Peraturan Menteri Keuangan Nomor 196 PMK.010 2016
MENTERIKEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
PERA TURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONE SIA
NOMOR
196/PMK.010/2016
TENTANG
PERUBAHAN KELIMA ATAS KEPUTUSAN MENTER! KEUANGAN NOMOR
231/KMK.03/2001 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILA!
DAN PAJAK PE NJUALAN ATAS BARANG MEWAH ATAS IMPOR BARA NG
KENA PAJAK YANG DIBEBASAN DARI PUNGUTAN BEA MASUK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
a.
bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
231/KMK.03/2001
tentang
Perlakuan
Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah atas Impor Barang Kena Pjak yang Dibebaskan
dari Pungutan Bea Masuk sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 142/PMK.010/2015, telah diatur perlakuan Pjak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah atas impor barang kena pajak yang dibebaskan
dari pungutan Bea Masuk;
b.
bahwa
dalam
rangka
mendorong
ekspor,
perlu
memberikan asilitas tidak dipungut Pajak Pertambahan
Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pjak Penjualan
atas Barang Mewah atas impor barang dan bahan, yang
digunakan untuk memproduksi barang lain
dengan
tjuan untuk diekspor;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 2 -
c.
bahwa
dalam
rangka
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi nasional, dan merealisasikan potensi ekspor
produk
industri
kecil
menengah,
perlu
mendukung
pengembangan industri kecil menengah;
d.
bahwa dalam rangka menyelaraskan ketentuan mengenai
pemberian asilitas perpajakan dan kepabeanan, perlu
memberikan asilitas tidak dipungut Pajak Pertambahan
Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah atas impor barang-barang tertentu
yang telah diberikan asilitas pembebasan bea masuk;
e.
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang
Perubahan Kelima atas
Nomor
Keputusan Menteri
231/KMK.03/2001
tentang
Keuangan
Perlakuan . Pajak
Pertambahan Nilai dan Pjak Penjualan atas Barang
Mewah atas lmpor Barang Kena Pajak Yang Dibebaskan
Dari Pungutan Bea Masuk;
Mengingat
Keputusan
tentang
Menteri
Perlakuan
Keuangan
Pajak
Nomor
.Pertambahan
231/KMK.03/2001
Nilai
dan·
Pajak
Penjualan atas Barang Mewah atas lmpor Barang Kena ·Pajak
yang Dibebaskan dari Pungutan Bea Masuk sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 142/PMK.010/2015 tentang
Keempat
atas
Keputusan
Menteri
Perubahan
Keuangan
Nomor
231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan :tas Barang Mewah atas Impor
Barang Kena Pjak yang Dibebaskan dari Pungutan Bea
Masuk (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
1087);
www.jdih.kemenkeu.go.id
jp
-3MEMUTUSKAN:
Menetapkan
PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN
KELIMA ATAS KEPUTUSAN MENTER! KEUANGAN NOMOR
231/KMK.03/2001
PERTAMBAHAN
TENTANG
NILAI
DAN
PERLAKUAN
PAJAK
PAJAK
PENJUALAN
ATAS
BAANG MEWAH ATAS IMPOR BARANG KENA PAJAK YANG
DIBEBASKAN DARI PUNGUTAN BEA MASUK.
Pasal l
Beberapa ketentuan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor
231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai
dan Pjak Penjualan atas Barang Mewah atas Impor Barang Kena
Pajak yang Dibebaskan dari Pungutan Bea Masuk yang telah
beberapa kali diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan:
1.
Nomor 616/PMK.03/2004;
2.
Nomor 27/PMK.011/2012 tentang Perubahan Kedua atas
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 231/KMK.03/2001
tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah atas Impor Barang Kena
Pajak yang Dibebaskan dari Pungutan Bea Masuk (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 185);
3.
Nomor 70/PMK.011/2013 tentang Perubahan Ketiga atas
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 231/KMK.03/2001
tentang Perlakuan Pjak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah . atas Impor Barang Kena
Pajak yang Dibebaskan dari Pungutan Bea Masuk (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 531);
4.
Nomor 142/PMK.010/2015 tentang Perubahan Keempat
Keputusan
Menteri
Keuangan
Nomor
231/KMK.03/2001
tentang
Perlakuan
Pjak
atas
Pertambahan Nilai dan Pajak Pejualan atas Barang
Mewah atas Impor Barang Kena Pajak yang Dibebaskan
dari
Pungutan Bea Masuk
(Berita
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1087),
diubah sebagai berikut:
www.jdih.kemenkeu.go.id
-41.
Ketentuan ayat (3) Pasal 2 diubah, sehingga Pasal 2
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 2
(1)
Atas impor Barang Kena Pajak yang dibebaskan dari
pungutan
Bea
Masuk
tetap
dipungut
Pjak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai
dan
Pajak
Penjualan
berdasarkan
Atas
ketentuan
Barang
Mewah
perundang - undangan
perpajakan yang berlaku.
(2)
Menyimpang dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), atas impor sebagian Barang Kena
Pajak yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk,
tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pjak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah.
(3)
Barang Kena Pajak yang dibebaskan dari pungutan
Bea Masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
adalah:
a.
barang perwakilan negara asmg beserta para
pejabatnya
yang
bertugas
di
Indonesia
berdasarkan asas timbal balik;
b.
barang untuk keperluan badan internasional
yang diakui dan terdaftar pada Pemerintah
Indonesia beserta pejabatnya yang bertugas di
Indonesia
dan
tidak
memegang
paspor
Indonesia;
c.
barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah
umum, amal, sosial, kebudayaan, atau barang
untuk kepentingan penanggulangan bencana
alam;
d.
barang
untuk
keperluan
museum,
kebun
binatang, dan tempat lain semacam itu yang
terbuka untuk umum,
serta barang untuk
konservasi alam;
e.
barang
untuk
keperluan
penelitian
lan
pengembangan ilmu pengetahuan;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 5 -
f.
barang
untuk
keperluan
khusus
kaum
tunanetra dan penyandang cacat lainnya;
peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau
g.
abu jenazah;
barang pindahan tenaga kerja Indonesia yang
h.
bekerja di luar negeri, mahasiswa yang beljar
di luar negeri, Pegawai Negeri Sipil, anggota
Tentara
Nasional
Indonesia,
atau
anggota
Kepolisian Republik Indonesia yang bertugas di
luar negeri sekurang - kurangnya selama 1 (satu)
tahun, sepanjang barang tersebut tidak untuk
diperdagangkan
dan mendapat rekomendasi
dari Perwakilan Republik Indonesia setempat;
barang
L
pribadi
penumpang,
awak
sarana
pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman
sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan Pabean;
barang yang diimpor oleh pemerintah pusat
J.
atau pemerintah daerah yang ditujukan untuk
kepentingan umum;
k.
perlengkapan militer termasuk suku cadang
yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan
lan keamanan Negara;
barang
I.
1mpor
peraturan
·
m.
sementara
sesuai
ketentuan
perundang - undangan
mengenai
impor sementara;
barang
yang
dipergunakan
untuk
kegiatan
usaha eksplorasi lan eksploitasi hulu minyak
lan gas bumi serta eksplorasi lan eksploitasi
panas bumi;
n.
dihapus;
o.
barang yang telah diekspor kemudian diimpor
kembali dalam kualitas yang sama dengan
kualitas pada saat diekspor;
p.
barang yang telah diekspor untuk keperluan
perbaikan,
pengerJaan,
lan
penguJian,
kemudian diimpor kembali;
www.jdih.kemenkeu.go.id
-6 q.
obat-obatan
yang
diimpor
menggunakan
anggaran
dengan
pemerintah
yang
diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat;
r.
bahan terapi manusia, pengelompokan darah
dan bahan penjenisan jaringan yang diimpor
dengan
yang
menggunakan
anggaran
pemerintah
diperuntukkan
bagi
kepentingan
masyarakat;
s.
barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau
dipasang pada barang lain yang mendapat
asilitas impor untuk tjuan ekspor;
·'
t.
barang dan bahan atau mesin yang diimpor .
oleh
industri
kecil
dan
menengah
atau
konsorsium untuk industri kecil dan menengah
dengan menggunakan asilitas impor untuk
tjuan ekspor;
(3a) Fasilitas tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai
atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas
Barang
Mewah
dapat
diberikan
terhadap
Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf o, sepanjang pada saat ekspor Barang
Kena Pajak dimaksud dinyatakan akan diimpor
kembali.
(4)
Fasilitas tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai
atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
Atas
Barang
Mewah
dapat
diberikan
terhadap
Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf m, sepanjang memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a.
barang tersebut belum dapat diproduksi dalam
negen;
b.
barang tersebut sudah diproduksi dalam negeri,
namun
belum
memenuhi
spesiikasi
yang
dibutuhkan; atau
c.
barang tersebut sudah diproduksi dalam negeri,
namun
jumlahnya
belum
mencukupi
kebutuhan industri.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 7 -
(5)
Untuk memperoleh asilitas sebagaimana dimaksud
pada
ayat
(4),
Wajib
Pajak harus
mengajukan
permohonan kepada Direktur Jenderal Bea dan
Cukai
bersamaan
memperoleh
dengan
asilitas
permohonan
pembebasan
untuk
bea
masuk,
dengan dilampiri Rencana Impor Barang (RIB) yang
telah disetjui dan ditandasahkan oleh Direktur
Jenderal Minyak dan
Gas
Bumi atau
Direktur
Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi
Energi,
Kementerian
Energi
dan
Sumber
Daya
Mineral, yang tata caranya mengikuti ketentuan
perundang-undangan Pabean.
2.
Ketentuan Pasal 4 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 4
(1)
Apabila dalam jangka waktu 4 (empat) tahun sejak
impor, Barang Kena Pajak yang dibebaskan dari
pungutan Bea Masuk sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (3) digunakan tidak sesuai dengan
tujuan
semula atau
dipindahtangankan
kepada
pihak lain yang tidak sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
kepabeanan,
di bidang perpajakan
sebagian
atau
seluruhnya,
dan
Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Pejualan Atas Barang Mewah yang tidak
dipungut atas impor Barang Kena Pajak tersebut
wajib dibayar oleh orang pribadi atau badan yang
melakukan importasi.
(2)
Pajak
Pertambahan
Nilai
yang
telah
dibayar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
dikreditkan sebagai Pajak Masukan.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 8 -
(3)
Kewajiban pembayaran Pjak
Pertambahan
Nilai
atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu)
bulan sejak Barang Kena Pajak tersebut dialihkan
penggunaannya atau dipindahtangankan.
(4)
Dalam
hal
kewajiban
pembayaran
sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) tidak dipenuhi, Direktur
Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar ditambah dengan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan
paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung
sejak saat terutangnya pajak sampai dengan tanggal
penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan
(5)
Dalam hal pembayaran dilakukan setelah lewat
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan kepada Wajib Pjak belum diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Direktur Jenderal
Pajak
menerbitkan
Surat
Tagihan
Pajak
untuk
menagih sanksi administrasi berupa bunga sebesar
2% (dua persen) per bulan yang dihitung sejak
berakhirnya jangka waktu pembayaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh
1 (satu) bulan.
Pasal
Peraturan
Menteri
1m
II
mulai
berlaku
pada
tanggal
20 Januari 2017.
www.jdih.kemenkeu.go.id
-9Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 9 Desember 20 1 6
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SRI MULYANI INDRAWATI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Desember 20 1 6
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 20 1 6 NO MOR 1 944
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Umum
:..u.b.
K pala Bagian T. U. Kementerian
-
-
;
�PO YUWON 1 2 1 99703 1 00 /
www.jdih.kemenkeu.go.id
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
PERA TURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONE SIA
NOMOR
196/PMK.010/2016
TENTANG
PERUBAHAN KELIMA ATAS KEPUTUSAN MENTER! KEUANGAN NOMOR
231/KMK.03/2001 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILA!
DAN PAJAK PE NJUALAN ATAS BARANG MEWAH ATAS IMPOR BARA NG
KENA PAJAK YANG DIBEBASAN DARI PUNGUTAN BEA MASUK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang
a.
bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor
231/KMK.03/2001
tentang
Perlakuan
Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah atas Impor Barang Kena Pjak yang Dibebaskan
dari Pungutan Bea Masuk sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 142/PMK.010/2015, telah diatur perlakuan Pjak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah atas impor barang kena pajak yang dibebaskan
dari pungutan Bea Masuk;
b.
bahwa
dalam
rangka
mendorong
ekspor,
perlu
memberikan asilitas tidak dipungut Pajak Pertambahan
Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pjak Penjualan
atas Barang Mewah atas impor barang dan bahan, yang
digunakan untuk memproduksi barang lain
dengan
tjuan untuk diekspor;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 2 -
c.
bahwa
dalam
rangka
meningkatkan
pertumbuhan
ekonomi nasional, dan merealisasikan potensi ekspor
produk
industri
kecil
menengah,
perlu
mendukung
pengembangan industri kecil menengah;
d.
bahwa dalam rangka menyelaraskan ketentuan mengenai
pemberian asilitas perpajakan dan kepabeanan, perlu
memberikan asilitas tidak dipungut Pajak Pertambahan
Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah atas impor barang-barang tertentu
yang telah diberikan asilitas pembebasan bea masuk;
e.
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d,
perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang
Perubahan Kelima atas
Nomor
Keputusan Menteri
231/KMK.03/2001
tentang
Keuangan
Perlakuan . Pajak
Pertambahan Nilai dan Pjak Penjualan atas Barang
Mewah atas lmpor Barang Kena Pajak Yang Dibebaskan
Dari Pungutan Bea Masuk;
Mengingat
Keputusan
tentang
Menteri
Perlakuan
Keuangan
Pajak
Nomor
.Pertambahan
231/KMK.03/2001
Nilai
dan·
Pajak
Penjualan atas Barang Mewah atas lmpor Barang Kena ·Pajak
yang Dibebaskan dari Pungutan Bea Masuk sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 142/PMK.010/2015 tentang
Keempat
atas
Keputusan
Menteri
Perubahan
Keuangan
Nomor
231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan Pajak Pertambahan
Nilai dan Pajak Penjualan :tas Barang Mewah atas Impor
Barang Kena Pjak yang Dibebaskan dari Pungutan Bea
Masuk (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor
1087);
www.jdih.kemenkeu.go.id
jp
-3MEMUTUSKAN:
Menetapkan
PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN
KELIMA ATAS KEPUTUSAN MENTER! KEUANGAN NOMOR
231/KMK.03/2001
PERTAMBAHAN
TENTANG
NILAI
DAN
PERLAKUAN
PAJAK
PAJAK
PENJUALAN
ATAS
BAANG MEWAH ATAS IMPOR BARANG KENA PAJAK YANG
DIBEBASKAN DARI PUNGUTAN BEA MASUK.
Pasal l
Beberapa ketentuan dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor
231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai
dan Pjak Penjualan atas Barang Mewah atas Impor Barang Kena
Pajak yang Dibebaskan dari Pungutan Bea Masuk yang telah
beberapa kali diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan:
1.
Nomor 616/PMK.03/2004;
2.
Nomor 27/PMK.011/2012 tentang Perubahan Kedua atas
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 231/KMK.03/2001
tentang Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah atas Impor Barang Kena
Pajak yang Dibebaskan dari Pungutan Bea Masuk (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 185);
3.
Nomor 70/PMK.011/2013 tentang Perubahan Ketiga atas
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 231/KMK.03/2001
tentang Perlakuan Pjak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah . atas Impor Barang Kena
Pajak yang Dibebaskan dari Pungutan Bea Masuk (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 531);
4.
Nomor 142/PMK.010/2015 tentang Perubahan Keempat
Keputusan
Menteri
Keuangan
Nomor
231/KMK.03/2001
tentang
Perlakuan
Pjak
atas
Pertambahan Nilai dan Pajak Pejualan atas Barang
Mewah atas Impor Barang Kena Pajak yang Dibebaskan
dari
Pungutan Bea Masuk
(Berita
Negara
Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1087),
diubah sebagai berikut:
www.jdih.kemenkeu.go.id
-41.
Ketentuan ayat (3) Pasal 2 diubah, sehingga Pasal 2
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 2
(1)
Atas impor Barang Kena Pajak yang dibebaskan dari
pungutan
Bea
Masuk
tetap
dipungut
Pjak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai
dan
Pajak
Penjualan
berdasarkan
Atas
ketentuan
Barang
Mewah
perundang - undangan
perpajakan yang berlaku.
(2)
Menyimpang dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), atas impor sebagian Barang Kena
Pajak yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk,
tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai atau Pjak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah.
(3)
Barang Kena Pajak yang dibebaskan dari pungutan
Bea Masuk sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
adalah:
a.
barang perwakilan negara asmg beserta para
pejabatnya
yang
bertugas
di
Indonesia
berdasarkan asas timbal balik;
b.
barang untuk keperluan badan internasional
yang diakui dan terdaftar pada Pemerintah
Indonesia beserta pejabatnya yang bertugas di
Indonesia
dan
tidak
memegang
paspor
Indonesia;
c.
barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah
umum, amal, sosial, kebudayaan, atau barang
untuk kepentingan penanggulangan bencana
alam;
d.
barang
untuk
keperluan
museum,
kebun
binatang, dan tempat lain semacam itu yang
terbuka untuk umum,
serta barang untuk
konservasi alam;
e.
barang
untuk
keperluan
penelitian
lan
pengembangan ilmu pengetahuan;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 5 -
f.
barang
untuk
keperluan
khusus
kaum
tunanetra dan penyandang cacat lainnya;
peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau
g.
abu jenazah;
barang pindahan tenaga kerja Indonesia yang
h.
bekerja di luar negeri, mahasiswa yang beljar
di luar negeri, Pegawai Negeri Sipil, anggota
Tentara
Nasional
Indonesia,
atau
anggota
Kepolisian Republik Indonesia yang bertugas di
luar negeri sekurang - kurangnya selama 1 (satu)
tahun, sepanjang barang tersebut tidak untuk
diperdagangkan
dan mendapat rekomendasi
dari Perwakilan Republik Indonesia setempat;
barang
L
pribadi
penumpang,
awak
sarana
pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman
sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan Pabean;
barang yang diimpor oleh pemerintah pusat
J.
atau pemerintah daerah yang ditujukan untuk
kepentingan umum;
k.
perlengkapan militer termasuk suku cadang
yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan
lan keamanan Negara;
barang
I.
1mpor
peraturan
·
m.
sementara
sesuai
ketentuan
perundang - undangan
mengenai
impor sementara;
barang
yang
dipergunakan
untuk
kegiatan
usaha eksplorasi lan eksploitasi hulu minyak
lan gas bumi serta eksplorasi lan eksploitasi
panas bumi;
n.
dihapus;
o.
barang yang telah diekspor kemudian diimpor
kembali dalam kualitas yang sama dengan
kualitas pada saat diekspor;
p.
barang yang telah diekspor untuk keperluan
perbaikan,
pengerJaan,
lan
penguJian,
kemudian diimpor kembali;
www.jdih.kemenkeu.go.id
-6 q.
obat-obatan
yang
diimpor
menggunakan
anggaran
dengan
pemerintah
yang
diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat;
r.
bahan terapi manusia, pengelompokan darah
dan bahan penjenisan jaringan yang diimpor
dengan
yang
menggunakan
anggaran
pemerintah
diperuntukkan
bagi
kepentingan
masyarakat;
s.
barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau
dipasang pada barang lain yang mendapat
asilitas impor untuk tjuan ekspor;
·'
t.
barang dan bahan atau mesin yang diimpor .
oleh
industri
kecil
dan
menengah
atau
konsorsium untuk industri kecil dan menengah
dengan menggunakan asilitas impor untuk
tjuan ekspor;
(3a) Fasilitas tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai
atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas
Barang
Mewah
dapat
diberikan
terhadap
Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf o, sepanjang pada saat ekspor Barang
Kena Pajak dimaksud dinyatakan akan diimpor
kembali.
(4)
Fasilitas tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai
atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
Atas
Barang
Mewah
dapat
diberikan
terhadap
Barang Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf m, sepanjang memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
a.
barang tersebut belum dapat diproduksi dalam
negen;
b.
barang tersebut sudah diproduksi dalam negeri,
namun
belum
memenuhi
spesiikasi
yang
dibutuhkan; atau
c.
barang tersebut sudah diproduksi dalam negeri,
namun
jumlahnya
belum
mencukupi
kebutuhan industri.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 7 -
(5)
Untuk memperoleh asilitas sebagaimana dimaksud
pada
ayat
(4),
Wajib
Pajak harus
mengajukan
permohonan kepada Direktur Jenderal Bea dan
Cukai
bersamaan
memperoleh
dengan
asilitas
permohonan
pembebasan
untuk
bea
masuk,
dengan dilampiri Rencana Impor Barang (RIB) yang
telah disetjui dan ditandasahkan oleh Direktur
Jenderal Minyak dan
Gas
Bumi atau
Direktur
Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi
Energi,
Kementerian
Energi
dan
Sumber
Daya
Mineral, yang tata caranya mengikuti ketentuan
perundang-undangan Pabean.
2.
Ketentuan Pasal 4 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 4
(1)
Apabila dalam jangka waktu 4 (empat) tahun sejak
impor, Barang Kena Pajak yang dibebaskan dari
pungutan Bea Masuk sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (3) digunakan tidak sesuai dengan
tujuan
semula atau
dipindahtangankan
kepada
pihak lain yang tidak sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
kepabeanan,
di bidang perpajakan
sebagian
atau
seluruhnya,
dan
Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Pejualan Atas Barang Mewah yang tidak
dipungut atas impor Barang Kena Pajak tersebut
wajib dibayar oleh orang pribadi atau badan yang
melakukan importasi.
(2)
Pajak
Pertambahan
Nilai
yang
telah
dibayar
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak dapat
dikreditkan sebagai Pajak Masukan.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 8 -
(3)
Kewajiban pembayaran Pjak
Pertambahan
Nilai
atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu)
bulan sejak Barang Kena Pajak tersebut dialihkan
penggunaannya atau dipindahtangankan.
(4)
Dalam
hal
kewajiban
pembayaran
sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) tidak dipenuhi, Direktur
Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar ditambah dengan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan
paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung
sejak saat terutangnya pajak sampai dengan tanggal
penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,
dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan
(5)
Dalam hal pembayaran dilakukan setelah lewat
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan kepada Wajib Pjak belum diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Direktur Jenderal
Pajak
menerbitkan
Surat
Tagihan
Pajak
untuk
menagih sanksi administrasi berupa bunga sebesar
2% (dua persen) per bulan yang dihitung sejak
berakhirnya jangka waktu pembayaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh
1 (satu) bulan.
Pasal
Peraturan
Menteri
1m
II
mulai
berlaku
pada
tanggal
20 Januari 2017.
www.jdih.kemenkeu.go.id
-9Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 1 9 Desember 20 1 6
MENTERI KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
SRI MULYANI INDRAWATI
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Desember 20 1 6
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
WIDODO EKATJAHJANA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 20 1 6 NO MOR 1 944
Salinan sesuai dengan aslinya
Kepala Biro Umum
:..u.b.
K pala Bagian T. U. Kementerian
-
-
;
�PO YUWON 1 2 1 99703 1 00 /
www.jdih.kemenkeu.go.id