Chapter I

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Kasus Enron di Amerika Serikat membuat banyak pihak terkejut, apalagi
hal tersebut melibatkan salah satu Kantor Akuntan Publik (KAP) internasional
yakni Arthur Andersen (AA). Banyak pihak menempatkan auditor sebagai pihak
yang paling bertanggung jawab terhadap masalah ini. Independensi auditor
merupakan salah satu faktor yang diduga memicu masalah ini (Efraim,2010).
Perikatan audit yang dilakukan AA sudah hampir 20 tahun, seharusnya AA
banyak mengetahui mengenai kliennya. Kondisi tersebut menimbulkan tanda
tanya dan diduga bahwa tugas audit yang terlalu lama dilakukan seorang auditor
maupun KAP menyebabkan keterikatan secara emosional dan menurunkan
independensinya. Keraguan lainnya yang muncul mengenai reputasi auditor yang
yang berkaitan dengan sikap independensi dalam menghasilkan kualitas audit
yang tinggi.
Kasus Enron yang melibatkan KAP Arthur Andersen berdampak sangat
besar, baik di Amerika maupun di Indonesia. Dampak atas kasus tersebut

diantaranya adalah terjadinya pembaharuan tatanan kondisi maupun regulasi
praktik bisnis di Amerika Serikat seperti diterbitkannya Sarbanes Oxley Act
(SOX) pada bulan Juli 2002 yang membuat perubahan terhadap praktik audit
seperti pelarangan nmemberikan jasa non audit kepada perusahaan yang diaudit.
Jika dikaitkan dengan kondisi di Indonesia, diberlakukannya SOX
memberi dampak kepada peraturan pengauditan di Indonesia. Salah satu peraturan

yang diberlakukan oleh pemerintah Indonesia sebagai tanggapan SOX adalah
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan
Publik. Peraturan tersebut sampai dengan saat ini sudah beberapa kali mengalami
perubahan. Peraturan ini diperbaharui lagi pada tahun 2008 dengan peraturan
Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 tentang Jasa Akuntan Publik bahwa
pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan
oleh KAP paling lama untuk 6 (enam) tahun buku berturut-turut dan oleh seorang
Akuntan Publik paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa keputusan tersebut dibuat oleh
pemerintah sebagai upaya untuk menghindari terjadinya kasus-kasus manipulasi
laporan keuangan atau skandal-skandal keuangan lainnya yang mungkin dapat
melibatkan auditor dengan cara memberlakukan aturan-aturan yang dapat
meningkatkan kinerja dan kualitas AP dan KAP (Yeni, 2009).

Audit merupakan suatu cara akuntan untuk menyelesaikan masalah
manipulasi akuntansi. Audit laporan keuangan menjadi suatu kebutuhan bagi
perusahaan dan juga bagi pihak manajemen perusahaan. Laporan keuangan
menjadi sangat penting karena informasi yang terkandung di dalamnya. Informasi
tersebut haruslah memiliki kualitas yang dapat diandalkan karena dapat berguna
untuk proses pengambilan keputusan. Untuk mencapai kualitas informasi yang
diharapkan, diperlukan pemeriksaan yang berkualitas pula. Informasi yang lebih
berkualitas dapat ditingkatkan dengan memperbaiki kualitas audit (Permana,
2011).

De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas
dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan adanya suatu kecurangan
dalam sistem akuntansi auditeenya, dan kemungkinan untuk menyampaikan atau
melaporkan temuan tersebut kepada pihak manajemen. Definisi mengenai kualitas
audit dapat diambil poin pentinganya bahwa audit yang berkualitas adalah audit
yang dilaksanakan oleh orang yang kompeten dan independen. Widiastuty dan
Febrianto (2010) mendefinisikan auditor yang kompeten adalah auditor yang
memiliki kemampuan teknologi, memahami dan melaksanakan prosedur audit
yang benar serta memahami dan menggunakan metode penyampelan yang benar,
sebaliknya auditor yang independen adalah auditor yang jika menemukan

pelanggaran, akan secara independen melaporkan pelanggaran tersebut. De angelo
(1981b) berpendapat bahwa kedua kualitas itu hanya dimiliki oleh kantor akuntan
yang berukuran besar the big four atau afiliasinya.
Pada Penelitian ini menganalisis pengaruh audit tenure, reputasi KAP
terhadap kualitas audit. Audit tenure merupakan lamanya jangka waktu pemberian
jasa audit terhadap klien tertentu oleh suatu Kantor Akuntan Publik (Shockley,
1981). Tenure mempunyai pengaruh penting dalam menentukan tinggi rendahnya
kualitas audit. Sinason, et al. (2001) menemukan panjang masa perikatan audit
secara positif dipengaruhi oleh jenis perusahaan audit. Dengan demikian,
perusahaan-perusahaan audit yang besar seperti Big 4 atau afiliasinya akan
memiliki masa perikatan audit yang panjang dibandingkan perusahaan audit yang
kecil seperti non big 4. KAP big 4 yang disebutkan adalah price water house

(PWC), Deloitte Touche Tohmatsu, Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG)
International, dan Ernst and Young (EY).
Lamanya penugasan audit akan menambah pengetahuan tentang klien dan
industri yang diperoleh setelah audit berulang-ulang akan meningkat, sehingga
dapat meningkatkan kualitas audit. Johnson (2002) juga Myers (2003) melaporkan
bahwa tingkat akrual diskresioner menurun (yang diartikan bahwa kualitas audit
meningkat) sesuai dengan lamanya masa penugasan. Bamber dan Iyer (2002)

menemukan bahwa lamanya keterikatan auditor dengan klien berhubungan
dengan makin tingginya kualitas audit. Temuan ini konsisten dengan kesimpulan
Ghosh dan Moon (2005) tentang persepsi investor yang menyatakan bahwa
lamanya keterikatan KAP dengan klien identik dengan semakin meningkatnya
kualitas audit.
Reputasi Kantor Akuntan Publik merupakan pandangan atas nama baik,
prestasi dan kepercayaan publik yang disandang oleh KAP tersebut. KAP besar
identik dengan KAP yang bereputasi tinggi atau KAP Internasional. Reputasi
KAP dikaitkan dengan ukuran KAP. Ukuran KAP menunjukkan kemampuan
auditor untuk bersikap independen dan melaksanakan audit secara profesional,
sebab KAP menjadi kurang tergantung secara ekonomi kepada klien. Standar
profesi akuntan publik yang terus bertambah juga membuat profesi auditor
menjadi sangat mudah untuk dituntut bilamana terjadi pelanggaran dalam
penyajian laporan keuangan yang tidak mengandung unsur integritas. Standar
yang baru yaitu Keputusan Menteri Keuangan No. 17/ PMK. 01/ 2008 tentang
Jasa Akuntan Publik. Standar profesi akuntan publik yang baru ini hanya

memperbolehkan kantor akuntan publik mengaudit klien nya paling lama enam
tahun.
Permasalahan antara tenure dan kualitas audit disebabkan karena

terjadinya kasus-kasus manipulasi akuntansi yang melibatkan auditor sebagai
pihak yang seharusnya independen, kejadian tersebut dicurigai terjadi karena
kedekatan antara auditor dan kliennya akibat tenur yang panjang sehingga auditor
menjadi tidak independen. Pembentukan komite audit pada perusahaan
diharapkan dapat memonitor hubungan antara auditor dengan manajemen
perusahaan sehingga dapat meningkatkan independensi auditor tersebut
Komite audit merupakan komite yang dibentuk oleh dewan direksi yang
bertugas melaksanakan pengawasan independen atas proses laporan keuangan dan
audit eksternal. Komite Audit bertugas mewakili dan membantu Dewan Direksi
untuk mengawasi proses pelaporan akuntansi dan keuangan, audit laporan
keuangan dan pengendalian internal, dan fungsi-fungsi audit. Keberadaan komite
audit merupakan perangkat yang penting dalam penerapan tata kelola perusahaan
yang baik. Keberadaan komite audit di Indonesia dipertegas dengan keputusan
Ketua Bapepam dan LK Nomor Kep-643/BL/2012 mengenai pembentukan
komite audit dan juga Kep. Direksi BEJ No. 305/BEJ/07-2004 mengenai
peraturan pencatatan di Bursa efek yang mencakup komisaris independen, komite
audit, sekretaris perusahaan, keterbukaan, dan standar laporan keuangan per
sektor.
Beberapa penelitian mengenai pengaruh kualitas audit yang dihubungkan
dengan tenure KAP serta reputasi KAP, kedua hal ini dianggap berpengaruh


positif terhadap kualitas audit. Tenure KAP dapat mempengaruhi independensi
auditor dan mempengaruhi pula kualitas audit seperti yang dikatakan Flint (1988)
dalam Wibowo dan Rossieta (2009). Tenure KAP yang lama akan berpengaruh
signifikan meningkatkan kualitas audit yang diukur dengan tingkat akrual lancar.
Temuan ini mendukung suatu argumen bahwa semakin lama bertugas, KAP akan
memiliki pengetahuan dan pengalaman untuk merancang prosedur audit yang baik
dan benar (Giri, 2011). Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh
Permana dan Pamudji (2011) menunjukkan bahwa tenure KAP dan Ukuran KAP
tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Sehingga dapat dikatakan tidak ada
hubungan antara masa perikatan audit dan ukuran KAP terhadap kualitas audit.
Penelitian ini terutama mereplikasi hasil penelitian Nuratama (2011) yang
meneliti pengaruh tenure dan reputasi KAP terhadap kualitas audit dengan komite
audit sebagai variabel moderasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tenure
dan reputasi KAP berpengaruh terhadap kualitas audit dan komite audit sebagai
variabel moderasi memperlemah hubungan antara tenur dengan kualitas audit.
Bedanya dengan penelitian terdahulu adalah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI), dan menggunakan tahun yang lebih up-date dari peneliti
terdahulu yaitu tahun 2010 sampai dengan tahun 2013. Sedangkan pada penelitian

terdahulu menggunakan perusahaan manufaktur sebagai sampel dan tahun yang
digunakan dalam penelitian sebelumnya yaitu tahun 2004-2009.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik memilih skripsi dengan
judul “Pengaruh Audit Tenure Dan Reputasi KAP Terhadap Kualitas Audit
Dengan Komite Audit Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan
Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan pada bagian

sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan pada penelitian ini sebagai
berikut :
1.

Apakah audit tenure berpengaruh terhadap kualitas audit?

2.


Apakah reputasi KAP berpengaruh terhadap kualitas audit?

3.

Apakah komite audit dapat memoderasi pengaruh audit tenure terhadap
kualitas audit?

4.

Apakah audit tenure, reputasi KAP secara simultan berpengaruh terhadap
kualitas audit?

1.3

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka penelitian ini memilki tujuan untuk :
1.


Untuk mengetahui pengaruh audit tenure terhadap kualitas audit.

2.

Untuk mengetahui pengaruh audit tenure terhadap kualitas audit.

3.

Untuk mengetahui apakah komite audit dapat memoderasi pengaruh audit
tenure terhadap kualitas audit.

4. Untuk mengetahui apakah audit tenure, reputasi KAP secara simultan
berpengaruh terhadap kualitas audit.

1.4

Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1.


Bagi Peneliti
Memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai pengaruh tenure
terhadap kualitas audit pada perusahaan pertambangan di Indonesia.

2.

Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
hubungan antara tenure auditor dan kualitas audit agar auditor dapat
selalu mempertahankan independensinya. Penelitian ini juga diharapkan
memberikan tambahan informasi mengenai kemampuan komite audit
untuk dapat membantu auditor dalam mempertahankan independensinya.

3.

Bagi peneliti berikutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan referensi dan dasar awal untuk
melakukan penelitan-penelitan berikutnya.