sumber dari banyak obat yang potensial. Kandungan zat aktif dari obat herbal yang telah
ditemukan berasal dari senyawa metabolit sekunder tanaman. Untuk mengobati kanker,
kandungan zat aktif tanaman memiliki aktivitas yang berbeda-beda dalam menangani sel
kanker, di antaranya adalah menghambat proliferasi sel, menginduksi apoptosis sel
maupun kombinasi keduanya (Wang et al, 2012). Kandungan tersebut adalah senyawa
alkaloid, flavonoid, fenolik, dan polifenol (Einen et al, 2014). Tanaman eceng gondok
(Eichhornia crassipes (Mart.) Solms), merupakan tanaman liar/ gulma yang tumbuh di air
(Grodowitz, 1998). Kandungan senyawa metabolit sekunder pada tanaman eceng gondok
adalah alkaloid, terpenoid (Enein et al, 2014), tannin, flavonoid dan senyawa fenolik
(Umar and Mohammed, 2013).
Ekstrak tanaman eceng gondok pada penelitian sebelumnya diketahui memiliki
aktivitas antikanker pada kultur sel HeLa (kanker serviks), HepG2 (kanker hati), MCF-7
(kanker payudara) dan EACC (Enein et al, 2014). Sehingga pada penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui aktivitas antikanker dari ekstrak etanol 70%, fraksi n-heksana, fraksi etil
asetat dan fraksi metanol tanaman eceng gondok (Eichhornia crassipes (Mart.) Solms)
terhadap sel HeLa (kanker serviks).

1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan meliputi alat-alat gelas, cawan porselen, vial, ependorf,
tabung konikal, 96-well plate, tissue culture bottle, plate reader, neraca analitik, sentrifuge,
inkubator 37 ºC 5% CO2, BioSafety Cabinet kelas II, tangki nitrogen cair,
haemocytometer, object glass, mikroskop inverted (olimpus), mikropipet (5µl-20µl, 20µl200µl, 200µl-1000µl, tip (putih, biru, kuning), lemari asam, pisau stainless steel, saringan
40 mesh, orbital shaker, kertas saring, pompa vakum, blender, lemari pendingin, votex,
oven, rotary evaporator serta lampu UV254nm dan UV366 nm.
Bahan utama yang digunakan adalah tanaman eceng gondok (Eichhornia
crassipes (Mart.), aquadest, etanol 70%. n-heksana, etil asetat dan methanol, kultur sel
HeLa (laboratorium parasitologi kedokteran UGM), media komplit (MK), Phosphat Buffer
Saline (PBS), DMSO, 3-(4,5-dimetilthiazol-2-il)-2,5-difenil tetrazolium bromide (MTT),
reagen stopper (natrium deosil sulfat dalam 0,1 N HCL), Silika gel 60 F254, fase gerak (nheksana : etil asetat) dan pereaksi semprot (dragendorff, FeCl3, liebermann burchard,
serum IV sulfat dan AlCl3).
Determinasi tanaman
Determinasi tanaman eceng gondok menggunakan seluruh bagian tanaman yang
diambil di kebun obat Farmasi Universitas Sanata Dharma, Kampus III Paingan,
Yogyakarta. Determinasi dilakukan oleh tenaga ahli dari Fakultas Farmasi Universitas
Gadjah Mada.
Preparasi bahan uji
Bahan uji yang digunakan adalah tanaman eceng gondok, dicuci menggunakan air
mengalir sampai bersih, kemudian dipotong tipis-tipis menggunakan pisau stainless steel.
Dipisahkan antara daun dan batang tanaman. Bahan uji yang telah dipotong dikeringkan
menggunakan oven pada suhu 50oC. Pengeringan dilakukan hingga tanaman eceng gondok
mudah dipatahkan. Hasil pengeringan diblender dan diayak menggunakan ayakan nomor
mesh 40.
Ekstraksi tanaman eceng gondok
Serbuk tanaman eceng gondok ditimbang 30 gram dimaserasi dengan 300 mL
etanol 70% dalam Erlenmeyer 500 mL. Proses maserasi dilakukan selama 24 jam dengan
penggojokan pada suhu ruang menggunakan orbital shaker. Kemudian filtrat etanol 70%
dipisahkan dari residunya menggunakan corong Buchner yang telah dilapisi kertas saring
2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

dengan bantuan pompa vakum. Filtrat disimpan dalam kondisi penyimpanan yang sesuai.
Residu yang diperoleh di re-maserasi selama 24 jam. Maserasi dilakukan 3 kali hingga
filtrat menjadi bening (Anggraeni dan Erwin, 2015). Ekstrak Etanol 70% diuapkan pada
suhu ± 60°C menggunakan rotary evaporator dan dilanjutkan dengan diuapkan di atas
waterbath hingga diperoleh ekstrak etanol kental dan dicatat bobotnya.
Fraksinasi ekstrak etanol 70%
Dilakukan fraksinasi bertingkat dari pelarut yang bersifat non-polar (n-heksana),
semi polar (etil asetat) dan polar (metanol) secara berturut-turut. Ekstrak etanol 70%
diambil sebanyak 1 gram, dimasukan ke dalam tabung reaksi dan dilarutkan menggunakan
10 mL pelarut n-heksana. Kemudian di vortex selama 10 menit dan disentrifugasi selama
10 menit dengan kecepatan 2000 rpm. Hasilnya akan membentuk dua fase, berupa padatan
(residu) dan cair. Diambil fase cair sebagai fraksi n-heksana. Residu yang didapat di
fraksinasi kembali dengan pelarut n-heksana hingga pelarut menjadi bening. Residu hasil
fraksinasi n-heksana kemudian di fraksinasi menggunakan pelarut etil asetat untuk
mendapatkan fraksi etil asetat, sedangkan residu hasil fraksinasi etil asetat di fraksinasi
menggunakan pelarut metanol. Hasil fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi metanol
diuapkan di atas waterbath dan dicatat bobotnya.
Uji sitotoksik terhadap sel HeLa
Uji sitotoksik dilakukan berdasarkan protokol yang dikeluarkan Cancer
Chemoprevention Research Center (CCRC) nomor CCRC-03-010-02 tahun 2013 Fakultas
Farmasi Universitas Gadjah Mada. Sel kanker HeLa diambil dari penyimpanan
(refrigerator suhu -80oC atau nitrogen cair) dan dipindahkan ke dalam tabung konikal
kemudian ditambahkan medium komplit (MK). Sel disentrifugasi selama 5 menit pada
kecepatan 2000 rpm. Supernatan dibuang, pellet diresuspensi dengan MK dan
ditumbuhkan dalam inkubator. Diamati dibawah mikroskop hingga konfluen jumlah sel
berkisar 60%-70%. Jika belum konfluen, sel diinkubasi kembali dalam inkubator CO2.
Setelah jumlah sel konfluen, medium dibuang dan dicuci 3 kali dengan PBS steril.
Kemudian sel dilepaskan dari dinding flask dengan menambahkan tripsin-EDTA 0,25%
dan diinkubasi 37oC selama 3 menit. Ditambahkan PBS dan disentrifugasi selama 5 menit
dengan kecepatan 2000 rpm. Supernatan PBS diambil, media ditambahkan dan sel
diresuspensi hingga terlepas semua. Jumlah sel dihitung menggunakan haemocytometer.
Sel dengan kepadatan 104 sel/mL ditransfer ke dalam sumuran pada 96-well plate, masingmasing 100 µl. Keadaan sel diamati dengan mikroskop inverted untuk melihat distribusi
3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sel. Sel diinkubasi dalam inkubator CO2 selama 24 jam hingga konfluen jumlah sel 70%80%. Setelah dipastikan sel dalam keadaan normal kembali, dibuat seri konsentrasi sampel
untuk perlakuan (termasuk kontrol sel dan kontrol media) yang berasal dari larutan stok
dimana stok dibuat dari sampel sebanyak 10 mg yang dilarutkan dalam DMSO steril 100
µl sehingga di peroleh konsentrasi 100.000 ppm atau 100.000 µg/ml.
Plate yang telah berisi sel, diambil dari inkubator CO2, kemudian media sel
dibuang. Seri konsentrasi sampel dari pengenceran stok yaitu 500; 250; 125; 62,5; 31,25;
15,6; 7,8 µg/ml (Garbi et al., 2015; López et al., 2012; Gomha et al., 2015) dimasukkan ke
dalam sumuran (triplo) dan diinkubasi di dalam inkubator CO2. Lama inkubasi adalah 24
jam. Sebagai kontrol sel digunakan 100 µl suspensi sel ditambah media, kontrol media
tanpa pemberian suspensi sel.
Reagen MTT (0,5 mg/ml) disiapkan dengan cara mengambil 1,0 ml stok MTT
dalam PBS (5 mg/ml), diencerkan dengan medium komplit sampai 10,0 ml. Media sel
dibuang, dicuci menggunakan PBS 1x, kemudian ditambahkan 100 µl reagen MTT ke
setiap sumuran. Sel diinkubasi selama 4 jam di dalam inkubator CO2 pada suhu 37oC
dilakukan sampai terbentuk Kristal formazan berwarna ungu (CCRC, 2013). Kondisi sel
diperiksa dengan mikroskop inverted. Jika formazan telah jelas terbentuk, ditambahkan
reagen stopper 100 µl SDS 10% dalam HCl 0,1 N. Plate dibungkus alumunium foil/kertas
dan diinkubasi di tempat gelap pada temperatur kamar selama semalam. Absorbansi
masing-masing sumuran dibaca dengan plate reader pada panjang gelombang 595 nm dan
kemudian dihitung nilai IC50.
Identifikasi profil metabolit dengan KLT
Dilakukan optimasi fase gerak dengan pelarut n-heksana:etil asetat. Fase gerak
yang telah dioptimasi digunakan untuk mengelusi senyawa uji yang memiliki aktivitas
antikanker berdasarkan hasil perhitungan IC50 yang paling rendah, pada uji MTT yang
telah dilakukan sebelumnya. Senyawa uji ditotolkan pada fase diam silika gel 60 F254
dengan laju elusi 10 cm. kemudian dijalankan pada fase gerak n-heksana: etil asetat hasil
optimasi hingga tanda batas. Diberikan reagen semprot yang sesuai untuk mengidentifikasi
kandungan fitokimia pada senyawa uji dan dilihat di bawah sinar UV254nm dan UV366nm.
Hasil didokumentasikan sebelum dan sesudah penyemprotan dengan reagen semprot.

4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tata Cara Analisis Hasil
Analisis kuantitatif
Data absorbansi hasil pembacaan oleh plate reader dalam uji aktivitas sitotoksik
dengan metode MTT dikonversikan ke dalam bentuk persentase viabilitas sel untuk
melihat proliferasi sel, yang dihitung menggunakan rumus:
̅

̅

̅
̅

(Fawwaz, et al., 2013).

Data dianalisis dengan program Microsoft Excel 2010 untuk mendapatkan
linearitas (r) antara log konsentrasi bahan uji versus persentase sel yang viabel, serta untuk
menghitung nilai IC50.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi Tanaman Eceng Gondok
Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi karena dalam pengerjaan dan
alat yang dibutuhkan sederhana serta tidak melibatkan pemanasan yang dapat
menyebabkan kerusakan zat aktif yang tidak tahan panas. Digunakan pelarut etanol karena
relatif aman dibandingkan dengan metanol, dan etanol yang digunakan adalah etanol 70%
karena kandungan air yang lebih banyak dibanding etanol 96% memungkinkan apabila
dikonsumsi di masyarakat sebagai bahan obat. Total bobot ekstrak yang didapatkan untuk
daun tanaman eceng gondok adalah 6,15 gram sedangkan total bobot ekstrak untuk batang
tanaman eceng gondok adalah 5,57 gram.
Fraksinasi Ekstrak Etanol 70%
Metode fraksinasi yang digunakan adalah partisi padat-cair menggunakan tabung
reaksi dengan bantuan sentrifugasi karena prosesnya yang cepat, tidak membutuhkan
sampel dalam jumlah banyak dan sederhana. Pelarut pertama yang digunakan dalam
fraksinasi adalah n-heksana yang bersifat non polar diharapkan dapat mengambil senyawa
yang bersifat non polar. Dan untuk pelarut etil asetat diharapkan dapat mengambil senyawa
yang bersifat semi polar sedangkan pelarut metanol dapat mengambil senyawa yang
bersifat polar.
Uji Sitotoksik Terhadap Sel Hela
Uji sitotoksik dilakukan untuk aktivitas sampel uji terhadap sel kanker. Sel yang
digunakan adalah sel HeLa. Dengan melakukan uji sitotoksik dapat mengukur kemampuan
5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sel kanker untuk bertahan hidup karena adanya senyawa uji yang di berikan. Kemampuan
sel untuk bertahan hidup dapat diartikan sebagai tidak hilangya metabolik atau proliferasi
sel yang dapat diukur dari jumlah sel yang hidup setelah diberikan senyawa uji.
Metode yang digunakan pada uji sitotoksik ini adalah metode MTT. Dalam
metode MTT, mitokondria sel yang masih aktif akan memecah garam tetrazolium yang
berwarna kuning menjadi Kristal formazan berwarna ungu oleh reaksi reduksi pada jalur
respirasi sel mitokondria. Warna ungu pada Kristal formazan akan memberikan absorbansi
yang dapat dibaca menggunakan plate reader pada panjang gelombang 595nm kemudian
dicari nilai IC50.

Gambar 1. Prinsip pembentukan Kristal formazan berwarna ungu pada metode MTT.
Sumber: Ebada et al, 2008

Pelarut yang digunakan untuk melarutkan sampel adalah DMSO dengan
konsentrasi 1%. DMSO digunakan karena sifatnya yang dapat meningkatkan kelarutan
suatu senyawa sehingga dipastikan bahwa seluruh sampel dapat terlarut seluruhnya dalam
pelarut. Konsentrasi DMSO yang digunakan adalah 1% karena DMSO bersifat toksik
terhadap sel. Apabila digunakan terlalu banyak maka jumlah sel HeLa yang mati menjadi
tidak pasti. Untuk mengetahui efek sitotoksik dari DMSO maka perlu dilakukan uji
sitotoksik kontrol pelarut DMSO 1% (Lampiran 9 dan tabel I) dan terbukti bahwa pelarut
DMSO 1% tidak bersifat toksik dengan nilai IC50 = 876,13µg/mL.
Dalam uji sitotoksik, yang menjadi parameter kritis adalah persen jumlah sel
HeLa yang masih hidup. Semakin besar persen jumlah sel yang hidup maka semakin tidak
efektif aktivitas senyawa uji sebagai agen antikanker. Digunakan 96-well plate yang
masing-masing sumuran memiliki area pertumbuhan sel 28-32 mm2 dan kapasitas untuk
medium 0.1-0.2 mL sedangkan kapasitas sel dapat lebih dari 1x105 sel (Freshney, 2000).
Saat digunakan, sel harus dalam kondisi konfluen. Kondisi konfluen merupakan kepadatan
6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

sel di mana hampir seluruh sel hidup dan tidak ada permukaan media pertumbuhan yang
tersisa (Geraghty, et al., 2014). Jumlah sel dihitung dengan menggunakan haemocytometer
dan didapatkan kepadatan sel 175,5x104 sel/100µL MK (Lampiran 7).
Kontrol sel bertujuan untuk melihat apakah sel yang mati benar-benar disebabkan
oleh sampel uji, bukan disebabkan oleh pelarut. Kontrol pelarut bertujuan untuk melihat
apakah selama perlakuan dilakukan secara aseptis sehingga tidak tumbuh bakteri ataupun
jamur. Sebelum setiap setiap sel diberi senyawa uji perlu dilakukan inkubasi sel selama 24
jam, menggunakan incubator CO2, untuk conditioning sel sehingga dipastikan bahwa sel
tidak stress setelah mengalami pengenceran dan pencampuran serta dapat menyesuaikan
diri seperti semula. Inkubasi selama 4 jam setelah pemberian reagen MTT dianggap
merupakan waktu maksimal terbentuknya Kristal. Apabila Kristal belum terbentuk waktu
inkubasi maksimal 6 jam (CCRC, 2013). Reagen stopper berfungsi untuk menghentikan
reaksi yang terjadi antara sel dan MTT. Pengukuran intensitas warna ungu Kristal
formazan sel HeLa menggunakan plate reader pada panjang gelombang 595nm. Semakin
besar konsentrasi senyawa uji, maka nilai absorbansi (intensitas warna ungu) semakin
rendah. Menandakan bahwa semakin besar konsentrasi senyawa maka semakin banyak sel
yang mati (nilai absorbansi rendah). Dapat dilihat dari nilai r (koefisien korelasi yang
didapatkan dari persamaan linear. Jika nilai r lebih besar dari r tabel (r = 0,8783)
menunjukan linearitas seri konsentrasi. Semakin besar konsentrasi maka efek sitotoksik
terhadap sel juga meningkat.

Gambar 2. (a) Kontrol sel HeLa sebelum pemberian reagen MTT, (b) Kontrol sel HeLa setelah
pemberian reagen MTT yang menghasilkan Kristal formazan berwarna ungu

Pada penelitian ini dilakukan uji MTT pada 8 senyawa uji yaitu, ekstrak etanol
70%; fraksi n-heksana; fraksi etil asetat; fraksi methanol daun dan ekstrak etanol 70%;
7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

fraksi n-heksana; fraksi etil asetat; fraksi metanol batang tanaman eceng gondok yang
kemudian dihitung nilai % sel hidup.
Dibuat kurva grafik % Sel Hidup VS Konstrasi senyawa uji dari masing-masing
senyawa uji sehingga akan didapatkan persamaan kurva baku. Persamaan kurva baku
digunakan untuk menghitung nilai IC50. Nilai IC50 menggambarkan konsentrasi suatu
senyawa yang dapat menyebabkan 50% kematian sel dalam suatu populasi. Semakin kecil
nilai IC50 maka semakin tinggi aktivitas senyawa dalam menyebabkan kematian sel. Nilai
IC50 dapat dihitung dengan mencari nilai x pada persamaan kurva baku dan mengganti nilai
y dengan 50. Nilai IC50 masing-masing senyawa uji dapat dilihat pada tabel I (dan
Lampiran 9).
Dari data pada tabel I dapat dilihat bahwa senyawa yang paling tinggi aktivitasnya
adalah fraksi etil asetat daun eceng gondok dengan nilai IC50= 31,75µg/ml.
Tabel I. Nilai IC50 senyawa uji tanaman eceng gondok dan pelarut DMSO 1%
Daun Tanaman Eceng Gondok

r

Nilai IC50

Efek

(µg/mL)

Sitotoksik

Batang Eceng Tanaman Gondok

r

Nilai IC50

Efek

(µg/mL)

Sitotoksik*

Ekstrak
Etanol70%

Tidak
0,98

97,33

Sedang

0,85

951,63

Toksik

0,99

128,03

Sedang

0,80

417,06

Rendah

0,86

31,75

Sedang

0,96

177,00

Sedang

Fraksi NHeksana
Fraksi Etil
Asetat
Fraksi
Metanol

Tidak
0,96

239,23

Rendah

0,89

1848,74

Toksik

Tidak
DMSO 1%

0,86

876,13

Toksik
*Sumber: National Cancer Institute, 2017.

Identifikasi Profil Metabolit Dengan KLT
Metode KLT digunakan untuk mengidentifikasi campuran senyawa dengan
melihat nilai Rf senyawa dan dengan menyemprotkan reagen yang dapat menyebabkan
perubahan warna sesuai dengan kandungan fitokimia ekstrak tanaman; atau dengan melihat
plat di bawah sinar UV. Optimasi fase gerak dilakukan untuk mendapatkan pemisahan
yang paling baik sehingga nilai rf yang didapatkan tidak saling menumpuk. Fase gerak
8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

untuk optimasi yang digunakan adalah n-heksana : etil asetat dengan perbandingan 9:1, 3:2
dan 4:1 (Lampiran 10). Dari hasil optimasi didapatkan fase gerak yang optimal adalah nheksana : etil asetat dengan perbandingan 3:2 (Lampiran 10).
Berdasarkan hasil uji sitotoksik, nilai IC50 yang paling rendah adalah fraksi etil
asetat daun eceng gondok (tabel I). Dilihat pada gambar 3, hasil elusi ekstrak etanol 70%,
fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi metanol daun eceng gondok menggunakan
fase gerak n-heksana : etil asetat (3:2) memiliki perbedaan spot antara ekstrak etanol 70%,
fraksi n-heksana dan fraksi metanol dibandingkan dengan spot pada fraksi etil asetat. Hal
ini menjelaskan adanya perbedaan aktivitas sesuai dengan hasil uji sitotoksik bahwa fraksi
etil asetat yang paling aktif karena adanya perbedaan kandungan senyawa dalam fraksi
tersebut.

(a)

(b)

(c)

Gambar 3. Hasil elusi dengan fase gerak optimasi n-heksana : etil asetat (3:2) pada
(a) Sinar tampak; (b) Sinar UV254nm; (c) Sinar UV366nm
ket: 1. Ekstrak etanol 70%; 2. Fraksi n-heksana; 3. Fraksi etil asetat; dan 4. Fraksi metanol daun eceng
gondok

sebelum dielusi dengan fase gerak, plat (fase diam) yang digunakan pada KLT
sebelumnya dipanaskan terlebih dahulu dalam oven suhu 100oC selama 31 menit yang
bertujuan menghilangkan kadar air yang terdapat pada plat (Sastrohamidjojo, 1991). Plat
9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

yang telah dielusi, disemprot dengan reagen yang sesuai untuk mengidentifikasi kandungan
senyawanya.
Golongan senyawa flavonoid diidentifikasi menggunakan reagen semprot AlCl3
(gambar 3a dan 3b). Identifikasi senyawa flavonoid akan memberikan perubahan dari
warna kehitaman menjadi warna kuning setelah diberi reagen semprot AlCl3 (Marby,
Markham and Thomas, 1970).

(a)

(b)

Gambar 4. Identifikasi senyawa flavonoid
(a) sebelum diberi reagen semprot, (b) setelah pemberian reagen semprot AlCl3.
Keterangan: 1. Sinar tampak, 2. Sinar UV256nm, 3. Sinar UV356nm

Golongan

senyawa

alkaloid

diidentifikasi

menggunakan

reagen

semprot

dragendorff (gambar 3c dan 3d). Setelah disemprot, plat akan menunjukan bercak coklatjingga, orange-merah atau coklat berlatar belakang kuning (Harborne, 1987).

(a)

(b)

Gambar 5. Identifikasi senyawa Alkaloid
(a) sebelum diberi reagen semprot, (b) setelah pemberian reagen semprot Dragendorff.
Keterangan: 1. Sinar tampak, 2. Sinar UV256nm, 3. Sinar UV356nm

10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Golongan senyawa polifenol diidentifikasi menggunakan reagen semprot FeCl3
(gambar 4a dan 4b). Deteksi polifenol menggunakan pereaksi FeCl3 digunakan secara luas
untuk mengidentifikasi senyawa fenol, tetapi tidak dapat digunakan untuk membedakan
macam-macam golongannya (Robinson, 1995). Adanya senyawa fenol dapat ditunjukan
dengan bercak warna, biru kehitaman, hijau atau biru kehijauan.

(a)

(b)

Gambar 6. Identifikasi senyawa Polifenol
(a) sebelum diberi reagen semprot, (b) setelah pemberian reagen semprot Dragendorff.
Keterangan: 1. Sinar tampak, 2. Sinar UV256nm, 3. Sinar UV356nm

Selanjutnya untuk identifikasi golongan senyawa triterpenoid dengan menggunakan
reagen semprot Lieberman-Burchard (gambar 4c dan 4d). Hasil positif apabila terdapat
bercak berwarna abu-abu sampai merah kecoklatan (Wagner, 2001).

(a)

(b)

Gambar 7. Identifikasi senyawa Triterpenoid
(a) sebelum diberi reagen semprot, (b) setelah pemberian reagen semprot Dragendorff.
Keterangan: 1. Sinar tampak, 2. Sinar UV256nm, 3. Sinar UV356nm

11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel II. Hasil perkiraan golongan senyawa pada fraksi etil asetat daun eceng gondok
Sinar

Sebelum diberi
reagen semprot
Rf

Keterangan
warna

Setelah pemberian reagen
semprot
Deteksi

Rf

Keterangan
warna

Sebelum diberi
reagen semprot

Kandungan kimia

Rf

Keterangan
warna

Setelah pemberian reagen semprot
Deteksi

Rf

Keterangan
warna

Kandungan kimia

0,1

Hitam
kecoklatan

0,1

Hitam

-

0,1

Kecoklatan

0,1

Hitam

-

0,1

Hitam
kecoklatan

0,1

Hitam
kecoklatan

-

0,1

Hitam

0,1

Hitam

-

0,1

Merah-violet

0,1

Merah-violet

-

0,1

Violet

0,1

Violet

-

0,47

Merah-violet

0,47

Merah-violet

-

0,47

-

-

-

-

-

-

Tampak
UV256nm

AlCl3

Dragendorf

Merah-violet
UV366nm

Merah-violet
Merah-violet

0,66

Merah-violet

-

0,66

0,76

Merah-violet

0,76

Merah-violet

-

0,76

Merah-violet

0,76

0,1

Kecoklatan

0,1

Hijaukebiruan

-

0,1

Kecoklatan

0,1

0,1

Kecoklatan

0,1

Kuning
kecoklatan

-

0,1

Kecoklatan

0,1

0,1

Merah-violet

0,1

Merah-violet

-

0,1

Merah-violet

Merah-violet

12

12

12

0,66

Tampak
UV256nm

Hitam

-

Kecoklatan
Merah-violet

UV366nm

0,66
0,76

Merah-violet
Merah-violet

FeCl3

0,66
0,76

Merah-violet
Merah-violet

-

LiebermannBurchard

-

0,1
Merah-violet

0,61

Merah-violet

0,73

Merah-violet
(samar)

0,61
0,73

0,83

Merah-violet
(samar)

0,83

Merah-violet
(samar)

-

Merah-violet
-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Tabel III. Hasil prediksi golongan senyawa pada fraksi etil asetat daun eceng gondok
Jenis Golongan Senyawa

Hasil

Flavonoid

-

Polifenol

-

Alkaloid

-

Triterpenoid

-

Hasil pengamatan menunjukan bahwa fraksi etil asetat pada daun tanaman eceng
gondok tidak mengandung ke empat senyawa diatas yaitu flavonoid, polifenol, alkaloid
maupun triterpenoid.

KESIMPULAN DAN SARAN
Hasil uji sitotoksik pada daun dan batang tanaman eceng gondok memiliki efek
sitotoksik. Pada daun tanaman eceng gondok efek sitotoksik kategori sedang didapatkan
pada ekstrak etanol 70%, fraksi n-heksana dan fraksi etil asetat, sedangkan kategori rendah
didapatkan pada fraksi metanol. Pada batang tanaman eceng gondok efek sitotoksik
kategori sedang didapatkan pada fraksi etil asetat dengan dan kategori rendah pada fraksi
n-heksana. Identifikasi kandungan senyawa dilakukan pada fraksi etil asetat daun tanaman
eceng gondok, dan tidak menunjukan adanya kandungan senyawa lavonoid, polifenol,
alkaloid maupun triterpenoid. Fraksi tersebut mengandung senyawa gugus kromofor yang
dapat berpendar pada deteksi sinar UV366nm.
Saran dari peneliti adalah perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui kandungan senyawa aktif yang terdapat pada fraksi etil asetat tanaman eceng
gondok yang memiliki aktivitas sitotoksik dan juga dilakukan penelitian untuk menentukan
konsentrasi senyawanya sebagai agen antikanker.

13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA
Abdul A.B., et al, 2009. In Vitro Response of Cancer Cells to the Growth-Inhibitory
Effects of Dichloromethane Extract of Goniothalamus umrosus. Research Journal
of Pharmacology, 3(1):1-6.
Anggraeni, D. dan Erwin, 2015. Uji Fitokimia dan Uji Toksisitas (Brine Shrimp Lethality
Test) Ekstrak Daun Kelakai (Stenochlaena palustris). Prosiding Seminar Tugas
Akhir FMIPA UNMUL, ISBN : 978-602-72658-0-6.
CCRC-03-010-02; CCRC, Putri, H., 2013. CCRC-03-010-02 - Protokol Uji Sitotoksik
Metode MTT. Cancer Chemoprevention Research Center, 23 (April), 2.
Ebada, S.S. et al., 2008. Methods for Isolation, Purification and Structural Elucidation of
Bioactive Secondary Metabolites from Marine Invertebrates. Nature Protocol,
3(12):1820-31.
Enein, A.M.A. et al., 2014. Cytotoxic and Antioxidant Properties of Active Principals
Isolated From Water Hyacinth Against Four Cancer Cells Lines. BMC
Complementary and Alternative Medicine, 14:397.
Fawwaz, M., Wahyudin,E. dan Djide,M.N., 2013. Identifikasi Genistein Dan Efek
Isoflavon Hasil Fermentasi Kedelai (Glycine max (L) MERILL) Terhadap
Proliferasi Sel Osteoblast Secara In Vitro. JST Kesehatan, 3(4):395 – 402.
Freshney, R.I., 1986. Animal Cell Culture a Practical Approach. IRL Press Limited.
Oxford, 183-185.
Garbi, M.I., Osman, E.E., and Kabbashi, A.S., 2015. Anticancer Activity of Bauhinia
rufescens (Lam) leaf Extract on MCF-7 Human Breast Cancer Cells. Journal of
Medicinal Plants Studies, 3 (5), 103-106.
Geraghty,R.J., et al., 2014. Guidelines for The use of Cell Lines in Biomedical Research.
British Journal of Cancer, 111:1021–1046.
GLOBOCAN, 2012. Cervical Cancer Estimated Incidence, Mortality and Prevalance
Worldwide in 2012, http://globocan.iarc.fr/old/FactSheets/cancers/cervix-new.asp.
International Agency for Research on Cancer (IARC) accessed June 1, 2016.
Gomha, S.M., et al., 2015. Antimicrobial and Anticancer Evaluation of a Novel Synthetic
Tetracyclic System Obtained by Dimroth Rearrangement. Journal the Serbian
Chemical Society, 80 (10), 1251-1264.
Grodowitz, M. J., 1998. An active approach to the use of insect biological control for the
management of non- native aquatic plants. Journal of Aquatic Plant Management,
36: 5761-5763.
Harborne, J.B., 1984. Phytochemical Methods A Guide To Modern Techniques of Plant
Analysis. 2nd ed, London: Chapman and Hall.
Kementerian Kesehatan RI., 2015. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.
Lenora, L.M., et al, 2015. Anticancer Activity Of Water Hyacinth (Eichornia Crassipes
(Mart) Solms) On Human Cervical Cancer Cell LinE. Octa Journal of
Environmental Research, 3(4):327-331.
López, T., et al., 2012. Preparation and Characterization of Copper Compounds Co-Gelled
with Nanostructured TiO2 Materials to be Used in Cancer Treatment. Science of
Advance Materials, 4 (5), 579-582.
Mabry, T.J., Markham, K.R. and Thomas, M.B., 1970. The Systematic Identification of
Flavonoids. Berlin, New York.
National Cancer Institute, 2017. http://www.cancer.gov/about-cancer accessed March 19,
2017.
Robinson, T., 1995, 6th ed. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. ITB Bandung,
Bandung.
14

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Sastrohamidjojo, H., 1991. Kromatografi. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Umar, I. and Mohammed, B. A., 2013. Effect of Water Hyacinth (Eichhornia Crassipes
(Mart) Solms) Leaf Extract on the Juvenile Mortality of Meloidogyne Incognita.
IOSR Journal of Agriculture and Veterinary Science, 2319-2380,2319-2372.(4)4648.
Wagner, H. and Bladt, S., 2001, 2nd ed. Plant Drug Analysis: A Thin Layer
Chomatography Atlas.Springer-Verlag, Berlin Heidelberg New York, p. 328.
Wang, H., et al, 2012. Plants Against Cancer: A Review on Natural Phytochemicals in
Preventing and Treating Cancers and Their Druggability. Anticancer Agents Med
Chem, 12(10):1281-1305.

15

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

16

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 1. Determinasi Tanaman Eceng Gondok (Eichornia crassipes (Mart.) Solms)

17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 2. Ethical Clearance

18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 3. Tanaman Eceng Gondok untuk Determinasi

19

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 4. Data Penimbangan untuk Ekstraksi dan Fraksinasi
Serbuk simplisia daun

Serbuk simplisia batang

Bobot wadah

: 78,93 g

Bobot wadah

: 83,46 g

Bobot wadah + isi

: 108,97 g

Bobot wadah + isi

: 113,48 g

Bobot wadah + sisa

: 78,95 g

Bobot wadah + sisa

: 83,48 g

Bobot isi

: 30,02 g

Bobot isi

: 30,00 g

Bobot cawan

Bobot cawan

Bobot

(g)

+ isi (g)

ekstrak (g)

Ekstrak etanol

Cawan 1

48,68

50,58

1,90

70% daun

Cawan 2

66,12

68,23

2,11

Cawan 3

53,02

55,16

2,14

Ekstrak etanol

Cawan 1

54,70

56,70

2,00

70% batang

Cawan 2

56,52

57,30

0,78

Cawan 3

57,03

59,82

2,79

Fraksi n-heksana daun

31,70

33,83

2,10

Fraksi n-heksana batang

33,83

31,71

2,07

Fraksi etil asetat daun

27,73

29,79

2,06

Fraksi etil asetat batang

31,79

33,77

1,98

Fraksi metanol daun

34,52

36,63

2,11

Fraksi metanol batang

29,47

31,44

1,97

20

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 5. Hasil Ekstraksi dan Fraksinasi

Ekstrak etanol 70% daun

Ekstrak etanol 70% batang

Fraksi n-heksana daun

Fraksi n-heksana batang

Fraksi etil asetat daun

Fraksi etil asetat batang

21

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Fraksi metanol daun

Fraksi metanol batang

22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 6. Pembuatan stok sampel uji
Konsentrasi awal stok sampel uji = 100,000 µg/mL

Bobot

Bobot tube

Bobot isi

DMSO

tube (g)

+ isi (g)

(g)

(µL)

Ekstrak etanol 70% daun

0,9357

0,9468

0,0110

110

Ekstrak etanol 70%

0,9379

0,9491

0,0112

112

Fraksi n-heksana daun

0,9495

0,9605

0,0110

110

Fraksi n-heksana batang

0,9404

0,9513

0,0109

109

Fraksi etil asetat daun

0,9447

0,9554

0,0107

107

Fraksi etil asetat batang

0,9498

0,9614

0,0116

116

Fraksi mehanol daun

0,9350

0,9467

0,0117

117

Fraksi metanol batang

0,9357

0,9490

0,0133

133

betang

Pembuatan stok sampel uji 500 µg/mL (untuk uji sitotoksik)

sampel uji + 995 µL MK

Dilakukan seri dilusi dan didapatkan konsentrasi 500; 250; 125; 62,5; 31,25; 15,6; 7,8
µg/mL.

23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 7. Menghitung kepadatan sel

Gambar a. Haemocytometer dan, b. Perbesaran dengan mikroskop
Menghitung kepadatan sel menggunakan haemocytometer dengan rumus:


Kemudian ditentukan jumlah sel yang harus diambil per well dengan rumus:

Maka didapatkan:










Uji sitotoksik per well 104





kemudian di add 10mL MK.

24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 8. Hasil Uji Sitotoksik

(a)

(b)

Gambar sel HeLa (a) setelah pemberian senyawa uji, dan (b) setelah pemberian
MTT, ekstrak etanol 70% daun eceng gondok konsentrasi 62,5µg/mL.

(c)

(d)

Gambar sel HeLa (c) setelah pemberian senyawa uji, dan (d) setelah pemberian
MTT, ekstrak etanol 70% batang eceng gondok konsentrasi 62,5µg/mL.

25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(e)

(f)

Gambar sel HeLa (e) setelah pemberian senyawa uji, dan (f) setelah pemberian MTT,
fraksi n-heksana batang eceng gondok konsentrasi 62,5µg/mL.

(g)

(h)

Gambar sel HeLa (g) setelah pemberian senyawa uji, dan (h) setelah pemberian
MTT, fraksi etil asetat daun eceng gondok konsentrasi 62,5µg/mL.

26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(i)

(j)

Gambar sel HeLa (i) setelah pemberian senyawa uji, dan (j) setelah pemberian MTT,
fraksi etil asetat daun eceng gondok konsentrasi 62,5µg/mL.

(k)

(l)

Gambar sel HeLa (k) setelah pemberian senyawa uji, dan (l) setelah pemberian MTT,
fraksi etil asetat batang eceng gondok konsentrasi 62,5µg/mL.

27

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(m)

(n)

Gambar sel HeLa (m) setelah pemberian senyawa uji, dan (n) setelah pemberian
MTT, fraksi metanol daun eceng gondok konsentrasi 62,5µg/mL.

(o)

(p)

Gambar sel HeLa (o) setelah pemberian senyawa uji, dan (p) setelah pemberian
MTT, fraksi metanol batang eceng gondok konsentrasi 62,5µg/mL.

28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(q)

(r)

(s)

Gambar (q). Kontrol media, (r). Kontrol sel HeLa dan (s). Kontrol sel HeLa setelah
pemberian MTT.

29

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Lampiran 9. Perhitungan Nilai IC50
Data hasil absorbansi

(Diambil 5 seri konsentrasi 250; 125; 62,5; 31,25; 15,6 µg/mL)
̅

̅

̅
̅

Absorbansi
Rep 1

Rep 2

Rep 3

Rata-rata

SD

Kontrol sel

0,512

0,535

0,544

0,530

0,02

Kontrol

0,100

0,089

0,099

0,096

0,01

media

30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ekstrak etanol 70% daun terhadap sel HeLa
Ekstrak etanol 70% daun
Konsentrasi

Absorbansi

(µg/mL)

Rep 1

Rep 2

Rep 3

Rata-rata

SD

% Sel hidup

250

0,117

0,133

0,137

0,129

0,01

7,60

125

0,207

0,242

0,260

0,236

0,03

32,33

62,5

0,325

0,374

0,337

0,345

0,03

57,45

31,25

0,386

0,435

0,400

0,407

0,03

71,66

15,6

0,462

0,451

0,438

0,450

0,01

81,64

%Sel Hidup VS Konsentrasi Ekstrak
Etanol 70% Daun Eceng Gondok
110.00

y = -0.3093x + 80.104
R² = 0.9562
%Sel Hidup VS
Konsentrasi Ekstrak
Etanol 70% Daun
Eceng Gondok

Axis Title

90.00
70.00
50.00

Linear (%Sel Hidup VS
Konsentrasi Ekstrak
Etanol 70% Daun
Eceng Gondok)

30.00
10.00
(10.00) -

100.000 200.000
Axis Title

300.000

IC50 (µg/mL)

r sampel

r tabel

Efek sitotoksik

97,3295

0,9778

0,8783

Sedang

31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ekstrak etanol 70% batang terhadap sel HeLa
Ekstrak e