S MPP 1006029 Chapter5

BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis, refleksi, serta rencana tindakan yang telah
dilakukan pada setiap siklus. Mulai dari siklus pertama, siklus kedua sampai
dengan siklus ketiga pada pembelajaran IPS yang dilaksanakan di kelas VII F
SMP N 12 Bandug mengenai “Upaya Meningkatkan Kreativitasa Siswa melalui
Komik Berbasis Budaya Lokal dalam Pembelajaran IPS (Penelitian Tindakan
Kelas di Kelas VII F SMP N 12 Bandung)”. Kesimpulan yang diperoleh yakni :
1. Perencanaan komik berbasis budaya lokal dalam kegiatan pembelajaran IPS
pada setiap siklus sudah baik. Peneliti merancang perencanaan pembelajaran
dengan menyesuaikan pada materi ajar dan integrasinya dengan kreativitas
serta budaya lokal. Komik berbasis budaya lokal menggunakan karakter tokoh
Astrajingga sebagai bentuk interpretasi terhadap budaya lokal sunda. Materi
ajar terkait dengan kegiatan ekonomi diilustrasikan ke dalam contoh konkrit
kreativitas yang berbasis budaya lokal sunda. Seperti halnya kreativitas pada
masyarakat adat sunda yang memenuhi kebutuhan hidupnya melalui potensi
lokal wilayahnya. Dalam pelaksanaannya, perencanaan media komik banyak
mengalami kendala namun melalui usaha bersama antara peneliti dan guru
mitra perencanaan media komik mengalami peningkatan. Komik juga sangat

bermakna bagi siswa dalam pembelajaran IPS, karena mengandung nilai
budaya lokal yang harus dilestarikan bersama. Disamping produk budaya yang
digunakan sebagai media pembelajaran,, di dalamnya juga mengandung nilainilai budaya sunda seperti cinta lingkungan, gotongroyong, saling menghargai,
dan saling menghormati yang diinternalisasikan dalam suatu pandangan silih
asah, silih asih dan silih asuh.
2. Pelaksanaan tindakan penggunaan komik berbasis budaya lokal dalam
meningkatkan kreativitas siswa di kelas VII F SMP Negeri 12 Bandung sudah
Pebriani Rizki Ali, 2014
Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa Melalui Komik Berbasis Budaya Lokal Dalam Pembelajaran
Ips
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

325

efektif. Kreativitas yang menjadi tujuan pembelajaran IPS pada penelitian ini
sudah tercapai dengan baik sebagaimana peningkatan hasil belajar dan angket
siswa terhadap kreativitas. Aspek aptitude dan non aptitude siswa mulai dari
siklus 1 sampai dengan siklus 3 mengalami peningkatan yang signifikan.
Demikian dengan dimensi produk siswa semakin meningkat, walaupun dalam
perjalannya banyak mengalami kendala. Namun pada akhirnya siswa mampu

menghasilkan ide kreatif yang dibuktikan dalam bentuk produk kreatif seperti
pembuatan komik dan poster berbasis lingkungan, serta produk kreatif berbasis
budaya lokal sunda. Di samping itu, produk kreatif dihasilkan sebagai bentuk
ekspektasi siswa terhadap cita-citanya dalam bentuk cerita imajinatif..
3. Kendala dan usaha perbaikan sehingga membuahkan solusi merupakan hal
yang peneliti temukan selama penelitian berlangsung. Perencanaan dan
pelaksanaan penelitian ini tidak akan berhasil tanpa sebuah tantangan berupa
kendala, sehingga peneliti dan guru mitra senantiasa melakukan refleksi dan
perbaikan selama penelitian berlangsung. Adapun kendala yang ditemukan
selama pelaksanaan penelitian ini baik pada aspek perencanaan maupun
pelaksanaan tindakan cukup beragam. Pada aspek perencanaan, peneliti
menemukan kendala yaitu merancang media pembelajaran yang kontekstual
dan memenuhi tujuan pembelajaran. Pada aspek pelaksanaan tindakan, guru
mengalami kendala yaitu kesulitan dalam mengintegrasikan budaya lokal,
materi ajar dan kreativitas yang mudah dipahami siswa. Demikian siswa juga
kurang terarahkan dalam kegiatan pembelajaran, khususnya memahamkan
siswa mengenai kreativitas dalam tindakan ekonomi yang berbasis budaya
lokal. Namun, melalui penggunaan komik ini dapat memudahkan guru dalam
menyampaikan materi pelajaran tersebut. Kendala tersebut kadang membuat
peneliti kesulitan dalam melaksanakan penelitian ini, sehingga peneliti

merumuskan beberapa solusi dalam mengatasi permasalahan tersebut,
diantaranya adalah :
a. Menunjukan bahwa hasil karya siswa dihargai dan meningkatkan rasa harga
diri individual siswa;

326

b. Mengarahkan dan memotivasi siswa untuk menghargai ide maupun hasil
karya di kelas, supaya karya setiap anak bisa dipandang secara kritis;
c. Menyediakan contoh-contoh media yang menyenangkan secara estetika. Hal
ini guru melakukan perbaikan pada konten komik dengan menambahkan
unsur warna dan aspek ide kreatif seperti inovasi dalam tindakan ekonomi;
d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat produk sendiri,
sehingga dapat meningkatkan perasaan kepemilikan terhadap hasil karyanya.
Melalui kegiatan ini siswa juga dilibatkan untuk dapat mengahargai
perbedaan atas setiap karya individu dalam kelas tersebut;
e. Mengungkapkan dan mengajak siswa untuk memperhatikan nilai dan bentuk
yang merepresentasikan sebuah masyarakat berbudaya, dan mendorongnya
untuk peduli terhadap setiap nilai dan benda kebudayaan lokal sunda seperti
wayang, serta kebudayaan masyarakat lokal sunda beserta nilai-nilai yang

harus dihargai oleh siswa. Sehingga melalui kegiatan ini dapat meningkatkan
rasa kepemilikan siswa terhadap kultur sunda.
4. Efektivitas penggunaan komik berbasis budaya lokal jika dilihat dari fungsi
sebuah media pembelajaran, maka peneliti menyimpulkan bahwa komik
Astrajingga sudah efektif dalam meningkatkan kreativitas siswa. Hal ini
sebagaimana peneliti melihat peningkatan kretaivitas siswa baik pada aspek
aptitude, non aptitude dan dimensi produk siswa. Pada aspek aptitude, siklus 1
mencapai angka 11,24%, siklus 2 mencapai angka 72,29%, dan siklus 3
mencapai angka 99,72 %. Pencapaian tersebut menggambarkan bahwa siswa
secara keseluruhan sudah dapat memenuhi aspek aptitude dari kreativitas. Pada
aspek non aptitude, siklus 1 mencapai 38,82%, siklus 2 mencapai 83,42%, dan
siklus 3 mencapai 99,17%. Sementara respon siswa terhadap komik baik dalam
esensi maupun komik sebagai suatu alat komunikasi juga menggambarkan
bahwa komik sudah efektif dalam meningkatkan kegiatan pembelajaran IPS.
Pada siklus 1, siswa sudah mampu menemukan esensi dari komik yaitu
sebanyak 54,73%, siklus 2 mencapai 83,93% dan siklus 3 mencapai 100%.
Respon siswa juga sangat baik terhadap komik dan budaya lokal yaitu

327


penggunaan tokoh Astrajingga, hal ini dibuktikan dengan peningkatannya pada
setiap siklus, terutama pada siklus ke 3, peningkatan mencapai 100%.

B. Rekomendasi
Penggunaan komik sebagai media pembelajran khususnya berbasis budaya
lokal sunda sangat penting. Hal ini sebagaimana esensi komik sebagai media
informasi dan salah satu media peningkatan kreativitas siswa. Dari hasil penelitian
ini, sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil temuan baik
secara praktis di lapangan maupun secara teoritis melalui kajian terhadap teori
atau konsep yang relevan, maka beberapa hal dapat menjadi bahan rekomendasi
adalah sebagai berikut :
1. Bagi guru
Penelitian ini sangat penting bagi guru terutama berkaitan dengan
pengembangan media pembelajaran sebagai alat komunikasi dan mediasi dalam
kegiatan pembelajaran IPS. Penggunaan komik dalam pembelajaran IPS
merupakan hal yang baru, terlebih ketika komik mengangkat unsur budaya lokal
sunda sehingga pembelajaran menjadi lebih kontekstual. Komik dalam penelitian
ini tidak hanya sebagai alat komunikasi di dalam kelas, namun komik juga
menjadi salah satu pendorong kreativitas siswa. Demikian komik dalam penelitian
ini dapat dijadikan alternatif bagi guru pada mata pemlajaran IPS, sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai secara baik..
2. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif dalam pemilihan media
pembelajaran bagi siswa. Komik berbasis budaya lokal sundadapat dijadikan
bahan belajar siswa baik di kelas ketika pembelajaran IPS, namun juga di rumah
sebagai bahan bacaan yang menarik bagi anak. Keunggulan komik dalam
pembelajaran IPS tidak hanya digunakan di kelas, namun siswa dapat
menggunakan komik di luar lingkungan sekolah sehingga pembelajaran IPS
menjadi lebih bermakna.

328

3. Bagi sekolah
Sekolah sebagai lingkungan pendidikan dan kelas merupakan tempat yang
paling dekat dalam memberikan pengajaran bagi siswa. Demikian sekolah
merupakan wahana dalam mengembangkan kemampuan siswa, sehingga
diperlukan media pembelajaran yang mampu memenuhi tujuan pembelajaran
terutama dalam mata pelajaran IPS. Melalui penelitian ini, komik berbasis budaya
lokal sunda dapat dijadikan media alternatif dalam memenuhi ketercapaian tujuan
pembelajaran di kelas. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi tolok ukur dalam

mengembangkan media komik pada mata pelajaran IPS dengan mengangkat
aspek budaya lokal sunda.