BAB VI MAPEL SEJARAH PLPG 2016
BAB VI
PERLAWANAN BANGSA
PRIBUMI SEBELUM ABAD KE20
KI
: Menguasai materi, struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu
KD
: Menguasai materi Sejarah secara luas dan
mendalam
KKD : Menganalisis latar belakang perlawanan
rakyat di Nusantara dalam menentang
imperialisme dan kolonialisme Belanda
1. PERSAINGAN PERDAGANGAN
Ketika VOC memasuki perairan Nusantara kongsi
itu dihadapkan pada sistem perdagangan Asia
Tenggara yang telah mapan berupa perdagangan
internasional dengan sistem terbuka.
Komoditi utama perdagangan Nusantara adalah
REMPAH meskipun komoditi lainnya sama
pentingnya.
Kain di datangkan dari India dan Cina dibawa oleh
pedagang Gujarat, Bengali dan Cina.
Sedangkan komoditi pertanian dan rempah di
dominasi beragam suku di Nusantara, terutama beras
dipegang oleh Jawa.
Jaringan transportasi atau jalur pelayaran Nusantara
tidak dapat dipisahkan dengan jaringan transaksi
perdagangan, sehingga keduanya memiliki fungsi
strategis.
Garis pelayaran MalakaMaluku adalah struktur
pelayaran yang berfungsi sebagai jalur perdagangan
yang optimal di Nusantara.
VOC berusaha menguasai jaringan dengan menduduki
pusat perdagangan rempah Maluku kemudian Malaka.
Wilayah Perdagangan VOC
Jalan yang ditempuh VOC untuk mewujudkan
keinginannya yaitu:
1.
Melarang kapalkapal pribumi mengangkut komoditi
dagang Portugis
2.
3.
4.
Menghentikan ekspor rempahrempah
Melakukan penebangan terhadap pohonpohon lada
(pala dan cengkih)
Melakukan pembatasan perdagangan dengan
bangsa Asia
Jalan yang dilakukan oleh VOC tetap tidak
menguntungkan VOC sehingga praktek kekerasan
dijalankan. Terhadap penguasa pribumi yang menolak
bertransaksi dengan VOC, maka akan dilakukan
penghancuran.
Tindakan yang dilakukan oleh VOC tidak efektif karena
pasar rempahrempah kemudian pindah ke Makasar.
Persaingan dengan para pedagang Eropa yang lain
berkurang dengan kemenangan yang diperoleh Belanda
yaitu dengan berhasil dikuasai Maluku tahun 1613, dan
Malaka pada tahun berikutnya.
Sedangkan VOC masih harus menghadapi kerajaan
pribumi yaitu Mataram, Makasar dan Aceh.
Selain harus berhadapan dengan pedagang Nusantara
VOC juga harus mengahadapi para pedagang Asia
(Cina, India, Bengali, Keling, dan Gujarat).
Pedagan Asia juga menguasai komoditi yang memiliki
nilai ekonomi tinggi di pasar dagang Asia Tenggara.
Tingginya nilai komoditi non rempah tersebut membuat
VOC mempertimbangkan untuk memasukkan komoditi
tersebut dalam jaringan monopoli perdagangan VOC.
2. PERSAINGAN POLITIK KERAJAAN
PRIBUMI
Pasar utama perdangan rempahrempah di bagian
timur Nusantara adalah Makasar. Makasar secara
keamanan bergantung pada kerajaan Gowa dan Tallo.
Kedudukan makasar sebagai entreport bergantung pada
keberadaan rempahrempah yang berasal dari Maluku,
Seram dan Ambon.
Rempah menjadi mata dagang penting, sehingga yang
menguasainya dapat mengendalikan perdagangan.
Inilah yang memicu konflik TernateTidore dengan
Portugis, kemudian Ternate dengan VOC menyusul
Makasar dengan VOC.
FAKTOR – FAKTOR PERSAINGAN
POLITIK KERAJAAN PRIBUMI
Persaingan diantara kerajaan pribumi yang
berkepanjangan
Di Sulawesi persaingan terjadi diantara kerajaan
Makasar, Gowa, Talo, Bone, Wajo dan Sopeng.
Keinginan kerajaan Gowa untuk terus memegang
hegemoni selalu ditentang oleh kerajaan Bone.
Bandarbandar besar melindungi perdagangannya
dengan kapalkapal perang
Ekspansi Mataram dimulai dengan menghancurkan
kotakota pesisir.
Munculnya pusat perdagangan baru di Banten,
Banjarmasin, dan Makasar.
Pertentangan di kalangan keluarga kerajaan,
pemberontakan dan perebutan tahta.
Pertengahan abad ke17 sampai akhir tahun abad ke17
Mataram menghadapi konflik “dalam negeri”.
Amangkurat I pengganti Sultan Agung berusaha
menguasai wilayah pesisir dan mencoba memonopoli
perdagangan hanya dengan VOC. Hingga akhirnya
terjadi konflik para bangsawan istana, pembunuhan,
usaha untuk menghancurkan otonomi regional.
3. CAMPUR TANGAN VOC
Sejak pertengahan abad ke17 sampai akhir
tahun terakhir abad tersebut terjadi banyak
konflik pada kerajaan pribumi Jawa tidak lepas
dari campur tangan VOC.
Kerajaan Mataram mempunyai arti penting bagi
VOC karena ekspor utama VOC berasal dari
kerajaan itu.
Kerajaan Mataram adalah pemasok beras bagi
VOC, juga kayu jati untuk membuat armada
serta untuk membuat rumah dan gedung.
PERISTIWA DENGAN CAMPUR
TANGAN VOC
Perseteruan antara Amangkurat I dengan putra
mahkota yang dibantu Trunajaya. Trunajaya
meminta bantuan VOC untuk menyiapkan
meriam, mesiu dan perlengkapan perang
lainnya. Atas kepentingan itulah akhirnya pada
1676 Batavia memutuskan melakukan mediasi
untuk menyelesaikan konflik tersebut.
4. PERANG JAWA
Perang jawa adalah upaya perlawanan kelompok
elite bangsawan yang terakhir. Perlawanan itu
adalah usaha untuk mengembalikan keadaan
sebelum meningkatnya kekuasaan kolonial tahun
1808.
Gerakan sosial pendukung perlawanan yang
dipimpin oleh Diponegoro merupakan upaya
mengusir orang asing dan memerangi istana yang
dianggap telah keluar dari norma dan tata nilai
Jawa, serta untuk mengembalikan harmoni hidup.
Perang Jawa membuat Belanda melakukan
perubahan dalam hubungannya dengan kerajaan
Jawa. Mempertahankan kesetian kaum bangsawan
menjadi penting, karena itu anti feodalisme yang
sebelumnya diterapkan Raffles dan Daendles
melalui pembatasan hakhak bangsawan
ditinggalkan.
Belanda kembali menjalin persekutuan dengan
bangsawan pribumi, para bangsawan
diperkenankan kembali menjalankan hakhak
feodalnya. Dengan demikian Belanda memperoleh
kesetian para bangsawan sehingga memperkecil
kemungkinan munculnya gerakan perlawan.
PERANG JAWA
PERLAWANAN BANGSA
PRIBUMI SEBELUM ABAD KE20
KI
: Menguasai materi, struktur, konsep, dan
pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu
KD
: Menguasai materi Sejarah secara luas dan
mendalam
KKD : Menganalisis latar belakang perlawanan
rakyat di Nusantara dalam menentang
imperialisme dan kolonialisme Belanda
1. PERSAINGAN PERDAGANGAN
Ketika VOC memasuki perairan Nusantara kongsi
itu dihadapkan pada sistem perdagangan Asia
Tenggara yang telah mapan berupa perdagangan
internasional dengan sistem terbuka.
Komoditi utama perdagangan Nusantara adalah
REMPAH meskipun komoditi lainnya sama
pentingnya.
Kain di datangkan dari India dan Cina dibawa oleh
pedagang Gujarat, Bengali dan Cina.
Sedangkan komoditi pertanian dan rempah di
dominasi beragam suku di Nusantara, terutama beras
dipegang oleh Jawa.
Jaringan transportasi atau jalur pelayaran Nusantara
tidak dapat dipisahkan dengan jaringan transaksi
perdagangan, sehingga keduanya memiliki fungsi
strategis.
Garis pelayaran MalakaMaluku adalah struktur
pelayaran yang berfungsi sebagai jalur perdagangan
yang optimal di Nusantara.
VOC berusaha menguasai jaringan dengan menduduki
pusat perdagangan rempah Maluku kemudian Malaka.
Wilayah Perdagangan VOC
Jalan yang ditempuh VOC untuk mewujudkan
keinginannya yaitu:
1.
Melarang kapalkapal pribumi mengangkut komoditi
dagang Portugis
2.
3.
4.
Menghentikan ekspor rempahrempah
Melakukan penebangan terhadap pohonpohon lada
(pala dan cengkih)
Melakukan pembatasan perdagangan dengan
bangsa Asia
Jalan yang dilakukan oleh VOC tetap tidak
menguntungkan VOC sehingga praktek kekerasan
dijalankan. Terhadap penguasa pribumi yang menolak
bertransaksi dengan VOC, maka akan dilakukan
penghancuran.
Tindakan yang dilakukan oleh VOC tidak efektif karena
pasar rempahrempah kemudian pindah ke Makasar.
Persaingan dengan para pedagang Eropa yang lain
berkurang dengan kemenangan yang diperoleh Belanda
yaitu dengan berhasil dikuasai Maluku tahun 1613, dan
Malaka pada tahun berikutnya.
Sedangkan VOC masih harus menghadapi kerajaan
pribumi yaitu Mataram, Makasar dan Aceh.
Selain harus berhadapan dengan pedagang Nusantara
VOC juga harus mengahadapi para pedagang Asia
(Cina, India, Bengali, Keling, dan Gujarat).
Pedagan Asia juga menguasai komoditi yang memiliki
nilai ekonomi tinggi di pasar dagang Asia Tenggara.
Tingginya nilai komoditi non rempah tersebut membuat
VOC mempertimbangkan untuk memasukkan komoditi
tersebut dalam jaringan monopoli perdagangan VOC.
2. PERSAINGAN POLITIK KERAJAAN
PRIBUMI
Pasar utama perdangan rempahrempah di bagian
timur Nusantara adalah Makasar. Makasar secara
keamanan bergantung pada kerajaan Gowa dan Tallo.
Kedudukan makasar sebagai entreport bergantung pada
keberadaan rempahrempah yang berasal dari Maluku,
Seram dan Ambon.
Rempah menjadi mata dagang penting, sehingga yang
menguasainya dapat mengendalikan perdagangan.
Inilah yang memicu konflik TernateTidore dengan
Portugis, kemudian Ternate dengan VOC menyusul
Makasar dengan VOC.
FAKTOR – FAKTOR PERSAINGAN
POLITIK KERAJAAN PRIBUMI
Persaingan diantara kerajaan pribumi yang
berkepanjangan
Di Sulawesi persaingan terjadi diantara kerajaan
Makasar, Gowa, Talo, Bone, Wajo dan Sopeng.
Keinginan kerajaan Gowa untuk terus memegang
hegemoni selalu ditentang oleh kerajaan Bone.
Bandarbandar besar melindungi perdagangannya
dengan kapalkapal perang
Ekspansi Mataram dimulai dengan menghancurkan
kotakota pesisir.
Munculnya pusat perdagangan baru di Banten,
Banjarmasin, dan Makasar.
Pertentangan di kalangan keluarga kerajaan,
pemberontakan dan perebutan tahta.
Pertengahan abad ke17 sampai akhir tahun abad ke17
Mataram menghadapi konflik “dalam negeri”.
Amangkurat I pengganti Sultan Agung berusaha
menguasai wilayah pesisir dan mencoba memonopoli
perdagangan hanya dengan VOC. Hingga akhirnya
terjadi konflik para bangsawan istana, pembunuhan,
usaha untuk menghancurkan otonomi regional.
3. CAMPUR TANGAN VOC
Sejak pertengahan abad ke17 sampai akhir
tahun terakhir abad tersebut terjadi banyak
konflik pada kerajaan pribumi Jawa tidak lepas
dari campur tangan VOC.
Kerajaan Mataram mempunyai arti penting bagi
VOC karena ekspor utama VOC berasal dari
kerajaan itu.
Kerajaan Mataram adalah pemasok beras bagi
VOC, juga kayu jati untuk membuat armada
serta untuk membuat rumah dan gedung.
PERISTIWA DENGAN CAMPUR
TANGAN VOC
Perseteruan antara Amangkurat I dengan putra
mahkota yang dibantu Trunajaya. Trunajaya
meminta bantuan VOC untuk menyiapkan
meriam, mesiu dan perlengkapan perang
lainnya. Atas kepentingan itulah akhirnya pada
1676 Batavia memutuskan melakukan mediasi
untuk menyelesaikan konflik tersebut.
4. PERANG JAWA
Perang jawa adalah upaya perlawanan kelompok
elite bangsawan yang terakhir. Perlawanan itu
adalah usaha untuk mengembalikan keadaan
sebelum meningkatnya kekuasaan kolonial tahun
1808.
Gerakan sosial pendukung perlawanan yang
dipimpin oleh Diponegoro merupakan upaya
mengusir orang asing dan memerangi istana yang
dianggap telah keluar dari norma dan tata nilai
Jawa, serta untuk mengembalikan harmoni hidup.
Perang Jawa membuat Belanda melakukan
perubahan dalam hubungannya dengan kerajaan
Jawa. Mempertahankan kesetian kaum bangsawan
menjadi penting, karena itu anti feodalisme yang
sebelumnya diterapkan Raffles dan Daendles
melalui pembatasan hakhak bangsawan
ditinggalkan.
Belanda kembali menjalin persekutuan dengan
bangsawan pribumi, para bangsawan
diperkenankan kembali menjalankan hakhak
feodalnya. Dengan demikian Belanda memperoleh
kesetian para bangsawan sehingga memperkecil
kemungkinan munculnya gerakan perlawan.
PERANG JAWA