S PKH 0805663 Chapter1

(1)

Karina Ajeng Putri Pratiwi, 2015

PENGARUH MEDIA PASAK HITUNG TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN SDLB KELAS 1 SLB TERATE KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan luar biasa untuk anak berkebutuhan khusus membutuhkan suatu pola layanan tersendiri, baik dalam pembelajaran maupun dalam bimbingan prilaku. Layanan khusus disebabkan adanya karakteristik-karakteristik tersendiri pada setiap anak yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Kemampuan berhitung merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting untuk setiap anak, termasuk juga pada anak tunagrahita. Pemahaman konsep bilangan dasar seringkali menjadi suatu hambatan yang dialami oleh anak tunagrahita yang kemudian menyebabkan kemampuan/pehamaman anak terhadap aspek berhitung menjadi terhambat. Pemahaman anak terhadap konsep bilangan merupakan hal yang sangat mendasar bagi anak untuk dapat melakukan operasi hitung seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.

Matematika sebagai bidang pelajaran inti dan dasar harus dipelajari oleh semua siswa mulai dari tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan lanjutan bahkan perguruan tinggi dan tak terkecuali pada siswa luar biasa. Pada siswa tunagrahita dituntut untuk mampu memahami ketiga aspek tersebut yaitu membaca, menulis, berhitung. Mengingat perlunya siswa mendapat pengajaran matematika. (Soendari, 2001 : hal 1) menyatakan bahwa matematika merupakan sarana yang sangat penting bagi manusia dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari. Karena dalam tata kehidupan masyarakat saat ini, hampir tidak ada kegiatan yang tanpa melibatkan


(2)

Karina Ajeng Putri Pratiwi, 2015

PENGARUH MEDIA PASAK HITUNG TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN SDLB KELAS 1 SLB TERATE KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan dan keterampilan matematika. Pengajaran matematika bagi siswa tunagrahita diberikan di SLB C mulai kelas 1. Dalam kurikulum SDLB C jumlah jam pelajaran matematika memiliki jam pelajaran yang cukup banyak. Ruang lingkup pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah luar biasa tunagrahita (SLB C) meliputi aspek-aspek : (1) bilangan, (2) geometri dan pengukuran, (3) pengolahan data. (Depdiknas, 2006 : hal 100)

Dalam aspek membilang untuk siswa tunagrahita kelas 1 diawali dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai adalah membilang banyak benda. Hal ini menunjukkan bahwa konsep bilangan merupakan pokok bahasan utama yang harus dikuasai siswa dalam pembelajaran matematika di SDLB C tingkat dasar.

Anak tunagrahita ringan kelas 1 di SDLB Terate memiliki kesulitan dalam memahami bilangan, mulai dari mengenal lambang bilangan, menyebutkan nama bilangan 1-10 dan menghitung banyak pasak. Selain itu juga anak mengalami kesulitan dalam memahami bilangan yang bersifat abstrak sehingga anak mengalami kesulitan tanpa benda konkrit.

Menurut Piaget (1999:31) fase operasional konkrit yaitu kemampuan siswa dalam melakukan proses berfikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika masih terikat dengan obyek-obyek yang sifatnya konkret. Pada fase ini dikelompokkan ke dalam empat tahap berpikir, yaitu 1) konkret, 2) semi konkret, 3) semi abstrak dan 4) abstrak.

Kemampuan berpikir siswa kelas 1 SDLB diperlukan hal-hal yang konkrit, maka dalam pembelajaran matematika pada jenjang SDLB diperlukan media yang dapat memperjelas materi pelajaran supaya lebih mudah dimengerti oleh anak. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar, akan mendorong minat siswa untuk aktif belajar serta dapat membantu anak memahami suatu materi pelajaran, sehingga media


(3)

Karina Ajeng Putri Pratiwi, 2015

PENGARUH MEDIA PASAK HITUNG TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN SDLB KELAS 1 SLB TERATE KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pengajaran dijadikan salah satu bagian yang pokok dari proses pendidikan di sekolah.

Penelitian yang akan dilakukan untuk menangani kasus ini yaitu melalui penerapan media pasak hitung yang diperkirakan akan membantu anak dalam pemahaman konsep bilangan. Media ini dalam penggunaannya melibatkan keaktifan siswa dengan cara menghubungkan konsep dengan fakta-fakta konkrit dalam bentuk permainan. Melalui penelitian dengan media ini diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami bilangan, mulai dari mengenal lambang bilangan, menyebutkan lambang bilangan 1-10 dan menghitung jumlah bilangan.

B. Identifikasi Masalah

Setelah peneliti melakukan observasi di lapangan, peneliti menemukan masalah-masalah yang perlu di identifikasi, diantaranya:

1.Subjek memiliki hambatan tunagrahita ringan yang sangat sulit memahami suatu materi khususnya kesulitan dalam pemahaman konsep bilangan 1-10.

2.Terdapat beberapa media yang dapat diterapkan untuk meningkatkan pemahaman anak terhadap konsep bilangan 1-10 misalnya dengan sempoa, tangga bilangan dan pasak hitung.

3.Dibutuhkan media pengajaran yang sesuai bagi anak untuk meningkatkan pemahamannya terhadap konsep bilangan, media ini haruslah diterapkan secara aktif dan intensif. Aktif di sini berarti anak dituntut untuk selalu aktif dan responsif dengan melibatkan berbagai indrawi yang ia miliki, sedangkan intensif di sini berarti dalam penerapannya dilakukan secara bersungguh-sungguh dan terus menerus sehingga memperoleh hasil yang optimal.


(4)

Karina Ajeng Putri Pratiwi, 2015

PENGARUH MEDIA PASAK HITUNG TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN SDLB KELAS 1 SLB TERATE KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Terdapat banyak media yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman konsep bilangan terhadap anak tunagrahita ringan, namun peneliti membatasi penanganan kasus tersebut dengan menggunakan media pasak hitung dengan pokok bahasan meningkatkan pemahaman konsep bilangan 1-10 untuk anak tunagrahita ringan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang telah diuraikan di atas yaitu kurangnya pemahaman konsep bilangan 1-10. Maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah “Apakah media pasak hitung berpengaruh terhadap peningkatan pemahaman konsep bilangan anak tunagrahita ringan

SDLB kelas 1 di SLB Terate Kota Bandung ?”.

E. Variabel Penelitian

1. Definisi Konsep Variabel

a. Media Pasak Hitung

Media pasak hitung merupakan salah satu media dalam pembelajaran matematika yang menekankan pada pengenalan lambang bilangan, menyebutkan lambang bilangan 1-10 dan menghitung jumlah bilangan. Media ini dalam penggunaannya melibatkan keaktifan siswa dengan cara menghubungkan konsep dengan fakta-fakta konkrit dalam bentuk permainan. Media ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses

kelompok. Investigasi kelompok dapat melatih siswa untuk

menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran dan dalam semua bidang studi.

Salah satu faktor keberhasilan pembelajaran adalah pemilihan dan penggunaan media pembelajaran yang tepat, kehadiran media pasak


(5)

Karina Ajeng Putri Pratiwi, 2015

PENGARUH MEDIA PASAK HITUNG TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN SDLB KELAS 1 SLB TERATE KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hitung yang merupakan rancangan dari peneliti diharapkan dapat memecahkan permasalahan tentang pemahaman bilangan 1 sampai 10 untuk kelas 1 SDLB tunagrahita. Pembuatan media pasak hitung sudah mempertimbangkan aspek karakteristik anak tunagrahita, Media pasak hitung dibuat semenarik mungkin agar siswa termotivasi untuk belajar lebih aktif dan menyenangkan, karena di dalamnya sudah memiliki unsur permainan. menurut Piaget (T. Sutjihati, 2006 : hal 19) “ bahwa anak -anak pada periode oprasional kongkrit cenderung untuk bermain dalam permainan yang memiliki aturan-aturan yang terorganisasi secara

koheren dan logis “.

Media pasak hitung adalah alat bantu pelajaran matematika dalam memahami bilangan. Media pasak hitung sesuai dengan prinsip pemilihan media, sebagai berikut :

1) Media tersebut sesuai dengan tingkat perkembangan subjek yang akan di teliti yaitu siswa tunagrahita ringan kelas 1.

2) Dapat dibuat oleh guru, murah dan efisien.

3) Penampilan media menarik dengan berbagai macam warna yang

terdapat pada pasak.

b. Pemahaman Bilangan

Pemahaman bilangan merupakan pemahaman anak terhadap konsep bilangan yang merupakan hal yang sangat mendasar bagi anak untuk dapat mengenal lambang bilangan, menyebutkan lambang bilangan 1-10 dan menghitung jumlah bilangan. Selain itu juga bilangan merupakan hal yang paling mendasar dalam pembelajaran matematika.

Bilangan merupakan interpretasi manusia dalam menyatakan banyaknya anggta himpunan. Leh karena itu bilangan dapat


(6)

Karina Ajeng Putri Pratiwi, 2015

PENGARUH MEDIA PASAK HITUNG TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN SDLB KELAS 1 SLB TERATE KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dikatakan sebagai suatu ide dan sifatnya abstrak. Bilangan tidak sama dengan angka. Sedangkan dalam kamus matematika, definisi bilangan adalah suatu ukuran dari besaran yang juga dipakai dalam suatu cara abstrak (tak terwujud) tanpa menghubungkannya dengan

“berapa banyak” atau pengukurannya. Dengan demikian bilangan

merupakan konsep yang abstrak sehingga sulit dipahami leh tahapan usia tertentu. Untuk memudahkan hal tersebut, disusunlah lambang-lambang atau simbol–simbol suatu bilangan yang digunakan untuk menyatakan bilangan.

Lambang bilangan oleh Lebeck (Runtukahu, 1996 : hal 56)

diartikan sebagai ‘simbl-simbl yang menyatakan nama-nama

bilangan disebut angka’. Angka-angka lebih bersifat abstrak jika dibandingkan dengan kuantitas atau jumlah obyek. Apabila kita menggunakan bilangan, biasanya yang kita gunakan ialah bilangan dalam konteks abstrak. Misalnya bilangan 5. Lima dikaitkan dengan himpunan yang mempunyai lima anggta atau semua himpunan obyek dengan lima anggota. Bagaimana anak-anak mengerti konsep

“lima”?

Siswa-siswa belajar bilangan dari pengalamannya mungkin dengan melihat angka-angka di sekitar kehidupannya. Misalnya siswa melihat nomor rumah, nomor mobil, angka-angka pada jam dinding, angka-angka pada uang kertas dan masih banyak lagi. Contoh lain dalam kehidupan anak, jika serang siswa dihadapkan dengan 3 buah pinsil, maka jumlah pinsil tersebut dapat dihitung dengan cara memasang satu-satu. Akan tetapi yang dipikirkannya adalah 3 sebagai bilangan tidak mewakili 3 ayam atau 3 benda


(7)

Karina Ajeng Putri Pratiwi, 2015

PENGARUH MEDIA PASAK HITUNG TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN SDLB KELAS 1 SLB TERATE KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akan tetapi berpikir dengan konsep bilangan yang dihubungkan dengan pengalamannya.dalam hal ini d ilustrasikan yaitu 5 pinsil. Setiap anak memiliki pengalaman yang berbeda tentang bilangan.

2. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian yang berjudul “pengaruh media pasak hitung terhadap peningkatan pemahaman konsep bilangan anak tunagrahita ringan SDLB kelas 1 SLB Terate Kota Bandung”, maka terdapat dua variabel, yaitu pada :

a. Variabel bebas (X)

Variabel bebas merupakan variabel yang dimanipulasi secara sistematis. Dalam penelitian ini variabel bebasnya yaitu media pasak hitung. Media pasak hitung merupakan salah satu media dalam pembelajaran matematika yang menekankan pada pengenalan lambang bilangan, menyebutkan lambang bilangan 1-10 dan menghitung jumlah bilangan. Media ini dalam penggunaannya melibatkan keaktifan siswa dengan cara menghubungkan konsep dengan fakta-fakta konkrit dalam bentuk permainan.

Pembuatan media pasak hitung sudah mempertimbangkan aspek karakteristik anak tunagrahita, Media pasak hitung dibuat semenarik mungkin agar siswa termotivasi untuk belajar lebih aktif dan menyenangkan, karena di dalamnya sudah memiliki unsur permainan. menurut Piaget (T. Sutjihati, 2006 : hal 19) “bahwa anak-anak pada periode oprasional kongkrit cenderung untuk bermain dalam permainan yang memiliki aturan-aturan yang terorganisasi secara koheren dan


(8)

Karina Ajeng Putri Pratiwi, 2015

PENGARUH MEDIA PASAK HITUNG TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN SDLB KELAS 1 SLB TERATE KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Media pasak hitung adalah alat bantu pelajaran matematika dalam memahami bilangan. Media pasak hitung sesuai dengan prinsip pemilihan media, sebagai berikut :

1) Tujuan pembelajaran dan bahan pengajaran yang akan di teliti pada saat ini.

2) Media tersebut sesuai dengan tingkat perkembangan subjek yang akan di teliti yaitu siswa tunagrahita ringan kelas 1.

3) Dapat dibuat oleh guru, murah dan efisien.

4) Penampilan media menarik dengan berbagai macam warna yang

terdapat pada pasak.

Adapun langkah-langkah dalam dalam penggunaan media pasak hitung adalah sebagai berikut:

a. Peneliti memperlihatkan beberapa pasak (10 buah) dan jelaskan pada siswa bahwa akan bermain dengan pasak-pasak ini.

b. Peneliti memasukkan satu buah pasak ke dalam lubang dimulai dari

lubang sebelah kiri siswa. Katakan “satu” kepada anak dan pinta

anak mengamati pasak itu kemudian pinta siswa untuk mengatakan

“satu” kemudian peneliti menunjukkan kotak lambang bilangan bertuliskan 1.

c. Peneliti memasukkan dua buah pasak ke dalam lubang dimulai dari

lobang sebelah kiri siswa. Katakan “dua” kepada anak dan pinta

anak mengamati pasak itu kemudian pinta anak untuk mengatakan

“dua” kemudian peneliti menunjukkan kotak lambang bilangan bertuliskan 2.

Lakukan hal yang sama secara berturut-turut pada pasak yang ketiga sampai dengan pasak ke sepuluh dengan cara diatas, lakukan secara


(9)

Karina Ajeng Putri Pratiwi, 2015

PENGARUH MEDIA PASAK HITUNG TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN SDLB KELAS 1 SLB TERATE KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berulang-ulang sampai siswa paham benar nilai-nilai bilangan tersebut.

b. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat merupakan variabel yang diukur sebagai akibat adanya manipulasi pada variabel bebas. Dalam penelitian ini varibel terikatnya

yaitu pemahaman bilangan. Pemahaman bilangan merupakan

pemahaman anak terhadap konsep bilangan yang merupakan hal yang sangat mendasar bagi anak untuk dapat mengenal lambang bilangan, menyebutkan lambang bilangan 1-10 dan menghitung jumlah bilangan. Selain itu juga bilangan merupakan hal yang paling mendasar dalam pembelajaran matematika.

F. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1.Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum

Secara umum tujuan penelitian ini untuk memperolah data pengaruh media pasak hitung terhadap peningkatan pemahaman konsep bilangan anak tunagrahita ringan kelas 1 SDLB.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

1) Mengetahui pemahaman konsep bilangan anak tunagrahita

ringan sebelum menggunakan media pasak hitung.

2) Mengetahui pemahaman konsep bilangan anak tunagrahita

ringan pada saat menggunakan media pasak hitung.

3) Mengetahui pemahaman konsep bilangan anak tunagrahita


(10)

Karina Ajeng Putri Pratiwi, 2015

PENGARUH MEDIA PASAK HITUNG TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN SDLB KELAS 1 SLB TERATE KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2.Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut :

a. Kegunaan teoritis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pendidikan luar biasa terutama berkenaan dengan media pasak hitung dalam meningkatkan pemahaman konsep bilangan anak berkebutuhan khusus khususnya anak tunagrahita ringan.

b. Kegunaan praktis

1) Bagi pendidik

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan guru dalam

penggunaan media pembelajaran untuk meningkatkan

pemahaman konsep bilangan dengan menggunakan media pasak hitung.

2) Bagi anak

Memberikan bantuan agar dapat meningkatkan pemahaman konsep bilangan sehingga anak dapat mengerti dan mengurutkan bilangan bilangan 1-10.

3) Bagi peneliti selanjutnya

Dapat dijadikan acuan untuk meneliti pemahaman konsep bilangan dengan menggunakan pasak hitung.


(1)

Karina Ajeng Putri Pratiwi, 2015

PENGARUH MEDIA PASAK HITUNG TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN SDLB KELAS 1 SLB TERATE KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

hitung yang merupakan rancangan dari peneliti diharapkan dapat memecahkan permasalahan tentang pemahaman bilangan 1 sampai 10 untuk kelas 1 SDLB tunagrahita. Pembuatan media pasak hitung sudah mempertimbangkan aspek karakteristik anak tunagrahita, Media pasak hitung dibuat semenarik mungkin agar siswa termotivasi untuk belajar lebih aktif dan menyenangkan, karena di dalamnya sudah memiliki unsur permainan. menurut Piaget (T. Sutjihati, 2006 : hal 19) “ bahwa anak -anak pada periode oprasional kongkrit cenderung untuk bermain dalam permainan yang memiliki aturan-aturan yang terorganisasi secara koheren dan logis “.

Media pasak hitung adalah alat bantu pelajaran matematika dalam memahami bilangan. Media pasak hitung sesuai dengan prinsip pemilihan media, sebagai berikut :

1) Media tersebut sesuai dengan tingkat perkembangan subjek yang akan di teliti yaitu siswa tunagrahita ringan kelas 1.

2) Dapat dibuat oleh guru, murah dan efisien.

3) Penampilan media menarik dengan berbagai macam warna yang

terdapat pada pasak.

b. Pemahaman Bilangan

Pemahaman bilangan merupakan pemahaman anak terhadap konsep bilangan yang merupakan hal yang sangat mendasar bagi anak untuk dapat mengenal lambang bilangan, menyebutkan lambang bilangan 1-10 dan menghitung jumlah bilangan. Selain itu juga bilangan merupakan hal yang paling mendasar dalam pembelajaran matematika.

Bilangan merupakan interpretasi manusia dalam menyatakan banyaknya anggta himpunan. Leh karena itu bilangan dapat


(2)

Karina Ajeng Putri Pratiwi, 2015

PENGARUH MEDIA PASAK HITUNG TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN SDLB KELAS 1 SLB TERATE KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dikatakan sebagai suatu ide dan sifatnya abstrak. Bilangan tidak sama dengan angka. Sedangkan dalam kamus matematika, definisi bilangan adalah suatu ukuran dari besaran yang juga dipakai dalam suatu cara abstrak (tak terwujud) tanpa menghubungkannya dengan “berapa banyak” atau pengukurannya. Dengan demikian bilangan merupakan konsep yang abstrak sehingga sulit dipahami leh tahapan usia tertentu. Untuk memudahkan hal tersebut, disusunlah lambang-lambang atau simbol–simbol suatu bilangan yang digunakan untuk menyatakan bilangan.

Lambang bilangan oleh Lebeck (Runtukahu, 1996 : hal 56)

diartikan sebagai ‘simbl-simbl yang menyatakan nama-nama

bilangan disebut angka’. Angka-angka lebih bersifat abstrak jika dibandingkan dengan kuantitas atau jumlah obyek. Apabila kita menggunakan bilangan, biasanya yang kita gunakan ialah bilangan dalam konteks abstrak. Misalnya bilangan 5. Lima dikaitkan dengan himpunan yang mempunyai lima anggta atau semua himpunan obyek dengan lima anggota. Bagaimana anak-anak mengerti konsep “lima”?

Siswa-siswa belajar bilangan dari pengalamannya mungkin dengan melihat angka-angka di sekitar kehidupannya. Misalnya siswa melihat nomor rumah, nomor mobil, angka-angka pada jam dinding, angka-angka pada uang kertas dan masih banyak lagi. Contoh lain dalam kehidupan anak, jika serang siswa dihadapkan dengan 3 buah pinsil, maka jumlah pinsil tersebut dapat dihitung dengan cara memasang satu-satu. Akan tetapi yang dipikirkannya adalah 3 sebagai bilangan tidak mewakili 3 ayam atau 3 benda lainnya. Anak tunagrahita berpikir bukan bilangan abstrak “lima”,


(3)

Karina Ajeng Putri Pratiwi, 2015

PENGARUH MEDIA PASAK HITUNG TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN SDLB KELAS 1 SLB TERATE KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akan tetapi berpikir dengan konsep bilangan yang dihubungkan dengan pengalamannya.dalam hal ini d ilustrasikan yaitu 5 pinsil. Setiap anak memiliki pengalaman yang berbeda tentang bilangan.

2. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian yang berjudul “pengaruh media pasak hitung terhadap peningkatan pemahaman konsep bilangan anak tunagrahita ringan SDLB kelas 1 SLB Terate Kota Bandung”, maka terdapat dua variabel, yaitu pada :

a. Variabel bebas (X)

Variabel bebas merupakan variabel yang dimanipulasi secara sistematis. Dalam penelitian ini variabel bebasnya yaitu media pasak hitung. Media pasak hitung merupakan salah satu media dalam pembelajaran matematika yang menekankan pada pengenalan lambang bilangan, menyebutkan lambang bilangan 1-10 dan menghitung jumlah bilangan. Media ini dalam penggunaannya melibatkan keaktifan siswa dengan cara menghubungkan konsep dengan fakta-fakta konkrit dalam bentuk permainan.

Pembuatan media pasak hitung sudah mempertimbangkan aspek karakteristik anak tunagrahita, Media pasak hitung dibuat semenarik mungkin agar siswa termotivasi untuk belajar lebih aktif dan menyenangkan, karena di dalamnya sudah memiliki unsur permainan. menurut Piaget (T. Sutjihati, 2006 : hal 19) “bahwa anak-anak pada periode oprasional kongkrit cenderung untuk bermain dalam permainan yang memiliki aturan-aturan yang terorganisasi secara koheren dan logis“.


(4)

Karina Ajeng Putri Pratiwi, 2015

PENGARUH MEDIA PASAK HITUNG TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN SDLB KELAS 1 SLB TERATE KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Media pasak hitung adalah alat bantu pelajaran matematika dalam memahami bilangan. Media pasak hitung sesuai dengan prinsip pemilihan media, sebagai berikut :

1) Tujuan pembelajaran dan bahan pengajaran yang akan di teliti pada saat ini.

2) Media tersebut sesuai dengan tingkat perkembangan subjek yang akan di teliti yaitu siswa tunagrahita ringan kelas 1.

3) Dapat dibuat oleh guru, murah dan efisien.

4) Penampilan media menarik dengan berbagai macam warna yang

terdapat pada pasak.

Adapun langkah-langkah dalam dalam penggunaan media pasak hitung adalah sebagai berikut:

a. Peneliti memperlihatkan beberapa pasak (10 buah) dan jelaskan pada siswa bahwa akan bermain dengan pasak-pasak ini.

b. Peneliti memasukkan satu buah pasak ke dalam lubang dimulai dari

lubang sebelah kiri siswa. Katakan “satu” kepada anak dan pinta anak mengamati pasak itu kemudian pinta siswa untuk mengatakan “satu” kemudian peneliti menunjukkan kotak lambang bilangan bertuliskan 1.

c. Peneliti memasukkan dua buah pasak ke dalam lubang dimulai dari

lobang sebelah kiri siswa. Katakan “dua” kepada anak dan pinta anak mengamati pasak itu kemudian pinta anak untuk mengatakan “dua” kemudian peneliti menunjukkan kotak lambang bilangan bertuliskan 2.

Lakukan hal yang sama secara berturut-turut pada pasak yang ketiga sampai dengan pasak ke sepuluh dengan cara diatas, lakukan secara


(5)

Karina Ajeng Putri Pratiwi, 2015

PENGARUH MEDIA PASAK HITUNG TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN SDLB KELAS 1 SLB TERATE KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berulang-ulang sampai siswa paham benar nilai-nilai bilangan tersebut.

b. Variabel terikat (Y)

Variabel terikat merupakan variabel yang diukur sebagai akibat adanya manipulasi pada variabel bebas. Dalam penelitian ini varibel terikatnya

yaitu pemahaman bilangan. Pemahaman bilangan merupakan

pemahaman anak terhadap konsep bilangan yang merupakan hal yang sangat mendasar bagi anak untuk dapat mengenal lambang bilangan, menyebutkan lambang bilangan 1-10 dan menghitung jumlah bilangan. Selain itu juga bilangan merupakan hal yang paling mendasar dalam pembelajaran matematika.

F. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian 1.Tujuan Penelitian

a. Tujuan umum

Secara umum tujuan penelitian ini untuk memperolah data pengaruh media pasak hitung terhadap peningkatan pemahaman konsep bilangan anak tunagrahita ringan kelas 1 SDLB.

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

1) Mengetahui pemahaman konsep bilangan anak tunagrahita

ringan sebelum menggunakan media pasak hitung.

2) Mengetahui pemahaman konsep bilangan anak tunagrahita

ringan pada saat menggunakan media pasak hitung.

3) Mengetahui pemahaman konsep bilangan anak tunagrahita


(6)

Karina Ajeng Putri Pratiwi, 2015

PENGARUH MEDIA PASAK HITUNG TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN SDLB KELAS 1 SLB TERATE KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2.Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut :

a. Kegunaan teoritis.

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan ilmu pendidikan luar biasa terutama berkenaan dengan media pasak hitung dalam meningkatkan pemahaman konsep bilangan anak berkebutuhan khusus khususnya anak tunagrahita ringan.

b. Kegunaan praktis

1) Bagi pendidik

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan guru dalam

penggunaan media pembelajaran untuk meningkatkan

pemahaman konsep bilangan dengan menggunakan media pasak hitung.

2) Bagi anak

Memberikan bantuan agar dapat meningkatkan pemahaman konsep bilangan sehingga anak dapat mengerti dan mengurutkan bilangan bilangan 1-10.

3) Bagi peneliti selanjutnya

Dapat dijadikan acuan untuk meneliti pemahaman konsep bilangan dengan menggunakan pasak hitung.