Penelitian Bahan Galian Lain Mineral Ikutan Di Wilayah Pertambangan Batubara Di Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi

PENELITIAN BAHAN GALIAN LAIN/MINERAL IKUTAN DI WILAYAH PERTAMBANGAN
BATUBARA DI KABUPATEN BUNGO,
PROVINSI JAMBI
Mangara P. Pohan, R. Hutamadi, Ridwan Arief, Asep Ahdiat
Kelompok Penyelidikan Konservasi dan Unsur Tanah Jarang
SARI
Lapisan batubara terbentuk bersama-sama dengan bahan anorganik yang kebanyakan berupa
klastik halus seperti serpih, batulempung, batulanau, batulumpur dan juga dapat berasosiasi dengan
batupasir halus sampai kasar, konglomerat, bahkan batugamping. Bahan-bahan tersebut pada
penambangan batubara akan terbuang atau sebagai bahan urugan pada lobang-lobang bekas tambang,
sehingga sampai saat ini pemanfaatannya bahan-bahan tersebut belum dilakukan dan terbuang sia-sia.
Bahan galian tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan galian industri, akan tetapi
tentunya harus memenuhi syarat dalam pemasaran dengan melakukan analisis kualitasnya.
Bahan galian lain pada endapan batubara yang berpotensi untuk diusahakan saat ini adalah bitumen
padat, keberadaan bahan galian ini pada umumnya berasosiasi dengan endapan batubara dan merupakan
lapisan diantara batubara (interburden) akan tetapi juga dapat terbentuk di bawah lapisan batubara.
Untuk mengetahui kualitas dan kuantitas bahan galian lain di wilayah pertambangan batubara di
daerah Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi analisis dilakukan terhadap beberapa conto bitumen padat,
lempung karbonan, lempung dan batupasir.
Sumberdaya bitumen padat yang telah diketahui terdapat di Kecamatan Jujuhan terdapat pada
lapisan : Lapisan Sinamar 19.759.964,91 ton, Lapisan Panual 181.068.411,70 ton dan Lapisan

Tanjungbelit 31.802.411,76 ton. Sumberdaya tereka serpih mengandung minyak di daerah Kecamatan
Rantau Pandan : 17.880.000 ton dengan kandungan minyak 20 liter/ton – 30 liter/ton. Hasil analisis retort
terhadap beberapa conto lempung karbonan, menghasilkan kandungan minyak antara 10 liter/ton sampai
60 liter/ton.
Sumberdaya batupasir yang baru diketahui cukup melimpah, seperti di daerah Desa Jambi, Kec.
Rantau Pandan dengan luas 3.996.000 m3, analisis 2 conto batupasir memperlihatkan kualitas batupasir di
daerah penelitian tidak layak diusahakan.
Endapan lempung di daerah penelitian umumnya dibentuk oleh mineral kuarsa dan kaolinite dan
beberapa dibentuk oleh mineral kuarsa dan mineral monmorilonit serta mineral muskovit. Dengan
sumberdaya tereka yang diketahui cukup besar di beberapa lokasi, perlu dilakukan penyelidikan lebih
detail untuk mengetahui potensi dan kualitasnya.
Dengan belum dilakukan pemanfaatan bahan galian lain pada endapan batubara, perlu dilakukan
sosialisasi dan pengawasan dalam penanganan bahan galian lain pada penambangan batubara.
PENDAHULUAN
Batubara merupakan endapan hasil akumulasi
material organik berasal dari sisa-sisa tumbuhan dan
telah melalui proses litifikasi untuk membentuk
lapisan batuan. Batubara dapat terbentuk serta
terdapat bersama-sama bahan galian dan mineralmineral lainnya.
Bahan galian lain dan mineral ikutan pada

pertambangan batubara secara umum dan
berdasarkan statistik dapat dijumpai di wilayah
Indonesia (Konsep Pedoman Teknis Penanganan
Bahan Galian Lain Dan Mineral Ikutan Pada

Pertambangan Batubara) adalah sebagai
berikut :
a. Bahan galian lain : batuan beku (granit,
andesit,
diorit,
basalt,
dsb),
batugamping, batulempung (fire clay,
ball clay, bond clay), batupasir kuarsa /
pasir kuarsa,batu mulia, bentonit,
bitumen padat (oil shale), coal bed
methane, emas aluvial, feldspar, fosfat,
gambut, kalsit, kaolin, kuarsit, logam
besi dan paduan besi, sirtu (pasir dan
batu) dan zeolit;


b. Mineral ikutan : karbonat, mineral lempung,
mineral oksida, mineral sulfida, silika, sulfat,
tonstein dan trace elements.
Umumnya usaha pertambangan batubara hanya
memanfaatkan komoditas utama dan seringkali tidak
memperhatikan atau tidak mengolah bahan galian
lain dan mineral ikutannya sehingga tidak
memperoleh nilai tambah atau upaya optimalisasi
manfaat bahan galian lain dan mineral ikutannya
sehingga terbuang sia-sia.
Karena itu pengelolaan bahan galian harus
memperhatikan kaidah konservasi sebagai upaya
optimalisasi manfaat bahan galian secara bijaksana,
untuk kesejahteraan masyarakat dan berwawasan
lingkungan.
Dalam mendukung upaya tersebut, Pusat
Sumber Daya Geologi melakukan kegiatan
Penelitian Bahan Galian Lain/Mineral Ikutan pada
Wilayah Pertambangan Batubara di Kabupaten

Bungo, Provinsi Jambi dan dibiayai dari dana DIPA
Pusat Sumber Daya Geologi, Tahun Anggaran 2010.
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud
penelitian
ini
adalah
untuk
menginventarisasi sumber daya bahan galian lain
dan mineral ikutan pada wilayah usaha
pertambangan
batubara
yang
kemungkinan
berpotensi untuk diusahakan.
Hasil penelitian ini bertujuan untuk mendorong
pengelolaan bahan galian secara terencana dalam
rangka mewujudkan penerapan kaidah konservasi
bahan galian, meningkatkan nilai tambah suatu
bahan galian dan untuk memperoleh manfaat yang

optimal. .
LOKASI, DAN KESAMPAIAN DAERAH
Lokasi kegiatan penelitian dititik beratkan di
wilayah pertambangan di daerah Kecamatan Palepat,
Kecamatan Rantau Pandan dan Kecamatan Jujuhan,
Kabupaten Bungo, Provinsi Bungo.
GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
1. Morfologi
Morfologi daerah penelitian sebagian besar
dibentuk oleh Satuan Morfologi Pedataran dan
Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Rendah
yang merupakan daratan bukit-bukit dibentuk
umumnya oleh batuan granit Pra-Triser.
2. Geologi Regional

Geologi regional daerah penelitian (T.O.
Simandjuntak dkk,1994) dari urutan formasi
tertua sampai dengan termuda adalah :
Formasi Palepat terdiri dari tuf dan lava
bersusunan basal

sampai
menengah
berselingan dengan batu lanau, batulumpur
dan serpih, setempat batu tanduk dengan
sisipan batugamping dan konglomerat,
berumur Perm. Granit, granit biotit,
granodiorit dan porfir menerobos batuan
diatasnya, berumur Jura.
Formasi Sinamar merupakan formasi
tertua pembawa batubara, yang berumur
Oligosen.
Formasi Gumai terdiri dari serpih dan
lempung berlapis baik berwarna abu-abu
kehijauan,
dengan
lensa
batupasir
glokonitan berwarna abu-abu kebiruan
dijumpai dibagian tengah runtunan dan tuf
berwarna coklat kekuningan terdapat

dibagian atas runtunan, tebalnya lebih dari
350 meter, berumur Miosen Awal.
Formasi Air Benakat terdiri dari
batulempung berwarna putih kelabu dengan
sisipan batupasir halus, batupasir abu-abu
hitam kebiruan glokonitan, setempat
mengandung lignit. Dibagian atas setempat
tufaan dan dibagian tengah berfosil, tebal
lebih dari 450 m, berumur Miosen Tengah.
Formasi Muara Enim terdiri dari
batupasir
tufaan
berbutir
sedang,
batulempung tufa pasiran dan batulempung
berfosil
berwarna
kuning
abu-abu,
bersisipan lignit berwarna coklat kehitaman

mengandung oksida besi berupa konkresi
dan lapisan tipis. Tebal lebih dari 600 meter,
berumur Miosen Akhir.
Diatasnya diendapkan secara tidak
selaras endapan Formasi Kasai yang
terdiridari Tuf berbutir halus hingga kasar
dan tuf pasiran dengan lensa rudit
mengandung kepingan batuapaung dan tuf,
berwarna abu-abu, abu kekuningan, banyak
dijumpai sisa tumbuhan, lapisan tipis lignit
dan kayu terkersikan. Tebal sekitar 400
meter, berumur Pliosen.
Formasi Bukit Punjung terdiri Breksi
gunungapi, tuf dan lava, yang bersusunan
asam sampai menengah, abu-abu tua sampai
kuning kecoklatan. Tebal lebih dari 150
meter, berumur Plistosen.
Endapan aluvium terdiri dari bongkah,
kerakal, kerikil, pasir dan lumpur dengan
sisa tumbuhan.


3. Struktur Geologi Regional
Peristiwa tektonik yang terjadi pada Bukit
Barisan menyebabkan terjadinya struktur perlipatan
berupa antiklin dan sinklin, serta struktur sesar yang
terdiri dari sesar naik, sesar normal dan sesar geser
mendatar.
Umumnya struktur sesar berarah timur – barat,
sedangkan struktur perlipatan hampir utara – selatan
hingga baratlaut – tenggara. Sesar-sesar mendatar
umumnya memotong struktur utama yaitu sruktur
antiklin sinklin, dimana secara garis besar struktur
antiklin sinklin berarah relatif sejajar dengan arah
memanjangnya tubuh batuan pra-Tersier.
METODOLOGI
Kegiatan Penelitian Bahan Galian Lain/Mineral
Ikutan pada Wilayah Pertambangan Batubara di
daerah Kabupaten Bungo, dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut :
1. Data sekunder

Pengumpulan data sekunder untuk menunjang
penelitian ini meliputi studi kepustakaan literatur,
laporan penelitian atau penyelidikan terdahulu,
buletin, majalah, brosur dan peta-peta yang tersedia
di Bandung, informasi tentang kegiatan perusahaan
pertambangan batubara serta Peraturan Daerah yang
diperoleh dari Dinas Pertambangan dan Energi
Kabupaten Bungo, Propinsi Jambi.
2. Data primer.
Data primer didapatkan dari pengamatan
langsung bahan galian di wilayah pertambangan
batubara, meliputi bahan galian batubara, sebaran
mineral ikutan dan bahan galian lain.
Peta kerja yang digunakan sebagai peta dasar
adalah Peta Geologi Lembar Muarabungo dan
sekitarnya, skala 1:250.000, yang diterbitkan oleh
P3G, Bandung, tahun 1994.
Kegiatan adalah sebagai berikut :
a. Pengumpulan
kebijakan

dan
peraturan
pemerintah kabupaten yang berkaitan dengan
usaha pertambangan di Kantor Pemda setempat
dan informasi penambangan, bahan galian lain
dan mineral ikutan, pengolahan, sumber daya
dan cadangan;
b. Penelitian
ke wilayah pertambangan dan
pengambilan conto pada beberapa lokasi berupa
conto : batubara, lempung karbonan, coaly clay,
lempung, lempung serpihan dan batupasir,
dengan jumlah conto 42 conto. Setiap
pengambilan conto diukur koordinatnya dengan

c.
d.
e.
f.
g.

menggunakan GPS dan di plot pada
peta;
Pengamatan geologi;
Mengukur luas, ketebalan dan posisi
bahan galian;
Pengamatan lingkungan (diantaranya
topografi, hutan lindung, jarak terhadap
sungai atau pemukiman penduduk);
Tataguna lahan;
Aksesibilitas suatu bahan galian.

3. Analisis Laboratorium
Analisis contoh dilakukan dengan cara
analisis :
a. analisis kimia;
b. analisis XRD;
c. analisis Retort
Seluruh analisis conto dilakukan di
Laboratorium Pusat Sumbar Daya Geologi,
Bandung.
4. Pembuatan Laporan
Pembuatan laporan akhir dilengkapi
hasil : pengolahan data, hasil analisis conto,
kualitas bahan galian dan evaluasi prospek
tidaknya suatu bahan galian untuk
diusahakan, terutama bahan galian lain dan
mineral ikutan di wilayah pertambangan
batubara.
5. Sasaran dan Hasil yang Diharapkan
Sasaran dari penelitian ini adalah :
a. Mengetahui potensi bahan galian lain
dan mineral ikutan pada wilayah
peratambangan batubara di daerah
Kabupaten Bungo dilihat dari aspek
geologi, ekonomi, lokasi, sosial dan
budaya;
b. Optimalisai pemanfaatan bahan galian
dan mineral ikutan;
c. Upaya penerapan aspek konservasi
sumber daya mineral di daerah
Kabupaten Bungo.
HASIL PENELITIAN
Lapisan batubara terbentuk bersamasama dengan bahan anorganik yang
kebanyakan berupa klastik halus seperti
serpih, batulempung, batulanau, dan
batulumpur dan juga dapat berasosiasi
dengan batupasir halus sampai kasar,
konglomerat,
bahkan
batugamping.
Batupasir umumnya dijumpai dalam

berbagai jenis, tidak jarang dengan kandungan
batulanau dan batulempung yang cukup banyak,
sehingga struktur sedimennya bervariasi. Bahanbahan tersebut pada penambangan batubara akan
terbuang atau sebagai bahan urugan pada lobanglobang bekas tambang, sehingga sampai saat ini
pemanfaatannya belum dilakukan dan terbuang siasia.
Bahan galian tersebut berpotensi untuk
dimanfaatkan sebagai bahan galian industri, akan
tetapi tentunya harus memenuhi syarat dalam
pemasaran dengan melakukan analisis kualitasnya.
Bahan galian industri memiliki nilai yang sangat
rendah, karena itu bahan galian ditambang, diproses
dan dipasarkan dengan batasan keuntungan yang
rendah. Tertambangnya bahan galian ini pada daerah
penambangan batubara akan meminimalkan ongkos
produksi dari bahan galian tersebut, sehingga bahan
galian tersebut dapat lebih bernilai untuk
diusahakan.
Untuk mengetahui kualitas dan kuantitas
bahan galian lain di wilayah pertambangan batubara
di daerah Kabupaten Bungo, analisis dilakukan
terhadap beberapa conto bitumen padat, lempung
karbonan, lempung dan batupasir.

Conto BJM 41 berasal dari bukaan
tambang PT KIM, Kecamatan Jujuhan
dengan ketebalan bukaan 1,5 meter,
diperkirakan lapisan ini lebih tebal dari 1,5
meter, kemiringan lapisan 10° dan terletak
di bawah lapisan batubara, lapisan ini
merupakan bagian dari lapisan pembawa
bitumen Lapisan Tanjungbelit.
Hasil
analisism retort conto ini mempunyai
kandungan minyak 20 liter/ton.
Conto BJM 23, conto berasal dari
bukaan tambang di daerah Kecamatan
Rantau Pandan, arah lapisan N140°E/30°
dengan tebal lapisan 2 meter, merupakan
sisipan
antara
batulempung
dengan
batupasir. Sumberdaya serpih dihitung
dengan jarak titik informasi 500m = ±
4.580.000 ton dengan kandungan minyak 20
liter/ton.
Conto BJM 34, berasal dari bukaan
tambang di daerah Kecamatan Rantau
Pandan, arah lapisan N125°E/25°-30°, tebal
7 meter. Sumberdaya serpih dengan jarak
titik informasi 500 m = 13.300.000 ton
dengan kandungan minyak 30 liter/ton.

1. Bitumen padat
Penyebaran bitumen padat di daerah Kabupaten
Bungo baru diketahui terdapat di Kecamatan
Jujuhan, membentuk 3 lapisan yaitu : Lapisan
Sinamar, dengan sumber daya 19.759.964,91 ton,
Lapisan Panual dengan sumber daya 181.068.411,70
ton dan Lapisan Tanjungbelit dengan sumber daya
31.802.411,76 ton. Hasil analisis retort, kandungan
minyak pada bitumen padat di daerah ini bervariasi
antara 2 liter/ton hingga 70 liter/ton.
Pada kegiatan ini dilakukan beberapa
pengambilan conto untuk mengetahui kandungan
minyaknya dan perhitungan sumberdaya dilakukan
pada lapisan serpih dengan ketebalan > 1 meter.
Conto BJM 12 dan BJM 14 berasal dari bukaan
bekas tambang PT TPI, di daerah Kecamatan
Jujuhan, ketebalan 4 meter dengan sisipan lempung
putih. Hasil analisis retort conto BJM 12
mempunyai kandungan minyak 50 liter/ton dan BJM
14 mempunyai kandungan minyak 10 liter/ton.
Lapisan ini diperkirakan lapisan pembawa bitumen
padat Lapisan Panual yang menerus kearah utara
dimana pada pemetaan terdahulu tidak tersingkap.
Conto BJM 40, conto berasal dari bukaan
tambang PT BHBA di daerah Kecamatan Jujuhan,
tebal 40 cm, bitumen padat termasuk pada Lapisan
Tanjungbelit. Hasil analisis retort conto ini
mempunyai kandungan minyak 40 liter/ton.

2. Lempung karbonan
Conto BJM 09, BJM 10 dan BJM 11
berasal dari bukaan tambang PT SPJ di
daerah
Kecamatan
Jujuhan,
lapisan
mempunyai ketebalan 5 meter – 6 meter
dengan kemiringan 45°. Hasil analisis retort
conto BJM 09 mempunyai kandungan
minyak 10 liter/ton, conto BJM 10
mempunyai kandungan minyak 30 liter/ton
dan conto BJM 11 mempunyai kandungan
minyak 40 liter/ton.
Conto BJM 16, lempung karbonan berlapis,
warna hitam keabuan, tebal ± 2 meter,
merupakan lapisan di antara lapisan
batubara, arah lapisan N125°E/20° - 30°.
Hasil analisis retort , kandungan minyak
pada conto ini 60 liter/ton.
3. Batupasir
Umumnya
endapan
batupasir
merupakan sisipan lapisan tipis diantara
lapisan batubara. Penyebaran batupasir yang
cukup tebal hanya terdapat di lokasi
tambang PT Bumi Bara Perkasa, Kec.
Rantau Pandan, dengan ketebalan 4 meter
(conto BJM 21). Untuk mengetahui kualitas
endapan batupasir dilakukan analisis
terhadap 2 buah conto : BJM 21 dan BJM 25

yang

mempunyai
ketebalan
10
cm.
Penghitungan
sumberdaya batupasir
dilakukan terhadap endapan batupasir dengan
ketebalan >1 meter, sumber daya tereka batupasir
di daerah lokasi tambang PT Bumi Bara Perkasa,
Desa Jambi, Kec. Rantau Pandan dihitung
berdasarkan jarak terjauh dari titik lokasi conto yaitu
500 meter dengan ketebalan 4 meter, sumberdaya
tereka batupasir 4.000.000 m3. Dengan adanya
bukaan tambang batubara seluas ± 4000 m 2
diperkirakan sumberdata tereka batupasir saat ini
sebesar 3.996.000 m3 .
Hasil analisis untuk conto

BJM 21 : SiO2 75.96%; Al2O3 7.47%; Fe2O3
4.29%; CaO 2.69%; MgO 0.28%; Na 2O
0.58%; K2O 1.18%; TiO2 0.44%; H2O 0.19%
dan HD 6.42%;

BJM 25 : SiO2 90.86%; Al2O3 5.04%; Fe2O3
1.55%; CaO 0.16%; MgO 0.01%; Na 2O
0.09%; K2O 0.26%; TiO2 0.17%; H2O 0.13%
dan HD 1.96%.
Mengacu dari persyaratan pasirkuarsa untuk
industri kaca dan bata tahan api (Supriatna Sahala,
dkk, 1997), batupasir kuarsa di daerah ini tidak
memenuhi
persyaratan,
disebabkan
mineral
pengotornya seperti Al2O3, Fe2O3, CaO yang cukup
tinggi.
4. Lempung
Umumnya lempung di daerah ini berwarna putih
kotor atau putih kekuningan sampai keabuan,
kecuali pada tambang PT KIM lempung berwarna
abu-abu. Conto endapan lempung pada penelitian
ini terdapat pada Formasi Sinamar dan Formasi
Airbenakat dengan ketebalan yang bervaisasi dari 20
cm sampai 7 meter, umumnya merupakan sisipan
pada lapisan batubara. membentuk lapisan tipis atau
lensa-lensa tidak menerus dan dibeberapa lokasi
sebagai lapisan bagian atas dari endapan batubara.
Hasil analisis XRD terhadap 11 conto, umumnya
lempung dibentuk oleh mineral kuarsa dan kaolinite
dan beberapa dibentuk oleh mineral kuarsa dan
mineral monmorilonit serta mineral muskovit.
Sumberdaya
lempung
dihitung
dengan
mempertimbangkan kondisi geologi moderat, jarak
titik informasi (singkapan) sejauh 500 m dan
ketebalan lempung > 1 meter.
Di Kecamatan Palepat singkapan lempung
ditemukan pada 2 bukaan tambang
dengan
ketebalan 2 meter sampai 3 meter dengan jarak titik
informasi 500 meter, diperoleh sumberdaya tereka
lempung sebesar 6.000.000 m3. Endapan lempung
juga ditemukan pada 2 bukaan tambang di

Kecamatan Rantau Pandan dengan ketebalan
3 meter, sumberdaya tereka sebesar
6.000.000 m3. Selain dikedua kecamatan
tersebut di atas endapan lempung ditemukan
juga di bukaan tambang di daerah
Kecamatan Jujuhan dengan ketebalan 7 m,
sehingga didapat sumberdaya tereka
7.000.000 m3.
Dengan adanya aktifitas eksploitasi
beberapa perusahaan tambang batubara di
ketiga daerah penelitian yaitu : Kecamatan
Jujuhan, Kecamatan Ranta Pandan dan
Kecamatan Palepat, endapan bitumen padat,
lempung karbonan, lempung dan batupasir
di ketiga daerah itu akan terbuang.
Sehingga sumberdaya tereka bahan galian
tersebut akan berkurang sejalan dengan
kegiatan penambangan batubara. .
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kecamatan Rantau Pandan, Kecamatan
Pelepat dan Kecamatan Jujuhan
termasuk Kawasan Tumbuh Cepat,
Wilayah Pembangunan B (WP B) pada
Rencana Struktur Tata Ruang Provinsi
Jambi dalam Pola Umum Pembangunan
Daerah Jangka Panjang;
2. Kegiatan
pertambangan
batubara
sebagian besar terkonsentrasi pada
Kecamatan Rantau Pandan, Kecamatan
Pelepat dan Kecamatan Jujuhan;
3. Hasil penyelidikan terdahulu, endapan
bitumen padat di daerah Kabupaten
Bungo baru ditemukan pada Formasi
Sinamar, terutama di Kecamatan
Jujuhan terdiri dari tiga lapisan :
Lapisan Sinamar, dengan sumber daya
19.759.964,91 ton, Lapisan Panual
dengan sumber daya 181.068.411,70 ton
dan Lapisan Tanjungbelit dengan
sumber daya 31.802.411,76 ton;
4. Sumberdaya serpih mengandung minyak
di daerah Kecamatan Rantau Pandan
diperkirakan sebesar 17.880.000 ton
dengan kandungan minyak 20 liter/ton –
30 liter/ton;

5. Hasil analisis retort lempung karbonan pada
beberapa contoh mengandung minyak antara 10
liter/ton sampai 60 liter/ton;
6. Sumberdaya tereka batupasir di daerah Desa
Jambi, Kecamatan Rantau Pandan sebesar
3.996.000 m3 , hasil analisis 2 conto batupasir
memperlihatkan kualitas batupasir di daerah
tersebut tidak layak diusahakan;
7. Endapan lempung di daerah penelitian umumnya
dibentuk oleh mineral kuarsa dan kaolinite dan
beberapa dibentuk oleh mineral kuarsa dan
mineral monmorilonit serta mineral muskovit.
Sumberdaya tereka terhitung di Kecamatan
Pandan sebesar 6.000.000 m3dan di daerah
Kecamatan Jujuhan sebesar 7.000.000 m3;
8. Umumnya pengusaha pertambangan belum
melakukan pemanfaatan bahan galian lain,
disebabkan belum mempunyai nilai ekonomis
untuk diusahakan.
Saran
1. Dengan
semakin
banyaknya
operasi
penambangan batubara di daerah Kabupaten
Bungo dimana bahan galian lain terutama
bitumen
padat
terbuang
dan
belum
dimanfaatkan, perlu dilakukan sosialisasi atau
pengawasan pada penambangan batubara dalam
penanganan bahan galian lain pada endapan
batubara terutama bitumen padat;
2. Disarankan bitumen padat yang tergali untuk di
timbun di suatu lokasi, sehingga pada suatu
saatnya bahan galian ini akan dimanfaatkan
dapat diperoleh dengan mudah;
3. Dengan kandungan minyak yang cukup baik,
perlu penelitian yang mendetail terhadap
lempung karbonan untuk mengetahui potensi
dan penanganannya;
4. Endapan lempung baru diketahui di sebagian
kecil di Kabupaten Bungo terutama pada lokasi
kegiatan penambangan batubara, endapan
lempung diperkirakan cukup melimpah di
daerah
ini
sehingga
perlu
dilakukan
penyelidikan lebih detail untuk mengetahui
potensi dan kualitasnya.

DAFTAR PUSTAKA
Asep Suryana, 2006, Inventarisasi Endapan
Bitumen Padat dengan Outcrop
Drilling di daerah Sungai Rumbia dan
Sekitarnya,
Kabupaten
Bungo,
Provinsi
Jambi,
Proceeding
Pemaparan Hasil-Hasil Kegiatan
Lapangan dan Ono Lapangan Tahun
206, Pusat Sumber Daya Geologi,
Bandung;
Laporan Akhir, 2003, Proyek Peningkatan
Sumber
Daya
Pertambangan
Kabupaten Bungo, Studi Kelayakan
dan
Perencanaan
Tata
Ruang
Pertambangan, Kabupaten Bungo,
Dinas Pertambangan dan Lingkungan
Hidup;
Tim Bungatebo, 2004, Pendataan dan
Evaluasi Pemanfaatan Bahan Galian
Pada Bekas Tambang dan Wilayah
PETI di Daerah Bungotebo, Provinsi
Jambi, Laporan, Subdit Konservasi,
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral;
Ratih Sukmawardany S dan Iwan Z.
Godhonegoro, 2002, Inventarisasi
Endapan Lempung dan Pasir Kuarsa
di daerah Tanjung Enim dan
Sekitranya, Kabupaten Muara Enim,
Sumatera Selatan, Makalah Kolokium
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral, Bandung;
Tim Penyusun, 2004, Konsep Pedoman
Teknis Penanganan Bahan Galian Lain
dan
Mineral
Ikutan
Pada
Pertambangan Batubara, Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral,
Bandung;
Simanjuntak T. O. and Sumantri T., 1978,
Peta Geologi (kompilasi) Lembar
Muarabungo sekala 1 : 250.000,
Direktorat Geologi Bandung;
Supriatna Suhala dan M. Arifin, 1997,
Bahan
Galian
Industri,
Pusat
Penelitian
dan
Pengembangan
Teknologi Mineral, Bandung.

Peta lokasi pengambilan conto

Ignimbrit, lempung karbonan , lempung abu-abu
menutupi endapan batubara pada salah satu tambang
batubara di Kecamatan Jujuhan

Lapisan bitumen padat tersingkap pada salah satu
kegiatan tambang batubara di Kecamatan Jujuhan