BAB VII MAPEL SEJARAH PLPG 2016

(1)

BAB VII

MASA PENDUDUKAN JEPANG

A. KI : Menguasai materi, struktur, dan

konsep, pola pikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran yang diampu.

B. KD : Menguasai materi sejarah secara luas

dan mendalam.

C. KKD : Menganalisis kehidupan bangsa

indonesia di bidang sosial, ekonomi, budaya, militer, dan pendidikan pada zaman


(2)

D. MATERI

1. PENDAHULUAN

Pada jaman hindia-belanda kaum pergerakan kemerdekaan dalam dua golong berdasarkan sikapnya terhadap pemerintah kolonial.

1.Golongan pertama adalah golongan kooperator yaitu mereka mau

bekerja sama (berkooperasi) dengan pemerintah.

2.Golongan yang kedua adalah golongan non-operator yaitu

mereka yang tidak mau berkerja sama dengan pemerintah.

Sebagai akibat dari sikap dan tindakannya yang tidak mengenal kompromi terhadap pemerintah kolonial maka dengan berbagai alasan antara lain menggangu keamanan umum, menentang

kekuasaan pemerintah, menyiarkan kabar bohong dan sebagainya, mereka ditangkap dan dijatuhi hukuman oleh pemerintah.


(3)

Gubernur jendral dengan baik exobitante

rechtennya menindak kaum non-kooperator

yang dianggap berbahaya itu dengan hukuman

pengasingan. Ketika Sokarno pada tahun

1993 diasingkan dengan Endeh, Flores,

kemudian pada tahun 1937 dipindahkan ke

Bengkulu. Sedangkan pada tahun 1934 Moh,

Hatta dan Sutan Syahrir diasingkan ke Digul.


(4)

SIKAP BANGSA INDONESIA TERHADAP  ANCAMAN/BERBAHAYA FASISME

Sejak  awal  abad  XX  Jepang  menjadi 

imperialistis karena berbagai faktor:

diantaranya 

Jepang 

menghadapi 

persoalan 

kepadatan 

penduduk, 

kemajuan  industrinya  yang  pesat  dan 

adanya  restriksi  untuk  bermigrasi  ke 

Australia dan Amerika


(5)

Ekspansi terotorial yang di 

lakukan Jepang setelah Perang 

Dunia I dimulai dengan 

pendudukan daerah Manchuria 

(1931), Cina (1937), dan disusul 

dengan serbuan ke kawasan 


(6)

 Pergerakan politik di Indonesia pada 

umumnya berpendirian anti fasisme dan  anti nazisme. Geribdo (Gerakan Rakyat  Indonesia) sebagai pergerakan nasional 

sayap kiri berpendirian sesuai dengan azas  anti fasismenya. Partai ini mengutuk 

fasisme Jepang.

 Sebaliknya Parindra (Partai Indonesia 

Raya) sebagai pergerakan sayap kanan  ingin memakai kekuatan Jepang untuk  memukul dan menghapuskan penjajahan  Belanda.


(7)

 Sikap tokoh­tokoh nasionalis radikal seperti 

Soekarno  dan  Moh.Hatta  sudah  jelas,  mereka  menunjukkan  sikap  anti  militerisme  dan  anti  fasisme  terutama  melalui tulisan­tulisannya.

 Pada  tahun  1940,  Soekarno  dalam  surat 

kabar  Panji  Silam  menulis  suatu  artikel  berjudul “Indonesia versus Fasisme” dalam  tulisannya  itu  ia  menegaskan  bahwa  jiwa  Indonesia  bertentangan  dan  tidak  sesuai  dengan jiwa fasisme.


(8)

 Sama halnya dengan Soekarno, Moh. Hatta 

juga  menunjukkan  sikap  anti  Jepang.  Sebelum  perang  Pasifik,  berkali­kali  menyatakan  dengan  jelas  agar  waspada  terhadap imperialisme Jepang.

 Dalam  surat  kabar  Pemandangan  tanggal 

22  dan  23  Desember  1941  bahwa  Jepang  memulai  bahwa  suatu  kemenangan  Jepang  bagi  Indonesia  akan  mengandung  arti  penghambatan dan perbudakan.


(9)

SIKAP SOEKARNO­HATTA TERHADAP  PEMERINTAH MILITER JEPANG

 Pada  tanggal  8  Desember  1941,  Jepang 

menyalakan  api  Perang  Asia  Timur  Rayanya  dengan  melakukan  pemboman  terhadap  pangkalan  armada  Amerika  Serikat Pearl Harbour di Hawai.

 Dalam perang itu Angkatan Perang Hindia­

Belanda  terpaksa  harus  bertekuk  lutut  kepada Balatentara Jepang.


(10)

Pada tanggal 9 Maret 1942 Jenderal 

Ter Poorten sebagai Panglima 

Tentara Belanda di Hindia­Belanda 

menanda­tangani menyerahkan 

tidak bersyarat di Kalijati (Subang, 

Jawa Barat) kepada Jendral Hitoshi 

Imamura.


(11)

Dalam  menjalankan  pemerintahan  di 

Indonesia,  pemerintah  militer  Jepang 

mengalami kesukaran.

 Yang  pertama  berhubungan  dengan  keadaan 

geografi Indonesia terdiri dari daerah yang luas  dengan pulau­pulaunya yang sangat banyak.

 Yang  kedua,  kurangnya  pengetahuan  Jepang 

tentang Indonesia dengan segala sifat­sifatnya

 Yang ketiga, Jepang kekurangan tenaga untuk 

bisa  mengisi  jabatan­jabatan  yang  lowong  karena ditinggalkan oleh Belanda


(12)

MOH.HATTA, SOEKARNO, SUTAN 

SYAHRIR


(13)

A. SIKAP MOH. HATTA

 Moh.  Hatta  yang  diinternir  oleh  pemerintah 

Hindia­Belanda  di  Bandanaira,  bersama­sama  dengan  Sultan  Syahrir  dipindahkan  ke  Sukabumi  pada  awal  bulan  Februari  1942.  kurang  lebih  sepuluh  hari  setelah  Hindia  Belanda  runtuh,  Moh.  Hatta  bersedia  datang  ke  Bandung  Pusat  Tentara  Jepang  dan  menyatakan  kesediaan  bekerja  sama  dengan  tentara  Jepang  untuk  menjaga  keselamatan  rakyat dan menangkis serangan kaum Sekutu.


(14)

 Dalam  pertemuan  sore  hari,  bahwa 

Jendral  Harada  meminta  kesediaan  Moh.Hatta  untuk  bersama­sama pergi ke  Jakarta.  Pada  tanggal  26  Maret  dalam  pertemuan  Moh.Hatta  dan  Harada  menyatakan  bahwa  cita­cita  Jepang  adalah  membebaskan  semua  bangsa­ bangsa  Asia  yang  ditaklukkan  oleh  bangsa Barat.


(15)

Dari keterangan di atas disimpulkan 

bahwa Moh.Hatta rupanya yakin 

pada pihak Jepang sungguh­

sungguh bersedia memberikan 

kemerdekaan bagi Indonesia atau 

setidak­tidaknya pemerintahan 

sendiri sesuai dengan 


(16)

B. SIKAP SOEKARNO

Ketika  tentara  Jepang  menyerbu 

Palembang sebagai sasarannya yang 

pertama  di  Sumatra,  Soekarno 

masih  berada  di  Bengkulu.  Baru 

pada  saat  tentara  Jepang  menuju 

Bengkulu, 

Soekarno 

beserta 

keluarganya diungsikan ke Padang.


(17)

 Pada  hari  pertama  tentara  Jepang 

menduduki  Padang,  Soekarno  dalam  pembicaraannya  di  malam  hari  dengan  Waworuntu  menyatakan  bahwa  ia  akan  memperalat  Jepang  untuk  kepentingan  rakyat.  Melalui  kapten  Sakaguchi,  Kol.  Fujiyama  panglima  tentara  Jepang  di  Bukittinggi.  Dalam  pertemuan  itu  Kol.  Fujiyama  menanyakan  kesediaan  Soekarno  untuk bekerja sama dengan Jepang


(18)

 Tawaran itu diterima oleh Soekarno dengan 

meminta  jaminan,  bahwa  selama  ia  bekerja  untuk  kepentingan  Jepang,  ia  juga  diberi  kebebasan  bekerja  untuk  rakyatnya  dengan  pergantian  bahwa  tujuannya  yang  terakhir  adalah  dengan  salah  satu  jalan  membebaskan  rakyat  dari  kekuasaan  Belanda  maupun  Jepang  Kol.  Fujiyama  mengatakan  bersedia  menjamin  dan  pemerintahan  Jepang  tidak  akan  menghalang­halanginya,


(19)

 Pada  tanggal  9  Juli  1942  Soekarno  tiba  di 

Jakarta  untuk  memenuhi  keinginan  Letnan  Jendral Imamura, maka bertemulah ia dengan  kawan­kawan  seperjuangannya  antara  lain  Moh.Hatta,  dan  Sutan  Syahrir.  Mereka  bertiga  membicarakan  taktik  perjuangan  menghadapi Jepang.

 Menurut  pendapat  Bung  Karno,  untuk 

memperoleh  konsesi­konsesi  politik  yang  berkenaan  dengan  pendidikan  militer  dan  jabatan­jabatan  pemerintah  bagi  orang­orang  Indonesia,  maka  jalan  yang  ditempuh  adalah  dengan cara kollaborasi.


(20)

 Kerjasama  dengan  Jepang  untuk  mendidik 

dan  mempersiapkan  rakyat  menghadapi  revolusi. Jepang memberikan kepada bangsa  Indonesia  kepercayaan    kepada  diri  sendiri  sehingga  mengakibatkan  bangsa  Indonesia  tidak merasa lebih rendah dari orang Barat,  tetapi  kekejaman  Jepang  memang  sangat  berat di rasakan. 

 Kondisi  seperti  ini  diharapkan  oleh  Bung 

Karno  dapat  menciptakan  kebulatan  tekad.  Jika  rakyat  benar­benar  merasa  berat  tertindas, maka akan timbul revolusi mental  dan setelah itu menyusul revolusi fisik.


(21)

(1)

B. SIKAP SOEKARNO

Ketika  tentara  Jepang  menyerbu 

Palembang sebagai sasarannya yang 

pertama  di  Sumatra,  Soekarno 

masih  berada  di  Bengkulu.  Baru 

pada  saat  tentara  Jepang  menuju 

Bengkulu, 

Soekarno 

beserta 


(2)

 Pada  hari  pertama  tentara  Jepang 

menduduki  Padang,  Soekarno  dalam  pembicaraannya  di  malam  hari  dengan  Waworuntu  menyatakan  bahwa  ia  akan  memperalat  Jepang  untuk  kepentingan  rakyat.  Melalui  kapten  Sakaguchi,  Kol.  Fujiyama  panglima  tentara  Jepang  di  Bukittinggi.  Dalam  pertemuan  itu  Kol.  Fujiyama  menanyakan  kesediaan  Soekarno  untuk bekerja sama dengan Jepang


(3)

 Tawaran itu diterima oleh Soekarno dengan 

meminta  jaminan,  bahwa  selama  ia  bekerja  untuk  kepentingan  Jepang,  ia  juga  diberi  kebebasan  bekerja  untuk  rakyatnya  dengan  pergantian  bahwa  tujuannya  yang  terakhir  adalah  dengan  salah  satu  jalan  membebaskan  rakyat  dari  kekuasaan  Belanda  maupun  Jepang  Kol.  Fujiyama  mengatakan  bersedia  menjamin  dan  pemerintahan  Jepang  tidak  akan  menghalang­halanginya,


(4)

 Pada  tanggal  9  Juli  1942  Soekarno  tiba  di 

Jakarta  untuk  memenuhi  keinginan  Letnan  Jendral Imamura, maka bertemulah ia dengan  kawan­kawan  seperjuangannya  antara  lain  Moh.Hatta,  dan  Sutan  Syahrir.  Mereka  bertiga  membicarakan  taktik  perjuangan  menghadapi Jepang.

 Menurut  pendapat  Bung  Karno,  untuk 

memperoleh  konsesi­konsesi  politik  yang  berkenaan  dengan  pendidikan  militer  dan  jabatan­jabatan  pemerintah  bagi  orang­orang  Indonesia,  maka  jalan  yang  ditempuh  adalah  dengan cara kollaborasi.


(5)

 Kerjasama  dengan  Jepang  untuk  mendidik 

dan  mempersiapkan  rakyat  menghadapi  revolusi. Jepang memberikan kepada bangsa  Indonesia  kepercayaan    kepada  diri  sendiri  sehingga  mengakibatkan  bangsa  Indonesia  tidak merasa lebih rendah dari orang Barat,  tetapi  kekejaman  Jepang  memang  sangat  berat di rasakan. 

 Kondisi  seperti  ini  diharapkan  oleh  Bung 

Karno  dapat  menciptakan  kebulatan  tekad.  Jika  rakyat  benar­benar  merasa  berat  tertindas, maka akan timbul revolusi mental  dan setelah itu menyusul revolusi fisik.


(6)